STANDAR OPERASIONAL
DAN PEMELIHARAAN (SOP)
Proses pengolahan air limbah dilakukan oleh massa mikroba anaerobik yang
tumbuh melekat pada suatu media. Media tersebut dapat berupa kerikil/gravel
(2-3 cm), media alami lain (batok kelapa, marmer, batu bara) atau media
fabrikasi (bioball, packing plastik) membentuk lapisan lendir atau biofilm.
A. Ketentuan Umum
Ketentuan umum yang harus dipenuhi :
a. Tersedia lahan untuk penempatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
b. Dioperasikan untuk membantu meringankan pengolahan secara aerobik,
tergantung pada konsentrasi BOD air limbah
c. Dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah domestik antara lain dari
kegiatan rumah tangga, restoran, hotel, rumah sakit; air limbah industri
dengan karakteristik setara dengan air limbah domestik dengan ratio
BOD/COD ≥ 0,3
d. Lokasi penempatan tangki harus mudah dijangkau dalam
pembangunan, operasi dan pemeliharaan.
e. Air limbah dengan kandungan minyak dan lemak harus dilengkapi
dengan unit perangkap lemak sebelum dialirkan kedalam bak.
B. Ketentuan Teknis
Perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan yang baik pada bangunan IPAL
akan mampu mempertahankan stabilitas efisiensi pengolahan.
a. Bahan dan Konstruksi
Bahan konstruksi IPAL dapat terbuat dari struktur beton, pasangan
batu bata, fiberglass dan kombinasinya.
Terbuat dari bahan bangunan yang tahan terhadap asam.
Pipa aliran masuk dan aliran keluar sesuai dengan ketentuan teknis
(terdapat perbedaan ketinggian yang memadai untuk proses aliran
pengolahan), umumnya berkisar (10 – 15) cm.
Bangunan dilengkapi dengan ventilator (pipa udara) untuk
melepaskan biogas produk dari proses anaerobik. Pipa udara dibuat
sesuai dengan ketentuan.
b. Media IPAL
Persyaratan Media
Media filter adalah bagian terpenting dari IPAL, pemilihan media
harus dilakukan dengan seksama disesuaikan dengan jenis air limbah
yang akan diolah. Media harus tahan korosi dan ringan dengan luas
permukaan spesifik dan volume rongga (porositas) yang besar sekitar
(70 – 95) %, sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam
jumlah yang besar dan memiliki resiko kebuntuan yang kecil. Luas
permukaan spesifik dan volume rongga yang besar memungkinkan
untuk pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi
dan memiliki efisiensi pengolahan yang cukup besar.
Jenis Media
Media IPAL dapat dibuat dari bahan alami atau secara pabrikasi dari
bahan plastik atau bahan lainnya, berupa batu pecah (split), kerikil,
batu marmer, batu tembikar, batu bara (kokas) dan lainnya. Bahan
dibuat secara pabrikasi umumnya memiliki luas permukaan spesifik
yang cukup besar.
Media Batuan dan Kerikil
Media batuan dan kerikil telah digunakan baik untuk IPAL tecelup
ataupun trickling filter sejak abad ke sembilan belas. Batu dan kerikil
bersifat inert dan tidak pecah dengan kekuatan mekanikal yang baik,
serta bahan tersebut mempunyai sifat kebasahan yang baik.
Salah satu kelemahan media dari kerikil adalah fraksi volume
rongganya sangat rendah dan berat. Akibat dari fraksi volume rongga
rendah jenis media ini mudah terjadi penyumbatan. Untuk mencegah
penyumbatan , jumlah ruangan diantara kerikil harus relatif besar.
Secara umum diameter celah bebas sebanding dengan ukuran kerikil.
Tetapi luas permukaan spesifik berbanding terbalik dengan ukuran
kerikil. Apabila kita menggunakan media kerikil dengan ukuran yang
besar untuk mencegah terjadinya penyumbatan, maka luas
permukaan spesifik menjadi kecil. Dengan luas permukaan spesifik
yang kecil, maka volume reaktor yang diperlukan untuk tempat
media menjadi besar.
C. Pelaksanaan Konstruksi
a. Bangunan IPAL Biofilter Anaerobik dapat terbuat dari :
Dinding bangunan dapat dibangun dari pasangan batu bata yang
dilengkapi dengan kolom dan ring pengikat dari beton dengan
memperhitungkan kondisi tanah dan pembebanan yang bekerja
sesuai perencanaan teknis bangunanBila kondisi tanah labil dan atau
dibangun di bawah badan jalan perkampungan, maka struktur
bangunan secara keseluruhan dibuat dari beton K350.
Bangunan IPAL yang di fabrikasi dan terbuat dari bahan fiber, bila
ditanam dalam tanah, harus dilengkapi struktur penguat untuk
melindungi dari tekanan tanah horisontal maupun uplift air tanah.
D. Pekerjaan Persiapan
a. Lingkup pekerjaan persiapan meliputi :
pengukuran dan pembersihan lokasi
pemasangan patok-patok dan papan bowplank
pembongkaran lantai rabat/paving eksisting
b. Pembersihan tanah pada daerah yang direncanakan, urugan,
pemotongan/ keprasan, pembabatan semak/ rumput, penimbunan
daerah-daerah rendah, penutupan lubang, pembuangan humus/ tanah
yang mengandung organik.
c. Memasang Papan Bangunan (bowplank/ papan piket).
Bowplank dipasang sepanjang lokasi bangunan setiap jarak maksimal
5 m dan bowplank tidak boleh rusak atau hilang.
Penetapan ukuran-ukuran dan sudut siku-siku harus diperhatikan
ketelitiannya dan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
sepenuhnya.
E. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan Galian Tanah Biasa
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan galian
adalah:
Sebelum pekerjaan penggalian dimulai, teliti dulu keadaan
bangunan, kondisi tanah, air tanah dan kondisi kekuatan di bawah
tanah sekeliling tempat pemasangan;
Buatlah saluran pipa pembuangan air;
Di tempat pengerjaan penggalian :
Ruangan yang digali akan tergantung pada cara penggalian
Ukuran ruang yang digali harus 300 mm lebih besar dari ukuran
yang direncanakan;
Kemiringan galian > 3/10.
b. Pekerjaan Penimbunan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan penimbunan
tanah:
Jaga saat penimbunan agar tidak terjadi kerusakan pada tangki hasil
fabrikasi;
Penimbunan dilakukan dengan pasir tanpa batu atau barang-barang
yang dapat merusak tangki;
Padatkan dan rapihkan dengan tanah dan siram dengan air;
Pada tahap ini, penimbunan pasir dilakukan sampai mencapai pipa
efluen.
c. Pekerjaan Pemindahan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan pemindahan
tanah:
Tanah hasil galian dipindahkan ke lokasi yang telah ditentukan,
Untuk kebutuhan penimbunan IPAL, 1/3 dari hasil galian dapat
dimanfaatkan untuk timbunan tersebut.
d. Pekerjaan Pemadatan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan pemadatan
tanah:
F. Pembangunan
Pembangunan IPAL yang dibuat ditempat :
a. Untuk pekerjaan pembuatan IPAL dari bahan beton bertulang,
mengikuti tata cara perhitungan beton bertulang gedung SNI 03-2847-
1992, SNI 03-4433-1997, SNI 03 – 2847 – 2002.
b. Untuk pekerjaan pembuatan IPAL dari pasangan bata yang kedap air ,
sesuai SNI: 03-0349-1989, SNI 03-4166-1996, SNI 03-6862-2002.
G. Pekerjaan Beton
a. Semua pekerjaan beton bertulang dan tidak bertulang harus mengikuti
Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971) atau sesuai SNI yang berlaku
sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini.
b. Kecuali disebutkan dalam gambar kerja, maka semua beton bertulang
struktur utama memakai beton K-350.
c. Lingkup pekerjaan beton ini meliputi:
Pembuatan control box dengan tebal dinding 10 cm
Pembuatan Bangunan IPAL dengan tebal plat bawah= 25 cm, tebal
dinding= 20 cm, dan tebal plat atas= 20 cm.
Pembuatan Balok 25/30 di Bangunan IPAL
Pembuatan Kolom 25/25
Pembuatan pondasi Straus Pile
Pekerjaan Sloof 15/15 di rumah pompa
Pekerjaan Kolom 15/15 di rumah pompa
d. Bagi pekerjaan beton bertulang harus dipakai baja tulangan sesuai
gambar masing-masing sedang kawat pengikatnya harus dari baja lunak
dengan diameter minimum 1 mm.
e. Semua campuran beton bertulang harus dibuat ”mix design” nya
terlebih dahulu untuk mendapatkan mutu yang diinginkan. Additive
dapat digunakan untuk pembuatan beton kedap air, additivie
ditambahkan pada saat mixing beton.
f. Bahan-bahan dan Pengerjaannya :
Bahan - bahan pekerjaan beton, agregat halus dan kasar serta air
sesuai dengan SNI 03-6821-2002.
l. Bekisting
Harus dibuat sedemikian sehingga beton dapat dengan baik
ditempatkan, dipadatkan dan tidak terjadi perubahan bentuk acuan
selama pengerasan beton berlangsung.
Rencana (design) seluruh cetakan / acuan menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa dan untuk acuan-acuan tertentu terlebih dahulu harus
diajukan ke tim pengawas / Direksi untuk mendapatkan persetujuan,
sebelum rencana acuan dilaksanakan.
Sesuai dengan persyaratan pada beton, bahan untuk acuan papan
bekisting dapat menggunakan papan meranti 2/20 dengan penguat
dari kayu atau balok ukuran 2/3 atau 3/5.
Permukaan cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan air,
kemudian diberi lapisan minyak khusus untuk expose (form oil)
pertama agar tidak terjadi penyerapan air semen pada beton yang
baru dituangkan, dan di samping itu juga untuk mencegah lekatnya
beton pada cetakan. Penggunaan minyak harus berhati-hati jangan
sampai besi tulangan dan begel terkena minyak karena mengurangi
daya lekat beton dengan tulangan.
Bekisting tak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan
khusus yang cukup memikul dua kali berat sendiri. Pembongkaran
cetakan harus dilaksanakan dengan berhati-hati sedemikian sehingga
tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Setelah
pembongkaran bekisting harus tetap dihasilkan sudut-sudut yang
tajam dan tidak pecah.
m. Perawatan Beton
Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama paling
sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus-menerus minimal 2 minggu,
antara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah. Pada
hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak
boleh diganggu. Sangat dilarang untuk mempergunakan lantai yang
belum cukup mengeras sebagai tempat penimbun bahan-bahan atau
sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan yang berat.
e. Pelaksanaan Plesteran
Persiapan
Untuk mengerjakan dinding bata dan permukaan beton harus
diberikan cukup waktu. Tidak boleh memulai pekerjaan plesteran
sampai dinding betul – betul kering.
Permukaan pasangan bata harus bersih dari kotoran, sebelum
dilakukan plesteran.
Pada permukaan pasangan bata pekerjaan plesteran dapat
segera dimulai setelah pasangan bata kering.
Pelaksanaan
Guna penyelesaian muka beton dan dinding dipasang plesteran
dengan tebal lapisannya tidak kurang dari 1,5 cm, kecuali
ditentukan lain.
Lapisan harus dibentuk sedemikian rupa hingga merupakan
permukaan yang rata, plesteran harus dilaksanakan dengan
memakai alat penghampar dari kayu dan disebarkan ke pinggir –
pinggir dengan memakai alat perata adukan sampai permukaan
rata dan halus.
Plesteran harus dibiarkan basah selama paling sedikit dua hari
setelah dipasang.
Plesteran dibasahi secukupnya begitu plesteran telah mengeras
untuk menghindari kerusakan. Waktu kering dan panas, plesteran
harus dijaga agar tidak terjadi penguapan terlalu banyak dan
tidak rata.
Acian
Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan diatas,
selanjutnya permukaan plesteran tersebut diaci semen dan air
pada saat plesteran sudah kering atau lebih plesteran berumur 7
hari.
Acian harus dilaksanakan secara menyeluruh pada permukaan
plesteran.
I. Pemasangan Peralatan
Peralatan pada sistim IPAL umumya bersifat situasional disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan mengikuti spesifikasi perencanaan yang ada. Beberapa
peralatan yang harus dipasang antara lain :
a. Pemasangan pompa, apabila air limbah tidak dapat dialirkan secara
gravitasi.
b. Pemasangan valve atau kran yang diperlukan pada sistim perpipaan,
seperti kran pada pipa untuk penyedotan lumpur di bawah media.
g. Jumlah kompartment dalam IPAL bisa dibuat lebih dari satu sesuai
dengan kualitas dan kuantitas air limbah yang akan diolah.
h. Dari bak kontaktor anaerob, air dialirkan ke ruang pengendap akhir. Di
dalam ruang ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme
diendapkan dan dipompa kembali ke bak pengendap awal dengan
pompa sirkulasi lumpur.
i. Kemudian air limpasan (over flow) mengalir ke bak klorinasi. Di dalam bak
kontaktor klor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa klor untuk
membunuh mikrorganisme patogen. Setelah itu, air limbah dialirkan
melalui pipa outlet menuju badan air.
j. Stabilitas kualitas efluen IPAL umumnya tercapai setelah pengoperasian
selama kurun waktu 3 bulan.
k. Pengujian kualitas effluen IPAL dilakukan secara periodik dalam 3 bulan
saat awal operasi. Masing-masing satu kali pengujian dalam sebulan.
Sehingga dalam 3 bulan total pengujian sampel air dari IPAL adalah 6 kali
Parameter pengujian sampel air meliputi: BOD; COD;TSS; E.coli
l. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium-laboratorium yang
terakreditasi atau yang diakui oleh Pemerintah.
L. Pemeliharaan
Penyebab utama dari permasalahan pada IPAL adalah terjadinya
penyumbatan yang menyebabkan kurang efektifnya kinerja biofilm. Media dari
batuan sering mengalami penyumbatan sebesar 35 % volume rongga, oleh
karenanya pemilihan media dengan porositas diatas 60% sangat dianjurkan.
Penyumbatan terjadi karena terbawanya padatan tersuspensi dari ruang
pengendap (tangki septik) menuju ke ruang IPAL.
Kontrol pada media filter perlu dilakukan secara periodik dengan membuka
manhole dan bila terjadi penyumbatan dapat dibersihkan meggunakan air
bertekanan dengan bantuan “ Water Jet Pump”. Pembersihan dilakukan
dengan pengosongan ruang IPAL dengan menyedot air menggunakan pompa
melalui sistim perpipaan yang telah disediakan.
bahan ini tidak dapat terurai dalam ruang pengendap bahkan dapat
menyumbat sistim plumbing dalam IPAL.
f. Pengurasan IPAL
Hal-hal yang mempengaruhi frekuensi pengurasan ruang pengendap
dalam IPAL antara lain:
Jumlah orang yang mempunyai kontribusi limbah ke IPAL.
Prosentase volume limbah padat (tinja) dari total limbah yang masuk
ke dalam IPAL.
Memfungsikan IPAL selain untuk limbah dari kegiatan mandi dan
kakus, misalnya buangan dari dapur dan lain-lain. Diperkirakan
buangan dari dapur yang masuk ke IPAL akan mempercepat atau
menambah lumpur dalam ruang pengendap lebih cepat sebanyak
50% dibanding jika hanya berasal dari buangan toilet dan kamar
mandi saja
Penentuan waktu pengurasan
Waktu pengurasan dapat ditentukan dengan mengontrol
kedalaman lumpur dalam ruang septik. Kontrol dapat dilakukan
dengan tongkat dibalut kain bekas berwarna terang. Penentun
pengurasan perlu mengetahui kondisi atau volume lumpur atau scum
yang ada dalam ruang pengendap. Ruang pengendap dalam IPAL
perlu dikuras jika:
Ketinggian lumpur kurang lebih 1/3 dari kedalaman ruang
pengendap,
Ketebalan scum telah mencapai 10 cm dari bagian baffle atau
sekat outlet atau lubang bawah sanitary tee jika
menggunakannya.
Langkah-langkah untuk mengukur ketebalan scum antara lain:
Masukkan tongkat dengan panjang cukup melalui manhole
sampai ujung tongkat menyentuh bagian bawah baffle atau
bagian bawah tee sanitary dari pipa effluen.
Tandai tongkat untuk mengindikasi posisi bawah baffle atau tee
sanitary terhadap posisi tertentu, misalnya bagian atas ruang
pengendap
dengan pompa untuk dikeluarkan; setelah itu dicek lagi dengan nyala api/
lampu, dan ternyata tetap menyala, baru operator boleh masuk.
o. Macam atau titik lokasi pengawasan
Tutup MH
Bagian dalam MH
Tangga MH, dinding MH, dasar MH, pipa terjunan, keadaan infiltrasi dan
ventilasi
Bagian dalam pipa yang besar
Dinding pipa, endapan-endapan, pergeseran-pergesaran pipa, lokasi
infiltrasi air tanah
p. Macam kerusakan
Pipa besar
Dinding retak/ bocor, Pipa-pipa terjunan, pipa buntu, sambungan-
sambungan pipa lepas/ retak dsb
Pipa kecil
Korosi, sambungan lepas, perubahan level pipa (naik turun level pipa),
penetrasi akar-akar tumbuhan, pipa buntu, kebocoran pipa
q. Program kerja PEMELIHARAAN
Pemeliharaan pencegahan adalah tujuan utama pemeliharaan, sehingga
pengawasan dan perbaikannya dapat dijadwalkan.
Penggelontoran dan pembersihan pipa
Normalisai pipa, dengan menggangkat endapan-endapan dari dalam
pipa
Pembersihan akar-akar tumbuhan.
Perbaikan dan pemeliharaan konstruksi MH
r. Pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance repairs)
Pipa dangkal
Pada pipa yang sering pecah akibat beban gerak
Pipa dalam
- Pada pompa
- Pada drop MH
s. Urutan pembersihan
Dengan bantuan rotan manila, kawat baja dapat dimasukkan kedalam
pipa yang akan dibersihkan
Menggunakan alat pemecah lumpur yang diikat pada kedua ujung baja,
dimulai atau dipasang mulai dari hilir. Alat ini dipilih yang sesuai dengan
ukuran pipa dan macam atau kondisi lumpurnya.
Dengan menarik kawat baja dari arah hulu, pemecahan lumpur terjadi
kearah hulu.
Dengan cara yang sama, gunakan alat pengeruk lumpur, sehingga lumpur
endapan yang telah pecah dapat dikeluarkan dari pipa.
Lumpur dapat diangkat keatas dengantali dan timba, dan dibuang ke TPA
sampah dengan pick up (mini truck)
t. Perbaikan pipa cabang persil dan SR
Biarpun pemeliharaan pipa persil adalah tanggung jawab pemilik persil,
namun badan pengelola pipa juga memberikan pelayanan dalam bentuk :
Jika SR buntu, maka pemilik rumah melapor kepada badan pengelola
pipa agar dilakukan pemeriksaan
Petugas akan memeperbaiki
Setelah diperbaiki, testing perbaikan dilakukan, sampai berjalan normal
Adapun segala biaya perbaikan ditanggung pemilik rumah/persil
u. Pendataan dan pelaporan
Laporan bulanan tentang sambungan rumah yang buntu
Laporan harian seluruh sistem saluran
Laporan mingguan seluruh sistem saluran
Laporan bulanan seluruh sistem saluran
Disamping saluran-saluran, juga alat-alat dan perlengkapan pipa yang
perlu dilaporkan, seperti : penggelontoran, rumah pipa (jika ada) dan
karakteristik pemompaan, dan lainya