Anda di halaman 1dari 4

44

- Bila pilihan lebih dari satu maka dipilih yang paling banyak diketahui,

mempunyai farmakokinetik yang paling menguntungkan, mudah diperoleh

serta dengan harga yang terjangkau.

Pengadaan obat merupakan kegiatan yang meliputi estimasi kebutuhan obat untuk

populasi, perencanan pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian,

penerimaan dan pemeriksaan serta jaminan mutu obat.

Kegiatan penyimpanan obat meliputi :

1. Pengaturan tata ruang

2. Penyusunan stok obat

3. Pencatatan stok obat

4. Pengamatan mutu obat

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu obat :

o Kontaminasi. Beberapa jenis sediaan obat harus selalu berada dalam

kondisi steril, bebas pirogen dan kontaminan, misalnya obat injeksi. Oleh

sebab itu proses manufaktur, pengepakan dan distribusi hingga

penyimpanannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

o Medication eror. Keadaan ini tidak saja dapat terjadi pada saat manufaktur

(misalnya kesalahan dalam mencampur 2 atau lebih obat sehingga

dosisnya terlalu besar atau terlalu kecil), tetapi dapat juga terjadi saat
45

praktisi medic ingin mencampur berbagai jenis obat dalam satu sediaan

sehingga menimbulkan resiko terjadinya interaksi obat-obat.

o Berubah menjadi toksik (toxic degradation). Beberapa obat, karena proses

penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik (misalnya karena terlalu

panas atau lembab), misalnya tetrasiklin.

o Kehilangan potensi (loss of potency). Obat dapat kehilangan potensinya

sebagai obat aktif antara lain apabila ketersediaan hayatinya buruk, telah

melewati masa kadaluwarsa, proses pencampuran yang tidak sempurna

saat digunakan, atau proses penyimpanan yang keliru (misalnya terkena

sinar matahari secara langsung).

Komponen yang ada didalam program pengendalian mutu obat :

o Sejauh mungkin menjamin bahwa supplier yang ditunjuk dalam penyediaan

obat dapat memenuhi seluruh kriteria kendala mutu mulai dari formulasi,

pengepakan, penyimpanan hingga transportasi, sehingga seluruh obat yang

dipasok tetap terjaga mutunya.

o Menjamin bahwa seluruh proses pengepakan, mulai saat keluar dari

manufaktur hingga pengemasan untuk pasien memenuhi kriteria.

o Menjamin bahwa saat obat digunakan di unit pelayanan dan telah mengalami

pengepakan ulang (repackaging) tetap terjaga mutunya hingga dikonsumsi

oleh pasien.
46

o Memantau kondisi penyimpanan untuk menjamin bahwa obat-obat yang

dikirimkan betul-betul terhindar dari pengaruh buruk cuaca dan lingkungan

sekitar.

Cara penilaian mutu obat :

Tahap produksi (manufaktur), meliputi:

1.       pengelolaan bahan baku (penerimaan, penyimpanan, dan

monitoring)

2.       pemeliharaan alat produksi (sterilitas dan perawatan)

3.       proses manufaktur

4.       proses formulasi obat

Tahap pasca produksi:

1.       proses pengemasan

2.       proses pengepakan

3.       proses pengiriman

4.       proses penyimpanan sementara di gudang pelabuhan

5.       proses transportasi ke gudang

Tahap pengelolaan di Apotek

1.       proses penerimaan dan pencatatan

2.       proses penempatan obat secara administratif dan teknis


47

3.       proses penyimpanan di gudang

4.       proses pendistribusian

Tahap penggunaan:

1.       proses penyimpanan

2.       proses penyediaan obat untuk pasien

3.       proses dispensing

3.2 Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan obat

dalam pembelajaran farmakologi di kampus.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk tetap memberikan ilmunya kepada mahasiswa agar lebih memahami dan

menguasai tentang pengelolaan obat (bagaimana proses dari obat, apa saja yang

terkandung di obat, proses pengendalian mutu suatu obat, dll )

Anda mungkin juga menyukai