Anda di halaman 1dari 24

WALIKOTA JAYAPURA

DRAF PERATURAN WALIKOTA JAYAPURA

TENTANG

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KLUSTER A) HAMADI PANTAI
KOTA JAYAPURA
PROVINSI PAPUA
Menimbang:

a. Kota Jayapura merupakan Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan


pertahanan dan keamanan negara, dimana Kota Jayapura adalah kawasan perbatasan
darat Republik Indonesia dengan negara Papua Nugini.
b. Kawasan Hamadi Pantai termasuk di dalam Kawasan Strategis Kota Jayapura, dari
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
c. Pesatnya perkembangan, pertumbuhan dan perubahan penduduk di sekitar Kawasan
Hamadi Pantai serta pembangunan Jembatan Holtekam yang akan memicu
perkembangan fisik kawasan lebih pesat.
d. Bahwa untuk menjaga dan mengendalikan perkembangan pembangunan dimasa
yang akan datang sehingga dapat terarah, maka perlu diatur Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai, Kota Jayapura,
Provinsi Papua.
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, c dan d perlu
menetapkan peraturan Walikota Jayapura Tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai.

Mengingat:

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;


(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 130);
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana; (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 66);
3. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4247);
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 nomor 5188 );
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 96);
MEMUTUSKAN

Menetapkan: PERATURAN WALIKOTA KOTA JAYAPURA TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN


DAN LINGKUNGAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KLUSTER A) HAMADI PANTAI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
1. Pemerintah adalah Pemerintah Replublik Indonesia.
2. Daerah adalah Kota Jayapura
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Papua
4. Walikota adalah Walikota Kota Jayapura
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Jayapura.
6. Peraturan Walikota adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jayapura
berdasarkan kewenangan otonomi yang ada padanya.
7. Bentuk Peraturan Walikota adalah keseluruhan format dan sistematika perumusan Peraturan
Walikota dan Tahap Penamaan sampai dengan penjelasan pasal demi pasal.
8. Pengesahan Peraturan Walikota adalah proses pengkajian dan penetapan peraturan Walikota
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga dengan
penetapan tersebut Peraturan Walikota dimaksud menjadi mengikat dan mempunyai kekuatan
hukum.
9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnnya hidup dan melakukan kegiatan
serta memelihara kelangsungan hidupnya.
10. Tata Ruang adalah wujud dari struktur dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
maupun tidak direncanakan.
11. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian ruang.
12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Adapun
yang dimaksud dengan struktur pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk
lingkungan secara hirarkis dan saling berhubungan satu dengan lainnya, sedangkan yang
dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang adalah tata guna tanah, air, udara, dan sumber
daya alam lainnya dalam wujud penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air,
udara, dan sumber daya alam lainnya.
13. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah Rencana Tata Ruang
Wilayah Kawasan Perkotaan Jayapura 2014-2034.
14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek
fungsional.
15. Kawasan adalah satuan ruang wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek fungsional serta memiliki ciri tertentu.
16. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu
kawasan/lingkungan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan
pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
17. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai
Kota Jayapura Provinsi Papua, yang selanjutnya disebut Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) Kawasan Hamadi Pantai adalah panduan bangunan di Kawasan Hamadi Pantai yang
dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan,
serta membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum
dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan Hamadi Pantai.
18. Program Bangunan dan Lingkungan adalah penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan
peruntukan lahan dalam kurun waktu tertentu yang dilakukan melalui analisis kawasan
termasuk pengendalian dampak lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan
berbasis peran serta masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan
dan lingkungan di kawasan.
19. Rencana Umum dan Panduan Rancang adalah prinsip-prinsip pengembangan rancangan
kawasan, meliputi struktur peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan lahan. Tata bangunan,
sistem sirkulasi dan jalur penghubung, sistem ruang terbuka dan tata hijau, tata kualitas
lingkungan, sistem prasarana dan utilitas lingkungan, serta pelestarian bangunan dan
lingkungan.
20. Rencana Investasi adalah rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung
kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan, sehingga terjadi kesinambungan
pentahapan pelaksanaan pembangunan.
21. Ketentuan Pengendalian Rencana adalah mengendalikan berbagai rencana kerja, program
kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan pelaksanaan
penataan suatu kawasan.
22. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan adalah mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataan
bangunan dan kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan
agar dapat berkualitas meningkat berkelanjutan.
23. Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting
dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan
dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang
wilayah.
24. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum
bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.
25. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai
dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai.
26. Ketinggian Bangunan adalah batasan jumlah lapis lantai maksimum yang diijinkan dibangun.
27. Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung.
28. Garis Sempadan Bangunan adalah garis maya pada halaman pekarangan bangunan yang ditarik
sejajar dari tepi garis Ruang Milik Jalan (Rumija).
29. Garis Pagar adalah garis maya tempat pagar dapat diberdirikan.
30. Batas kaveling adalah batas-batas kepemilikan suatu lahan.
31. Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah hingga garis teratas atap
bangunan.
32. Sistim Jaringan Jalan dan Pergerakan adalah rancangan pergerakan yang terkait antara jenis-
jenis hiraki/kelas jalan.
33. Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum adalah rancangan sistem arus pergerakan kendaraan
umum yang melalui kawasan.
34. Sistem Sirkulasi Kendaraan Pribadi adalah rancangan sistem arus pergerakan bagi kendaraan
pribadi

Bagian Kedua
Maksud, Tujuan dan Lingkup
Pasal 2
1) RTBL Kawasan Hamadi Pantai merupakan panduan rancang bangun lingkungan/kawasan Hamadi
Pantai untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman
pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan.
2) Tujuan RTBL Kawasan Hamadi Pantai adalah sebagai acuan dalam mewujudkan tata bangunan
dan lingkungan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan di Kawasan Hamadi
Pantai serta sebagai acuan Pemerintah Daerah dalam penerbitan IMB.
3) Lingkup RTBL Kawasan Hamadi Pantai meliputi pengaturan, pelaksanaan, dan pengendalian
pelaksanaan pengembangan kawasan/lingkungan Kawasan Hamadi Pantai

BAB II
MATERI POKOK RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

Bagian Kesatu
Sistematika RTBL
Pasal 3
1) Peraturan Walikota tentang RTBL Kawasan Hamadi Pantai disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I : KETENTUAN UMUM
BAB II : MATERI POKOK RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)
BAB III : RENCANA UMUM
BAB IV : PANDUAN RANCANGAN
BAB V : PELAKSANAAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
BAB VI : HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
BAB VII : PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
BAB VIII : KETENTUAN PERALIHAN
BAB VIII : KETENTUAN PENUTUP
2) Peraturan Walikota tentang RTBL Kawasan Hamadi Pantai dilengkapi dengan lampiran buku album
peta, ilustrasi, gambar teknis, dan lain-lain yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan Walikota ini.
Bagian Kedua:
Batasan Lokasi kawasan
Pasal 4
1) Lokasi perencanaan RTBL Kawasan Hamadi Pantai adalah sebagian dari Kampung Tobati yang
berada di Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua, luas kawasan perencanaan RTBL
Kawasan Hamadi Pantai adalah 63 Ha, dengan batas kawasan perencanaan sebagai berikut:
a. Utara : Jl. Raya Kelapa Dua Entrop
b. Barat : Teluk Youtefa
c. Selatan : Tanjung Pie
d. Timur : Perairan Laut Teluk Yos Sudarso
2) Lokasi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam peta Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BAB III
RENCANA UMUM

Bagian Kesatu
Struktur Peruntukan Lahan
Pasal 5
Struktur peruntukan lahan mengatur alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang
telah ditetapkan dalam Kawasan Hamadi Pantai berdasarkan ketentuan pola ruang dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Jayapura 2014-2034.

Pasal 6
Peruntukan Lahan Blok A
1) Blok A, dengan luas area blok adalah 0,275 Ha
2) Peruntukan lahan makro Blok A adalah perdagangan dan jasa
3) Peruntukan lahan mikro Blok A diatur sebagai berikut:
a. Lantai 1: perdagangan eceran, penyewaan, jasa travel, hiburan, pendidikan, telkom-info,
keuangan, penginapan & pelayanan bisnis.
b. Lantai 2: perdagangan eceran, penyewaan, jasa hiburan, pendidikan, penginapan.
Pasal 7
Peruntukan Lahan Blok B
1) Blok B, dengan luas area blok adalah 8,04 Ha.
2) Peruntukan lahan makro Blok B adalah perumahan
3) Peruntukan lahan mikro Blok B diatur sebagai berikut:
a. Lantai 1: Hunian, perdagangan & jasa lokal setempat, pelayanan masyarakat
b. Lantai 2: Hunian.
Pasal 8
Peruntukan Lahan Blok C
1) Blok C, dengan luas area blok adalah 36,49 Ha.
2) Peruntukan lahan makro Blok C adalah taman wisata alam
3) Peruntukan lahan mikro Blok C diatur pada lantai dasar/lantai 1: Rumah makan, toko/kios, ruang
serba guna, penelitian & penginapan wisata.

Pasal 9
Peta Peruntukan Lahan
Peruntukan lahan sebagaimana dimaksud pada pasal (6), (7) dan (8) tercantum dalam peta Lampiran
II dan III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Bagian Kedua
Intensitas Pemanfaatan Lahan
Pasal 10
1) Intensitas pemanfaatan lahan menentukan tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum
bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.
2) Intensitas pemanfaatan lahan di Kawasan Hamadi Pantai didasarkan kepada fungsi blok dan sub
blok.

Pasal 11
Fungsi Perdagangan dan Jasa
Pada blok/sub blok dengan fungsi perdagangan dan jasa, intensitas pemanfaatan lahan yang diijinkan
adalah:
1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 60 % (enam puluh perseratus)
2) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal 1,2 (satu koma dua)
3) Ketinggian Bangunan maksimal 2 lantai (dua lantai)
4) Tinggi Bangunan maksimal 15 m (lima belas meter)
5) Koefisien Dasar Hijau minimal 10% (sepuluh perseratus)
Pasal 12
Fungsi Perumahan
Pada blok/sub blok dengan fungsi perumahan, intensitas pemanfaatan lahan yang diijinkan adalah:
1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 60% (enam puluh perseratus)
2) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal 1,2 (satu koma dua)
3) Ketinggian Bangunan maksimal 2 (dua) lantai
4) Tinggi Bangunan maksimal 15 m (15 meter)
5) Koefisien Dasar Hijau minimal 30% (tiga puluh perseratus)

Pasal 13
Fungsi Taman Wisata Alam
Pada blok/sub blok dengan fungsi taman wisata alam, intensitas pemanfaatan lahan yang diijinkan
adalah:
1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 0% (nol perseratus)
2) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal 0,1 (nol koma satu)
3) Ketinggian Bangunan maksimal 1 (satu) lantai
4) Tinggi Bangunan maksimal 12 m (dua belas meter)
5) Koefisien Dasar Hijau minimal 90% (sembilan puluh perseratus)

Pasal 14
Peta Intensitas Pemanfaatan Lahan
Intensitas pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud pada pasal (11), (12) dan (13) tercantum dalam
peta Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Bagian Ketiga
Tata Bangunan
Pasal 15
Pengaturan tata bangunan Kawasan Hamadi Pantai ditetapkan untuk membentuk citra/karakter fisik
lingkungan, besaran, dan konfigurasinya.

Pasal 16
Pengaturan Blok Lingkungan
Pengaturan blok lingkungan Kawasan Hamadi Pantai ditetapkan sebagai berikut:
1) Bentuk dan ukuran blok lingkungan mengikuti dan menyesuaikan dengan bentuk blok lingkungan
eksisting yang telah terbangun;
2) Pengelompokan dan konfigurasi blok lingkungan mengikuti rencana tata ruang, detail rencana
tata ruang dan peraturan zonasinya;
3) Blok lingkungan untuk ruang terbuka dan tata hijau eksisting dipertahankan sedangkan
penambahan ruang terbuka dan tata hijau menyesuaikan dengan bentuk blok lingkungan
eksisting.
Pasal 17
Pengaturan Kaveling/Petak Kaveling
Pengaturan kaveling/petak kaveling Kawasan Hamadi Pantai, sebagai berikut:
1) Bentuk dan ukuran kaveling mengikuti bentuk dan ukuran eksisting;
2) Kaveling perumahan harus memiliki luas minimal minimal 85 (delapan puluh lima) meter persegi;
3) Pengelompokan dan konfigurasi kaveling mengikuti eksisting sesuai rencana tata ruang dan
rencana detail tata ruang;
4) Ruang terbuka dan tata hijau kaveling harus memenuhi batas minimal Koefisien Daerah Hijau
(KDH), pada setiap kaveling harus menyediakan ruang terbuka dan tata hijau yang cukup dalam
bentuk pekarangan di sisi depan dan belakang bangunan.

Pasal 18
Pengaturan Bangunan
Pengaturan bangunan, merupakan pengaturan massa bangunan dalam blok/sub-blok/kaveling dalam
Kawasan Hamadi Pantai, sebagai berikut:
1) Pengelompokan bangunan dikelompokkan berdasarkan kelompok fungsi bangunan yaitu fungsi
perdagangan dan jasa, fungsi perumahan dan fungsi taman wisata alam;
2) Letak bangunan dalam kaveling ditetapkan dalam batasan Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis
Sempadan Samping Bangunan (GSpB) dan Garis Sempadan Belakang Bangunan (GSbB), yang
membatasi tanah dalam kaveling yang boleh dibangun;
3) Orientasi bangunan ditetapkan sebagai berikut:
a. terhadap blok/sub-blok/kaveling yang salah satu sisinya menghadap jalan maka hadapan
utama tampak bangunan harus ke arah sisi jalan tersebut;
b. terhadap blok/sub-blok/kaveling yang berbatasan dengan lebih dari satu sisi jalan, maka
hadapan utama tampak bangunan harus menghadap sisi jalan dengan klasifikasi fungsi
yang paling tinggi;
c. terhadap blok/sub-blok/kaveling yang salah satu sisinya menghadap laut maka hadapan
utama tampak bangunan harus ke arah sisi laut tersebut.
4) Sosok massa bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan dan tipe bangunannya:
a. fungsi bangunan perdagangan dan jasa pada tipe bangunan deret, denah dasar
bangunannya adalah berbentuk persegi empat atau menyesuaikan bentuk kaveling,
dengan bentuk atap pelana;
b. fungsi bangunan perumahan pada tipe bangunan deret, denah dasar bangunannya adalah
berbentuk persegi empat atau menyesuaikan bentuk kaveling, dengan bentuk atap
pelana;
c. fungsi bangunan taman wisata alam pada tipe bangunan tunggal, denah dasar
bangunannya berbentuk persegi enam mengikuti tipologi arsitektur lokal , bentuk atap
perisai segi enam.
5) Ekspresi arsitektur bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi bangunannya:
a. fungsi bangunan perdagangan dan jasa, ekspresi arsitektur bangunan dapat
menggunakan simbol/ciri arsitektur tradisional Port Numbay pada elemen sekunder
arsitektur bangunannya seperti lisplang atap, bagian permukaan dinding, permukaan
kolom, kaki kolom, daun pintu, daun jendela, atau elemen-elemen tambahan pada
tampak bangunan.
b. fungsi bangunan perumahan, ekspresi arsitektur bangunan dapat menggunakan
simbol/ciri arsitektur tradisional Port Numbay pada elemen sekunder arsitektur
bangunannya seperti lisplang atap, bagian permukaan dinding, permukaan kolom, kaki
kolom, daun pintu, daun jendela, atau elemen-elemen tambahan pada tampak bangunan.
c. fungsi bangunan taman wisata alam, untuk bangunan-bangunan publik, ekspresi
arsitektur bangunan harus menggunakan simbol/ciri arsitektur tradisional Port Numbay
pada bentuk denah bangunan dan elemen utama arsitektur bangunannya berikut simbol-
simbol khas Port Numbay.
Pasal 19
Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan
Pengaturan ketinggian dan elevasi lantai bangunan diatur, sebagai berikut:
1) Ketinggian bangunan maksimal diatur sesuai fungsi bangunannya;
2) Komposisi garis langit bangunan diatur menyesuaikan lingkungan sekitar dan keserasian antar
bangunan;
3) Ketinggian lantai bangunan umumnya ditetapkan maksimal 4 meter, kecuali untuk bangunan-
bangunan gedung untuk kegiatan ibadah dan gedung pertemuan ditetapkan maksimal 8 meter.

Pasal 20
Peta Tata Bangunan
Tata bangunan sebagaimana dimaksud pada pasal (16), (17), (18) dan (19) tercantum dalam peta
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Bagian Keempat
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Pasal 21
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan
umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan sepeda, sirkulasi
pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang disabilitas dan lanjut usia), sistem dan sarana transit,
sistem parkir, perencanan jalur pelayanan lingkungan dan sistem jaringan penghubung.

Pasal 22
Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan
Sistem jaringan jalan dan pergerakan di Kawasan Hamadi Pantai terdiri dari beberapa klasifikasi fungsi
jalan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jalan arteri primer;
2) Jalan kolektor sekunder;
3) Jalan lokal sekunder;
4) Jalan lingkungan.

Pasal 23
Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum, Kendaraan Pribadi dan Kendaraan Umum Informal Setempat
1) Sistem sirkulasi kendaraan umum ditetapkan dapat melalui jalan arteri primer, dan kolektor
sekunder;
2) Sistem sirkulasi kendaraan pribadi ditetapkan dapat melalui jalan arteri primer, kolektor sekunder,
dan jalan lokal sekunder;
3) Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat adalah jenis kendaraan ojek motor roda dua
yang diarahkan terutama beroperasi pada jalan lokal sekunder hingga jalan lingkungan;

Pasal 24
Sistem Pergerakan Transit
Sistem pergerakan transit adalah sarana/prasarana penghubung antara sistem sirkulasi kendaraan
umum tingkat kota dengan sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat, sistem sirkulasi
pejalan kaki dan sepeda, dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) pada titik transit disediakan sarana perhentian sementara kendaraan umum berupa halte;
2) halte harus dilengkapi parkir sepeda;
3) halte harus terhubung langsung dengan jalur pedestrian menuju blok lingkungan;
4) halte harus terhubung secara tidak langsung dengan parkir kendaraan umum informal setempat
berupa jalur pedestrian;
5) parkir kendaraan umum informal setempat diletakkan pada kelas klasifikasi fungsi jalan yang lebih
rendah dari klasifikasi fungsi jalan halte.
6) sistem pergerakan transit berorientasi pada konsep TOD (Transit Oriented Development), dengan
penerapan terintegrasi dengan sistem pergerakan transit di tingkat Kota Jayapura.

Pasal 25
Sistem Parkir
Sistem parkir, ditetapkan letak dan kapasitasnya sesuai fungsi bangunan serta tema blok/sub-blok
kawasan, sebagai berikut:
1) Blok/sub blok perdagangan dan jasa, ruang parkir terdistribusi di masing-masing sub-
blok/kaveling menggunakan sebagian halaman depan kaveling;
2) Blok/sub blok perumahan, ruang parkir terdistribusi di masing-masing kaveling menggunakan
sebagian halaman depan kaveling;
3) Blok/sub blok taman wisata alam, ruang parkir menggunakan sistem terpusat di beberapa sub-
blok/kaveling yang ditetapkan dan disepakati untuk berbagi ruang parkir dengan sub
blok/kaveling lainnya;
4) Letak dan sistem parkir harus terhubung langsung dengan sistem jaringan jalan dan pergerakan,
melalui jalan masuk parkir;
5) Jalan masuk parkir, dan ruang parkir, tidak boleh menghalangi jalur pejalan kaki.

Pasal 26
Sistem Perencanaan Jalur Servis/Pelayanan Lingkungan
Sistem perencanaan jalur servis/pelayanan lingkungan, merupakan ketentuan sistem arus pergerakan
kendaraan servis dalam Kawasan Hamadi Pantai, sebagai berikut:
1) jalur pengangkut sampah, merupakan jalur pergerakan kendaraan pengangkut/pengumpul
sampah harian/3 harian/mingguan di setiap kaveling dalam Kawasan Hamadi Pantai menuju lokasi
tempat pengelolaan sampah sementara/tempat pengolahan sampah terpadu 3R.
2) jalur pengangkut barang, merupakan jalur pergerakan kendaraan pengangkut barang yang dapat
mencapai hingga tingkat jalan lingkungan.
3) jalur pemadam kebakaran, merupakan jalur pergerakan kendaraan pemadam kebakaran yang
dapat mencapai hingga tingkat jalan lingkungan sehingga sistem pemadam kebakaran dapat
mencapai seluruh kaveling dalam Kawasan Hamadi Pantai jika terjadi resiko kebakaran.
Pasal 27

Sistem Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda


Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda dalam Kawasan Hamadi Pantai ditentukan sebagai berikut:
1) Sistem sirkulasi pejalan kaki merupakan sistem sirkulasi yang menghubungkan arus pejalan kaki
dari kaveling ke kaveling di seluruh Kawasan Hamadi Pantai;
2) Sistem sirkulasi pejalan kaki harus menyediakan sistem penuntun pasif bagi penyandang cacat dan
lanjut usia, sehingga dapat dilalui secara mandiri tanpa bantuan orang lain, aman, dan nyaman;
3) Sistem sirkulasi sepeda merupakan sistem sirkulasi yang menghubungkan arus pesepeda dari
kaveling ke kaveling di seluruh Kawasan Hamadi Pantai;
4) Pada jalan arteri primer dan kolektor sekunder, jalur sepeda tidak berada di badan jalan,
berdampingan dengan jalur sirkulasi pejalan kaki, dipisahkan dari jalur kendaraan bermotor;
5) Pada jalan lokal sekunder, jalur sepeda berada pada badan jalan;
6) Sepeda dapat melalui jalan lingkungan;
7) Sistem sirkulasi sepeda harus menyediakan penunjuk arah pasif bagi pesepeda, sehingga dapat
dilalui dengan aman, nyaman dan jelas dalam mencapai tujuan di dalam Kawasan Hamadi Pantai
dan sekitarnya.

Pasal 28
Peta Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung sebagaimana dimaksud pada ayat (22), (23), (24), (25), (26) dan
(27) tercantum dalam peta Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Walikota ini.

Bagian Kelima
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Pasal 29
1) Sistem ruang terbuka dan tata hijau merupakan pembentuk karakter lingkungan yang memiliki
peran penting ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan Kawasan Hamadi Pantai.
2) Sistem ruang terbuka dan tata hijau memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-
besarnya oleh publik.

Pasal 30
Sistem Ruang Terbuka Umum
Sistem ruang terbuka umum (kepemilikan publik, aksesibilitas publik) merupakan ruang dalam
Kawasan Hamadi Pantai yang karakter fisiknya terbuka, bebas dan mudah diakses publik, sebagai
berikut:
1) Pantai
2) Hutan mangrove
3) Taman RT
Pasal 31
Sistem Ruang Terbuka Pribadi
Sistem ruang terbuka pribadi (kepemilikan pribadi, aksesibilitas pribadi), merupakan ruang yang
karakter fisiknya terbuka dalam Kawasan Hamadi Pantai namun hanya dapat diakses oleh pemilik,
pengguna, atau pihak tertentu, sebagai berikut:
1) Pekarangan depan
2) Pekarangan belakang

Pasal 32
Sistem Ruang Terbuka Privat yang Dapat Diakses oleh Umum
Sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum (kepemilikan pribadi, aksesibilitas publik),
merupakan ruang yang karakter fisiknya terbuka, serta bebas dan mudah diakses oleh publik
meskipun milik pihak tertentu, karena telah didedikasikan untuk kepentingan publik sebagai hasil
kesepakatan antara pemilik dan pihak pengelola/pemerintah daerah setempat, dimana pihak pemilik
mengizinkan lahannya digunakan untuk kepentingan publik, dengan mendapat kompensasi berupa
insentif/disinsentif tertentu, tanpa mengubah status kepemilikannya.

Pasal 33
Sistem Pepohonan dan Tata Hijau
Sistem pepohonan dan tata hijau, merupakan pola penanaman pohon yang disebar pada ruang
terbuka publik, dalam Kawasan Hamadi Pantai, ditentukan berdasarkan tema blok/sub-blok, dengan
ketentuan umum sebagai berikut:
1) Sistem pepohonan dalam Kawasan Hamadi Pantai, sedapat mungkin menggunakan tanaman lokal
kawasan/kota;
2) Jenis pepohonan dibedakan menyesuaikan tema blok/sub-blok lingkungan;
3) Jenis pepohonan pada jalur hijau jalan harus dapat berfungsi sebagai peneduh bagi pejalan kaki.
4) Jenis pepohonan dalam kaveling harus dapat berfungsi peneduh yang dapat berperan
menurunkan suhu mikro lingkungan.
5) Pada setiap kaveling yang terdapat di sisi Rumija 5 meter harus menanam minimum 1 pohon
peneduh pada sisi paling dekat jalan lingkungan, sehingga dapat berfungsi sebagai peneduh bagi
pejalan kaki.
6) Sistem tata hijau Kawasan Hamadi Pantai harus saling berkesinambungan membentuk jaringan
ruang terbuka hijau.

Pasal 34
Area Jalur Hijau
Area jalur hijau merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai area preservasi dan
tidak dapat dibangun, dalam Kawasan Hamadi Pantai area jalur hijau adalah jalur yang terdapat di
sepanjang sisi dalam Ruang Milik Jalan (Rumija), dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jenis pepohonan merupakan pohon peneduh;
2) Jarak antar pohon maksimal 7,5 meter atau merupakan kelipatan jarak elemen tata kualitas
lingkungan seperti tiang penerangan jalan umum dan tiang lampu pedestrian.
3) Dalam Rumija 21 meter pepohonan ditanam pada dua sisi jalan.
4) Dalam Rumija 5 meter tidak ada area jalur hijau, sehingga pohon peneduh memanfaatkan
pepohonan dalam kaveling.

Pasal 35
Peta Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung sebagaimana dimaksud pada ayat (30), (31), (32), (33), dan (34)
tercantum dalam peta Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota
ini.

Bagian Keenam
Tata Kualitas Lingkungan
Pasal 36
Tata kualitas lingkungan merupakan penentuan sistem elemen-elemen kawasan yang menciptakan
Kawasan Hamadi Pantai menjadi sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki
orientasi tertentu.

Pasal 37
Konsep Identitas Lingkungan
Konsep identitas lingkungan, merupakan pengaturan dan perancangan elemen fisik dan nonfisik
lingkungan untuk mewujudkan karakteri (jati diri) Kawasan Hamadi Pantai, sebagai berikut:
1) Tata karakter bangunan/lingkungan:
a. Bangunan perdagangan dan jasa, karakteristik sesuai fungsinya, penggunaan ragam
aksesoris lokal Jayapura diarahkan pada elemen sekunder bangunan untuk memberi
karakter khas lokal;
b. Bangunan perumahan, karakteristik sesuai fungsinya, penggunaan ragam aksesoris lokal
Jayapura diarahkan pada elemen sekunder bangunan untuk memberi karakter khas lokal;
c. Bangunan taman wisata alam, karakteristik sesuai karakter bangunan lokal, penggunaan
aksesoris lokal Jayapura diarahkan pada elemen-elemen utama bangunan pada fungsi
bangunan yang bersifat publik/tempat pertemuan.
2) Tata penanda identitas bangunan:
a. Bangunan perdagangan dan jasa, penanda identitas bangunan berupa nama toko, nama
kantor, atau papan nama, harus memiliki dimensi yang proporsional sehingga tidak
menutup elemen arsitektural bangunan;
b. Bangunan perumahan, penanda identitas bangunan berupa papan nama yang memuat
nama jalan/blok/sub-blok dan nomor kaveling memiliki dimensi minimal 20 x 30 cm,
diletakkan pada bidang dinding pintu masuk utama rumah dan menghadap depan
kaveling;
c. Bangunan taman wisata alam, penanda identitas bangunan berupa papan nama yang
memuat nama bangunan, nama jalan/blok/sub-blok dan nomor kaveing memiliki dimensi
minimal 30 x 40 cm, diletakkan pada bidang dinding pintu masuk utama gedung dan
menghadap depan kaveling.
3) Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal: blok lingkungan perdagangan dan jasa,
perumahan dan taman wisata alam, semua dilengkapi elemen halte kendaraan umum, kios,
bangku taman/bangku pejalan kaki, telepon umum, pot tanaman, lampu pedestrian dan elemen
lingkungan lainnya yang bersifat mendukung kegiatan bisnis/perdagangan dan jasa, dibuat
dengan menerapkan ciri khas lokal Jayapura berupa motif aksesoris asli Jayapura.

Pasal 38
Konsep Orientasi Lingkungan
Konsep orientasi lingkungan, merupakan pengaturan dan perancangan elemen fisik dan nonfisik untuk
membentuk Kawasan Hamadi Pantai sebagai kawasan yang informatif sehingga memudahkan
pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi.
1) Sistem tata informasi, diletakkan pada titik lokasi strategis seperti halte, persimpangan jalan,
mulut gang, akhir jalan/gang buntu, taman lingkungan, dan lokasi strategis lainnya, dengan
perancangan tertentu yang menunjukkan ciri khas kawasan dan ciri khas lokal Jayapura.
2) Sistem tata rambu pengarah, diletakkan pada titik lokasi strategis seperti halte, persimpangan
jalan, mulut gang, akhir jalan/gang buntu, taman lingkungan, dan lokasi strategis lainnya, dengan
perancangan tertentu yang menunjukkan ciri khas kawasan dan ciri khas lokal Jayapura

Pasal 39
Wajah Jalan
Wajah jalan merupakan pengaturan dan perancangan elemen fisik dan nonfisik untuk membentuk
lingkungan berskala manusia pemakai, pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan
memperkuat karakter blok dan sub-blok dalam Kawasan Hamadi Pantai.

Pasal 40
Wajah Penampang Jalan dan Bangunan
Wajah penampang jalan dan bangunan, ditentukan berdasarkan tema fungsi blok/sub-blok, sebagai
berikut:
1) Wajah penampang jalan dan bangunan pada blok/sub-blok perdagangan dan jasa;
2) Wajah penampang jalan dan bangunan pada blok/sub-blok perumahan;
3) Wajah penampang jalan dan bangunan pada blok/sub-blok taman wisata alam.

Pasal 41
Perabot Jalan
Perabot jalan, ditentukan berdasarkan tema fungsi blok/sub-blok, sebagai berikut:
1) Perabot jalan pada blok/sub-blok perdagangan dan jasa;
2) Perabot jalan pada blok/sub-blok perumahan;
3) Perabot jalan pada blok/sub-blok taman wisata alam.

Pasal 42
Jalur dan Ruang Bagi Pejalan Kaki
Jalur dan ruang bagi pejalan kaki, ditentukan berdasarkan tema fungsi blok/sub-blok, sebagai berikut:
1) Jalur dan ruang bagi pejalan kaki pada blok/sub-blok perdagangan dan jasa;
2) Jalur dan ruang bagi pejalan kaki pada blok/sub-blok perumahan;
3) Jalur dan ruang bagi pejalan kaki pada blok/sub-blok taman wisata alam.

Pasal 43
Tata Hijau pada Penampang Jalan
Tata hijau pada penampang jalan, ditentukan berdasarkan tipe Rumija dan tema fungsi blok/sub-blok,
sebagai berikut:
1) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok perdagangan dan jasa
2) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok perumahan
3) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok taman wisata alam
4) Rumija 5 meter, pada blok/sub-blok perumahan
5) Rumija 5 meter, pada blok/sub-blok taman wisata alam

Pasal 44
Elemen Tata Informasi dan Rambu Pengarah pada Penampang Jalan
Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan, ditentukan berdasarkan tipe
Rumija, dan tema fungsi blok/sub-blok, sebagai berikut:
1) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok perdagangan dan jasa
2) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok perumahan
3) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok taman wisata alam
4) Rumija 5 meter, pada blok/sub-blok perumahan
5) Rumija 5 meter, pada blok/sub-blok taman wisata alam

Pasal 45
Elemen Papan Reklame Komersial pada Penampang Jalan
Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan, ditentukan berdasar tipe Rumija, dan tema
fungsi blok/sub-blok, sebagai berikut:
1) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok perdagangan dan jasa
2) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok perumahan
3) Rumija 21 meter, pada blok/sub-blok taman wisata alam
4) Rumija 5 meter, pada blok/sub-blok perumahan
5) Rumija 5 meter, pada blok/sub-blok taman wisata alam

Pasal 46
Gambar Tata Kualitas Lingkungan

Penataan kualitas lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (37), (38), (39), (40), (41), (42), (43),
(44), dan (45) tercantum dalam gambar Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini.
Bagian Ketujuh
Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Pasal 47
Sistem prasarana dan utilitas lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang
memungkinkan lingkungan Kawasan Hamadi Pantai dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
mestinya.

Pasal 48
Sistem Jaringan Air Bersih
Sistem jaringan air bersih Kawasan Hamadi Pantai merupakan bagian terintegrasi dengan jaringan air
bersih Kota Jayapura.
Pasal 49
Sistem Jaringan Air Limbah dan Air Kotor
1) Sistem jaringan air limbah dan air kotor dalam Kawasan Hamadi Pantai harus diolah terlebih
dahulu melalui instaslasi pengolahan air limbah dan air kotor, sehingga air hasil pengolahan
tersebut layak untuk dibuang dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.
2) Sistem jaringan air limbah dan air kotor dalam Kawasan Hamadi Pantai ditentukan berdasarkan
tingkat kepadatan bangunan pada blok/sub-blok serta tema fungsi blok/sub-blok.
a. Sistem jaringan air limbah dan air kotor pada blok/sub-blok perumahan dengan tingkat
intensitas bangunan tinggi, ditetapkan menggunakan sistem terpusat/komunal.
b. Sistem jaringan air limbah dan air kotor pada blok/sub-blok perdagangan dan jasa dengan
tingkat intensitas bangunan tinggi, ditetapkan menggunakan sistem terpusat/komunal.
c. Sistem jaringan air limbah dan air kotor pada blok/sub-blok taman wisata alam dengan
tingkat intensitas bangunan rendah, ditetapkan menggunakan sistem individual.

Pasal 50
Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan dan distribusi drainase dalam Kawasan Hamadi Pantai berfungsi sebagai pematus bagi
lingkungan, yang terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro wilayah Kota Jayapura.

Pasal 51
Sistem Jaringan Persampahan
Sistem jaringan persampahan merupakan sistem jaringan dan distribusi pelayanan
pembuangan/pengolahan sampah rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran, kegiatan wisata
alam dan bangunan umum lainnya di dalam Kawasan Hamadi Pantai yang terintegrasi dengan sistem
jaringan pembuangan sampah makro Kota Jayapura.
Pasal 52
Sistem Jaringan Listrik
1) Sistem jaringan listrik, merupakan jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan daya listrik dan
jaringan sambungan listrik bagi Kawasan Hamadi Pantai yang memenuhi persyaratan bagi
operasionalisasi bangunan.
2) Sistem jaringan dan distribusi untuk Kawasan Hamadi Pantai adalah sistem jaringan yang
terintegrasi dengan jaringan instalasi makro Kota Jayapura.
3) Penggunaan sumber tenaga listrik alternatif dapat dilakukan sebagai bentuk pemanfaatan sumber
energi berkelanjutan.

Pasal 53
Sistem Jaringan Telepon
1) Sistem jaringan telepon, merupakan sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan
kebutuhan sambungan dan jaringan telepon bagi Kawasan Hamadi Pantai yang memenuhi
persyaratan bagi operasionalisasi bangunan dan lingkungan.
2) Sistem jaringan telepon di Kawasan Hamadi Pantai adalah sistem jaringan yang terintegrasi
dengan jaringan telepon Kota Jayapura.
3) Sistem jaringan telepon di Kawasan Hamadi Pantai dapat menggunakan sistem jaringan kabel
maupun nirkabel.

Pasal 54
Sistem Jaringan Pengamanan Kebakaran
1) Sistem jaringan pengamanan kebakaran merupakan jaringan pengamanan Kawasan Hamadi
Pantai untuk memperingatkan penduduk terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat
penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran dan/atau pemadaman kebakaran.
2) Sistem jaringan pengamanan kebakaran Kawasan Hamadi Pantai memanfaatkan sistem jaringan
pengamanan kebakaran Kota Jayapura.
3) Pengamanan dini terhadap bahaya kebakaran harus disediakan di setiap bangunan publik di dalam
kawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 55
Sistem Jaringan Jalur Penyelamatan atau Evakuasi
1) Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi merupakan jalur perjalanan yang menerus dari
setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang
disediakan dalam Kawasan Hamadi Pantai sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.
2) Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi Kawasan Hamadi Pantai merupakan sub sistem
yang terintegrasi dengan sistem di tingkat Distrik Jayapura Selatan dan tingkat Kota Jayapura.
3) Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi Kawasan Hamadi Pantai memanfaatkan sistem
sirkulasi dan jalur penghubung dalam kawasan.
4) Sistem sirkulasi dan jalur penghubung berfungsi sebagai jalur penyelamatan atau evakuasi disaat
sebelum, selama atau setelah terjadi bencana alam seperti: angin puting beliung, banjir, badai,
gempa bumi dan tsunami.
5) Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi juga bisa diberlakukan untuk kejadian-kejadian
darurat, sehingga dibutuhkan upaya penyelamatan atau evakuasi.
6) Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi harus dilengkapi rambu-rambu petunjuk yang
jelas bagi pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor.

BAB IV
PANDUAN RANCANGAN

Bagian Pertama
Panduan Rancangan RTBL
Pasal 56
1) Panduan Rancangan merupakan penjelasan lebih rinci atas Rencana Umum yang telah ditetapkan.
2) Panduan Rancangan dijabarkan melalui pengembangan komponen rancangan Kawasan Hamadi
Pantai pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kaveling dan blok.
3) Pentingnya panduan rancangan dalam RTBL dipertegas dengan pemberlakuan aturan dasar yang
meliputi aturan wajib, aturan anjuran utama dan aturan anjuran beserta pendelegasian
kewenangan untuk memutuskan keterlibatan desain dalam konsep penataan kawasar serta
mengontrol implementasi atas aturan dasar tersebut.

Bagian Kedua
Aturan Wajib
Pasal 57
1) Aturan wajib merupakan aturan yang disusun menurut peraturan tata ruang Kota Jayapura,
peraturan tata ruang Distrik Jayapura Selatan dan peraturan bangunan gedung Kota Jayapura atau
aturan spesifik terkait pengembangan kawasan yang mengikat sesuai dengan visi pembangunan
yang ditetapkan dan bersifat mengikat/wajib untuk ditaati/diikuti.
2) Kewenangan atas pemberlakuan aturan wajib sebagian dilakukan pada jenjang kepala daerah,
sedangkan sebagian lainnya dapat dilakukan pada jenjang kepala dinas teknis setempat yang
meliputi:
a. seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan pada jenjang tertinggi
kepala daerah adalah:
i. peruntukan lahan;
ii. luas lahan dan batas lahan;
iii. koefisien dasar bangunan;
iv. koefisien lantai bangunan;
v. ketinggian bangunan maksimum;
vi. transfer koefisien lantai bangunan > 10%;
vii. standar perencanaan kota.
b. seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan dapat pada jenjang
kepala dinas teknis setempat adalah:
i. garis sempadan bangunan;
ii. jarak bebas;
iii. transfer koefisien lantai bangunan < 10% di dalam satu blok.
c. seluruh tambahan aturan spesifik pengembangan kawasan yang mengikat sesuai dengan visi
pembangunan yang ditetapkan. Aturan tambahan ini dimaksudkan agar pencapaian visi
pembangunan sesuai dengan arahan yang ditetapkan. Untuk itu ragam aturan pada aturan
tambahan dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan spesifik setempat misalnya arahan tata
bangunan dan lain sebagainya.
3) Prinsip-prinsip penetapan aturan wajib adalah :
a. berorientasi pada aturan ketatakotaan yang berlaku;
b. mendukung pencapaian visi pembangunan yang ditetapkan.

Bagian Ketiga
Aturan Anjuran Utama
Pasal 58
1) Aturan anjuran utama merupakan aturan yang disusun menurut kaidah umum pengaturan teknis
bangunan dan lingkungan dengan sasaran terciptanya desain kawasan dengan arahan tampilan
bangunan dan lingkungan yang berkualitas dan bersifat mengikat dan dianjurkan untuk
ditaati/diikuti.
2) Kewenangan atas pemberlakukan aturan anjuran utama ini dapat dilakukan pada jenjang kepala
dinas teknis setempat yang meliputi :
a. komposisi peruntukan lahan;p
b. penggabungan dan pemecahan blok menjadi subblok dan kaveling;
c. arahan bentuk, dimensi gubahan dan perletakan dari suatu bangunan serta komposisi
bangunan;
d. sirkulasi kendaraan;
e. sirkulasi pejalan kaki;
f. ruang terbuka dan tata hijau;
g. perletakan dan rencana papan informasi pertandaan (signage), pagar dan pembatas;
h. utilitas bangunan dan lingkungan.
3) Prinsip-prinsip penetapan aturan anjuran utama adalah :
a. berorientasi pada pengaturan teknis bangunan dan lingkungan demi tercapainya integrasi
keseluruhan bagian kawasan perencanaan;
b. berorientasi pada aspek kemampuan daya dukung (supply side) dari lokasi setempat,
bukan pada aspek tuntutan kebutuhan (demand side);
c. berorientasi pada efektifitas pemanfaatan ruang yang ada, prediksi kontinuitas
pelaksanaan program, kemungkinan fleksibilitas perancangan, serta peluang manfaat
yang akan dicapai.

Bagian Ketiga
Aturan Anjuran
Pasal 59
1) Aturan anjuran merupakan aturan yang disusun menurut kesepakatan desain yang disesuaikan
dengan visi kawasan dan para pemangku kepentingan terkait sehingga bersifat mengikat serta
dianjurkan untuk ditaati atau diikuti yang meliputi :
a. kualitas lingkungan, meliputi organisasi fungsi, kaitan fungsi, sirkulasi pejalan kaki mikro
dan sirkulasi moda transportasi;
b. kualitas visual, meliputi estetika, gunahan bentuk, kinerja arsitektural, tata informasi
(signage), bahan/material dan warna bangunan;
c. kualitas lingkungan, meliputi pencahayaan, sirkulasi udara, tata hijau dan ruang terbuka,
kepentingan umum dan aspek sosial-budaya.
2) Prinsip-prinsip penetapan aturan anjuran adalah:
a. berorientasi pada hasil kesepakatan bersama seluruh pemilik dan pemegang hak atas
tanah;
b. melibatkan pertimbangan peran serta masyarakat dan mengakomodasikan aspirasi
berbagai pihak termasuk masyarakat pengguna dan pemangku kepentingan, yang dijaring
dari mekanisme berbagai partisipasi masyarakat untuk mendapatkan keputusan terbaik,
seperti melalui sayembara, dengar pendapat publik (public hearing), kesepakatan desain
secara publik (public design charette), review desain secara publik (public design review)
dan pendapat tim ahli bangunan gedung;
c. berorientasi pada efektivitas pemanfaatan ruang yang ada, prediksi kontinuitas
pelaksanaan program, kemungkinan fleksibilitas perancangan serta peluang manfaat yang
akan dicapai.

BAB V
PELAKSANAAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Pasal 60
1) Strategi pelaksanaan pembangunan ditekankan pada keseimbangan antar wilayah, antar segmen,
penataan dan pengendalian wilayah permukiman (lahan terbangun), pengamanan fungsi lindung,
penyebarluasan/pemerataan prasarana dan sarana wilayah, serta penataan transportasi.
2) Sistem kerjasama dalam pelaksanaan RTBL Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai
Kota Jayapura dilakukan dengan mekanisme kemitraaan antara pemerintah, swasta dan
masyarakat.
3) Tahapan yang dilalui dalam sistem kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat terdiri dari:
a. tahap persiapan;
b. tahap pematangan;
c. tahap pelaksanaan.
4) Indikasi program yang disusun menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kawasan (RPJMK) dan Rencana Pembangunan Tahunan Kawasan (RPTK) serta menjadi
dasar penerbitan izin lokasi pengembangan.

BAB VI
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 61
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk berperan serta dalam penyusunan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian RTBL Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai Kota
Jayapura sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Setiap orang berkewajiban untuk mentaati RTBL Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi
Pantai Kota Jayapura sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Bentuk, tata cara dan pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 62
RTBL Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai Kota Jayapura bersifat terbuka untuk
umum dan ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh masyarakat.

Pasal 63
Masyarakat berhak memperoleh informasi mengenai RTBL Kawasan Strategis Nasional (Kluster A)
Hamadi Pantai Kota Jayapura secara cepat, tepat dan mudah.

BAB VII
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Pertama
Pedoman Pengaturan
Pasal 64
1) Peraturan Walikota ini menjadi pedoman bagi pengaturan lebih lanjut Detailed Engineering
Design yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Jayapura, Swasta dan Masyarakat di wilayah
perencanaan.
2) Pengaturan administrasi atas rencana tata bangunan dan lingkungan Kawasan Strategis Nasional
(Kluster A) Hamadi Pantai Kota Jayapura adalah mengendalikan, mengawasi dan menertibkan
implementasi pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Jayapura, swasta dan
masyarakat berdasarkan Peraturan Walikota ini.
3) Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program dilaksanakan melalui:
a. kewenangan pemerintah daerah;
b. mekanisme perizinan;
c. tertib pembangunan bangunan;
d. pengendalian pembangunan.
4) Kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri dari:
a. memberikan izin sepanjang persyaratan teknis dan administratif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
b. menetapkan kebijaksanaan terhadap lingkungan khusus atau lingkungan yang dikhususkan
dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah yang sudah dikeluarkan
dengan mempertimbangkan keserasian lingkungan dan atau keamanan;
c. menetapkan bangunan tertentu untuk menampilkan arsitektur yang berjati diri Port Numbay
dan memiliki ciri khas serta karakter Kota Jayapura;
d. menetapkan prosedur dan persyaratan serta kriteria teknis tentang penampilan bangunan;
e. menetapkan sebagian bidang pekarangan atau bangunan untuk penempatan, pemasangan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan kota demi kepentingan umum.
5) Setiap kegiatan membangun dan atau menggunakan bangunan dalam kawasan perencanaan
harus memiliki izin;
6) Selain memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (5) setiap kegiatan membangun dan atau
menggunakan bangunan dalam kawasan perencanaan harus pula memenuhi ketentuan lain yang
berkaitan dengan kegiatan mendirikan bangunan;
7) Bangunan yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dalam rencana penataan bangunan dan
lingkungan Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai Kota Jayapura, melalui IMB
dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku;
8) IMB dan atau SLF diberikan sepanjang pelaksanaan bangunan sesuai dengan rencana dan program
dalam RTBL.

Pasal 65
1) Ketentuan pengaturan bangunan dan lingkungan meliputi:
a. ketentuan umum;
b. ketentuan perpetakan lahan;
c. ketentuan tata letak dan pemanfaatan bangunan;
d. ketentuan jaringan pergerakan.
2) Ketentuan tata letak dan pemanfaatan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a. sempadan bangunan;
b. penggunaan dan massa bangunan;
c. ketinggian bangunan;
d. pertandaan.
3) Ketentuan jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri dari:
a. jaringan jalan;
b. jalur pedestrian;
c. perparkiran;
d. alat kelengkapan jalan.
4) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri dari:
a. fisik jalan;
b. sirkulasi jalan

Bagian Kedua
Pengendalian
Pasal 66
Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban
terhadap pemanfaatan ruang.

Pasal 67
Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh Walikota dengan memperhatikan aspek
keikutsertaan masyarakat.

Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 68
1) Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dengan kegiatan pelaporan,
pemantauan dan evaluasi secara rutin oleh Tim yang dibentuk dengan Keputusan Walikota.
2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pengawasan pemanfaatan ruang yang
berhubungan dengan program, kegiatan pembangunan, pemberian izin pemanfaatan ruang dan
kebijakan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang.
3) Sistem pelaporan dan materi laporan perkembangan segmen pemanfaatan ruang adalah sebagai
berikut :
a. Laporan perkembangan pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui sistem pelaporan secara
periodik setiap 6 (enam) bulan kepada Walikota dengan tembusan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kota Jayapura;
b. Laporan sebagaimana dimaksud huruf a dilengkapi dengan materi laporan sebagai berikut :
1. perkembangan pemanfaatan ruang ;
2. perkembangan perubahan fungsi dan pemanfaatan ruang serta izin
pemanfaatan ruang ;
3. masalah-masalah yang akan dihadapi dan perlu diantisipasi.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 69
Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, maka :
a. Kegiatan Budidaya yang telah ditetapkan dan berada di kawasan lindung dapat diteruskan
sejauh tidak mengganggu fungsi lindung;
b. Dalam hal kegiatan Budidaya yang telah ada dan dinilai mengganggu fungsi lindung dan/atau
terpaksa mengkonversi kawasan yang berfungsi lindung, diatur sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan dan ketentuan peraturan perundang-undangan ;
c. Kegiatan Budidaya yang sudah ada di Kawasan Lindung dan dinilai mengganggu fungsi
lindungnya, harus segera dicegah perkembangannya dan secara bertahap dikembalikan pada
fungsi lindung.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 70
1) RTBL Kawasan Strategis Nasional (Kluster A) Hamadi Pantai Kota Jayapura yang telah ditetapkan
apabila dianggap perlu dapat ditinjau kembali untuk diubah sesuai dengan perkembangan.
2) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling tidak sekali dalam lima
tahun.

Pasal 71
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Walikota ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura.
Pasal 72
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kota Jayapura.
Ditetapkan di Jayapura
pada tanggal .........................
WALIKOTA JAYAPURA,
ttd
..................................
Diundangkan di Jayapura
pada tanggal ...............................
SEKRETARIS DAERAH
KOTA JAYAPURA,
ttd
..............................

Anda mungkin juga menyukai