REAKSI SAPONIFIKASI
PEMBUATAN SABUN
OLEH
KELOMPOK 3
KELAS A
YOPALIM Z. (1007135110)
Laporan Ini Telah Diperiksa Dan Dinilai Oleh Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Praktikum Kimia Organik.
Disusun Oleh :
1. Fajrina Qaishum
2. Arbhy Indera I
3. Noferi Yanli
4. Yopalim Z
Menyetujui
Reaksi saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah
(misalnya NaOH). Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan
sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Tujuan dari
percobaan adalah untuk membuat dan memahami reaksi penyabunan pada proses
pembuatan sabun serta mengetahui sifat-sifat sabun pada percobaan. Sabun
dibuat menggunakan lemak atau minyak trigliserida yang diesterifikasi dengan
gliserol. Kandungan karbon pada lemak atau minyak antara C12 (asam laurik)
hingga C18 (asam stearat). Pengolahan sabun melalui proses saponifikasi dengan
membebaskan gliserol dengan penambahan minyak dan alkali sebagai bahan
utama serta penambahan alkohol (etanol) sebagai pelarut organik. Pembuatan
sabun tidak terlepas dengan bantuan NaCl sebagai bahan untuk memperkeras
sehingga terbentuknya sabun padat. Untuk pengujian sifat dari sabun yang telah
didapatkan, dapat menggunakan kerosen, kalsium sulfat, dan phenolphtalein.
Abstract
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat
hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu
mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Selain itu, pada
larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati
konsentrasi tertentu yang disebut Konsentrasi Kritik Misel. Sabun juga
mengandung sekitar 25% gliserin. Gliserin bisa melembabkan dan melembutkan
kulit, menyejukan dan meminyaki sel-sel kulit juga.
Maka dari itu, dengan melakukan percobaan safonifikasi ini dapat kita
lakukan proses pembuatan sabun dan mempelajari bagaimana reaksi yang terjadi
dalam proses pembuatan sabun dari reaksi safonifikasi tersebut serta memahami
sifat dari sabun.
LANDASAN TEORI
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya tidak
menggunakan sabun. Malahan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan
balok lilin, pasir, batu apung dan abu, juga meminyaki tubuh dengan minyak,
menggesek minyak dan kotoran dengan peralatan metal yang disebut strigil.
Mereka juga menggunakan minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di
sungai. Sabun mendapatkan nama, diantara legenda Romawi Kuno, dari Gunung
Sapo, dimana binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak
hewani mencair, atau lemak dan abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang
Sungai Tiber. Para wanita menemukan bahwa campuran lilin membuat pembersih
mereka dengan lebih kurang usaha.
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam
lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam
stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran
trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan
natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan
ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang
digunakan. Komposisi asam asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun
dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai
yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat
iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar
bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi
bila terkena udara. Alasan alasan diatas, faktor ekonomis, dan daya jual
menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya
lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap,
sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada
temperatur tinggi.
a. NaCl.
b. Bahan aditif.
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.
Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar
volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun
semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai
bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering
digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate
dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk,
dan mudah larut dalam air.
3. Pewarna
4. Parfum
Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalim
hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu
gram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali
yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau
minyak.
Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau
lemak, semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak
jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu
untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.
Proses pembuatan sabun dapat dibuat dua tahap yaitu proses batch atau proses
continue
Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau
minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan
katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu
dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-
asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
Safonifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah
(misalnya NaOH)
Reaksi safonifikasi:
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi
netralisasi fatty acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya
gliserin (glycerol). Karena pada saat proses pembuatan fatty acid, glycerol
sudah dipisahkan tersendiri .
Salah satu manfaat dari proses saponifikasi adalah mensintesis sabun (ester)
dengan merubah asam karboksilat dengan air. Reaksi pembuatan sabun atau
safonifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai
produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun
merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih
keras . Sabun memiliki kalarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut
menjadi partikel yang lebih kecil melainkan larut dalam bentuk ion.
Berdasarkan reaksi yang terjadi, ada 4 metode proses pembuatan sabun yaitu
sebagai berikut (Y.H.Hui,1996) :
1. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun kalium. Bahan dasarnya
adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan
perbandingan 2:1.
2. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan
minyak jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan
kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin atau alkohol
.
3. Sabun Kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar
parfum yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptik dan
bebas dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun
ini adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan
sulfur.
4. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen dalam
menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan
beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan
berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau
menghancurkan sabun yang berbentuk batangan.
2. Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)
yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada
sabun dikurangi dari 30 35% pada sabun murni menjadi 8 18% pada sabun
butiran atau lempengan. Jenis jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal
hingga multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses
pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi
pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun
dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang
sudah dipanaskan terlebih dahulu disemprotkan di atas dinding ruang vakum
melalui mulut pipa yang berputar.Lapisan tipis sabun yang sudah dikeringkan
dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan
dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke
bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan multi sistem, yang
merupakan versi pengembangan dari dryer sistem tunggal, memperkenalkan
proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer
sistem tunggal.
4. Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya ke dalam mixer
(amalgamator).Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk
mengolah campuran tersebut menjadi suatu produk yang homogen.Produk
tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong
dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan-potongan
terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan
sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan.
METODOLOGI PERCOBAAN
E-4
Cawan berisi
Minyak Minyak dipanaskan
ditambahkan etanol
dan NaOH
Kemudian ditambahkan
NaCl membentuk
endapan
Pompa Vacum
Disaring endapan
yang terbentuk
Sifat-Sifat Sabun
Trigliserida Gliserol
Reaksi Alkoksida :
4.3. Pembahasan
Medium pereaksi yang digunakan dalam bentuk suatu pelarut yaitu etanol.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol merupakan suatu pelarut yang
baik untuk senyawa-senyawa organik, dalam hal ini adalah untuk melarutkan
minyak kelapa yang digunakan. Etanol adalah alkohol dengan dua atom C. Etanol
merupakan senyawa organik yang bersifat semipolar yaitu senyawa yang dapat
bersifat polar karena mengandung gugus OH dan bersifat nonpolar yaitu CH3+.
Dengan pelarut inilah NaOH terlarut dan dapat bercampur dengan lemak dalam
reaksi penyabunan. Menghasilkan larutan yang berwarna kuning, berbuih, dan
terbentuk endapan-endapan putih. Tanpa adanya etanol, reaksi NaOH dengan
lemak tetap berlangsung. Namun, reaksinya akan berlangsung lama.
5.1. Kesimpulan
Dokumentasi
Uji air+kerosene+sabun