Anda di halaman 1dari 31




STANDAR OPERASIONAL
DAN PEMELIHARAAN (SOP)

7.1. BANGUNAN IPAL


Proses pengolahan IPAL dilakukan dengan mengalirkan air limbah kedalam bak
pengurai (digester) pertama, selanjutnya dialirkan ke bak pengurai kedua. Bak
pertama dan kedua berfungsi sebagai pengendap sekaligus pengurai
sebagaimana fungsi tangki septik.

Proses pengolahan air limbah dilakukan oleh massa mikroba anaerobik yang
tumbuh melekat pada suatu media. Media tersebut dapat berupa kerikil/gravel
(2-3 cm), media alami lain (batok kelapa, marmer, batu bara) atau media
fabrikasi (bioball, packing plastik) membentuk lapisan lendir atau biofilm.

A. Ketentuan Umum
Ketentuan umum yang harus dipenuhi :
a. Tersedia lahan untuk penempatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
b. Dioperasikan untuk membantu meringankan pengolahan secara aerobik,
tergantung pada konsentrasi BOD air limbah
c. Dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah domestik antara lain dari
kegiatan rumah tangga, restoran, hotel, rumah sakit; air limbah industri
dengan karakteristik setara dengan air limbah domestik dengan ratio
BOD/COD ≥ 0,3
d. Lokasi penempatan tangki harus mudah dijangkau dalam
pembangunan, operasi dan pemeliharaan.
e. Air limbah dengan kandungan minyak dan lemak harus dilengkapi
dengan unit perangkap lemak sebelum dialirkan kedalam bak.

 SOP -1-






f. Dapat dibangun diatas permukaan tanah maupun tertanam dalam


tanah (underground).
g. Bak harus kedap air, tidak digunakan di daerah dengan permukaan air
tanah yang tinggi atau sering dilanda banjir.
h. Dapat diaplikasikan pada level rumah tangga atau skala kawasan
permukiman kecil. Khususnya yang memiliki cukup pasokan air untuk
mencuci pakaian, mandi, dan menggelontor kloset.

B. Ketentuan Teknis
Perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan yang baik pada bangunan IPAL
akan mampu mempertahankan stabilitas efisiensi pengolahan.
a. Bahan dan Konstruksi
 Bahan konstruksi IPAL dapat terbuat dari struktur beton, pasangan
batu bata, fiberglass dan kombinasinya.
 Terbuat dari bahan bangunan yang tahan terhadap asam.
 Pipa aliran masuk dan aliran keluar sesuai dengan ketentuan teknis
(terdapat perbedaan ketinggian yang memadai untuk proses aliran
pengolahan), umumnya berkisar (10 – 15) cm.
 Bangunan dilengkapi dengan ventilator (pipa udara) untuk
melepaskan biogas produk dari proses anaerobik. Pipa udara dibuat
sesuai dengan ketentuan.
b. Media IPAL
 Persyaratan Media
Media filter adalah bagian terpenting dari IPAL, pemilihan media
harus dilakukan dengan seksama disesuaikan dengan jenis air limbah
yang akan diolah. Media harus tahan korosi dan ringan dengan luas
permukaan spesifik dan volume rongga (porositas) yang besar sekitar
(70 – 95) %, sehingga dapat melekatkan mikroorganisme dalam
jumlah yang besar dan memiliki resiko kebuntuan yang kecil. Luas
permukaan spesifik dan volume rongga yang besar memungkinkan
untuk pengolahan air limbah dengan beban konsentrasi yang tinggi
dan memiliki efisiensi pengolahan yang cukup besar.

 SOP -2-






 Jenis Media
Media IPAL dapat dibuat dari bahan alami atau secara pabrikasi dari
bahan plastik atau bahan lainnya, berupa batu pecah (split), kerikil,
batu marmer, batu tembikar, batu bara (kokas) dan lainnya. Bahan
dibuat secara pabrikasi umumnya memiliki luas permukaan spesifik
yang cukup besar.
 Media Batuan dan Kerikil
Media batuan dan kerikil telah digunakan baik untuk IPAL tecelup
ataupun trickling filter sejak abad ke sembilan belas. Batu dan kerikil
bersifat inert dan tidak pecah dengan kekuatan mekanikal yang baik,
serta bahan tersebut mempunyai sifat kebasahan yang baik.
Salah satu kelemahan media dari kerikil adalah fraksi volume
rongganya sangat rendah dan berat. Akibat dari fraksi volume rongga
rendah jenis media ini mudah terjadi penyumbatan. Untuk mencegah
penyumbatan , jumlah ruangan diantara kerikil harus relatif besar.
Secara umum diameter celah bebas sebanding dengan ukuran kerikil.
Tetapi luas permukaan spesifik berbanding terbalik dengan ukuran
kerikil. Apabila kita menggunakan media kerikil dengan ukuran yang
besar untuk mencegah terjadinya penyumbatan, maka luas
permukaan spesifik menjadi kecil. Dengan luas permukaan spesifik
yang kecil, maka volume reaktor yang diperlukan untuk tempat
media menjadi besar.

Gambar 7.1. Contoh Media Kontaktor dari Bahan Batuan Alami

 SOP -3-






 Random atau Dumped Packing


Media jenis Random ditiru dari packing yang digunakan pada industri
kimia. Ada beberapa produk pabrikasi tersedia dalam berbagai luas
permukaan spesifik. Media jenis ini dimasukkan secara acak ke dalam
reaktor sehingga dinamakan random packing. Umumnya media ini
mempunyai fraksi rongga yang baik dan relatif tahan terhadap
penyumbatan dibandingkan mesh pads atau unggun kerikil. Karena
setiap bagian packing atau media dapat disesuaikan pada setiap
bentuk tanki atau vessel. Bahan random Packing umumnya terbuat
dari bahan PP (polypropylene) atau HDPE (high density polyethylene).
Kelemahan bahan random packing PP dan HDPE sangat hidrophobik
(tidak suka air). Sifat dapat basah (wetability) rendah, sehingga
memerlukan waktu berbulan-bulan untuk dapat basah total.

Gambar 7.2. Contoh Media Filter Random Packing

C. Pelaksanaan Konstruksi
a. Bangunan IPAL Biofilter Anaerobik dapat terbuat dari :
 Dinding bangunan dapat dibangun dari pasangan batu bata yang
dilengkapi dengan kolom dan ring pengikat dari beton dengan
memperhitungkan kondisi tanah dan pembebanan yang bekerja
sesuai perencanaan teknis bangunanBila kondisi tanah labil dan atau
dibangun di bawah badan jalan perkampungan, maka struktur
bangunan secara keseluruhan dibuat dari beton K350.
 Bangunan IPAL yang di fabrikasi dan terbuat dari bahan fiber, bila
ditanam dalam tanah, harus dilengkapi struktur penguat untuk
melindungi dari tekanan tanah horisontal maupun uplift air tanah.

 SOP -4-






b. Lantai bangunan dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan tebal 10


cm.
c. Penutup dibangun dengan konstruksi beton bertulang dengan tebal 10
cm terbagi dalam beberapa segmen untuk mempermudah
pemeliharaan.
d. Pipa dan aksesorisnya untuk kebutuhan IPAL dipilih dari bahan tahan
korosi antara lain PVC dan HDPE.
e. Bahan media filter dapat dipilih dari batuan dan plastic.
f. Sarana Penunjang :
 Sistim IPAL dilengkapi dengan ventilasi pelepas gas buang,
 Disetiap sekat atau bafel dibuatkan lubang penghubung antar
kompartemen (ruang) dalam bangunan IPAL.
 Disetiap ruang dibuatkan lubang inspeksi (manhole) dengan dimensi
(50 x 50) Cm untuk pemeriksaan, operasi dan perawatan sistem IPAL.
 Fasilitas penyedotan lumpur di setiap ruang atau kompartemen perlu
dipasang pipa diameter 4 inci di ruang filter sampai i ke dasar IPAL.
Pemasangan pipa ditempatkan langsung dibawah manhole.

D. Pekerjaan Persiapan
a. Lingkup pekerjaan persiapan meliputi :
 pengukuran dan pembersihan lokasi
 pemasangan patok-patok dan papan bowplank
 pembongkaran lantai rabat/paving eksisting
b. Pembersihan tanah pada daerah yang direncanakan, urugan,
pemotongan/ keprasan, pembabatan semak/ rumput, penimbunan
daerah-daerah rendah, penutupan lubang, pembuangan humus/ tanah
yang mengandung organik.
c. Memasang Papan Bangunan (bowplank/ papan piket).
 Bowplank dipasang sepanjang lokasi bangunan setiap jarak maksimal
5 m dan bowplank tidak boleh rusak atau hilang.
 Penetapan ukuran-ukuran dan sudut siku-siku harus diperhatikan
ketelitiannya dan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
sepenuhnya.

 SOP -5-






E. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan Galian Tanah Biasa
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan galian
adalah:
 Sebelum pekerjaan penggalian dimulai, teliti dulu keadaan
bangunan, kondisi tanah, air tanah dan kondisi kekuatan di bawah
tanah sekeliling tempat pemasangan;
 Buatlah saluran pipa pembuangan air;
 Di tempat pengerjaan penggalian :
 Ruangan yang digali akan tergantung pada cara penggalian
 Ukuran ruang yang digali harus 300 mm lebih besar dari ukuran
yang direncanakan;
 Kemiringan galian > 3/10.
b. Pekerjaan Penimbunan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan penimbunan
tanah:
 Jaga saat penimbunan agar tidak terjadi kerusakan pada tangki hasil
fabrikasi;
 Penimbunan dilakukan dengan pasir tanpa batu atau barang-barang
yang dapat merusak tangki;
 Padatkan dan rapihkan dengan tanah dan siram dengan air;
 Pada tahap ini, penimbunan pasir dilakukan sampai mencapai pipa
efluen.
c. Pekerjaan Pemindahan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan pemindahan
tanah:
 Tanah hasil galian dipindahkan ke lokasi yang telah ditentukan,
 Untuk kebutuhan penimbunan IPAL, 1/3 dari hasil galian dapat
dimanfaatkan untuk timbunan tersebut.
d. Pekerjaan Pemadatan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan pemadatan
tanah:

 SOP -6-






 Setelah pekerjaan penggalian, tanah runtuhan dan serpihan bekas


galian digunakan untuk pemadatan tanah pada dasar tanah.
 Pemadatan tanah, dasar pondasi dibuat 100 mm lebih dalam.
 Pemasangan pasir urug minimal 10 cm
e. Pemasangan Turap.
 Galian yang cukup dalam dan memiliki resiko kelongsoran, pada
pelaksanaannya perlu dipasang turap yang jenis, ukuran serta
jaraknya sesuai dengan kedalaman konstruksi. Jika tidak disebutkan
secara khusus dalam Gambar Rencana, maka harus tetap dipasang
turap untuk keamanan galian sesuai dengan kebutuhan kondisi di
lapangan.
 Untuk galian yang kedalamannya lebih dari 2,0 meter harus dipasang
turap menggunakan turap guna menghindari resiko kelongsoran
tanah. Turap harus dipasang sedemikian rupa sehingga
pencabutannya tidak merusak atau mengganggu konstruksi.

F. Pembangunan
Pembangunan IPAL yang dibuat ditempat :
a. Untuk pekerjaan pembuatan IPAL dari bahan beton bertulang,
mengikuti tata cara perhitungan beton bertulang gedung SNI 03-2847-
1992, SNI 03-4433-1997, SNI 03 – 2847 – 2002.
b. Untuk pekerjaan pembuatan IPAL dari pasangan bata yang kedap air ,
sesuai SNI: 03-0349-1989, SNI 03-4166-1996, SNI 03-6862-2002.

Tahapan pengerjaan IPAL diuraikan sebagai berikut :


a. Pekerjaan Persiapan
Lingkup pekerjaan persiapan meliputi :
 Pengukuran dan pembersihan lokasi
 Pemasangan patok-patok dan papan bowplank
 Pembongkaran lantai rabat/paving eksisting
b. Pembersihan tanah
Pembersihan tanah dilakukan pada daerah yang direncanakan, urugan,
pemotongan/ keprasan, pembabatan semak/ rumput, penimbunan

 SOP -7-






daerah-daerah rendah, penutupan lubang, pembuangan humus/ tanah


yang mengandung organik.
c. Memasang Papan Bangunan (bowplank / papan piket).
 Bowplank dipasang sepanjang lokasi bangunan setiap jarak maksimal
5 m dan bowplank tidak boleh rusak atau hilang.
 Penetapan ukuran-ukuran dan sudut siku-siku harus diperhatikan
ketelitiannya.

G. Pekerjaan Beton
a. Semua pekerjaan beton bertulang dan tidak bertulang harus mengikuti
Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971) atau sesuai SNI yang berlaku
sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini.
b. Kecuali disebutkan dalam gambar kerja, maka semua beton bertulang
struktur utama memakai beton K-350.
c. Lingkup pekerjaan beton ini meliputi:
 Pembuatan control box dengan tebal dinding 10 cm
 Pembuatan Bangunan IPAL dengan tebal plat bawah= 25 cm, tebal
dinding= 20 cm, dan tebal plat atas= 20 cm.
 Pembuatan Balok 25/30 di Bangunan IPAL
 Pembuatan Kolom 25/25
 Pembuatan pondasi Straus Pile
 Pekerjaan Sloof 15/15 di rumah pompa
 Pekerjaan Kolom 15/15 di rumah pompa
d. Bagi pekerjaan beton bertulang harus dipakai baja tulangan sesuai
gambar masing-masing sedang kawat pengikatnya harus dari baja lunak
dengan diameter minimum 1 mm.
e. Semua campuran beton bertulang harus dibuat ”mix design” nya
terlebih dahulu untuk mendapatkan mutu yang diinginkan. Additive
dapat digunakan untuk pembuatan beton kedap air, additivie
ditambahkan pada saat mixing beton.
f. Bahan-bahan dan Pengerjaannya :
 Bahan - bahan pekerjaan beton, agregat halus dan kasar serta air
sesuai dengan SNI 03-6821-2002.

 SOP -8-






 Bahan – bahan bangunan tersebut harus di simpan ditimbun pada


tempat terpisah yang memudahkan pekerjaan.
 Media filter sesuai dengan spesifikasi dalam dokumen perencanaan
 Perpipaan, valve dan assesori lainnya.
g. Komposisi / Campuran Beton
Untuk campuran ini harus diadakan suatu rencana campuran (mix
design) untuk mendapatkan mutu beton K – 350, dengan pemakaian
campuran sesuai dengan perbandingan.
h. Pengujian Beton
Banyaknya air yang dipakai harus diatur sedemikian rupa dan disesuaikan
dengan kadar air dan gradasi agregat, sehingga kubus-kubus
percobaan harus dibuat dan diuji sesuai PBI 1971. Penyedia Jasa harus
memeriksa mutu beton yang digunakannya di pekerjaan ini pada
laboratorium yang disetujui oleh Direksi. Penyedia Jasa juga menyediakan
peralatan yang diperlukan untuk membuat contoh-contoh benda uji
yang pembuatannya harus dilakukan oleh petugas-petugas yang
terlatih.
i. Pencampuran dan Pengadukan Beton
Alat pengukur bahan-bahan beton harus disediakan dan memiliki
ketelitian yang cukup untuk menguji volume setiap bahan pembentuk
beton. Alat-alat pengaduk beton yang baik harus disediakan, dan
disetujui Direksi. Bahan-bahan pembentuk harus dicampur dan diaduk
dalam Concrete mixing Plant atau portable continuous mixer minimal 1,5
menit sesudah bahan masuk ke dalam mixer. Waktu pengadukan harus
ditambah bila tidak didapat hasil yang merata dan warna yang
seragam. Pengadukan yang berlebihan dan penambahan extra air untuk
mendapat konsistensi beton yang dikehendaki, tidak diperbolehkan.
Beton tidak boleh dicampur atau diaduk hanya dengan tangan (hand
mixing).
j. Pengangkutan Beton
Beton yang harus diangkut dari mixer ke tempat pengecoran dalam
container yang kedap air dengan secepatnya, dan dituangkan dalam
bekisting secara berhati-hati tanpa menimbulkan pemisahan bagian-

 SOP -9-






bagian campuran. Adukan harus diangkut sedemikian sehingga dapat


dicegah perubahan konsistensi beton yang diinginkan.
Beton dapat diangkut dengan gerobak dorong, concrete pump atau
alat-alat lain atas persetujuan Direksi.
k. Pengecoran dan Pemadatan Beton.
 Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilakukan, semua pekerjaan
bekisting, baja-baja tulangan, dan instalasi lain yang harus ditanam
dalam beton harus sudah dipasang lebih dahulu.
 Cetakan-cetakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan jalan
menyemprotkan air atau kompressor sehingga kotoran hilang dari
dalam cetakan.
 Beton harus dicor pada tempat-tempat pekerjaan secepat mungkin
setelah pencampuran dan pengadukan dan dipadatkan dengan
mechanical vibration. Lama pemadatan dengan vibrator tersebut
harus disesuaikan dengan tipe alat yang dipakai (tidak boleh terlalu
lama, sekitar 30 detik). Beton harus sudah dicor dalam waktu kurang
dari 1 jam, setelah pengadukan.
 Sambungan-sambungan pengecoran harus dibersihkan, dibasahi dan
kemudian dilapisi dengan air semen sebelum dilakukan pengecoran
beton baru. Pencampuran / penumbukan kembali beton yang sudah
mengikat tidak diperkenankan. Adukan beton tidak boleh dituangkan
terlalu tinggi sehingga bisa mengakibatkan terjadi pemisahan /
segregasi agregat (maksimal 1,5 m).
 Alat-alat penuang harus selalu bersih dan bebas dari lapisan beton
yang telah mengeras.
 Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh
tanah harus diberi lantai kerja dari beton tak bertulang campuran 1 : 3
: 5 setebal 5 cm untuk menjamin duduknya tulangan dengan baik
dan tidak ada penyerapan air semen ke dalam tanah.
 Pada penyetopan / pemotongan pada penuangan beton harus
berbentuk satu sudut (lereng terjal) dan tidak boleh vertikal. Selama
hujan yang dapat berpengaruh kepada campuran beton, maka
pengecoran tidak diperkenankan.

 SOP -10-






l. Bekisting
 Harus dibuat sedemikian sehingga beton dapat dengan baik
ditempatkan, dipadatkan dan tidak terjadi perubahan bentuk acuan
selama pengerasan beton berlangsung.
 Rencana (design) seluruh cetakan / acuan menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa dan untuk acuan-acuan tertentu terlebih dahulu harus
diajukan ke tim pengawas / Direksi untuk mendapatkan persetujuan,
sebelum rencana acuan dilaksanakan.
 Sesuai dengan persyaratan pada beton, bahan untuk acuan papan
bekisting dapat menggunakan papan meranti 2/20 dengan penguat
dari kayu atau balok ukuran 2/3 atau 3/5.
 Permukaan cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan air,
kemudian diberi lapisan minyak khusus untuk expose (form oil)
pertama agar tidak terjadi penyerapan air semen pada beton yang
baru dituangkan, dan di samping itu juga untuk mencegah lekatnya
beton pada cetakan. Penggunaan minyak harus berhati-hati jangan
sampai besi tulangan dan begel terkena minyak karena mengurangi
daya lekat beton dengan tulangan.
 Bekisting tak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan
khusus yang cukup memikul dua kali berat sendiri. Pembongkaran
cetakan harus dilaksanakan dengan berhati-hati sedemikian sehingga
tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton. Setelah
pembongkaran bekisting harus tetap dihasilkan sudut-sudut yang
tajam dan tidak pecah.
m. Perawatan Beton
Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama paling
sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus-menerus minimal 2 minggu,
antara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah. Pada
hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak
boleh diganggu. Sangat dilarang untuk mempergunakan lantai yang
belum cukup mengeras sebagai tempat penimbun bahan-bahan atau
sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan yang berat.

 SOP -11-






n. Pembukaan Cetakan Beton


Waktu dan cara pembukaan cetakan beton harus sesuai dengan PBI
1971 dan SNI 03-2834-1993. 1. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal . Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan-kerusakan beton. Permukaan-permukaan beton
yang tidak beraturan harus segera diperbaiki.
o. Perbaikan Permukaan Beton
 Permukaan-permukaan beton akan diuji oleh Direksi guna
menentukan apakah ketidakteraturan permukaan berada dalam
batas toleransi yang diijinkan.
 Kerusakan yang perlu dibongkar dan diperbaiki ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, rusak karena cetakan, lubang karena keropos,
ketidakrataan oleh pengaruh sambungan dan bergeraknya cetakan,
dan sebagainya.
p. Penutup Beton
Penutup beton harus dibuat sedemikian sehingga tebalnya tak kurang
atau tak lebih dari toleransi yang diijinkan. Pembuatannya harus betul-
betul direncanakan, tidak mudah berubah ketebalannya sewaktu-waktu
diadakan pengecoran. Ketebalan minimum penutup beton harus
memenuhi persyaratan PBI 1971 Bab 7.
q. Beton ready mix
 Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh
Direksi dan harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada bagian
ini. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk mengusahakan agar
beton memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini termasuk
pengendalian mutu.
 Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi
oleh pemasok, Direksi dapat menarik kembali persetujuannya dan
mengharuskan Penyedia Jasa mengganti pemasok.
 Beton harus diangkut dengan truk mixer yang terus menerus berputar
dengan kecepatan sesuai ketentuan dari pabrik.
 Penyedia Jasa harus menyediakan di lapangan satu mixer drum
dengan kapasitas minimum 12m3 dan menjaganya agar tetap dalam

 SOP -12-






kondisi jalan untuk dipakai bila terjadi gangguan dalam pemasokan


ready mix. Penyedia Jasa juga harus menyediakan juga material yang
memadai untuk dipakai dengan mixer cadangan tersebut.
 Penyedia Jasa harus mengatur agar Direksi dapat memeriksa alat
pembuat beton ready mix bilamana diperlukan.
 Penyedia Jasa harus memiliki data-data dari pemasok ready mix yang
menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini telah
dipenuhi oleh pemasok yang bersangkutan. Proporsi campuran
bahan-bahan dari setiap mixer harus terus didata.
 Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan waktu pengadukan
dan penambahan air, dikirim bersama pengemudi truk dan diparaf
oleh pencatat waktu yang bertanggung jawab di tempat
pengadukan (batching plant). Penambahan air setelah keluar dari
tempat pengadukan harus dibawah pengawasan Direksi. Sama sekali
tidak diperkenankan penambahan air pada waktu pengecoran.
r. Pekerjaan Beton Rabat.
 Beton rabat adalah campuran 1 pc : 3 ps : 6 kr tebal 5 cm
dilaksanakan pada seluruh lantai kerja unit Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) IPAL beserta unit penunjangnya.
 Pelaksanaan beton rabat di bawah lantai dasar sebelum
pemasangan plat lantai dasar.
s. Baja Tulangan.
 Semua baja tulangan yang dipakai harus baru, bebas karat.
 Mutu baja yang dipakai adalah batang baja billet berulir grade U-39
dan polos U-24 sesuai dengan standar Indonesia NI – 2 PBI 1971 dan
mendapat persetujuan Direksi. Pemakaian untuk setiap jenis baja
tulangan, disesuaikan dengan gambar.
 Apabila diperlukan, Penyedia Jasa harus dapat memberikan sertifikat
baja tulangan yang dipakai dari laboratorium pengujian bahan, dan
atau pabriknya. Sebelum baja tulangan didatangkan ke tempat
pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan dulu contoh-
contohnya. Jika kemudian baja tulangan yang didatangkan tidak
sesuai dengan contoh yang diserahkan, Direksi dapat mengafkir baja

 SOP -13-






tulangan tersebut dan segala kerugian menjadi tanggung jawab


Penyedia Jasa.
 Baja tulangan harus dibengkok / dibentuk dengan teliti sesuai dengan
kebutuhan bentuk dan ukuran yang tertera dalam gambar-gambar
rencana.
 Sebelum dipasang, semua baja tulangan harus bersih dari serpihan-
serpihan, karat, minyak serta gemuk yang dapat mengurangi daya
rekatnya.
 Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar, diikat
pada tempatnya dengan kawat pengikat, klem khusus, diganjal
balok-balok atau sisi-sisi besi, spacer atau gantungan-gantungan,
sehingga dijamin tidak terjadi pergeseran-pergeseran pada waktu
pengecoran beton.
 Penyambungan tulangan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
berlaku. Penyambungan tulangan tidak boleh dilakukan pada satu
tempat melebihi 1/3 jumlah tulangan yang ada.

H. Pekerjaan Pasangan Plesteran


a. Pekerjaan pemasangan batu kali belah 15/20 cm menggunakan
campuran 1 Pc : 3 Ps.
b. Pekerjaan pemasangan dinding bata merah (5x11x22) cm tebal 1 bata,
tinggi s/d 2 m menggunakan spesi campuran 1 PC : 4 Ps.
c. Pekerjaan plesteran tebal 15 mm menggunakan spesi campuran 1 Pc : 4
Ps.
d. Pasangan Batu Kali.
 Pondasi batu kali dipasang setelah didasari pasir urug yang
dipadatkan setebal 5 cm dan beton rabat setebal 2 cm
 Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung
penghentian harus bergerigi agar pada penyambungan berikutnya
terjadi ikatan yang kokoh.
 Didalam pondasi tidak boleh terdapat rongga atau celah.

 SOP -14-






e. Pelaksanaan Plesteran
 Persiapan
 Untuk mengerjakan dinding bata dan permukaan beton harus
diberikan cukup waktu. Tidak boleh memulai pekerjaan plesteran
sampai dinding betul – betul kering.
 Permukaan pasangan bata harus bersih dari kotoran, sebelum
dilakukan plesteran.
 Pada permukaan pasangan bata pekerjaan plesteran dapat
segera dimulai setelah pasangan bata kering.
 Pelaksanaan
 Guna penyelesaian muka beton dan dinding dipasang plesteran
dengan tebal lapisannya tidak kurang dari 1,5 cm, kecuali
ditentukan lain.
 Lapisan harus dibentuk sedemikian rupa hingga merupakan
permukaan yang rata, plesteran harus dilaksanakan dengan
memakai alat penghampar dari kayu dan disebarkan ke pinggir –
pinggir dengan memakai alat perata adukan sampai permukaan
rata dan halus.
 Plesteran harus dibiarkan basah selama paling sedikit dua hari
setelah dipasang.
 Plesteran dibasahi secukupnya begitu plesteran telah mengeras
untuk menghindari kerusakan. Waktu kering dan panas, plesteran
harus dijaga agar tidak terjadi penguapan terlalu banyak dan
tidak rata.
 Acian
 Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan diatas,
selanjutnya permukaan plesteran tersebut diaci semen dan air
pada saat plesteran sudah kering atau lebih plesteran berumur 7
hari.
 Acian harus dilaksanakan secara menyeluruh pada permukaan
plesteran.

 SOP -15-






f. Pasangan Batu Bata


 Persiapan
 Penyedia Jasa wajib koordinasi dengan Penyedia Jasa pekerjaan
struktur atau Penyedia Jasa pekerjaan M/E dalam hal
pemasangan pipa, kabel, sparing – sparing, angkur – angkur dan
lain – lain yang menembus / masuk ke dinding agar pekerjaan
dapat terlaksana secara sistematis. Kelalaian dalam hal ini menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa utama. Melakukan pengukuran
terhadap leveling pada bidang horisontal dan vertikal agar
kerataan / kelurusan pemasangan lebih akurat.
 Sebelum dipakai batu bata direndam dahulu dalam air selama
lebih dari 5 menit.
 Pelaksanaan
 Pasangan bata untuk dinding dipasang tegak lurus dan rata, jarak
pasangan bata satu ke bata diatasnya 1 cm, diberi adukan dasar
dan diberi adukan pengikat dengan baik. Setiap pasangan tidak
boleh lebih dari 1,00 m baru boleh dilanjutkan setelah betul – betul
mengeras. Begitu pula mencapai ketinggian 1,00 m, kolom praktis
segera dicor.
 Bata yang digunakan untuk pekerjaan pasangan tidak diijinkan
berupa potongan – potongan, kecuali ada pengakhiran yang
besarnya minimum 1,5 % bagian bata.
 Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding harus selalu terlindung dari
hujan lebat.

I. Pemasangan Peralatan
Peralatan pada sistim IPAL umumya bersifat situasional disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan mengikuti spesifikasi perencanaan yang ada. Beberapa
peralatan yang harus dipasang antara lain :
a. Pemasangan pompa, apabila air limbah tidak dapat dialirkan secara
gravitasi.
b. Pemasangan valve atau kran yang diperlukan pada sistim perpipaan,
seperti kran pada pipa untuk penyedotan lumpur di bawah media.

 SOP -16-






c. Pemasangan atau penempatan media filter baik yang menggunakan


media alami, media pabrikasi yang terstruktur atau bukan harus mengikuti
petunjuk pemesangan sesuai dengan spesifikasi perencanaannya.

J. Uji Coba Pengoperasian


a. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan
dapat berfungsi dengan baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis
yang diminta diwajibkan dilakukan pengujian pada seluruh pekerjaan
dengan standard uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam
peraturan atau spesifikasi peralatan.
b. Pengujian ini dilaksanakan di bawah pengawasan tenaga ahli di bidang
konstruksi IPAL
c. Semua bahan yang kurang baik ,pemasangan yang kurang sempurna
yang diketahui saat pemeriksaan/pengujian harus segera diganti dengan
yang baru/disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan
sesuai standard uji yang ada.
d. Pengujian berupa :
 Pemeriksaan Visual, meliputi kondisi struktur bangunan, keseragaman
media, tata letak media, posisi manhole, pipa vent pelepas biogas,
posisi inlet dan outlet, kelengkapan fasilitas perpipaan untuk
penyedotan lumpur dan kelengkapan assesori lainnya sebagaimana
tertuang dalam dokumen perencanaan.
 Pemeriksaan pekerjaan sambungan, meliputi sambungan perpipaan
dan assoriesnya.
 Pengujian hidrolik dengan mengalirkan air kedalam IPAL, meliputi:
 Uji aliran, apakah air dapat mengalir dengan baik, lalu ukur
perbedaan elevasi muka air pada titik inlet dan outlet IPAL dimana
muka air outlet harus lebih rendah, uji pemerataan aliran dalam
media dengan memasukkan tracer berwarna pada air influen,
tracer biasanya digunakan larutan KMnO4 atau zat warna lain.
 Uji kebocoran, dengan cara menghentikan aliran dan beri tanda
muka air tertinggi, air didiamkan dalam IPAL minimal 24 jam, lalu
dilihat apakah terjadi penurunan muka air atau tidak. Ulangi

 SOP -17-






pengujian, minimal 2 kali dengan cara yang sama untuk


memastikan bahwa IPAL tidak mengalami kebocoran. Bila terjadi
kebocoran lakukan pembongkaran media, IPAL dikeringkan dan
dilapis dengan cat Waterproof
 Semua Pengujian harus dicatat dan ditanda tangani bersama.

K. Uji Coba Pengoperasian


a. Uji kebocoran melalui tes hidrolik dengan mengalirkan dan mengisi air
kedalam sistem IPAL, ditunggu (1-3) hari untuk melihat apakah terjadi
kebocoran dengan cara mengamati terjadinya penurunan muka air
dalam IPAL.
b. Langkah awal yang harus dilakukan pada pengoperasian IPAL adalah
melakukan pembenihan dengan cara merendam media dalam karung
berpori (goni) ke dalam saluran drainase yang diperkirakan banyak
mengandung mikroorganisme pengurai bahan organik di dalam air
limbah.
c. Pertumbuhan biofilm diamati setelah kurang lebih dua minggu atau 20
hari dengan ditandai adanya gelembung-gelembung gas yang naik ke
permukaan dan permukaan media licin bila dipegang. Bila diperlukan
tambahkan bibit bakteri anaerobik kedalam unit pengendap IPAL. Bibit
dapat berasal dari effluen tangki septik yang telah lama beroperasi, dari
kotoran sapi atau kambing yang telah dicampur dengan air, bibit bakteri
septik tank yang telah banyak dijual dipasaran.
d. Setelah pembenihan dirasa cukup,masukan media ke ruang IPAL dan
segera diisi dengan air limbah agar biofilm yang telah tumbuh tidak mati
e. Air limbah dialirkan secara kontinyu ke IPAL, dimana air limbah akan
melewati ruang pengendap awal untuk mengendapkan padatan
tersuspensi dan padatan lainnya. Ruang pengendap, selain sebagai bak
pengendapan, juga berfungsi sebagai pengontrol aliran, pengurai
senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.
f. Efluen dari pengendap awal akan mengalir ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari bawah ke atas secara kontinyu.

 SOP -18-






g. Jumlah kompartment dalam IPAL bisa dibuat lebih dari satu sesuai
dengan kualitas dan kuantitas air limbah yang akan diolah.
h. Dari bak kontaktor anaerob, air dialirkan ke ruang pengendap akhir. Di
dalam ruang ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme
diendapkan dan dipompa kembali ke bak pengendap awal dengan
pompa sirkulasi lumpur.
i. Kemudian air limpasan (over flow) mengalir ke bak klorinasi. Di dalam bak
kontaktor klor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa klor untuk
membunuh mikrorganisme patogen. Setelah itu, air limbah dialirkan
melalui pipa outlet menuju badan air.
j. Stabilitas kualitas efluen IPAL umumnya tercapai setelah pengoperasian
selama kurun waktu 3 bulan.
k. Pengujian kualitas effluen IPAL dilakukan secara periodik dalam 3 bulan
saat awal operasi. Masing-masing satu kali pengujian dalam sebulan.
Sehingga dalam 3 bulan total pengujian sampel air dari IPAL adalah 6 kali
Parameter pengujian sampel air meliputi: BOD; COD;TSS; E.coli
l. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium-laboratorium yang
terakreditasi atau yang diakui oleh Pemerintah.

L. Pemeliharaan
Penyebab utama dari permasalahan pada IPAL adalah terjadinya
penyumbatan yang menyebabkan kurang efektifnya kinerja biofilm. Media dari
batuan sering mengalami penyumbatan sebesar 35 % volume rongga, oleh
karenanya pemilihan media dengan porositas diatas 60% sangat dianjurkan.
Penyumbatan terjadi karena terbawanya padatan tersuspensi dari ruang
pengendap (tangki septik) menuju ke ruang IPAL.

Pengecekan ketinggian lumpur dalam ruang pengendap dianjurkan dilakukan


setiap 6 bulan sekali, untuk mengetahui ketinggian kritis lumpur yang diijinkan,
agar tidak terbawa menuju ke ruang pengendap. Akumulasi lumpur perlu di
kurangi dengan melakukan penyedotan lumpur secara periodik.

 SOP -19-






Kontrol pada media filter perlu dilakukan secara periodik dengan membuka
manhole dan bila terjadi penyumbatan dapat dibersihkan meggunakan air
bertekanan dengan bantuan “ Water Jet Pump”. Pembersihan dilakukan
dengan pengosongan ruang IPAL dengan menyedot air menggunakan pompa
melalui sistim perpipaan yang telah disediakan.

M. Perawatan dan evaluasi IPAL antara lain:


a. Ruang Tangki Septik
Ruang pengendap meliputi lokasi, umur, ukuran dan desain awal dari tangki
septik. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkirakan kondisi di
atas hanya dapat dilakukan dengan cara pemompaan tangki septik, inspeksi
atau pengamatan visual. Kondisi-kondisi luar yang dapat mempengaruhi
kinerja ruang pengendap dan IPAL antara lain kondisi tanah, drainase atau
banjir dan level air tanah yang terlalu tinggi.
b. Akumulasi lumpur dan scum
Tingginya level lumpur atau scum yang terlalu tebal dapat terbawa aliran
keluar sehingga akan mengganggu sistem IPAL. Ketebalan dan tingginya
lumpur dapat dicek melalui lubang inspeksi yang ada pada ruang
pengendap.
c. Kondisi plumbing bangunan, yang mengalirkan air limbah ke IPAL sangat
berpengaruh terhadap kinerjanya. Perubahan debit air limbah ke ruang
pengendap perlu diperhatikan apakah debit limbah yang masuk masih
sesuai dengan kapasitas tangki septik yang telah terpasang. Beban yang
terlalu besar bagi IPAL dapat diindikasikan dengan lambatnya aliran air saat
kita menyiram air ke WC.
d. Jenis limbah yang masuk
Air limbah ke IPAL digunakan hanya untuk air limbah non toksik. Limbah-
limbah toksik seperti pestisida atau bahan pemutih, dalam jumlah cukup
dapat mengganggu bakteri yang hidup di dalam tangki septik.
e. Material atau bahan yang tidak siap untuk terurai seperti kain lap, tulang,
puntung rokok, popok (pampers) dan lain-lain, sebaiknya tidak masuk ke IPAL
meskipun untuk bahan-bahan yang dikatakan biodegradable. Sebab bahan-

 SOP -20-






bahan ini tidak dapat terurai dalam ruang pengendap bahkan dapat
menyumbat sistim plumbing dalam IPAL.
f. Pengurasan IPAL
Hal-hal yang mempengaruhi frekuensi pengurasan ruang pengendap
dalam IPAL antara lain:
 Jumlah orang yang mempunyai kontribusi limbah ke IPAL.
 Prosentase volume limbah padat (tinja) dari total limbah yang masuk
ke dalam IPAL.
 Memfungsikan IPAL selain untuk limbah dari kegiatan mandi dan
kakus, misalnya buangan dari dapur dan lain-lain. Diperkirakan
buangan dari dapur yang masuk ke IPAL akan mempercepat atau
menambah lumpur dalam ruang pengendap lebih cepat sebanyak
50% dibanding jika hanya berasal dari buangan toilet dan kamar
mandi saja
 Penentuan waktu pengurasan
 Waktu pengurasan dapat ditentukan dengan mengontrol
kedalaman lumpur dalam ruang septik. Kontrol dapat dilakukan
dengan tongkat dibalut kain bekas berwarna terang. Penentun
pengurasan perlu mengetahui kondisi atau volume lumpur atau scum
yang ada dalam ruang pengendap. Ruang pengendap dalam IPAL
perlu dikuras jika:
 Ketinggian lumpur kurang lebih 1/3 dari kedalaman ruang
pengendap,
 Ketebalan scum telah mencapai 10 cm dari bagian baffle atau
sekat outlet atau lubang bawah sanitary tee jika
menggunakannya.
Langkah-langkah untuk mengukur ketebalan scum antara lain:
 Masukkan tongkat dengan panjang cukup melalui manhole
sampai ujung tongkat menyentuh bagian bawah baffle atau
bagian bawah tee sanitary dari pipa effluen.
 Tandai tongkat untuk mengindikasi posisi bawah baffle atau tee
sanitary terhadap posisi tertentu, misalnya bagian atas ruang
pengendap

 SOP -21-






 Angkat tongkat setelah dapat dirasakan atau melihat bagian


bawah dari lapisan scum.
 Tandai lagi posisi dari scum ini, pada tongkat dengan acuan posisi
yang sama dari langkah ke tiga.
 Jika jarak antara dua tanda ini hanya 10 cm atau kurang, maka
tangki perlu dikuras atau jika permukaan scum hanya berjarak 3
cm dari bagian atas merupakan indikasi lainnya bahwa tangki
perlu dikuras.
 Ketinggian Lumpur
Langkah-langkah untuk mengukur ketinggian lumpur dalam Ruang
Pengendap IPAL:
 Ambil tongkat yang panjang kira-kira dapat menjangkau dasar
ruang pengendap IPAL ( 2,5 m), balut ujung tongkat sepanjang
1 meter dengan tali atau kain putih.
 Masukkan tongkat dimana bagian yang dibalut di bawah dan
masuk ruang pengendap IPAL . Tempat kontrol yang ideal adalah
pada bagian dekat outlet sebagaimana pada pengukuran scum.
 Tahan tongkat beberapa waktu (beberapa menit  10 menit).
 Angkat tongkat dan ukur panjang bekas lumpur yang menempel
pada lilitan tali
 Jika ke dalam lumpur sudah mencapai 30 – 40 cm dari mulut pipa
outlet, maka ruang pengendap IPAL harus di kuras atau lumpur
dipompa.
Pengukuran di atas merupakan langkah yang paling akurat untuk
menentukan kapan ruang pengendap IPAL perlu dikuras. Namun jika
hal di atas tidak memungkinkan untuk dilakukan, ada ketentuan yang
biasa digunakan untuk menentukan waktu pengurasan ruang
pengendap atau tangki septik. Ketentuan ini didasari pada volume
tangki septik dan jumlah pengguna.

 SOP -22-






Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penguras IPAL antara lain:


a. Dalam melakukan perawatan atau pada saat pemompaan tidak
dianjurkan untuk masuk ke dalam ruang pengendap karena berbahaya
bagi kesehatan.
b. Dalam melakukan pengurasan sebaiknya melalui manhole, bukan
melalui pipa inlet ataupun outlet sehingga kerusakan pada pipa
inlet/outlet dapat terhindari terutama yang menggunakan sanitary tee.
c. Pengurasan sebaiknya menggunakan pompa vakum atau pompa
sentrifugal yang terhubung langsung dengan truk pengangkut lumpur
tinja dan dalam kondisi yang terisolasi.
d. Melakukan pengadukan pada lumpur yang ada dalam ruang
pengendap, pada saat lumpur tinggal sedikit. Hal ini dilakukan untuk
menghindari padatan yang tertinggal dalam tangki septik. Proses
pengadukan dapat dilakukan dengan beberapa metode yang
bervariasi seperti dengan menggunakan udara, backflushing. Dalam
pengadukan dengan flushing perlu diperhatikan bahwa level air dalam
tangki septik tidak boleh lebih dari 30 cm dari pipa outlet.
e. Setelah isi ruang pengendap habis terkuras perlu dilakukan inspeksi
kondisi IPAL seperti kondisi baffle outlet atau sanitary tee apakah masih
dalam kondisi baik atau tidak, kondisi vent dan lubang inspeksi harus
dicek dan dipastikan berfungsi dengan baik.
f. Setelah dirasa semua sistem baik maka tangki diisi dengan air kembali.

 SOP -23-






Tabel 1. Waktu Pengurasan Tangki Septik Berdasarkan Jumlah Penghuni dan


Ukuran Tangki Septik
Jumlah pemakai tangki septik (jiwa)
Ukuran Tangki
Frekuensi pengurasan (tahun)
Septik, m3
1 2 3 4 5 6
1,8 5,8 2,6 1,3 1,0 0,7 0,4
2,8 9,1 4,2 2,6 1,8 1,3 1,0
3,4 11,0 5,2 3,3 2,3 1,7 1,3
3,6 12,4 5,9 3,7 2,6 2,0 1,3
4,7 15,6 7,5 4,8 3,4 2,6 2,0
5,7 18,9 9,1 5,9 4,2 3,3 2,6
6,6 22,1 10,7 6,9 5,0 3,9 3,1
7,2 25,4 12,4 8,0 5,9 4,5 3,7
8,5 28,6 14,0 9,1 6,7 5,2 4,2
9,5 31,9 15,6 7,5 7,5 5,9 4,8

N. Perbaikan atau Rehabilitasi


Bila umur teknis unit bangunan IPAL sudah mencapai batas perencanaan,
maka perlu dilakukan perbaikan – perbaikan antara lain :
a. Penggantian media filter, dilakukan dengan cara menghentikan
operasional, selanjutnya media filter diangkat dan diganti dengan yang
baru
b. Bila struktur bangunan terbuat dari fiber glass, seringkali dilakukan
penggantian IPAL secara keseluruhan
c. Perbaikan sistim perpipaan perlu dilakukan lebih sering, karena umur pipa
dari bahan PVC jauh lebih pendek dari umur konstruksi beton.
Penggantian perpipaan maksimal setiap 5 tahun apabila pipa tidak
terkena cahaya matahari.
d. Bila kapasitas pelayanan bertambah, maka dapat dilakukan up-rating
dengan menambah kompartemen IPAL.

 SOP -24-






7.2. GREASE TRAP

 SOP -25-






7.3. JARINGAN IPAL


a. Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk proteksi invenstment
terhadap gangguan-gangguan, kerusakan-kerusakan, misalnya
pemeliharaan dalam operasional diperlukan pemeliharaan sistem perpipaan
dengan baik.
b. Pemeliharaan pencegahan (Preverentive Maintenance)
 Suatu perencanaan dan penjadwalan perencanaan operasi untuk
memperkecil gangguan-gangguan dan koreksi setempat hal-hal yang
kurang efisien
 Hal ini perlu menempatkan tenaga cakap dan trampil, agar sedini mungkin
sistem saluran dipelihara dengan baik sebelum terjadi masalah serius atau
bahkan kerusakan berat
 Pemutahiran data melalui as build drawing yang ada dan survey
identifikasi kemungkinan titik-titik yang sering menimbulkan masalah, semua
diplot dalam peta dan diprogramkan jadwal pemeliharaannya
c. Pemeliharaan perbaikan (correctiv maintenance)
Kegiatan pemeliharaan perbaikan adalah dengan cara reparasi atau
mengganti bagian-bagian yang jelek atau bagian-bagian yang rusak
d. Peralatan untuk pengoperasian dan pemeliharaan
 Peralatan utama
Truk, kapasitas 2,50 ton
Kabel baja fleksibel, 300 m
Pemotong akar
Penyemprot air bertekanan, combie set, 300 m
Sikat saluran
Ember pasir, sekop, dan penyeretnya
Tangki penggelontoran
Rotan manila atau tongkat saluran dari kayu, yang dapat saling mengunci,
150 m
Alat pemecah lumpur
Alat pengeruk
Alat penggulung kawat baja
Alat pengangkut kotoran

 SOP -26-






 Peralatan bantu (tidak utama)


Truk,kapasitas 2,50 ton
 Alat keamanan/keselamatan
Detektor gas H2S
Detektor gas CO
Detektor gas combustible
Pengaman lalu lintas
e. Permasalahan hidrolis
Tinja yang dibuang ke saluran/ WC, umuny abersifat padat karena jenis
makanan yang berserat, mengakibatkan pengaliran tinja dalam saluran
cendrung lambat dan mengendap apabila air penggelontornya kurang
mamadai. Sehingga perlu flushing dengna debit penggelontor yang cukup
deras secara berkala.
f. Permasalahan endapan
Endapan pada saluran AL tidak hanya terdiri dari bahan tinja saja, tapi juga
pasir, lumpur-limpur tanah akibat erosi bersama aliran limpasan air hujan,
sampah yang masuk melalui lubang MH.
Akumulasi lumpur dan sampah tersebut akan membentuk endapan yang
menghambat pengaliran air dalan terjadi proses pembusukan didalam
saluran yang menimbulkan gas berbahaya (gas metan). Sehingga :
 Drainase pada daerah jalur pipa AL harus diperbaiki.
 Gunakan tutup MH type solid cover
 Berikan spesifikasinya kepada Dinas PU agar pada setiap perbaikan atau
peninggian jalan selalu diikuti selalu diikuti kerangka dan tutup MH
 Pendidikan dan penyuluhan masyarakat dengan melarang membuang
sampah kedalam MH
 Sering diadakan inspeksi pada setiap Mainhole dan saluran AL, agar setiap
gangguan yang terjadi sedini mungkin dapat ditangani.
g. Permasalahan tutup MH
Sering tutup MH yang terbuat dari besi/ baja, hilang.
Penanganan :
 Konstruksi tutup MH pada perletakannya diberi pen dan kunci
 Dihindarkan jalur pipa berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat

 SOP -27-






 Pendidikan dan penyuluhan masyarakat, serta penerapan hukum


h. Permasalahan akar pohon masuk kedalam akar pipa
Seringterjadi akar-akar pohon yang melalui dibawah saluran, makin lama
dapat mengangkat badan saluran, sehingga aliran terganggu. Demikian
juga serabut akar-akarnya, ada yang masuk melalui celah-celah sambungan
yang retak. Disamping dapat mengakibatkan kurang lancarnya pengaliran,
juga meningkatkan tingkat kebocoran pipa AL. Semakin lama, ada
kemungkinan pipa menjadi pecah. Penangannya :
 Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur lintasan pipa AL,
terutama pada jenis pohon berakar panjang/ berserabut.
 Untuk akar-akar yang terlanjur sudah masuk ke dalam pipa AL, maka
segera dibersihkan, dengan Root Cutting Saw dan pohonya ditebang
i. Permasalahan pipa lateral jebol
Pipa lateral yang menyilang dengan SR kadang-kadang jebol saat dilakukan
pembersihan terkena tekanan alat pembersih manual yang terlalu keras,
sehingga untuk perbaikan perlu dilengkapi block beton disetiap pertemuan
pipa (seperti konstruksi air bersih), dan / atau dibagian dalam pipa dilapisi
karet.
j. Penggelontoran pipa
Lihat unit penggelontor
k. Pemeriksaan pipa
 Manual dengan kaca pembias, atau :
 Tele eye yang secara otomatis dapat dilihat dari layar monitor berbagai
kondisi pipa atau macam dan jumlah sambungan. Beberapa Tele eye
sangat sensitif terhadap air, sehingga dipakai hanya pada saat pipa sudah
dibersihkan dan debit rendah.
 Selam pemeriksaan perlu dicatat temuan-temuan dilapangan,
penyumbatan pipa atau pecah/ rusaknya pipa untuk dilakukan
pembersihan dan perbaikan.
l. Periode inspeksi
 Sewer pada topografi datar : 3 bulan
 Sewer dengan masalah akar : 3 bulan
 Sewer pada masalah : (6 – 12 ) bulan

 SOP -28-






 Sewer interseptor : (7 – 30) hari


 Tangki flushing : 1 bulan
 Sifon infenter : (7 – 30) hari
 Over flow air hujan : selama musim hujan
m. Pengawasan awal
 Updating gambar sistem jaringan pipa yang menunjukan
- Arah aliran
- Lokasi dan tata letak MH, SR dan fasilitas lainnya, serta kemiringan pipa
 Pemeriksaan/ pemeliharaan sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum
timbul permasalahan
 Lakukan inventarisasi bagian-bagian jalur pipa yang sering mengalami
gangguan-gangguan/ kerusakan-kerusakan, dan ini tergantung juga hasil
pengamatan yang lalu
 Dari data yang lalu, dianalisa, kemudian dicek keberhasilan perbaikan-
perbaikan yang telah dilaksanakan.
Ini merupakan pengawasan awal, dan merupakan pengawasan rutin, kalu
perlu sewaktu-waktu
n. Cara pengawasan langsung
 Untuk pipa besar yang mudah dicapai, tetapi lebih besar lingkupnya, misal
harus masuk kedalam pipa
 Berjalan dalam pipa pada waktu kedalaman air dan kecepatannya kecil
 Untuk pipa dengan ukuran kecil, lingkup pengawasannya mungkin hanya
keluar masuk MH saja
 Untuk mengetahui bagian dalam antar MH ke MH cukup dengan sinar
lampu/ batery/ cermin dengan pantulan cahaya matahari atau dengan
kecepatan aliran
 Sebelum masuk kedalam MH, harus diteliti terlebih dahulu, apakah dalam
pipa mengandung gas-gas beracun atau tidak, seperti CO2 sehingga
perlu dimasukkan terlebih dahulu nyala lampu lilin/ lentera kedalam MH /
pipa. Jika nyala lampu mati maka diulang lagi hingga 3 kali : dan bila
lampu yang menyala masih tetap mati, sebagi tanda ada gas CO2, berarti
jangan (ditunda) dahulu masuk ke dalam MH. Gas CO2 perlu dihisap

 SOP -29-






dengan pompa untuk dikeluarkan; setelah itu dicek lagi dengan nyala api/
lampu, dan ternyata tetap menyala, baru operator boleh masuk.
o. Macam atau titik lokasi pengawasan
 Tutup MH
 Bagian dalam MH
Tangga MH, dinding MH, dasar MH, pipa terjunan, keadaan infiltrasi dan
ventilasi
 Bagian dalam pipa yang besar
Dinding pipa, endapan-endapan, pergeseran-pergesaran pipa, lokasi
infiltrasi air tanah
p. Macam kerusakan
 Pipa besar
 Dinding retak/ bocor, Pipa-pipa terjunan, pipa buntu, sambungan-
sambungan pipa lepas/ retak dsb
 Pipa kecil
Korosi, sambungan lepas, perubahan level pipa (naik turun level pipa),
penetrasi akar-akar tumbuhan, pipa buntu, kebocoran pipa
q. Program kerja PEMELIHARAAN
Pemeliharaan pencegahan adalah tujuan utama pemeliharaan, sehingga
pengawasan dan perbaikannya dapat dijadwalkan.
 Penggelontoran dan pembersihan pipa
 Normalisai pipa, dengan menggangkat endapan-endapan dari dalam
pipa
 Pembersihan akar-akar tumbuhan.
 Perbaikan dan pemeliharaan konstruksi MH
r. Pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance repairs)
 Pipa dangkal
Pada pipa yang sering pecah akibat beban gerak
 Pipa dalam
- Pada pompa
- Pada drop MH

 SOP -30-






s. Urutan pembersihan
 Dengan bantuan rotan manila, kawat baja dapat dimasukkan kedalam
pipa yang akan dibersihkan
 Menggunakan alat pemecah lumpur yang diikat pada kedua ujung baja,
dimulai atau dipasang mulai dari hilir. Alat ini dipilih yang sesuai dengan
ukuran pipa dan macam atau kondisi lumpurnya.
 Dengan menarik kawat baja dari arah hulu, pemecahan lumpur terjadi
kearah hulu.
 Dengan cara yang sama, gunakan alat pengeruk lumpur, sehingga lumpur
endapan yang telah pecah dapat dikeluarkan dari pipa.
 Lumpur dapat diangkat keatas dengantali dan timba, dan dibuang ke TPA
sampah dengan pick up (mini truck)
t. Perbaikan pipa cabang persil dan SR
Biarpun pemeliharaan pipa persil adalah tanggung jawab pemilik persil,
namun badan pengelola pipa juga memberikan pelayanan dalam bentuk :
 Jika SR buntu, maka pemilik rumah melapor kepada badan pengelola
pipa agar dilakukan pemeriksaan
 Petugas akan memeperbaiki
 Setelah diperbaiki, testing perbaikan dilakukan, sampai berjalan normal
Adapun segala biaya perbaikan ditanggung pemilik rumah/persil
u. Pendataan dan pelaporan
 Laporan bulanan tentang sambungan rumah yang buntu
 Laporan harian seluruh sistem saluran
 Laporan mingguan seluruh sistem saluran
 Laporan bulanan seluruh sistem saluran
Disamping saluran-saluran, juga alat-alat dan perlengkapan pipa yang
perlu dilaporkan, seperti : penggelontoran, rumah pipa (jika ada) dan
karakteristik pemompaan, dan lainya

 SOP -31-

Anda mungkin juga menyukai