Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK

RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA


PANDAAN - PASURUAN
2022

RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA

Jl. Raya By Pass No. 06 Pandaan - Pasuruan


Telp. (0343) 636064 Fax. (0343) 636083
Email. msmpandaan@gmail.com

1
DAFTAR ISI

2
Halaman cover .........................................................................................................
1

Daftar Isi....................................................................................................................
2

SK Direktur................................................................................................................
3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
4

BAB II GAMBARAN UMUM RS.........................................................................


5

BAB III STRUKTUR ORGANISASI RS...............................................................


5

BAB IV STRUKTUR ORGANISASI KOMITE ETIK RS........................................


6

BAB V URAIAN TUGAS,FUNGSI DAN WEWENANG.......................................


7

BAB VI TATA HUBUNGAN KERJA.....................................................................


9

BAB VII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI..............................................


10

BAB VIII KEGIATAN ORIENTASI.........................................................................


15

BAB IX PERTEMUAN/ RAPAT...........................................................................


36

BAB X PELAPORAN..........................................................................................
37

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan jasa kesehatan, mengutamakan atau mementingkan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu
oleh rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan penyakit serta
upaya perbaikan (Undang – undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009).
Rumah sakit tidak hanya sekedar menampung orang sakit saja melainkan harus
lebih memperhatikan aspek peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Pengelolaan rumah sakit pada masa lalu dipandang sebagai usaha
sosial, tetapi dimasa sekarang pengelolaan rumah sakit harus lebih dari itu.
Adanya penataan manajemen yang baik, sinergi antara manajemen rumah sakit,
pengelolaan SDM dengan pasien atau keluarganya, hubungan dengan
organisasi rumah sakit lainnya, hubungan dengan lingkungan sekitar, juga
bagaimana output produksi kita barupa limbah buang (medis dan non medis)
terhadap dampak lingkungan yang ada, ini semua perlu adanya penataan yang
baik.
Rumah Sakit Mitra sehat medika merupakan salah satu rumah sakit
swasta di Kabupaten Pasuruan yang berusaha memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional, berkualitas, terjangkau serta mengutamakan
mutu dan keselamatan pasien. Oleh karena itu Rumah Sakit Mitra sehat medika

5
selalu memperbaiki kinerjanya agar dapat memberikan kepercayaan kepada
masayarakat atas mutu pelayanan. Kepercayaan masyarakat kita anggap
penting karena hal ini mencerminkan adanya output organisasi yang baik,
menunjukan bahwa ada keberhasilan pengelolaan manajemen rumah sakit yang
dilaksanakan dengan baik.
Pedoman pengorganisasian Rumah Sakit Mitra sehat medika
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk instalasi maupun unit-unit terkait yang
ada di Rumah Sakit Mitra sehat medika guna mengimplentasikan semua
program kerja sebagaimana tertuang dalam rencana strategi rumah sakit
dengan tetap berlandaskan pada visi-misi rumah sakit.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit MITRA SEHAT MEDIKA (RS. MITRA SEHAT MEDIKA)


merupakan rumah sakit umum dengan pelayanan kesehatan mulai dari yang
bersifat umum sampai dengan yang bersifat spesialistik, yang dilengkapi
dengan pelayanan penunjang medis 24 jam.
RS MITRA SEHAT MEDIKA berlokasi di Jalan Raya By Pass Pandaan
No. 06 Pasuruan 67156, Jawa Timur, Indonesia. Telp 0343- 636064, Fax:
0343 – 636083 dengan alamat e-mail msmpandaan@gmail.com
RS. MITRA SEHAT MEDIKA diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2010
sebagai Rumah Sakit Bersalin dengan nomer ijin P2T/01/03.53/IX/2010
dibawah pimpinan dr. Judy Dermawan sebagai direktur, kemudian mendapat
ijin sebagai RSU pada tahun 2011 dengan nomer ijin P2T/08/03.51/XII/2011.
Pada awal kepemimpinan beliau yaitu pada periode sebagai RSB,
masih memiliki sedikit perencanaan untuk pengembangan institusi karena
kondisi yang masih minim tenaga. Namun dengan adanya tekad ingin
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat akhirnya upaya-
upaya pengembangan dilakukan. Pengembangan awal yang dilakukan yaitu
meningkatkan fasilitas-fasilitas dan layanan kesehatan untuk masyarakat
sehingga menjadikan RSB Mitra Sehat Medika layak mendapat ijin sebagai
Rumah Sakit Umum (RSU) dan mendapatkan perijinan sebagai RSU pada
tahun 2011 dengan nomer ijin (P2T/08/03.51/XII/2011.

6
Penetapan sebagai RSU memberikan semangat baru bagi segenap
pengelola institusi. Namun disisi lain memberikan tantangan tersendiri
karena dengan ditetapkannya sebagai RSU pengelolaan institusi menjadi
semakin komplek dan memerlukan penataan baik dari sisi structural maupun
fungsional. Oleh karena itu segenap jajaran pengelola bermaksud untuk
mengajukan akreditasi RS guna untuk memperbaiki berbagai system
pengelolaan RS yang masih belum standard dan perlu disempurnakan.
Dengan berbekal tekad yang kuat berbagai persiapan seperti study banding
ke beberapa RS yang sudah terakreditasi akhirnya pada tahun 2012
mengajukan ke KARS untuk mengikuti program akreditasi. RSU Mitra Sehat
Medika berhasil menjalani dan terakreditasi 5 pelayanan dasar untuk
Pelayanan Administrasi, Pelayanan Rekam Medik, Pelayanan Unit Gawat
Darurat, Pelayanan Medik dan Pelayanan Keperawatan. Pada tahun 2017,
RS Mitra Sehat Medika juga telah terakreditasi perdana versi 2012 oleh
KARS.
Penyelenggaraan akreditasi RS MITRA SEHAT MEDIKA memberikan
dampak yang sangat besar terhadap pengelolaan intitusi. Terutama dalam
bidang pengorgasian RS, tata kelola dokumen dan pengembangan jenis
pelayanan medis seperti poli umum, poli gigi dan mulut, dan poli spesialis,
Unit Gawat Darurat, serta rawat inap yang terdiri dari kelas I, II, III, dan VIP
yang dilengkapi pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi, fisioterapi.
Kebijakan umum rumah sakit adalah setiap pasien yang datang
dilayani kebutuhannya secara tuntas dengan menyediakan keperluan
perawatan dan pengobatan pasien, baik obat maupun alat yang diperlukan,
tanpa memberi resep yang harus dibeli oleh pasien, tanpa uang muka.
Semua baru dibayar oleh pasien setelah pasien siap pulang. Kebijakan ini
merupakan kebijakan yang diterapkan sejak awal berdiri sebagai RSB.

7
8
BAB III

STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA
2022

DIREKTUR

Komite Medis SPI MOD/


Komite Etik RS MPP
Komite Keperawatan Bidang Bidang Bidang Bagian Bagian
Komite Tenaga Kesehatan Lain Yan Medis Penunjang Medis Keperawatan Umum Keuangan
Komite Mutu
Komite PPI
Komite K3RS
Komite Farmasi dan Terapi Instalasi Gawat Unit Unit Rawat Unit Accounting
Komite PPRA Darurat Laboratorium Inap A Kepegawaian
Panitia Diklat
Kasir
Tim PKRS
Unit Unit Unit Rawat Unit Humas dan
Tim Penjaminan
i Kamar Radiologi Inap B Pemasaran
Operasi

Instalasi Unit Rawat Unit Informasi


Unit Teknologi
Farmasi Inap C
Rawat Jalan

Kesehatan
Unit Unit Perina Lingkungan
Gizi
Keterangan
Unit UPS RS
SPI : Satuan Pengawas Internal Unit Kamar Bersalin
MOD : Manager On Duty Rekam Medis
MPP : Manajer Pelayanan Pasien Security
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Unit
K3RS : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Fisioterapi
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Logistik
PPRA : Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
Diklat : Pendidikan dan Pelatihan
Direktur
PKRS : Promosi Kesehatan Rumah Sakit PT. Mitra Sehat Medika Inventory
UPS RS : Unit Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

Laundry

i
Drs. Franky Tandayu, Apt.
Pandaan, 5 November 2015 5
Direktur RS Mitra Sehat Medika Komisaris RS Mitra Sehat Medika

dr. Iqbal Sayyidil Affan Purba Drs. Franky Tandayu, Apt


BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE ETIK

DIREKTUR

KETUA
KOMITE ETIK

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

ANGGOTA

6
BAB V
URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG

A. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN WEWENANG


1. Tugas Pokok dan Fungsi :
Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melakukan perencanaan,
pengelolaan, pengawasan, pengendalian dan pembinaan.

2. Wewenang dan Tanggung jawab :


Mempunyai wewenang untuk melakukan identifikasi dan rekomendasi
masalah karyawan serta bertanggung jawab kepada Direktur.

B. KETUA
1. Menyusun dan mengajukan program kerja dan RAPB dengan
anggotanya.
2. Melaksanakan pengaturan dan pengendalian kegiatan yang tertuang
dalam program kerja.
3. Mengadakan rapat dan koordinasi dengan anggotanya.
4. Mempelajari, membahas, serta memproses data-data yang masuk
bersama-sama dengan anggotanya.
5. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap masalah-masalah yang ada.
6. Melaporkan kegiatan komite kepada Direktur.

C. SEKRETARIS
1. Menyelenggarakan kegiatan kesekretariatan.
2. Melakukan koordinasi dengan unit atau pihak terkait sehubungan dengan
kelengkapan data-data pendukung.
3. Mengolah serta menampilkan data.
4. Menyiapkan kebutuhan sarana dan prasarana.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua komite.

D. ANGGOTA

7
1. Mengikuti kegiatan komite dalam hal mempelajari, membahas, serta
memproses data-data.
2. Menghadiri setiap rapat yang diadakan oleh Ketua komite.
3. Memberikan masukan serta referensi kepada Ketua komite sehubungan
dengan data-data yang masuk.
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua komite.

8
BAB VI
TATA HUBUNGAN KERJA

A. ASPEK ETIK DALAM BIDANG KESEHATAN


1. NORMA HUKUM
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan
kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu
kehidupan , atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Tujuan pokok dari hukum adalah menciptakan tatanan
masyarakat untuk menjamin kelangsungan keseimbangan . Dengan
tercapainya ketertipan didalam masyarakat , diharapkan kepentingan
manusia akan terlindung dengan demikian bertitik tolak pada
penghormatan dan perlindungan, manusia.
Eksistensi hukum semakin nyata dalam menyelesaikan
persoalan yang timbul dalam praktek profesi kedokteran , menimbulkan
beberapa pandangan , bahwa profesi dokter harus dibiarkan bebas
mengatur dirinya. Apabila hukum mengharuskan dokter bertindak
berdasarkan kaidah-kaidah etik, maka dokter menjalankan
kewajibannya hanya karena takut akan sanksi , bukan karena
kesadaran dan tanggung jawab moralnya. Suatu sikap percaya antar
dokter dan pasien lebih besar kemungkinannya berkembang
berdasarkan moralitas dari pada hubungan yang diatur oleh ketentuan
hukum saja. Pendapart lain sama kuatnya yaitu menolak dokter harus
dibiarkan bebas menentukan apa yang terbaik dalam mengatur
hubungan dengan pasien. Apabila dokter diberi hak sepenuhnya untuk
memutuskan masalah hidup matinya pasien ditinjau dari sudut
kepentingan umum. Sebab jika dokter sendiri berhak menentukan apa
yang harus ia lakukan terhadap pasiennya, berarti hal itu meniadakan
hak individu pasien untuk menetukan apa yang terbaik baginya.
Oleh karena itu untuk memahami pentingnya hukum dan dalam
mengatur hubungan yang menyangkut profesi dokter , maka harus

9
kembali pada tujuan pokok dari tugas hukum dalam kehidupan bersama
yaitu menciptakan tatanan masyarakat yang tertip dalam
keseimbangan. Salah satu kaidah yang diperlukan manusia adalah
kaidah hukum yang mengatur antar manusia melalui keserasian antara
ketertiban dan ketentraman. Norma hukum biasanya dirumuskan dalam
bentuk perilaku yang dilarang dengan sanksinya apabila dilanggar.
Norma hukum yanga tertulis dan yang tidak tertulis, hukum tertulis
disamakan dengan perturan perundang-undangan , "peraturan"
menunjuk pada norma hukum tertulis. Hukum tidak tertulis bersumber
pada kebiasaan, yang mempunyai akibat–akibat hukum. Hukum tak
tertulis berlaku sepanjang hal itu tidak diakui oleh peraturan perndang-
udangan.
Hukum kesehatan mencakup segala peraturan dan aturan
secara langsung berkaitasn dengan pemeliharan dan perawatan
kesehatan yang terancam atau kesehatan yang rusak. Juga mencakup
penerapan hukum perdata umum dan pidana umum yang berkaitan
dengan hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan.
Etik profesi medis di Indonesia tertuang dalam KODERSI
sebagai lampiran 1 SK PERSI VI tentang pengesahan berlakunya kode
etik Rumah Sakit Indonesia, 1993.
Dalam kaitannya dengan tugas tenaga kesehatan (dokter,
perawat) sebagai tenaga professional, sebagai manusia biasa tidak
luput dari ketentuan hukum yang berlaku bagi setiap orang. Dilain pihak
pasien semakin sadar akan hak – haknya dan perlindungan hukum atas
dirinya , sehingga permasalahan hubungan tenaga kesehatan dengan
pasien menjadi semakin kompleks. Keistimewaan kelompok profesi
dokter ialah bahwa tumpuan utamanya, justru terletak dalam integritas
etis yang tercermin melalui dedikasinya, terhadap standar perilaku etis,
dalam hal ini menghargai hak orang lain (pasien) serta atas keadilan
dan kebajikan.
Landasan etis inilah yang merupakan dasar bagi kepercayaan
masyarakat, khususnya pasien, dan yang memberikan dimensi moral
sehingga mendapat status terhormat dan terpercaya dalam masyarakat.
Dalam kenyataannya etis tidak mampu menyelesaikan permasalahan

10
yang timbul antara dokter dan pasien dan yang menjadikan yuridiksi
peradilan menjadi luas.
Hubungan dokter dengan pasien dalam melaksanakan
tugasnya dilandasi oleh dasar-dasar etik sebagai seorang dokter yang
dibekali dengan sumpah jabatan dan kode etik profesi. Sedangkan
keterkaitan dengan pasien dilandasi dengan dasar – dasar hukum yang
mengatur hubungan hukum antar dua pihak . Masing-masing dibebani
hak dan kewajiban yang sifatnya mengikat untuk dipatuhi.
Dalam struktur organisasi Rumah Sakit terdapat komite medik
yang tata kerjanya terkait erat dengan audit medik yang berfungsi
mencegah kemungkinan terjadiinya kesalahan / kelalaian dalam
tindakan medis tertentu, disamping upaya penyelesaian kesalahan/
kelalaian terlanjur terjadi. Apa yang dilakukan oleh komite medik melalui
audit medik tersebut tidak lain bertujuan agar kepada pasien diberikan
pelayanan perawatan medis yang sebailk-baiknya dengan
menggunakan teknik dan tata cara (prosedur) berdasar ilmu
pengetahuan kedokteran dan etik dalam rangka tanggung jawab Rumah
Sakit sebagai salah satu macam jenis sarana kesehatan menurut
ketentuan UU RI no.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
1. Hubungan Etik Pasien – Rumah Sakit.
Tim Medis suatu kesatuan tidak bisa dinyatakan dalam
tanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian karena tenaga
kesehatan anggota dari tim tersebut selalu hanya bertanggung
jawab sendiri atas pekerjaan yang dilakukan sesuai keahliannya.
Dengan demikian kegiatan di Rumah Sakit tidak terlalu simple ,
tidak sesederhana demikian. Tidak mudah untuk menentukan
kegiatan yang mana termasuk kegiatan perawatan. Apabila dilihat
dari hubungan hukum yang timbul antara pasien dan Rumah Sakit,
dapat dibedakan dua (2) macam perjanjian :
2.1. Perjanjian perawatan dimana terdapat kesempatan antara
Rumah Sakit dan pasien bahwa pihak Rumah Sakit
menyediakan kamar perawatan dan dimana tenaga perawat
melakukan tindakan perawatan.

11
2.2. Perjanjian pelayanan medis dimana tersapat kesepakatan
antara Rumah Sakit dan pasien bahwa tenaga medis rumah
sakit akan berupaya secara maksimal untuk menyembuhkan
pasien melalui tindakan medis (" inspanning verbintenis").
2. Hubungan Etik Pasien – Tenaga Kesehatan.
Bertitik tolak dari hal tersebut , maka hubungaan hukum pasien dan
tenaga kesehatan di rumah sakit dapat berupa :
2.1. Hubungan pasien dengan dokter.
Hubungan hukum pasien dengan dokter dimana pihak dokter
berupa secara maksimal menyembuhkan pasien.
2.2. Hubungan hukum pasien dengan tenaga kesehatan lain.

Hubungan hukum pasien dengan tenaga kesehatan lain merupakan


kontrak dimana tenaga kesehatan lain harus berupaya memberikan
pelayanan sesuai dengan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki.

3. Hubungan Etik Dokter dengan Perawat.


Hubungan dokter dengan perawat dapat merupakan rujukan atau
delegasi, Pada hubungan rujukan lain tersebut melakukan tindakan
sesuai keputusan nya sendiri, sedangkan delegasi tenaga
kesehatan lain tidak dapat mengambil kebijakan sendiri tetapi
melakukan tindakan sesuai dengan delegasi yang diberikan oleh
dokter.
Di Rumah Sakit mitra sehat medika para dokter tidak bisa bekerja
tanpa bantuan para perawat, begitu juga sebaliknya perawat tanpa
ada intruksi dokter, tidak berwenang untuk tindakan secara mandiri,
kecuali dalam bidang tertentu yang sifatnya umum dan memang
termasuk tindakan mandiri perawat. Ada batas yang tidak jelas
antara tindakan yang termasuk di bidang medik yang harus
dilakukan oleh profesi kedokteran dan tindakan yang termasuk
wewenang profesi perawat.

Perawat dalam melakukan tindakan kedokteran di bawah


pengawasan, walaupun seorang dokter dapat memberikan delegasi

12
atau limpahan wewenangnya, namun pemberian itu harus
memenuhi beberapa persyaratan tertentu.
Syarat yang harus dipenuhi adalah :
1. Penegakan diagnosis, pemberian atau penentuan terapi serta
penentuan indikasi harus diputuskan oleh dokter tidak dapat
didelegasikan.
2. Delegasi tindakan medik hanya dibolehkan jika dokter tersebut
sudah sangat yakin bahwa perawat yang menerima delegasi itu
sudah mampu untuk melaksanakan dengan baik.
3. Pendelegasian harus dilakuakn secara tertulis termasuk
instruksi yang jelas mengenai pelaksanaannya, bagaimana
harus bertindak jika timbul komplikasi dan sebagainya.
4. Harus ada pertimbangan atau pengawasan medik pada
pelaksanaannya. Pengawasan tersebut tergantung kepada
tindakan yang dilakukan.
5. Orang yang didelegasikan itu berhak menolak apabila ia tidak
mampu untuk melakukannya.

4. Hubungan Etik Apoteker – Pasien – Tenaga Kesehatan.


Di Rumah Sakit mitra sehat medika apoteker tidak secara langsung
mempunyai hubungan langsung dengan pasien . Hubungan hukum
adalah dengan Rumah Sakit, dokter serta perawat dan juga tenaga
kesehatan yang lainnya.

13
TATA HUBUNGAN KERJA

DIREKTUR

KOMITE ETIK

KOMITE MEDIS ( SUB


KOMITE KOMITE TENAGA
KOMITE ETIK DAN
KEPERAWATAN KESEHATAN LAIN
DISIPLIN

UNIT – UNIT DAN


KSM ( KELOMPOK
STAF MEDIS )

Penjabaran tata hubungan kerja :

1. Komite etik bertanggung jawab langsung kepada Direktur, meliputi untuk


memperoleh arahan pelaksanaan program kerja dan pelaporan hasil
kegiatan.
2. Tata hubungan kerja komite Etik dengan komite kesehatan lain meliputi
koordinasi tentang ketenagaan, pelayanan, penilaian kinerja dan masalah
Etik di Rumah Sakit Mitra sehat medika.
3. Tata hubungan kerja komite Etik dengan Komite medis ( sub komite etik
dan disiplin ) meliputi koordinasi tentang ketenagaan, pelayanan, penilaian
kinerja dan masalah Etik di Rumah Sakit Mitra sehat medika.

14
4. Tata hubungan kerja komite Etik dengan meliputi koordinasi tentang
ketenagaan, pelayanan, penilaian kinerja dan masalah Etik jika ada
pelanggaran di Rumah Sakit Mitra sehat medika.

BAB VII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI

Komite etik rumah sakit merupakan perangkat organisasi rumah sakit


dalam rangka membantu direktur menerapkan kode etik di Rumah sakit Mitra
sehat medika, anggota komite harus mewakili berbagai profesi di dalam rumah
sakit

NAMA
JABATAN JUMLAH
JABATAN STRUKTURAL
RUMAH SAKIT
Ketua komite Etik Ketua Komite Etik 1

Wakil ketua Kabag poli 1

Sekretaris Sekretaris 1

Anggota - Yanmed 4
- Penunjang medis
- Kabid Keperawatan
- Kabag Umum

15
BAB VIII
KEGIATAN ORIENTASI

A. PENGAJUAN PENGADUAN PERMASALAHAN ETIK KESEHATAN


1. Prosedur Pengaduan Permasalahan Etik Kesehatan.
1.1. Setiap pengajuan pengaduan permasalahan Etik yang diajukan
oleh siapa saja pada dasarnya ditujukan kepada Direktur Rumah
Sakit Mitra sehat medika.
1.2. Pengaduan dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis, dan
dapat disampaikan melalui kotak saran, pinpinan unit terkait
sampai ke Direktur.
1.3. Pengaduan yang disampaikan melalui kotak saran atau kepala
unit terkait atau siapa saja pun harus segera diteruskan kepada
Direktur paling lambat 24 jam setelah diterimanya pengaduan
tersebut.
1.4. Direktur Rumah Sakit mempelajari pengaduan tersebut, dan
mengambil langkah sesuai dengan wewenang serta
kebijaksanaan sebagai Direktur.
1.5. Bila dianggap perlu Direktur meneruskan permasalahan
pengaduan tersebut kepada ketua Komite Etik Rumah Sakit untuk
memberikan pertimbangan.

2. Prosedur Penyelesaian Permasalahan Etik.


2.1. Ketua Komite Etik Rumah Sakit mengundang anggota komite etik
untuk mengadakan rapat pada kesempatan pertama. Dengan
acara membahas pengaduan permasalahan etik tersebut.
2.2. Rapat komite harus dihadiri paling sedikit dua pertiga jumlah
anggota.

16
2.3. Komite etik dapat mengundang wakil dari instansi terkait,
konsultan bidang hukum, wakil ikatan profesi terkait, ulama dan
lain-lain yang ada kaitannya dengan permasalahan pengaduan
Etik tersebut.
2.4. Rapat yang diadakan adalah tertutup untuk umum dan hasil rapat
bersifat rahasia.
2.5. Keputusan Komite Etik dianggap sah bila disetujui oleh lebih dari
separo anggota yang hadir.
2.6. Kepututsan Komite Etik berupa pertimbangan yang akan
disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Mitra sehat medika.
2.7. Keputusan Komite Etik hanya berupa pertimbangan tidak
mempunyai kekuatan mengikat terhadap keputusan Direktur
Rumah Sakit Mitra sehat medika.

17
BAB IX
PERTEMUAN / RAPAT

A. PENDAHULUAN

Pertemuan di komite Etik merupakan jembatan komunikasi antara


komite Etik dengan unit – unit terkait. Pertemuan harus dilaksanakan secara
berkala dari tiap-tiap tingkatan, mulai dari pelaksana hingga pertemuan
dengan Direktur.
Masalah - masalah yang terjadi di tingkat komite Etik diakomodir dan
diselesaikan, Bila permasalahan belum dapat diselesaikan maka
penyelesaian masalah diserahkan pada pertemuan dengan tingkat yang
lebih tinggi. Permasalahan yang terjadi setiap tahunnya akan dievaluasi dan
dilakukan upaya tindak lanjut.

B. TUJUAN

1. Meningkatkan pengetahuan anggota dalam aspek Etik Medico Legal.


2. Membahas dan memecahkan masalah Etik dan Medico Legal yang
timbul di lingkungan Rumah Sakit Mitra sehat medika.
3. Menyelesaikan berbagai masalah Etik Rumah Sakit disetiap unit
pelayanan di lingkungan Rumah Sakit Mitra sehat medika.

C. KEGIATAN PERTEMUAN

1. Rapat komite Etik dilaksanakan 1 ( satu ) bulan sekali.


2. Rapat komite Etik dengan Direktur dilaksanakan 3 ( tiga ) bulan sekali.
3. Rapat komite Etik dengan Direktur dan Pihak - pihak terkait
dilaksanakan kondisional.

36
BAB XI
SISTEM PELAPORAN

Sistem pelaporan Tim Etik & Hukum dilaksanakan untuk mendukung


pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit Islam Siti Hajar. Sistem pelaporan
bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kegiatan yang dilaporkan setiap
satu semester ( enam bulan sekali ).

37

Anda mungkin juga menyukai