Anda di halaman 1dari 9

AGROTROP, 6 (1): 1 - 9 (2016) © Fakultas Pertanian Universitas Udayana

ISSN: 2088-155X Denpasar Bali - Indonesia

Penerapan Strategi dan Teknologi PHT untuk Mendukung Syarat Kualitas


Produk Pertanian dalam Menghadapi Era Perdagangan Global
(Review)

GEDE MENAKA ADNYANA*), I PUTU DHARMA, DAN UTAMI

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana


Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali 80232
*) E-mail: gedemenaka@unud.ac.id

ABSTRACT

Implementation Strategy and Technology of IPC to Support Terms of


Quality Agricultural Products Era Dealing in Global Trade. In the era of free
trade in the world, export-import activities, especially agricultural products and other dairy
products, according to the agency authorized trade-WTO states that the flow of goods can no
longer inhibited by rules such as tariffs and other barriers, but by the quality standards of
agricultural and processed products. Faced with this situation, the government of Indonesia
through the Ministry of Agriculture has issued regulation No. 27/Permentan/PP.340/5/2009
about oversight of expenditures and revenues fresh food of plant origin. In addition, it was
also applied to the field school IPC and implement SOPs for agricultural products exported as
coffee and cocoa.

Keywords: the quality of agricultural products, the era of global trade, SPS, Codex
Alementarius

PENDAHULUAN bagian tidak terpisahkan dengan kesehatan


tumbuhan-SPS sebagaimana ditetapkan oleh
Era perdagangan bebas adalah suatu
WTO (Direktorat Perlindungan Hortikultura,
masa atau kondisi, dimana sistem
2010).
perdagangan antar negara tanpa hambatan
Indonesia sudah memasuki era
tarif atau regulasi lain, kecuali dikontrol
perdagangan bebas, secara nasional sejak
instrumen kualitas seperti sanitary dan
ikut menandatangani pembentukan organisasi
phytosanitary (SPS) dan Codex
perdagangan dunia tersebut tahun 1994.
Alementarius, yang berlaku bagi negara-
Kemudian, secara regional masuk dalam
negara anggota organisasi perdagangan dunia
kawasan Asia Tenggara (AFTA) mulai tahun
(WTO). Era perdagangan tanpa hambatan
2003 dan pada tahun 2010 memasuki era
tarif tersebut diimplementasikan secara
perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik
bertahap mulai tahapan regional, dan global
(APEC). Dengan era perdagangan bebas
pada tahun 2020 (Kirk, 2011). Pada masa
tersebut, posisi daya saing menjadi sangat
demikian, perlindungan tanaman menjadi
penting. Daya saing saat ini lebih ditentukan
1
GEDE MENAKA ADNYANA. et al. Penerapan Strategi dan Teknologi PHT…

oleh harga dan kualitas. Pada masa yang memenuhi standar mutu sebagaimana yang
akan datang, konsumen akan menuntut disyaratkan dalam perdagangan
persyaratan produk yang lebih lengkap dan internasional. Secara umum, terdapat
rinci, meliputi: standar kualitas, komposisi masalah utama mengenai mutu produk
nutrisi, keselamatan konsumen, lingkungan pertanian hortikultura dan produk olahannya
hidup dan kemanusiaan (Chard, 2005). yang berpengaruh pada perdagangan produk
Perubahan preferensi konsumen tersebut pertanian dan pangan, baik domestik maupun
berimplikasi kepada pengembangan produk Global, yaitu (1) produk pertanian
yang berstandar internasional. hortikultura sebagian besar belum mampu
Produk pertanian terdiri atas sejumlah memenuhi persyaratan mutu perdagangan
komoditas dengan keragaman yang besar. internasional, karena sering terjadi kasus
Ragam dan jenisnya sangat banyak, mulai kontaminan yang kandungannya melewati
dari tanaman semusim, tanaman setahun batas maksimum yang sebagian besar belum
(annual crops) hingga tanaman berumur dilaporkan, (2) masih rendahnya pengetahuan
tahunan atau tanaman keras (perenial crops). dan keterampilan petani sebagai produsen
Selain itu, masih terdapat produk ternak dan produk hortikultura, dan (3) rendahnya
ikan beserta hasil olahannya. Sebagian kepedulian konsumen tentang mutu dan
produk-produk pertanian berorientasi ekspor keamanan pangan yang disebabkan
dan diperdagangkan di pasar internasional, pengetahuan yang terbatas dan kemampuan
sebagai sumber devisa. Selain sebagai daya beli yang rendah, sehingga mereka
sumber devisa, beberapa komoditas tanaman masih membeli produk pangan dengan
perkebunan merupakan bahan baku industri tingkat mutu yang rendah (Direktorat
yang juga berorientasi ekspor dan banyak Perlindungan Hortikultura, 2010).
menyerap tenaga kerja. Dengan peran
strategis demikian, maka masalah kualitas Regulasi produksi pertanian di Indonesia
dan kontinuitas penyediaan bahan baku Terkait dengan regulasi produk
menjadi sangat penting. Di samping pertanian yang aman dan sehat, di Indonesia
memberikan benefit ekonomi, tidak bisa telah dikeluarkan Peraturan Menteri
diabaikan tuntutan kehidupan global, dimana Pertanian No. 27/Permentan/PP.340/5/2009
dalam mengusahakan dan mengelola tentang Pengawasan terhadap Pengeluaran
komoditas agar dapat memelihara kelestarian dan Pemasukan Pangan Segar Asal
lingkungan (Chard, 2005). Tumbuhan (PSAT). Dalam peraturan ini
Berbagai permasalahan pertanian yang dimuat tentang terminologi praktek-praktek
masih membelit Indonesia sampai saat ini budidaya yang baik (good agricultural
adalah sebagian besar merupakan pertanian practices), yaitu cara budidaya yang
rakyat, wilayah tersebar, penerapan Good menerapkan pengetahuan yang tersedia untuk
Agricultural Practices/GAP belum pelestarian lingkungan, ekonomi, dan sosial
menyeluruh. Sebagai konsekuensinya, bagi produksi dan proses pasca produksi
produk-produk yang dihasilkan kurang yang menghasilkan PSAT.
2
AGROTROP, 6 (1): 1 - 9 (2016)

Secara nasional, terminologi praktek- dipakai sebagai pedoman dalam


praktek budidaya yang baik (good pengembangan, adopsi dan pelaksanaan
agricultural practices), yaitu cara budidaya peraturan sanitari dan fitosanitari dalam
yang menerapkan pengetahuan yang tersedia rangka menunjang kelancaran perdagangan;
untuk pelestarian lingkungan, ekonomi, dan (3). Untuk lebih menyeragamkan peraturan-
sosial bagi produksi dan proses pasca peraturan sanitari dan fitosanitari di antara
produksi yang menghasilkan PSAT diatur negara anggota yang menggunakan standar
dalam Keputusan Menteri Pertanian No.61 internasional terutama CAC (Codex
Tahun 2006 untuk komoditas buah dan No. Alimentarius Comission), mengatur
27 tahun 2009 untuk komoditas sayuran. persyaratan keamanan pangan, IOE
Dalam pelaksanaan operasinya, dibutuhkan (International Office of Epizootics), mengatur
suatu panduan pelaksanaan teknis berupa persyaratan kesehatan hewan maupun produk
standar prosedur operasional (SOP) yang olahannya, dan IPPC (International Plant
memuat informasi detail tentang lokasi, Protection Convention), mengatur
budidaya, pengolahan dan lainnya yang persyaratan kesehatan tanaman.
disusun oleh Departemen Pertanian. Standar pedoman dan rekomendasi
internasional yang dimaksud adalah (a)
keamanan makanan yang dikeluarkan oleh
PEMBAHASAN
CAC meliputi standar, pedoman dan
Sanitary dan Phytosanitary (SPS) rekomendasi yang berkaitan dengan aditif
Sanitari dan fitosanitari (Sanitary and makanan (food additive), obat hewan dan sisa
Phytosanitary -SPS) merupakan salah satu pestisida, kontaminan, metode analisis dan
bagian dari perjanjian putaran Uruguay– pengambilan contoh, serta kode dan
GATT (yang belakangan menjadi WTO), pedoman untuk praktek higienis; (b)
khususnya untuk perlindungan kesehatan kesehatan hewan dan zoonoses yang
manusia, hewan dan tumbuhan dikeluarkan oleh IOE: (c) kesehatan tanaman
(Miyagishima, 2005; Supartha, 2010). yang dikeluarkan oleh IPPC meliputi standar,
Perjanjian SPS diadministrasikan oleh pedoman dan rekomendasi internasional yang
Committee on SPS Measures, yang telah dikembangkan di bawah naungan
merupakan forum konsultasi bagi anggota- Sekretariat Konvensi Perlindungan Tanaman
anggota WTO yang secara reguler bertemu dalam kerjasama dengan organisasi regional
mendiskusikan tentang tindakan-tindakan yang bekerja dalam rangka Konvensi
SPS, dampaknya bagi perdagangan, Perlindungan Tanaman Internasional; dan (d)
penerapannya dan melakukan upaya-upaya hal-hal yang tidak dicakup oleh organisasi
menghindari terjadinya perselisihan. tersebut yang meliputi: standar, pedoman dan
Perjanjian itu mempunyai tujuan untuk (1). rekomendasi yang diberlakukan oleh
melindungi dan meningkatkan kesehatan organisasi-organisasi internasional yang
manusia, hewan dan tumbuhan; (2). membuat relevan dan dapat diterima anggota.
acuan peraturan multilateral yang dapat
3
GEDE MENAKA ADNYANA. et al. Penerapan Strategi dan Teknologi PHT…

Untuk itu, maka setiap anggota penyelesaian masalah beserta rekomendasi


dibenarkan memberlakukan peraturan yang diberikan akan mengacu pada
sanitasi dan fitosanitasi untuk melindungi perjanjian yang tersusun dalam Codex
keselamatan dan kesehatan manusia, hewan standards. Berbagai persyaratan standard
dan tumbuhan yang dilandasi oleh prinsip mutu menyangkut pangan diantaranya
dan kajian ilmiah (scientific justification) kesehatan pangan, bahan tambahan,
namun tidak boleh difungsikan sebagai kontaminan, residu pestisida, serta residu
hambatan terselubung (disguised restriction). obat-obatan pada pakan ternak disusun dalam
Untuk melaksanakan ketentuan tentang SPS Codex Alimentarius. Prosedur kerja lembaga
tersebut ditetapkan protokol International ini meliputi delapan langkah penapisan dan
Standard Sanitary and Phytosanitary baru menjadi valid jika telah mendapat
Measure (ISPM), yang kini telah tercatat sertifikat Codex final texts. Lembaga ini juga
sebanyak 32 ISPM (Supartha, 2010). melaksanakan kajian analisis risiko dalam
kaitan dengan keamanan pangan sejak tahun
Codex Alementarius 1993. Para ahli dan ilmuwan yang
mempunyai kompetensi terkait dengan
Codex Alementarius adalah organisasi
kesehatan dan keamanan pangan mendukung
internasional yang didirikan tahun 1962 oleh
pelaksanaan sertifikasi keamanan pangan
organisasi pertanian PBB (FAO) dan
(Sonneveld, 2005).
organisasi kesehatan dunia (WHO) yang
bertugas menyusun dan mengawasi
peryaratan mutu pangan. Fungsi utamanya Lembaga Karantina Tumbuhan
adalah melindungi kesehatan konsumen dan Badan internasional yang mengatur
digunakan sebagai salah satu syarat mutu perdagangan (WTO), telah menetapkan
dalam bidang pangan pada perdagangan sistem dan prosedur perkarantinaan
dunia. Organisasi ini telah mulai rutin tumbuhan yang berlaku secara internasional
bekerja sejak tahun 1979, dan terakhir sebagai bagian kesepakatan WTO-SPS yang
melakukan pertemuan tahun 2001 di Geneva. harus diikuti dan ditaati oleh semua negara
Berbagai sistem penjaminan mutu keamanan anggota WTO (Untung, 2006). Dijelaskan
pangan yang sudah diterapkan di beberapa lebih lanjut, bahwa suatu negara
negara juga digunakan sebagai acuan diperbolehkan menolak impor media
diantaranya adalah HACCP system, Hygiene pembawa OPTK setelah melakukan suatu
Guides or Codes, BRC (British Retail analisis risiko OPT dan menerapkan tindakan
Consortium) system, EUREP GAP (Euro- karantina sesuai dengan prosedur yang
Retailer Produce Working Group Good disepakati. Indonesia pernah mengalami
Agricultural Practice), SQF (Safe Quality penolakan produk buah-buahan masuk ke
Food) 1000 and 2000 and ISO 9001-2000 Taiwan tahun 1998 karena mengandung
(Sonneveld, 2005). spesies lalat buah yang belum ada di negara
Pada kasus-kasus mengenai tersebut (Untung, 2006). Pernah terjadi pada
persyaratan mutu keamanan pangan, biji kakao Indonesia yang diekspor ke USA,
4
AGROTROP, 6 (1): 1 - 9 (2016)

dikenakan penahanan otomatis (automatic dari serangan OPT dari luar. Dalam
detention) karena kelalaianya terhadap pelaksanaannya, karantina berupaya
persyaratan SPS yang dipersyaratkan oleh melaksanakan tindakan pencegahan masuk
negara pengimpor. Demikian juga dengan dan tersebarnya OPT. Sedangkan PHT
kasus penolakan sayur mayur Sumatera Utara merupakan upaya pengendalian OPT yang
oleh Singapura karena mengandung residu telah menyerang pertanaman di lapangan.
pestisida yang melebihi MRLs (Maximum
Residue Limits) yang berlaku di negara
tersebut (Supartha, 2010). Beberapa negara
pernah mengalami penolakan impor produk
pertanian, ternak, ikan dan produk olahannya
(Tabel 1).
Tujuan tindakan karantina tumbuhan
sama dengan PHT yaitu melindungi tanaman

Tabel 1. Kasus-kasus Sengketa Perdagangan yang Terkait dengan Nilai SPS yang dibawa ke
Lembaga Perdagangan Dunia

Negara yang
Negara Pensuplai Kasus Waktu Kejadian
Mempermasalahkan
DS 18 Australia Pelarangan impor Ikan Canada 1 Oktober 1995
salmon
DS 21 Australia Mengenai produk Amerika 23 November 1995
Olahan ikan salmon
DS 26 Masyarakat Eropa Pelarangan impor Produk Amerika 31 Januari 1996
olahan daging
DS 48 Masyarakat Eropa Pelarangan impor daging Canada 8 Juli 1996
dan produk Olahan
daging
DS 76 Jepang Pelarangan impor Produk Amerika 9 April 1997
pertanian
DS 245 Jepang Pelarangan impor Buah Amerika 6 Maret 2002
Apel
DS 271 Australia Pelarangan impor Buah Filipina 23 Oktober 2002
nenas segar
Sumber: Miyagishima, K., 2005

Fungsi lembaga karantina di Indonesia tertentu dari dalam negeri apabila negara
menurut peraturan perundang-undangan yang tujuan menghendakinya (Untung, 2006).
berlaku adalah: (i) mencegah masuknya Walaupun demikian, Indonesia
OPTK dari luar negeri ke dalam wilayah RI; beberapa tahun sebelumnya telah mengalami
(ii) mencegah tersebarnya OPTK di dalam kebobolan karena masuknya berbagai jenis
wilayah RI, (iii) mencegah keluarnya OPTK
5
GEDE MENAKA ADNYANA. et al. Penerapan Strategi dan Teknologi PHT…

penyakit dan hama tumbuhan baru yang (Direkorat Perlindungan Hortikultura,


sebelumnya belum pernah ada, seperti: 2010). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa
1. Penyakit karat kopi (Hemilia penerapan teknologi PHT diarahkan pada
vastatrix), yang masuk melalui bibit penggunaan sarana produksi (pupuk, zat
kopi dari Sri Lanka; pengatur tumbuh/ZPT, dan bahan
2. Penyakit cacar daun teh pengendalian OPT) yang ramah lingkungan.
(Exobasidium vexans) terbawa Program kegiatan pada strategi pre-
melalui benih/bibit dari India; emptif untuk komoditas hortikultura meliputi
3. Kumbang Trogoderma granarium 7 program meliputi: 1) pengembangan
menyerang hasil pertanian yang SLPHT, 2) pengelolaan dampak perubahan
tersimpan di dalam gudang di Jawa iklim, 3) peningkatan pengelolaan OPT, 4)
Barat pada tahun 1980-an; peningkatan pemenuhan persyaratan teknis
4. Siput Afrika (Achatina fulica) siput SPS mendukung ekspor produk hortikultura,
yang awalnya merupakan binatang 5) peningkatan kapasitas laboratorium
piaraan; dan perlindungan tanaman hortikultura, 6)
5. Gulma eceng gondok (Eichornia peningkatan kapasitas perlindungan tanaman
crassipes) masuk ke Indonesia hortikultura, dan 7) peningkatan mutu
sebagai tanaman hias. pembinaan.
Kasus-kasus tersebut dapat terjadi Penerapan teknologi PHT produk
karena lemahnya sistem karantina yang ada, hortikultura yang bersinergis dengan SPS-
serta rendahnya kesadaran dan pengertian WTO adalah: 1) pengendalian OPT secara
para pelaku agribisnis, pengawas tanaman budidaya, 2) pemilihan varietas tahan hama,
dan masyarakat umum tentang karantina dan 3) pengendalian fisik dan mekanik, 4)
segala peraturan yang telah disediakan. pengendalian hayati, dan 5) pengendalian
dengan biopestisida (Untung, 2006).
Penerapan Strategi dan teknologi PHT Keterkaitan antara penerapan strategi dengan
teknologi PHT komoditas hortikultura
Sesuai dengan amanat Undang-undang
ditampilakan pada Tabel 2.
Hortikultura No. 13 Tahun 2010, dalam
rangka mencapai tujuan produk pertanian
yang berkualitas, berdaya saing dan ramah
lingkungan, maka arahan strategi PHT
adalah menekankan pelaksanaan pre-emptif
(pencegahan) dibandingkan kuratif

6
AGROTROP, 6 (1): 1 - 9 (2016)

Tabel 2. Keterkaitan antara strategi dengan teknologi PHT komoditas hortikultura di


Indonesia tahun 2010

No Program kegiatan strategi Penerapan teknologi keterangan


1 Pengembangan SLPHT Praktek lapang, TOT UPTD BPTPH 32
provinsi
2 Pengelolaan dampak perubahan Inventarisasi data iklim, UPTD BPTPH 32
iklim ramalan dan analisis provinsi
dampak
3 Peningkatan pengelolaan OPT Penerapan agen hayati UPTD BPTPH 6
dan biopestisida provinsi
4 Peningkatan pemenuhan Monitoring, survey, pest UPTD BPTPH 12
persyaratan teknis SPS mendukung list provinsi
komoditas ekspor hortikultura
5 Peningkatan kapasitas Pengadaan sarana- UPTD BPTPH 32
laboratorium perlindungan prasarana dan pelatihan provinsi
komoditas hortikultura
6 Peningkatan kapasitas Pengadaan sarana- UPTD BPTPH 32
kelembagaan perlindungan prasarana dan pelatihan provinsi
tanaman
7 Peningkatan mutu pembinaan Praktek lapang, TOT UPTD BPTPH 32
untuk kegiatan perlindungan provinsi
tanaman hortikultura
Sumber: Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2010

Berdasarkan hasil monitoring selektivitas fisiologis spektrum sempit


perkembangan OPT memutuskan, jika harus dengan sasaran serangga yang khas. Pada
dilakukan tindakan kuratif, maka beberapa beberapa golongan OP, karbamat bersifat
strategi tindakan kuratif harus dilakukan kurang selektif terhadap predator hama padi.
dalam pemilihan sifat-sifat insektisida. Golongan OP yang selektif seperti
Selektivitas insektisida, menurut Untung piridafention dan tetraklorvinpos lebih
(2006), dapat dilihat dari tiga aspek yaitu (i) beracun terhadap hama sasaran yaitu wereng
selektivitas fisiologi, (ii) selektivitas ekologi, hijau (Nephotettix spp.) dan kurang
dan (iii) selektivitas formulasi dan aplikasi. berbahaya terhadap predator laba-laba srigala
(Lycosa pseudoannulata). Pengujian
(i) Selektivitas fisiologi terhadap selektivitas pestisida yang
Kebanyakan insektisida mempunyai digunakan di Indonesia terhadap hama dan
spektrum lebar, juga membunuh serangga musuh alaminya perlu terus dilakukan untuk
bukan sasaran. Namun demikian, juga mengetahui tingkat bahayanya bagi serangga
terdapat jenis-jenis insektisida yang bersifat bukan sasaran.
selektif, hanya membunuh serangga sasaran.
Insektisida demikian memiliki sifat
7
GEDE MENAKA ADNYANA. et al. Penerapan Strategi dan Teknologi PHT…

(ii) Selektivitas ekologi serangga musuh alami. Termasuk dalam


Dengan mempelajari sifat biologi dan selektivitas ini adalah:
ekologi hama sasaran, maka dapat diketahui a) Penggunaan formulasi butiran atau
waktu dan cara aplikasi insektisida yang granule dengan insektisida sistemik
tepat dan efektif. Dengan mengetahui neraca diharapkan dapat efektif untuk
kehidupan, perilaku, dan kisaran inang hama, mengendalikan hama penggerek tanaman
kita dapat menentukan bagaimana aplikasi dan membatasi pengaruh yang merugikan
insektisida yang tepat. Aplikasi terutama bagi predator dan parasitoid dewasa;
ditujukan pada bagian yang lemah dari b) Penggunaan formulasi ULV (ultra low
kehidupan hama, yaitu pada stadium yang volume) yang tepat dapat membatasi
peka dan terbuka terhadap aplikasi sebaran insektisida sehingga menekan
insektisida. Aplikasi diusahakan sedapat risiko cemaran insektisida dan aman bagi
mungkin dapat menghindarkan serangga serangga musuh alami;
parasitoid dan predator dari perlakuan c) Peningkatan pengetahuan dan
insektisida. keterampilan petani terkait aplikasi
Dalam prakteknya, selektivitas insektisida beserta perlengkapan
insektisida dapat dilakukan dalam beberapa peralatan, penentuan volume dan dosis,
cara yaitu: arah peliputan, waktu semprot, dan
a) Penetapan waktu aplikasi yang tepat; keamanannya.
b) Perlakuan insektisida hanya secara
parsial atau spot treatment, misalnya SIMPULAN
penyemprotan hanya di pesemaian, hanya Organisasi perdagangan dunia-WTO,
pada bagian tanaman yang diserang, atau sebagai organisasi yang bertanggung jawab
hanya pada tanaman pembatas; pada perdagangan antar negara,
c) Perlakuan insektisida hanya pada menghilangkan berbagai bentuk hambatan
tanaman perangkap; dan pelarangan terhadap arus keluar masuk
d) Perlakuan insektisida hanya pada barang pada suatu negara, kecuali khusus
tumbuhan alternatif, misalnya gulma; memberlakukan sistem mutu yang telah
e) Perlakuan insektisida melalui air, tanah, mendapat kesepakatan para negara anggota
maupun benih, dengan tujuan sebagai alat penyeleksi. Pada produk
menghindari terbunuhnya musuh alami. pertanian dan hasil olahannya terdapat sistem
mutu yang digunakan diantaranya adalah
(iii) Selektivitas melalui cara aplikasi dan sanytary and phytosanytary (SPS) dan Codex
formulasi system. Indonesia sebagai bagian dari negara
Selektivitas insektisida di sini termasuk anggota WTO, telah melakukan pembenahan
dalam menentukan dan memilih formulasi dalam hal cara-cara berproduksi dan
insektisida dan teknik aplikasi yang tepat, pengolahan hasil pertanian dalam upaya
efektif dalam pengendalian hama dan memenuhi syarat sistem mutu produk yang
menghindarkan pengaruhnya terhadap diberlakukan bagi peraturan ekspor-impor.
8
AGROTROP, 6 (1): 1 - 9 (2016)

Pendekatan strategi PHT di lapangan adalah Sonneveld, C. 2005. Measures for


lebih menekankan pendekatan pre-emptif. Enhancement of Food Safety and
Namun jika pendekatan kuratif harus Quality Assurance System for
Enhanced Trade. Asian Productivity
diputuskan, maka dipertimbangkan
Organization
pemakaian insektisida secara hati-hati, Supartha, IW. 2010. Penyusunan Dokumen
dengan terlebih dahulu mengkaji kondisi Daftar OPT/OPTK, HPH/HPHK dan
lapangan, sifat hama dan sifat insektisida. Rancangan Peraturan Khusus
Karantina Tumbuhan dan Hewan
sebagai Dokumen Pendukung
DAFTAR PUSTAKA Penerapan SPS-WTO di Timor Leste.
Chard, J. 2005. Enhancement of Paper disampaikan dalam International
Phytosanitary Measures for Trading of Seminar and Workshop on Timor
Pants and Plants Products. Asian Leste’s Quarantine and non Quarantine
Productivity Organization. Pests. Univ. Udayana Denpasar, Bali.
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2010. 21-22 June 2010.
Pedoman Teknis Pengembangan Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan
Sistem Perlindungan Tanaman Hama Terpadu. Edisi kedua. Gadjah
Hortikultura Tahun 2011. Jakarta. Mada University Press.
Kirk, R. 2011. 2011 Report on Sanitary
Phytosanitary.Measures. US. Trade
Representative.
Miyagishima, K.2005. Sanitary and
Phytosanitary (SPS) Agreement:
Overview and Recent Development.
Asian Productivity Organization.

Anda mungkin juga menyukai