Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS JUMLAH PEKERJA OPTIMAL PADA UNIT QUALITY CONTROL

DENGAN PENDEKATAN FULL TIME EQUIVALENT

STUDI KASUS PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) – UPT. BALAI


YASA YOGYAKARTA

Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Metodologi Penelitian Dasar

Nama : Rino Rahmawanto Nugroho


No. Mahasiswa : 16 522 116

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut perkiraan terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO), 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan penyakit akibat
kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakaan kerja (Infodatin
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Pekerja muda memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
pekerja dewasa. Menurut data Eropa baru-baru ini, insiden kecelakaan non-fatal di tempat
kerja lebih dari 40 persen lebih tinggi di antara pekerja muda berusia antara 18 dan 24
tahun dibandingkan pekerja dewasa (EU-OSHA, 2007). Di Amerika Serikat, risiko yang
dihadapi pekerja muda berusia antara 15 dan 24 tahun untuk mengalami kecelakaan kerja
non-fatal adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja yang berusia 25 tahun ke atas
(CDC, 2010).

Selain menyebabkan penderitaan manusia yang tak terhitung, kecelakaan dan


penyakit akibat kerja mengakibatkan biaya ekonomi yang signifikan, dengan perkiraan
kerugian tahunan sebesar 3,94 persen dari PDB global atau sebesar Rp 280 triliun (ILO,
2017). Biaya untuk masyarakat pekerja muda yang terluka parah dan mengalami
gangguan jangka panjang dapat jauh lebih besar dibandingkan biaya bagi masyarakat
pekerja dewasa yang mengalami cedera serupa. Konsekuensi dari cedera akibat kerja
lebih serius ketika cedera ini terjadi di awal kehidupan seorang pekerja muda. Seorang
pekerja muda dengan gangguan jangka panjang dapat berhenti menjadi anggota
masyarakat yang aktif dan tidak memanfaatkan pendidikan serta pelatihan yang telah
mereka terima.

Adanya kondisi tersebut seharusnya menjadikan perhatian yang lebih serius baik
bagi pemerintah ataupun pihak penyedia lapangan kerja. Pemerintah sebagai pencetus
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang didalamnya
terdapat poin mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) seharusnya ikut andil
dalam memastikan penjalanan UU tersebut pada perusahaan ataupun penyedia lapangan
pekerjaan baik negeri ataupun swasta. Perusahaan atau penyedia lapangan kerja
seharusnya juga semakin meningkatkan tanggung jawabnya dalam menyediakan dan
menjalankan peraturan tentang ketenagakerjaan khususnya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). Hal ini tidak lain untuk memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak,
yakni melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja, menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, dan
meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas (Ariyanti, 2016). Di sisi lain
meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja muda juga akan berkontribusi pada
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) No. 8 tentang pekerjaan yang
layak dan pertumbuhan ekonomi. Ini akan membantu pencapaian Sasaran 8.8 tentang
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi semua pekerja pada 2030.

Namun sayangnya baik otoritas publik, pengusaha, dan pekerja masih belum
memiliki kesadaran yang mendalam akan hal ini. Dalam Saut (2019) dijelaskan secara
tersirat oleh Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Krishna Syarif bahwa
penyebabnya adalah ketidak disiplinan dari para pekerja dan penyedia lapangan kerja
dalam menerapkan K3.

Hal serupa ditemui oleh peneliti di UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api
Indonesia, khususnya pada unit Quality Control. Walupun manajamen pengendalian
mutu dan manajemen K3 telah bagus diadakan dengan tecapainya ISO 9001:2005 dan
SMK3, tetapi berdasarkan hipotesis peneliti masih terdapat celah kurangnya manajemen
K3 yang dilihat dari alokasi tenaga kerja dan beban kerjanya. Jumlah pekerja sebanyak
12 orang dengan beban kerja yang harus melakukan quality and control pada keseluruhan
komponen lokomotif dan genset, nilai tersebut cukup overload melihat hasil respon
wawancara awal dengan beberapa pelaksana. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis gap atau permasalahan nilai beban kerja dan jumlah alokasi pekerja
untuk mendapatkan nilai ideal atau tidaknya jumlah pekerja yang ada pada Unit Quality
Control Golongan Komponen Diesel.

Penentuan nilai beban kerja dan jumlah alokasi pekerja ini menggunakan
pendekatan Full Time Equivalent (FTE) beserta supporting tools yaitu work sampling.
Pendekatan ini peneliti pilih dikarenakan melihat kondisi UPT. Balai Yasa Yogyakarta
PT. Kereta Api Indonesia, khususnya pada unit Quality Control, yang sudah kurang
relevan lagi jika menggunakan perhitungan work hours dikarenakan belum
mempertimbangkan waktu siklus, waktu baku kerja bahkan faktor penyesuaian dan skill
dari pekerja. Sehingga setelah diketahui nilai beban kerja dan jumlah alokasi pekerja yang
diusulkan, nantinya akan dilakukan simulasi untuk mengetahui gambaran dari hasil
penelitian ini terhadap output berupa jumlah inspeksi dan lama waktu inspeksi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah penelitian sebagai


berikut,
1. Berapa nilai beban kerja waktu menggunakan indeks FTE pada tiga junior
supervisor di Unit Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa
Yogyakarta?
2. Berapa jumlah ideal pekerja pada tiga junior supervisor di Unit Quality Control
Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut,


1. Mengetahui nilai beban kerja waktu menggunakan indeks FTE pada tiga junior
supervisor di Unit Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa
Yogyakarta.
2. Mengetahui jumlah ideal pekerja pada tiga junior supervisor di Unit Quality
Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.

1.4. Batasan Penelitian

Batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut,


1. Tidak memperhatikan pekerja selain tiga junior supervisor di Unit Quality
Control Golongan Komponen dengan produk diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.
2. Tidak memperhatikan aktivitas yang dilakukan pekerja diluar jam kerja (08.00-
17.00).
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Deduktif

2.1.1. Beban Kerja


Menurut Manuaba (2000), beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam
menerima pekerjaan. Berdasarkan sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik
maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Beban kerja
dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat
berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat, mendorong sedangkan
beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi
kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Tarwaka et al, 2004).

2.1.2. Full Time Equivalent


Ada beberapa definisi FTE (Full Time Equivalent), menurut Dewi dan Satrya
(2012) Full Time Equivalent adalah salah satu metode analisis beban kerja yang
berbasiskan waktu dengan cara mengukur lama waktu penyelesaian pekerjaan
kemudian waktu tersebut dikonversikan ke dalam indeks nilai FTE.
Metode perhitungan beban kerja dengan Full Time Equivalent (FTE) adalah
metode dimana waktu yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan
dibandingkan terhadap waktu kerja efektif yang tersedia. FTE bertujuan
menyederhanakan pengukuran kerja dengan mengubah jam beban kerja ke jumlah
orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu (Adawiyah,
2013).

Pada intinya FTE adalah jumlah orang yang dibutuhkan untuk melakukan
semua transaksi dari suatu proses pada periode waktu tertentu (Zimmerman,
2002). FTE adalah rasio yang menggambarkan jumlah jam dimana seorang
karyawan bekerja selama 40 jam. Dengan kata lain, jumlah jam kerja karyawan
per 40 jam tersebut diasumsikan selama 1 minggu. Dewi dan Satrya (2012)
mengungkapkan implikasi dari nilai FTE terbagi menjadi 3 jenis yaitu overload,
normal, dan underload. Berdasarkan pedoman analisis beban kerja yang
dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara pada tahun 2010, total nilai indeks
FTE yang berada di atas nilai 1,28 dianggap overload, berada diantara nilai 1
sampai dengan 1,28 dianggap normal sedangkan jika nilai indeks FTE berada
diantara nilai 0 sampai dengan 0,99 dianggap underload atau beban kerjanya
masih kurang. Untuk mendapatkan nilai FTE dari suatu proses kerja adalah
sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟𝑠 + 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒 (2.1)


𝐹𝑇𝐸 =
𝐸𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟

Menurut Dewi dan Satriya (2012) dalam melakukan analisis beban kerja
dengan metode FTE (Full Time Equivalent) terdapat lima langkah yang perlu
dilakukan yaitu:
1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya.
2. Menetapkan waktu kerja yang tersedia selama satu tahun. Data yang
dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja dalam setahun adalah:
a. Hari kerja
b. Cuti tahunan
c. Pendidikan dan pelatihan
d. Hari libur nasional
e. Ketidakhadiran kerja
f. Waktu kerja
3. Menyusun Standar Kelonggaran Tujuan dari menyusun data ini adalah
untuk mengetahui faktor kelonggaran (allowance) karyawan yang
meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu dalam menyelesaikan suatu
kegiatan yang tidak terkait dengan kegiatan pokoknya. Kegiatan yang
tidak terkait langsung contohnya adalah istirahat, sholat atau ke toilet dan
beberapa kegiatan lainnya.
4. Menetapkan standar beban kerja Standar beban kerja merupakan volume
beban kerja yang dirasakan oleh karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaannya (ratarata waktu).
5. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja Pada tahap ini peneliti
berusaha memperoleh jumlah dan kategori karyawan yang kerja sesuai
dengan beban kerja.

2.1.3. Rating Factor


Rating Factor merupakan proses penyesuaian waktu yang dilakukan kepada
pekerja agar sesuai dengan pekerja yang bekerja normal (Meyers, 1999). Salah
satu tool tertua dalam menentukan performance rating adalah yang dikembangkan
oleh Westinghouse Electric Corporation. Adapun nilai-nilai dari variabel yang
diperhitungkan dalam mendapatkan rating factor tertera pada tabel sebagai
berikut,
Tabel 2.1. Westinghouse Table
Skill Effort
+0,15 A1 Super skill +0,13 A1 Excessive
+0,13 A2 +0,12 A2
+0,11 B1 Excellent +0,10 B1 Excellent
+0,08 B2 +0,08 B2
+0,06 C1 Good +0,05 C1 Good
+0,03 C2 +0,02 C2
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,05 E1 Fair -0,04 E1 Fair
-0,10 E2 -0,08 E2
-0,16 F1 Poor -0,12 F1 Poor
-0,22 F2 -0,17 F2
Condition Consistency
+0,06 A Ideal +0,04 A Ideal
+0,04 B Excellent +0,03 B Excellent
+0,02 C Good +0,01 C Good
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,03 E Fair -0,02 E Fair
-0,07 F Poor -0,04 F Poor

Terdapat tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu operator bekerja dalam kondisi
normal (P=1), operator bekerja diatas normal (P>1) dan operator bekerja dibawah
normal (P<1) (Purnomo, 2014). Rating factor dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut,

𝑃 = 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 + 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 (2.2)


Adapun untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas
dengan ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang dijelaskan pada lampiran.

2.1.4. Allowance
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun
dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal,
kelonggaran perlu ditambahkan (Barnes, 1980).

Tabel 2.2. Allowance


2.2. Kajian Induktif

Amarria Dila Sari, et al (2018) melakukan penelitian terkait penilaian beban kerja pada
UKM Alumunium.UKM dengan fokus produksi wajan ini memiliki ketidak seimbangan
beban kerja di mana ada pekerja yang merasakan lelah berlebih dari pada pekerja yang
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beban kerja masing-masing pekerja yang
terbagi dalam beberapa divisi proses produksi dengan total 13 pekerja yang diamati.
Penelitian ini melibatkan persentase efektivitas beban kerja dan upah pekerja dengan hasil
divisi bubut memiliki beban kerja yang berlebihan, divisi percetakan, divisi inspeksi
pnegecoran, divisi pengemasan dan transportasi memiliki klasifikasi beban kerja normal
dan persentase efektivitas kerja yang baik. Studi ini memberikan rekomendasi
penambahan 2 pekerja pada bubut sehingga total pekerja menjadi 15 orang. Pada
penelitian ini juga dilakukan simulasi, pada kondisi awal UKM memiliki output sebesar
223 wajan per hari sedangkan pada kondisi usulan output meningkat menjadi 291 wajan
per hari.

Tridoyo & Sriyanto (2014) melakukan penelitian mengenai analisis beban kerja
khususnya beban kerja waktu di PT Astra International Tbk. – Honda Sales Operation
region Semarang. Pertumbuhan pasar motor di Indonesia yang terus mengalami
peningkatan dari setiap tahunnya membutuhkan sumber daya manusia yang mampu untuk
bekerja dengan lebih produktif lagi. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu
pengelolaan sumber daya manusia yang mumpuni dan terukur. PT Astra International
Tbk. – Honda Sales Operation region Semarang, memiliki permasalahan yaitu
ketidakseimbangan beban kerja dengan jumlah pekerja sehingga menimbulkan buruknya
produktivitas kerja. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukannya suatu assessment beban
kerja untuk menjadi dasar perhitungan kebutuhan tenaga kerja yang optimal sehingga
harapannya produktivitas bisa lebih baik lagi. Penelitian ini menggunakan metode Full
Time Equivalent (FTE) melalui audit manajemen sumber daya manusia dengan metode
analitik observasional cross sectional. Hasil penelitian yang didapat adalah beban kerja
pada level administrasi sebesar 64% atau 25 karyawan dalam klasifikasi underload, 33%
atau 13 karyawan dalam klasifikasi normal, 3% atau 1 karyawan dalam klasifikasi
overload. Adapun untuk jumlah kebutuhan pekerja untuk level adminstrasi adalah 34
karyawan.

Pambudi (2017) melakukan penelitian mengenai analisis beban kerja karyawan


pada UKM Unlogic Project. Produksi pada UKM Unlogic Project masih belum optimal
dan masih terdapat ketidakseimbangan beban kerja operator. Berdasarkan permasalahan
tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana beban kerja
operator dan mengetahui jumlah kebutuhan tenaga kerja yang optimal. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah Full Time Equivalent (FTE). Hasil dari penelitian
ini adalah ada ketidakseimbangan beban kerja dari 13 operator, dimana ada 2 operator
memiliki beban kerja yang melebih normal dan 11 lainnya memiliki beban kerja yang
jauh dari normal. Untuk itu dilakukan beberapa perbaikan yaitu dengan menggabungkan
beberapa pekerjaan. Hasilnya adalah didapatkan bahwa jumlah tenaga kerja optimal
sebanyak 7 operator dan nilai keseimbangan meningkat dari sebelumnya 39% menjadi
72%.

Hudaningsih & Prayoga (2019) melakukan penelitian mengenai analisis kebutuhan


pekerja pada departemen produksi di PT. Bosrya Cipta Communica. Perusahaan tersebut
belum menerapkan pengukuran beban kerja yang terukur pada setiap posisi sehingga
mengakibatkan ketidaksesuaian antara beban kerja dan jumlah pekerja. Berdasarkan
permasalahan tersebut, perlu dilakukan pengukuran beban kerja sebagai dasar
perhitungan kebutuhan tenaga kerja yang optimal. Penelitian ini menggunakan metode
Full Time Equivalent (FTE). Dari hasil perhitungan maka didapatkan nilai FTE pada
posisi leader departemen produksi bagian packing, operator packing bagian pemberian
tepu, operator packing bagian pengepakan menggunakan plastik wrap, dan operator
packing bagian pengepakan menggunakan kardus berturut-turut memiliki nilai sebesar 50
%, 252 %, 39 % dan 22 %. Adapun jumlah karyawan yang optimal secara berturut juga
adalah 1, 3, 1 dan 1 orang.

Hari Purnomo (2015) melakukan penelitian mengenai penentuan beban kerja pada
front office dan back office perusahaan perbankan. Perusahaan perbankan perlu menjaga
beban kerja karyawannya dalam kondisi yang seimbang antara volume pekerjaan dengan
kemampuan pekerja, karena pelayanan yang memuaskan nasabah harus menjadi goal
utama dan memerlukan kondisi beban kerja yang optimal. Pada penelitian ini dilakukan
analisis beban kerja karyawan perbankan dengan menggunakan uji petik pekerjaan. Hasil
perhitungan waktu baku bagian front office pada elemen kegiatan 1 sebesar 3,98
menit/lembar dan elemen kegiatan 2 sebesar 59.51 menit/unit. Back office bagian kliring
untuk elemen kegiatan 1 sebesar 0,07 menit/lembar, elemen kegiatan 2 sebesar 2,43
menit/unit dan elemen kegiatan 3 sebesar 4,03 menit batch. Sedangkan back office bagian
transfer untuk elemen kegiatan 1 sebesar 5,26 menit/lembar dan untuk elemen kegiatan 2
sebesar 0,86 menit/unit. Total waktu baku untuk bagian front office sebesar 457,54, back
office bagian kiliring sebesar 188,61 dan back office bagian transfer sebesar 458,67
dengan perhitungan beban kerja masing-masing 1,09; 1,14 dan 1,09.

Arif Fahmy, et al (2018) melakukan penelitian mengenai analisis beban kerja untuk
pengoptimalam kinerja di teknisi maintenance RTG. Kinerja karyawan menjadi salah
satu faktor penting dari keberhasilan suatu perusahaan. Berdasarkan data yang didapat
dari perusahaan jasa maintenance Rubberr Tyred Gantry Crande (RTG) yang bekerja
sama dengan perusahaan bongkar muat Surabaya, menyebutkan masih adanya jumlah
waktu lembur yang over pada teknisi shift dalam beberapa bulan terakhir. Karena akan
menimbulkan pengaruh buruk terhadap kinerja karyawan, maka penelitian dilakukan
untuk mengetahui pengaruh beban kerja terhadap kinerja serta berapa jumlah teknisi yang
optimal berdasarkan beban kerja yang diterima oleh teknisi tersebut. Beban kerja dihitung
berdasarkan waktu kerja menggunakan metode Full Time Equivalent (FTE). Hasil
penelitian didapatkan ketidak seimbangan beban kerja dari 18 teknisi shift, dimana 8
teknisi memiliki beban kerja overload, 2 teknisi memiliki beban kerja normal dan 8
lainnya memiliki beban kerja underload. Selain itu, hasil uji pengaruh menunjukkan
beban kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja. Peneliti memberikan rekomendasi
berupa penambahan menjadi 21 teknisi agar beban kerja yang diterima oleh setiap teknisi
tidak overload.

Muhardiansyah & Widharto (2018) melakukan penelitian mengenai workload


analisis di departemen produksi unit betalactam PT. Pharos, Tbk. Industri farmasi yang
semakin tinggi persaingan pasarnya membuat perusahaan harus memiliki strategi untuk
bisa bertahan. PT Phapros membutuhkan perencanaan dan pengeloaan sumber daya
manusia yang lebih baik dikarenakan target perusahaan yang harus dikejar. Untuk
menentukan dasar jumlah karyawan pada rekruitmen mendatang, penelitian ini
menggunakan metode Full Time Equivalent (FTE) sebagai penunjangnya. Perhitungan
beban kerja dengan metode FTE (Full Time Equivalent) didapati hasil masih ada
ketidaksesuaian antara jumlah pekerja yang ideal dengan jumlah pekerja aktual sehingga
perlu dilakukan peninjauan ulang dalam kebijakan rekruitmen di masa depan.
Susilo & Yustiawan (2015) melakukan penelitian mengenai perhitungan tenaga
keperawatan di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya. Jumlah kebutuhan
tenaga perawat di rumah sakit menjadi hal yang penting untuk dilakukan pengukuran
secara akurat dikarenakan bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pelayanan kesehatan serta kepuasan masyarakat dan bahkan perawat sendri. Rumah Sakit
Adi Husada Undaan Wetan (RSAH UW) Surabaya menggunakan dua metode yakni
metode Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) 2005 dan metode Full
Time Equivalent (FTE) untuk mengetahui mana metode terbaik dalam penentuan
kebutuhan perawat (pekerja) yang sesuai dengan RSAH UW. Penelitian menunjukkan
jumlah perawat dengan metode FTE lebih sedikit dibanding Metode Depkes RI 2005, hal
ini terjadi karena kurangnya data mengenai rata-rata jam perawatan dan proyeksi jumlah
hari rawat pasien di unit rawat inap. Hal lain yang harus diperhatikan adalah metode FTE
belum memperhitungkan keterampilan dan pengalaman kerja setiap perawat.

Aparicio et al (2015) melakukan penelitian mengenai penentuan jumlah pekerja


layanan perawatan kesehatan atletik di lembaga-lembaga Football Bowl Subdivision.
Panduan dokumen ‘Appropriate Medical Coverage for Intercollegiate Athletics’’
(AMCIA) diciptakan untuk mendukung penilaian dan perhitungan kebutuhan personil
pelatihan atletik Namun, masih sedikit mengenai kesenjangan antara praktek
kepegawaian saat ini yang direkomendasikan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kepegawaian dan ketenagakerjaan dari
layanan perawatan kesehatan atletik pada lembaga subdivisi-tingkat Football Bowl.
Penelitian ini menggunakan metode Full-Time Equivalent (FTE). Hasil penelitian ini
adalah guna benar-benar mematuhi dokumen AMCIA perlu adanya penambahan 1-3
pelatih atletik untuk sepak bola.

Gidion & Adianto (2014) melakukan penelitian yang membahas tentang


produktivitas karyawan pada PT Astra Internasional divisi astra motor Jakarta Honda
Center. Produktivitas karyawan JHC dapat dinilai berdasarkan nilai FTE yang telah di
observasi. Hasil dari observasi menyatakan ada beberapa karyawan yang perlu ditambah
beban kerjanya dan beberapa yang perlu ditinjau kembali job desc dari karyawan tersebut
agar nilai FTE tidak melebihi 1.2 dan tidak dibawah 0.9 . Terdapat temuan di bagian
mekanik dimana ada pekerja yang sering terlambat masuk setelah istirahat dan malas dan
terdapat temuan di bagian partsman dimana terjadi kurangnya personel partsman
sehingga terjadi penundaan pekerjaan administrasi.

Tabel 2.3. Kajian Literatur


Review
No. Penulis Tahun Objek Full time Waktu Simulasi Work
Equivalent Siklus Sampling
1 Sari, 2017 Karyawan √ √ √
Hardiansa, & UKM
Suryoputro Pengecoran
Wajan
2 Tridoyo & 2014 Karyawan √
Sriyanto PT Astra
Internasional
Tbk-Honda
Sales
Operation
Region
Semarang.
3 Pambudi 2017 Karyawan √
UKM
Ulogic
Project
4 Hudaningsih & 2019 Karyawan √
Prayoga Produksi PT.
Borsya Cipta
Communica
5 Purnomo 2015 Perusahaan √
Perbankan
Negeri dan
Swasta
Kabupaten
Sleman,
Bantul serta
KotaMadya
Yogyakarta
6 Fahmy, 2018 Teknisi √ √
Mualifatul& Maintenance
Amrullah Rubber
Tyred
Gantry
Crane
(RTG)
7 Muhardiansyah 2018 Unit √
& Widharto Betalactam
Departemen
Produksi PT
Phapros Tbk
Review
No. Penulis Tahun Objek Full time Waktu Simulasi Work
Equivalent Siklus Sampling
8 Susilo & 2015 Perawat √
Yustiawan Ruang
Rawat Inap
Rumah Sakit
Adi Husada
Undaan
Wetan
9 Asaria, 2016 Karyawan √
Cookson, Dokter
Fleetcroft & Keluarga
Ali (Dokter
Umum) di
Inggris
10 Gidion & 2014 Staf √
Adianto Pekerjaan
Layanan
Perawatan
Kesehatan
Atletik di
Lembaga-
lembaga
Tingkat
Football
Bowl
Subdivision
11 Penulis 2019 Unit Quality √ √ √ √
Control
Golongan
Komponen
– Upt. Balai
Yasa
Yogyakarta

Penelitian kali ini dilakukan di Unit Quality Control Golongan Komponen Pt


Kereta Api Indonesia (Persero) – Upt. Balai Yasa Yogyakarta. Jumlah pekerja sebanyak
12 orang dengan beban kerja yang harus melakukan quality and control pada keseluruhan
komponen lokomotif dan genset, cukup overload melihat hasil respon wawancara awal
dengan beberapa pelaksana. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
beban kerja dan alokasi pekerja untuk pada unit tersebut. Metode yang digunakan adalah
Full Time Equivalent (FTE) sebagai metode pengukuran beban kerja dan alokasi sumber
daya manusia, work sampling untuk mengetahui secara pasti waktu baku guna membantu
pendefinisian beban waktu secara akurat, dan melakukan simulasi sistem untuk
mengetahui perbandingan sebelum dan sesudah usulan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api Indonesia yang
beralamat di Jl. Kusbini, Demangan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55221 dengan fokus pada junior supervisor di Unit Quality Control
Golongan Komponen Diesel.

3.2. Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah waktu kerja efektif, job description dan rincian kegiatan,
waktu normal dan total waktu setiap rincian kegiatan, rating factor, allowance, nilai
indeks FTE, dan jumlah pekerja ideal untuk junior supervisor di Unit Quality Control
Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api Indonesia.
3.3. Alur Penelitian
Alur penelitian ini tercantum pada Gambar 3.2 sebagai berikut,

Mulai

Identifikasi Masalah
Gambar 3.1. Alur
Mencari informasi mengenai gambaran Penelitian
beban kerja junior supervisor di Unit
Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta, apakah
beban pekerjaan berlebihan atau tidak?

Kajian Pustaka
Mengumpulkan data dan literatur dari berbagai buku dan jurnal sebagai informasi
yang mendukung permasalahan yang diangkat pada junior supervisor di Unit
Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.

Pengumpulan Data
Input : Waktu kerja efektif, job description dan rincian kegiatan, waktu tiap rincian
kegiatan, waktu normal rincian kegiatan, frekuensi rincian kegiatan, rating factor,
allowance, total waktu tiap rincian kerja.
Proses : Observasi dan wawancara pada junior supervisor di Unit Quality Control
Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.
Output : Nilai indeks FTE dan jumlah pekerja ideal.

Simulasi
Input : Jumlah pekerja ideal hasil perhitungan FTE pada junior supervisor di Unit
Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta.
Proses : Simulasi dengan menggunakan software Flexsim 2016.
Output : Tingkat perubahan dengan parameter bottleneck antara kondisi awalan dan
kondisi usulan jumlah pekerja.

A
A

Analisis dan Pembahasan


Input : Hasil pengumpulan dan hasil simulasi.
Proses : Pembahasan berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan.
Output : Penjelasan dari pengumpulan data hingga hasil yang didapatkan.

Pembuatan Laporan Tugas Akhir


Input : Pengumpulan seluruh data informasi dari pendahuluan hingga kesimpulan.
Proses : Pembuatan laporan.
Output : Laporan tugas akhir.

Selesai

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Adapun penjelasan dari alur penelitian ini adalah sebagai berikut,


1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan proses studi awal lapangan untuk mencari outline
permasalahan yang akan dijadikan topik pada penelitian ini. Metode yang digunakan
adalah wawancara dan output yang didadapatkan pada tahap ini adalah untuk
mendapatkan rumusan masalah.

2. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Setiap tujuan
penelitian merupakan jawaban dari setiap rumusan masalah yang telah ditentukan
sebelumnya.
3. Kajian pustaka
Kajian pustaka digunakan sebagai sumber data sekunder yang berkaitan tentang
penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Kajian induktif, merupakan kajian yang menjelaskan (me-review) penelitian
sebelumnya di mana sumber yang digunakan berupa jurnal.
b. Kajian deduktif, merupakan kajian di mana sumber yang digunakan dapat
berupa jurnal, buku, website resmi, dan laporan tugas akhir yang membahas
objek penelitian yang sama untuk dijadikan landasan teori.

4. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini berdasarkan penjabaran dari metode Full Time
Equivalent (FTE). Adapun penjabaran atau variabel yang digunakan adalah sebagai
berikut,
a. Waktu kerja efektif
Berisi waktu kerja efektif per hari, per minggu, per bulan, dan per tahun dari
subjek penelitian. Format yang digunakan untuk perhiungan waktu kerja efektif
menggunakan Tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1. Format Perhitungan Waktu Kerja Efektif


Perhitungan Jumlah Satuan
1 hari … Jam
1 minggu … Hari
1 bulan … Hari
Hari Libur
Libur Nasional … Hari
Weekend … Hari
Cuti Tahunan … Hari
Ijin Sakit (Rata-rata) … Hari
Total potongan hari … Hari

Perhitungan hari libur disesuaikan dengan data historis pada junior


supervisor di Unit Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai
Yasa Yogyakarta pada tahun sebelumnya penelitian ini dilakukan yakni 2018.
Adapun untuk tiga baris teratas diisi dengan panduan sebagai berikut:
a.1. Jam Kerja Efektif
Satu junior supervisor memiliki berapa jam kerja efektif (tanpa menghitung
waktu istirahat) dalam satu hari.
a.2. Hari Kerja Efektif dalam Minggu
Satu junior supervisor memiliki berapa hari kerja efektif (tanpa menghitung
hari lembur dan hari libur di UPT. Balai Yasa Yogyakarta) dalam satu
minggu.
a.3. Hari Kerja Efektif dalam Bulan
Satu junior supervisor memiliki berapa hari kerja efektif (tanpa menghitung
hari libur nasional dan hari libur di UPT. Balai Yasa Yogyakarta) dalam satu
bulan.

b. Total waktu kerja


Setelah didapatkan total potongan hari kerja dari penjumlahan hari libur yang
ada. Selanjutnya dilakukan perhitungan total jam kerja dengan dengan format
perhitungan sebagai berikut.

Tabel 3.2. Format Perhitungan Total Waktu Kerja


Perhitungan Jumlah Satuan
1 tahun … Hari
Hari kerja … Hari
Minggu kerja … Minggu
Bulan kerja … Bulan
… Jam
Total waktu kerja
… Menit

Cara perhitungan masing-masing jumlah total waktu kerja di atas menggunakan


rumus sebagai berikut.

b.1. Hari Kerja (HK)


Menggunakan persamaan 3.1 di bawah ini.
HK = DY - x ... (3.1)
b.2. Minggu Kerja (MK)
Menggunakan persamaan 3.2 di bawah ini.
MK = HK - y ... (3.2)
b.3. Bulan Kerja (BK)
Menggunakan persamaan 3.3 di bawah ini.
BK = HK - z ... (3.3)
b.4. Total Waktu Kerja (TWK)
Menggunakan persamaan 3.4 di bawah ini.
TWK = hd × DY × 60 ... (3.4)

Keterangan dari rumus di atas adalah sebagai berikut, DY adalah jumlah


hari tahun 2018, x adalah total potongan hari, y adalah jumlah hari kerja efektif
per minggu, z adalah jumlah hari kerja efektif per bulan dan hd adalah jumlah
jam kerja per hari pada junior supervisor di Unit Quality Control Golongan
Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta tahun 2018.

c. Job description dan rincian kegiatan


Berisi tugas-tugas pokok dan breakdown dari masing-masing tugas pokok dari
junior supervisor di Unit Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT.
Balai Yasa Yogyakarta. Job description dan rincian kegiatan responden
didapatkan dari turunan tanggung jawab Junior Supervisor Pemeriksaan dan
Pengendalian Kualitas Komponen Motor Diesel, Air Brake, dan Sistem
Pendingin Lokomotif Diesel Elektrik dan Junior Supervisor Pemeriksaan dan
Pengendalian Kualitas Komponen Elektrik, Mekanik, dan Logam Lokomotif
yang tercantum di dalam Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Nomor : KEP.II/OT.003/IV/4/KA-2016 tentang Organisasi dan Tata Laksana
UPT Balai Yasa Yogyakarta.

d. Waktu kerja tiap rincian kegiatan


Berisi frekuensi kerja dalam periode tertentu yang dikalikan dengan lama waktu
kerja atau waktu penyelesaian tiap satu frekuensi kerja. Penyelesaian tiap satu
frekuensi kerja sudah terdapat waktu standar yang ditetapkan oleh Unit Fasilitas
Kerja untuk Unit Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa
Yogyakarta.
e. Rating factor
Merupakan proses penyesuaian waktu yang dilakukan kepada pekerja agar
sesuai dengan pekerja yang bekerja normal. Perhitungan rating factor
berdasarkan Tabel 2.1 dan Persamaan 2.2, adapun setiap junior supervisor di
Unit Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta
PT. Kereta Api Indonesia akan dihitung rating factor masing-masing.

f. Waktu normal rincian kegiatan


Berisi hasil dari proses perhitungan antara waktu kerja tiap rincian kegiatan atau
tiap satu frekuensi kerja dengan rating factor.

g. Frekuensi rincian kegiatan


Berisi perkalian antara frekuensi kerja dengan waktu kerja efektif yang sesuai
dengan satuan periode yang digunakan. Waktu kerja efektif yang digunakan
berdasarkan perhitungan yang akan tertera seperti pada Tabel 3.2.

h. Allowance
Merupakan kelonggaran yang diberikan untuk tiga hal yaitu kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Penentuan allowance pada Unit Quality Control Golongan
Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api Indonesia
menggunakan panduan dari International Labour Organization (ILO) seperti
pada Tabel 2.2.

i. Total waktu kerja tiap rincian kerja


Berisi hasil perkalian antara waktu normal dengan frekuesni tiap rincian
kegiatan.

j. Perhitungan Indeks FTE dan Jumlah Pekerja


j.1. Indeks FTE
Merupakan hasil akhir dari metode Full Time Equivalent yang bertujuan
untuk mengklasifikasikan beban kerja waktu subjek penelitian apakah
tergolong underload, normal, atau overload. Perhitungan Indeks FTE pada
penelitian ini menggunakan Persamaan 2.1.
j.2. Jumlah Pekerja (JP)
Merupakan kalkulasi untuk mendapatkan nilai jumlah pekerja yang
seharusnya atau ideal berdasarkan variabel FTE (menyeimbangkan beban
kerja waktu dengan jumlah pekerjanya). Perhitungan jumlah pekerja
didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
JP = Indeks FTE per pekerja – Jumlah pekerja yang ada ... (3.5)

5. Simulasi Kondisi Rekomendasi Jumlah Pekerja


Pada tahap ini dilakukan simulasi dengan menggunakan software Flexsim 2016.
Tujuan dari simulasi ini adalah untuk mengetahui gambaran apakah rekomendasi
jumlah pekerja junior supervisor di Unit Quality Control Golongan Komponen
Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api Indonesia yang didapatkan, bisa
memperbaiki sistem yang ada jika ditinjau dari jumlah pekerjaan yang bisa
diselesaikan.

6. Analisis dan Pembahasan


Pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil pengolahan data indeks FTE dan jumlah
pekerja serta analisis simulasi rekomendasi jumlah pekerja yang ideal dengan
improvement menggunakan parameter tertentu pada junior supervisor di Unit
Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT.
Kereta Api Indonesia.

7. Pembuatan Laporan Tugas Akhir


Penyusunan laporan dari seluruh data dan informasi yang didapatkan, mulai dari
pendahuluan hingga kesimpulan dan saran. Adapun kesimpulan merupakan output
pada penelitian yang berupa klasifikasi beban kerja waktu dan jumlah pekerja ideal
dari junior supervisor di Unit Quality Control Golongan Komponen Diesel UPT.
Balai Yasa Yogyakarta PT. Kereta Api Indonesia, sedangkan saran penelitian
merupakan masukan bagi penelitian yang serupa di masa mendatang dengan
pengkajian kekurangan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, W., & Sukmawati, A. (2013, Agustus). Analisis Beban Kerja Sumber Daya
Manusia dalam Aktivitas Produksi Komoditi Sayuran Selada (Studi Kasus: CV
Spirit Wira Utama). Jurnal Manajemen dan Organisasi, IV No. 2.
Ariyanti. (2016, Mei 26). Berita : DPUKP Kabupaten Bantul. Dipetik Februari 22, 2018,
dari Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Pemerintah
Kabupaten Bantul Web Site: https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/236-urgensi-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3
Barnes, R. M. (1980). Motion and Time Study. Design and Measurement of Work. Wiley.
Dewi, U., & Satrya, A. (2012). Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban
Kerja Karyawan Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Bidang Sumber Daya Manusia dan Organisasi. Jurusan Manajemen SDM.
Fahmy, A., R, B. M., & Amrullah, H. N. (2018). Analisis Beban Kerja Dengan Metode
Full Time Equivalent Untuk Mengoptimalkan Kinerja Pada Teknisi Maintenance
Rtg . Proceeding 2nd Conference on Safety Engineering and Its Application.
Surabaya.
Hudaningsih, N., & Prayoga, R. (2019). Analisis Kebutuhan Karyawan Dengan
Menggunakan Metode Full Time Equivalent (Fte) Pada Departemen Produksi Pt.
Borsya Cipta Communica. JURNAL TAMBORA, 3 No. 2.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Kesehatan
Kerja. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Manuaba. (2000). Hubungan Beban Kerja Dan Kapasitas Kerja. Jakarta: Rinek Cipta.
Meyers, F. (1999). Motion and Time Study. Prentice-Hall.
Niebel, B. W., & Freivalds, A. (2003). Methods, Standards and Work Design.
Pennsylvania: McGraw-Hill.
Pambudi, Y. W. (2017). Analisis Beban Kerja Karyawan Dengan Metode Full Time
Equivalent (Studi Kasus UKM Unlogic Projeck). Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Purnomo, H. (2014). Metode Pengukuran Kerja. Yogyakarta: CV Sigma.
Purnomo, H. (2015). Penentuan Beban Kerja Pada Front Office Dan Back Office
Perusahaan Perbankan Menggunakan Uji Petik Pekerjaan. Seminar Nasional
IENACO. Solo.
Rinawati, D. I., Puspitasari, D., & Muljadi, F. (2012). Penentuan Waktu Standart dan
Jumlah Tenaga Kerja Optimal pada Produksi Batik Cap. Jurnal Teknik Industri
UNDIP. Vol : VII No.3.
Saut, P. D. (2019, Februari 6). Moneter : detikfinance. Dipetik Februari 22, 2019, dari
detikfinance Web site: https://finance.detik.com/moneter/d-3853101/angka-
kecelakaan-kerja-ri-meningkat-ke-123-ribu-kasus-di-2017
Susilo, R., & Yustiawan, T. (2015, Oktober). Perhitungan Tenaga Keperawatan dengan
Metode Full Time Equivalent dirumah sakit Adi Husada Surabaya. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 18 No. 4.
Sutalaksana, & Ifitikar, Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik
Industri ITB.
Tarwaka, HA, S., Bakri, & Sudiajeng. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.
Tridoyo, & Sriyanto. (2014). Analisis Beban Kerja dengan Metode Full Time Equivalent
untuk Mengoptimalkan Kinerja Karyawan pada PT Astra International Tbk-
Honda Sales Operation Region Semarang.
Tridoyo, S. (2014). Analisis Beban Kerja Dengan Metode Full Time Equivalent Untuk
Mengoptimalkan Kinerja Karyawan Pada Pt Astra International Tbk-Honda
Sales Operation Region Semarang. Seminar Nasional IDEC. Surakarta.
Zimmerman, P. (2002). Nursing Management Secrets. Elsevier Health Sciences.

Anda mungkin juga menyukai