Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1Program Keluarga Berencana


2.1.1Definisi Program KB
Menurut Handayani (2016) Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam

program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,

spiritual, dan sosial budaya, penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik

dengan kemampuan penduduk rasional. Menurut Anggraini (2017) dalam bukunya menyatakan

bahwa keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah

dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Menurut Hanafi Hartanto dalam penelitian

Siti Soleha (2016) menjelaskan bahwa Keluarga Berencana (KB) sebagai suatu ikhtiar atau

usaha manusia mengatur kehamilan dalam keluarga, secara tidak melawan hukum agama,

undang-undang negara dan moral pancasila, demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga

khususnya dan kesejahteraan bangsa umumnya.

2.1.2 Tujuan Program KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial, ekonomi

suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia

dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan KB berdasarkan RENSTRA

2005-2009 meliputi keluarga dengan anak ideal, keluarga sehat, keluarga berpendidikan,

keluarga sejahtera, keluarga berketahanan, keluarga yang terpenuhi hak- hak reproduksinya,

penduduk tumbuh seimbang (PTS) (Anggraini, 2017).

Tujuan program KB adalah pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, dan

peningkatan ketahanan serta kesejahteraan keluarga, serta memperbaiki kesehatan dan

kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat terhadap
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya- upaya menurunkan angka kematian

ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi (Jannah, 2017).

2.1.3 Sasaran Program KB

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung. Sasaran langsung yaitu pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan

tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran

tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat

kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai

keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2016).

2.1.4 Ruang Lingkup Program KB

Ruang lingkup program KB meliputi :

1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

2. Konseling

3. Pelayanan Kontrasepsi

4. Pelayanan Infertilitas

5. Pendidikan sex (sex education)

6. Konsultasi pra perkawinan dan Konsultasi perkawinan

7. Konsultasi genetic (Handayani, 2016).

Ruang lingkup KB menurut Anggraini (2017) sebagai berikut:

1. Keluarga berencana

2. Kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4. Penguatan perlembagaan keluarga kecil berkualitas


5. Keserasian kebijakan kependudukan

6. Pengelolaan SDM aparatur

7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

(Anggraini, 2017,Hal: 49)

2.1.5 Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.Kontra berarti “melawan” atau

“mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma

yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel dan sperma . Untuk itu,

berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah

pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan dua-duanya memiliki kesuburan normal

namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2016).

2.1.6 Macam-Macam Metode Kontrasepsi

1. Metode Sederhana

a. Kondom

b. Coitus Interuptus

c. KB Alami (Metode kalender, suhu basal, dan lendir serviks)

d. Diafragma

e. Kontrasepsi kimiawi

2. Metode Efektif

a. KB pil

b. KB suntik
c. AKBK

d. AKDR (Everett, 2015)

2.1.7Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

Menurut Jannah (2017) mengatakan bahwa implan atau disebut juga Alat Kontrasepsi

Bawah Kulit (AKBK) adalah salah satu metode kontrasepsi yang cukup ampuh untuk menangkal

kehamilan.AKBK adalah salah satu jenis kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis

karet plastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas (Handayani, 2016).

Implant merupakan kontrasepsi yang bersifat hormonal, dan dimasukkan kebawah kulit.

Implant merupakan kontrasepsi dengan daya guna yang tinggi, maka keberhasilan 97,99 %.

Kontrasepsi ini terbuat dari sejenis materi karet elastis yang mengandung hormon.Lokasi

pemasangan adalah pada lengan atas melalui suatu tindakan operasi kecil (Anggraini, 2017).

2.1.8 Jenis AKBK

Dikenal 2 macam implant, yaitu :

a. Non-Biodegradable Implan

Dengan cirri-ciri sebagai berikut :

1. Norplant (6 kapsul) berisi hormon Levonogestrel dan daya kerja 5 tahun.

2. Norplant -2 (2 kapsul) berisi hormon Levonogestrel dan daya kerja 3 tahun.

3. Satu batang berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun

4. Implanon (1 batang) berisi hormone 3-keto desogestrel dan daya kerja 2,4-5 tahun.

Sedangkan Non Biodegradable Implant dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Norplant

Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 kapsul kosong silatic (karet silicone) yang diisi

dengan hormon Levonogestrel dan ujung-ujung kapsul ditutup dengan Silatic


adhesive. Tiap kapsul mempunyai panjang 34 mm, Diameter 2,4 mm , berisi 36 mg

Levonogestrel serta mempunyai ciri-ciri sangat efektif dalam mencegah kehamilan

untuk lima tahun. Saat ini Norplant yang paling banyak dipakai.

2. Norplant-2

Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang Silatic yang padat, dengan panjang

tiap batang 44 mm. Dengan masing-masing batang diisi dengan 70 mg Levonogestrel

di dalam matriks batangnya. Ciri Norplant-2 adalah sangat efektif untuk mencegah

kehamilan 3 tahun.

b. Biodegradable Implant

Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan pembawa/ pengangkat yang

secara perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh. Jadi bahan pembawanya sama sekali

tidak diperlukan untuk dikeluarkan lagi seperti pada norplant (Handayani, 2016).

Jenis-jenis AKBK menurut Meliani (2016) sebagai berikut:

1. Norplant, terdiri dari 6 batang elastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter

2,4 mm, berisi 36 mg levonogestrel dengan lama kerja lima tahun.

2. Jedena dan indoplant, terdiri dari 2 batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3

cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 levonogestrel dengan lama kerja tiga tahun.

3. Implanon, terdiri dari satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-kira 4,0

cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3 keto-desogestrel dengan lama kerja tiga tahun

(Meilani, 2016).

2.1.9 Mekanisme Kerja AKBK

1. Menghambat ovulasi

2. Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.


3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menganggu transportasi sperma.

4. Menurunkan motilitas tuba(Meliani, 2016).

2.1.10 Indikasi pemasangan AKBK

1. Wanita yang ingin memakai kontrasepsi jangka waktu yang lama tetapi tidak tersedia

menjalani kontap/ menggunakan AKDR.

2. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen (Handayani,

2016)

Menurut Anggraini (2017) adalah sebagai berikut:

1. Usia reproduksi

2. Telah memiliki anak ataupun yang belum

3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

5. Pasca persalinan dan tidak menyusui

6. Riwayat kehamilan ektopik

7. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah

8. Sering lupa menggunakan pil

(Anggraini, 2017,Hal: 201)

2.1.11 Efektivitas AKBK

1. Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant , 1 per 100 wanita per tahun dalam 5

tahun pertama.

2. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-

3 % akseptor menjadi hamil (Handayani, 2016).

2.1.12Kontra Indikasi AKBK


1. Sedang hamil (diduga hamil)

2. Penderita penyakit hati akut

3. Kanker payudara

4. Kelainan jiwa

5. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus

6. Penyakit tromboemboli

7. Riwayat kehamilan ektopik(Handayani, 2016)

Kontra indikasi menurut Everett (2016) yaitu:

a. Kontra indikasi mutlak

1. Kehamilan

2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis

3. Alergi terhadap komponen implant

4. Adanya penyakit hati berat

5. Tumor yang bergantungan pada progesterone

6. Porfiria akut

b. Kontra indikasi relative

1. Penyakit sistemik kronis, mis., diabetes

2. Faktor resiko penyakit arteri

3. Peningkatan profil lipid

4. Kanker yang bergantungan pada steroid seks

5. Obesitas

6. Depresi

(Everett, 2016).
2.1.13Kentungan pemakaian AKBK

1. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen.

2. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversibel.

3. Efek kontrasepsi segera berakhir setelah implantnya di keluarkan.

4. Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah.

5. Resiko terjadinya kehamilan ektopik leboh kecil jika dibandingkan dengan pemakaian

AKDR (Handayani, 2016).

Keuntungan pemakaian AKBK menurut Meliani (2016) yaitu:

1. Daya guna tinggi

2. Cepat bekerja dalam 24 jam setelah pemasangan

3. Perlindungan jangka panjang (bisa sampai lima tahun)

4. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

5. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

6. Bebas dari pengaruh estrogen

7. Tidak menganggu proses senggama

8. Tidak mempengaruhi ASI

9. Klien hanya perlu kembali ke klinik apabila ada keluhan

10. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.

2.1.14 Kerugian Pemakaian AKBK

1. Membutuhkan seorang professional terlatih untuk memasang dan melepas implant

2. Perdarahan menstruasi tidak teratur, seperti amenorea, perdarahan bercak

3. Efek samping minor, seperti sakit kepala, jerawat, dsb

4. Hipoestrogenisme
5. Kemungkinan rasa tidak nyaman atau infeksi pada tempat pemasangan

6. Lebih mahal ( Everett, 2016).

2.1.15 Cara Pemasangan Implant

1. Saat pemasangan yang tepat adalah pada waktu menstruasi atau 1-2 hari setelah

menstruasi

2. Akseptor sebaiknya berbaring horizontal atau duduk selama pemasangan implant untuk

mempermudah pemasangan tempat tidur/meja ditutup dengan linen bersih

3. Pemasangan dilaksanakan dilengan kiri karena merupakan tempat terbaik untuk

pemasangan

4. Lengan kiri diletakkan lurus setinggi pundak

5. Tentukan daerah pemasangan biasanya sekitar 8-10 cm diatas lipatan siku, dilakukan

pencucian pada aderah yang akan dilakukan tindakan dan sekitarnya.

6. Dilakukan anastesi lokal ditempat insisi dan dengan arah seperti kipas sepanjang 4-4,5

cm dengan pembius local.

7. Dilakukan sayatan melintang sekitar 2-3 mm tempat suntikan, agar luka tidak dijahit dan

mengurangi kemungkinan infeksi

8. Tusukkan trokar melalui sayatan kebawah kulit, perhatikan tanda batasnya dan tusukkan

sampai tanda batas dekat pangkal trokar.

9. Keluarkan batang dalam trokar dan masukkan kapsul implant kedalam batang luar trokar

sengam memakai pinset anatomis, dorong pelan-pelan dengan batang pendorong sampai

terasa ada tekanan.


10. Pertahankan posisi batang pendorong, tarik trokar perlahan-lahan sepanjang batang

pendorong sampai batas paling ujung terlihat pada luka insisi dan dipastikan dengan

meraba ujung trokar dengan jari

11. Tekan implant yang terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada posisi

disebelahnya tanpa terlebih dahulu mengeluarkan ujung-ujungnya dari sayatan, pasang

seluruh implant dengan posisi menyerupai kipas, sehingga keenam kapsul terpasang

baik, kemudian tutup dengan plaster dan kasa steril kemudian balut dengan perban.

2.1.16 Cara Pencabutan Implant

1. Atur posisi pasien berbaring horizontal selama pencabutan

2. Tentukan posisi implant dengan palpasi, lakukan pencucian didaerah tindakan dan

sekitarnya. Lakukan anastesi lokal pada tempat insersi dengan bentuk seperti kipas

dengan cairan pembius lokal

3. Lakukan sayatan 2-3 mm agar luka tidak perlu dijahit dan mengurangi kemungkinan

infeksi

4. Tekan implant dengan jari kearah sayatan, setelah ujung tampak jepit dengan ujung

pinset dan tarik keluar

5. Bersihkan implant dari jaringan yang menutupi ujungnya dengan menggunakan skapel

6. Jepit ujung implant yang telah bersih dengan pean yang lain, tarik keluar implant

perlahan-lahan sampai terlepas seluruhnya. Lakukan hal yang sama sampai semua

implant keluar seluruhnya

7. Rapatkan luka, tutup dengan plaster, kasa kteril, dan balut dengan perban

2.1.17 Waktu Pemasangan Implant

1. Sewaktu haid berlangsung


2. Setiap saat asal diyakini klien tidak hamil

3. Bila menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan

4. Saat ganti cara dari metode yang lain

5. Pasca keguguran (Handayani, 2016).

2.1.18 Masalah dan penanganan AKBK

Masalah Penanganan
Amenorea Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan

merupakan efek samping yang serius. Evaluasi

untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama

jika terjadi amenorea setelah masa siklus haid yang

teratur. Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya

untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi

oral kombinasi.
Perdarahan bercak Amenorea sering ditemukan terutama pada tahun

(Amenorea) ringan pertama penggunaan. Bila tidak ada masalah dari

klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.

Bila klien mengeluh dapat diberikan :

1. Kontrasepsi oral kombinasi (30-50g EE)

selama 1 siklus

2. Ibu profen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5

hari)

Jelaskan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan

setelah pil kombinasi habis.Bila terjadi perdarahan

lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil


kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan

satu siklus pil kombinasi.


Pertambahan atau Informasikan bahwa kenaikan/ penurunan BB

kehilangan berat sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet

badan ( perubahan klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB

nafsu makan) berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode

kontrasepsi yang lain.


Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul

yang lain masih di tempat, dan apakah terdapat

tanda-tanda infeksi daerah insersi.Bila tidak ada

infeksi dan kapsul lain masih berada pada

tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tepat

insersi yang berbeda (Everett, 2016).

2.1.19 Amenorea

Menurut Nugroho (2012) dalam penelitian Bella menyatakan bahwa,Amenorea adalah

istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, amenorea tidak normal kecuali sebelum

pubertas, selama kehamilan dan menyusui dini dan setlah enopause-hiperling.Amenorea pada

dasarnya hanya terbagi menjadi dua yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder.Amenorea

primer adalah jika menstruasi tidak pernah terjadi sedangkan amenoreasekunder adalah jika

menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih (Nugroho, 2012).

Menurut Irianto (2015) penatalaksanaan amenorea yaitu tergantung pada penyebabnya, ini

bisa melibatkan perubahan hidup seperti memperoleh atau kehilangan berat badan, berolahraga

kurang instens, atau mengurangi stress, obat- obatan, operasi untuk memperbaiki kelainan pada
organ reproduksi atau kombinasi pendekatan. Beberapa wanita minum pil KB untuk mengatur

periode mereka.Amenorea yang berkepanjangan dapat meningkatkan resiko keropos tulang.

2.2 Dasar Hukum


Standar merupakan landasan berpijak secara normal atau sebagai alat ukur dalam

menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjamin mutu asuhan

yang diberikan. Kewenanagan bidan pengelolaan oleh bidan dengan kompetensi bidan di

Indonesia dalam kasus KB implant dnegan amenorea bidan memiliki kemandirian untuk

melakukan asuhan kebidanan dalam Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 9

yaitu bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana. Pasal 12 yaitu bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana bagaimana dimaksudkan dalam pasal 9

huruf c berwenang untuk: Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

2.3 Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan (proses penatalaksaan kebidanan) adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam dalam rangkain tahapan

yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008).

Proses manajemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yang harus

dilaksanakan secara berurutan, dan secara periodik disempurnakan. Proses penatalaksanaan ini

dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah ini

mencakup seluruh kerangka kerja yang dapat diaplikasikan pada setiap situasi.Kemudian, setiap
langkah dapat dibagi menjadi tugas-tugas yang lebih spesifik dan bervariasi (Varney, 2008).

Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Langkah I : Pengumpulan Data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua

data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.Data terdiri atas data

subjektif dan data objektif.Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun

meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari

pemeriksaan langsung pada pasien.Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi

yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

1. Biodata yang mencakup Identitas pasien

1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru

dalam memberikan pelayanan.

2) Umur

Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20

tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

3) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan

pasien dalam berdoa.

4) Suku/ bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari.

5) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya.

6) Pekerjaan

Berguna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga

mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.

7) Alamat

Berguna untuk mempermudah kunjungan rumah apabila diperlukan.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama digunakan untuk mengetahui alasan pasien/ klien datang ke fasilitas

kesehatan.Keluhan utama pada pasien ini adalah perubahan pola haid atau tidak

mendapatkan haid setelah pemasangan KB.

3. Riwayat Menstruasi

Data yang diperoleh untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ

reproduksinya. Beberapa data yang diperoleh dari riwayat menstruasi adalah menarche,

siklus, volume darah yang keluar saat menstruasi, keluhan- keluhan saat menstruasi.

4. Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah, atau tidak, karena

bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya, sehingga

akan berpengaruh pada kehamilan.

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas


Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara

persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.

6. Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi, jenis alat

kontrasepsi yang digunakan, berapa lama penggunaan alat kontrasespi, adakah keluhan

selama menggunakan kontrasepsi.Pada kasus ini ibu menggunakan kontrasepsi Implan

dengan keluhan tidak menstruasi lebih dari 4 bulan.

7. Riwayat kesehatan

a) Riwayat Kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita

pada saat ini yang berhubungan dengan masa kehamilan ibu.

b) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukann untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut kronis, seperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada

masa kehamilan (Ambarwati, 2008).

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga

yang menyertainya, misalnya penyakit menurun seperti asma, hepatitis, dan DM,

serta penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan HIV/AIDS.

8. Kebiasaan sehari-hari

1). Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis

makanan, dan makanan pantangan.


2).Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebisaan buang air besar meliputi frekuensi,

jumlah, kosistensi dan kebiasaaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan

keluhan.

9. Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan tentang kehamilan ini, kehamilan ini

direncanakan atau tidak, jenis kelahiran yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap

kehamilan ini.

a. Data Objektif
1. Status Generalis

1) Keadaan Umum :Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum.

2) Kesadaran : Untuk mengetahui gambaran tentang kesadaran pasien, pengkajian

tingkat kesadaran mulai dari composmentis sampai dengan koma.

3) Pemeriksaan Fisik

Tensi Meter : Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai

dasar Selama masa kehamilan.

Suhu : Untuk mengetahui suhu basal pada ibu hamil, suhu badan yang

normal adalah 36,5C sampai 37C.

Nadi ; Untuk mengethaui denyut nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit.

Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan pasien selama

hamil.
Sebelum hamil : Berat badan ibu sebelum hamil tidak boleh kurang dari 38 kg,

karena jika kurang dari 38 kg maka ibu termasuk faktor resiko pada

ibu hamil.

Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 cm atau

tidak, termauk faktor resiko atau tidak.

b. Pemeriksaan Sistematis

1) Kepala

Rambut : Mengetahui warna rambut, kebersihan dan rambut mudah rontok

atau tidak.

Muka : Dikaji apakah muncul cloasma gravidarum, yang bisa muncul pada

wanita hamil pada umur kehamilan.

Mata : Conjungtiva merah atau tidak, pucat atau tidak, sclera ikhterik atau

tidak.

Hidung : Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada tidaknya benjolan.

Untuk mendeteksi adanya polip atau tidak.

Telinga : Apakah ada kelainan atau tidak, apakah simetris atau tidak.

2) Leher : Adakah pembesaran pada kelenjar gondok, kelenjar getah bening

atau tidak, tumor ada atau tidak.

3) Dada dan Axilla : Untuk mengetahui bentuk payudara, benjolan, pigmentasi putting

susu.

a. Mammae

Untuk mengetahui adanya benjolan dan kolostrum, pigmentasi putting susu, putting

susu menonjol atau tidak.


b. Axilla

Untuk mengetahui kosistensi, ada bengkak atau tidak, simetris atau tidak.

4). Abdomen : Inspeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan

kemungkinan tumor, luka bekas operasi.

5). Ekstremitas : Untuk dikaji ekstremitas atas dan bawah, ekstremitas atas dikaji

gangguan/ kelainan, bentuk. Ekstremitas bawah dikaji bentuk, tidak

adanya oedema, ada tidaknya varices.

6). Genetalia : Untuk mengkaji kebersihan area genetalia, penegluaran pervaginam,

tanda-tanda infeksi vagina.

7). Anus : Untuk mengkaji ada tidaknya hemoroid, dan kebersihan area anus.

c. Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang yang diperlukan untuk mendukung menegakkan diagnosa.

b. Langkah 2 : Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan

Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan

diagnosis yang spesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang

menyertai.Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-

data yang telah dikumpulkan.Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa

masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang

dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.Masalah ini sering menyertai

diagnosa.Sebagai contoh diperoleh diagnosa dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa.

1) Diagnosa Kebidanan

Ny.SP3A0 akseptor KB implant dengan amenorea


Data dasar :

a) Data subjektif

Ibu mengatakan tidak menstruasi selama 4 bulan berturut- turut sejak penggunaan KB

implant.

b) Data objektif

Data Objektif meliputi dari pemeriksaan auskultasi, palpasi, inspeksi, antara lain:

1) Keadaan Umum

2) Vital sign

a. Tekanan darah

b. Suhu

c. Nadi

d. Respirasi

2). Masalah

Masalah adalah hal- hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil

pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah pada kasus ini yaitu kecemasan ibu dengan

keadaan yang dialaminya karena tidak mendapatkan menstruasi.

3). Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan

masalahnya. Kebutuhan pasien pada kasus amenorea adalah memberikan informasi tentang

efek samping dari KB implant khususnya tentang amenorea dan memberikan

dukunganserta motivasi untuk menghilangkan kecemasannya.

c. Langkah 3 : Antisipasi Diagnosa Masalah potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

d. Langkah 4 : Tindakan Segera

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi

klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya.

e. Langkah 5 : Intervensi (Perencanaan)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Menurut Anggraini (2017), pelaksaannya antara lain:

1. Pastikan bahwa klien tidak hamil, apabila tidak hamil tidak perlu penanganan khusus, hanya

cukup konseling saja.

2. Apabila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan menggunakan

kontrasepsi yang lain.


3. Berikan pil kombinasi: hari pertama sampai hari ketiga masing-masing 3x1 tablet, hari

keempat sampai tujuh 1x1 tablet 50 mg untuk 7 hari sebanyak 21 tablet.

f. Langkah 6 : Implementasi (Pelaksanaan)

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau

sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya

sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya :

memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan

dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Menurut Anggraini (2017), pelaksaannya antara lain:

1. Pastikan bahwa klien tidak hamil, apabila tidak hamil tidak perlu penanganan khusus,

hanya cukup konseling saja.

2. Apabila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan

menggunakan kontrasepsi yang lain.

3. Berikan pil kombinasi: hari pertama sampai hari ketiga masing-masing 3x1 tablet, hari

keempat sampai tujuh 1x1 tablet 50 mg untuk 7 hari sebanyak 21 tablet.

g. Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam

pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan,
bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan

harapan, hasil evaluasi proses sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan. Pada pasien

akseptor KB implant dengan Amenorea hasil evaluasi atas pelaksanaan yang dilakukan menurut

Varney (2007) yaitu aliran menstruasi terjadi setelah penghentiaan siklus pengobatan. Jika aliran

menstruasi tidak terjadi dugaan selanjutnya terjadi sumbatan salurn keluar dan secepatnya di

rujuk ke pelayanan kesehatan yang memadai.

2.4 Kerangka Berpikir

Keluarga Berencana Keluarga Berencana


Patologi

Keluarga Berencana
Fisiologi

Data Subjektif dari


Anamnesa Amenorea
(Keluhan Ibu)

Amenorea Primer Amenorea Sekunder

Asuhan Yang Di berikan


1. KIE tentang efek samping KB implant dan
memberikan penjelasan tentang amenorea.
2. Anjurkan ibu istirahat yang cukup
3. Anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi
makanan bergizi
4. Beri terapi 1 siklus pil kombinasi 50 mg untuk 7
hari 21 tablet
Evaluasi terjadinya Menstruasi

Amenorea Teratasi

2.4 Kerangka Berpikir Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dengan Amenorea

Anda mungkin juga menyukai