Anda di halaman 1dari 25

BAB VI

SPESIFIKASI TEKNIS

6.1 Uraian Pekerjaan


Lingkupan pekerjaan yang dimaksud dalam uraian pekerjaan ini adalah
pekerjaan dalam membangun atau membuat unit-unit bangunan pengolahan dalam
sistem pengolahan air bersih yang sesuai dengan perencanaan dan perhitungan
dimensi pada bab sebelumnya.

6.2 Spesifikasi Pekerjaan Umum


Spesifikasi pekerjaan umum merupakan spesifikasi dasar dari pekerjaan-
pekerjaan yang meliputi:
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan beton
 Pekerjaan kayu
 Pekerjaan tembok
 Pekerjaan plesteran
 Pekerjaan siaran
 Pekerjaan kaca dan cat
 Pekerjaan perpipaan dan instalasi

6.2.1 Pekerjaan Tanah


Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan galian tanah,
pekerjaan urugan dan genangan air dalam selokan.

Pekerjaan Persiapan
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam persiapan pekerjaan tanah adalah:
- Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi dari tempat pekerjaan harus
ditinjau dahulu untuk menentukan letak dari bangunan pelengkap seperti
direksi keet, gudang, pagar pengaman, lokasi pembuangan tanah disekitar
lokasi, dll.

VI-1
VI-2
- Pembersihan lapangan meliputi penebangan semak-semak dan pohon-
pohon, kecuali bila dinyatakan bahwa pohon-pohon rindang dan
dilindungi serta tanaman-tanaman ornamen tertentu dipertahankan atau
dijaga terhadap kerusakan.
- Pembersihan dilakukan dengan tidak merusak pagar, tidak mengganggu
setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.

Pekerjaan Galian Tanah (Ekskavasi)


Galian tanah dilaksanakan pada:
- Semua bagian yang masuk dalam tanah
- Semua bagian tanah atau yang ada dalam lubang galian harus diangkat /
digali
- Galian tanah harus dilaksanakan seperti yang tertera pada gambar baik
mengenai panjang, lebar, dalam, kemiringan, sehingga tepat untuk
meletakkan / mendudukkan bangunan
Pekerjaan galian tanah diperlukan untuk menahan fondasi, menahan bagian-
bagian dari bak beton yang terdapat di bawah permukaan, menahan pipa-pipa
baik pipa transmisi maupun pipa distribusi.
Galian dapat diklasifikasikan baik dalam pengukuran maupun daam
pembiayaan, yaitu:
 Galian tanah biasa
 Galian tanah sedang misalnya lempung, pasir, cadas, dan sebagainya.
 Galian batu terdiri dari galian material yang umumnya perlu menggunakan
bor, bahan peledak atau alat-alat khusus lainnya.
 Galian dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari 20 cm
dari permukaan air konstan dimana biasanya air tanah naik pada
penggalian pondasi.
Jika pada saat penggalian terdapat retakan atau celah-celah maka bagian
celah atau retakan harus dibersihkan dan diisi dengan spesi (injeksi) serta semua
material lepas, batu-batuan lapuk harus dibuang. Lubang galian harus dijaga
supaya tidak digenangi air yang disebabkan oleh hujan ataupun yang dikeluarkan
dengan jalan memompa, menimba, ataupun mengalirkan lewat parit-parit
pembuang. Penggalian tanah dapat dilakukan dengan menggunakan exavator.

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-3
Pekerjaan Urugan
Pekerjaan pengurugan harus mencakup penyediaan, pengangkutan,
pemasangan dan pemadatan semua bahan urugan. Pengurugan dilakukan pada
Semua bekas lubang pondasi dan semua yang harus ditinggikan dengan jalan
menimbun. Urugan tanah harus dilaksanakan menurut gambar serta patok-patok
yang telah ditetapkan termasuk perataan badan penyelesaian tanah sekitarnya.
Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis
horisontal dan dipadatkan. Selama proses pemadatan dibasahi dengan air untuk
mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum. Pemadatan dilakukan dengan alat
mekanis (compactor) dan untuk pekerjaan yang besar sifatnya dapat dipakai
roller dan sebagainya dengan kapasitas yang sesuai.
Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan
diratakan sehingga tidak akan timbul kerusakan, seperti turunya permukaan tanah,
timbulnya tanah yang bergelombang dan sebagainya.

Lantai Kerja
Beton bertulang tidak boleh diletakan langsung di atas permukaan tanah.
Kecuali ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja setebal minimum 5 cm di
atas tanah sebelum tulang beton ditempatkan. Bahan dari lantai kerja adalah beton
tumbuk (mutu beton kelas II, K-125). Lantai kerja tidak mempunyai fungsi
sebagai konstruksi, tetapi hanya berfungsi untuk membantu atau memudahkan
pengerjaan dalam membuat konstruksi.

6.2.2 Pekerjaan Beton


Beton harus merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar
dan air dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang dihasilkan,
jumlah semen yang terdapat di dalamnya minimum sesuai dengan persyaratan
dalam spesifikasi. Hasil akhir harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama
serta memiliki kekuatan dan sifat-sifat lain sebagaimana disyaratkan.
Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi
bahannya, tetapi jumlah agregat halus selalu minimum dengan ketentuan bahwa
bila dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk
mengisi ruang-ruang/rongga-rongga diantara agregat kasar. Untuk menjamin

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-4
kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air yang dipakai dalam
adukan harus minimum sehingga menghasilkan kemudahan untuk dikerjakan.
Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai dengan
“peraturan umum bahan bangunan Indonesia”, british Standar yang relevan atau
setara.

Bahan Bangunan Secara Umum


Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai
dengan Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (NI-3). Beberapa
persyaratan yang dipergunakan dalam adukan beton adalah :
a. Semen
Semen yang digunakan adalah jenis semen portland (PC) biasa yang sesuai
dengan SNI 8 tahun 1972 (Indonesia Nation Standard) sebagaimana
dinyatakan dalam PBI tahun 1971. Kontraktor harus menyediakan tempat
untuk menyimpan dan menangani semen, karena semen harus disimpan
dalam tempat yang tidak tembus air serta dilindungi dari kelembaban
sampai pada saat pemakaian. Tempat tersebut harus benar-benar kering,
berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup, serta berlantai
minimum 30 cm di atas tanah atau di atas muka air genangan.
b. Agregat halus (pasir)
Agregat halus untuk pekerjaan beton yang akan digunakan harus sesuai
dengan persyaratan PBI 1971. Agregat halus adalah agregat yang lolos
pada saringan 5 mm. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 5% (ditentukan terhadap berat kering) serta tidak boleh banyak
mengandung bahan-bahan organik.

c. Agregat kasar (kerikil)


Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan 5 mm. Agregat
kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dimana agregat ini
harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlahnya
tidak malampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-5

d. Air
Air sebagai bahan dasar campuranbeton harus bersih, bebas dari unsur-
unsur atau kotoran berbahaya yang dapat menurunkan daya pengikatan
semen.
e. Unsur-unsur tambahan/aditif
Pada ummnya pemakaian aditif diperbolehkan asalkan sudah memperoleh
persetujuan dari direksi. Untuk beton kelas K-250 dianjurkan memakai
super plasticier yang berfungsi untuk mengurangi rasio semen dan air
guna membatasi penyusutan.

Pengujian Mutu Beton


Pengujian terhadap mutu beton dilakukan terhadap 2 parameter, yaitu
konsistensi beton tegangan beton karakteristik. Untuk menguji konsistensi beton
dipergunakan metode slump test, sementara untuk menguji tegangan beton
karakteristik digunakan suatu metode yang dinamakan metode kubus. Pengujian
ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu untuk mengetahui kekuatan tegangan
beton karakteristik.
Tegangan beton karakteristik ini sendiri artinyta adalah kekuatan dimana
dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji memiliki kemungkinan akan
adanya kekuatan tekan yang kurang dari besarnya tegangan beton karakteristik
terbatas hingga 5% saja. Pengujian ini seharusnya dilakukan bersama-sama oleh
kontraktor dan pengusaha penyedia beton ready mix. Berikut adalah tabel kelas
dan mutu beton menurut PBI 1971.

Tabel 6.1 Kelas dan Mutu Beton

Mutu Beton K – 225 K – 175 K – 125

Kekuatan karakteristik 28 hari


225 kg/cm2 175 kg/cm2 125 kg/cm2
yang ditentukan
Ukuran agregat kasar maksimum 25 mm 25 mm 30 mm
Perbandingan campuran
“percobaan pertama” PC : Agg 1:1,5:2,5 1:2:5 1:3:5
halus : Agg kasar

Sumber : PBI, 1971


Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T
VI-6
Perbandingan yang diberikan di atas telah diperkirakan guna mencapai
kekuatan yang disyaratkan pada umur 28 hari setelah pengecoran, dengan
ketentuan bahwa bahan yang dipakai bermutu baik dan pengawasan dilakukan
dengan baik.

Klasifikasi beton :
a. Mutu beton K–225
Mutu beton ini dipergunakan pada elemen-elemen struktural atau yang
bersinggungan/kontak dengan tanah/air atau sesuai dengan gambar
rencana, seperti konstruksi bak penampung. Konstruksi beton ini
diperhitungakan untuk memikul beban berat.
b. Mutu beton K–175
Mutu beton ini dipergunakan pada elemen-elemen struktural atau yang
bersinggungan/kontak dengan tanah/air atau sesuai dengan gambar
rencana, seperti kolom penyekat, sloop dinding penyekat, dll. Konstruksi
beton ini diperhitungkan untuk memikul beban sedang.
Komposisi : Ditentukan dengan percobaan mix disain di laboratorium atau
dengan persetujuan engineer.
c. Mutu beton K–125
Mutu beton ini depergunakan untuk elemen-elemen non struktural, seperti
lantai kerja.
Komposisi : bisa dipergunakan campuran 1 PC : 3 Ps : 6 Kr
Selain tegangan beton karakteristik, perlu diketahui pula kekentalan
adukan beton. Yang disyratkan adalah minimal 7,5 cm dan maksimal
adalah 15 cm, artinya adalah besarnya penurunan tinggi kerucut adukan
beton (tinggi slump). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
konsistensi beton (kekentalan adukan). Pengujian ini biasa dilakukan
langsung di lapangan oleh kontraktor. Nilai slump menurut PBI 1971
dapat dilihat pada Tabel 6.2

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-7

Tabel 6.2 Nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan

Nilai Slump
Penggunaan Adukan Beton
Maksimum Minimum

Dinding, pelat pondasi, pondasi


12,5 5,0
bertulang
Pndasi tapak bertulang, kaison, dan
9,0 2,5
konstruksi bawah tanah
Pelat, balok, dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal 7,5 2,5

Sumber : PBI 1971

Pembuatan Tulangan
Tulangan beton terdiri dari rangkaian batang baja yang merupakan penguat
bagi beton. Baja tulangan yang dipergunakan harus sesuai dengan Peraturan Beton
Indonesia (PBI) tahun 1971.
Jenis baja tulangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Jenis batang polos dengan mutu BJTP 24. BJTP 24 ini merupakan baja
tipe lunak dan mempunyai tegangan leleh (au) 2400 kg/cm2. BJTP 24
digunakan untuk kolom, balok dan untuk konstruksi yang tidak mendapat
beban berat.
b. Jenis batang polos dengan mutu BJPT 40. BJTP 40 ini merupakan baja
tipe keras (khusus untuk konstruksi yang mendapat beban berat) dan
mempunyai tegangan leleh 4000 kg/cm2. BJTP 40 ini digunakan untuk
tulangan struktur dan untuk beton tipe K–225 dan K–175.
c. Kawat beton terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 mm yang
telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng, digunakan untuk
kawat pengikat.
Untuk mendapatkan jaminan dan kualitas besi yang diinginkan, disamping
adanya sertifikat dari supplier juga disertakan sertifikat dari tes laboratorium
Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T
VI-8
secara periodik. Pemilihan jensi baja yang akan digunakan tergantung dari
kekuatan struktur yang diinginkan.

Pembuatan Beton Dekking


Beton dekking dipasang dengan tujuan untuk menjaga jarak antara
tulangan dengan bekisting, juga digunakan untuk mempertahankan jarak dan tebal
selimut beton.

Pemasangan Water Stop


Wator stop ini berguna untuk mencegah terjadinya kebocoran, rembesan
(aliran keluar dinding) akibat adanya pengecoran dinding pada bagian
penyambungan antara dua tahap pengecoran. Water stop dipasang pada setiap
tahap sambungan pengecoran dinding yang direncanakan. Wator stop dapat
terbuat dari plat baja, karet, plastik conus.

Pembuatan Bekisting
Beksting adalah konstruksi papan-papan kayu yang digunakan sebagai
cetakan beton, pembentuk, penahan dan penopang beton saat pengecoran.
Bekisting dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
 Form work yang dibuat untuk membentuk beton dan berada di luar beton
(cetakan)
 Stoot form work yang dibuat sebagai penahan konstruksi bekisting
Bekisting ini dimaksudkan agar beton bila sudah mengering, mempunyai
ukuran, bentuk, dan posisi yang sesuai dengan rencana. Semua bekisting harus
diperkuat dengan stoot yang terbuat dari balok kecil yang kuat serta cukup
jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan.
Bekisting dapat terbuat dari kayu dan tripleks hasil olahan yang baik.
Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting harus
dilapisi dengan tripleks yang bermutu tinggi.Agar beton tidak menempel pada
bagian permukaan, bagian dalam bekisting diberi lapisan minyak (magic coat)
yang jenisnya disetujui.
Bekisting tidak boleh dibuka sebelum beton mencapai kekuatan yang
cukup untuk menahan tegangan-tegangan yang timbul akibat pembukaan-
pembukaan. Setelah bekisting mencapai kekuatan yang memadai, bekisting harus
Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T
VI-9
segera dibuka untuk menghindari keterlambatan perawatan dan perbaikan bidang
permukaan yang kurang sempurna. Perbaikan dan penanganan harus dilakukan
secepat mungkin.
Pembukaan bekisting dilakukan secara hati-hati sehingga beton terhindar
dari kerusakan. Batas waktu pembongkaran acuan dihitung pada saat beton selesai
dicor. Angka waktu minimum antara pengecoran dan pemadatan beton dengan
pengangkatan bekisting dari kewajibannya untuk menunda pengangkatan
bekisting sampai beton mencapai kekuatan yang memadai. Pembukaan bekisting
tidak boleh dilakukan tanpa adanya persetujuan direksi.

Pengecoran
Sebelum pengecoran dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan dan dipasang
bekisting, kemudian seluruh tulangan dan bekisting diperiksa dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Bekisting dan pipa yang akan ditanam dibersihkan betul-betul dari semua
kotoran, sisa debu gergajian atau bahan lain yang tidak diinginkan yang
akan menghalangi ikatan antar beton dan baja tulangan dan pipa yang akan
ditanam
b. Pengecoran harus dilakukan terus menerus sampai pada elevasi yang
direncanakan dalam hal ini sampai setengah bagian tinggi waterstop
c. Pengecoran dilakukan secara bertahap dan berlapis-lapis sehingga beton
yang sudah ada harus dibersihkan benar-benar dari semua kotoran atau
bahan lain yang tidak diinginkan yang akan menghalangi ikatan antar
beton lama dengan betona baru. Bila di atasnya akan dicorkan, beton
bidang permukaan beton lama dikasarkan dengan alat yang memadai
(dipahat) atau disemprotkan air untuk menghilangkan semua kotoran
d. Pengecoran sebaiknya dilaksanakan segera setelah selesai pengadukan dan
sebelum terjadi proses pengerasan

Persiapan Pengecoran
Sebelum dilaksanakan pengecoran terlebih dahulu perlu disiapkan data-
data sebagai berikut:
1. Jumlah volume beton yang akan dicor
2. Jumlah alat pengecoran
Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T
VI-10
3. Jumlah tenaga kerja yang harus ada di lapangan
4. Jumlah air yang tersedia untuk pembetonan
5. Jumlah cetakan kubus beton yang harus disediakan
6. Time schedule pelaksanaan pengecoran
7. Pengawas ahli dari kontraktor yang akan ditugaskan
Adapun alat-alat yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengecoran
adalah Generator set, Concrete vibrator, Lampu penerangan, Concrete pump,
Concrete mixer, Tenda, Kubus beton, Slump test, Tenaga kerja, Beton ready mix

Pengecoran Beton
Beton dicor sedemikia rupa shingga terhindar dari terjadinya sarang kerikil
dan harus dikerjakan sampai keujung dan sudut acuan (bekisting) dan sekeliling
tulangan serta benda yang tertanam tanpa adanya kemungkinan segregasi.
Pengecoran dilaksanakan dengan suatu kecepatan tertentu sehingga semua
permukaan beton belum mencapai taraf pengerasan awal ketika beton
ditambahkan di atasnya.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan langsung ke pembesian atau ke
dalam suatu bekisting yang dalam yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari
adukan beton karena berulang kali mengenai pembesian atau tepi bekisting. Pada
umumnya beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m hal
ini disebabkan adukan beton yang terdiri dari semen, pasir, kerikil pada saat
dituangkan, kerikil yang memiliki berat lebih besar akan jatuh terlebih dahulu
sehingga campuran beton menjadi tidak homogen hal ini dapat mengakibatkan
pengecoran tersebut menjadi gagal. Tetapi jika bagian pekerjaan tertentu
memerlukan agar beton dijatuhkan dari tempat dengan ketinggian lebih dari 1,5
m, maka harus dijaga agar aliran beton tidak terputus-putus. Seluruh operasi ini
harus mendapat persetujuan dari direksi.

Pemadatan Beton
- Beton dipadatkan seluruhnya dengan menggunakan vibrator yang
dioperasikan oleh tenaga ahli, berpengalaman, dan terlatih. Pemadatan
dapat juga dilakukan secara manual dengan menggunakan tongkat panjang
dengan diameter ± 4 cm dan panjang ± 1,5 m dengan cara menusuk-
nusukan tongkat tersebut ke dalam beton
Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T
VI-11
- Jumlah vibrator yang dipakai dalam pengecoran harus sesuai degnan laju
pengecoran. Juga disediakan sekurang-kurangnya satu vibrator cadangan
untuk dipakai jika terjadi kerusakan
- Pemadatan dilakukan secara hati-hati agar vibrator tidak menyentuh dan
memindahkan tulangan atau benda yang ditanam.
- Vibrator harus digunakan secara sistematis sehingga daerah yang digetar
dapat tumpang tindih dan beton dapat dipadatkan dengan tepat.
Penggetaran yang terlalu lama akan menimbulkan segregasi (pemisahan
bahan-bahan), butiran-butiran yang besar akan menjadi di bawah dan
permukaan menjadi berair
- Hasil pekerjaan beton harus berupa masa yang seragam, bebas dari rongga,
segregasi, dan sarang lebah, memperlihatkan permukaan yang rat ketika
bekisting dibuka dan mempunyai kepadatan yang mendekati kepadatan
kubus uji.

Perawatan dan Perlindungan


Perawatan dan perlindungan bertujuan supaya suhu beton yang telah dicor
dapat turun merata disemua bagian (dalam dan luar). Setelah dilakukan
pengecoran, semua beton harus dilindungi dari kerusakan-kerusakan akibat panas
yang terlalu tinggi yang menyebabkan kekurangan air, over stress, atau penyebab
lain terutama permukaan yang terbuka harus dirawat segera sesudah pengecoran
dengan diberi pelindung (curing) dengan kelembaban yang menerus minimal
selama 7 hari. Curing dilakukan dengan menggunakan karung gona basah secara
terus menerus.
Apabila akan dilakukan pengecoran selanjutnya (pengecoran baru di atas
beton lama), maka sebelumnya dilakukan:
- Pekerjaan pemahatan (Ciping Work) pada beton yang akan disambung
dengan beton baru agar permukaan beton lama dan beton baru menjadi
sempurna
- Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan bekas ciping.

6.2.3 Pekerjaan Kayu

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-12
Pekerjaan kayu meliputi penyediaan secara lengkap akan tenaga, alat dan
bahan yagn berhubungan denga pekerjaan kayu. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan
yang berhubungan dengan:
 Pekerjaan atap
 Pekerjaan pintu dan jendela
 Pekerjaan kaca
 Pekerjaan dinding
 Pekerjaan langit-langit
Semua kayu yang digunakan harus bebas dari getah-getah, cat-cat kayu
seperti mata kayu, retak-retak, bengkok, dsb. Semua kayu harus sudah mengalami
proses pengeringan udara minimal 3 bulan. Semua kayu untuk jenis yang
ditentukan harus dari kualitas yang baik, kelembaban kayu yang dipakai untuk
pekerjaan kayu kasar kurang dari 20%.

6.2.4 Pekerjaan Tembok


Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan tembok adalah semen,
pasir, air, kapur, bata.
 Semen ; Semen untuk pekerjaan ini sama kualitasnya dengan pekerjaan
beton.
 Pasir ; Pasir untuk pekerjaan ini harus sama kualitasnya seperti pada
pekerjaan beton.
 Air ; Ari yang dipakai untuk pekerjaan ini sama dengan spesifikasi
pada pekerjaan beton.
 Kapur ; Kapur yang dipakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi
yang telah disetujui oleh pemberi tugas.

Bata Merah
Bata merah yang dipergunakan dari jenis bata biasa yang terbuat dari tanah
liat dan melalui proses pembakaran, dengan ukuran nominal 6 cm x 12 cm x 24
cm, yang dibakar dengan baik dengan sudut runcing dan rata tanpa cacat dan tidak
mengandung kotoran.
Minimum daya tekan ultimate 30 g/cm2. Kalau blok-blok tersebut dibuat
sendiri, maka campurannya harus terdiri dari 1 bagian semen portland dan 5

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-13
bagian pasir dan batuan yang dihaluskan. Blok-blok semen yang baru dicetak
harus dilindungi dari panas matahari dan dirawat selama tidak kurang dari 10 hari
dengan memakai sarung basah.

Jenis Adukan
Jenis adukan yang digunakan harus dipakai sesuai dengan disebutkan
dalam gambar atau dalam uraian dengan syarat-syarat seperti yagn terlihat pada
tabel 6.3.
Tabel 6.3 Komposisi Adukan

Jenis Spesi

1 ps : 1 kpr : 6 Psr, atau


M1
1 pc : 3 psr
1 pc : 2 psr, atau
M2
1 pc : 4 psr
M3 1 pc : 1 Kpr : 8 psr
Sumber : PBI, 1971
Dinding
Semua penembukan yang diletakan di atas balok pondasi beton sampai 20
cm di atas bidang lantai harus dipakai jenis M2. Untuk penembukan kamar mandi,
toilet, tempat mencuci dan sebaginya dipakai jenis M2 sampai setinggi 150 m di
atas bidang lantai juga tidak dilakukan dengan cara lain. Untuk dinding-dinding
yang lainnya dipakai jenis M1.

Pemasangan
Penembokan harus dipilih dan dipasang dengan ukuran seperti pada
gambar rencana juga mengenai tingi dan tebalnya, sebelum pemasangan batu
merah harus dibasahi dulu dengan air untuk menjamin pelekatan yang lebih baik
antara adukan dan bata merah. Pasangan bata merah harus disusun dan diberi
jarak minimum 1 cm antara batu bata merah yang satu dengan yang lainnya.
Penemboan harus dilaksanakan pada keadaan baik ataupun dengan perlindungan
yang khusus dan tiap hari tidak diperbolehkan melaksanakan pasangan dengan
tinggi melebihi 1 m.

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-14

6.2.5 Pekerjaan Plesteran


Semua plesteran dinding batu adalah bata merah yang bukan kedap air
dibuat dengan adukan 1 pc : 2 ps. Bidang beton dan pasangan batu kali diplester
dengan adukan 1 pc : 4 ps. Tebal plesteran tidak lebih dari 1 cm untuk beton dan
2,5 cm untuk pasangan batu kali
6.2.6 Pekerjaan Siaran
Pekerjaan siaran pasangan batu kali dengan adukan 1 pc : 3 ps tebal tidak
lebih dari 1,5 cm. Pada semua bidang pasangan batu kali yang disiar hanya pada
setiap alur spesinya, yang permukaannya tidak lebih emnonjol dari permukaan
batu kali.

6.2.7 Pekerjaan Kaca dan Cat


Semua kaca untuk daun jendela mati memakai kaca bening setebal 3 mm.
Semua list kaca dipasang di sebelah luar ruangan. Semua bidang plesteran bagian
dalam dan langit-langit dari luar bangunan dicat dengan cat tembok sedangkan
kusen, daun jendela, daun pintu dan ventilasi dicat dengan menggunakan cat kayu
yang telah diberi cat dasar, diplamur dan didempul.

6.2.8 Pekerjaan Perpipaan dan Instalasi


Galian tanah
Galian tanah dilaksanakan untuk semua pemasangan pipa dan aksesoris
serta bangunan pelengkap yang termasuk dalam pekerjaan. Semua bagian-bagian
bangunan yang termasuk ke dalam tanah. Minimum dalam, lebar dan tempat
galian untuk pemasangan pipa berikut peraltannya begitu pula bangunan-
bangunan nyata termasuk dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan gambar
pelaksanaan (gambar situasi, profil memanjang/melintang dan potongan) atau bila
tidak akan digunakan ketentuan-ketentuan persyaratannya minimal menurut buku
petunjuk pemasangan ipa dari pabrik pipa dan peralatan yang bersangkutan
(khusu untuk dalamnya galian). Patokan atau pedoman yang digunakan untuk
dalamnya galian adalah diukur dari atas pipa sampai ke muka jalan atau tanah

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-15
asal, ditambah tebal lapisan pasir di bawah pipa. Galian dinyatakan selesai setelah
disetujui oleh direksi.
 Apabila ternyata dalam pelaksanaan galian terjadi kelongsoran terus
menerus yang terganggu, haruslah diadakan konstruki penguat dari taraf
kayu atau yang lainnnya agar terjamin keamanan dan efisiensi kerja dan
pembiayaan yang dilaksanakan oleh tambahan konstruksi penguat tersebut
sudah harus diperhitungkan
 Apabila ternyata bahwa di dalam galian dijumpai air yang menggangu
pengeringan maka pemborong harus mempunyai pompa untuk
pengeringan. Penggalian tanah untuk parit, pemasangan pipa harus
dilakukan serentak dan diikuti pelaksanaan pemasangan pipa dan
perlengkapannya harus diikuti dengan penimbunan dan pengurugan
kembali dengan segera.

Urugan Tanah
Urugan tanah untuk tiap-tiap pekerjaan harus diadakan selapis demi
selapis yang tiap-tiap lapisnya harus bersih dari kotoran organik dan lain
sebagainya. Urugan yang dilakukan secara sembrono yang berakibat tanah amblas
lagi, harus diulang segera setelah perintah pertama dari direksi dan bila diperlukan
urugan diulang berkali-kali sampai rata dengan tinggi tanah semula sesuai dengan
petunjuk direksi.

Urugan Pasir
 Untuk tiap urugan pasir harus disiram dengan air sehingga padat
 Apabila dalam penggalian parit pipa didapatkan tanah gembur, maka ini
harus dibuang dan diganti dengan pasir sehingga didapatkan dasar rata dan
padat
 Urugan pasir harus dilaksanakan selapis demi selapis yang masing-masing
diisi padat
 Urugan pasir dilakukan disekeliling pipa setebal 15 cm, kecuali pipa-pipa
yang memotong jalan harus diurug penuh.
 Pasir yang digunakan untuk pengurugan harus berkualitas pasir pasang
(kadar lumpur 10%).

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-16
 Kelebihan pasir setelah pengurugan harus disingkirkan dan dibersihkan
dari tempat pekerjaan.
 Agar peletakkan pipa tepat pada peil sebenarnya, pengurugan pasir untuk
pipa baru dinyatakan selesai setelah disetujui direksi, yaitu bila peil pipa
tepat pada tempatnya.

Pemasangan Pipa dan aksesoris serta Bangunan Pelengkapnya


a. Pemasangan pipa dan aksesoris serta bangunan pelengkap ke tempat
pemasangan menjadi tanggung jawab pemborong termasuk biayanya.
b. Apabila ternyata di dalam pelaksanaan pipa dan aksesorisnya tersebut
terdapat kelebihan, pemborong harus mengembalikannya dalam keadaan
utuh/baik, begitu juga dengan sisa-sisa pemotongnya harus diangkut dan
dikembalikan ke gudang dengan biaya sendiri.
c. Pemotongan pipa apabila benar-benar diperlukan dapat dilakukan
pemborong dengan persetujuan direksi dan harus dilaksanakan dengan alat
yang sesuai dengan jenis pipa yang dipasang agar benar-benar terjamin
penyambungan yang baik sesuai dengan syarat-syarat teknis dari pabrik
pipa yang bersangkutan.
d. Sambungan pipa yang akan dilaksanakan pada umumnya dengan cara-
cara:
 Pipa “asbest cement” dengan “tubbering” dan alat penyambung
“coupling” atau “gibault”
 Pipa “cast iron” atau “ductile cast iron” dengan “rubbering” dan alat
penyambung “gland dan balt dan nuts” atau hanya “rubbering” atau
“timah pakai”
 Pipa “steel” dengan “last” atau “rubbering” dengan alat penyambung
“gibault”
 Pipa-pipa lainnya disesuaikan dengan standard pabrik
e. Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) yang tidak mempergunakan
perlengkapan elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa dengan besarnya
sudut belokan tidak melebihi persyaratan yang diijinkan oleh pabrik yagn
bersangkutan

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-17
f. Sekeliling pipa harus diberi pasir urug sedemikian rupa dengan ketebalah
15 cm di bawah, disamping, dan di atas pipa kecuali untuk pipa-pipa yang
memotong jalan (cossing jalan) diurug segera dengan pasir pasang penuh,
kemudian tanah bekas galian harus disingkirkan agar dapat segera dilalui
kendaraan, dan khusus untuk jalan protokol (lalu lintas padat kendaraan-
kendaraan berat) harus dilindungi dengan plat beton bertulang.
g. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan kedudukan pipa agar
betul-betul lurus serta pada peil yang benar dan dasar pipa terletak rata,
tidak boleh ada batu (puing-puing) atau benda keras yang memungkinkan
rusaknya pipa.
h. Pada waktu pemasangan pipa, parit galian untuk pemasangan pipa harus
kering tidak boleh ada air sami sekali dan bagian dalam pipa harus bersih.
i. Semua waktu perlengkapan pipa dan aksesoris pipa, yaitu tee, elbow/bend,
dll. Harus diberi blok angker dari beton (beton campuran 1 : 2 : 3), supaya
terhindar dari bergesernya alat-alat tersebut karena tekanan air yang
timbul.
j. Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh direksi untuk
selanjutnya apabila telah diterima/memenuhi syarat akan dibuatkan berita
acara. Pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari pipa
dengan panjang maksimum 400 meter. Pengetesan harus dilakukan dengan
tekanan 8 atm, dan apabila dalam 1 jam tekanan tidak berubah/turun, test
dinyatakan dengan berhasil. Pengetesan untuk pipa asbes semen harus diisi
air terlebih dahulu selama 24 jam sebelum test dilakukan.
k. Cara-cara pengangkutan, penyambungan dari pipa dan ketentuan-
ketentuan teknis, cara pemasangan akan diberikan petunjuk direktris.

6.3 Spesifikasi Pekerjaan Khusus


Pekerjaan pelasanaan pembangunan sistem penyediaan air minum meliputi
seluruh unit bangunan yang direncanakan, dimana dibagi dalam kelompok-
kelompok utama sebagai berikut:
 Bangunan penangkap air (intake)
 Sistem perpipaan air baku

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-18
 Bangunan koagulasi
 Bangunan flokulasi
 Bangunan sedimentasi
 Bangunan filtrasi
 Bangunan bak penampung air bersih
 Ruang kimia
 Ruang pompa

6.3.1 Bangunan Penangkap Air


Pada bangunan penangkap air spesifikasi pekerjaan meliputi pekerjaan
penggalian, pekerjaan beton, dan pekerjaan perpipaan. Pekerjaan penggalian tanah
untuk pondasi dilakukan apabila air dalam galian sudah dikeringkan. Pembuatan
pondasi harus terhindar dari aliran tanah atau genangan air. Pintu air terbuat dari
plat baja yang tahan terhadap karat (di lindungi dengan cat anti karat) diletakan
pada saluran pembawa. Saluran pembawa dilengkapi dengan saringan kasar
(barscreen) sesuai dengan gambar perencanaan. Dimensi dan bentuk bangunan
sesuai dengan gambar rencana. Pemasangan pipa penguras, over flow dan pipa
outlet yang menembus dinding beton harus mempergunakan wall pipe (pipa yang
dilengkapi dengan pudle flange). Semua dimensi pipa sesuai gambar rencana.
Untuk kemudahan operasional maka setiap valve dilengkapi dengan stang valve
yang panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan dan berbentuk T.

6.3.2 Sistem Perpipaan Air Baku


Sistem Perpipaan air baku pada perencanaan kali ini terdiri dari pipa hisap
yang lagsung dihubungkan dengan pipa transmisi. Panjang pipa hisap 5 m, dan
panjang pipa transmisi 23 km. Pipa tersebut di pasang pada bak pengumpul yang
di hubungkan ke bangunan pengolahan yang akan direncanakan.

6.3.3 Bangunan Pengaduk Cepat (Koagulasi)


Bak pengaduk cepat terbuat dari konstruksi beton bertulang rapat air.
Dinding bagian dalam diplester halus, demikian pula lantai bak yang juga dibuat
dengan kemiringan yang sesuai gambar perencanaan. Saluran keluaran (efluent)

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-19
terbuat dan konstruksi beton dengan ukuran, arah kemiringan dan bentuk seperti
gambar rencana. Permukaan, dinding dan dasar saluran di plester dengan halus.
Pengaturan aliran keluar dilakukan dengan menggunakan ambang dan pintu
pengatur. Permukaan ambang di plester dengan halus. Pintu pengaturan terbuat
dari kayu dengan bingkai baja, lengkap dengan tungkai berulir dan roda pemutar.
Bagian-bagian pintu yang terbuat dan besi baja dan selalu berhubungan dengan air
dilapisi bahan tahan karat. Pintu pengaturan dapat dibuat terpisah sesuai dengan
bentuk dan ukuran dalam perencanaan, serta dipasang dengan tepat pada celah
yang disediakan.
Pembangunan bak meliputi pekerjaan perpipaan, konstruksi beton
bertulang, plesteran dan penimbunan tanah. bak terdiri dari:
1. Pipa terjunan dan outlet
2. Bak penampung
3. Outlet pipa pembubuh Koagulan

Pipa Terjunan
Terbuat dan baja tahan karat berjumlah 1 buah dipasang sehingga tinggi
jatuh 0.69 m.

Saluran Aliran Keluar (Outlet)


Saluran aliran keluar hendaknya dibuat dari pipa baja tahan karat, elevasi
dan kemiringan sesuai gambar.

Outlet pipa pembubuh Koagulan


Terbuat dari pipa PVC dengan diameter 1”. Outlet merupakan pipa yang
telah dilengkapi dengan orifice di sepanjang pipa agar pembubuhan lebih merata.

6.3.4 Bangunan Pengaduk Lambat (Flokulasi)


Bangunan pengaduk lambat merupakan bangunan yang terdiri dari saluran
pengaduk dan saluran keluaran. Bangunan terbuat dari konstruksi beton kedap air
dilengkapi dengan saluran aliran masuk dan keluar dengan pintu pengatur.
Saluran Pengaduk

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-20
Saluran pengaduk terdiri dari enam bagian (kompartemen), masing-masing
kompartemen dibuat dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dengan gambar
perencanaan.
Sekat antara saluran dibuat dengan beton bertulang yang mempunyai
hubungan yang kaku dengan dinding dan lantai bak. Saluran dinding dalam
saluran hendaknya mempunyai sudut tumpul yang diperhalus. Bak pengaduk
lambat diletakkan pada ketinggian dan arah kemiringan sesuai dengan
perencanaan.

Saluran Keluaran
Saluran keluaran (effluent) terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran,
arah kemiringan dan bentuk seperti gambar rencana. Permukaan, dinding dan
dasar saluran di plester dengan halus.

6.3.5 Bangunan Sedimentasi


Bidang Pengendap
Bidang pengendap dapat terbuat dari bidang-bidang plastik, fiber glass,
atau asbestos cement, atau bahan lainnya. Tebal bidang pengendap adalah 0,5 mm
sampai 2,0 mm dan harus cukup lemas untuk bisa dilipat atau digulung. Jumlah,
jarak dan ukuran bidang-bidang pengendap hendaknya sesuai dengan
perencanaan. Lembaran bidang pengendap dipasang pada bingkai bagian atas dan
bawahnya untuk selanjutnya dipasang pada jalur-jalur tersedia sebanyak jumlah
bidang pengendap yang diperlukan.
Bingkai terbuat dari tongkat besi (bar), alumunium, atau fiber glass yang
dapat dipasang dan dilepas dengan mudah ke dan dari bidang pengendap. Jalur
bidang pengendap terbuat dari plat baja yang dipasang tetap pada dinding dengan
tegang sehingga tidak terjadi kerutan atau permukaan yang tidak rata.

Saluran Pengumpulan Effluent dan Ambang Pelimpah


Saluran ini terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran dan kemiringan
seperti yang terlihat dalam gambar perencanaan. Dinding dalam dan dasar saluran
hendaknya di plester halus.

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-21
Ambang pelimpah (weir) terbuat dari beton baja tahan karat kecuali bila
dispesifikasikan lain, setebal 5 mm yang dipasang di kedua sisi saluran
pengumpul secara tertanam.

Saluran Air Keluar


Saluran air keluar hendaknya dibuat dalam ukuran, elevasi dengan
kemiringan sesuai dengan yang ditunjukkan gambar. Dinding dalam dan dasar
saluran hendaknya diplester halus, sedangkan saluran seluruhnya terbuat dari
pasangan beton.

6.3.6 Bangunan Filtrasi (Saringan Pasir Cepat)


Bangunan saringan pasir cepat meliputi seluruh unit saringan pasir cepat,
media penyaring, media penunjang, sistem underdrain, sistem aliran masuk,
sistem aliran keluar, sistem pipa penguras (back wash) dan lain-lainnya.
Bak saringan pasir cepat terbuat dari pasangan beton bertulang kedap air.
Dinding bak yang akan diisi media penunjang dan media penyaring hendaknya
mempunyai permukaan kasar, sedangkan dinding yang terisi air dibuat halus.
Ukuran, bentuk dan ketinggian bangunan harus sesuai dengan perencanaan.

Media saringan
Media saringan terdiri dari pasir silika atau pasir antrasit sebagai media
penyaring dan kerikil sebagai media penunjang. Pasir yang dipergunakan sebagi
media hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Keras, mengandung kadar kwarsa minimum 90%, bebas dari tanah liat,
lumpur, benda-benda lain dan kotoran
 Mempunyai diameter butir efektif 0,45-0,55 mm, dengan koefisien
keseragaman (UC) 1,50
 Bentuk butir harus baik dan merata dengan faktor kebulatan (sphericity
faktor) 0,80 dan faktor bentuk 8,00 porositas media tersusun 0,40
 Kehilangan pasir akibat pelapukan tidak lebih dari 3%, pasir hendaknya
disusun dengan diameter butir dan tebal lapis tiap butir sesuai dengan yang
ditetapkan pada gambar perencanaan
 Kekeruan air pencuci pasir harus lebih kecil dari 30 ppm

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-22
 Kadar zat terlarut dalam asam chlorida hendaknya kurang dari 3%

Media penyangga (kerikil)


Media penyangga yang dipergunakan hendaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
 Harus bebas dari tanah liat, lumpur, benda-benda lain dan kotoran
 Mempunyai ukuran antara 0,25 – 6,35 dengan koefisien keseragaman
(UC) 1,50 – 2,00
 Bentuknya harus baik (mendekati bulat) dengan permukaan yang halus,
faktor kebulatan 0,80 dengan faktor bentuk 8,00
 Keras, mempunyai kualitas yang merata disusun sesuai lapisan yang
beraturan dengan penempatan kerikil berdiameter terbesar pada lapisan
terbawah
 Tebal lapisan kerikil dan diameter butir untuk tiap ketebalan hendaknya
sesuai dengan perencanaan

Saluran Pengumpul Air Pencuci


Saluran air pengumpul terbuat dari pasangan beton bertulang dengan
hubungan kaku pada dinding saringan. Dinding bagian dalam dan saluran
hendaknya diplester halus. Perletakan, ketinggian, dan ukuran harus sesuai
gambar, demikian pula dengan kemiringannya. Ambang pelimpah pada saluran
dibuat dengan sudut 900 serta runcing.

Perpipaan Saringan
Pipa yang dipergunakan adalah pipa dengan sambungan flens sesuai syarat
ANSI B16.1, kecuali bila ditunjuk lain dalam gambar. Perlengkapan-
perlengkapan pipa seperti gate valve, tee, bend dan lainnya terbuat dari besar cor
dengan sistem flens. Perletakan dan ketinggian pipa hendaknya sesuai gambar.
Pipa yang berada di atas hendaknya diberi penyangga atau menggantung di atas
pasangan beton atau konstruksi baja. Pipa filtrat, pipa pencuci, pipa penguras
hendaknya dicat dengan warna yang berbeda untuk mempermudah operasinya dan
hendaknya dipergunakan bahan cat yang tahan dan dapat melindungi pipa
terhadap korosi. Fitting dan perlengkapannya hendaknya ditempatkan sesuai

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-23
dengan gambar rencana. Perlengkapan valve dilengkapi dengan stang dan pemutar
(hand wheel) dan diperpanjang sampai ketinggian tertentu dan berada di ruang
operasi. Pemutar (hand wheel) yang berada di raung operasi hendaknya diberi
warna yang berbeda sesuai dengan fungsi masing-masing.

Penampung Filtrat dan Alat Ukur


Penampung filtrat dari tiap filter hendaknya dibuat dalam bentuk, ukuran,
dan ketinggian yang sesuai dengan gambar rencana. Dinding dalam penampung
hendaknya diplester halus, demikian pula dasarnya. Alat ukur Thomson terbuat
dari plat baja yang terpasang permanen ke dinding bak penampang. Bagian-bagian
yang terpotong harus dihaluskan dengan alat gerinda.

Ruang Perpipaan dan Ruang Operasi


Bangunan ini merupakn bangunan bertingkat, ruang perpipaan terletak di
bagian bawah, sedangkan ruang operasi di bagian atasnya. Bangunan terbuat dari
konstruksi beton, pasangan bata, lantai operasi dan ruang perpipaan, seluruhnya
terbuat dari pasangan beton bertulang, sedangkan dinding bangunan terbuat dari
pasangan batu bata. Ventilasi dan lubang cahaya diletakan dengan cara yang baik /
tepat sehingga sinar dan udara memenuhi persyaratan, terutama pada ruang
perpipaan.

Saluran Pengumpul filtrat


Terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan dinding dan dasar saluran
diplester halus. Ukuran, kemiringan, ketinggian sesuai dengan gambar. Hubungan
saluran dengan pipa harus rapat dan dipasang pada saat pemasangan tulang beton.

6.3.7 Bangunan Bak Penampung Air Bersih


Bangunan penampung air bersih, meliputi bak penampung air bersih,
ruang perpipaan, ruang pompa dan ruang pembubuhan desinfektan.

Bak Penampung Air Bersih


Bak penampung air bersih merupakan bangunan yang tertanam dalam
tanah terbuat dari konstruksi beton bertulang kedap air, dinding bagian dalam dan
lantai diplester halus dan bagian lantai dibuat dengan kemiringan tertentu sesuai

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-24
gambar. Sekat bak penampung terbuat dari pasangan beton bertulang dengan
permukaan dinding yang diplester halus. Lubang pemeriksaan (Manhole) dibuat
dan ditempatkan sesuai dengan gambar. Tutup manhole terbuat dari plat baja
dengan ketebalan plat 3 mm dan mudah untuk dibuka / ditutup.
Tangga masuk ke dalam bak merupakan tangga tegak dari besi baja.
Lubang udara (ventilasi) bak terbuat dari pipa galvanized (GIP) dengan diameter
dan penempatannya sesuai gambar dan ujung pipa ventilasi ditutup dengan kawat
kasa agar binatang atau kotoran lainnya tidak mudah masuk bak.
Atap bak penampung terbuat dari konstruksi beton bertulang dan
permukaan atasnya dilapisi dengan lapisan aspal serta dilengkapi dengan talang
pembuangan air hujan pada tempat-tempat sesuai dengan gambar.

Ruang Perpipaan
Ruang perpipaan terdapat di bagian bawah permukaan tanah dan bersatu
dengan dinding bak penampung. Ruang perpipaan terbuat dari konstruksi beton
bertulang, pondasi batu kali dan dinding dari pasangan batu bata.

Perpipaan
Perpipaan penampung air bersih terdiri dari pipa aliran masuk dan pipa
aliran keluar, pipa penguras, pipa peluap (over flow) serta pipa pembubuh kaporit.
Pipa dan aksessoris yang digunakan adalah pipa yang terbuat dari besi cor dengan
sistem sambungan flens. Diameter, ketinggian dan pemasangan wall pipe harus
dipasang bersamaan pada saat penulangan beton (sebelum pengecoran). Pipa
harus dicat dengan bahan cat yang dapat melindungi dari karat dengan warna yang
berbeda sesuai fungsi dari masing-masing pipa tersebut. Pipa aliran masuk
membawa air bersih dari saluran filter ke bak penampung air bersih.
Pipa aliran keluar merupakn jalur perpipaan yang membawa air bersih dari
bak penampung menuju ke sistem distribusi. Pipa dilengkapi dengan alat pengatur
aliran dengan diameter, ketinggian dan perletakannya sesuai dengan gambar. Pipa
dan perlengkapan pembubuh kaporit terbuat dari bahan pipa PVC dengan sistem
sambungan pipa mempergunakan solvent cement.

6.3.8 Ruang Kimia

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T


VI-25
Ruang kimia merupakan ruang penyediaan bahan-bahan kimia yang
diperlukan dalam proses pengolahan kimiawi, yang meliputi penaikan pH dan
desinfeksi. Bak pelarut untuk tiap jenis bahan kimia dibuat secara terpisah.
Pekerjaan yang termasuk dalam pembuatan ruang kimia meliputi konstruksi
beton, baja, pasangan batu bata, pintu, jendela, perpipaan, mekanikal, dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang diperlukan.
Bangunan ruang kimia terbuat dari konstruksi beton dan pasangan bata.
Dimensi dan hubungan-hubungan konstruksi hendaknya sesuai dengan gambar
perencanaan. Kelengkapan-kelengkapan bangunan lainnya hendaknya memenuhi
spesifikasi yang ditentukan kemudian dalam konstruksi.

6.3.9 Ruang Pompa


Berhubungan dengan ruang kimia. Pompa diletakan di atas landasan beton
yang berukuran sesuai dengan yang dispesifikasikan kemudian. Landasan pompa
hendaknya tidak berhubungan langsung dengan lantai ruang agar getaran yang
timbul tidak menggangu bangunan seluruhnya. Saluran kabel listrik dibuat sesuai
dengan gambar, demikian pula penempatan penil elektrika pompa. Ruang pompa
hendaknya dilengkapi dengan saluran-saluran pengering yang dapat dengan cepat
mengalirkan air ke tempat pembuangan.
Perpipaan yang akan dipasang pada pompa terdiri dari pipa hisap baja
dengan sambungan flens dari bak penampung air bersih dan pipa tekan baja
dengan sambungan flens ke arah ruang perpipaan saringan pasir, ukuran, diameter,
ketinggian, dan penempatan jalur-jalur pipa hendaknya seperti yang ditetapkan
dalam perencanaan. Fitting yang dipergunakan juga terbuat dari baja dan
ditempatkan pada tempat-tempat seperti dalam gambar. Sedangkan katup dan
perlengkapan lain terbuat dari besi tuang dan ujung flens yang sama.

Rifqi Taftijani I A / 143050028 / PBPAM / 2018 / Anto F Sutopo , S.T

Anda mungkin juga menyukai