Pekerja muda memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
pekerja dewasa. Menurut data Eropa baru-baru ini, insiden kecelakaan non-fatal di tempat
kerja lebih dari 40 persen lebih tinggi di antara pekerja muda berusia antara 18 dan 24
tahun dibandingkan pekerja dewasa (EU-OSHA, 2007). Di Amerika Serikat, risiko yang
dihadapi pekerja muda berusia antara 15 dan 24 tahun untuk mengalami kecelakaan kerja
non-fatal adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja yang berusia 25 tahun ke atas
(CDC, 2010).
Adanya kondisi tersebut seharusnya menjadikan perhatian yang lebih serius baik
bagi pemerintah ataupun pihak penyedia lapangan kerja. Pemerintah sebagai pencetus
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang didalamnya
terdapat poin mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) seharusnya ikut andil
dalam memastikan penjalanan UU tersebut pada perusahaan ataupun penyedia lapangan
pekerjaan baik negeri ataupun swasta. Perusahaan atau penyedia lapangan kerja
seharusnya juga semakin meningkatkan tanggung jawabnya dalam menyediakan dan
menjalankan peraturan tentang ketenagakerjaan khususnya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Hal ini tidak lain untuk memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak,
yakni melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja, menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, dan
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas (Ariyanti, 2016). Di sisi lain
meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja muda juga akan berkontribusi pada
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) No. 8 tentang pekerjaan yang
layak dan pertumbuhan ekonomi. Ini akan membantu pencapaian Sasaran 8.8 tentang
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi semua pekerja pada 2030.
Namun sayangnya baik otoritas publik, pengusaha, dan pekerja masih belum
memiliki kesadaran yang mendalam akan hal ini. Dalam Saut (2019) dijelaskan secara
tersirat oleh Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Krishna Syarif bahwa
penyebabnya adalah ketidak disiplinan dari para pekerja dan penyedia lapangan kerja
dalam menerapkan K3.
Hal serupa ditemui oleh peneliti di UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api
Indonesia, khususnya pada unit Quality Control. Walupun manajamen pengendalian
mutu dan manajemen K3 telah bagus diadakan dengan tecapainya ISO 9001:2005 dan
SMK3, tetapi berdasarkan hipotesis peneliti masih terdapat celah kurangnya manajemen
K3 yang dilihat dari alokasi tenaga kerja dan beban kerjanya. Jumlah pekerja sebanyak
12 orang dengan beban kerja yang harus melakukan quality and control pada keseluruhan
komponen lokomotif dan genset, nilai tersebut cukup overload melihat hasil respon
wawancara awal dengan beberapa pelaksana. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis gap atau permasalahan nilai beban kerja dan jumlah alokasi pekerja
untuk mendapatkan nilai ideal atau tidaknya jumlah pekerja yang ada pada Unit Quality
Control Golongan Komponen Diesel.
Penentuan nilai beban kerja dan jumlah alokasi pekerja ini menggunakan
pendekatan Full Time Equivalent (FTE) beserta supporting tools yaitu work sampling.
Pendekatan ini peneliti pilih dikarenakan melihat kondisi UPT. Balai Yasa Yogyakarta
PT. Kereta Api Indonesia, khususnya pada unit Quality Control, yang sudah kurang
relevan lagi jika menggunakan perhitungan work hours dikarenakan belum
mempertimbangkan waktu siklus, waktu baku kerja bahkan faktor penyesuaian dan skill
dari pekerja. Sehingga setelah diketahui nilai beban kerja dan jumlah alokasi pekerja yang
diusulkan, nantinya akan dilakukan simulasi untuk mengetahui gambaran dari hasil
penelitian ini terhadap output berupa jumlah inspeksi dan lama waktu inspeksi.
Pada intinya FTE adalah jumlah orang yang dibutuhkan untuk melakukan
semua transaksi dari suatu proses pada periode waktu tertentu (Zimmerman,
2002). FTE adalah rasio yang menggambarkan jumlah jam dimana seorang
karyawan bekerja selama 40 jam. Dengan kata lain, jumlah jam kerja karyawan
per 40 jam tersebut diasumsikan selama 1 minggu. Dewi dan Satrya (2012)
mengungkapkan implikasi dari nilai FTE terbagi menjadi 3 jenis yaitu overload,
normal, dan underload. Berdasarkan pedoman analisis beban kerja yang
dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara pada tahun 2010, total nilai indeks
FTE yang berada di atas nilai 1,28 dianggap overload, berada diantara nilai 1
sampai dengan 1,28 dianggap normal sedangkan jika nilai indeks FTE berada
diantara nilai 0 sampai dengan 0,99 dianggap underload atau beban kerjanya
masih kurang. Untuk mendapatkan nilai FTE dari suatu proses kerja adalah
sebagai berikut:
Menurut Dewi dan Satriya (2012) dalam melakukan analisis beban kerja
dengan metode FTE (Full Time Equivalent) terdapat lima langkah yang perlu
dilakukan yaitu:
1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya.
2. Menetapkan waktu kerja yang tersedia selama satu tahun. Data yang
dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja dalam setahun adalah:
a. Hari kerja
b. Cuti tahunan
c. Pendidikan dan pelatihan
d. Hari libur nasional
e. Ketidakhadiran kerja
f. Waktu kerja
3. Menyusun Standar Kelonggaran Tujuan dari menyusun data ini adalah
untuk mengetahui faktor kelonggaran (allowance) karyawan yang
meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu dalam menyelesaikan suatu
kegiatan yang tidak terkait dengan kegiatan pokoknya. Kegiatan yang
tidak terkait langsung contohnya adalah istirahat, sholat atau ke toilet dan
beberapa kegiatan lainnya.
4. Menetapkan standar beban kerja Standar beban kerja merupakan volume
beban kerja yang dirasakan oleh karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaannya (ratarata waktu).
5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja Pada tahap ini peneliti
berusaha memperoleh jumlah dan kategori karyawan yang kerja sesuai
dengan beban kerja.
Terdapat tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu operator bekerja dalam kondisi
normal (P=1), operator bekerja diatas normal (P>1) dan operator bekerja dibawah
normal (P<1) (Purnomo, 2014). Rating factor dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut,
2.1.4. Allowance
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun
dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal,
kelonggaran perlu ditambahkan (Barnes, 1980).
Amarria Dila Sari, et al (2018) melakukan penelitian terkait penilaian beban kerja pada
UKM Alumunium.UKM dengan fokus produksi wajan ini memiliki ketidak seimbangan
beban kerja di mana ada pekerja yang merasakan lelah berlebih dari pada pekerja yang
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beban kerja masing-masing pekerja yang
terbagi dalam beberapa divisi proses produksi dengan total 13 pekerja yang diamati.
Penelitian ini melibatkan persentase efektivitas beban kerja dan upah pekerja dengan hasil
divisi bubut memiliki beban kerja yang berlebihan, divisi percetakan, divisi inspeksi
pnegecoran, divisi pengemasan dan transportasi memiliki klasifikasi beban kerja normal
dan persentase efektivitas kerja yang baik. Studi ini memberikan rekomendasi
penambahan 2 pekerja pada bubut sehingga total pekerja menjadi 15 orang. Pada
penelitian ini juga dilakukan simulasi, pada kondisi awal UKM memiliki output sebesar
223 wajan per hari sedangkan pada kondisi usulan output meningkat menjadi 291 wajan
per hari.
Tridoyo & Sriyanto (2014) melakukan penelitian mengenai analisis beban kerja
khususnya beban kerja waktu di PT Astra International Tbk. – Honda Sales Operation
region Semarang. Pertumbuhan pasar motor di Indonesia yang terus mengalami
peningkatan dari setiap tahunnya membutuhkan sumber daya manusia yang mampu untuk
bekerja dengan lebih produktif lagi. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu
pengelolaan sumber daya manusia yang mumpuni dan terukur. PT Astra International
Tbk. – Honda Sales Operation region Semarang, memiliki permasalahan yaitu
ketidakseimbangan beban kerja dengan jumlah pekerja sehingga menimbulkan buruknya
produktivitas kerja. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukannya suatu assessment beban
kerja untuk menjadi dasar perhitungan kebutuhan tenaga kerja yang optimal sehingga
harapannya produktivitas bisa lebih baik lagi. Penelitian ini menggunakan metode Full
Time Equivalent (FTE) melalui audit manajemen sumber daya manusia dengan metode
analitik observasional cross sectional. Hasil penelitian yang didapat adalah beban kerja
pada level administrasi sebesar 64% atau 25 karyawan dalam klasifikasi underload, 33%
atau 13 karyawan dalam klasifikasi normal, 3% atau 1 karyawan dalam klasifikasi
overload. Adapun untuk jumlah kebutuhan pekerja untuk level adminstrasi adalah 34
karyawan.
Hari Purnomo (2015) melakukan penelitian mengenai penentuan beban kerja pada
front office dan back office perusahaan perbankan. Perusahaan perbankan perlu menjaga
beban kerja karyawannya dalam kondisi yang seimbang antara volume pekerjaan dengan
kemampuan pekerja, karena pelayanan yang memuaskan nasabah harus menjadi goal
utama dan memerlukan kondisi beban kerja yang optimal. Pada penelitian ini dilakukan
analisis beban kerja karyawan perbankan dengan menggunakan uji petik pekerjaan. Hasil
perhitungan waktu baku bagian front office pada elemen kegiatan 1 sebesar 3,98
menit/lembar dan elemen kegiatan 2 sebesar 59.51 menit/unit. Back office bagian kliring
untuk elemen kegiatan 1 sebesar 0,07 menit/lembar, elemen kegiatan 2 sebesar 2,43
menit/unit dan elemen kegiatan 3 sebesar 4,03 menit batch. Sedangkan back office bagian
transfer untuk elemen kegiatan 1 sebesar 5,26 menit/lembar dan untuk elemen kegiatan 2
sebesar 0,86 menit/unit. Total waktu baku untuk bagian front office sebesar 457,54, back
office bagian kiliring sebesar 188,61 dan back office bagian transfer sebesar 458,67
dengan perhitungan beban kerja masing-masing 1,09; 1,14 dan 1,09.
Arif Fahmy, et al (2018) melakukan penelitian mengenai analisis beban kerja untuk
pengoptimalam kinerja di teknisi maintenance RTG. Kinerja karyawan menjadi salah
satu faktor penting dari keberhasilan suatu perusahaan. Berdasarkan data yang didapat
dari perusahaan jasa maintenance Rubberr Tyred Gantry Crande (RTG) yang bekerja
sama dengan perusahaan bongkar muat Surabaya, menyebutkan masih adanya jumlah
waktu lembur yang over pada teknisi shift dalam beberapa bulan terakhir. Karena akan
menimbulkan pengaruh buruk terhadap kinerja karyawan, maka penelitian dilakukan
untuk mengetahui pengaruh beban kerja terhadap kinerja serta berapa jumlah teknisi yang
optimal berdasarkan beban kerja yang diterima oleh teknisi tersebut. Beban kerja dihitung
berdasarkan waktu kerja menggunakan metode Full Time Equivalent (FTE). Hasil
penelitian didapatkan ketidak seimbangan beban kerja dari 18 teknisi shift, dimana 8
teknisi memiliki beban kerja overload, 2 teknisi memiliki beban kerja normal dan 8
lainnya memiliki beban kerja underload. Selain itu, hasil uji pengaruh menunjukkan
beban kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja. Peneliti memberikan rekomendasi
berupa penambahan menjadi 21 teknisi agar beban kerja yang diterima oleh setiap teknisi
tidak overload.
Mulai
Identifikasi Masalah
Gambar 3.1. Alur
Mencari informasi mengenai gambaran Penelitian
beban kerja junior supervisor di Unit
Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta, apakah
beban pekerjaan berlebihan atau tidak?
Kajian Pustaka
Mengumpulkan data dan literatur dari berbagai buku dan jurnal sebagai informasi
yang mendukung permasalahan yang diangkat pada junior supervisor di Unit
Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.
Pengumpulan Data
Input : Waktu kerja efektif, job description dan rincian kegiatan, waktu tiap rincian
kegiatan, waktu normal rincian kegiatan, frekuensi rincian kegiatan, rating factor,
allowance, total waktu tiap rincian kerja.
Proses : Observasi dan wawancara pada junior supervisor di Unit Quality Control
Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.
Output : Nilai indeks FTE dan jumlah pekerja ideal.
Simulasi
Input : Jumlah pekerja ideal hasil perhitungan FTE pada junior supervisor di Unit
Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.
Proses : Simulasi dengan menggunakan software Flexsim 2016.
Output : Tingkat perubahan dengan parameter bottleneck antara kondisi awalan dan
kondisi usulan jumlah pekerja.
A
A
Selesai
2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Setiap tujuan
penelitian merupakan jawaban dari setiap rumusan masalah yang telah ditentukan
sebelumnya.
3. Kajian pustaka
Kajian pustaka digunakan sebagai sumber data sekunder yang berkaitan tentang
penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Kajian induktif, merupakan kajian yang menjelaskan (me-review) penelitian
sebelumnya di mana sumber yang digunakan berupa jurnal.
b. Kajian deduktif, merupakan kajian di mana sumber yang digunakan dapat
berupa jurnal, buku, website resmi, dan laporan tugas akhir yang membahas
objek penelitian yang sama untuk dijadikan landasan teori.
4. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini berdasarkan penjabaran dari metode Full Time
Equivalent (FTE). Adapun penjabaran atau variabel yang digunakan adalah sebagai
berikut,
a. Waktu kerja efektif
Berisi waktu kerja efektif per hari, per minggu, per bulan, dan per tahun dari
subjek penelitian. Format yang digunakan untuk perhiungan waktu kerja efektif
menggunakan Tabel 3.1 sebagai berikut.
h. Allowance
Merupakan kelonggaran yang diberikan untuk tiga hal yaitu kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Penentuan allowance pada Unit Quality Control Golongan
Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api Indonesia
menggunakan panduan dari International Labour Organization (ILO) seperti
pada Tabel 2.2.
Adawiyah, W., & Sukmawati, A. (2013, Agustus). Analisis Beban Kerja Sumber Daya
Manusia dalam Aktivitas Produksi Komoditi Sayuran Selada (Studi Kasus: CV
Spirit Wira Utama). Jurnal Manajemen dan Organisasi, IV No. 2.
Ariyanti. (2016, Mei 26). Berita : DPUKP Kabupaten Bantul. Dipetik Februari 22, 2018,
dari Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Pemerintah
Kabupaten Bantul Web Site: https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/236-urgensi-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3
Barnes, R. M. (1980). Motion and Time Study. Design and Measurement of Work. Wiley.
Dewi, U., & Satrya, A. (2012). Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban
Kerja Karyawan Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Bidang Sumber Daya Manusia dan Organisasi. Jurusan Manajemen SDM.
Fahmy, A., R, B. M., & Amrullah, H. N. (2018). Analisis Beban Kerja Dengan Metode
Full Time Equivalent Untuk Mengoptimalkan Kinerja Pada Teknisi Maintenance
Rtg . Proceeding 2nd Conference on Safety Engineering and Its Application.
Surabaya.
Hudaningsih, N., & Prayoga, R. (2019). Analisis Kebutuhan Karyawan Dengan
Menggunakan Metode Full Time Equivalent (Fte) Pada Departemen Produksi Pt.
Borsya Cipta Communica. JURNAL TAMBORA, 3 No. 2.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Kesehatan
Kerja. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Manuaba. (2000). Hubungan Beban Kerja Dan Kapasitas Kerja. Jakarta: Rinek Cipta.
Meyers, F. (1999). Motion and Time Study. Prentice-Hall.
Niebel, B. W., & Freivalds, A. (2003). Methods, Standards and Work Design.
Pennsylvania: McGraw-Hill.
Pambudi, Y. W. (2017). Analisis Beban Kerja Karyawan Dengan Metode Full Time
Equivalent (Studi Kasus UKM Unlogic Projeck). Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Purnomo, H. (2014). Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta: CV Sigma.
Purnomo, H. (2015). Penentuan Beban Kerja Pada Front Office Dan Back Office
Perusahaan Perbankan Menggunakan Uji Petik Pekerjaan. Seminar Nasional
IENACO. Solo.
Rinawati, D. I., Puspitasari, D., & Muljadi, F. (2012). Penentuan Waktu Standart dan
Jumlah Tenaga Kerja Optimal pada Produksi Batik Cap. Jurnal Teknik Industri
UNDIP. Vol : VII No.3.
Saut, P. D. (2019, Februari 6). Moneter : detikfinance. Dipetik Februari 22, 2019, dari
detikfinance Web site: https://finance.detik.com/moneter/d-3853101/angka-
kecelakaan-kerja-ri-meningkat-ke-123-ribu-kasus-di-2017
Susilo, R., & Yustiawan, T. (2015, Oktober). Perhitungan Tenaga Keperawatan dengan
Metode Full Time Equivalent dirumah sakit Adi Husada Surabaya. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 18 No. 4.
Sutalaksana, & Ifitikar, Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik
Industri ITB.
Tarwaka, HA, S., Bakri, & Sudiajeng. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.
Tridoyo, & Sriyanto. (2014). Analisis Beban Kerja dengan Metode Full Time Equivalent
untuk Mengoptimalkan Kinerja Karyawan pada PT Astra International Tbk-
Honda Sales Operation Region Semarang.
Tridoyo, S. (2014). Analisis Beban Kerja Dengan Metode Full Time Equivalent Untuk
Mengoptimalkan Kinerja Karyawan Pada Pt Astra International Tbk-Honda
Sales Operation Region Semarang. Seminar Nasional IDEC. Surakarta.
Zimmerman, P. (2002). Nursing Management Secrets. Elsevier Health Sciences.