Anda di halaman 1dari 103

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU

PENCEGAHAN PENULAARAN HIV PADA REMAJA DI SMAN 3


WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

YEROBEAM PIJAR RIASINGWANG

17035

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Studi Kasus dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN PENULAARAN HIV PADA
REMAJA DI SMAN 3 WONOGIRI”

telah diperiksa dan disetujui dihadapan Tim Penguji


Karya Tulis Ilmiah Program DIII Keperawatan
Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri

Disusun Oleh :
YEROBEAM PIJAR RIASINGWANG
17035
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : Desember 2019

Mengetahui,

Pembingbing 1 Pembimbing II

N.P Handono,S.Kep.Ns.,M.Kes,CBWC Kristiana Puji P,S.Kp.,M.Kes,CBWC


NIDN. 0613057702 NIDN. 060401720

i
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU


PENCEGAHAN PENULAARAN HIV PADA REMAJA DI SMAN 3
WONOGIRI

Disusun Oleh :
YEROBEAM PIJAR RIASINGWANG
17035

Studi Kasus ini telah diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal : Desember 2019

Susunan Tim Penguji :

Penguji I N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes, CBWC (...........................)


NIDN. 0613057702
Penguji II Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes, CBWC (...........................)
NIDN. 060401720
Penguji III Yohanes W.N, S.Kep. Ns., M.Kes, (...........................)
NIDN. 0611128601

Mengetahui,
Direktur Akper GSH Wonogiri

Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes, CBWC


NIDN. 060401720

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah

Sebagai tugas akhir dengan judul :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU


PENCEGAHAN PENULAARAN HIV PADA REMAJA DI SMAN 3
WONOGIRI

Merupakan karya saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh
orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskan ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Wonogiri, Desember 2019

Yerobeam Pijar Riasingwang

iii
PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk :


1. Bapak Gita Riharja, Ibu Widiyastuti, Kakak yang saya cintai dan sayangi
yang selalu memberikan doa restu, dorongan dan semangat yang tiada
henti selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
2. Ketiga responden saya yang saya hormati dan saya sayangi karena telah
membantu saya menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Park Minyoung, Tesya Intamara, Titania Amelia, Sepita Yamadela
Saputri, Illyas Fatah Rahmacgusta, dan Endang Sri Lestari yang selalu
memberi semangat dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah.
4. Teman-teman satu angkatan yang tiada henti saling memberikan semangat
dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh dosen dan staff Akper Giri Satria Husada Wonogiri atas segala
bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dan memberikan dukungan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

iv
MOTTO

Bukankah telah Ku perintahkan kepadamu; kuatkan dan teguhkanlah hatimu?


Janganlah kevut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau,
kemanapun engkau pergi. (Yosua 1:9)

Jangan lah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginan kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur. (Filipi 4:6-7)

Hiduplah Untuk Memberi Sebanyak Banyaknya

Jangan Tertipu Dengan Apa Yang Dilihat Oleh Mata

Bukan Kesulitan Yang Membuat Takut, Tetapi Ketakutan Itu Yang Membuat
Sulit

Mereka Yang Selalu Belutut Menghadap Tuhan, Akan Selalu Bisa Berdiri
Menghadapi Apapun

Setiap Usaha Dan Karyamu Hari Ini, Bawalah Dalam Doa, Agar Tuhan
Menyempurnakannya

Memperbaiki Hubungan Kita Dengan Tuhan, Akan Memperbaiki Hubungan


Dengan Orang Yang Kamu Kasihi

Jangan Biarkan Apa Yang Kamu Rasakan Membuatmu Meragukan Apa Yang
Tuhan Katakan

Rasa Kecewa Ada, Karna Harapan Tidak Pada Tuhan, Melainkan Pada Dunia

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku
Pencegahan Penulaaran HIV Pada Remaja Di SMAN 3 Wonogiri”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir salah satu syarat kelulusan Prodi DIII Keperawatan Akper Giri Satria
Husada Wonogiri. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, pengarahan dan
semangat dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes, selaku Direktur Akper Giri Satria Husada
Wonogiri.

2. N.P Handono, S.Kep. Ns., M.Kes, CBWB selaku pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

3. Kristiana Puji P, S.Kp., M.Kes, CBWC selaku pembimbing II yang telah


memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan staff Akper Giri Satria Husada Wonogiri atas segala
bantuan yang telah di berikan.

5. Seluruh mahasiswa Akper Giri Satria Husada Wonogiri atas segala


dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik,
semoga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Wonogiri, Desember 2019

(penulis)

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR...................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Penelitian..........................................................................................6

C. Manfaat Penelitian........................................................................................6

D. Ruang lingkup...............................................................................................7

E. Keaslian penelitian........................................................................................7

BAB II...................................................................................................................10

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................10

A. Tinjauan Teori.............................................................................................10

B. Kerangka Teori...........................................................................................40

C. Kerangka Konsep........................................................................................41

BAB III..................................................................................................................42

METODE STUDI KASUS..................................................................................42

vii
A. Desain Studi Kasus.....................................................................................42

B. Batasan Istilah.............................................................................................42

C. Tempat dan Waktu Studi Kasus..................................................................43

D. Subjek Studi Kasus/Partisipan....................................................................43

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Studi Kasus.............................44

F. Langkah-langkah pengolahan data..............................................................45

G. Metode Uji Keabsahan Data.......................................................................46

H. Metode Analisa Data (Domain Analisis)....................................................48

I. Etika Studi Kasus........................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Studi Kasus ...................................................x

Tabel 2.1 jenis kelamin responden ................................................................49

Tabel 2.2 usia responden .................................................................................49

Tabel 2.3 pendidikan terakir...........................................................................50

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Skor Kuesioner Pada 30 responden...................56

Tabel 2.5 Hasil Penelitian Skor Kuesioner 3 sampele responden................60

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Teori..........................................................................40

Gambar 1.2 Kerangka Konsep.......................................................................41

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden.............................................xi

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden...............................xii

Lampiran 3 Lembar kuisioner.......................................................................xv

Lampiran 4 Kunci Jawaban ..........................................................................xix

Lampiran 5 Lembar Satuan Acara Penyulihan...........................................xx

Lampiran 6 Brosur HIV.............................................................................xxxv

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV adalah singkatan dari Human Immununodeficiency Virus
yaitu yang merusak system kekebalan tubuh manusia. Kerusakan progresif
pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang yang terkena virus HIV
ini rentan terkena penyakit dan infeksi oportunistik atau penyakit penyerta
mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang
nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi
yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi (Salsabila, 2019). HIV dalam tubuh manusia hanya berada di
sel darah putih tertentu yaitu sel tempat yang terdapat pada cairan tubuh.
HIV juga dapat ditemukan dalam jumlah kecil pada air mata, air liur,
cairan otak, keringat, air susu ibu (Kemenkes, 2012).

HIV tidak hanya menyerang orang dewasa, anak - anak atau pada
gender tertentu, Remaja pun juga tak luput dalam ancaman penyakit ini.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada
masa remaja sering kali muncul dorongan untuk mengetahui dan mencoba
hal- hal baru dalam usahanya untuk mencari jati diri dan mencapai
kematangan pribadi sesuai tugas perkembangannya (Hidayah, Sari and
Susanti, 2018). Remaja adalah seseorang yang sudah mengalami masa
pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi pertama kali bagi
perempuan dan awal keluarnya sperma atau saat awal mimpi basah bagi
pria. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun
(Musmiler, 2019).

HIV merupakan penyakit yang tidak dapat dianggap ringan,


dikarenakan sampai saat ini HIV belum ditemukan obat untuk melawan

1
2

virus ini. Sehingga dalam prioritas nasional penderita HIV sanggat di


perhatikan. Estimasi penduduk dunia yang menderita HIV/AIDS pada
tahun 2008 menurut United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)
adalah sekitar 33,4 juta orang, dengan angka kematian sekitar dua juta
orang (Wahyuni and Dewi, 2019). Menurut laporan UNICEF ada 11,8 juta
anak muda muda antara 15-24 tahun dengan HIV /AIDS (Agnes, Andalia
and Ridhwan, 2017)Global Report World Health Organization (WHO) dan
United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan pada tahun 2016
jumlah orang di dunia yang terinfeksi HIV/AIDS mencapai 36.7 juta
orang, dan sekitar 1,0 juta orang meninggal akibat AIDS.(Siregar, BM and
Indraswari, 2018)

HIV merupakan masalah serius yang harus segera ditanggulangi


oleh dunia terutama di Indonesia. Penderita HIV di Indonesia terus
dipantau dengan seksama untuk mengurangi resiko penyebaran virus HIV.
Data penderita HIV dari Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI melaporkan
pada Maret 2017 jumlah infeksi HIV dilaporkan sebanyak 10.376 orang.
Pada Maret 2017 dengan presentase infeksi HIV tertinggi yaitu pada
kelompok umur 25-29 tahun sebesar 28.602 orang (69,6%), diikuti
kelompok umur 20-24 tahun sebesar 1.823orang (17,6%), dan kelompok
umur remaja 15-19 tahun sebesar 334orang (3,4%). Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 juga melaporkan terdapat 747
kasus HIV dan 673 kasus AIDS.(Siregar, BM and Indraswari, 2018)

Tingginya kasus HIV pada masyarakat diusia dewasa perlu


diantisipasi dengan adanya pencegahan pada usia sebelumnya, yaitu pada
usia remaja yang bertujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit
HIV pada masyarakat diusia dewasa maupun diusia remaja. Meningkatnya
kasus HIV/AIDS di kalangan remaja disebabkan oleh pergaulan remaja
yang cenderung mengarah pada perilaku seks pranikah yang tidak aman,
pemakaian narkoba suntik bersama dan pemakaian shabu yang dapat
3

meningkatkan libido seks seseorang, serta kurangnya informasi yang benar


mengenai HIV/AIDS pada remaja menyebabkan pengetahun dan sikap
remaja terhadap HIV/AIDS menjadi rendah (KPAN, 2010). SDKI 2012
menunjukkan bahwa hanya 34,3 persen perempuan dan 28 persen laki-laki
kelompok umur 15-19 tahun yang memiliki pengetahuan yang
komprehensif mengenai HIV/AIDS (Teguh, 2014). Kurangnya informasi
mengenai HIV pada remaja disebabkan oleh rasa tabu dan risih orang tua
dalam membicarakan masalah seks dan penyakit akibat seks serta
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai seks, sehingga mendorong
remaja untuk mencari alternatif sumber informasi melalui teman sebaya
dan media massa untuk memperoleh jawaban atas rasa ingin tahunya.
Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja
menyebabkan mereka sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah
lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang
yang tepat semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap
tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja
usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35%
dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua (Pratiwi, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh R.Topan Aditya Rahman, Esti


Yuandari yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja yaitu, dari 85 responden, sebagian
responden yang bersikap negatif sebanyak 41 orang (48,2%) dan 44 orang
bersikap positif (51,8%) hal ini menunjukkan perlu adanya perubahan
sikap terhadap stigma mengenai HIV/AIDS.

Dari hasil penelitian ini, upaya pemberian informasi perlu


ditingkatkan kembali dalam upaya peningkatan pengetahuan responden
mengenai HIV/AIDS sehingga responden dapat lebih mengantisipasi
dirinya terhadap perilaku yang berisiko baik dengan cara pemberian
penyuluhan ataupun seminar. Sedangkan untuk variabel peran keluarga
terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS tidak berpengaruh, walaupun
4

berdasarkan hasil statistik univariat sebanyak 60% menyatakan bahwa


keluarga sangat berperan dalam perilaku remaja, namun kurangnya
komunikasi secara terbuka antara orangtua dengan remaja dalam masalah
seksual, dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku yang dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutaman teman sebaya yang
membuat remaja cenderung melanggar norma sosial yang ada serta
ketidakpekaan orangtua dan pendidik terhadap kondisi remaja yang
menyebabkan merika sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial padahal
remaja pada perkembangannya memerlukan lingkungan adaptif yang
menciptakan kondisi yang nyaman demi terbentuknya karakter
bertanggung jawab terhadap dirinya.(Rahman and Yundari, 2014)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dita Lusiyani Rahayu,


Andri Nur Sholihah dengan judul Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS
Terhadap Sikap Pencegahan HIV/AIDS Di SMK Ma’arif Yogyakarta.
Penyuluhan yang diberikan mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS
dengan media powerpoint, leaflet serta sesi Tanya jawab. Setelah
dilakukan penyuluhan, 7 hari kemudian para siswa diberikan posttest
untuk mengetahui perubahan sikap setelah penyuluhan. Dari haril posttest
setelah penyuluhan didapatkan hasil 100% (54 siswa) memberikan sikap
positif. Hasil posttest menunjukkan dengan adanya intervensi yang
diberikan dapat memberikan peningkatan pengetahuan mengenai
pencegahan HIV/AIDS. Dari intervensi yang diberikan para siswa tersebut
menjadi tahu manfaat dan tujuan pencegahan penularan HIV/AIDS.
Peningkatan pengetahuan berdampak positif pada perbaikan sikap siswa
dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.

Hasil analisis data menggunakan uji statistic Wilcoxon didapatkan


nilai p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap pencegahan
penularan HIV/AIDS pada siswa kelas XI SMK Ma’arif Yogyakarta.
Sikap pencegahan penularan HIV/AIDS pada siswa SMK Ma’arif
5

Yogyakarta sebelum dilakukan penyuluhan adalah 32 orang memberikan


sikap negative ( 59,3%) dan 22 orang memberikan sikap positif (40,7%).
Sikap pencegahan penularan HIV/AIDS pada siswa SMK Ma’arif
Yogyakarta setelah dilakukan penyuluhan adalah Ada pengaruh
penyuluhan terhadap sikap pencegahan penularan HIV/AIDS pada siswa
SMK Ma’arif Yogyakarta dengan nilai p value <0,05.(Rahayu, 2015)

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Husaini,


Roselina Panghiyangani, Maman Saputra yang berjudul Pengaruh
Penyuluhan HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/
AIDS Mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru Tahun 2016 yaitu,
pemberian penyuluhan tentang HIV/ AIDS dapat mempengaruhi
pengetahuan mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru sebesar 4,206
kali lebih besar. Jumlah mahasiswi yang berpengetahuan baik meningkat
setelah diberikan penyuluhan, dari 35% menjadi 70%. Pemberian
penyuluhan tentang HIV/AIDS dapat mempengaruhi sikap mahasiswi
Akademi Kebidanan Banjarbaru sebesar 4,206 kali lebih besar. Jumlah
mahasiswi yang memiliki sikap yang baik meningkat setelah diberikan
penyuluhan, dari 87,5% menjadi 100%.(Husaini, Panghiyangani and
Saputra, 2017)

Dikarenakan besarnya angka kejadian HIV di Indonesia,


berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan
penelitian bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku
pencegahan penulaaran HIV pada remaja di SMAN 3 Wonogiri Provinsi
Jawa Tengah.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik


untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan rumusan masalah "Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Pencegahan Penulaaran HIV
Pada Remaja Di SMAN 3 Wonogiri?"
6

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Membuat resume asuhan keperawatan (Pengkajian, diagnosa


keperawatan, Perencanaan, implementasi, evaluasi) dalam pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap prilaku pencegahan HIV pada usia
remaja.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi prilaku responden sebelum diberikan pendidikan


kesehatan.

b. Mengidentifikasi prilaku responden setelah diberikan pendidikan


kesehatan.

c. Menganalisis perbedaan prilaku pada responden sebelum dan


sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

d. Membuat resume hasil analisis asuhan keperawatan pada


responden.

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden

Responden dengan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan


tentang proses penularan masalah dan menjadi pedoman bagaimana
mencapai kualitas hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Keperawatan

Sebagai bahan masukan dalam menambah mutu pelayanan bagi tenaga


kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan responden.

3. Bagi Rumah Sakit


7

Untuk meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan dalam


memberikan asuhan keperawatan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan


keperawatan khususnya pada remaja dan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca.

5. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan berbagi ilmu kepada remaja sehingga


membatu dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang baik.

D. Ruang lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian Keperawatan untuk
mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan tentang peningkatan
pengetahuan remaja mengenai penularan HIV. Lokasi Penelitian ini
dilakukan di SMAN 3 Wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pre eksperimen one group pre test post tes desain
(perbedaan atau membandingkan sebelum dan sesudah). Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Yang menjadi subjek pada
penelitian ini adalah remaja di SMAN 3 Wonogiri. Penelitian akan
dilakukan pada bulan Desember 2019. Data yang diambil langsung dari
sumbernya (responden) dan data yang diambil secara langsung melalui
tempat penelitian itu sendiri. Penelitian ini menggunakan alat ukur
kuesioner dan dengan cara pendidikan kesehatan.

E. Keaslian penelitian
Menurut oleh R.Topan Aditya Rahman, Esti Yuandari yang
berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan
HIV/AIDS Pada Remaja yaitu, dari 85 responden, sebagian responden
yang bersikap negatif sebanyak 41 orang (48,2%) dan 44 orang bersikap
positif (51,8%) hal ini menunjukkan perlu adanya perubahan sikap
8

terhadap stigma mengenai HIV/AIDS. Dari hasil penelitian ini, upaya


pemberian informasi perlu ditingkatkan kembali dalam upaya peningkatan
pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS sehingga responden dapat
lebih mengantisipasi dirinya terhadap perilaku yang berisiko baik dengan
cara pemberian penyuluhan ataupun seminar. Sedangkan untuk variabel
peran keluarga terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS tidak
berpengaruh, walaupun berdasarkan hasil statistik univariat sebanyak 60%
menyatakan bahwa keluarga sangat berperan dalam perilaku remaja,
namun kurangnya komunikasi secara terbuka antara orangtua dengan
remaja dalam masalah seksual, dapat memperkuat munculnya
penyimpangan perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
terutaman teman sebaya yang membuat remaja cenderung melanggar
norma sosial yang ada serta ketidakpekaan orangtua dan pendidik terhadap
kondisi remaja yang menyebabkan merika sering terjatuh pada kegiatan
tuna sosial padahal remaja pada perkembangannya memerlukan
lingkungan adaptif yang menciptakan kondisi yang nyaman demi
terbentuknya karakter bertanggung jawab terhadap dirinya.(Rahman and
Yundari, 2014)

Menurut Dita Lusiyani Rahayu, Andri Nur Sholihah dengan judul


Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS Terhadap Sikap Pencegahan HIV/AIDS
Di SMK Ma’arif Yogyakarta. Hasil posttest menunjukkan dengan adanya
intervensi yang diberikan dapat memberikan peningkatan pengetahuan
mengenai pencegahan HIV/AIDS. Sikap pencegahan penularan
HIV/AIDS pada siswa SMK Ma’arif Yogyakarta sebelum dilakukan
penyuluhan adalah 32 orang memberikan sikap negative ( 59,3%) dan 22
orang memberikan sikap positif (40,7%). Sikap pencegahan penularan
HIV/AIDS pada siswa SMK Ma’arif Yogyakarta setelah dilakukan
penyuluhan adalah Ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap pencegahan
penularan HIV/AIDS pada siswa SMK Ma’arif Yogyakarta dengan nilai p
value <0,05.(Rahayu, 2015)
9

Husaini, Roselina Panghiyangani, Maman Saputra yang berjudul


Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap
Tentang HIV/ AIDS Mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru Tahun
2016 yaitu, pemberian penyuluhan tentang HIV/ AIDS dapat
mempengaruhi pengetahuan mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru
sebesar 4,206 kali lebih besar. Jumlah mahasiswi yang berpengetahuan
baik meningkat setelah diberikan penyuluhan, dari 35% menjadi 70%.
Pemberian penyuluhan tentang HIV/AIDS dapat mempengaruhi sikap
mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru sebesar 4,206 kali lebih besar.
Jumlah mahasiswi yang memiliki sikap yang baik meningkat setelah
diberikan penyuluhan, dari 87,5% menjadi 100%.(Husaini, Panghiyangani
and Saputra, 2017)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. HIV
a. Pengertian
HIV adalah merupakan singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus yaitu virus yang merusak system
kekebalan tubuh manusia. Virus adalah jasad renik hidup yang
amat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron dan
virus merupakan organisme yang bersifat parasitik dan hidup
dalam sel tubuh manusia (Kemenkes, 2012)(Wahyuni and Dewi,
2019)

HIV adalah singkatan dari human immunodefisiensy virus,


sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Sedangkan, AIDS singkatan dari acquired immune deficiency
syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem
kekebalan tubuh kita selama 5-10 tahun atau lebih. Sistem
kekebalan tubuh menjadi lemah dan satu atau lebih penyakit dapat
timbul. Karna lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa
penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya (Sylvia dan
Wilson, 2005).

b. Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa


nama, yaitu HTL, II, LAV, RAV, yang nama ilmiahnya disebut
dengan human immunodefisiensy virus (HIV), yang berupa agen
viral yang dikenal retrovirus yang ditularkan oleh darah dan
memiliki anfinitas yang kuat terhadap lifosit T (Depkes, 2009).

10
11

penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen ativiral


yang disebut HIV dari kelompok Retrovirus Ribonucleic Acid
(RNA).

Retrovirus mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit


T ( Hudak & Gallo, 2010). Disebut retrovirus RNA karena virus
tersebut mampu menggunakan RNA sebagai molekul pembawa
informasi genetik dan memiliki Enzim Reverse Transciptase.
Enzim ini memungkinkan virus merubah informasi genetiknya
yang berada dalam RNA ke dalam bentuk Deoxy Nucleic Acid
(DNA) yang kemudian diintegrasikan pada informasi genetik sel
limfosit yang diserang. Denngan demikian HIV dapat
memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk menduplikasi dirinya
menjadi virus baru yang memiliki ciri HIV(Widoyono,2011).

c. Faktor yang Mempengaruhi HIV

HIV ditularkan melalui cairan tubuh oleh perilaku beresiko


tinggi seperti hubungan seksual heteroseksual dengan pasangan
yang terinfeksi HIV, pengguna obat suntik, dan hubungan
homoseksual. Orang yang menerima transfusi darah atau produk
darah yang terkontaminasi HIV, anak yang dilahirkan dari ibu
penderita HIV, bayi yang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV, dan
tenaga kesehatan yang mengalami cedera tertusuk jarum yang
terpajan dengan pasien yang terinfeksi juga beresiko (Smeltzer,
Susan C, 2017).

d. Tanda dan Gejala

Gejala klinis pada stadium AIDS dibagi menjadi mayor dan


minor (Nursalam dan Ninuk 2011). Gejala mayor terdiri dari:

1) penurunan berat badan >10% dalam tiga bulan

2) demam yang panjang atau lebih dari tiga bulan


12

3) diere kronis lebih dari saru bulan berulang terus menerus

4) TBC.

Gejala minor terdiri dari:

1) batuk kronis selama lebih dari satu bulan.

2) infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida


albicans.

3) Pembengkakkan kelenjar getah bening yang menetap.

4) munculnya herpes zoster.

5) berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.

e. Penularan HIV

Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu : (Nursalam


dan Ninuk 2011).

1) Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS

Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan


penderita HIV tanpa perlindugan bisa menularkan HIV. selama
hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vaginal, dan
darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur, atau
mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk
kealiran darah(PEEKSI, 1995). selama berhubungan juga bisa
terjadi leksi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang
bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan
seksual.

2) Ibu pada Bayinya

Penularan HIV pada ibu bisa terjadi pada saat kehamilan


(in utero). Berdasarkan laporan CDA Amerika, prevalensi
13

penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%.


bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%,
sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50%. Penularan juga terjadi selama
proses persalinan melalui tranfusi fetomateranal atau kontak
antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau
sekresi materanal saat melahirkan. Semakin lama proses
melahirkan, semakin besar proses melahirkan. oleh karena itu
lama persalinan bisa disingkat dengan operasi sectio caesaria.
Ternsmisi lain terjadi selama periode post partum melalui ASI.
Risiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif sekitar
10%.

3) Darah dan produk darah yang Tercemar HIV/AIDS

Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk


ke pembuluh darah dengan menyebar keseluruh tubuh.

4) Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.

Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum,


dan alat alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air
mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang
lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.

5) Alat alat untuk menoreh kulit

Alat tajam dan runcing seprti jarum, pisau, silet, menyunat


seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya
bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungin dipakai tanpa
disterilkan terlebih dahulu.

6) Menggunakan jarum suntik secara bergantian.


14

Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun


yang digunakan oleh para pengguna narkoba(injekting drug
user IDU) sanggat berpotensi menularkan HIV. selain jarum
suntik, pada para pemakai IDU secara bersama sama juga
menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas
pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan
HIV.

HIV tidak menular melalui peralatan makanan, pakaian,


handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai secara bersama sama,
berpelukan dipipi, berjabat tangan, hidup serumah dengan
penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial
yang lain.

f. Patofisiologis

Supaya terjadi infeksi,v virus harus masuk kedalam sel,


dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik
firus dimasukan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel,
virus berkembang dan pada akirnya menghancurkan sel serta
melepaskan partikel virus yang baru. partikel virus yang baru
kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor
protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. sel
- sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut ael CD4+ atau
limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengatifkan
dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan, yang
kesemuannya membantu menghancurkan sel -sel ganas dan
organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T
penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam
melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
15

Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit T


penolong melalui beberapa taham dalam 3 bulan atau tahun :

1) Seseorang yang sehat memiliki lifosit CD4 sebanyak 800 -


1300 sel/m darah. pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40 - 50 %.
selama bulan - bulan ini penderita dapat menularkan virus HIV
kepada orang lain karena terdapat partikel virus di dalam darah.
meskipun tubuh berusaha melawan firus, tetapi tubuh
tidakmampu meredakan infeksi.

2) Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah


mencapai kadar yang setabil, yang berlainan pada setiap
penderita. perusakan sel CD4+ dan penularan pada orang lain
terus berlanjut. kadar partikel virus yang tinggi dan kadar
limfofsit CD4+ membantu dokter dalm menentukan orang
orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
menjadi AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis. jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka
penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

3) Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit


B dan seriingkali menyebabkan produksi antibodi yang
berlebih. Antibodi ini terutama ditunjukan untuk melawan HIV
dan infeksi yang dialami penderita, tetapi anti bodi ini tidak
banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi
oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan
penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
16

g. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Padila, 2012) tes untuk mendiagnosa infeksi HIV yaitu :

1) Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

2) Western blot

3) P24 antigen test

4) Kultur HIV

Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :

1) Hematokrit

2) LED

3) Rasio CD4 / CD Limposit

4) Serum mikroglobulin B2

5) Hemoglobin

h. Akibat yang di Timbulkan

Menurut (Ratna Mahdiana, 2010) pemaparan terhadap HIV


tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orang yang
terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi
lain, seseorang yang terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala
selama lebih dari 10 tahun. Infeksi HIV mempunyai resiko 1-2%
untuk menjadi AIDS pada beberapa tahun pertama. Resiko ini
meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Resiko terkena AIDS
dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%.
Komplikasi HIV menurut (Avianty, 2011) :
17

1) Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,


gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.

2) Neurologik

a) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung


Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

b) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,


hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial.

c) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi


sistemik, dan maranik endokarditis.

d) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan


Human Immunodeficienci Virus (HIV)

3) Gastrointestinal

Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora


normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan
dehidrasi.

a) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma


Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual
muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
18

b) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan


inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

4) Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus


influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5) Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,


dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder
dan sepsis.

6) Sensorik

a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek


kebutaan

b) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media,


kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

i. Penatalaksanaan

Menurut Ratna Mahdiana (2010) pada saat ini sudah


banyak obat yang bias digunakan untuk menangani infeksi HIV :

1) Nucleoside reverse transcriptase inhibitor

a) AZT (zidovudine) berfungsi untuk mengurangi resiko


penyebaran virus HIV ke orang lain
19

b) ddI (didanosin) berfungsi untuk mengurangi jumlah virus


HIV dalam tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh dapat
bekerja lebih baik

c) ddC (zalsitabin) Berfungsi untuk infeksi HIV lanjut yang


tidak tahan terhadap zidovudin

d) d4T (stavudin), berfungsi untuk mencegah dan mengobati


HIV

e) 3TC (lamivudin), berfungsi untuk membantu mengobati


infeksi virus

f) Abakavir, digunakan dalam pengobatan sistemik infeksi


virus, terutama untuk mencegah dan mengobati HIV /
AIDS

2) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor

a) Nevirapin, digunakan bersama dengan obat HIV lainnya


untuk mengontrol infeksi HIV

b) Delavirdin, digunakan dalam perawatan, kontrol,


pencegahan, dan perbaikan penyakit, kondisi dan gejala
penyakit HIV

c) Efavirenz, berfungsi untuk mencegah virus HIV


berkembang biak di dalam tubuh

3) Protease inhibitor

a) Saquinavir, diindikasikan untuk perawatan Infeksi


HIV/AIDS

b) Ritonavir, digunakan dengan obat HIV lain untuk


membantu mengendalikan HIV
20

c) Indinavir, digunakan untuk menurunkan jumlah virus pada


penderita pada penderita infeksi HIV agar imunitas tubuh
mereka dapat tetap bekerja dengan baik

d) Nelfinavir, diindikasikan untuk perawatan Infeksi hiv

2. Tinjauan Keperawatan

a. Pengkajian

Indentifakasi faktor risiko potensial, termasuk riwayat praktik


seksual dan pengguanaan obat injeksi/IV. Kaji status fisik dan
pisikologis. secara keseluruhan gali faktor faktor yang
mempengaruhi fungsi sistem imun.

1) status nutrisi

a) Dapatkan riwayaan diit

b) Indentifikasi faktor-faktor yang dapat menganggu asupan


oral, seperti anoreksia, mual, muntah, nyeri oral, atau
kesulitan menelan.

c) Kaji kemampuan pasien untuk membeli dan


mempersiapkan makanan.

d) Ukur setatus nutrisi berdasarkan berat badan, pengukuran


antropometrik(pengukuran lipatan kulit trisep), dan
nitrogen urea darah(BUN), protein serum, albumin, dan
kadar transferin.

2) Membran kulit dan Mukosa

a) Infeksi adanya lecet, ulserasi, dan infeksi setiap hari.

b) Pantau rongga mulut terhadap adanya kemarahan, ulserasi


dan bercak krem-keputih(kandididasi)
21

c) Kaji adanya ekskoriasi dan infeksi pada area perianal.

d) Dapat kultur luka untuk mengindentifikasi organisme


penginfeksi.

3) Status pernafasan

a) Pantau batuk, Produksi sputum, sesak nafas,


ortoprna,takipnea, dan nyeri dada dan kaji suara nafas.

b) Kaji parameter fungsi yang lain(foto rongsen dada, gas


darah arteri, oksimetri denyut nadi, Pemeriksaan Fungsi
pulmonal/paru)

4) Status neurologi

a) Kaji setatus stastus mental sedingin mungkin sebagai data


dasar. Catat tingkat kesadaran dan orientasi terhadap orang,
tempat dan waktu, serta kejadian kehilangan memori.

b) Pantau defisit sensori, seperti perubahan visual, sakit,


kepala dan kebas serta kesemutan pada ekstremitas.

c) Pantau kerusakan motorik, seprti perubahan gaya berjalan


dan paresis

d) Pantau aktifitas kejang

5) Status cairan dan elektrolit

a) Kaji trugor dan kulit dan membran mukosa

b) Kaji dehidrassi dengan mengobservasi peningkatan rasa


haus,penurunan haluran urine, tekanan darah rendah, nadi
lemah dan cepat, atau mengkaji jenis berat urine.
22

c) Pantau ketidak seimbangan elektrolit (Studi laboratorium


menunjukan rendahnya kadar natrium serum, kalium,
kalsium, magnesium, dan klorida)

d) Kaji tanda dan gejala drfisit elektrolit, termasuk perubahan


setatus mental, kedutan otot, kram otot, denyut nadi tak
teratur, mual dan muntah, serta pernapasan dangkal.

6) tingkat pengetahuan

a) Evakuasi tiingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit


dan penyebarannya.

b) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dan teman

c) Gali reaksi pasien terhadap diagnosis infeksi HIV atau


AIDS

d) Gali bagaimana pasien menghadapi penyakit dan stresor


kehidupan mayor dimasa lalu.

e) Indentifikasi sumber-sumber dukungan pasien.

7) Gunakan terapi Alternatif

a) Tanyakan pasien mengenai penggunaan alternatif

b) Anjurkan pasien untuk melaporkan setiap penggunaan


terapi alternatif ke penyedia layanan kesehatan primer.

c) Kenali kemungkinan efek sampping dari tempat alternatif


jika efek samping diduga akibat terapi alternatif, diskusikan
bersama pasien dan penyedia layanan kesehatan primer dan
alternatif

d) pandang terapi alternatif dengan pikiran terbuka, dan coba


pahami pentingnya terapi tersebut bagi pasien.
23

b. Diagnosa Keperawatan

1) Intoleransi aktivitas b/d keadaan mudah letih, kelemahan,


malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2) Resiko infeksi b/d imunodefisiensi.

3) Kurang pengetahuan b/d intepretasi terhadap informasi yang


salah.

c. Intervensi

1) Intoleransi aktivitas b/d keadaan mudah letih, kelemahan,


malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan :
Kriteria hasil :
a) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
b) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara
mandiri
c) Tanda-tanda vital normal
d) Energy psikomotor
e) Level kelemahan
f) Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
g) Status kardiopulmunari adekuat
h) Sirkulasi status baik
i) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
Intervensi keperawatan :
a) Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
b) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
c) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
24

d) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber


yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
e) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
f) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
g) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
h) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
i) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
j) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
k) Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
l) Resiko infeksi b/d imunodefisiensi
2) Resiko infeksi b/d imunodefisiensi
Tujuan :
Kriteria hasil :
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
d) Jumlah leukosit dalam batas normal
e) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi keperawatan :
a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b) Pertahankan teknik isolasi
c) Batasi pengunjung bila perlu
25

d) Instruksikan pada pengunjung untuk mecuci tangan saat


berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan
pasien
e) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
f) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
g) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
h) Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan
alat
i) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
j) Monitor kerentanan terhadap infeksi
k) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
l) Ajarkan menghindari infeksi

4) Kurang pengetahuan b/d intepretasi terhadap informasi yang


salah.

Tujuan :
Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi keperawatan :
a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
b) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit dengan cara yang tepat
c) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
26

d) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang


tepat
e) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
f) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan dating dan atau proses pengontrolan penyakit
g) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
h) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
i) Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local,
dengan cara yang tepat
j) Instruksikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
k) Hindari jaminan yang kosong
l) Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
3. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam upaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan . Pendidikan kesehatan termasuk dalam salah
satu peran perawat dalam upaya promotif di bidang kesehatan.
Peran perawat satu ini sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap dalam memelihara kesehatan terutama
mengenai HIV/AIDS (Suhariyati, Hardiani and Rahmawati, 2016)
Menurut (Maulana, 2009) pendidikan kesehatan didefinisikan
sebagai proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan
intelektual, psikologi, dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan
27

kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara sadar dan


yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.

b. Tujuan

WHO pada 1954 menyatakan bahwa tujuan Pendidikan kesehatan


adalah untuk mengubah perilaku individua tau masyarakat di bidang
kesehatan. Namun, perilaku mencakup hal yang luas sehingga perilaku
perlu dikategorikan secara mendasar sehingga perilaku perlu
dikategorikan secara mendasar sehingga rumusan tujuan Pendidikan
kesehatan dapat dirinci menjadi beberapa hal. Maulana (2009)
menyebutkan tiga tujuan Pendidikan kesehatan tersebut yaitu :

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.


Oleh karena itu, pendidik kesehatan harus bertanggung jawab
mengarahkan cara-cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan
hidup masyarakat sehari-hari.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok


mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana


pelayanan kesehatan yang telah ada. Kadang kala pemanfaatan
sarana pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan dan bahkan
justru sebaliknya, seperti saat kondisi sakit tetapi tidak
menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.

c. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Ruang lingkup Pendidikan kesehatan, baik sebagai ilmu maupun


seni, sangatlah luas karena mencakup segi kehidupan masyarakat.
Notoatmojo (dalam Maulana, 2009 : 150-152) menyebutkan bahwa
ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan beberapa hal, yaitu :

1) Berdasarkan aspek kesehatan


28

Berdasarkan aspek kesehatan, terdapat dua aspek lagi di


dalamnya, yaitu :

a) Aspek promotif
Aspek promotif menjadikan kelompok orang sehat atau
sekitar 80-85% populasi menjadi sasaran Pendidikan
kesehatan.
b) Aspek pencegahan dan penyembuhan
Dalam aspek ini, upaya Pendidikan kesehatan mencakup
tiga upaya atau kegiatan, yaitu pencegahan tingkat pertama
(primer), pencegahan tingkat kedua (sekunder) dan
pencegahan tingkat ketiga (tersier)
2) Berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan
Ruang lingkup berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan
dibagi menjadi lima, yaitu tatanan keluarga, sekolah, tempat
kerja, tempat umum, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Di
tatanan keluarga, sasaran utamanya adalah orang tua. Tatanan
sekolah menjadikan guru sebagai sasaran utama. Di tatanan
tempat kerja, pemilik, pemimpin, atau manajer menjadi sasaran
Pendidikan kesehatan. Di tatanan tempat umum, para pengelola
tempat umum menjadi sasaran utamanya. Terakhir, di fasilitas
pelayanan kesehatan, sasaran utamanya adalah pimpinan
fasilitas kesehatan.
3) Berdasarkan tingkat pelayanan
Ruang lingkup dan sasaran Pendidikan kesehatan
berdasarkan tingkat pelayanan sesuai dengan konsep five levels
of prevention (Leavell dan Clark dalam Maulana, 2009:151-
152). Kelima hal tersebut adalah health promotion (peningkatan
kesehatan), specific protection (perlindungan khusus), early
diagnosis and prompttreatment (diagnosis dini dan pengobatan
29

segera), disability limitation (pembatasan kemungkinan cacat)


dan rehabilitation (rehabilitasi).
d. Sasaran pendidikan kesehatan
Maulana (2009:150) menyebutkan bahwa sasaran Pendidikan
kesehatan adalah masyarakat umum dengan berorientasi pada
masyarakat pedesaan, kelompok tertentu (seperti : perempuan,
pemuda, remaja dan Lembaga Pendidikan), dan individu dengan
Teknik Pendidikan kesehatan individual.
e. Metode dan Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam bukunya promosi kesehatan
dan ilmu perilaku promosi kesehatan, terdapat beberapa metode
pendidikan dan media promosi kesehatan yang biasa digunakan antara
lain :
1) Metode pendidikan individual, merupakan metode pendidikan
yang bersifat perorangan diantaranya: bimbingan atau
penyuluhan, dan wawancara.
2) Metode pendidikan kelompok, dalam metode ini harus diingat
bahwa jumlah populasi yang akan ditujukan haruslah
dipertimbangkan. Untuk itu dapat dibagi menjadi kelompok
besar dan kelompok kecil serta kelompok massa. Apabila
peserta lebih dari 15 orang maka dapat dimaksudkan kelompok
besar, dimana dapat menggunakan metode ceramah dan
seminar. Sedangkan disebut kelompok kecil apabila jumlah
kurang dari 15 orang dapat menggunakan metode diskusi
kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok kecil, serta
memainkan peran. Apabila menggunakan metode pendidikan
massa ditujukan kepada masyarakat ataupun khalayak yang
luas dapat berupa ceramah umum, pesawat televisi, radio,
tulisantulisan majalah atau koran, dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam media yang digunakan menurut Notoatmodjo (2010)
terdapat 3 macam media, antara lain :
30

1) Media bantu lihat (visual) yang berguna dalam menstimulasi


indra mata pada waktu terjadinya proses pendidikan. Dimana
media bantu lihat ini dibagi menjadi 2 yaitu media yang
diproyeksikan misalnya slide, film, film strip dan sebagainya,
sedangkan media yang tidak diproyeksikan misalnya peta,
buku, leaflet, bagan dan lain sebagainya.
2) Media bantu dengar (audio) dimana merangsang indra
pendengaran sewaktu terdapat proses penyampaian, misalnya
radio, piring hitam, pita suara.
3) Media lihat-dengar seperti televisi, video cassete dan lain
sebagainya

4. Remaja

a. Pengertian

Menurut (Ratna, 2010) remaja di definisikan sebagai peroide


transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang
mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang
berlangsung antara usia 10-19. Masa remaja terdiri dari masa remaja
awal (10-19 tahun), masa remaja pertengahan (14-17 tahun), dan masa
remaja akhir (17-19 tahun). Menurut (Nurhayati, 2011) remaja adalah
individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada usia antara
anak-anak dan dewasa.

b. Karakteristik

Menurut (Ratna, 2012) karakteristik perkembangan yang normal


terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya
mencapai identitas diri, antara lain: menilai diri secara objektif dan
merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan
demikian pada fase ini, seorang remaja akan:

a) Menilai rasa identitas pribadi


31

b) Meningkatkan minat lawan jenis

c) Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh

d) Memulai perumusan tujuan okupasional

e) Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.

1) Remaja awal yaitu :


a) Cemas terhadap penampilan badan/fisik
b) Perubahan hormonal
c) Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang
individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga
d) Perilaku memberontak dan melawan
e) Kawan menjadi lebih penting
f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya. Anak laki-laki
membentuk geng/kelompok. Anak perempuan mempunyai
sahabat
g) Sangat menuntut keadilan, tetapi cenderung melihat
sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi pandang meraka
sendiri.
2) Remaja Pertengahan yaitu :
a) Lebih mampu untuk berkompromi
b) Belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan
sendiri.
c) Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri
yang dirasakan nyaman bagi meraka.
d) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru dan
mengujinya walaupun berisiko
e) Tidak lagi berfokus pada diri sendiri.
f) Membangun niali/norma dan mengembangkan moralitas
g) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia
kawan.
32

h) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis


i) Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak
hal, mampu berfikir secara abstrak, mulai berurusan secara
hipotesis
j) Berkembangnya keterampilan intelektual khusus. Misalnya
kemampuan matematika, bahasa, ilmu pengetahuan lainnya.
k) Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan
olahraga, seperti music, seni lukis, tari, basket dan lainnya
l) Senang berpetualang ingin bepergian secara mandiri,
mengikuti kegiatan seperti memanjat tebing, naik gunung
dan lainnya.
3) Remaja Akhir yaitu :
a) Ideal
b) Terlibat dalam kehidupan pekerjaan dan hubungan di luar
keluarga
c) Harus belajar untuk mencapai kemandirian, baik dalam
bidang finansial maupun emosional.
d) Lebih mampu membuat hubungan dengan lawan jenis yang
lebih stabil.
e) Mereka sebagai orang deawsa yang setara dengan anggota
keluarga lainnya.
Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri
5. Perilaku
a. Pengertian
Dilihat dari sisi biologis, prilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut
pandang biologis, semua makluk hidup, mulai dari tumbuhan, hewan,
hingga manusia, memiliki prilaku karna memiliki aktifitas masing-
masing. Perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktifitas
manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
33

Dilihat dari pisikologis, menurut Skinner (dalam Maulana,


2009), perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Pengertian itu dikenal dengan
teori S-O-R atau stimulus-organisme-respons. Skiner membedakan
respons menjadi dua jenis, yaitu responden response (reflektif) dan
operant response (instrumental response).

prilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap


stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. Masing-masing unsur dalam prilaku kesehatan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Unsur-unsur dalam
prilaku keehatan ada beberapa, yaitu perilaku terhadap sakit dan
penyakit, prilaku terhadap sistem keamanan kesehatan, prilaku
terhadap makanan, dan prilaku terhadap lingkungan kesehatan
b. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Menurut Induniasih dan Ratna Wahyu, 2017 menyebutkan
bahwa prilaku yang berhubungan dengan kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi prilaku hidup sehat, prilaku sakit, dan
prilaku peran sakit prilaku hidup sehat adalah prilaku yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Hal tersebut mencakup makanan dengan menu
simbang, olahraga tertentu, tidak merokok, tidak minum-minuman
keras, tidak mengkonsumsi narkoba, istirahat cukup, dan
mengendalikan stres. Selain itu prilaku atau gaya hidup lain yang
positif bagi kesehatan seperti tidak berganti ganti pasangan seks
dan adaptasi dengan lingkungannya.

Perilaku sakit adalah respon seseorang terhadap sakit dan


penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan usaha-usaha untuk
mencegah penyakit. Prilaku perasaan sakit adalah segala aktifitas
34

individu yang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.


Dari sisi sosiologi orang sakit memiliki peran yang meliputi hak
dan kewajiban orang sakit.

Prilaku peran sakit meliputi beberapa hal. pertama tindakan


untuk memperoleh kesembuhan.kedua, mengenal atau mengetahui
fasilitas sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang
layak.Ketiga, mengetahui hak, contohnya memperoleh perawatan
dan mendapat pelayanan kesehatan, dan kewajiban orang sakit,
seperti memberitahu penyakitnya pada orang lain terutama petugas
kesehatan dan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.

c. Bentuk-bentuk Perubahan Prilaku

Variasi perubahan perilaku seseorang ada banyak dan sesuai


dengan konsep para ahli yang digunakan dalam pemahamannya
terhadap perilaku. Ada tiga jenis perubahan perilaku menurut
WHO, yaitu perubahan alami (natural change), perubahan
terencana (planned change), dan kesediaan untuk berubah
(readiness tochange). Berikut ini adalah penjelasan mengenai
ketiga jenis perubahan perilaku menurut WHO tersebut.
1. Perubahan Alami (natural change)
Kita tidak dapat memungkiri bahwa perilaku manusia
cenderung akan selalu berubah. Ada sebagian perubahan
perilaku yang berubah secara alamiah. Namun, ada juga
perilaku yang mengalami perubahan karena pengaruh
lingkungan fisik, sosial, budaya dan ekonomi. Lingkungan
sekitar akan mempengaruhi perubahan perilaku di dalam
masyarakat. Contohnya, kualitas air tanah di suatu daerah yang
buruk dan tidak layak dikonsumsi setelah ada pabrik yang
beroperasi di daerah tersebut. Dulunya, masyarakat tidak
mengalami kesulitan mendapatkan air bersih untuk mandi,
35

masak dan minum. Namun, sekarang masyarakat beralih


menggunakan air PAM untuk memenuhi kebutuhan airnya.
2. Perubahan terencana (planned change)
Subjek dapat merencanakan perubahan perilaku.
Perubahan perilaku ini sudah direncanakan dan diniatkan oleh
subjek karena suatu alas an yang kuat. Misalnya seseorang
yang menjadi perokok berat berusaha berhenti merokok karena
menderita sakit paru-paru. Dia bertekad untuk berhenti
merokok. Awalnya dia berusaha mengurangi jumlah konsumsi
rokoknya setiap hari, dan sedikit demi sedikit dia dapat
berhenti merokok sama sekali.
3. Kesediaan untuk berubah (Readiness toChange)

Adanya suatu program-program kesehatan dan inovasi di


bidang kesehatan yang terbaru dapat membuat sebagian
masyarakat menerimanya dan melakukan perubahan perilaku.
Namun, ada sebagian masyarakat yang lain yang justru enggan
dan lamban dalam menerima dan menerapkan perilaku
kesehatan yang baru dikenalkan tersebut. Perbedaan tersebut
terjadi karena perbedaan kesediaan untuk berubah ditiap
individu. Hal yang mungkin dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan adalah memberikan pengarahan dan penyuluhan
tentang perilaku sehat dengan sabar.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prilaku

Setiap individu mempunyai perilaku yang berbeda dengan


individu yang lain. Oleh kerena itulah, perilaku bersifat individual
dan unik. Perilaku tidak selalu mengikuti dan didasari dengan
pengetahuan dan sikap positif. Begitu pula sebaliknya. Akan tetapi
perilaku positif yang didasari oleh pengetahuan yang memadai
36

tentang perilaku kesehatan akan membuat seseorang berperilaku


sehat lebih langgeng atau awet.
Bloom pada 1974 menyatakan bahwa perilaku manusia
adalah refleksi dari beragam kejiwaan, yaitu pengetahuan,
keinginan, kehendak, minat, sikap, dan motivasi. Selain itu,
perilaku juga ditentukkan oleh pengalaman, keyakinan, kehendak,
sarana fisik, sosial dan budaya (Maulana, 2009). Perilaku
seseorang yang unik dan khas ini juga dipengaruhi oleh berbagai
variable. Ada beberapa teori tentang faktor penentu yang dapat
mempengaruhi pembentukkan perilaku. Faktor penentu atau
determinan tersebut sering dijadikan sebagai acuan berbagai
program kesehatan masyarakat.
e. Perubahan Perilaku
Pendekatan ilmu kejiwaan ata psikolog digunakan sebagai
cara untuk mempelajari perubahan perilaku seseorang atau
individu. Perilaku dapat berubah disebabkan karena rangsangan
dalam bentuk fisik, psikis, ataupun sosial. Rangsangan tersebut
dapat menyangkut satu materi terbatas dan melibatkan banyak
orang, baik kelompok maupun masyarakat.
Perubahan perilaku adalah salah satu tujuan pendidikan
kesehatan. Seperti dibahas sebelumnya, perubahan perilaku
tergantung pada besar kecilnya pengaruh faktor pendorong dan
penahan, yang artinya dapat positif ataupun negatif. Perilaku dapat
terbentuk dikarenakan proses kematangan dan kedewasaan
seseorang dan proses interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
f. Indikator Perubahan Perilku
Perilaku adalah sesuatu yang dapat diamati secara langsung
ataupun menggunakan suatu alat. Indicator perubahan perilaku
kesehatan seseorang dapat dilakukan melalui domain perilku,
seperti pengetahuan, sikap dan tindakan (Maulana, 2009). Ketiga
domain tersebut dapat digunakan untuk melihat sejauh mana
37

perilaku kesehatan seseorang berubah. Indicator dilihat dari


pengetahuan, sikap dan tindakan individu terhadap :
1. Sakit dan penyakit (health promotion behavior, health prevention
behavior, health seeking behavior, dan health rehabilition
behavior)
2. Sistem pelayanan kesehatan
3. Makanan atau nutrition behavior
4. Lingkungan kesehatan atau environment behavior
Cara untuk mengukur indicator perilaku disetiap domain
berbeda. Perubahan pengetahuan dan sikap seseorang dapat diukur
dengan penelitian kualitatif. Caranya adalah dengan wawancara,
secara terstruktur dan mendalam, serta diskusi kelompok terarah
atau forum group discussion. Data tindakan perubahan perilaku
seseorang dapat diperoleh dengan cara observasi. Selain itu, dapat
pula dilakukan dengan pendekatan recall melalui wawancara untuk
mengingat kembali perilaku yang telah diterapkan atau dilakukan
oleh seseorang atau responden beberapa waktu yang lampau.

2. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian


ini adalah penelitian yang dilakukan oleh (Asfar and Asnaniar, 2018)
tentang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Tentang Penyakit HIV/AIDS Di SMP Baznas Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP BAZNAS Prov.Sul-
Sel. Jenis penelitian ini adalah, penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain Praeksperimen dengan rancangan pra-pasca tes dalam satu
kelompok (one group pre-post test design).

Dari hasil penelitian telah diperoleh dari tingkat pengetahuan


remaja bahwa tingkat pengetahuan remaja di SMP BAZNAS Prov.Sul-Sel,
nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan kesehatan yaitu
38

(13,54) dan setelah diberikan penyuluhan kesehatan, nilai rata-rata


pengetahuan meningkat menjadi (18,11). Dapat dilihat pula terjadinya
peningkatan skor rata-rata pengetahuan remaja setelah pemberian
penyuluhan kesehatan. nilai rata-rata sikap remaja di SMP BAZNAS
Prov.Sul-Sel sebelum diberikan penyuluhan kesehatan yaitu (24,51) dan
setelah diberikan penyuluhan kesehatan, nilai rata-rata sikap meningkat
menjadi (25,90). Dengan demikian dapat dilihat terjadi peningkatan skor
rata-rata sikap remaja setelah pemberian penyuluhan kesehatan.
Kesimpulan penelitan ini yaitu, ada pengaruh penyuluhan kesehatan
sebelum dan sesudah terhadap tingkat pengetahuan tentang penyakit
HIV/AIDS dengan nilai p value = 0,000 (α< 0,05). Dan Ada pengaruh
penyuluhan kesehatan sebelum dan sesudah terhadap sikap tentang
penyakit HIV/AIDS di SMP BAZNAS Prov.Sul-Sel. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai ρ value = 0,035 (α< 0,05).

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian


ini adalah penelitian yang dilakukan oleh(Amelia, Rahman and Widitria,
2016) dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Pencegahan Hiv/Aids
(Abcde) Di Kelas Xi SMK Negeri 3 Banjarmasin. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PreEksperimental dengan rancangan penelitian
One Group Pretest-Postest.

Hasil penelitian terhadap sikap sebelum dilakukan penyuluhan


responden yang didapat yaitu 20 orang (24,1%) responden menunjukkan
sikap kurang dan sesudah dilakukan penyuluhan terdapat pengaruh yang
signifikan yaitu tidak ada lagi responden menunjukkan sikap kurang,
sedangkan untuk sikap perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan dimana untuk sikap yang baik sebelum dilakukan
penyuluhan 25 orang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan dimana untuk sikap yang baik sebelum dilakukan penyuluhan
39

25 orang (30,1%) terdapat peningkatan yang signifikan sesudah dilakukan


penyuluhan menjadi 61 orang (73,5%).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti


lakukan adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perilaku pencegahan penulaaran HIV pada remaja.. Metode yang
digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan desain Praeksperimen dengan rancangan
pra-pasca tes dalam satu kelompok (one group pre-post test design)
Perbedaanya dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada lokasi. Lokasi dalam penelitian ini adalah di SMP
BAZNAS Prov.Sul-Sel, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti
berada di SMAN 3 Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.
40

B. Kerangka Teori

Virus masuk ke
dalam sel Partikel
Berkembang biak menginfeksi
Melepas partikel limfosit lain dan
dan
virus baru menghancurkannya
menghancurkan sel

HIV berdifusi HIV berikatan


dengan CD4+ limfosit T
Menurut

(Ratna Mahdiana, 2010) Limfosit T hancur


(Nanda NIC-NOC, 2015)
AIDS kurang
pengetahuan

Respon imun

humoral
seluler

Sel B dihasilkan
antibody spesifik Aktifkan CD4+

lawan CD4+ yang Terinfeksi virus


terinfeksi (sel T helper)

CD4+ menurun Penurunan IL-12

Sistem kekebalan
Penurunan aktivitas
menurun

Resiko infeksi Intoleransi


Rentan infeksi (oportunistik) aktivitas
41

C. Kerangka Konsep

Remaja

Pendidikan Kesehatan
Pencegahan HIV

Pengaruh pendidikan kesehatan


Terhadap Prilaku Pencegahan HIV
42

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus


Jenis penelitian ini adalah studi kasus deskriptif yang merupakan salah
satu jenis strategi dalam penelitian kualitatif, dengan pendekatan case
study research (studi kasus). Studi kasus merupakan strategi penelitian di
mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses individu atau sekelompok individu. Kasus-
kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan
informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini
dilakukan dengan melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini adalah
untuk memperoleh informasi tentang perilaku pencegahan penularan HIV
pada remaja.

B. Batasan Istilah
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

1. Variable Bebas (independent)

Variable bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan


mengenai perilaku pencegahan HIV untuk meningkatkan pengetahuan
Remaja tentang bagaimna pencegahan yang harus dilakukan untuk
melindungi diri dari paparan virus HIV.

2. Variable Terikat (dependent)

Variable terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah Prilaku.


43

C. Tempat dan Waktu Studi Kasus


1. Tempat
Tempat pengambilan Studi Kasus akan dilakukan di SMAN 3
Wonogiri. Yang terletak di sebelah tengara dari pusat pemerintah
kabupaten Wonogiri. SMAN 3 Wonogiri pada bagian timur berbatasan
dengan hutan perbukitan, kelas IPS 4 dan IPS 5. Pada bagian Utara
dibatasi dengan tempat parkir, dan dau gedunng di depan gedung lab
bahasa yang saat ini tidak digunakan. Pada di bagian barat dibatasi
dengan gerbang utara, pos jaga, MCK, serta lapangan upacara. Di
bagian selatan dibatasi dengan gerbang selatan, pos jaga, ruang osis
dan tempat parkir.
2. Waktu
Pelaksanaan Studi Kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Januari
2020.

D. Subjek Studi Kasus/Partisipan


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah siswa SMAN
3 Wonogiri yaitu 30 orang.
2. Sampel
a. kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik subjek penelitian
dari suatu populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2013).
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Remaja usia 15 - 19 tahun
2) Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
3) letak geografi yang paling utama untuk di jangkau.
4) Tingkat pendidikan yang sama
b. kriteria eksklusi
44

Sedangkan kriteria eksklusi adalah subyek penelitian yang


tidak memenuhi criteria inklusi. Adapun kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) tidak bersedia diteliti
2) Responden tidak ada ditempat selama penelitian
3) Menderita gangguan jiwa
4) lebih dari usia 19 tahun

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Studi Kasus


1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuisioner untuk
mengetahui perubahan perilaku terhadap penularan HIV sebelum
dan sesudah diberi pendidikan kesehatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari jurnal, buku,
internet yang berhubungan dengan penelitian ini
2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai
berikut:
a. Wawancara tak terstruktur
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
tentang HIV pada responden.
b. Observasi partisipatif
Observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan
mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu
tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data-data
yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan.
Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif. Dalam hal ini,
seorang peneliti dituntut untuk sebanyak-banyaknya
45

mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan fokus


masalah yang diteliti.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.
d. Metode Kepustakaan
Untuk menyelesaikan KTI ini maka penulis mengumpulkan data-
data dengan menggunakan berbagai sumber buku.
3. Instrumen studi kasus
Instrumen yang digunakan oleh peneliti sendiri yaitu dengan observasi
dan kuesioner (daftar pertanyaan tertutup) yaitu dimana alternatif
jawaban telah tersedia sehingga responden tinggal memilih salah satu
jawaban yang dianggap paling sesuai kondisi sebenarnya.
a. Lembar kuesioner Pendidikan kesehatan pencegahan HIV
terhadap peningkatan pengetahuan pada remaja
b. SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
c. Leaflet pengaruh pendidikan kesehatan terhadap prilaku
pencegahan penularan HIV pada remaja.

F. Langkah-langkah pengolahan data


Menurut Notoatmodjo, 2010 sebagai berikut:
a. Editing
Melalui proses editing kegiatan penyuluhan kesehatan untuk
pengecekan dan perbaikan Isi dari kuisioner tersebut.
b. Coding
Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom
untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode
berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan selanjutnya
akan di ubah dari data menjadi kalimat.
c. Data Entry
46

Kegiatan memasukkan data yang sudah dilakukan pengkodean


kedalam format yang sudah disediakan.
d. Tabulating
(Pentabulasian) Memasukkan data dari hasil penelitian ke dalam
tabel-tabel sesuai kriteria yang sudah ditentukan penulis.
e. Cleaning
merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat
kemungkinan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembentulan atau koreksi.

G. Metode Uji Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui, konsep
validasi dan realibilitas. Sebuah penelitian merupakan kerja ilmiah, untuk
melakukannya mutlak dituntut secara objektivitas, untuk memenuhi
kriteria ini dalam sebuah penelitian maka validasi dan realibilitas harus
dipenuhi. Jika tidak maka proses penelitian ini perlu di pertanyaan
keilmiahannya. Tidak terkecuali metode studi kasus dalam penelitian
kualitatif keabsahan datanya pun harus di uji dengan beberapa teknik.
Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian kualitatif diperlukan
beberapa teknik antara lain :
1. Objektifitas (Confirmability)
Objektifitas bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk
mencapai kondisi objektif. Adapun kriteria untuk memenuhi syarat
sebagai berikut :

a. Desain penelitian dibuat secara baik dan benar.


b. Fokus penelitian tepat.
c. Kajian literatur yang relevan.
d. Instrument dan cara pendataan yang akurat.
e. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan focus
permasalahan.
47

f. Analisa data dilakukan secara benar.


g. Hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
2. Keabsahan Internal (Credibility)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada
seberapa jauh kesimpulan peneliti menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan
interprestasi yang tepat. Penjaminan keabsahan data melalui kesahihan
internal dapat dilakukan dengan beberapa kriteria pemeriksaan yaitu :
a. Perpanjangan Pengamatan
(Menurut Moelong cit Iskandar 2008) bahwa peneliti adalah
instrument itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan
dalam proses pengumpulan data. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.
Kemudian dengan adanya perpanjangan pengamatan peneliti dapat
mengujin ketidakbenaran informasi yang diperoleh.
b. Meningkatkan Ketekunan Pengamatan
Dalam penelitian ini ketekunan pengamat diperlukan untuk
menemukan fenomena atau gejala social dalam situasi yang
relevan sehingga peneliti dapat memusatkan perhatian secara rinci
dan mendalam.
c. Triangulasi
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda jadi triangulasi
teknik adalah mencari informasi pada orang yangsama atau objek
yang sama dengan menggunakan cara atau teknik yang berbeda.

H. Metode Analisa Data (Domain Analisis)


Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menganalisa data
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara dan pengamatan, maka langkah berikutnya adalah mengadakan
48

pengolahan data dari hasil pengkajian selama melakukan pendidikan


kesehatan terhadap prilaku pencegahan penularan HIV yang kemudian
akan dibandingkan antara teori yang di dapat dari berbagai sumber buku,
jurnal, maupun penelitian dengan proses keperawatan pada kasus nyata.

I. Etika Studi Kasus


1. Informed Consent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan respondent yang
telah memenuhi kriteria.
2. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan kerahasiaan informasi dijamin peneliti hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil peneliti.
3. Confidentiality
Merupakan kerahasiaan informasi dijamin peneliti hanya kelompok
tertentu yang dilaporkan sebagai hasil peneliti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan hasil dari rangkuman asuhan


keperawatan yang di mulai dari pengkajian, diaknosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan dari 30 orang responden yang telah di kaji. Kasus yang
dikelola adalah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Prilaku
Pencegahan Penularan HIV Pada Remaja di SMA N 3 Wonogiri, asuhan
keperawatan yang di laksanakan pada tanggal 11 Januari 2020, pukul
08.00 WIB sampai 09.30 WIB bertempat di SMA N 3 Wonogiri. Kegiatan
ini di hadiri dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa-siswi kelaas X
semester ke 2. Metode yang digunakan pada saat penyuluhan berlangsung
menggunakan wawancara kelompok terarah, observasi partisipatif, dan
dokumentasi.

Tabel 2.1 Jenis Kelamin Responden


No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1 Laki-laki 8 27%
2 Perempuan 22 73%
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa responden berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 8 responden (27%) dan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 22 responden (73%). Hal ini dapat diketahui bahwa
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan.
Tabel 2.2 Usia Responden
No Usia Responden Frekuensi Presentase
1 13 - 15 8 27%
2 16 - 18 22 73%
Total 30 10

49
50

Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa responden berumur 13-15


tahun sebanyak 8 responden (23%) dan berumur 16-18 tahun sebanyak 22
responden (73%). Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berumur 16-18 tahun.
Tabel 2.3 Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase
1 SMP 30 100%
2 SMA 0 0%
Total 30 100%
Berdasarkan tabel 2.3 diketahui bahwa responden berpendidikan
terakhir SMP sebanyak 30 responden (100%) dan yang berpendidikan
terakhir SMA sebanyak 0 responden (0%). Hal ini dapat diketahui bahwa
pendidikan terakhir SMP mendominasi perbandingan responden
berdasarkan tingkat pendidikan.
Dari 30 responden yang diteliti, peneliti mengambil 3 sempel
responden untuk dilakukan penelitian, hal ini di lakukan karena
keterbatasan tenaga dan waktu yang ada pada penulis. Tidak ada
responden yang mengundurkan diri dan bersedia menjadi responden tanpa
paksaan siapapun. Setelah dilakukan pengolahan data, maka hasil
penelitian dengan judul ‘Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Prilaku
Pencegahan Penularan HIV Pada Remaja di SMA N 3 Wonogiri’ sebagai
berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan


dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Budiono, 2016 : 127).

Hasil pengkajian pada responden 1 di dapatkan data bahwa


responden bernama Sdri. HLA, jenis kelamin perempuan, agama Islam,
belum menikah, suku jawa, usia 16 tahun, alamat pulung pantuk
51

Ngadirojo, Wonogiri. Dari hasil pengkajian responden 1 dilakukan


observasi menunjukan prilaku pasien tampak gelisah, malu dan sedikit
tegang. Dari hasil wawancara langsung responden 1 mengatakan pernah
beberapa kali menjalin asmara dengan laki-laki, pernah melakukan ciuman
oral dan pipi, berbagi makanan dengan alat makan yang sama, belum
pernah melakukan hubungan seksual, dan tidak pernah mengunakan obat
obat terlarang. Dari data dokumentasi responden 1 tidak mengetahui
penyebaran penularan HIV selain melalui hubungan seksual dan
penggunaan obat terlarang.

Hasil pengkajian pada responden 2 di dapatkan data bahwa


responden bernama Sdri. RV, jenis kelamin perempuan, agama Islam,
belum menikah, suku jawa, usia 17 tahun, alamat sukorejo, giritirto,
Wonogiri. Dari hasil pengkajian responden 2 dilakukan observasi
menunjukan prilaku pasien tampak cemas dan gelisah, malu dan sedikit
tegang. Dari hasil wawancara langsung responden 2 mengatakan pernah
beberapa kali menjalin asmara dengan laki-laki, pernah melakukan ciuman
oral dan pipi, berbagi makanan dengan alat makan yang sama, belum
pernah melakukan hubungan seksual, dan tidak pernah mengunakan obat
obat terlarang. Dari data dokumentasi responden 1 tidak mengetahui
penyebaran penularan HIV.

Hasil pengkajian pada responden 3 di dapatkan data bahwa


responden bernama Sdr. WS, jenis kelamin Laki laki, agama Islam, belum
menikah, suku jawa, usia 15 tahun, alamat tegalrejo, selogiri, Wonogiri.
Dari hasil pengkajian responden 3 dilakukan observasi menunjukan
prilaku pasien tampak cemas, malu dan gelisah. Dari hasil wawancara
langsung responden 3 mengatakan pernah beberapa kali menjalin asmara
dengan perempuan, pernah melakukan ciuman oral, menggunakan alat
cukur secara bersama dengan ayah responden, berbagi makanan dengan
alat makan yang sama, belum pernah melakukan hubungan seksual, dan
tidak pernah mengunakan obat obat terlarang. Dari data dokumentasi
52

responden 3 tidak mengetahui penyebaran penularan HIV selain melalui


hubungan seksual dan penggunaan obat terlarang.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan masalah kesehatan potensial


atau aktual yang diperoleh dari wawancara, pengamatan, pengkajian, dan
studi dokumentasi. Dari keseluruhan subyek penelitian didapatkan data
yang sama yaitu bahwa kurangnya pengetahuan pada ketiga responden
tersebut. Sesuai batasan karakteristik menurut Nanda NIC,NOC :
menyatakan terdapat masalah. Diagnosa yang muncul pada responden 1,
responden 2, dan responden 3 setelah dilakukan pengkajian yaitu kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi
yang salah.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau rencana keperawatan adalah bagaimana perawat
merencanakan suatu tindakan agar dalam melakukan perawatan terhadap
responden lebih efektif dan efisien. Rencana keperawatan yang dilakukan
dalam penelitian ini lebih ditujukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
responden dengan memberikan pre-test sebelum diberikan pendidikan
kesehatan, dan post-test setelah diberikan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan dilakukan selama 1 x 90 menit untuk
menambah tingkat pengetahuan remaja mengenai prilaku pencegahan
penularan HIV pada remaja. Diharapkan setelah diberi pendidikan
kesehatan tingkat pengetahuan bertambah dengan kriteria hasil :
a. Responden memahami dan mengerti mengenai perilaku
pencegahan penularan HIV pada remaja dan dapat menerapakan di
dalam lingkungan masarakat untuk menekan penyebaran HIV pada
remaja.
b. Responden mampu menjelaskan kembali apa yang telah
disampaikan narasumber dan mampu memberikan sebuah contoh
53

perilaku yang harus di lakukan untuk mencegah penyebaran HIV


pada lingkungan remaja dan masyarakat.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu responden dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik.
a. Responden 1
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan petugas dan
narasumber membagikan kuesioner kepada responden untuk
mengetahui tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan. Saat dilakukan pre-test didapatkan hasil skor
pre-test 13 soal benar yang dikerjakan dari 25 soal. Setelah
dilakukan pendidikan selama 1 x 90 menit mengenai pengertian
HIV, bentuk HIV, proses masuknya HIV dalam tubuh manusia,
faktor faktor yang mempengruhi penularan HIV, tanda dan gejala
penderita yang terjangkit HIV, perilaku penyebab penularan HIV
pada remaja, serta pengobatan saat ini pada penderita HIV. Peneliti
membagikan kembali kuesioner kepada responden untuk
mengetahui perilaku setelah dilakukan pendidikan kesehatan, saat
dilakukan post-test responden mendapat skor 22 soal yang benar
dari 25 soal.
b. Responden 2
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan petugas dan
narasumber membagikan kuesioner kepada responden untuk
mengetahui tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan. Saat dilakukan pre-test didapatkan hasil skor
pre-test 10 soal benar yang dikerjakan dari 25 soal. Setelah
dilakukan pendidikan selama 1 x 90 menit mengenai pengertian
HIV, bentuk HIV, proses masuknya HIV dalam tubuh manusia,
faktor faktor yang mempengruhi penularan HIV, tanda dan gejala
54

penderita yang terjangkit HIV, proses dan cara penularan HIV pada
remaja, serta pengobatan saat ini pada penderita HIV. Peneliti
membagikan kembali kuesioner kepada responden untuk
mengetahui prilaku setelah dilakukan pendidikan kesehatan, saat
dilakukan post-test responden mendapat skor 21 soal yang benar
dari 25 soal.
c. Responden 3
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan petugas dan
narasumber membagikan kuesioner kepada responden untuk
mengetahui tingkat pengetahuan responden sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan. Saat dilakukan pre-test didapatkan hasil skor
pre-test 9 soal benar yang dikerjakan dari 25 soal. Setelah
dilakukan pendidikan selama 1 x 90 menit mengenai pengertian
HIV, bentuk HIV, proses masuknya HIV dalam tubuh manusia,
faktor faktor yang mempengruhi penularan HIV, tanda dan gejala
penderita yang terjangkit HIV, proses dan cara penularan HIV pada
remaja, serta pengobatan saat ini pada penderita HIV. Peneliti
membagikan kembali kuesioner kepada responden untuk
mengetahui prilaku setelah dilakukan pendidikan kesehatan, saat
dilakukan post-test responden mendapat skor 20 soal yang benar
dari 25 soal.

Pemberian pendidikan kesehatan terhadap 30 responden


berdasarkan hasil kuisioner pre-test dan post-test disajikan pada tabel
sebagai berikut :
55

Tabel 2.4 Hasil Penelitian Skor Kuesioner Pada 30 responden


No Nama Responden Skor Pre-test Skor Post-test
1 Sdri. HLA 13 22
2 Sdri. RV 10 21
3 Sdr. WS 9 20
4 Sdr. A 15 21
5 Sdr. B 12 20
6 Sdr. S 11 21
7 Sdr. A 10 22
8 Sdr. L 12 22
9 Sdr. M 14 23
10 Sdr. E 15 19
11 Sdri S 12 20
12 Sdri C 12 22
13 Sdri N 13 23
14 Sdri C 14 22
15 Sdri N 13 21
16 Sdri L 14 23
17 Sdri V 12 23
18 Sdri D 11 22
19 Sdri Y 10 20
20 Sdri E 12 22
21 Sdri H 11 19
22 Sdri I 14 22
23 Sdri G 12 19
24 Sdri A 15 21
25 Sdri D 14 20
26 Sdri A 13 20
27 Sdri I 15 22
28 Sdri S 16 23
29 Sdri N 13 22
30 Sdri A 14 20
56

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan responden dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan responden
dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada responden 1 yaitu Nn. HLA mengatakan setelah
diberikan pendidikan kesehatan prilaku pencegahan penularan HIV pada
remaja, responden mengatakan lebih memahami mengenai bahaya HIV
dan mengetahui bagaimana harus menyikapi penularan HIV pada
lingkungan remaja.
Evaluasi pada responden 2 yaitu Nn. RV mengatakan setelah
diberikan pendidikan kesehatan responden mengatakan mampu membantu
dalam pencegahan penularan HIV pada remaja yang di mulai dari diri
sendiri serta tanggap dalam menyikapi penularan HIV dalam lingkungan
remaja.
Evaluasi pada responden 3 yaitu Tn. WS mengatakan setelah
diberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan penularan HIV,
responden mengatakan dapat memahami proses pencegahan HIV dan cara
berprilaku berdiih dan mandiri dalam menyikapi penularan HIV pada
lingkungan remaja.
Dari ketiga responden terdapat evaluasi sebagai berikut :
Subyektif (S) Ketiga responden mengatakan memahami bagaimana
cara berprilaku untuk pencegahan penularan HIV pada
remaja.
Objektif (O) Ketiga responden mengalami peningkatan prilaku
Assesment (A) Masalah teratasi dengan skor prilaku responden yang
meninkat, baik dalam wawancara dan data tertulis.
Planning (P) Hentikan rencana keperawatan yaitu memberikan
pendidikan kesehatan
57

B. PEMBAHASAN

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan


dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien (Budiono, 2016 : 127).

Berdasarkan data hasil, peneliti mengambil 3 responden. Saat


pemilihan sampel terdapat 3 responden yang sesuai dengan kriteria
yaitu siswa-siswi di SMA N 3 Wonogiri berusia 15-19 tahun ,berjenis
kelamin laki laki dan perempuan, tingkat pendidikan setara yaitu siswa
SMA N 3 Wonogiri kelas X semester 2, dan bersedia mengikuti
pendidikan kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang


menggambarkan respons manusia dari individu atau kelompok tempat
perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Budiono,
2016 : 146)

Berdasarkan data pengkajian yang telah di lampirkan di atas


mayoritas responden mengatakan kurang atau tidak mengetahui
mengenai prilaku pencegahan HIV pada remaja. Sesuai batasan
karakteristik menurut Nanda NIC,NOC : menyatakan terdapat masalah
berupa prilaku tidak sesuai dan mengungkapkan secara verbal adanya
masalah. sehingga dari data tersebut masalah keperawatan yang
ditemukan adalah kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
interpretasi terhadap informasi yang salah.
58

Sedangkan alasan mengapa peneliti memilih kurangnya informasi,


karena meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja disebabkan
oleh pergaulan remaja yang cenderung mengarah pada perilaku seks
pranikah yang tidak aman, pemakaian narkoba suntik bersama dan
pemakaian shabu yang dapat meningkatkan libido seks seseorang, serta
kurangnya informasi yang benar mengenai HIV/AIDS pada remaja
menyebabkan pengetahun dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS
menjadi rendah (KPAN, 2010).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan adalah dengan efektif dan efisien (Budiono, 2016: 169).
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada penelitian ini
yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan terhadap prilaku
pencegahan HIV pada remaja, dengan tindakan keperawatan yang
diambil dari Nursing Intervention Classification (NIC).
Kriteria hasil dari penelitian ini yaitu peningkatan pengetahuan
pada remaja, sesuai dengan Nursing Outcomes Classification (NOC)
yang telah sesuai dan sudah memenuhi kriteria SMART (Spesifik,
Measurable, Achievable, Reasonable, Time). Dimana tujuan telah
spesifik dengan pemberian pendidikan kesehatan terhadap prilaku
pencegahan HIV pada remaja.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan perilaku pada remaja
mengenai pencegahan penularan HIV. Mayoritas dari responden telah
melaporkan bahwa ada peningkatan perilaku setelah dilakukannya
pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan penularan HIV pada
remaja , hal ini juga dapat dilihat dari hasil kuisioner pre-test dan post-
59

test yang mengalami perubahan jumlah skor yang membaik, maka


tujuan dari hasil penelitian ini telah tercapai.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah perawat tetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru (Budiono, 2016).
Nilai skor rata rata yang didapatkan ke-3 responden saat menjalani
pre-test adalah berkisar 9-13 soal benar dari 25 pertanyaan, ini
merupakan skor yang rendah. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pendidikan kesehatan mengenai prilaku pencegahan HIV pada remaja
didapat nila post-test adalah berkisar 20-12 soal benar dari 25 soal, hal
ini terbukti bahwa terdapat peningkatan skor prilaku pada remaja
mengenai prilaku pencegahan HIV.
Dari ke-3 responden, didadapatkan respon yang sama yaitu
sebelum diberikan pendidikan kesehatan prilaku pencegahan HIV pada
remaja, responden mengatakan tidak atau kurang mengetahui tentang
prilaku yang tepat dalam pencegahan HIV dan setelah diberikan
pendidikan kesehatan mengenai prilaku pencegahan HIV pada remaja,
ke-3 responden mengatakan sudah paham atau mengerti mengenai
prilakuyang harus dilakukan dalam mencegah penularan HIV pada
remaja, , hal ini juga dapat dilihat dari hasil kuisioner pre-test dan
post-test yang mengalami perubahan jumlah skor yang membaik

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat pada tahap
intervensi (Budiono, 2016: 201).
60

Pada penelitian ini evaluasi keperawatan dilakuakan setelah


responden mendapatkan pendidikan kesehatan prilaku pencegahan
penularan HIV pada remaja selama 1 X 90 menit. Hasil dari evaluasi
semua responden mengatakan ada peningkatkan perubahan skor
prilaku mengenai prilaku pencegahan penularan HIV pada remaja, hal
tersebut sudah sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan oleh
peneliti.
Berikut adalah table terhadap 3 sample responden berdasarkan
hasil kuisioner pre-test dan post-test:

Tabel 2.5 Hasil Penelitian Skor Kuesioner 3 sampele responden


No Nama Responden Skor Pre-test Skor Post-test
1 Sdri. HLA 13 22
2 Sdri. RV 10 21
3 Sdr. WS 9 20

Dari hasil evaluasi penelitian yang telah di lakukan peneliti dengan


judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Prilaku pencegahan
Penularan HIV Pada Remaja di SMA N 3 Wonogiri” Terdapat
peningkatan pengetahuan perilaku pencegahan HIV dimana terdapat hasil
penelitian yang memiliki kesimpulan yang sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Husaini, Roselina Panghiyangani,


Maman Saputra yang berjudul Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS terhadap
Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/ AIDS Mahasiswi Akademi
Kebidanan Banjarbaru Tahun 2016 yaitu, pemberian penyuluhan tentang
HIV/ AIDS dapat mempengaruhi pengetahuan mahasiswi Akademi
Kebidanan Banjarbaru sebesar 4,206 kali lebih besar. (Husaini,
Panghiyangani and Saputra, 2017)

Menurut oleh R.Topan Aditya Rahman, Esti Yuandari yang berjudul


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada
Remaja upaya pemberian informasi perlu ditingkatkan kembali dalam
61

upaya peningkatan pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS sehingga


responden dapat lebih mengantisipasi dirinya terhadap perilaku yang
berisiko baik dengan cara pemberian penyuluhan ataupun seminar. .
(Rahman and Yundari, 2014)
Menurut Dita Lusiyani Rahayu, Andri Nur Sholihah dengan judul
Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS Terhadap Sikap Pencegahan HIV/AIDS
Di SMK Ma’arif Yogyakarta. Hasil posttest menunjukkan dengan adanya
intervensi yang diberikan dapat memberikan peningkatan pengetahuan
mengenai pencegahan HIV/AIDS. (Rahayu, 2015)

C. KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan
yang dapat mempengaruhi kondisi penelitian. Adapun keterbatasan dalam
penelitian ini yaitu kurangnya pengetahuan responden terhadap kegiatan
penyuluhan, keterbatasan tenaga, dana, dan waktu yang diberikan kepada
peneliti, serta jumlah responden yang terbatas karena adanya kriteria
tertentu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan pada


penelitian yang berjudul “Pengaruh pendidikan Kesehatan Terhadap
Perilaku Pencegahan Penularan HIV Pada Remaja di SMA N 3 Wonogiri”
dapat ditarik kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil observasi didapatkan responden memiliki sikap
yang kurang terhadap perilaku pencegahan penularan HIV responden
juga melakukan hal yang dapat menularkan HIV seperti berciuman dan
menggunakan alat bercukur bersamaan, keseluruhan responden
mengalami masalah keperawatan kurang pengetahuan berhubungan
dengan interpretasi terhadap informasi yang salah. Rencana
keperawatan yang telah dilakukan peneliti dalam mengatasi masalah
kurang pengetahuan yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan.
2. Berdasarkan pengkajian dari keseluruhan responden setelah dilakukan
pendidikan kesehatan dengan waktu kurang lebih 90 menit tentang
pencegahan penyakit HIV dan wawancara kelompok terarah
menunjukkan data subyektif mayoritas responden mengatakan lebih
paham dan mengerti tentang penularan penyakit HIV serta bagaimana
cara mencegah penyakit HIV. Berdasarkan hasil pengkajian terdapat
perubahan perilaku yang meningkat pada responden, hal ini dapat di
lihat dari skor hasil kuisioner yang meningkat. Dari rata-rata skor
benar 12.7 dari 25 soal meningkat menjadi 21.3 skor yang benar dari
25 soal.
3. Hasil analisa yang dilakukan dari keseluruhan responden masalah
kurang pengetahuan teratasi dengan menunjukan peningkatan
pengetahuan mengenai perilaku pencegahan penularan HIV.

62
63

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti
sampaikan untuk perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan
adalah :
1. Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi kepada pasien
untuk dapat mencegah terjadinya peningkatan penularan HIV melalui
tingkah laku remaja saat ini.
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan khususnya bagi
tenaga kesehatan, rumah sakit serta puskesmas agar dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya perawat dan
kader dalam meningkatkan pemberian informasi pada masyarakat
sehingga masyarakat mendapat informasi penting mengnai dunia
kesehstan teraktual sehingga prilaku sehat dapat di capai.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan serta diperlukan
adanya peningkatan pengetahuan, wawasan, dan metode penyuluhan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengembangkan ilmu keperawatan, serta tentang
pemberian informasi seputar dunia kesehatan secara aktual dan
menarik bagi masyarakat sehingga kuetidak tauan dapat ditekan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambah pengetahuan dan wawasan terbaru tentang prilaku
pencegahan penularan HIV pada remaja dan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

A. Juntika, Nurihsan, Yusuf, Syamsu, 2010, Landasan Bimbingan dan Konseling,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Agnes, Andalia, N. and Ridhwan, M. (2017) ‘HUBUNGAN ANTARA


PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENULARAN
PENYAKIT AIDS’, 18(1).

Amelia, R., Rahman, R. T. A. and Widitria, W. (2016) ‘PENGARUH


PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN
DAN SIKAP REMAJA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS (ABCDE) DI
KELAS XI SMK NEGERI 3 BANJARMASIN’, (1).

Asfar, A. and Asnaniar, W. de S. (2018) ‘PENGARUH PENYULUHAN


KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
TENTANG PENYAKIT HIV / AIDS’, 3(1), pp. 26–31.

Avianty, H. (2011) ‘Askep Pada Klien HIV/AIDS’, (37).

Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan, Modul Bahan Ajar Cetak


Keperawatan (Pusdik SDM). Jakarta.
Hidayah, U., Sari, P. and Susanti, A. I. (2018) ‘Gambaran Pengetahuan Remaja
Mengenai HIV / AIDS Setelah Mengikuti Program Hebat di Smp Negeri Kota
Bandung Description of Adolescent Knowledge on HIV / AIDS After Attending
Hebat Program in Public Junior High Schools in Bandung City’, 3(3), pp. 111–
115.

Husaini, Panghiyangani, R. and Saputra, M. (2017) ‘Pengaruh Penyuluhan HIV /


AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV / AIDS Mahasiswi Akademi
Kebidanan Banjarbaru Tahun 2016’, 45(1), pp. 11–16.

Induniasih and Ratna, Wahyu. 2017. Promosi Kesehatan : Pendidikan Kesehatan


dalam Keperawatan. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

64
65

Mahdiana, Ratna. 2010. Panduan Lengkap Kesehatan Mengenal, Mencegah dan


Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Mubarak, W. 2007. Proposi Kesehatan Sebuat Pengantar Proses Belajar


Mengajar Dalam Pendidikan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Musmiler, E. (2019) ‘GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU


LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER (LGBT) DAN HIV/AIDS
PADA REMAJA DI SMA KARTIKA 1-5 PADANG’, (120).

Notoatmodjo, S. 2002, Pendidikan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

(Zakiyatul, 2017).

Nurarif, Amin Huda and Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan :
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Jogja.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis :
Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam dan Ninuk. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi, Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Medika

Padila.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta


Pratiwi, N. L. (2011) ‘HIV-AIDS DAN PERILAKU SEKS TIDAK AMAN DI
INDONESIA’, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(4), pp. 346–357.

Rahayu, D. L. (2015) ‘PENGARUH PENYULUHAN HIV/AIDS TERHADAP


SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMK MA’ARIF YOGYAKARTA’.

Rahman, R. T. A. and Yundari, E. (2014) ‘Dinamika Kesehatan. Vo.13.No.13.


Juli 2014 Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja’, 13(13).

Ratna, 2016. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika

Salsabila, M. putri (2019) ‘Gambaran Persepsi Mahasiswa Tentang Penularan


Penyakit HIV / AIDS Di Universitas Muhammadiyah Semarang’, pp. 277–286.

Siregar, P. D., BM, S. H. and Indraswari, R. (2018) ‘EVALUASI EFEKTIVITAS

65
66

PERMAINAN ULAR TANGGA HIV/AIDS TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA SMA DI KOTA
SEMARANG’, JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal), 6(April), pp.
170–178.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta. CV

Suhariyati, Hardiani, R. S. and Rahmawati, I. (2016) ‘Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Dengan Metode Course Review Horay Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMK Darus Sholihin Puger Kabupaten
Jember’, Pustaka Kesehatan, 4(3), pp. 575–582.

Smeltzer, C. Susan. 2017. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.


12. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sylvia, A, P. Dan Wilson, L, M. 2006. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC

Taher, B. F. T., Ticoalu, S. H. R. and Onibala, F. (2013) ‘PENGARUH


PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGAKAT PENGETAHUAN
SISWA TENTANG CARA PENCEGAHAN PENYAKIT HIV/AIDS DI SMA
NEGERI 1 MANADO’, 1(1).

Teguh, S. M. (2014) ‘HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA


DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS TERHADAP
KETERPAPARAN MEDIA MASSA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN’,
1(2).

Wahyuni, R. and Dewi, S. (2019) ‘GAMBARAN PENGETAHUAN


MAHASISWA TENTANG HIV / AIDS DI UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU Romy Wahyuny * Dewi Susanti
** Abstrak’, Jurnal Maternal dan Neonatal, 2(6), pp. 341–349.

Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011

66
67

67
Lampiran 1

x
xi
xii
Lampiran 2
JADWAL PELAKSANAAN STUDI KASUS

xiii
No Uraian November Desember Januari Februari Maret April
Kegiatan
 
1. Pembuatan            
Proposal

2. Uji Proposal            

3. Pengambilan            
Data

4. Pengolahan            
Data

5. Analisa Data            

6. Pembuatan            
Laporan

7. Uji Sidang            
KTI

Lampiran 3

PERMOHONAN

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

xiv
Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Akademi


Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri:

Nama : Yerobeam Pijar Riasingwang

NIM : 17035

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh


Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Pencegahan Penulaaran HIV Pada
Remaja Di SMAN 3 Wonogiri”.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini saya meminta kesediaan


saudara/saudari untuk menjadi responden dengan mengisi formulir yang diberikan
dengan benar dan sukarela. Identitas dan jawaban saudara/saudari akan saya jaga
kerahasiaannya.

Atas kehadiran dan bantuan saudari saya sampaikan terima kasih.

Hormat Saya,

(..........................................)

Lampiran 4

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

xv
(Informed Consent)

Yang bertanda-tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka

saya bersedia /tidak bersedia* untuk berperan serta sebagai responden. Apabila

sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan

bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian

hari.

Wonogiri, Januari 2020

Yang Menyatakan,

_________________

Keterangan:

*)coret yang tidak perlu

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

xvi
(Informed Consent)

Yang bertanda-tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka

saya bersedia /tidak bersedia* untuk berperan serta sebagai responden. Apabila

sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan

bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian

hari.

Wonogiri, Januari 2020

Yang Menyatakan,

_________________

Keterangan:

*)coret yang tidak perlu

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

xvii
(Informed Consent)

Yang bertanda-tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, maka

saya bersedia /tidak bersedia* untuk berperan serta sebagai responden. Apabila

sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan

bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian

hari.

Wonogiri, Januari 2020

Yang Menyatakan,

_________________

Keterangan:

*)coret yang tidak perlu

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

xviii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Prilaku Pencegahan Penularan
HIV Pada Remaja Di SMAN 3 Wonogiri

A. Identitas
Nama :
Tanggal Lahir :
Umur :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Fasilitas informasi tentang HIV :
Beri tanda (V) jika sesuai
( ) Media cetak/elektronik (TV, radio, majalah/Koran)
( ) Orang lain (guru, orang tua, saudara, teman)
( ) Pelajaran sekolah
( ) Lainnya, sebutkan……

B. Petunjuk pengisian
1. Bacalah dengan teliti pernyataan sebelum anda menjawab.
2. Berilah jawaban yang benar dan sejujurnya menurut pendapat anda agar
diperoleh data yang benar, akurat, dan obyektif.
3. Jawablah pernyataan berikut ini dengan cara menjawab BENAR atau
SALAH dengan member tanda (V) pada kolom yang telah disediakan.

NO PERTANYAAN ALTERNATIF
JAWABAN

xix
BENAR SALAH
1. HIV (Human Immunidficiency Virus) adalah
virus yang perlu di basmi agar tidak menularkan
pada penjaja seks.
2. Setelah terinveksi HIV seseorang tidak langsung
sakit, dan dapat melakukan seks dengan
siapapun.
3. Berhubungan seks sekali saja dengan penderita
HIV tidak akan beresiko tertular HIV.
4. Boleh bergonta ganti pasangan berhubungan
seksual asalkan menggunakan kondom.
5. Cium pipi dengan orang yang mengidap HIV
dapat menularkan HIV.
6. Wanita dan laki-laki yang berganti-ganti
pasangan dalam melakukan hubungan seksual
merupakan golongan yang tidak beresiko terkena
HIV.
7. Agar tidak tertular HIV sebaiknya melakukan
seks dengan kawan sejenis, karena dengan seks
kawan sejenis tidak akan tertular HIV.
8. Memakai pisau cukur yang sama dengan
penderita HIV beresiko tertular HIV.
9. Memakai NPZA sekali saja bersama teman tidak
akan tertular HIV.
10. Untuk mencegah penularan HIV apabila akan
melakukan pembuatan tato, tindik, memakai
jarum suntik, meminta untuk menggunakan
jarum baru dan steril.
11. Homoseksual beresiko terkena HIV.
12. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum
menikah bukan merupakan upaya pencegahan
tertular HIV
13. Untuk mencegah HIV sebaiknya melakukan
hubungan seks dengan satu pasangan.
14. Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan cara

xx
setia pada pasangan dalam melakukan hubungan
seksual setelah menikah.
15. Untuk menghindari HIV sebaiknya melakukan
sek secara oral dan anal.
16. Berganti-ganti pasangan dalam berhubungan
seksual tidak akan meularkan HIV.
17. Jarum suntik dan alat-alat penusuk (tattoo dan
tindik) yang tercemar HIV tidak dapat
menularkan HIV.
18. Bila ada teman terkena HIV maka sebaiknya
tidak mendekat dan menjauhinya agar tidak
tertular.
19. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum
menikah dapat mencegah tertularnya HIV.
20. Orang yang menderita HIV sebaiknya tidak
uasah di obati karena itu adalah azab dari Tuhan.
21. Jika saya menderita HIV saya tidak akan
memberi tahu keluarga,dan pacar
22. Jika pasangan penguna NAPZA suntik maka saat
berhubungan seksual tidak perlu menggunakan
kondom, cukup pil kb
23. Menggunakan alat mandi yang sama dengan
penderita HIV seperti sikat gigi, handuk, dan
sabun, dapat menularkan HIV.
24. Pemakaian NAPZA dengan tujuan
menghilangkan stres tidak akan tertular HIV.
25. Melakukan cek kesehatan sebelum menikan
merupakan pencegahan penularan HIV.

xxi
Lampiran 6

KUNCI JAWABAN

BENAR SALAH BENAR SALAH

1 x 14 x

2 x 15 x

3 x 16 x

4 x 17 x

5 x 18 x

6 x 19 x

7 x 20 x

8 x 21 x

9 x 22 x

10 x 23 x

11 x 24 x

12 x 25 x

13 x

xxii
Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Prilaku Pencegahan Penularan


HIV Pada Remaja Di SMAN 3 Wonogiri

A. Topik
HIV

B. Sub Topik
a. Pengertian HIV
b. Penyebab HIV
c. Tanda dan gejala HIV
d. Penularan HIV
e. Pencegahan Penyakit HIV
f. Pengobatan HIV

C. SASARAN
Siswa-siswi Remaja di SMAN 3 Wonogiri

D. TEMPAT
Ruang kelas SMAN 3 Wonogiri.

E. WAKTU
a. Hari/ tanggal : Disesuaikan
b. Jam : Disesuaikan

F. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan remaja di
SMAN 3 Wonogiri mampu memahami tentang penyakit HIV.

xxiii
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diadakan penyuluhan selama 20 menit remaja dapat :
a. Menjelaskan pengertian HIV.
b. Menjelaskan penyebab HIV.
c. Mampu menyebutkan gejala HIV.
d. Menjelaskan bagaimana penularan HIV.
e. Menjelaskan cara pencegahan HIV.

G. MATERI PENYULUHAN
Terlampir.

H. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

I. Media
a. Power point
b. Leaflet
c. LCD proyektor
d. Laptop
J. PROSES KEGIATAN
Tahap
Kegiatan
Kegiata Kegiatan Pemateri/Penyuluh Media
Peserta
n
Pendahul1.   Memberi salam, Memperhatikan Power
uan memperkenalkan diri, dan point,
membuka penyuluhan LCD
2.    Menjelaskan materi secara Memperhatikan Proyektor,
umum leaflet dan
3.    Memberikan kuisoner sebelum Mengerjakan Laptop.
memasuki penyajian

Penyajia1.   1. Menjelaskan pengertian  HIV. Memperhatikan Power

xxiv
n a)      Menanyakan kepada point,
mahasiswa apabila ada yang Memberikan LCD
kurang  jelas. pertanyaan Proyektor,
b)      Menerima dan menjawab leaflet dan
pertanyaan yang diajukan Memperhatikan Laptop
mahasiswa.

2.  2. Menjelaskan penyebab HIV.


a)      Menanyakan kepada Memperhatikan
mahasiswa apabila ada yang
kurang  jelas.

b)      Menerima dan menjawab Memberikan


pertanyaan yang diajukan pertanyaan
mahasiswa.

3.  3. Menjelaskan gejala HIV Memperhatikan

a)      Menanyakan kepada


mahasiswa apabila ada yang
kurang  jelas. Memperhatikan

b)      Menerima dan menjawab


pertanyaan yang diajukan Memberikan
mahasiswa. pertanyaan

4.   4. Menjelaskan bagaimana


penularan HIV. Memperhatikan
a)      Menanyakan kepada
mahasiswa apabila ada yang
kurang  jelas.
Memperhatikan
b)      Menerima dan menjawab
pertanyaan yang diajukan Memberikan
mahasiswa. pertanyaan

5.   5. Menjelaskan cara


pencegahan HIV. Memperhatikan
a)      Menanyakan kepada
mahasiswa apabila ada yang

xxv
kurang  jelas. Memperhatikan

b)      Menerima dan menjawab


pertanyaan yang diajukan Memberikan
mahasiswa. pertanyaan
Evaluasi Menanyakan kepada peserta Memperhatikan Power
tentang materi yang telah point,
diberikan, dan memberi riward LCD
kepada peserta yang dapat Proyektor,
menjawab pertanyaan. leaflet dan
Laptop
1. Apa pengertian HIV ?
2. Apa saja penyebab HIV ?
3. Apa saja gejala HIV ? Menjawab
4. Bagaimana penularan HIV pertanyaan
bisa terjadi?
5. Bagaimana cara
pencegahan HIV ?
Memberikan
2.    Menampung  jawaban yang sumbang saran
diberikan mahasiswa.
Memberikan
sumbang saran
3.    Mendiskusikan bersama
jawaban dari mahasiswa.

Penutup 1. Memberikan kuisioner setelah Menjawab Power


dilakukan penyajian data. pertanyaan point,
LCD
Proyektor,
4.    Bersama semua mahasiswa Memperhatikan leaflet dan
menyimpulkan materi yang Laptop.
telah dibahas.

5.    Menutup pertemuan dan


memberi salam

xxvi
Lampiran 8

xxvii
Lampiran 9

RESUME RESPONDEN 1

A. IDENTITAS RESPONDEN :
Nama : Sdri. HLA
Usia : 16 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pulung Pantuk Ngadirojo, Wonogiri.
Pekerjaan : Siswa

B. PENGKAJIAN
1. KELUHAN UTAMA : Responden mengatakan kurang memahami
mengenai prilaku pencegahan HIV
2. RIWAYAT PENYAKIT : Responden mengatakan pernah mengalami
gastritis, tidak memiliki penyakit keturunan DM dan HT, atau
penyakit menular
3. RIWAYAT KONSUMSI OBAT : mengkonsumsi mylanta saat
gastritis kambuh
4. RIWAYAT PENGOBATAN : Responden mmengatakan belum
pernah di rawat di rumasakit akibat penyakit.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap
informasi yang salah.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu memberi
pendidikan kesehatan sekali tatap muka 1x90 menit, dengan kriteria hasil
1. Responden memahami dan mengerti mengenai perilaku pencegahan
penularan HIV pada remaja

2. Responden mampu menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan


narasumber dan mampu memberikan sebuah contoh perilaku yang
harus di lakukan untuk mencegah penyebaran HIV pada lingkungan
remaja dan masyarakat.

xxviii
E. IMPLEMENTASI

Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan petugas dan narasumber


membagikan kuesioner kepada responden untuk mengetahui tingkat
pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Saat
dilakukan pre-test didapatkan hasil skor pre-test 13 soal benar yang
dikerjakan dari 25 soal. Setelah dilakukan pendidikan selama 1 x 90 menit
mengenai pengertian HIV, bentuk HIV, proses masuknya HIV dalam
tubuh manusia, faktor faktor yang mempengruhi penularan HIV, tanda dan
gejala penderita yang terjangkit HIV, perilaku penyebab penularan HIV
pada remaja, serta pengobatan saat ini pada penderita HIV. Peneliti
membagikan kembali kuesioner kepada responden untuk mengetahui
perilaku setelah dilakukan pendidikan kesehatan, saat dilakukan post-test
responden mendapat skor 22 soal yang benar dari 25 soal.

F. EVALUASI
Nn. HLA mengatakan setelah diberikan pendidikan kesehatan
prilaku pencegahan penularan HIV pada remaja, responden mengatakan
lebih memahami mengenai bahaya HIV dan mengetahui bagaimana harus
menyikapi penularan HIV pada lingkungan remaja.

xxix
RESUME RESPONDEN 2

A. IDENTITAS RESPONDEN :
Nama : Sdri. RV
Usia : 17 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sukorejo, Giritirto, Wonogiri.
Pekerjaan : Siswa

B. PENGKAJIAN
1. KELUHAN UTAMA : Responden mengatakan kurang memahami
mengenai prilaku pencegahan HIV
2. RIWAYAT PENYAKIT : Responden mengatakan pernah mengalami
sesaknafas sejak kecil, tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM
dan HT, atau penyakit menular
3. RIWAYAT KONSUMSI OBAT : mengkonsumsi obat dari dokter
hanya saat sesaknafas kambuh
4. RIWAYAT PENGOBATAN : Responden mmengatakan pernah di
rawat di rumasakit akibat sesaknafas, dan sering ke dokter untuk
menecek kondisi kesehatannya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap
informasi yang salah.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu memberi
pendidikan kesehatan sekali tatap muka 1x90 menit, dengan kriteria hasil
1. Responden memahami dan mengerti mengenai perilaku pencegahan
penularan HIV pada remaja

2. Responden mampu menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan


narasumber dan mampu memberikan sebuah contoh perilaku yang
harus di lakukan untuk mencegah penyebaran HIV pada lingkungan
remaja dan masyarakat.

xxx
E. IMPLEMENTASI

Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan petugas dan narasumber


membagikan kuesioner kepada responden untuk mengetahui tingkat
pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Saat
dilakukan pre-test didapatkan hasil skor pre-test 10 soal benar yang
dikerjakan dari 25 soal. Setelah dilakukan pendidikan selama 1 x 90 menit
mengenai pengertian HIV, bentuk HIV, proses masuknya HIV dalam
tubuh manusia, faktor faktor yang mempengruhi penularan HIV, tanda dan
gejala penderita yang terjangkit HIV, proses dan cara penularan HIV pada
remaja, serta pengobatan saat ini pada penderita HIV. Peneliti
membagikan kembali kuesioner kepada responden untuk mengetahui
prilaku setelah dilakukan pendidikan kesehatan, saat dilakukan post-test
responden mendapat skor 21 soal yang benar dari 25 soal.

F. EVALUASI

Evaluasi pada responden 2 yaitu Nn. RV mengatakan setelah


diberikan pendidikan kesehatan responden mengatakan mampu membantu
dalam pencegahan penularan HIV pada remaja yang di mulai dari diri
sendiri serta tanggap dalam menyikapi penularan HIV dalam lingkungan
remaja.

xxxi
RESUME RESPONDEN 3

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. WS
Usia : 15 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tegalrejo, Selogiri, Wonogiri.
Pekerjaan : Siswa

B. PENGKAJIAN
1. KELUHAN UTAMA : Responden mengatakan kurang memahami
mengenai prilaku pencegahan HIV
2. RIWAYAT PENYAKIT : Responden mengatakan tidak memiliki
penyakit keturunan seperti DM dan HT, atau penyakit menular
3. RIWAYAT KONSUMSI OBAT : Responden mengatakan tidak
mengkonsumsi obat rutin apapun
4. RIWAYAT PENGOBATAN : Responden mmengatakan tidak pernah
di rawat di rumasakit. Bila sakit haya di obati sendiri oleh keluarga
atau periksa di puskesmas terdekat.

C. DIAKNOSA
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap
informasi yang salah.

D. INTERVENSI
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu memberi
pendidikan kesehatan sekali tatap muka 1x90 menit, dengan kriteria hasil
1. Responden memahami dan mengerti mengenai perilaku pencegahan
penularan HIV pada remaja

2. Responden mampu menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan


narasumber dan mampu memberikan sebuah contoh perilaku yang
harus di lakukan untuk mencegah penyebaran HIV pada lingkungan
remaja dan masyarakat.

xxxii
E. IMPLEMENTASI
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan petugas dan narasumber
membagikan kuesioner kepada responden untuk mengetahui tingkat
pengetahuan responden sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Saat
dilakukan pre-test didapatkan hasil skor pre-test 9 soal benar yang
dikerjakan dari 25 soal. Setelah dilakukan pendidikan selama 1 x 90 menit
mengenai pengertian HIV, bentuk HIV, proses masuknya HIV dalam
tubuh manusia, faktor faktor yang mempengruhi penularan HIV, tanda dan
gejala penderita yang terjangkit HIV, proses dan cara penularan HIV pada
remaja, serta pengobatan saat ini pada penderita HIV. Peneliti
membagikan kembali kuesioner kepada responden untuk mengetahui
prilaku setelah dilakukan pendidikan kesehatan, saat dilakukan post-test
responden mendapat skor 20 soal yang benar dari 25 soal.

F. EVALUASI
Evaluasi pada responden 3 yaitu Tn. WS mengatakan setelah
diberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan penularan HIV,
responden mengatakan dapat memahami proses pencegahan HIV dan cara
berprilaku berdiih dan mandiri dalam menyikapi penularan HIV pada
lingkungan remaja.

xxxiii

Anda mungkin juga menyukai