Anda di halaman 1dari 2

I.

TUGAS DAN WEWENANG BAWASLU KABUPATEN (UU 1/2015 Pasal 30 huruf b dan huruf d)
- Huruf b: menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilihan;

- Huruf d: menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
untuk ditindaklanjuti.

II. TUGAS DAN WEWENANG KPU (UU 1/2015 Pasal 13 huruf p)

- Huruf p: menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Panwaslu Kabupaten/Kota atas


temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilihan.

III. PERBUATAN PELANGGARAN ADMINISTRASI (UU 10/2016 Pasal 73 ayat:)


- Ayat (1): Calon dan/atau tim Kampanye dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang
atau materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara Pemilihan dan/atau
Pemilih;
- Ayat (2): Calon yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan putusan “Bawaslu Provinsi” dapat dikenai sanksi administrasi
pembatalan sebagai pasangan calon oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota;
- Ayat (3): Tim Kampanye yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- Ayat (4): Selain Calon atau Pasangan Calon, anggota Partai Politik, tim kampanye, dan
relawan, atau pihak lain juga dilarang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai
imbalan kepada warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak
langsung untuk:
a. mempengaruhi Pemilih untuk tidak menggunakan hak pilih;
b. menggunakan hak pilih dengan cara tertentu sehingga mengakibatkan suara
tidak sah; dan

c. mempengaruhi untuk memilih calon tertentu atau tidak memilih calon


tertentu.

IV. DEFENISI/PENGERTIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI (UU 8/2015 Pasal 138)

Pelanggaran administrasi Pemilihan adalah pelanggaran yang meliputi tata cara, prosedur, dan
mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilihan dalam setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilihan di luar tindak pidana Pemilihan dan pelanggaran kode etik
penyelenggara Pemilihan.

V. PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN (UU 1/2015 Pasal 145)

Tindak pidana Pemilihan merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap ketentuan Pemilihan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

VI. SENGKETA TATA USAHA NEGARA (UU 01/2016 Pasal 153)

- Ayat (1): Sengketa tata usaha negara Pemilihan merupakan sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara Pemilihan antara Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota dengan KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota.
- Ayat (2): Peradilan Tata Usaha Negara dalam menerima, memeriksa, mengadili, dan
memutus sengketa Tata Usaha Negara Pemilihan menggunakan Hukum Acara Tata
Usaha Negara, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

VII. KAMPANYE (UU 1/2015 Pasal 63):


- Ayat (1): Kampanye dilaksanakan sebagai wujud dari pendidikan politik masyarakat yang
dilaksanakan secara bertanggung jawab.
- Ayat (2): Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh KPU Provinsi
untuk Pemilihan Gubernur dan KPU Kabupaten/Kota untuk Pemilihan Bupati dan
Pemilihan Walikota.

- Ayat (4): Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Kampanye sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan KPU.

VIII. SANKSI/ANCAMAN PIDANA PEMILIHAN (UU 10/2016 Pasal 187A):


- Ayat (1): Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada
warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk
mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon tertentu,
atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
- Ayat (2): Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Anda mungkin juga menyukai