A. Definisi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga
tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran.
Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang
biasa disebut dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit
ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap
keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen.
Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut.
Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran
timpani tidak intake / terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri.
B. Etiologi
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan
kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan
lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat,
terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah.
Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh
perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman
penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman
anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus
(26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis
(10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%).
Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas
atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang
menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran
napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai
telinga.
C. Patofisiologi
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna
atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang. (Arif Mansjoer, 2001 : 82). Pada
OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai
tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi
berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal,
subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau
fatal. (Arif Mansjoer, 2001 : 82). Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang
berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus, lalu
menumpuk. Sehingga kolesteotoma bertambah besar.
F. Penatalaksanaan.
Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret
berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat
bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung
antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar
obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2
minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika
dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap
penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena
penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam
klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama
2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi
ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau
kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
dan tonsilektomi. Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu
mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat
ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti.
Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
kemudian dilakukan mastoidektomi.
Infeksi telinga tengah dan mastoid. Rongga telinga tengah dan rongga mastoid
berhubungan langsung melalui aditus adantrum. Oleh karena itu infeksi kronis
telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di
rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis. Beberapa
ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.
Jenis pembedahan pada OMSK. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik
operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik
tipe benigna atau maligna, antara lain adalah sebagai berikut :
1). Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy
2) Mastoidektomi radikal,
3) Mastoidektomi radikal dengan modifikasi,
4) Miringoplasti,
5) Timpanoplasti,
6) Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.Sesuai dengan
luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang
dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.
1). Mastoidektomi sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini
dilakukan permbersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya
ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini
fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2) . Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah dengan rongga mastoid
diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu
ruangan.
3). Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik,
tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.Tujuan
operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang msih ada.
4). Miringoplasti
A. Pengkajian
Anamnesa : Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah
nyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai
mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya
tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada
membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga
tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu
lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang.
Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara
pencegahannya.
1. Pemeriksaan Fisik : Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar
dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan
nyeri pada otitis eksterna dan media. Pengkajian dari saluran luar dan
gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam
pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses
penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal
memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak
pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar
dan gendang telinga harus digunakan otoskop.
2. Riwayat Kesehatan : OMA lebih dari 2 bulan, Pengobatan OMA yang tidak
tuntas
3. Data Subjektif : Telinga terasa penuh, Nyeri pada telinga yang sakit,
Vertigo
4. Data Objektif: Terdapat abses atau kite retroaurikule, Terdapat polip,
Terlihat Kolesteatoma pada epitimpan, Ottorho, Sekret terbentuk nanah
dan berbau
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin
: vertigo
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan OMA yang tepat.
3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
4. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
5. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi
6. Ganguan persepsi sensori pendegaran berhubungan dengan liang telingah
terasa tertutup karena respon inflamasi atau peradangan dan adanya jamur.
C. Intervensi Keperawatan
Mansjoer, Arif, dkk. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FK Universitas Indonesia
Nurarif & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta. Mediaction Publishing
Tarwoto, Aryani. Ratna, Wartonah. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.
Wilkinson J.M, dan Ahern N.R. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC.