Anda di halaman 1dari 8

Usaha Konservasi Tanah dan Air Secara Biologis

Usaha konservasi tanah dan air secara biologis adalah pengaturan penanaman vegetasi dan penggunaan
sisa tanaman sebagai mulsa. Jenis tanaman yang dipakai bermanfaat untuk manusia dan hewan
serta sifat pertumbuhan efektif mencegah erosi.
Penanaman tanaman penutup tanah
Tujuan: melindungi tanah dari curahan butir-butir hujan, menambah bahan organik tanah,
memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air hujan yang jatuh.
Jenis tanamannya adalah arachis pntoi dan dari jenis kacang-kacangan.
Penanaman pakan rumput ternak
Jenis-jenis rumput yang dapat ditanam adalah setaria, rumput gajah dan rumput bufel. Dapat ditanam
sebagai gulus teras atau diantara tanaman pokok.
Penanaman dalam jalur
Olah tanah secara garis kontur, setiap lajur ditanami dengan satu jenis tanaman, lajur-lajur dibuat
memotong lereng atau searah garis kontur, tanaman pangan atau tanaman semusim ditanam
secara berselingan dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah secara rapat,
usahakan menanam dengan pergiliran tanaman dan penggunaan sisa-sisa tanaman.
Pergiliran tanaman
Mengusahakan/menanam berbagai jenis tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada
sebidang lahan, misalnya pergiliran antara tanaman pangan dengan tanaman penutup tanah atau
pupuk hijau.
Tujuan:
- mencegah erosi
- mencegah hama dan penyakit tanaman melalui pemutusan siklus hidup hama.
- Memberantas tumbuhan pengganggu
- Mempertahankan sifat fisik dan kimia tanah dengan cara mengembalikan sisa-sisa tanaman kedalam
tanah.
Pengunaan sisa-sisa tanaman
Dapat dilakukan dengan:
- Membenamkan kembali sisa-sisa tanaman kedalam tanah yang memberikan keuntungan:
-  Mempertinggi kemampuan tanah menyerap air
-  Memelihara keseimbangan unsur hara tanah
-  Mempertahankan kelembaban tanah dengan memperkecil penguapan air tanah
-  Mengurangi kerusakan tanah dari curahan butir-butir air hujan.
- Untuk lahan-lahan miring, penggunaan sisa tanaman lebih baik dilakukan dalam bentuk mulsa.
Penanaman tanaman penguat teras.
-  Jenis tanamannya dapat berupa pohon-pohonan atau rerumputan, dengan syarat
-  Sistim perakarannya intensif sehingga mampu mengikat tanah
-  Tahan pangkas supaya tidak menaungi tanaman utama
-  Bermanfaat dalam menyuburkan tanah maupun sebagai penyedia pakan ternak

Teras Budidaya
Penanaman pada suatu bidang lahan atau wilayah yang memiliki kemiringan beragam 
Pada bagaian miring, ditanami tanaman tahunan dan rerumputan sebagai penguat lereng 
Untuk menghindari aliran permukaan dan menampungnya dibuat rorak buntu pada bagian atas lereng.
Teknik atau metoda konservasi tanah dan air secara kimiawi adalah penggunaan setiap
bahan-bahan kimia baik organik maupun anorganik (soil conditioner) atau penggunaan bahan-
bahan pemantap tanah yang bertujuan memperbaiki sifat dan struktur tanah sehingga tanah akan
tetap resisten terhadap erosi (menekan laju erosi pada tanah).
Pemantap  tanah dengan bahan pemantap ialah pembentukan struktur tanah dengan pori-
pori atau ruang udara di dalam tanah di antara agregat-agregatnya yang sekaligus mencapai
kestabilan, dimana penggunaan bahan pemantap tersebut dapat berupa bahan alami atau buatan
tetapi terbatas pada jumlahnya yang sedikit. Ternyata pemakaian bahan-bahan pemantap tersebut
hanya terbatas untuk keadaan-keadaan yang sangat perlu atau sangat mendesak demi
pemantapan tanah-tanah tertentu, ini dikarenakan harganya yang mahal. Tetapi hasil dari
penggunaanya sangat positif untuk meperbaiki kemantapan atau kestabilan struktur tanah.
Penggunaan bahan-bahan pemnatap tanah bagi lahan-lahan pertanian yang baru dibuka
sesungguhnya “sangat diperlukan” mengingat:
a)      Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah perawan
(virgin) yang memerlukan banyak perlakuaan agar dapat didayagunakan dengan
baik (efektif).
b)      Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang
tersangkut.
c)      Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan pertanian,
telah menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya lapisan top soil, mengingat
pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan besar seperti peralatan dalam
bentuk traktor-traktor dan alat berat lainnya.
d)     Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang
terangkat, sehingga diperlukan pasokan unsur hara tumbuhan.
e)      Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap karena penambahan bahan
kimia, sehingga tanah menjadi lebih subur.
 Jadi struktur tanah itu haruslah distabilkan dahulu dan penstabilannya harus
menggunakan bahan-bahan pemantap tanah (soil conditioner) dengan dikombinasikan dengan
tanaman-tanaman yang dapat menunjang kesuburan tanah.
3.2.  Bahan-Bahan Pemantap atau Pembenah Tanah (Soil Conditioner)
Dalam melakukan metoda konservasi tanah dan air secara kimiawi adalah menggunakan
bahan-bahan kimia untuk pembenah dan pemantap tanah ((soil conditioner) sehingga terjadi
stabilitas pada agregat tanah.  Bahan-bahan kimia tersebut adalah:
a)      MSC, campuran dimethyldicholorosilane dan methyltricholorosilane. Berupa
cairan yang mudah menguap, gas yang terbentuk bercampur dengan air tanah.
Senyawa yang terbentuk membuat agregat tanah stabil.
b)      Krilium, merupakan garam natrium dari polyacrylonitrile yang sering digunakan
pada konservasi tanah dan air.
c)      Emulsi Bitumen, merupakan bahan pemantap tanah , berbentuk cairan. Bahan
Emulsi Bitumen ini terdiri dari bahan-bahan kimia lainnya, seperti:
o   Polimer tidak terionisasi: Polyvinyl alcohol (PVA)
o   Polyanion:
-          Polyvinyl acetate  (Pva),
-          Polyacrylonitrile  setengah terhidrolisa (HpPAN),
-          Poly acrylic acid  (PAA),
-          Vinyl acetate malcid accid copolymer (VAMA).
o     Polication: Dhimethylaminoethylmetacrylate (DAEMA)
o    Dipole Polimer (gugus + dan -): Polyacrylamide (FAM). Contoh penggunaan
PAM bersifat non-hidrofobik, memiliki bagian aktif amide yang mengikat
–OH pada butir liat melalui ikatan hidrogen.

    H       O
                                                                          OH 
---N       C        R            Polimer
                                                                    H
Cara aplikasi:
PAM dicampur air dengan perbandingan volume tertentu.
Dicampurkan ke tanah dengan menyemprotkan emulsi tersebut ke
permukaan tanah kemudian diaduk dengan cangkul/garu. Pengaruh
terhadap perbaikan struktur tanah dipengaruhi :
-       BM polimer, optimum PAM 106
-       Kandungan air tanah, optimum pada titik lengkung terbesar
pada     kurva pF.
-       Konsentrasi emulsi, tanah berkadar liat tinggi lebih sedikit daripada
tanah berpasir.
3.3.     Cara Penggunaan Pemantap atau Pembenah Tanah (Soil Conditioner) pada Emulsi
Bitumen
Emulsi Bitumen (Soil Conditioner) merupakan bahan pemantap tanah, berbentuk cairan,
beberapa bahan pemantap lainnya yang berupa cairan ialah Polyurethane, Polyacrylamide,
Polyacrylacid dan lain-lain, sedangkan yang berbentuk serbuk misalnya Polysachharide,
Polyvinylalcohol dan lain-lain.
Beberapa cara penggunaan bahan pemantap tanah (Soil conditioner) dapat dilakukan
sebagai berikut:
a)      Pemakaian dipermukaan tanah (surface aplikation), dimana larutan atau emulsi zat
kimia pembenah tanah yang digunakan pada pengenceran yang dikehendaki
disemprotkan langsung ke atas permukaan tanah dengan alat sprayer yang biasa
digunakan untuk membrantas hama. Cara ini dapat dilakukan untuk penelitian
dilaboratorium dan lapangan.
b)      Pemakaian secara dicampur (incorporation treatment), dimana larutan atau emulsi
zat kimia pemantap tanah dengan pengeceran yang dikehendaki disemprotkan
kedalam tanah, kemudian tanah tersebut dicampur dengan bahan kimia tadi sampai
merata, biasanya sampai kedalaman 0 – 25 cm. Cara ini biasanya dilakukan dalam
penelitian dilaboratorium dalam jumlah yang kecil dan juga untuk pemakaian
dilapangan, dalam areal yang luas biasanya menggunakan mesin penyemprot
khusus seperti traktor.
c)      Pemakaian setempat/lubang (Local/pit treatment), dimana penggunaan bahan kimia
ini disemprotkan secara setempat-setempat pada tanah atau terbatas pada lubang-
lubang tanaman saja (umpamanya lubang: 60 x 60 x 60 cm). Cara ini biasanya
dilakukan dilapangan saja pada areal yang akan ditanami tanaman tahunan dalam
rangka usaha penghijauan.
3.4.      Pengaruh dari Penggunaan Emulsi Bitumen sebagai Pemantap atau Pembenah
Tanah (Soil Conditioner)
Penggunaan bahan pemantap tanah (soil conditioner) harus disertai dengan penanaman
tanaman-tanaman penutup tanah yang sebaiknya mengandung pupuk hijau, bukankah bahan
pemantap itu telah dapat memperbaiki kestabilan tanah?
Untuk membantu memecahkan persoalan tersebut, perlu diperhatikan tabel “besarnya
tanah yang tererosi dalam ton per hektar sebagai pengaruh beberapa perlakuan atas tanah latosol
di Citaman”. (dari buku konservasi tanah dan air halaman 161 “G. Kartasopoetra dkk”).
No Perlakuan-perlakuan Besar Erosi (ton/hektar)
1 Tampa perlakuan 56,62
2 Ditanami tanaman Citronella 51,00
3 Ditanam jagung dan ubi rambat 36,50
4 Ditanami kacang tanah (Arachis) dan ubi kayu 35,80
(Cassava)
5 Ditanami padi ladang dan diberakkan 35,04
6 Ditanam Citronella dan strip-strip Clotaralia 20,11
dan “Emulsi Bitumen”
7 Ditanami Citronella dan strip Clotaria 17,98
8 Sistem teras bangku ditanami jagung, ubi kayu 7,45
ditambah pemantap bitumen
9 Sistem teras bangku ditanami jagung, dan ubi 6,11
kayu
Sumber : Lembaga Penelitian Tanah, 1977.
Sesuai dengan data diatas dapat dijelaskan besar erosi dari pengaruh bahan pemantap atau
pembenah tanah (Soil Conditioner) yaitu Emulsi Bitument dengan tanaman penutup tanah pada
tanaman Citronella, sebagai berikut:
a)      Tanah tampa perlakuan, besarnya tanah yang tererosi 56,62 ton/hektar, vide no. 1
pada tabel.
b)      Tanah yang ditanami dengan tanaman Citronella, besarnya tanah yang tererosi
51,00 ton/hektar; vide no. 2 pada tabel.
c)      Tanah ditanami Citronella dan strip-strip Clotalaria, ditambah bahan pemantap
tanah yaitu Emulsi Bitumen, dimana besarnya tanah yang tererosi 20,11
ton/hektar, vide no. 6 pada tabel.
Pada data-data di atas jelas terdapat perbedaan yang sangat signifikan tentang besarnya
tanah yang tererosi. Yang sangat menarik adalah data-data pada ad. (b) dan (c) di atas, karena
tampak jelas apabila suatu tanah hanya menggunakan tanaman penutup tanah saja besarnya erosi
yang terjadi cukup besar 51,00 ton per/hektar dan hanya beda sedikit dengan tanah tampa
perlakuan yaitu 56,62 ton/hektar (hanya beda 5,62 ton saja). Sangat berbeda dengan tanah yang
menggunakan tanaman penutup tanah dan pemantap atau pembenah tanah  (Soil
Conditioner)  yaitu Emulsi Bitumen, besarnya erosi yang terjadi itu sangat jelas tampak
penurunannya setelah menggunakan tanaman Citronella dan Emulsi Bitumen yaitu 20,11
ton/hektar. Ada perbedaan yaitu mencapai 36,51 ton/hektar dari tanah tampa perlakuan. Hal ini
bisa terjadi karena dengan perlakuaan Emulsi Bitumen bisa menstabikan tanah sehingga tanah
tetap ditempat tidak terbawa oleh hanyutan air meskipun dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama,  yang kemudian fungsi menstabilkan ini dilanjutkan oleh tanaman (vegetatif).
Dari data di atas maka jelas bahwa bahan pemantap Emulsi Bitumen mempunyai peranan
yang positif dalam mencegah kehilangan tanah akan tetapi pengaruhnya akan berlangsung lebih
pendek dibanding dengan perlakuaan Clotalaria ataupun Leguminosa.
BAB IV
PENUTUP
4.1.      Kesimpulan
            Konservasi tanah dan air secara kimiawi adalah salah satu dari tiga metode
konservasi tanah dan air yang umum diketahui. Pada konservasi tanah dan air secara kimiawi
menggunakan pemantap atau pembenah tanah yang berasal dari bahan kimia seperti Emulsi
Bitumen yang mengandung banyak senyawa-senyawa kimia. Emulsi Bitumen ini tujuannya
untuk memperbaiki sifat dan struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi
(menekan laju erosi pada tanah). Namun dalam teknik pengendalian erosi secara kimiawi juga
haru diiringi dengan teknik vegetatifnya seperti penggunaan tanaman penutup tanah seperti
tanaman Citronella. Sesuai dengan data pada tabel di pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dengan ditambahnya bahan kimia Emulsi Butimen pada tanah pada saat penggunaan tanaman
penutup tanah akan mengurangi besarnya tanah yang tererosi, meskipun dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama, yang kemudian fungsi menstabilkan ini dilanjutkan oleh tanaman
(vegetatif).
4.2.      Saran
            Dalam konservasi tanah dan air secara kimiawi memiliki peran yang sangat positif untuk
menekan laju erosi tanah dengan menggunakan bahan kimia seperti Emulsi Bitumen. Hal ini bisa
terjadi karena bahan kimia tersebut dapat  membentukan struktur tanah dengan pori-pori atau
ruang udara di dalam tanah di antara agregat-agregatnya yang sekaligus mencapai kestabilan.
Namun penggunaan bahan Emulsi Bitumen ini memiliki kelemahan yaitu pengurangan besarnya
tanah yang tererosi itu terjadi dalam waktu jangka pendek. Sehingga disarankan kepada siapapun
yang ingin mengendalikan erosi tanah disuatu lahan menggunakan bahan pembenah tanah yaitu
Emulsi Bitumen sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus supaya laju erosi  dapat
ditekan.
Konservasi tanah Metode Mekanik
Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk
mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usaha secara
berkelanjutan.Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara
vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan atau tanaman dan penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan
tanah sepanjang tahun.
Pengendalian erosi dan aliran permukanaan merupakan persyaratan utama untuk mencegah terjadinya penurunan
kualitas lahan. Metode tersebut ditujukan untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas
tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia. Tindakan tersebut sangat
mendesak untuk dilakukan karena :
a)Kondisi topografi wilayah dilahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng.
b)Kondisi curah hujan relatif tinggi.
c)Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air hujan yang terinfiltrasi ke dalam
tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat.
d)Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung.
Metoda konservasi yang dapat dilakukan diantaranya :
a)Pengolahan tanah
b)Pembangunan teras.
c)Pembuatan saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk mengisi persediaan air dalam
tanah.
d)Penanaman tanaman dalam setrip kontur.

BENTUK – BENTUK KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIK


1. Teras bangku atau teras tangga
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian
bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi utama teras bangku adalah:
1.memperlambat aliran permukaan;
2.menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak;
3.meningkatkan laju infiltrasi tanah dan
4.mempermudah pengolahan tanah.
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal), miring ke
dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring
keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan,
lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani.
Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan
agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir
teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara
bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal
dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak
penggalian bidang olah.
Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di
bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai
penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat
sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model
seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah:
(1)Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40%
karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.
(2)Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)
(3)Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian.
(4)Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.
(5)Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.
2. Gulud atau Guludan
Gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang gulud. Metode ini dikenal pula
dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah
Fungsi dari gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran permukaan dan
meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang
olah ke saluran pembuangan air. Untuk meningkatkan efektivitas gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran
permukaan, guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai
penguat teras bangku juga dapat digunakan sebagai tanaman penguat gulud. Sebagai kompensasi dari kehilangan
luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya
tanaman katuk, cabai rawit, dan sebagainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud:
(1)Teras gulud cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, dapat juga pada lahan dengan kemiringan
40-60% namun relatif kurang efektif.
(2)Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat menurut arah kontur. Pada tanah yang
permeabilitasnya rendah, guludan dibuat miring terhadap kontur, tidak lebih dari 1% ke arah saluran pembuangan.
Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera terinfiltrasi ke dalam tanah dapat tersalurkan ke luar ladang dengan
kecepatan rendah.
3. Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman tahunan (lihat gambar).
Jenis teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman buah-buahan.

4. Teras kebun
Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan buah-buahan. Teras
dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan teras bertujuan untuk :
1.meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah,
2.memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), di antaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.

5. Rorak atau lubang resapan air


Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan.
Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang
tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran
permukaan.
Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar
antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak
dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak
miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air
atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.
Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi
secara terus-menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat rorak yang baru.

Anda mungkin juga menyukai