Anda di halaman 1dari 4

REKLAMASI/ REMEDIASI LAHAN KRITIS BEKAS TAMBANG

DENGAN BIOCOND DAN D’NATURE


Oleh : Bima Wp. – CV. INCON MITRA BUMI INDONESIA

PENDAHULUAN

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan


memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya
guna sesuai peruntukannya.
Salah satu kegiatan pengakhiran tambang,
yaitu reklamasi yang merupakan upaya penataan
kembali daerah bekas tambang agar bisa menjadi
daerah bermanfaat dan berdayaguna. Reklamasi
tidak berarti akan mengembalikan 100% sama dengan kondisi rona awal. Sebuah lahan atau gunung
yang dikupas untuk diambil isinya hingga kedalaman ratusan meter bahkan sampai seribu meter,
walaupun sistem gali timbun (back filling) diterapkan tetap akan meninggalkan lubang besar seperti
danau (Herlina, 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tabalong, Reklamasi 100
Persen Mustahil. Banjarmasin Post, Banjarmasin).

Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan.
Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik tanah
overburden agar tidak terjadi longsor, pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air masam
tambang yang beracun, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri
bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah tersebut. Namun upaya
perbaikan dengan cara ini masih dirasakan kurang efektif, hal ini karena tanaman secara umum
kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan ekstrim, terutama lahan bekas tambang (Dindin H
Mursyidin, S.Si, Memperbaiki Lahan Bekas Tambang dengan Mikroorganisme). Tingginya kadar
logam seringkali menjadi salah satu penyebab utama sulitnya tanaman untuk hidup.

Reklamasi adalah suatu operasi yang mempersiapkan lahan bekas tambang atau lahan terbuka,
untuk penggunaan selanjutnya setelah pasca tambang. Reklamasi juga meliputi langkah-langkah
menstabilkan lahan bekas tambang dalam pengertian lingkungan. Jadi reklamasi adalah bagian
integral dari rencana total penambangan, yang berarti reklamasi bukan suatu langkan terpisah yang
melengkapi penambangan, tetapi suatu operasi terpadu yang dimulai dengan rencana awal,
dilanjutkan dengan tahap ekstrasi sampai penggunaan lahan baru setelah pasca penambangan.
Tujuan akhir dari rencana reklamasi adalah untuk meyakinkan bahwa lahan bekas tambang
dikembalikan pada penggunaan yang produktif (Kartosudjono, 1994). Salah satu tujuan utama
reklamasi adalah pemulihan lahan yang terganggu. Perencanaan reklamasi perlu dikaitkan dengan
rencana tata guna lahan.

ALTERNATIF USAHA REKLAMASI SECARA AGRONOMIS

Usaha-usaha yang dilakukan dalam pencegahan dan pemulihan lahan bekas tambang atau tanah
kritis saat ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu secara agronomis dan secara teknik fisik.
Secara agronomis meliputi:
1. Penanaman menurut kontur (Contour farming)
2. Penanaman pagar hidup mengikuti kontur (Contour hedge)
3. Penghijauan areal kosong (Aerial showing)

1
Penanaman menurut kontur yaitu penanaman tanaman menurut kontur atau bentuk topografi dari
lahan bekas tambang, dengan di tanami oleh tanaman pagar hidup seperti tanaman jarak. Sesuai
dengan sifat tanaman jarak yang dapat tumbuh di semua jenis tanah, tetapi yang baik adalah tanah
ringan, lempung berpasir dengan aerasi baik, pH tanah 5 - 6,5 dan iklim kering. Tanaman tidak
tahan terhadap air yang menggenang dan kadar air tinggi. Dan sifat ini, beberapa ·kemungkinan
untuk reklamasi lahan bekas pertambangan mangan menjadi kecil, karena relatif komponen utama
tailing adalah pasir. Tailing perlu dicampur dengan pupuk organik (sektiar 10%) agar bisa ditanami
tanaman lain, seperti jarak, nangka, kelapa dll.

Dengan alternatif penanaman ini akan membuka peluang pemanfaatan tanah atau lahan pasca
tambang. Produk biji jarak akan dipanen dan diekstrak minyaknya untuk keperluan diesel. Dengan
demikian, produk biji dan minyak jarak ini bukan merupakan bahan pangan atau pakan yang
dikhawatirkan akan ada residu bahan berbahaya dan minyak bumi.

Untuk penghijauan lahan bekas tambang maka di adakan kegiatan revegetasi atau perbaikan kondisi
tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah permukaan dan bahan organik serta
pemupukan dasar dan pemberian kapur. Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas
tambang yaitu masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah
mencakup tekstur dan struktur tanah. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH),
kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity. Untuk mengatasi pH yang rendah, yang dapat
dilakukan selama ini adalah dengan cara penambahan kapur, terutama dolomit. Sedangkan kendala
biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya mikroorganisme potensial dapat
diatasi dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis pohon, pemanfaatan mikroriza dan
mikroorganisme spesifik seperti Disulfofibrio desulfuricans, Thiobacillus ferrooksida,
Lactobacillus sp. dll. Sementara itu untuk mengatasi kadar logam yang tinggi dan keracunan tanah,
saat ini belum berjalan baik serta memerlukan biaya remediasi yang tinggi.

Sebuah riset dari tim peneliti alumni UGM kini telah menemukan bioremediator yang telah terbukti
mampu menyuburkan tanah bekas tambang secara cepat dengan nanobioteknologi INCON dimana
pengolahan lahan cukup memanfaatkan reagent khusus yang dicampurkan dengan kompos dan
lapisan tanah permukaan/zona perakaran, kemudian disiram dengan larutan mikroorganisme
thermofilik jenis tertentu dan didiamkan selama maksimal 3 minggu, maka siap ditanami. SEBUAH
CARA YANG REVOLUSIONER – dari Yogyakarta untuk Dunia

2
TEKNOLOGI BIO-INCON
UNTUK REKLAMASI dan REMEDIASI LAHAN BEKAS TAMBANG
DENGAN APLIKASI KOMPOS PREMIUM

1. Pembuatan Kompos Premium

Bahan :
 10 Ton Kompos
 5-10 liter D’NATURE Cair
 BIOCOND 100 kg
 Gula 10 kg atau Molase 5 kg.
 5.000 – 10.000 liter air.

Cara Pembuatan :
1. Siapkan 10 ton kompos
2. Siapkan D’NATURE cair yang sudah diencerkan dan difermentasi awal/ dibuat starter
dengan komposisi sebagai berikut :
1 liter D’NATURE cair + 1 kg Gula + 1000 liter air, kemudian disimpan 12-24 jam dalam
kondisi tertutup rapat agar menjadi D’NATURE starter
3. Buat berlapis-lapis dimana setiap 10 cm ketebalan kompos kemudian disiram dengan
ramuan D’NATURE di atas, kemudian taburi BIOCOND tipis-tipis secara merata (yang
penting merata menempel kompos). Jadi, susun kompos tebal 10 cm sirami dengan
D’NATURE starter taburi BIOCOND ... susun lagi dan seterusnya hingga semua
tersiram D’NATURE starter dan terkena taburan BIOCOND.
4. Tutup lapisan kompos tersebut dengan terpal selama semalam dan siap ditaburkan di lahan.

Catatan :
 Bilamana yang dicampurkan adalah kompos yang belum jadi, maka perlu dikomposkan
dulu dengan cara mengaduk susunan lapisan kompos (no.3) hingga tercampur homogen,
kemudian dilakukan penutupan rapat memakai terpal (no.4) selama 3 minggu (tak perlu
ada pengadukan dalam kurun 3 minggu tersebut). Kompos premium siap diaplikasikan bila
suhunya sudah stabil dibawah 400C.
 Bilamana D’NATURE starter habis, sementara penyiraman/penyemprotan masih
dibutuhkan, maka perlu membuat D’NATURE starter lagi dengan perbandingan seperti
diatas. Paling tidak, perlu disiapkan 2000 liter D’NATURE starter untuk pembuatan
kompos premium 8-10 ton tersebut.
 Bilamana bahan yang akan dikomposkan sudah terlalu basah (kadar air diperkirakan lebih
dari 25%) sebelum dikomposkan, maka penyemprotan dapat lengsung menggunakan
larutan D’NATURE murni saja (bukan D’NATURE starter) + penaburan Biocond pada
bahan kompos tersebut hingga tercampur merata.

2. Cara Aplikasi Kompos Premium :

1. Taburkan/ sebarkan kompos premium pada lahan 1 hektar secara merata


2. Semprot dengan larutan D’NATURE starter
3. Campurkan dengan tanah permukaan dengan cara dibajak (luku garu.Jw) atau dicangkul
4. Lahan siap digunakan maksimal setelah 14 – 21 hari

3
Catatan :
Jika lahan bekas tambang ternyata sudah basah, maka penggemboran D’NATURE cukup
dengan perbandingan 1 : 1000, sedangkan pada lahan yang sangat kering, maka campuran de
nature dengan air untuk penggemboran di lahan adalah 1 : 10.000.
Jadi, volume D’NATURE tetap, hanya volume airnya yang ditambah. Kebutuhan cairan
D’NATURE per hektar adalah 5-10 liter, semakin rusak kondisi kimia dan biologi tanahnya
dibutuhkan D’NATURE yang lebih banyak.

Catatan :
 Pada saat penyemprotan dengan POC D’NATURE, dapat juga ditambahkan 1 sendok
makan NPK yg mudah larut (Phonska)/ tangki.
 1 liter POC D’NATURE dapat dibuat dengan cara sbb.:
1. Siapkan air kelapa yang masih segar sebanyak 1 liter, D’NATURE 1 sachet 5 gr
dan wadah cairan yang dapat ditutup rapat
2. Siapkan wadah, masukkan D’NATURE dan Air kelapa, kemudian digojok hingga
tercampur baik. Tutup rapat dan simpan selama 24 jam.
3. POC D’NATURE siap digunakan dengan dosis aplikasi 1-3 sdm dalam 5 liter air
sesuai kondisi tanaman. Ketika tanaman sudah bagus cukup diberikan dosis 1
sdm/5 ltr air.
4. Sebaiknya penyemprotan dilakukan 5-7 hari sekali sesuai kondisi tanaman
 BIOCOND Tabur = ULTRA BIOSOIL; POC D’NATURE = BIOREAKTOR = POC
HumuSubur.
 Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat menggunakan cara-cara organik
ataupun mengikuti kebiasaan setempat

Anda mungkin juga menyukai