GROWING
GAMAL
BREWOK
Tentang brewok
yang memulai
segalanya.
Vol.
01
VALUE
Ada seorang bapak-bapak bule bernama George Herbert yang pernah
bikin mantra sejuta umat buat orang-orang ambis sedunia:
When there is
a will, there is
a way
Entah dari mana Pak George dapat ilham, tapi kata-kata beliau
sudah terbukti dari jaman Romawi sampai Obama naik jadi presiden:
kalaupun kita nggak punya sumber daya atau skill mumpuni, usaha
adalah modal yang lebih dari cukup. Bahwa terlepas dari hasil, yang
pada akhirnya dikenang orang dan jadi quote inspirasi itu bukan tujuan
akhirnya, tapi perjalanan dan jatuh bangunnya.
Gue nggak mengira numbuhin brewok bakal jadi katalis perjalanan
panjang gue, yang kemudian bakal dipenuhi segudang ambisi lainnya.
Dari sesuatu sesimpel penasaran sama rasanya punya rambut di muka,
hidup gue bisa berubah.
Maka dengan tekad di hati dan modal seadanya di dompet, gue, Fariz
Gamal (yang setelah ini akan kita sebut Gamal) matenin mantra gue
sendiri yang akhirnya ngalahin mantra Pak George:
KELAS
11 SMA,
CIRCA 2010,
JAKARTA.
The Art of Self-love: Growing Brewok Value 3
Perhatiin, deh. Nggak ada anak laki SMA yang nggak pernah kepikiran
di kepalanya bahwa dia kepengen brewokan, barang sekalipun
dalam hidupnya. Alasannya pun teramat simpel: sepanjang sejarah
umat manusia, brewok adalah salah satu simbol paling mentereng
maskulinitas seorang cowok. Otot? Lewat. Brewok nggak cuma jadi
mantra penggaet cewek paling ampuh, tapi juga bisa melunturkan
segala imej kecupuan gue yang masih nempel sejak jaman rutin dibully
temen sekelas pas SMP. Ya sedikit info, SMP gue itu entah kenapa
anaknya badung-badung, pada demen banget ngebully yang cupu, dan
akhirnya saat gue sudah hampir ditelanjangin rame-rame depan kelas
gue putuskan untuk setuju membayar upeti setiap minggunya selama 3
tahun sekolah.
*****
YOU HAVE
TO BE
A MAN
BEFORE YOU
CAN BE A
GENTLEMAN.
The Art of Self-love: Growing Brewok Value 7
Sebuah kampus pinggir ibukota, 2013.
Nggak ada maba yang nggak jiper sama jenderal pas OSPEK. Tapi di
mata gue, para jenderal ini - istilah khusus buat anggota kedisiplinan
yang bertugas jadi polisi maba - sangat, SANGAT enggak jelas.
Fungsi mereka apa sih? Maba lewat, marah-marah. Maba selonjoran,
marah-marah. Maba nunduk nggak 90 derajat, marah-marah. Heran,
sebenernya apa sih yang bikin para maba di sekitar gue ini tunduk
banget sama para jenderal?
Sebutlah oknum ini Senior A. Doi ini adalah salah satu dari para
jenderal yang tugasnya selain mendisiplinkan barisan-barisan prodi,
juga nyemprot maba pagi-pagi dengan angkara murka sebelum apel
pembukaan. Dan nggak cuma rekan-rekan sejurusan gue, tapi maba-
maba dari barisan lain yang notabene beda jurusan pun tunduk pada
Senior A ini.
Di titik ini gue sampai merasa mantra gue waktu SMA berubah
jadi semacam jimat yang muncul di saat-saat yang paling nggak
disangka. Pasalnya, kekesalan gue tersebut dijawab dalam bentuk
algoritma simalakama Youtube. Seorang vlogger yang tanpa sengaja
videonya muncul di feed rekomendasi gue mengupas habis sepak
terjangnya numbuhin alis menggunakan sebuah produk bernama
minoxidil. Scrolling lebih jauh membawa gue ke komentar-komentar
yang meyakinkan gue bahwa nggak hanya produk ini manjur buat
alis, tapi juga buat kumis dan jenggot.
Satu bulan, dua bulan, tiga bulan. Mulai tumbuh bulu-bulu halus
alias velus di sekitar dagu gue. Sumringah, deg-degan, sujud syukur.
Gue pupuk terus harapan masa remaja gue, sembari rajin mengoleskan
area wajah gue dengan minoxidil ini. Walau masih malu-malu, semangat
gue nggak pernah layu.
Rupanya benar kata Pak George. Mimpi dan ngotot memang tak
pernah mengkhianati hasil. 5 bulan kemudian, bahagia di dada ini lebih
luar biasa rasanya dibanding diterima cewek. Suatu pagi, gue pandang
diri gue di kaca, dan akhirnya gue bisa berkata,
Catet ye, khususnya wahai maba. Brewok itu bagaikan peta buat
kalian sampai ke tujuan kalian. Tapi pilihan buat naik mobil, motor,
sepeda, atau nebeng di tengah jalan, itu faktor lain. Dan itulah fungsi
kepanitiaan. Wibawa yang sudah memancar dari brewok gue, nggak
mau gue sia-siakan. Gue manfaatkan lewat ikut berbagai kepanitiaan
kampus, sampai akhirnya gol manis, gue dapet pacar. Cantik, aktif di
kampus, tajir pula. Bangga nggak kepalang, semua terimakasih pada
brewok gue tentunya.
Baru satu minggu, kisah cinta gue kandas. Entah apa masalahnya,
doi nggak mau bilang jujur. Padahal, sebelum gue memberanikan
diri buat terjun ke dunia romansa, gue pikir bekal gue ikut seminar
percintaan sudah cukup. Namun otak dan hati gue bilang, value
gue sebagai lelaki masih lumayan low, clingy dan needy sama pacar.
Sampah memang. Dari situ gue belajar fakta pahit: bahwa butuh
lebih dari sekedar brewok kalau mau jadi High Value Male, dan
seminar percintaan itu nggak bikin kalian bisa longlast sama pacar
kalian. Serius.
Tapi yang lebih pahit lagi, gue sadar ambisi yang mau gue capai
dengan brewok gue terlalu cetek. Sebuah pengkhianatan pada
perjalanan gue yang sudah panjang tapi kok target gue sedangkal ini,
cuma sebatas mau punya pacar doang. Kalau ternyata jalan hidup
gue bukan disini, kemana lagi gue mesti melangkah?
Tentunya ini rahasia kecil antara gue dan kawan-kawan gue yang
kebelet brewok juga. Mereka adalah kalangan rebahan supermager
yang ngulik credit card payment eBay aja males. Online shopping
Disini ada dua hal yang tergerak: hati gue yang menyadari bahwa
ini bisa jadi panggilan dan ambisi gue berikutnya, serta otak bisnis gue
yang memanfaatkan situasi orang-orang mager yang ingin cepat sukses.
Dari “lebihan-lebihan” jasa gue sebagai bandar minoxidil fakultas,
yang menebal bukan cuma dompet, tapi juga kepedean gue buat PDKT
lagi dengan cewek-cewek yang (mostly) jomblo di sekitar lingkungan
kampus.
Gaung nama gue mulai meluas, tapi gue percaya ini nggak bisa
dibiarkan cuma mouth-to-mouth. Kedengeran receh memang, tapi
rupanya banyak self-esteem orang yang terbantu dengan jasa gue ini.
Maka hati gue mantap menjadikan ini ambisi kedua, next level dari
keinginan polos seorang Gamal untuk memiliki brewok.
*****
IT IS NOT THE
SITUATION
WHICH MAKES
THE MAN, BUT
THE MAN WHO
MAKES THE
SITUATION.
The Art of Self-love: Growing Brewok Value 19
Tahun 2015-2016, media sosial dan para kreator kontennya makin
menguasai jagat internet. Di tengah huru hara nama Misterbrewok
yang (di luar ekspektasi gue) makin naik daun, gue mengambil
keputusan untuk makin meroketkan brand ini via sebuah channel
Youtube yang gue luncurkan sekitar tahun 2016.
Konsep self love ini yang nggak pernah gue sangka akan jadi
jantung dari Misterbrewok. Selama kiprah gue dalam hidup,
permasalahan self love selalu jadi isu yang nggak pernah selesai. Untuk
bisa sayang dengan diri sendiri, bangga diri sendiri, sulitnya bukan
main. Tapi sekarang, semesta justru memperlihatkan gue pada orang-
orang yang menemukan cinta buat diri sendiri lewat produk yang gue
besut.
Sensasi ini bikin gue tertegun, tapi lebih dari itu, sangat sangat
terharu.
Ironis. Ini bukan definisi high value male yang ingin gue capai.
*****
MANLINESS MEANS
PERFECT MANHOOD, AS
WOMANLINESS IMPLIES
PERFECT WOMANHOOD.
MANLINESS IS THE
CHARACTER OF A MAN
AS HE OUGHT TO BE, AS
HE WAS MEANT TO BE.
The Art of Self-love: Growing Brewok Value 25
Oke, Pak James Freeman Clarke. Kurang lebih kalau diterjemahkan,
manliness adalah karakter seorang pria, seorang male, sebagaimana ia
mestinya dan sebagaimana ditujukan.
Buat gue, High Value Male adalah saat dimana tujuan hidup kita
sudah jelas, setiap bangun tidur tahu apa yang harus dilakukan, karena
memang kita sudah punya purpose yang jelas. Itulah saat dimana hidup
bukan melulu soal cewek, romansa, dan tetek bengek lainnya.
Orang yang hidupnya melulu soal cewek nggak akan pergi jauh
kemana-mana dibanding mereka yang fokus pada purpose -- disitulah
momen dimana gue menemukan makna High Value Male ini. Gue
mulai baca banyak buku soal HVM dan tanpa gue sangka, ini ilmu non-
nujum yang rupanya teramat keren. Gue pelajari dalam dan mulai gue
terapkan selepas gue pulang ke ibukota. Terlebih tentang Mastering
the ability to be alone, yang gue sangat terapkan saat gue di London
dimana gue banyak menghabiskan waktu sendirian. Gue tinggal di
sebuah homestay, dimana walaupun siang gue ketemu dengan teman-
Ini tentunya terobosan luar biasa buat gue yang selalu mikir bahwa
gue butuh cewek untuk bahagia. Keinginan untuk selalu ada yang
nemenin, sampai bela-belain memperbaiki diri demi dapet cewek, itu
semua SALAH BESAR. Memperbaiki diri versi gue sekarang adalah demi
bikin diri sendiri bahagia! Perkara cewek dateng apa engga itu urusan
nanti, tapi untuk bisa bahagia dengan diri sendiri itu adalah perasaan
luar biasa.
Dan itulah yang gue lakukan. Gue perbanyak baca buku, mencari
pencerahan baru, karena gue paham bahwa dengan knowledge, maka
purpose akan terbentuk dengan alamiah. “I know what I am going to
do.”
Catat ya, knowledge nggak cuma berasal dari baca buku, ketemu
orang-orang baru juga termasuk knowledge lho. Demi knowledge
ini pun gue jadi punya tujuan khusus buat main dating app: ngobrol
Berbagai sisi seorang High Value Male dan cara mencapainya bakal
ngabisin banyak sekali halaman kalau kita bahas disini. Pasalnya, ini
pun adalah salah satu bagian terbaik dari kiprah pribadi gue. 2018-
2019 saking luar biasanya, bisa habis 20 halaman sendiri. Instagram
@bro.gamal mungkin bisa memberikan kalian sneak peek dari konsep
HVM ini, dimana series HVM gue mengupas nyaris tuntas segala seluk
beluknya.
*****
01 GROWING
BREWOK
Tentang brewok
yang memulai
segalanya.
BRO
GAMAL VALUE