Anda di halaman 1dari 32

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi RSUD Pariaman

a. Sejarah Berdirinya

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman adalah Rumah

Sakit milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang terletak di Jl. Prof.

M.YaminSHNo.5 Pariaman. Status Rumah Sakit sebagai salah satu Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang dimulai sejak penetapan

sebagai RS tipe C pada tahun 1983 sampai tahun 2012 beralih status

menjadi SKPD Badan Layanan Umum Daerah (SKPD-BLUD) pada akhir

tahun 2012 melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor

903-783-2012 tanggal 6 November 2013. Dan sesuai Surat Keputusan

Gubernur Sumatera Barat Nomor 445-304-2016 tentang Izin Operasional

Penyelenggaran Rumah Sakit Umum Kelas B RSUD Pariaman di Kota

Pariaman.

RSUD Pariaman berawal dari balai Pengobatan yang berdiri tahun

1951 dan terletak di gelombang dengan tenaga kesehatan 1 orang Mantri.

Pada tahun 1953/1954 Balai Pengobatan dirubah menjadi Rumah Sakit

yang terletak di Kampung Nieh dan dipimpin oleh dokter A. Ricci dari

Italia. Pada tahun 1955 Rumah Sakit pindah ke Kampung Baru, dipimpin

oleh Inspektur Kesehatan yaitu Dokter Ricci. Tahun 1960 dokter Ricci
55

diganti oleh Dokter Basyarudin dibantu oleh dokter H. Arifin. Pada saat

ini ruangan perawatan ada 2 bangsal yaitu bangsal pria dan bangsal wanita

untuk semua jenis penyakit. Tahun 1965 dokter Basyaruddin diganti oleh

dokter Leu Ciong Tek.

Pada tahun 1967 dokter Liu digantikan oleh dokter Hirawan

Supran yang dibantu oleh dokter Khaidir Isya. Pada saat ini rumah sakit

dan Dinas Kesehatan masih bergabung. Tahun 1969 RSUD Pariaman

dipimpin oleh dokter Khaidir Isya yang dibantu oleh dokter Asrida yang

kemudian digantikan oleh dokter H. Asnir. Tahun 1973 Rumah Sakit dan

Dinas Kesehatan berpisah dengan lokasi yang berdampingan.

Pada tahun 1977-1983 dipimpin oleh dr.Yasnil Rumah Sakit sudah

terpisah dengan dinas kesehatan berdasarkan SK Menkes RI No.

134/Menkes/SK/LU/1978 RSUD Pariaman menjadi Rumah Sakit kelas D.

Pada tahun 1984-1989 dipimpin oleh dokter Mushar, Rumah Sakit ini

resmi menjadi rumah sakit Tipe C berdasarkan SK Menkes RI No.233/

Menkes/ SK/IV/1983 diresmikan menjadi RSU Pariaman tanggal 12

November 1984 oleh menteri kesehatan dr Suarjono Suryaningrat Sp.OG.

Pada saat ini ditambah gedung untuk rawat inap dan penambahan alat-alat

medis modern seperti Rontgen. 1989-1996 dipimpin oleh dr.Nurdin HS

dengan kelas tipe C. Pada 1996-2004 dipimpin oleh dr. Zachlul Adly

M.Kes. Tahun 2004-2008 dipimpin drg. Rahmat Syah Mansur, M.Kes.

Tahun 2008-2010 RSU Pariaman dipimpin dr. Asmaliza, M.Kes.

Tahun 2010 nama RSU pariaman berubah menjadi RSUD Pariaman sesuai
56

dengan perda nomor 6/2010. Pada 2010-2011 RSUD Pariaman dipimpin

oleh dr H.Syahrial Haroes, Sp.M. Tahun 2011-2015 RSUD Pariaman

dipimpin oleh dr. Lila Yanwar, MARS dengan kelas tipe C.

Tahun 2015 s/d Sekarang RSUD Pariaman dipimpin oleh dr. Indria

velutina. RSUD Pariaman ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B

berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 445-

304-2015 tentang izin operasional penyelenggaraan Rumah Sakit kelas B

Rumah Sakit Pariaman di Kota Pariaman pada Maret 2016

b. Letak Geografis

RSUD Pariaman terletak di pusat Kota Pariaman dengan hamparan

dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera dengan

ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter di atas permukaan laut dengan

luas daratan 73,36 km?2; dengan panjang pantai ± 12,7 km dan terletak

000 33’ 00” – 000 40’43” Lintang Selatan dan 100004’46” – 100010’55”

Bujur Timur.

Kota Pariaman jumlah penduduknya hampir secara keseluruhan

didominasi oleh etnis Minangkabau, dengan rasio jenis kelamin 93.26,

sedangkan jumlah angkatan kerja 27.605 orang dengan jumlah

pengangguran 2.970 orang. Dan pada kecamatan Pariaman

Tengah menjadi kawasan yang paling padat jumlah penduduknya. Rata-

rata mata pencarian penduduk kota pariaman nelayan, petani dan

berdagang. Adapun batas wilayah RSUD Pariaman adalah :

Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Air Pampan


57

Sebelah selatan berbatasan dengan M.Yamin

Sebelah barat berbatasan dengan Tanah adat Mak etek amin CS

Sebelah timur berbatasan dengan jalan M.Djamil

2. Visi dan Misi Lembaga

a. Visi

“Terwujudnya Rumah Sakit Regional yang berstandar

international dengan nilai islami”

b. Misi

1) Meningkatkan Mutu Pelayanan kesehatan rujukan

2) Meningkatkan tingkat Kemandirian Rumah Sakit

c. Moto

Cepat, Ramah dan Melayani

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah

Pariaman diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor

6 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum

Daerah Pariaman serta Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 4 tahun

2011 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja RSUD

Pariaman, dikatakan bahwa RSUD Pariaman sebagai bagian perangkat

daerah di lingkungan Pemerintah Daerah secara teknis operasional berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris

Daerah. RSUD Pariaman di pimpin oleh seorang Direktur, 4 (empat) orang

Kepala Bagian/Bidang dan 9 (sembilan) Kepala Subbagian/Seksi


58

danbeberapa Kepala Instalasi, Komite, SPI dan Kelompok Jabatan

Fungsional.

Untuk SOTK RSUD Pariaman kelas B, diusulkan setelah keluarnya

Peraturan Presiden tentang Rumah Sakit. Pembentukan Komite ditetapkan

dengan keputusan Direktur. Komite mempunyai tugas pokok membantu

Direktur menyusun standar pelayanan, memantau pelaksanaannya,

melaksanakan pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi

anggota staf medis dan/atau paramedis fungsional, mengembangkan

program pelayanan, pendidikan/pelatihan serta penelitian dan

pengembangan. Satuan Pengawas Internal ditunjuk oleh Direktur dan

bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Satuan Pengawas Internal

bertanggung jawab atas ketepatan dan kebenaran dalam hal Penjadwalan

kerja, Pelaporan dan prosedur unit.

Struktur Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman sesuai Peraturan

Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman adalah :


59

Gambar.1-1
Bagan Struktur Organisasi RSUD Pariaman

Direktur

Komite Komite Komite Komite Komite KMKP Komite SPI


PPI Medik RS K3RS
Farmasi dan Penunjan Keperawata
terapi g n

Bagian Bid. Yanmed Bid. Keuangan Bid. Penunjang


Tata & &
Usaha Keparawatan Perencanaan

Subag Umum Seksi Penunjang


& Adm Seksi Pelayanan Seksi Instalasi
medik
Medis Keperawatan Seksi laboratorium
Subag Kepeg Perencanaan
& Diklat & anggaran Penunjang non Instalasi
Instalasi medis Radiologi
Instalasi rawat inap A
Subag Aset & rawat jalan IPLRS
Seksi Instalasi
Perlengkapan Instalasi Farmasi
Perbendaharaan
IBS rawat inap B IPSRS
, Akuntansi &
verifikasi Instalasi
IGD Instalasi Gizi
Instalasi
rawat inap C IT
Instalasi keterapian fisik
Rekam Case
medis Manajer
60

4. Tugas dan Fungsi Pokok

Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat

RSUD Pariaman merupakan salah satu Rumah Sakit Tipe B yang dimiliki

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Sebagai Rumah Sakit rujukan

wilayah Sumatera Barat bagian barat mempunyai tugas pokok

melaksanakan upaya kesehatan yang berdaya guna dengan mengutamakan

upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan secara serasi dan

terpadu, dengan cara peningkatan, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi

dan penyelenggaraan upaya rujukan serta pengembangan bidang

kesehatan.

Tugas RSUD Pariaman pada pasal 4 Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2010, adalah RSUD Pariaman

mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan

yang dilakukan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan

Fungsi RSUD Pariaman, pada pasal 5 Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2010, adalah sebagai berikut

1. Penyelenggaraan Pelayanan Medis

2. Penyelenggaraan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis

3. Penyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan

4. Penyelenggaraan Pelayanan Rujukan

5. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan


61

6. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan

5. Susunan Kepegawaian Dan Kelengkapan

RSUD Pariaman mempunyai struktur organisasi sebagaimana

disebutkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Barat

Nomor 6 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Daerah Pariaman, dan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor

4 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Daerah Pariaman. Susunan kepegawaian dan kelengkapan RSUD

Pariaman terdiri dari :

a. Direktur

Direktur merupakan pimpinan SKPD pada RSUD Pariaman dengan

eselonering III a. Adapun tugas pokok, fungsi, uraian tugas sebagai

berikut.

a) Tugas Pokok

Menyelenggarakan urusan di bidang penyelenggaraan upaya

penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan berdasarkan atas

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

b) Uraian tugas

1) Menyusun rencana kegiatan rumah sakit sebagai pedoman dalam

pelaksanaan tugas.

2) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada


62

bawahan sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar.

3) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan

kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan

belum dilaksanakan.

4) Membuat konsep, memaraf dan/atau menandatangani naskah dinas

5) Mengikuti rapat-rapat sesuai bidang tugasnya.

6) Merumuskan kebijakan teknis operasional kegiatan RSUD.

7) Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka

penyelenggaraan pelayanan administrasi, medik dan keperawatan.

8) Menyelenggarakan pembinaan kepada masyarakat berkaitan

dengan pengelolaan dan pelayanan RSUD.

9) Menyelenggaranakan urusan pelayanan administrasi, medik dan

keperawatan RSUD.

10) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan pelayanan kepada

masyarakat khususnya di bidang promotif, pencegahan, pemulihan,

rehabilitasi di bidang kesehatan.

11) Menyelengarakan upaya rujukan di sektor kesehatan serta

pelayanan kesehatan penunjang lainnya.

12) Menyelenggarakan kebijakan program, keuangan, umum,

perlengkapan, dan kepegawaian dalam lingkungan RSUD.

13) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas RSUD dan memberikan

saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan

kebijakan
63

14) Menyelenggarakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh

atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas

b. Bagian/bidang

Bagian/bidang dalam struktur berkedudukan dibawah direktur.

Terdapat 1 bagian dan 3 bidang di RSUD Pariaman yaitu bagian tata

usaha, bidang keuangan, bidang pelayanan medis dan keperawatan serta

bidang penunjang. Masing-masing bagian/bidang membawahi sub bagian

dan seksi. Berikut ini dijelaskan tugas pokok, uraian tugas, dan fungsi

bagian/ bidang di RSUD Pariaman

a) Bagian tata usaha

Uraian tugas

1) Menyusun rencana kegiatan Bagian Tata Usaha sebagai pedoman

dalam pelaksanaan tugas.

2) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanakan tugas

kepada bawahan sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar.

3) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan

kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan

belum dilaksanakan.

4) Membuat konsep, mengoreksi, memaraf dan/atau menandatangani

naskah dinas.

5) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya.

6) Menyusun rumusan kebijakan teknis bidang urusan umum.


64

7) Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengelolaan urusan umum.

8) Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengelolaan urusan

kepegawaian, pendidikan dan latihan.

9) Mengkoordinasikan dan melaksanakan urusan aset dan

perlengkapan.

10) Mengkoordinasikan dan melaksanakan urusan humas dan hukum.

11) Melaksanakan administrasi pengelolaan urusan umum,

kerumahtanggaan, perlengkapan, humas dan hukum

b) Bidang Keuangan Dan Perencanaan

Uraian tugas

1) Menyusun rencana kegiatan Keuangan dan Perencanaan sebagai

pedoman dalam pelaksanaan tugas.

2) Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada

bawahan sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar.

3) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan

kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan

belum dilaksanakan

4) Membuat konsep, mengoreksi, memaraf dan/atau menandatangani

naskah dinas.

5) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya.

6) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas keuangan dan

perencanaan.

7) Menyelenggarakan fasilitas keuangan dan perencanaan.


65

8) Menyelenggarakan koordinasi keuangan dan perencanaan.

9) Menyelenggarakan fasilitas dan pengembangan keuangan dan

perencanaan.

10) Menyelenggarakan telaah staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan.

11) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan keuangan dan

perencanaan.

12) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

13) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya

c) Komite

Komite merupakan bagian struktur organisasi yang dibentuk sesuai

dengan kebutuhan rumah sakit dengan surat keputusan Direktur ada

beberapa komite di RSUD Pariaman diantaranya komite medis, komite

keperawatan, komite farmasi dan terapi, Komite Mutu dan Keselamatan

Pasien, Komite PPI, Komite K3RS dan Komite Penunjang

Komite dibentuk dengan keputusan direktur untuk tujuan dan tugas

tertentu

1) Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur

2) Komite dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh anggota dan

ditetapkan dengan Keputusan Direktur

3) Komite mempunyai tugas membantu Direktur dalam menyusun

standar pelayanan profesi, memantau pelaksanaan standar profesi,


66

melaksanakan pembinaan etika profesi, memberikan saran dan

pertimbangan dalam pengembangan pelayanan profesi

4) Jumlah Komite ditetapkan oleh Direktur sesuai kebutuhan

5) Dalam melaksanakan tugas, komite dapat membentuk Sub.Komite dan

atau Panitia yang merupakan kelompok kerja tertentu yang ditetapkan

dengan keputusan direktur

6. Informan Peneliti

Informan peneliti adalah oran yang di tetapkan debaai narasumber

informasi tentang penyelenggaraan UNBK yang dengan rinciannya

sebagai berikut :

Tabel 5.
Data Informan Peneliti PKBM Primadona

No Nama Jabatan Keterangan

1. Yanseven Syaryetti, ST Kabag IPAL 1

2. Paimin, ST Pengawas IPAL 1

3. Abdullah Petugas IPAL 1

4. Putri Hidayati Petugas IPAL 1

5 Fajri Hidayat Petugas IPAL 1

6 Dafit Hidayat Petugas IPAL 1

7 Aprilia Yolanda Petugas IPAL 1


67

B. Hasil Penelitian

1. Penyajian Data

Penyajian data pada bab IV akan membahas pengolahan dan

analisis data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di

Rumah Sakit Umum Pariaman, dimana data tersebut penulis dapatkan

melalui interview sebagai metode pokok guna mendapatkan suatu

keputusan yang objektif. Di samping itu pula penulis menggunakan

metode observasi dan dokumentasi sebagai metode penunjang guna

melengkapi data yang telah penulis dapatkan melalui metode dokumentasi

Adapun data yang akan disajikan dalam penelitian ini adalah

berupa pelaksanaan manajamen instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di

RSUD Pariaman, sebagaimana hasil dari wawancara dengan Kabag IAPL

RSUD Pariaman yang menyatakan bahwa pengolahan air limbah di rumah

sakit saat ini dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur

yang dibuat oleh pihak RSUD dan tentunya merujuk pada peraturan

perundang-undangan yang ada. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan

dari pengawas IPAL yang memiliki wewenang untuk melakukan supervisi

terhadap pelaksanaan pengelolaan IPAL oleh para petugas. Semua hasil

wawancara dan juga dokumentasi dari penelitian ini lebih lengkapnya

dapat dipaparkan sebagai berikut

a. Perencanaan

Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009 menyatakan

bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas


68

lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Salah satu lingkungan yang memiliki potensi cukup besar untuk

tercemar oleh unsur-unsur yang dapat menimbulkan dampak terhadap

kesehatan masyarakat adalah lingkungan rumah sakit.

Pada proses air limbah khususnya yang mengandung polutan

senyawa organik, sebagian besar teknologi yang digunakan untuk

menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa

tersebut. Proses pengolahan air limbah dengan menggunakan aktifitas

mikroorganisme disebut dengan proses biologis. Air limbah yang berasal

dari laboratorium dipisahkan dan ditampung karena mengandung logam

berat, kemudian diolah secara kimia-fisika.

Dalam Seri Sanitasi Lingkungan Pedoman Teknis Instalasi

Pengolahan Air Limbah Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011 disebutkan

bahwa mengolah biofilter anaerob dan aerob merupakan pengolahan yang

sesuai untuk diterapkan dalam fasilitas rumah sakit. Pengolahan air limbah

dengan proses biofilter anaerob-aerob adalah proses pengolahan air limbah

dengan cara menggabungkan proses biofilter anaerob dan proses biofilter

aerob.

Berdasarkan wawancara dengan Kabag IPAL didapatkan

keterangan sebagai berikut:

“Dalam manajemen IPAL ini tentu kita tidak bisa main-main


dalam pengelolaannya, setiap pengelolaan IPAL kita tetap
mengacu pada SOP dan juga peraturan-peraturan yang ada.
Pedoman teknis dalam pengelolaan air limbah di rumah sakit ini,
69

kita mengacu kepada pedoman teknis Istalasi Pengolahan Air


Limbah dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2011.

Lebih lanjut wawancara peneliti dengan dengan bagian pengawas

IPAL didapatkan keterangan sebagai berikut:

“oo,,, kalau mengenai perencanaan ini dilakukan pengolahan


fisik-kima terlebih dahulu ya dik,,, nah jika jumlah logam berat
dan asam yang terdapat pada karakteristik air limbah rumah sakit
melebihi baku mutu. Lalu kita lanjutkan dengan unit pengolahan
biologis yang dipilih dari beberapa alternatif teknologi
pengolahan biologis. Instalasi pengolahan limbah medis yang
direncanakan yaitu grease trap, bak netralisasi, bak ekualisasi,
bak pengendap awal berupa tangki septik, Anaerobic Biofilter
sebagai unit pengolahan biologis. Lalu Efluen IPAL rumah sakit
ini dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang efluen IPAL
(reuse water) untuk menyiram tanaman dan flushing toilet

Selanjutnya hasil observasi yang penulis lakukan terhadap standar

operasional prosedur (SOP) IPAL di rumah sakit ini didapatkan aturan-

aturan sebagai berikut

Tujuan Pengelolaan

1. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan


kesehatan akibat air limbah
2. Meningkatkan mutu Rumah sakit melalui pemeriksaan air
limbah secara berkala

Prosedur

1. Petugas ipal memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan


dan masker
2. Air limbah berasal toilet (dikumpulkan di septitank di proses
dengan mixer dan diberi enzim dialirkan ke bak comunicator
seterusnya di pompa ke bak kontrol limbah), Gizi (terlebih
dahulu di kumpulkan di greacetrap agar lemak terpisah dengan
air) dan laboratorium serta instalasi lainnya di alirkan ke bak
kontrol.
3. Dari bak kontrol menuju ke bak aerasi dan masukkan enzim 1
70

liter
4. Di pompa dengan pompa air ke bak pegendapan 1 di injeksi
cougulant(conditioner sebanyak 25 kg), flougulant (Settler
sebanyak 60 gr) dan disinfektan (kaporid sebanyak ¼ tablet)
selanjutnya di alirkan ke bak pengendapan 2, 3 dan 4
5. Larutan cougulant dan flougulant di sesuaikan dengan PH agar
proses pengendapan dapat berjalan/ bereaksi
6. Matikan pompa dosing pada panel listrik lalu masukkan
conditioner, settler dan kaporit yang telah dicampur dengan air
ke dalam drum
7. Bahan Kimia dalam drum dialirkan ke dalam bak pengendapan
8. Setting time blower 4 : 1 (4 jam berbanding 1 jam )
9. Catat flowmeter setiap hari
10. Hasil pengendapan di buang (drain) setiap hari melalui filter

Berdasarkan hasil wawancara dan temuan observasi peneliti di

lapangan diketahui bahwa dalam perencanaan Instalansi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) di RSUD Pariaman mengacu pada peraturan perundang-

undangan yang ada, yakni Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun

2009 dan juga pedoman teknis Istalasi Pengolahan Air Limbah dengan

Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian

Kesehatan pada tahun 2011. Selain itu dalam pelaksanaan di lapangan,

rumah sakit juga membuat Standar Operasional Prosedur yang dijadikan

acuan oleh petugas dalam melakukan pengelolaan IPAL.

b. Pengorganisasian

Pengorganisian dalam pengelolaan IPAL merupakan suatu proses

yang harus dilakukan oleh rumah sakit. Beberapa hal yang patut jadi

pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi penyebab tingginya tingkat

penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah sakit antara lain


71

disebabkan, kurangnya kepedulian manajemen terhadap pengelolaan

lingkungan karena tidak memahami masalah teknis yang dapat diperoleh

dari kegiatan pencegahan pencemaran, kurangnya komitmen pendanaan

bagi upaya pengendalian pencemaran karena menganggap bahwa

pengelolaan rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang

mengurusi pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha

dan masih banyak lagi kekurangan lainnya

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan sebuah

struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi

dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada

aktivitas yang lain. IPAL merupakan salah satu fasilitas utama yang harus

ada dan beroperasi dengan baik dengan efesiensi pengolahan yang harus

baik pula.

Berdasarkan wawancara dengan Kabag IPAL didapatkan

keterangan sebagai berikut:

“kalau untuk pengorganisasian IPAL di RSUD Pariaman ini


berada di bawah naungan bidang pelayanan non medik, sementara
tenaga atau sumber daya manusia pengelola limbah RSUD
Pariaman merupakan pegawai yang berada dibawah naungan
kepala bidang sarana dan prasarana serta dibawah pengawasan
kepala seksi bina sarana, berdasarkan tugas pokok dan dan fungsi
masing-masing pegawai”

Lebih lanjut wawancara peneliti dengan bagian pengawas IPAL

didapatkan keterangan sebagai berikut:

Penanganan limbah cair RSUD Pariaman bisa dikatakan dalam


kategori baik sebab memiliki tenaga khusus atau ada pegawai
yang memiliki tugas pokok dan fungsi khusus untuk menangani
atau mengelola IPAL Rumah Sakit. Selain itu, petugas kami di sini
72

juga memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai seperti tamatan


kesehatan lingkungan… , bahkan beberapa di antara mereka telah
mendapatkan pelatihan khusus penanganan limbah cair

Hal ini juga diperkuat dari wawancara peneliti dengan petugas

bagian IPAL, didapatkan keterangan sebagai berikut:

Saya bertugas di bagian IPAL ini sudah sepuluh tahun lebih dik,,
yaa latar belakang pendidikan saya kan kesehatan lingkungan
juga” (petugas 1)

“mengenai tugas di IPAL ini sudah ada SOP nya, kita kan tinggal
menjalankan aja,,, sesuai yang diberikan oleh kepala” (petugas 2)

“uraian tugas di IPAL,, kalau tugas yaa setiap harinya seperti


biasa,, kan sudah ada aturan dan cara kerjanya,, yang diberikan
oleh atasan kami, walaupun saya tidak memiliki latar belakang
pendidikan kesehatan lingkungan, tapi kami ada diberi pelatihan-
pelatihan untuk pengelolaan IPAL ini” (petugas 3)

“pelatihan ada,,,, biasanya tiap tahun ada pelatihan, kalau untuk


pelaksanaan tugas,, ktia mengacu pada SOP aja” (petugas 4)

“yaa, kerjanya tentu sesuai arahan saja,,, sudah ada aturan apa-
apa yang dilakukan,, dari atasan kami,,, ya aturannya dari
atasan” (petugas 5)

Selain melakukan wawancara dengan beberapa informan tentang

bagaimana pengorganisasan IPAL di Rumah Sakit Umum Daerah

Pariaman ini, peneliti juga melakukan observasi terhadap pedoman

pelaksanaan teknik pengorganisasan IPAL di rumah sakit ini, dari bukti

dokumen yang dilihat, ditemukan pedoman teknis sebagai berikut

Pedoman Teknis

Pedoman teknis dalam pengelolaan air limbah RSUD Pariaman


mengacu kepada pedoman teknis Istalasi Pengolahan Air Limbah
dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2011.
73

1. Saluran Air Limbah

Saluran air limbah rumah sakit sudah memenuhi kriteria baik sebab
saluran air limbah dari setiap ruangan menggunakan saluran
tertutup dan kedap air yang di tanam di bawah permukaan tanah.
Berdasarkan teori saluran pembuangan limbah harus menggunakan
sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir
dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan (Agus, Boy,
2008). Air limbah RSUD Dr. Hadrianus Sinaga kemudian di
alirkan ke setiap bak penampung pertama di setiap ruangan yang
berukuran masing masing sisi 1 meter kemudian dari setiap bak
penampung pertama akan dialirkan ke bak penampung ke dua yang
terdiri dari satu buah penampung berdekatan dengan sistem IPAL.
Setiap saluran disediakan pompa air limbah untuk mendorong air
limbah

2. Pengumpulan Air Limbah

Air limbah yang di alirkan dari bak penampung pertama hal ini
sangat efektif dalam mengurangi jumlah BOD dan TSS yang
masing masing berukuran dengan sisi 1 m, maka volumenya adalah
sisi x sisi x sisi = 1 m3 atau S3 = 1 m3 , akan dialirkan ke bak
penampung ke dua berbentuk kubus dengan ukuran masingmasing
sisi 1,5 m. sehingga dapat diketahui volume bak penampung ke dua
adalah sisi x sisi x sisi = 3,375 m3 atau S3 = 3,375 m3 . Didalam
bak penampung kedua ini air limbah akan diendapkan sebelum
masuk ke sistem pengolahan limbah cair dan didalam bak
penanmpung kedua ini air limbah merupakan bahan baku yang
akan diolah.

3. Pengolahan Air Limbah

Pengolahan air limbah dari ruangan ICU, VIP, VVIP, Kelas I, II,
III, UGD, Poli Klinik, Ruang Jenazah, Dapur Klinik Serta Ruang
Bersalin dilakukan seefektif mungkin dengan sistem biofilter
anaerob aerob, dengan menggunakan 2 tabung raksasa yang
didalamnya terdapat seluruh elemen sistem biofilter anaeroaerob.

4. Pembuangan Air Limbah

Pembuangan air limbah dilakukan melalui bak resapan yang


merupakan bak terakhir dari sistem IPAL RSUD PAriaman, dari
bak resapan air dialirkan ke dalam permukaan tanah karena bagian
dasar bak resapan tidak memiliki lantai semen. Jarak antara bak
74

resapan dengan bibir pantai danau toba adalah ± 5 meter.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan

ditemukan bahwa dalam pengorganisasan pengelolaan IPAL, RSUD

Pariaman telah membentuk uraian tugas yang tetap berpedoman pada

aturan-aturan yang berlaku dan implementasi dari uraian tugas yang

dilakukan oleh petugas di lapangan juga mengacu pada standar operasional

prosedur dari atasan mereka. Untuk menunjang kinerja dalam

pengorganisasian ini, petugas yang mengelola IPAL adalah orang yang

berkompeten di bidangnya, karena memiliki latar belakang pendidikan

kesehatan lingkungan. Selain itu untuk meningkatkan kinerja petugas,

berbagai pelatihan telah dilakukan dan wajib diikuti oleh petugas IPAL di

rumah sakit ini.

c. Pengarahan

Fungsi pengarahan adalah yang terpenting dalam manajemen dan

dikuasai dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat di terapkan

setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan

maka proses manajemen dalam mencapai tujuan sudah dapat dimulai.

Karyawan tidak dapat menguasai sepenuhnya karena penerapan fungsi

pengarahan sangatlah sulit,rumit dan kompeks. Hal ini disebabkan

karyawan adalah mahluk hidup yang punya pikiran, perasaan harga diri,

cita cita, dan lain lainya

Tenaga kerja yang menangani Limbah IPAL RSUD Pariaman

terdiri dari pengawas, pengelola dan pelaksana. Dalam melakukan


75

pengelolaan IPAL di rumah sakit ini dilakukan dengan sistematis,

mengingat limbah yang dihasilkan adalah limbah yang berbahaya bagi

lingkungan. Untuk itu setiap pekerja dalam bertindak harus sesuai dengan

arahan dari atasan mereka.

Berdasarkan wawancara dengan Kabag IPAL didapatkan

keterangan sebagai berikut:

““Pada dasarnya pengelolaan limbah di Rumah Sakit ini telah


dilakukan dengan baik, jadi yang diperlukan adalah pengawasan
dari Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman yang ketat
dan tegas, agar pengelolan yang sudah baik ini dapat ditingkatkan
atau paling tidak ya… dipertahankan dan tentunya setiap pekerja
selalu diarahkan dan dituntun dalam pengelolaan limbah ini,,,
sebagaimana kita ketahui,, limbah ini tidak saja berbahaya bagi
lingkungan, akan tetapi bagi pekerja yang tidak hati-hati juga bisa
berdampak tidak baik bagi dirinya”

Lebih lanjut wawancara peneliti dengan bagian pengawas IPAL

didapatkan keterangan sebagai berikut:

“Pengelolaan limbah di Rumah Sakit ini dirasa sudah


dilaksanakan sudah baik, tapi pengarahan dan pengawasan yang
ketat dari pihak manajemen terhadap mereka yang terkait dengan
pengolahan limbah tetap diperlukan, supaya kinerja merekan tetap
terjaga, seperti di lapangan… para pekerja selalu bekerja sesuai
dengan arahan saya karena saya langsung yang bertanggung
jawab di lapangan…”

Hal ini juga diperkuat dari wawancara peneliti dengan petugas

bagian IPAL, didapatkan keterangan sebagai berikut:

‘Ada, arahan dari atasan kami tentunya ada,,,, ” (petugas 1)

“setiap hari sebelum bekerja pasti pengawas selalu memberikan


arahannya,,, memastikan apa kami memakai pelindung dalam
bekerja” (petugas 2)

“ada,, kadang Kabag juga turun memberikan arahan,, kalau yang


banyak memberikan yaa,,, yaa Pak Paimin” (petugas 3)
76

“oo,, dalam pengelolaan IPAL ini,, ada diarahkan oleh Pak


Paimin,,, pokoknya semua pekerja bekerja sesuai arahan beliau”
(petugas 4)

“yaa, kerjanya sesuai arahan saja,,, apa yang disuruh dan


diperintahkan oleh atasan,, itu yang kita kerjakan” (petugas 5)

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, ditemukan bahwa

Instalasi Pengolahan Air Limbah RSU Daerah Pariaman terdiri dari

bangunan-bangunan dan peralatan sebagai berikut :

a. Bak Equalisasi
Bak ini dibangun dengan tujuan untuk mengatasi fluktuasi debit aliran
masuk (influen) sehingga tidak mengganggu proses pengolaha
selanjutnya. Selain itu bak tersebut juga digunakan sebagai bak
pengendap awal untuk menyisihkan sebagian dari material tersuspensi
yang ada dalam air buangan.
b. Bak Aerasi
Sistem pengolahan biologis yang dipergunakan dalam instalasi ini
adalah Lumpur Aktif (Activated Sludge). Sifat pengolahan atau
penyisihan materi dengan lumpur aktif berlangsung dalam suasana
aerobik sehingga perlu penambahan udara atau oksigen ke dalam air
buangan yang diolah. Penambahan udara ini menggunakan Blower
dan berlangsung di dalam unit Aerasi.
Lumpur Aktif dalam instalasi ini merupakan reaktor sistem aliran
kontinu dengan menggunakan bak aerasi yang panjang. Dalam unit
Lumpur Aktif juga dilakukan resirkulasi lumpur yang dihasilkan pada
unit Clarifier. Tujuan dari resirkulasi adalah untuk lebih
meningkatkan efisiensi pengolahan.
c. Bak Clarifier
Berfungsi untuk mengendapkan flok-flok biologi yang dihasilkan dari
unit pengolahan sebelumnya (Unit Aerasi).
d. Bak Klorinasi
Berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses desinfeksi air
buangan hasil pengolahan unit-unit sebelumnya, sehingga air buangan
yang keluar dari IPAL memenuhi syarat mikrobiologis dan relatif
aman dari segi mikrobiologisnya bila akan dibuang ke badan air
penerima.
e. Bars Screen
Bars screen berfungsi untuk menyaring material kasar dalam air
buangan yang akan dilah di IPAL. Bars Screen yang dibangun terdiri
dari pilar baja yang diatur dalam jarak 1 – 3 cm.
f. Comminutor (optional)
77

Berfungsi untuk menghancurkan material kasar yang lolos dari


saringan bars screen menjadi material yang lebih kecil dan seragam.
Hal ini bertujuan agar dapat mengurangi persoalan-persoalan yang
timbul dalam proses atau dalam pengoperasian unit-unit pengolahan
air buangan yang diakibatkan oleh bervariasinya ukuran partikel.
g. Diffuser
Berfungsi untuk menyalurkan atau memasukan udara/ oksigen ke air
buangan yang diolah. Udara yang dimasukan/ diinjeksikan ke dalam
air buangan berasal dari Blower melalui pipa.
h. Blower
Berfungsi untuk memasukan udara/ oksigen ke dalam air buangan
yang akan diolah. Udara yang akan diinjeksikan selanjutnya
disalurkan melalui pipa menuju diffuser.
i. Floating Weir
Berfungi untuk menyalurkan air buangan dari unit pengolahan
Activated Sludge (bak Aerasi) menuju Clarifier dan sebagai alat
kontrol/ ukur debit air buangan yang diolah.
j. Air Lift
Berfungsi sebagai pompa untuk meresirkulasi lumpur dari hasil
pengendapan di clarifier untuk dikembalikan ke bak aerasi.
k. Dosing Pump
Peralatan (pompa) yang dipergunakan untuk membubuhkan bahan
kimia yang diperlukan dalam pengolahan air buangan. Besar kecilnya
pompa disesuaikan dengan dosis bahan kimia yang akan
ditambahkan.
l. Chemical Tank
Tangki tempat penyimpanan bahan kimia yang akan dibubuhkan pada
air buangan.
m. Anti Foam Pump
Berfungsi untuk memompa koagulan dan mencegah agar tidak
terbentuk busa di bak aerasi.
n. Spray Nozzle
Spray nozzle diletakan pada unit aerasi untuk menyalurkan/
menyemprotkan koagulan yang akan ditambahkan ke air buangan.
o. Panel Kontrol
Sebagai pusat pengendali operasi dari IPAL. Fungsi alat ini adalah
menyalurkan energi dari sumber listrik ke masing-masing peralatan.
Sebagai pengendali maka alat ini juga dilengkapi dengan sinyal/
indikator sebagai alat pendeteksi beroperasinya alat-alat yang
dipasang sehingga dapat mengetahui kerusakan

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan ditemukan

bahwa dalam pengarahan pengelolaan IPAL, RSUD Pariaman berjalan

dengan baik. Pengarahan terhadap pekerja langsung di lapangan terhadap


78

pengelolaan IPAL merupakan tanggung jawab dari pengawas IPAL dan

pengawas IPAL memberikan laporan hasil pengelolaan IPAL di lapangan

kepada kepala bagian.

d. Pengawasan

Pengawasan terhadap pengelolaan IPAL di RSUD Pariaman

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengawasan pengendalian

limbah rumah sakit di rumah sakit ini. Pelaksanaan terhadap pengawasan

operasional ini diharapkan untuk dapat memaksimalkan kinerja IPAL

Rumah Sakit ini sehingga parameter-parameter uji secara keseluruhan

dapat memenuhi standar baku mutu sesuai peraturan yang ada.

Berdasarkan wawancara dengan Kabag IPAL didapatkan

keterangan sebagai berikut:

“kalau untuk pengawasan,,, sebagai rumah sakit rujukan propinsi


pengawasan terhadap pengelolaan IPAL ini dilakukan oleh
Pelaksana Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi
Sumatera Barat, naah…… dari hasil pemantauan dan evaluasi
mereka seperti hasil rekapitulasi mulai dari dokumen lingkungan,
pengelolaan air, pengelolaan udara, pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun nanti diberikan laporannya kepada kami.
Biasanya hasil pengawasan yang mereka lakukan, nanti kita
diundang untuk membahas hasil evaluasi pengawasan dan
bagaimana tindakan perbaikannya,”

Lebih lanjut wawancara peneliti dengan bagian pengawas IPAL

didapatkan keterangan sebagai berikut:

“selama ini hasil pengawasan di lapangan semua pekerja sudah


bekerja sesuai standar prosedurlah…. hanya tinggal dari sisi
kinerja dan pengelolaanya saja yang perlu terus ditingkatkan …
yaa kita tahu kan,, setiap tahun pasti jumlah pasien tambah
banyak,,, otomatis limbah yang dihasilkan pun bertambah pula”

Hal ini juga diperkuat dari wawancara peneliti dengan petugas


79

bagian IPAL, didapatkan keterangan sebagai berikut:

‘pengawasan,,, ada, kami bekerja selalu ada pengawasan dari


atasan,,,, ” (petugas 1)

“ada lah,, kalaupun pengawas tidak ada di lapangan,, ya kita kan


sudah tahu apa yang harus dikerjakan,, kalau untuk IPAL kita
tidak bisa bekerja setengah-setengah,, kalau ada kesalahan,,
pekerjaan nantinya tambah berat lagi” (petugas 2)

“ada,, petugas yang mengawasi ada,, kan juga ada bagian yang
pekerjaannya sebagai pengawas” (petugas 3)

“ada,, pengawas dari rumah sakit ada,,, kadang sesekali ada juga
diawasi oleh petugas dari propinsi” (petugas 4)

“ya dari propinsi juga ada,,, mereka bertanya, banyaklah,, kadang


ada yang menurut mereka masih kurang,, diberi tahu,, nanti kita
perbaiki” (petugas 5)

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa pengawasan

terhadap pengelolaan IPAL di RSUD Pariaman selama ini dibawah kontrol

dari Pelaksana Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi

Sumatera Barat. Hasil pengawasan yang dilakukan selama ini pada

umumnya sudah berjalan dengan baik, namun ada beberapa bagian

pelaksanaan dari pengelolaan IPAL yang masih perlu diperbaiki. Dari hasil

evaluasi terhadap pengawasan pihak Pelaksana Badan Lingkungan Hidup

Daerah (BLHD) Provinsi Sumatera Barat biasanya melakukan

pemanggilan terhadap pihak rumah sakit untuk membicarakan tindak

lanjut dari temuan mereka di lapangan. Sementara untuk pengawasan

pekerja di lapangan sudah sesuai dengan standar operasional prosedur

yang ada. Pengawasan terhadap pekerja di lapangan merupakan tanggung

jawab dari petugas yang ditunjuk langsung sebagai pengawas.


80

2. Pembahasan

a. Perencanaan

Perencanaan Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di RSUD

Pariaman mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ada, yakni

Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009 dan juga pedoman

teknis Istalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anaerob

Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang dikeluarkan oleh

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan pada

tahun 2011. Selain itu dalam pelaksanaan di lapangan, rumah sakit juga

membuat Standar Operasional Prosedur yang dijadikan acuan oleh petugas

dalam melakukan pengelolaan IPAL

Salah satu lingkungan yang memiliki potensi cukup besar untuk

tercemar oleh unsur-unsur yang dapat menimbulkan dampak terhadap

kesehatan masyarakat adalah lingkungan rumah sakit. Kementrian

Kesehatan RI Tahun 2011 disebutkan bahwa mengolah biofilter anaerob

dan aerob merupakan pengolahan yang sesuai untuk diterapkan dalam

fasilitas rumah sakit. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter

anaerob-aerob adalah proses pengolahan air limbah dengan cara

menggabungkan proses biofilter anaerob dan proses biofilter aerob.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasan pengelolaan IPAL, RSUD Pariaman telah

membentuk uraian tugas yang tetap berpedoman pada aturan-aturan yang


81

berlaku dan implementasi dari uraian tugas yang dilakukan oleh petugas di

lapangan juga mengacu pada standar operasional prosedur dari atasan

mereka. Untuk menunjang kinerja dalam pengorganisasian ini, petugas

yang mengelola IPAL adalah orang yang berkompeten di bidangnya,

karena memiliki latar belakang pendidikan kesehatan lingkungan. Selain

itu untuk meningkatkan kinerja petugas, berbagai pelatihan telah dilakukan

dan wajib diikuti oleh petugas IPAL di rumah sakit ini.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan sebuah

struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi

dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada

aktivitas yang lain. Pengorganisian dalam pengelolaan IPAL merupakan

suatu proses yang harus dilakukan oleh rumah sakit.

c. Pengarahan

Tenaga kerja yang menangani Limbah IPAL RSUD Pariaman

terdiri dari pengawas, pengelola dan pelaksana. Dalam melakukan

pengelolaan IPAL di rumah sakit ini dilakukan dengan sistematis,

mengingat limbah yang dihasilkan adalah limbah yang berbahaya bagi

lingkungan. Dalam pengarahan pengelolaan IPAL, RSUD Pariaman

berjalan dengan baik. Pengarahan terhadap pekerja langsung di lapangan

terhadap pengelolaan IPAL merupakan tanggung jawab dari pengawas

IPAL dan pengawas IPAL memberikan laporan hasil pengelolaan IPAL di

lapangan kepada kepala bagian.

Fungsi pengarahan adalah yang terpenting dalam manajemen dan


82

dikuasai dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat di terapkan

setelah rencana, organisasi, dan karyawan ada. Jika fungsi ini diterapkan

maka proses manajemen dalam mencapai tujuan sudah dapat dimulai

d. Pengawasan

Pengawasan terhadap pengelolaan IPAL di RSUD Pariaman

selama ini dibawah kontrol dari Pelaksana Badan Lingkungan Hidup

Daerah (BLHD) Provinsi Sumatera Barat. Hasil pengawasan yang

dilakukan selama ini pada umumnya sudah berjalan dengan baik, namun

ada beberapa bagian pelaksanaan dari pengelolaan IPAL yang masih perlu

diperbaiki. Dari hasil evaluasi terhadap pengawasan pihak Pelaksana

Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Sumatera Barat

biasanya melakukan pemanggilan terhadap pihak rumah sakit untuk

membicarakan tindak lanjut dari temuan mereka di lapangan. Sementara

untuk pengawasan pekerja di lapangan sudah sesuai dengan standar

operasional prosedur yang ada.

Pengawasan terhadap pekerja di lapangan merupakan tanggung

jawab dari petugas yang ditunjuk langsung sebagai pengawas.

Pelaksanaan terhadap pengawasan operasional ini diharapkan untuk dapat

memaksimalkan kinerja IPAL Rumah Sakit ini sehingga parameter-

parameter uji secara keseluruhan dapat memenuhi standar baku mutu

sesuai peraturan yang ada.


83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian mengenai manajemen Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL) di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di RSUD

Pariaman mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ada, yakni

Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009 dan juga pedoman

teknis Istalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anaerob

Aerob Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang dikeluarkan oleh

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan pada

tahun 2011. Selain itu dalam pelaksanaan di lapangan, rumah sakit juga

membuat Standar Operasional Prosedur yang dijadikan acuan oleh petugas

dalam melakukan pengelolaan IPAL

2. Pengorganisasan pengelolaan IPAL, RSUD Pariaman telah membentuk

uraian tugas yang tetap berpedoman pada aturan-aturan yang berlaku dan

implementasi dari uraian tugas yang dilakukan oleh petugas di lapangan

juga mengacu pada standar operasional prosedur dari atasan mereka.

Untuk meningkatkan kinerja petugas, berbagai pelatihan telah dilakukan

dan wajib diikuti oleh petugas IPAL di rumah sakit ini


84

3. Pengarahan pengelolaan IPAL, RSUD Pariaman berjalan dengan baik.

Pengarahan terhadap pekerja langsung di lapangan terhadap pengelolaan

IPAL merupakan tanggung jawab dari pengawas IPAL dan pengawas

IPAL memberikan laporan hasil pengelolaan IPAL di lapangan kepada

kepala bagian

4. Pengawasan terhadap pengelolaan IPAL di RSUD Pariaman selama ini

dibawah kontrol dari Pelaksana Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)

Provinsi Sumatera Barat. Hasil pengawasan yang dilakukan selama ini

pada umumnya sudah berjalan dengan baik, namun ada beberapa bagian

pelaksanaan dari pengelolaan IPAL yang masih perlu diperbaiki.

Sementara untuk pengawasan pekerja di lapangan sudah sesuai dengan

standar operasional prosedur yang ada. Pengawasan terhadap pekerja di

lapangan merupakan tanggung jawab dari petugas yang ditunjuk langsung

sebagai pengawas

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Perlu peningkatan jumlah tenaga, penataan tenaga dan atau pemanfaatan

tenaga yang ada dengan baik di bidang pengangan limbah rumah sakit,

baik itu limbah padat dan cair.

2. Perlu mendorong tenaga lingkungan hidup yang ada untuk mengikuti

pelatihan khusus penganan limbah cair rumah sakit guna peningkatan

pengetahuan mereka pengolahan limbah cair.

3. Pelaksana sanitasi RSUD Pariaman diharapkan lebih rutin lagi dalam


85

memeriksa sarana dan prasarana limbah cair.

4. Bagi Pelaksana Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi

Sumatera Barat sebagai instansi terkait pemeriksa limbah cair rumah sakit

agar lebih meningkatkan pengawasan dan memberi laporan hasil

pemeriksaan IPAL secara berkala dan lebih lengkap guna peningkatan

mutu IPAL yang ada

5. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam tentang sistem

pengolahan serta unsur lain yang ada di dalamnya, selain itu agar

penelitian ini dapat dikembangkan lebih luas lagi.

Anda mungkin juga menyukai