Kesimpulan
Cinta yang sejati adalah cinta yang rela berkorban. Cinta yang sejati itu memiliki
karakter. Kita belajar dari Kristus mengorbankan diri-Nya karena mengasihi kita. Jika
Ia tidak berkorban maka kita akan mati dalam dosa-dosa kita. Puncak kasih-Nya adalah
salib. Melalui salib itu kita mengerti bahwa kita harus melayani (aktif).
Yakub ketika bertemu dengan Rahel langsung melayani dan bukan minta untuk
dilayani. Cinta yang sejati membuat kita memperlakukan orang yang dikasihi sebagai
subjek dan bukan objek. Cinta yang sejati itu bukan menjadikan kita bos. Yakub
melayani Rahel dengan menggulingkan batu itu. Tuhan Yesus datang ke dunia dan
mencari kita yang berdosa. Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan melayani dan
memberikan nyawa-Nya bagi semua orang (Matius 20:28). Selama 3,5 tahun Yesus
membuktikan kesetiaan-Nya di dunia. Ia tidak mundur ketika ada tantangan, ancaman,
dan bahaya. Ia suci adanya. Kesetiaan-Nya tidak berubah sampai selama-lamanya.
Di dalam pernikahan harus ada kesetiaan. Bagaima Yakub senantiasa setia menanti 14
tahun untuk mendapatkan Rahel.
Aspek pengorbanan juga harus ada. Orang yang sungguh memiliki kasih akan mau
mengorbankan dirinya. Pengorbanan adalah karakter yang terindah dalam menyatakan
cinta. Aspek berikutnya adalah penebusan. Ini berarti kita harus memberikan yang
terbaik dalam nilai waktu, usaha, dan relasi. Kita harus menebus segala sesuatu bagi
kemuliaan Tuhan. Pada waktu kita memiliki aspek ini, kita akan mau untuk membangun
iman pasangan kita. Alkitab menyatakan banyak tokoh yang jatuh di dalam dosa pada
masa tua. Suami-istri harus terus menjadi partner iman seumur hidup. Jika iman tidak