Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatanmenempatkan

kesehatan ibu dan anak sebagai perioritas utama, karena sangat mementukan kualitas

sumber daya manusia mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), serta

lambatnya penurunan Angka Kematian Ibu, menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat

mendesak untuk ditingkatkan bagi dari segi jangkauan maupun kualitas

pelayanan.  Ketuban pecah dini merupakan masalah yang masih kontropersial dalam

kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu

berubah. Bila ketuban pecah dini  tidak mendapat penanganan yang baik dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi karena adanya infeksi,

dimana selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi

sudah tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan

janinnya   (medem.com/medlb/article diakses 13 juni 2011).

Tingginya angka kematian ibu sangat bervariasi, dari beberapa sumber yang

salah satunya menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2005

memperkirakan sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah

kehamilan, persalinan dan nifas. Kejadian ini dapat berakibat 99% kematian ibu terjadi

di Negara-Negara berkembang. (http://www.antara news.com diakses 7 juni 2011 )

Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2000 di negara berkembang masih

menempati urutan tertinggi di banding di negara maju. Di Singapura AKI mencapai 6

per 100 ribu kelahiran hidup, Malaysia 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per
100 ribu kelahiran hidup, dan filiphina 170 per 100 ribu kelahiran

hidup               ( http://www.majalah-farmacia.comdiakses 7 juni 2011).

Di tingkat ASEAN, Indonesia merupakan negara tertinggi angka kematian ibu

dan perinatal. Pada tahun 2006, Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI)

mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)

sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup . Angka Kematian Ibu dan Perinatal yang tinggi

sebagian besar akibat pertolongan dukun di seluruh indonesia. Kematian ibu dan

perinatal mempunyai peluang yang sangat besar untuk di hindari sehingga bidan

pelayanan masih memerlukan perhatian yang lebih serius

(http://syair79.wordpress.com diakses 7 juni  2011).

Data yang didapatkan dari profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan

pada tahun 2011, jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) berkisar 116 orang yang

disebabkan oleh perdarahan 55 orang (47,41%), hipertensi dalam kehamilan 25 orang

(21,55%), infeksi 2 orang (1,72%), abortus 3 orang (2,58%), dan penyebab lainnya 31

orang ( 26,72% ). Angka kematian bayi (AKB) mencapai 678 orang, yang disebabkan

oleh BBLR 208 orang (30,68%), Asfeksia 234 orang (34,51%), Tetanus 4 orang

(0,59%), Infeksi 22 orang (3,24%) dan lain-lain 210 orang (30,97%).  (profil Dinas

Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan 2011).

Dari bagian pencatatan dan pelaporan rekam medik Rumah SakitUmum

Daerah Labuang Baji  Makassar dari periode Januari -   Desember 2011 dari 1220 ibu

bersalin terdapat 31 ( 2,54%) yang terdiagnosis ketuban pecah dini. Hal ini

membuktikan bahwa tingginya kejadian ketuban pecah dini merupakan masalah yang
memerlukan penanganan untuk menjadi proiritas utama di Rumah sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar .

Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial diantaranya

serviks inkompeten, ketegangan rahim yang berlebihan, kehamilan

ganda, hidraamnion, fisiologi selaput yang abnormal dan factor predisposisi yang

dianggap berperan adalah paritas, umur ibu, jarak kehamilan, dan status gizi.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka pendek untuk menekan

kematian ibu melalui Program Making Pregnancy Safer(MPS) dengan visi semua

perempuan di indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan

bayi dilahirkan hidup dan sehat dengan target tahun 2010 menurunkan angka kematian

ibu 125 per 100.000 kelahiran hidup (http://bidanlia.blogspot.com diakses tanggal 22

juni 2011 )

Berdasarkan dengan tingginya kejadian ketuban pecah dini maka penulis

terdorong untuk memaparkan permasalahan yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah

melaui penelitian tentang ketuban pecah dini khususnya pada faktor umur ibu dan

paritas.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut :

1.  Bagaimana gambaran karakteristik ketuban pecah dini berdasarkan paritas di Rumah

Sakit Umum Daerah Laubuang Baji Makassar Periode Januari s.d. Desember 2011 ?
2.  Bagaimana gambaran karakteristik ketuban pecah dini berdasarkan umur di Rumah

Sakit Umum Daerah Laubuang Baji Makassar Periode Januari s.d. Desember 2011  ?

C.     Tujuan Peneltian

1.      Tujuan Umum

       Untuk mengetahui gambaran karakterstik ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umun

Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011.

2.    Tujuan Khusus

a)      Untuk mengetahui karakterstik ketuban pecah dini berdasarkan paritas di Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011.

b)      Untuk mengetahui karakteristk ketuban pecah dini berdasarkan umur ibu di Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011.

D.   Manfaat Peneltian

1.    Manfaat Praktis

Melengkapi informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan

merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya

menangani ketuban pecah dini.

2.    Manfaat Ilmiah

Merupakan informasi dalam mengembangkan wawasan cakrawala berfikir bagi peneliti

lain yang berkaitan dengan ketuban pecah dini.


3.    Manfaat Institusi

Sebagai pedoman / acuan bagi institusi pendidikan untuk penulisan karya tulis ilmiah

berikutnya.

4.    Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah wawasan dan memecahkan

masalah kesehatan ibu dan anak terutama berkaitan dengan ketuban pecah dini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum Tentang Persalinan

1.    Pengertian

a.    Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam

uterus melalui vagina kedunia luar.

b.    Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi

oleh ibu. (Varney, 2008)

c.    Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam

jalan lahir. (Sujiyatini, 2010)

2.    Sebab-sebab Terjadinya Persalinan

Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti. Beberapa teori

kemungkinan terjadinya proses persalinan, yaitu :

a.    Teori Kadar Progesteron


Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun

dengan dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh

oksitosin.

b.    Teori Oksitosin

Menjelang kelahira oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk merangsag

persalinan.

c.    Teori Regangan Otot Rahim

Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi

persalinan dengan sendirinya.

d.    Teori Prostaglandin

Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan

kontraksi rahim. Pemberian protaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot

rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung.

3.    Jenis-jenis Persalinan

a.    Persalinan spontan

Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.

b.    Persalinan buatan

Persalinan buatan adalah bila persalinan denga bantuan tenaga luar.

c.    Persalinan anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan

dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1999)

4.    Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persalinan

a.    Kekuatan mendorong janin keluar (Power)

1.    Kekuatan his dan mengejan

2.    Kontraksi otot-otot rahim

b.    Faktor janin (passage).

c.    Faktor jalan lahir (passenger).

5.    Tahap-tahap Persalinan

a.    Kala I atau kala pembukaan

Dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Pada kala I dibagi

dalam 2 fase :

1.    Fase laten

Dimalai sejak awal kontraksi sampai dengan pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu  8

jam.

2.    Fase aktif

Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10 cm, membutuhkan waktu

6 jam.

b.    Kala II atau kala pengeluaran


Dari pembukaan lengkap sampai lhirnya bayi. Proses ini bisanya berlangsung 2 jam

pada primi dan 1 jam pada multi.

c.    Kala III atau kala uri

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak

lebih dari 30 menit.

d.    Kala IV atau kala pengawasan

Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

(Sujiyatini, 2010)

B.   Tinjauan Tentang Ketuban Pecah Dini

1.    Pengertian Ketuban Pecah Dini

a.    Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda persalinan mulai dan

ditunggu satu jam belum terjadi in partu. (manuaba, 2008 ).

b.    Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau

sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). ( Taufan Nugroho, 2010)

c.    Ketuban  dini adalah kelurnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia

22 minggu  ( sarwono prawirohardjo, 2008)

d.    Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah apada

kehamilan yaang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan terjadinya

persalinan. (Chrisdiono, 2004)

2.    Etiologi Ketuban Pecah Dini


               Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dengan pasti

kemungkinan yang menjadi faktor  predisposisi adalah

a.  Serviks inkompeten ( leher rahim yang lemah )

b.  Melemahnya selaput ketuban

c.    Melemahnya kekuatan regang selaput ketuban

d.    Air ketuban yang banyak (polihidraamnion)

e.    Hamil kembar (gamelli)

Infeksi : saluran kencing dan vagina

                        Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini :

a.    Faktor golongan darah

b.    Faktor multi graviditas

c.    Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin c)

d.    Faktor disproporsi antar kepala dan tulang panggul

3.  Tanda dan Gejala

               Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan yang merembes melalui vagina.

Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan

tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan

berhenti atau kering karena terus di produksi sampai kelahiran. Adanya demam, nyeri

perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda- tanda infeksi terjadi.

( Taufan Nugroho, 2010)

4.  Patofisiologi Ketuban Pecah Dini  (Manuaba, 2008)                                        


                        Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah :

a.    Terjadinya pembukaan premature serviks

b.    Membran terkait dengan pembukaan terjadi :

1)    Devaskularisasi

2)   Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c.    Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang

d.    Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim

proteolotik dan enzim kolagenase.

5.    Penilaian Klinik Ketuban Pecah Dini (Rustam Mochtar, 1998)

a.    Memeriksa adanya cairab yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambur lanugo, atau

bila telah terinfeksi berbau.

b.    Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan

apakah ada bagia yang sudah pecah.

c.    Penentuan cairan ketuban dapat dipastikan dengan cara :

1)    Tes lakmus merah berubah menjadi biru

2)    Tes pakis, dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.

Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis

6.    Komplikasi Ketuban Pecah Dini


a.    Ibu : infeksi, sepsis dan kematian

b.    Janin : bayi lahir premature, infeksi janin, deformitas skeletal, dankematian janin.

7.    Penanganan Ketuban Pecah Dini  (saifuddin, 2002)

  Konservatif

1)    Rawat di rumah sakit

2)   Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, berbau,leukosit >15.000),berikan

antibiotika  (ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB I.V.setiap

24 jam)

3)   Jika tidak ada infeksi dan umur kehamilan   < 37minggu :

a)    Berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu (ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari

ditambah eritromisin 250 mg peroral 3 kali perhari selama 7 hari)

b)    Berikan betametason 6 mg I.M setiap 12 jam sebanyak 2 kali atau deksametason 6 mg

I.M setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

b.    Aktif

1)   Jika pada umur kehamilan >37 minggu ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotik

untuk mengurangi resiko infeksi (ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam)

2)   Nilai serviks

a)    Jika serviks sudah matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin


b)    Jika belum matang,matangkan serviks dengan prostaglandin atau misoprostol 50mg

intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali dan infus oksitosin atau lahirkan dengan

seksio sesarea.

C.      Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti

1.    Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan

mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2008)

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban

pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. (Sarmono,

2008)

2.    Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang

memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari

28 minggu dan berat janin mencapai lebih dari 1000 gram. Paritas 2 – 3 merupakan

jumlah paling aman ditinjau dari sudut kesehatan. Sedangkan paritas yang tinggi dapat

dicegah dengan keluarga berencana dengan dua anak cukup dan mempunyai lebih dari

tiga termasuk paritas tinggi dan maksimal dua anak digolongkan dengan paritas

rendah. ( Manuaba IBG, 1998, hal 582 ).

3.    Umur Ibu
Umur adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang

sampai dengan waktu penghitungan usia. (wikipedia diakses 20 juni 2011).

Usia reproduktif yang normal terjadi pada umur 25 – 35 tahun, jika seorang

wanita hamil < 20 tahun, kondisi ini dianggap sebagai kehamillan remaja dan terkait

dengan buruknya hasil akhir perinatal, ketergantungan ibu dalam hal kesejahteraan

seperti tidak memperhatikan gizi makanan, keengganan untuk memeriksakan

kehamilannya, menyebabkan ibu kekurangan nutrisi  terutama vitamin C yang akan

mempengaruhi pembentukan selpaut ketuban menjadi abnormal sehingga ketuban

mudah pecah sebelum waktunya.

Pada usia > 35 tahun merupakan gerbang memasuki periode resiko tinggi dari

segi reproduksi untuk menjalankan fungsinya. Keadaan ini juga mempengaruhi pada

proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk

pecah sebelum waktunya.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A.   Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Penyebab terjadinya ketuban pecah dini pada ibu mempunyai dimensi

multifaktorial diantaranya serviks inkompeten, ketegangan rahim yang berlebihan,

kehamilan ganda (gamelli), hidraamnion, fisiologi selaput ketuban yang abnormal dan

faktor predisposisi yang dianggap berperan adalah paritas, umur ibu, jarak kehamilan

dan status gizi. Sesuai dengan tujuan penelitian yang membatasi pada faktor paritas

dan umur ibu pada ketuban pecah dini untuk mempermudah pemahaman dan melihat

ketekaitan faktor tersebut, berikut ini diuraikan sebagai berikut :

1.      Paritas

Indeks kehamilan resiko tinggi adalah paritas >3. Multipara merupakan salah

satu faktor predisposisi pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya karena kehamilan

yang terlalu sering akan mempengaruhi embriogenesis sehingga selaput ketuban

pecah sebelum waktunya.

2.      Umur ibu

Usia reproduksi yang normal pada umur 20 – 35 tahun, karena pada usia

tersebut organ reproduksi sudah berfungsi secara optimal. Jika seorang wanita hamil

pada umur < 20 tahun, dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi karena alat reproduksi

belum siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi

abnormal. Sedangkan pada usia > 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-

organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput

ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya.


A.   Bagan Kerangka Konsep

Bagan kerangka konsep penelitian

Paritas
                       

Keterangan :

           = variabel yang ditelit

                                   = variabel

independen

= variabel dependen
Ketuban Pecah
Dini
Umur Ibu
 
B.   Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1.      Ketuban Pecah Dini

a.     Definisi Operasional

Ketuban pecah dini adalah peristiwa pecahnya selaput ketuban sebelum

permulaan persalinan tanpa memandang umur kehamilan preterm atau aterm yang

dialami oleh ibu yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar Januari – Desember 2011.

b.     Kriteria Objektif

1)     Ya     :    jika selaput ketuban pecah sebelum permulaan persalinan tanpa  memandang

kehamilan preterm atau aterm.

2)     Tidak: jika selaput ketuban pecah setelah Permulaan persalinan.                                

2.      Paritas

a.     Definisi Operasional

Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang

memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan.

b.     Kriteria Objektif

1)    Risiko rendah         : jika paritas ibu 1 – 3 orang


2)    Risiko tinggi                        : jika paritas ibu > 3 orang

3.      Umur

a.    Definisi Operasional

Umur adalah usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan

waktu penghitungan usia.

b.    Kriteria Objektif

1)       Risiko rendah untuk ibu umur 20 – 35 tahun

2)       Risiko tinggi untuk umur ibu < 20 dan > 35 tahun

BAB IV
METODE PENELITIAN

A.     Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif bermaksud melihat

gambaran karakteristik ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar tahun 2011 dimana faktor-faktor yang mempengaruhi variabel independen

dan variabel dependen.

B.    Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dalam hal pengambilan data dilaksanakan selama bulan

juni 2012.

C.    Lokasi Penelitian

Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar.

D.    Populasi Dan Sampel

1.    Populasi

Populasi dalam penelitian adalah semua persalinan di Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar periode Januari - Desember 2011  sebanyak

1220 persalinan.

2.    Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua persalinan dengan ketuban pecah

dini di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar periode Januari –

Desember 2011 sebanyak 31 orang.

3.    Tehnik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu semua ibu yang

mengalami ketuban pecah dini yang tercatat dalam buku register persalinan di Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang BajiMakassar periode Januari – Desember 2011.

(Kamaruddin, 2010, hal 97-98).

E.     Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil adalah data sekunder dengan mengambil pada buku

register persalinan di Rumah Umum Daerah Labuang Baji  Makassar periode Januari –

Desember 2011. Instrumen penelitian menggunakan format checklist.

F.     Pengelolahan dan Penyajian Data

Data yang telah terkumpul diolah secara manual menggunakan kalkulator

untuk kembali disajikan dalam tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan

penjelasan tabel.

G.    Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian deskriptif maka

analisa data yang dapat dilakukan menggunakan formulasi untuk distribusi frekuensi

atau presentase yang secara matematika  dapat ditulis dengan :

P =   x 100 %
                                   

Keterangan

:                                             

P = Presentasi yang dicari


F = Frekuensi (Jumlah Pengamatan)

N = Jumlah Sampel

 
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Labuang BajiMakassar

selama bulan Juni 2011, didapatkan dari 1220 jumlah persalinan dan

terdapat 31 (2,54%) orang ibu yang mengalami ketuban pecah dini, kemudian dibagi

menurut karakteristik dan dianalisis secara deskriptif, selanjutnya dimasukkan ke dalam

table distribusi frekuensi sebagai berikut :

1.      Karakteristik Ketuban Pecah Dini


Table 3
Karakteristik Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji Makassar 2011

Frekuensi %
persalinan

Ketuban pecah dini 31 2,54


Bukan ketuban pecah dini 1189 97,46

jumlah 1220 100

               Sumber : data sekunder dari rekam medik


Data dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 1220 jumlah persalinan

terdapat  31 orang (2,54%) mengalami ketuban pecah dini dan 1189 (97,46%)

persalinan bukan dengan ketuban pecah dini.

2.      Karakteristik Paritas
Tabel 4
Karakteristik Paritas Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah SakitUmum Daerah
Labuang Baji Makassar
 tahun 2011

Ketuban Pecah Dini


Paritas
Frekuensi %

Resiko rendah (1-3 orang) 26 83,87


Resiko tinggi (>3 orang) 5 16,13

Jumlah 31 100
               Sumber : data sekunder dari rekam medik

Data dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 31 jumlah ketuban pecah dini lebih

banyak terjadi pada usia resiko rendah yaitu 26 orang (83,87%) dan resiko

tinggi 5 orang (16,13%).

3.      Karakteristik Umur Ibu


Tabel 5
Karakteristik Umur Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah SakitUmum Daerah
Labuang Baji Makassar
2011
Ketuban Pecah Dini
Umur Ibu
Frekuensi %

Resiko rendah (20-35 tahun) 29 93,55


Resiko tinggi (<20 dan >35 tahun) 2 6,45

Jumlah
100
31
                  Sumber : data sekunder dari rekam medik

Data dari dari tabel 5 menunjukkan bahwa dari 31 jumlah persalinan  ketuban

pecah dini lebih banyak terjadi pada umur dengan resiko rendah yaitu 29 orang

(93,55%) dan umur denganresiko tinggi hanya 2 orang (6,45%).

B.   Pembahasan

Hasil penelitian yang dilaksanakan Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang

Baji Makassar didapatkan dari 1220 jumlah persalinan 31 orang (2,54%) mengalami

ketuban pecah dini dan 1189 (97,46%) persalinan bukan dengan ketuban pecah dini,

untuk lebih jelasnya maka secara terperinci hasil penelitian tersebut dapat di bahas

berdasarkan variabel – variabel penelitian :

1.      Paritas

Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar 31 sampel yang diteliti

ditemukan kejadian ketuban pecah dini paling banyak pada ibu yang melahirkan

dengan paritas 1 – 3 yaitu sebanyak 26 orang (83,87%) dan paritas >3


sebanyak 5 orang (16,13%). Hal ini menunjukkan bahwa pada paritas 1 – 3 ini cukup

rawan terhadap kejadian ketuban pecah dini, hal ini tidak sesuai dengan teori  yang

menyatakan bahwa paritas  1 – 3 merupakan paritas yang aman untuk kejadian

ketuban pecah dini.

Dengan banyaknya ibu – ibu yang hamil dan melahirkan pada usia 20 – 35 tahun

dan paritas 1 – 3, ini membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat mempunyai

kesadaran dan pengetahuan yang tinggi tentang usia reproduksi yang aman untuk

hamil dan melahirkan. Walaupun pada realita yang ada bahwa pada usia 20 – 35 tahun

dan paritas 1 – 3 memungkinkan ketuban pecah dini. Hal ini tidak sesuai dengan teori

bahwa selaput ketuban berasal dari lapisan ektoderm dan trofoblast yang terbentuk

pada saat embryogenesis, kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses

embryogenesis tersebut sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan

lebih mudah pecah sebelum waktunya.

Meskipun demikian peneliti tidak bisa  menyatakan bahwa umur ibu dan paritas

bukan merupakan faktor resiko dari kejadian ketuban pecah dini, karena di sadari

kelemahan data sekunder. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa faktor

predisposisi terjadinya ketuban pecah dini bukan hanya di pengaruhi oleh faktor umur

ibu dan paritas tetapi multifaktor.

2.      Umur Ibu

Secara keseluruhan dari 1220 ibu yang melahirkan Di Rumah SakitUmum

Daerah Labuang Baji Makassar periode Januari – Desember 2011, ternyata yang

mengalami ketuban pecah dini dengan umur ibu <20 dan >35 tahun sebanyak 2 orang

(6,46%) dan dengan umur ibu 20 – 35 tahun sebanyak29 orang (93,55%).


Sesuai teori bahwa umur ibu <20 tahun, organ reproduksi belum berfungsi

secara optimal yang akan mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi

abnormal. Ibu yang hamil pada umur >35 tahun juga merupakan faktor

predisposisiterjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi penurunan

kemampuan organ – organ reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga

mempengaruhi proses embryogenesis sehingga pembentukan selaput ketuban lebih

tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya.

Dalam kurun reprodusi sehat, usia aman untuk kehamilan dan persalinan

adalah 20 – 35 tahun. Dari data diatas diperoleh kejadian ketuban pecah dini, secara

reproduktif bahwa dalam umur 20 – 35 tahun dianggap kecil kemungkinan untuk terjadi

komplikasi dalam kehamilan termasuk ketuban pecah dini. Hasil penelitian ini berbeda

dengan teori tersebut apabila umur dipandang sebagai faktor tunggal, namun perlu

dipahami bahwa selain umur masih terdapat beberapa faktor lain yang dapat

menimbulkan terjadinya ketuban pecah dini.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Dari hasil penelitian Gambaran Karakteristik Ketuban Pecah Dini Di Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2011, setelah diolah dan dibahas

maka penulis menarik kesimpulan:

1.      Frekuensi ketuban pecah dini pada paritas 1 – 3 lebih tinggi dibandingkan pada paritas

>3

2.      Frekuensi ketuban pecah dini pada umur ibu 20 – 35 tahun lebih tinggi dibandingkan

pada umur ibu < 20 dan >35 tahun.

B.   Saran

1.    Untuk Klien

Dari 1220 persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar

tahun 2011 ditemukan 31 orang dengan ketuban pecah dini sehingga klien diharapkan

untuk melakukan pemeriksaan ANC secara teratur sehingga jika terjadi komplikasi

dapat terdeteksi secara dini untssuk menurunkan morbiditas dan mortalitas baik ibu

maupun janinnya.

2.    Bagi Bidan

a.    Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan

pelaayanan kepada masyarakat dengan banyak membaca buku serta mengikuti

pelatihan – pelatihan dan seminar – seminar dengan kemajuan dan perkembangan ilmu

pengetahuan.
b.    Untuk dapat menegakkan diagnosa secara dini tentang hal-hal yang dialami oleh pasien

dan memberikan penanganan yang sesuai sehingga tidak menimbulkan komplikasi baik

pada ibu dan janinnya.

3.    Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan metode pembelajaran sehingga alumni lebih kompeten

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk membantu menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi.

4.    Untuk Penelitian selanjutnya

Diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini dengan metode yang berbeda untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini

Anda mungkin juga menyukai