TINJAUAN TEORITIS
spiritual, dan sosial budaya, penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik
dengan kemampuan penduduk rasional. Menurut Anggraini (2017) dalam bukunya menyatakan
bahwa keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah
dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Menurut Hanafi Hartanto dalam penelitian
Siti Soleha (2016) menjelaskan bahwa Keluarga Berencana (KB) sebagai suatu ikhtiar atau
usaha manusia mengatur kehamilan dalam keluarga, secara tidak melawan hukum agama,
undang-undang negara dan moral pancasila, demi untuk mendapatkan kesejahteraan keluarga
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial, ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan KB berdasarkan RENSTRA
2005-2009 meliputi keluarga dengan anak ideal, keluarga sehat, keluarga berpendidikan,
keluarga sejahtera, keluarga berketahanan, keluarga yang terpenuhi hak- hak reproduksinya,
kesejahteraan ibu, anak, keluarga, dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat terhadap
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya- upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi (Jannah, 2017).
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung. Sasaran langsung yaitu pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
1. Keluarga berencana
2.1.5 Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel dan sperma . Untuk itu,
berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan dua-duanya memiliki kesuburan normal
1. Metode Sederhana
a. Kondom
b. Coitus Interuptus
d. Diafragma
e. Kontrasepsi kimiawi
2. Metode Efektif
a. KB pil
b. KB suntik
c. AKBK
Menurut Jannah (2017) mengatakan bahwa implan atau disebut juga Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK) adalah salah satu metode kontrasepsi yang cukup ampuh untuk menangkal
kehamilan.AKBK adalah salah satu jenis kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis
karet plastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas (Handayani, 2016).
Implant merupakan kontrasepsi yang bersifat hormonal, dan dimasukkan kebawah kulit.
Implant merupakan kontrasepsi dengan daya guna yang tinggi, maka keberhasilan 97,99 %.
Kontrasepsi ini terbuat dari sejenis materi karet elastis yang mengandung hormon.Lokasi
pemasangan adalah pada lengan atas melalui suatu tindakan operasi kecil (Anggraini, 2017).
a. Non-Biodegradable Implan
4. Implanon (1 batang) berisi hormone 3-keto desogestrel dan daya kerja 2,4-5 tahun.
1. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 kapsul kosong silatic (karet silicone) yang diisi
untuk lima tahun. Saat ini Norplant yang paling banyak dipakai.
2. Norplant-2
Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang Silatic yang padat, dengan panjang
di dalam matriks batangnya. Ciri Norplant-2 adalah sangat efektif untuk mencegah
kehamilan 3 tahun.
b. Biodegradable Implant
secara perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh. Jadi bahan pembawanya sama sekali
tidak diperlukan untuk dikeluarkan lagi seperti pada norplant (Handayani, 2016).
1. Norplant, terdiri dari 6 batang elastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter
2. Jedena dan indoplant, terdiri dari 2 batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3
cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 levonogestrel dengan lama kerja tiga tahun.
3. Implanon, terdiri dari satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-kira 4,0
cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3 keto-desogestrel dengan lama kerja tiga tahun
(Meilani, 2016).
1. Menghambat ovulasi
1. Wanita yang ingin memakai kontrasepsi jangka waktu yang lama tetapi tidak tersedia
2. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen (Handayani,
2016)
1. Usia reproduksi
1. Efektivitasnya tinggi, angka kegagalan norplant , 1 per 100 wanita per tahun dalam 5
tahun pertama.
2. Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-
3. Kanker payudara
4. Kelainan jiwa
6. Penyakit tromboemboli
1. Kehamilan
6. Porfiria akut
5. Obesitas
6. Depresi
(Everett, 2016).
2.1.13Kentungan pemakaian AKBK
1. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen.
2. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversibel.
5. Resiko terjadinya kehamilan ektopik leboh kecil jika dibandingkan dengan pemakaian
4. Hipoestrogenisme
5. Kemungkinan rasa tidak nyaman atau infeksi pada tempat pemasangan
1. Saat pemasangan yang tepat adalah pada waktu menstruasi atau 1-2 hari setelah
menstruasi
2. Akseptor sebaiknya berbaring horizontal atau duduk selama pemasangan implant untuk
pemasangan
5. Tentukan daerah pemasangan biasanya sekitar 8-10 cm diatas lipatan siku, dilakukan
6. Dilakukan anastesi lokal ditempat insisi dan dengan arah seperti kipas sepanjang 4-4,5
7. Dilakukan sayatan melintang sekitar 2-3 mm tempat suntikan, agar luka tidak dijahit dan
8. Tusukkan trokar melalui sayatan kebawah kulit, perhatikan tanda batasnya dan tusukkan
9. Keluarkan batang dalam trokar dan masukkan kapsul implant kedalam batang luar trokar
sengam memakai pinset anatomis, dorong pelan-pelan dengan batang pendorong sampai
pendorong sampai batas paling ujung terlihat pada luka insisi dan dipastikan dengan
11. Tekan implant yang terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada posisi
seluruh implant dengan posisi menyerupai kipas, sehingga keenam kapsul terpasang
baik, kemudian tutup dengan plaster dan kasa steril kemudian balut dengan perban.
2. Tentukan posisi implant dengan palpasi, lakukan pencucian didaerah tindakan dan
sekitarnya. Lakukan anastesi lokal pada tempat insersi dengan bentuk seperti kipas
3. Lakukan sayatan 2-3 mm agar luka tidak perlu dijahit dan mengurangi kemungkinan
infeksi
4. Tekan implant dengan jari kearah sayatan, setelah ujung tampak jepit dengan ujung
5. Bersihkan implant dari jaringan yang menutupi ujungnya dengan menggunakan skapel
6. Jepit ujung implant yang telah bersih dengan pean yang lain, tarik keluar implant
perlahan-lahan sampai terlepas seluruhnya. Lakukan hal yang sama sampai semua
7. Rapatkan luka, tutup dengan plaster, kasa kteril, dan balut dengan perban
Masalah Penanganan
Amenorea Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan
oral kombinasi.
Perdarahan bercak Amenorea sering ditemukan terutama pada tahun
selama 1 siklus
hari)
2.1.19 Amenorea
istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, amenorea tidak normal kecuali sebelum
pubertas, selama kehamilan dan menyusui dini dan setlah enopause-hiperling.Amenorea pada
dasarnya hanya terbagi menjadi dua yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder.Amenorea
primer adalah jika menstruasi tidak pernah terjadi sedangkan amenoreasekunder adalah jika
menstruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih (Nugroho, 2012).
Menurut Irianto (2015) penatalaksanaan amenorea yaitu tergantung pada penyebabnya, ini
bisa melibatkan perubahan hidup seperti memperoleh atau kehilangan berat badan, berolahraga
kurang instens, atau mengurangi stress, obat- obatan, operasi untuk memperbaiki kelainan pada
organ reproduksi atau kombinasi pendekatan. Beberapa wanita minum pil KB untuk mengatur
menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjamin mutu asuhan
yang diberikan. Kewenanagan bidan pengelolaan oleh bidan dengan kompetensi bidan di
Indonesia dalam kasus KB implant dnegan amenorea bidan memiliki kemandirian untuk
yaitu bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana. Pasal 12 yaitu bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana bagaimana dimaksudkan dalam pasal 9
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008).
Proses manajemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yang harus
dilaksanakan secara berurutan, dan secara periodik disempurnakan. Proses penatalaksanaan ini
dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah ini
mencakup seluruh kerangka kerja yang dapat diaplikasikan pada setiap situasi.Kemudian, setiap
langkah dapat dibagi menjadi tugas-tugas yang lebih spesifik dan bervariasi (Varney, 2008).
Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua
data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.Data terdiri atas data
subjektif dan data objektif.Data subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun
meninjau catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari
pemeriksaan langsung pada pasien.Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru
2) Umur
Umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
3) Agama
4) Suku/ bangsa
5) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pendidikannya.
6) Pekerjaan
Berguna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
7) Alamat
2. Keluhan Utama
Keluhan utama digunakan untuk mengetahui alasan pasien/ klien datang ke fasilitas
kesehatan.Keluhan utama pada pasien ini adalah perubahan pola haid atau tidak
3. Riwayat Menstruasi
Data yang diperoleh untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Beberapa data yang diperoleh dari riwayat menstruasi adalah menarche,
siklus, volume darah yang keluar saat menstruasi, keluhan- keluhan saat menstruasi.
4. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah, atau tidak, karena
bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya, sehingga
Untuk mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat kontrasepsi, jenis alat
kontrasepsi yang digunakan, berapa lama penggunaan alat kontrasespi, adakah keluhan
7. Riwayat kesehatan
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
Data ini diperlukann untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit
akut kronis, seperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya, misalnya penyakit menurun seperti asma, hepatitis, dan DM,
8. Kebiasaan sehari-hari
1). Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebisaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, kosistensi dan kebiasaaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan
keluhan.
9. Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan tentang kehamilan ini, kehamilan ini
direncanakan atau tidak, jenis kelahiran yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap
kehamilan ini.
a. Data Objektif
1. Status Generalis
3) Pemeriksaan Fisik
Tensi Meter : Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai
Suhu : Untuk mengetahui suhu basal pada ibu hamil, suhu badan yang
Nadi ; Untuk mengethaui denyut nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit.
Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan pasien selama
hamil.
Sebelum hamil : Berat badan ibu sebelum hamil tidak boleh kurang dari 38 kg,
karena jika kurang dari 38 kg maka ibu termasuk faktor resiko pada
ibu hamil.
Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 cm atau
b. Pemeriksaan Sistematis
1) Kepala
atau tidak.
Muka : Dikaji apakah muncul cloasma gravidarum, yang bisa muncul pada
Mata : Conjungtiva merah atau tidak, pucat atau tidak, sclera ikhterik atau
tidak.
Telinga : Apakah ada kelainan atau tidak, apakah simetris atau tidak.
3) Dada dan Axilla : Untuk mengetahui bentuk payudara, benjolan, pigmentasi putting
susu.
a. Mammae
Untuk mengetahui adanya benjolan dan kolostrum, pigmentasi putting susu, putting
Untuk mengetahui kosistensi, ada bengkak atau tidak, simetris atau tidak.
4). Abdomen : Inspeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan
5). Ekstremitas : Untuk dikaji ekstremitas atas dan bawah, ekstremitas atas dikaji
7). Anus : Untuk mengkaji ada tidaknya hemoroid, dan kebersihan area anus.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
diagnosis yang spesifik (sesuai dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang
menyertai.Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan.Masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.Masalah ini sering menyertai
diagnosa.Sebagai contoh diperoleh diagnosa dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa.
1) Diagnosa Kebidanan
a) Data subjektif
Ibu mengatakan tidak menstruasi selama 4 bulan berturut- turut sejak penggunaan KB
implant.
b) Data objektif
Data Objektif meliputi dari pemeriksaan auskultasi, palpasi, inspeksi, antara lain:
1) Keadaan Umum
2) Vital sign
a. Tekanan darah
b. Suhu
c. Nadi
d. Respirasi
2). Masalah
Masalah adalah hal- hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah pada kasus ini yaitu kecemasan ibu dengan
3). Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya. Kebutuhan pasien pada kasus amenorea adalah memberikan informasi tentang
ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi
klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
1. Pastikan bahwa klien tidak hamil, apabila tidak hamil tidak perlu penanganan khusus, hanya
2. Apabila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan menggunakan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diurakan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya
memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana
1. Pastikan bahwa klien tidak hamil, apabila tidak hamil tidak perlu penanganan khusus,
2. Apabila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan
3. Berikan pil kombinasi: hari pertama sampai hari ketiga masing-masing 3x1 tablet, hari
g. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam
pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan,
bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan
harapan, hasil evaluasi proses sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan. Pada pasien
akseptor KB implant dengan Amenorea hasil evaluasi atas pelaksanaan yang dilakukan menurut
Varney (2007) yaitu aliran menstruasi terjadi setelah penghentiaan siklus pengobatan. Jika aliran
menstruasi tidak terjadi dugaan selanjutnya terjadi sumbatan salurn keluar dan secepatnya di
Keluarga Berencana
Fisiologi
Amenorea Teratasi