PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan ibu dan anak sebagai perioritas utama, karena sangat mementukan kualitas
sumber daya manusia mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), serta
lambatnya penurunan Angka Kematian Ibu, menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat
kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu
berubah. Bila ketuban pecah dini tidak mendapat penanganan yang baik dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi karena adanya infeksi,
dimana selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi
Tingginya angka kematian ibu sangat bervariasi, dari beberapa sumber yang
kehamilan, persalinan dan nifas. Kejadian ini dapat berakibat 99% kematian ibu terjadi
Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2000 di negara berkembang masih
per 100 ribu kelahiran hidup, Malaysia 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per
100 ribu kelahiran hidup, dan filiphina 170 per 100 ribu kelahiran
dan perinatal. Pada tahun 2006, Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI)
mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup . Angka Kematian Ibu dan Perinatal yang tinggi
sebagian besar akibat pertolongan dukun di seluruh indonesia. Kematian ibu dan
perinatal mempunyai peluang yang sangat besar untuk di hindari sehingga bidan
(http://syair79.wordpress.com diakses 7 juni 2011).
Data yang didapatkan dari profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan
pada tahun 2011, jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) berkisar 116 orang yang
(21,55%), infeksi 2 orang (1,72%), abortus 3 orang (2,58%), dan penyebab lainnya 31
orang ( 26,72% ). Angka kematian bayi (AKB) mencapai 678 orang, yang disebabkan
oleh BBLR 208 orang (30,68%), Asfeksia 234 orang (34,51%), Tetanus 4 orang
(0,59%), Infeksi 22 orang (3,24%) dan lain-lain 210 orang (30,97%). (profil Dinas
bersalin terdapat 31 ( 2,54%) yang terdiagnosis ketuban pecah dini. Hal ini
membuktikan bahwa tingginya kejadian ketuban pecah dini merupakan masalah yang
memerlukan penanganan untuk menjadi proiritas utama di Rumah sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar .
dianggap berperan adalah paritas, umur ibu, jarak kehamilan, dan status gizi.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka pendek untuk menekan
perempuan di indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan
bayi dilahirkan hidup dan sehat dengan target tahun 2010 menurunkan angka kematian
juni 2011 )
terdorong untuk memaparkan permasalahan yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah
melaui penelitian tentang ketuban pecah dini khususnya pada faktor umur ibu dan
paritas.
B. Rumusan Masalah
berikut :
Sakit Umum Daerah Laubuang Baji Makassar Periode Januari s.d. Desember 2011 ?
2. Bagaimana gambaran karakteristik ketuban pecah dini berdasarkan umur di Rumah
Sakit Umum Daerah Laubuang Baji Makassar Periode Januari s.d. Desember 2011 ?
C. Tujuan Peneltian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b) Untuk mengetahui karakteristk ketuban pecah dini berdasarkan umur ibu di Rumah
D. Manfaat Peneltian
1. Manfaat Praktis
merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya
2. Manfaat Ilmiah
Sebagai pedoman / acuan bagi institusi pendidikan untuk penulisan karya tulis ilmiah
berikutnya.
Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah wawasan dan memecahkan
masalah kesehatan ibu dan anak terutama berkaitan dengan ketuban pecah dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
a. Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
b. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
c. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
dengan dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh
oksitosin.
b. Teori Oksitosin
Menjelang kelahira oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk merangsag
persalinan.
d. Teori Prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan
kontraksi rahim. Pemberian protaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot
3. Jenis-jenis Persalinan
a. Persalinan spontan
b. Persalinan buatan
c. Persalinan anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
5. Tahap-tahap Persalinan
Dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Pada kala I dibagi
dalam 2 fase :
1. Fase laten
Dimalai sejak awal kontraksi sampai dengan pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu 8
jam.
2. Fase aktif
6 jam.
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
(Sujiyatini, 2010)
a. Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda persalinan mulai dan
b. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau
sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). ( Taufan Nugroho, 2010)
c. Ketuban dini adalah kelurnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia
d. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah apada
kehamilan yaang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan terjadinya
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan yang merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus di produksi sampai kelahiran. Adanya demam, nyeri
perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda- tanda infeksi terjadi.
1) Devaskularisasi
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
a. Memeriksa adanya cairab yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambur lanugo, atau
b. Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan
2) Tes pakis, dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
b. Janin : bayi lahir premature, infeksi janin, deformitas skeletal, dankematian janin.
Konservatif
24 jam)
a) Berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu (ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari
b. Aktif
1) Jika pada umur kehamilan >37 minggu ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotik
2) Nilai serviks
intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali dan infus oksitosin atau lahirkan dengan
seksio sesarea.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2008)
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. (Sarmono,
2008)
2. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang
memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari
28 minggu dan berat janin mencapai lebih dari 1000 gram. Paritas 2 – 3 merupakan
jumlah paling aman ditinjau dari sudut kesehatan. Sedangkan paritas yang tinggi dapat
dicegah dengan keluarga berencana dengan dua anak cukup dan mempunyai lebih dari
tiga termasuk paritas tinggi dan maksimal dua anak digolongkan dengan paritas
3. Umur Ibu
Umur adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang
Usia reproduktif yang normal terjadi pada umur 25 – 35 tahun, jika seorang
wanita hamil < 20 tahun, kondisi ini dianggap sebagai kehamillan remaja dan terkait
dengan buruknya hasil akhir perinatal, ketergantungan ibu dalam hal kesejahteraan
Pada usia > 35 tahun merupakan gerbang memasuki periode resiko tinggi dari
segi reproduksi untuk menjalankan fungsinya. Keadaan ini juga mempengaruhi pada
proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk
KERANGKA KONSEPTUAL
faktor predisposisi yang dianggap berperan adalah paritas, umur ibu, jarak kehamilan
dan status gizi. Sesuai dengan tujuan penelitian yang membatasi pada faktor paritas
dan umur ibu pada ketuban pecah dini untuk mempermudah pemahaman dan melihat
1. Paritas
Indeks kehamilan resiko tinggi adalah paritas >3. Multipara merupakan salah
satu faktor predisposisi pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya karena kehamilan
2. Umur ibu
Usia reproduksi yang normal pada umur 20 – 35 tahun, karena pada usia
tersebut organ reproduksi sudah berfungsi secara optimal. Jika seorang wanita hamil
pada umur < 20 tahun, dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi karena alat reproduksi
belum siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi
abnormal. Sedangkan pada usia > 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-
Paritas
Keterangan :
= variabel
independen
= variabel dependen
Ketuban Pecah
Dini
Umur Ibu
B. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
a. Definisi Operasional
permulaan persalinan tanpa memandang umur kehamilan preterm atau aterm yang
dialami oleh ibu yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
b. Kriteria Objektif
2. Paritas
a. Definisi Operasional
Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang
b. Kriteria Objektif
3. Umur
a. Definisi Operasional
Umur adalah usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan
b. Kriteria Objektif
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
gambaran karakteristik ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dalam hal pengambilan data dilaksanakan selama bulan
juni 2012.
C. Lokasi Penelitian
1. Populasi
1220 persalinan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua persalinan dengan ketuban pecah
mengalami ketuban pecah dini yang tercatat dalam buku register persalinan di Rumah
Data yang diambil adalah data sekunder dengan mengambil pada buku
untuk kembali disajikan dalam tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan
penjelasan tabel.
G. Analisis Data
analisa data yang dapat dilakukan menggunakan formulasi untuk distribusi frekuensi
P = x 100 %
Keterangan
:
N = Jumlah Sampel
BAB V
A. Hasil Penelitian
terdapat 31 (2,54%) orang ibu yang mengalami ketuban pecah dini, kemudian dibagi
Frekuensi %
persalinan
2. Karakteristik Paritas
Tabel 4
Karakteristik Paritas Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah SakitUmum Daerah
Labuang Baji Makassar
tahun 2011
Jumlah 31 100
Sumber : data sekunder dari rekam medik
Data dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 31 jumlah ketuban pecah dini lebih
banyak terjadi pada usia resiko rendah yaitu 26 orang (83,87%) dan resiko
tinggi 5 orang (16,13%).
Jumlah
100
31
Sumber : data sekunder dari rekam medik
pecah dini lebih banyak terjadi pada umur dengan resiko rendah yaitu 29 orang
B. Pembahasan
ketuban pecah dini dan 1189 (97,46%) persalinan bukan dengan ketuban pecah dini,
untuk lebih jelasnya maka secara terperinci hasil penelitian tersebut dapat di bahas
1. Paritas
ditemukan kejadian ketuban pecah dini paling banyak pada ibu yang melahirkan
rawan terhadap kejadian ketuban pecah dini, hal ini tidak sesuai dengan teori yang
Dengan banyaknya ibu – ibu yang hamil dan melahirkan pada usia 20 – 35 tahun
kesadaran dan pengetahuan yang tinggi tentang usia reproduksi yang aman untuk
hamil dan melahirkan. Walaupun pada realita yang ada bahwa pada usia 20 – 35 tahun
dan paritas 1 – 3 memungkinkan ketuban pecah dini. Hal ini tidak sesuai dengan teori
bahwa selaput ketuban berasal dari lapisan ektoderm dan trofoblast yang terbentuk
pada saat embryogenesis, kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses
embryogenesis tersebut sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan
Meskipun demikian peneliti tidak bisa menyatakan bahwa umur ibu dan paritas
bukan merupakan faktor resiko dari kejadian ketuban pecah dini, karena di sadari
kelemahan data sekunder. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa faktor
predisposisi terjadinya ketuban pecah dini bukan hanya di pengaruhi oleh faktor umur
2. Umur Ibu
mengalami ketuban pecah dini dengan umur ibu <20 dan >35 tahun sebanyak 2 orang
abnormal. Ibu yang hamil pada umur >35 tahun juga merupakan faktor
predisposisiterjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi penurunan
kemampuan organ – organ reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga
Dalam kurun reprodusi sehat, usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20 – 35 tahun. Dari data diatas diperoleh kejadian ketuban pecah dini, secara
reproduktif bahwa dalam umur 20 – 35 tahun dianggap kecil kemungkinan untuk terjadi
komplikasi dalam kehamilan termasuk ketuban pecah dini. Hasil penelitian ini berbeda
dengan teori tersebut apabila umur dipandang sebagai faktor tunggal, namun perlu
dipahami bahwa selain umur masih terdapat beberapa faktor lain yang dapat
BAB VI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian Gambaran Karakteristik Ketuban Pecah Dini Di Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2011, setelah diolah dan dibahas
1. Frekuensi ketuban pecah dini pada paritas 1 – 3 lebih tinggi dibandingkan pada paritas
>3
2. Frekuensi ketuban pecah dini pada umur ibu 20 – 35 tahun lebih tinggi dibandingkan
B. Saran
1. Untuk Klien
untuk melakukan pemeriksaan ANC secara teratur sehingga jika terjadi komplikasi
dapat terdeteksi secara dini untssuk menurunkan morbiditas dan mortalitas baik ibu
maupun janinnya.
2. Bagi Bidan
pelatihan – pelatihan dan seminar – seminar dengan kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
b. Untuk dapat menegakkan diagnosa secara dini tentang hal-hal yang dialami oleh pasien
dan memberikan penanganan yang sesuai sehingga tidak menimbulkan komplikasi baik
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini dengan metode yang berbeda untuk