Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 : TEORI KESALAHAN

Perhitungan yang diselesaikan secara numerik akan memberikan penyelesaian nume-


rik. Penyelesaian secara numerik tidak memberikan hasil yang tepat, karena hasilnya me-
rupakan pendekatan, sehingga timbul bilangan eksak dan bilangan pendekatan, misalnya 2,
354, ½, 2 , e,  dsb, adalah bilangan eksak, sedangkan 3.1416, 2.71828 dan 1.414213 ma-
sing-masing pendekatan dari , e dan 2.

1. Kesalahan, Kesalahan Relatif dan Kesalahan Mutlak.


Besarnya selisih hasil numerik dan matematik merupakan ketepatan (presisi) dari ha-
sil numerik tersebut, semakin kecil selisih kedua nilai itu semakin tinggi presisinya. Selisih
kedua nilai itu dapat dibuat sekecil mungkin, agar diperoleh presisi yang tinggi, dengan cara
mengembangkan algoritma numerik yang telah dibuat.
Misalkan p adalah nilai pendekatan dari p, maka kesalahan (error) adalah
Ep  p p (1)
seangkan kesalahan relatif adalah
p p
Rp   100% (2)
p

dan kesalahan mutlak adalah


Ep  p p (3)

Contoh 1 :
a). Misalkan x  3.141592 dan x  3.14, maka kesalahan E x  3.141592  3.14 

0.001592
0.001592  Ex dan kesalahan relatif R x   0.000507
3.141592
b). Misalkan y  1000000 dan y  999996, maka E y  1000000  999996  4  E y dan

4
Ry   0.000004
1000000
c). Misalkan z  0.000012 dan z  0.000009, maka E z  0.000003  E z dan R z  0.25.

Lily Mahmud Mz.


Teori Kesalahan 31

Pada kasus a) selisih nilai E x dan R x tidak terlalu besar dan salah satu di antaranya
dapat digunakan untuk ketepatan (accuracy) dari x . Pada kasus b) nilai Ey sangat besar,
se-dangkan Ry sangat kecil. Dalam hal ini dapatlah dikatakan y merupakan pendekatan
yang baik dari y. Sedangkan pada kasus c) nilai E z nilai yang terkecil dibandingkan lainnya,
teta-pi nilai R z merupakan nilai terbesar dan bila dinyatakan dengan prosentase ternyata
25%, sehingga z bukan merupakan nilai pendekatan yang baik terhadap z. Dari ketiga kasus
ini, dapat dikatakan bahwa Rp adalah indikator ketelitian pendekatan yang lebih baik dari
pada Ep .

2. Kesalahan Pemenggalan (Truncation Error).


Pada umumnya kesalahan pemenggalan terjadi apabila ekspresi matematik yang lebih
rumit diganti dengan formula yang lebih elementer. Teknik yang sering digunakan untuk
mengganti ekspresi matematik yang rumit yaitu dengan deret Taylor terpenggal. Misalnya
deret Taylor untuk
2 x 4 x 6 x8 x 2n
ex  1 x2     
2 ! 3! 4 ! n!
dapat disederhanakan dengan mengambil 5 suku yang pertama saja, yaitu
x 4 x 6 x8
1  x2   
2 ! 3! 4 !
sehingga dapat dihitung
1 x 1 2
2 4 6 8  3 5 7 9 
x x x x x x x
 1  x  2 !  3 !  4 ! dx   x  3  5 2 !  7 3 !  9 4 ! 
2
0    x 0

 0.544986720817  p .

Jika p  0.544987104184 , maka p  p p  7.03442  10 7 . Dengan demikian nilai


pendekat-an p sesuai dengan p untuk 6 digit yang signifikan.

3. Kesalahan Pembulatan (Round-off Error).


Penyajian komputer dari bilangan riel dibatasi oleh presisi mantissa yang tertentu, se-
hingga seringkali nilai yang sebenarnya tidak dapat disimpan secara tepat oleh komputer, mi-

Lily Mahmud Mz.


Teori Kesalahan 32

salnya 1 3  0.33333333333 , atau 1 6  0.6666666 Dalam hal ini kesalahan yang


terjadi adalah kesalahan pembulatan (round-off error). Bilangan yang disimpan oleh
komputer mungkin dipenggal begitu saja, mungkin pula dibulatkan sesuai dengan digit yang
terakhir.
Misalkan p adalah bilangan riel yang dinyatakan dalam bentuk desimal biasa seperti p

  d1d 2 d 3  d k d k 1   10 n , dengan 1  d i  9 dan 0  dj  9 untuk j  1 . Jika k adalah


maksimum banyaknya desimal digit, maka pemenggalan (chopped floating point) bilangan
riel tersebut dinyatakan
fl chop ( p )  0.d 1 d 2 d 3 d 4 ...d k  10 n (4)
digit ke k dari fl chop (p) sama dengan digit ke k dari p, sedangkan pembulatan (rounded
floating point) bilangan p tersebut dinyatakan sebagai
fl round ( p )  0 , d 1d 2 d 3 d 4 ...d k  1 rk  10 n (5)
Pada pembulatan, bilangan rk mungkin sama dengan, mungkin pula lebih besar dari d k .
Bilangan rk itu ditentukan dengan aturan sebagai berikut :
 Jika bilangan d k  5 , maka rk  d k  1
 Jika bilangan d k  5 , maka rk  d k
 Jika bilangan d k  5 , maka rk  d k  1 , bila d k bilangan gasal, atau rk  d k bila d k
bilangan genap.

Contoh 2 :
a). Misalkan p  0.312586456 , maka fl chop  0.312586 dan fl round  0.312586
b). Misalkan p  0.312555555 , maka fl chop  0.312555 dan fl round  0.312556
c). Misalkan p  0.312555655 , maka fl chop  0.312555 dan fl round  0.312555
d). Misalkan p  0.312584666 , maka fl chop  0.312584 dan fl round  0.312585

4. Kehilangan Signifikansi (Loss of Significance).


Dua bilangan p  3.1415926536 dan q  3.1415957341 hampir mendekati sama.
Seli-sih kedua bilangan itu p  q  0.0000030805 . Karena nilai p dan q sama untuk 6 digit
perta-ma, maka nilai p  q memuat hanya 5 desimal digit presisi. Gejala ini disebut

Lily Mahmud Mz.


Teori Kesalahan 33

kehilangan signifikansi, yang dapat mengurangi presisi jawaban terakhir. Hal ini dapat dilihat
pada con-toh berikut ini.

Contoh 3 :

Dari f(x)  x  x  1  x  dan g( x ) 


x
akan dihitung f (500) dan g (500)
x 1  x

dengan menggunakan 6 digit pertama dan pembulatan. Apabila nilai 501  22.38302929

dan 500  22.36067977 masing-masing diambil 6 digit saja, yaitu 22.3830 dan 22.3607,
maka f(500)  500( 22.3830  22.3607)  11.1500 dan
g(500)  500 (22.3830  22.3607)  11 .1748 Di lain pihak, ternyata f ( x ) dan g ( x )

merupakan fungsi yang sama, karena

g( x ) 
x
x 1  x

x 1  x
x 1  x
x  
x  1  x  f( x )

Selanjutnya jika perhitungan melibatkan digit seluruhnya, kedua fungsi itu menghasilkan
nilai 11.174755300747198......, berarti penghitungan dengan menggunakan 6 digit nilai
g (500) lebih teliti dibanding dengan f (500) .

5. Orde Pendekatan O(hn ) .

Apabila f ( h ) diganti dengan pendekatan p( h ) , maka untuk suatu konstanta M  0


, h yang cukup kecil dan n bilangan bulat positif, kesalahan yang terjadi adalah M hn , atau
f ( h )  p( h )
M
hn (6)

Dalam hal ini p( h ) dikatakan mendekati f ( h ) dengan orde pendekatan O( h n ) , ditulis


 
f ( h )  p( h )  O h n (7)
Misalkan f ( h )  p( h )  O h n  , g(h )  q(h )  O h m  dan p  min m, n , maka
berikut ini dapat dibuktikan
f ( h )  g ( h )  p( h )  q ( h )  O h p  (8)
f ( h )  g ( h )  p( h )  q ( h )  O  h p  (9)
f ( h ) p( h )

g ( h ) q( h )
O hp   , asalkan g (h )  0 dan q ( h )  0 (10)

Lily Mahmud Mz.


Teori Kesalahan 34

Menurut teorema Taylor, jika fungsi f serta turunan-turunannya kontinu dalam inter-
val tertutup  a , b , dan x 0 serta x  x 0  h keduanya terletak dalam  a , b , maka
n f ( k )( x )
f  x0  h    h  O( hn  1 )
0 k
(11)
k 0 k!

Contoh 4 :
Ekspansi Taylor dari f (h )  e h dan g ( h )  cos(h ) , masing-masing adalah

h2 h3 h2 h4
f (h )  e h  1  h    O(h 4 ) dan g (h )  cos( h )  1    O(h 6 ) ,
2 ! 3! 2! 4!

h3
maka f (h )  g (h )  e h  cos(h )  2  h   O( h 4 )
3!

6. Formula Kesalahan Umum.

Misalkan F  f ( x1 , x 2 , x 3 ,  x n ) adalah fungsi n variabel dan kesalahan x i masing-

masing adalah x i , maka kesalahan F adalah


F  F  f  x1  x1 , x 2  x 2 , x 3  x 3 , , x n  x n  (12)
Ruas kanan diekspansikan dalam deret Taylor untuk fungsi n variabel, maka
n f
F  F  f  x1 , x 2 , , x n    x i  A (13)
i  1 x i

dengan A terdiri dari suku-suku yang memuat (x i ) n , n  1 . Karena x i kecil dan

x i
 1 maka A dapat diabaikan, sehingga
xi
n f f f f
F   x x i  x x1  x x 2  .....  x x n (14)
i 1 i 1 2 n

Contoh 5 :
5xy 2 u 5 y 2 u 10xy u 15xy 2
Jika F  , maka  ,  ,  sehingga
z3 x z 3 y z3 z z4

5y 2 10xy 15xy 2
F  x  y  z
z3 z3 z4

Lily Mahmud Mz.


Teori Kesalahan 35

7. Perambatan Kesalahan.
Kesalahan dapat merambat pada perhitungan secara berturut-turut. Bilangan-bilangan
yang digunakan pada saat awal perhitungan, sudah mempunyai kesalahan yang terjadi karena
adanya pemenggalan atau pembulatan. Kesalahan ini akan merambat pada saat diadakan
perhitungan dan semakin banyak perhitungan yang dilakukan terhadap bilangan-bilangan
tersebut, kesalahan yang terjadi akan semakin membesar.
Hal ini dapat dilihat dari perhitungan p  1.85662334 dan q  0.79654612. Jika digu-
nakan pendekatan berikut p  1.85662, q  0.79655, maka p  q  2.65317, sedangkan
pq  2.65316946, berarti E p q   0.00000054 dan R p q  0.000029 %. Kalau
perhitungan dilanjutkan dengan mengalikan hasil jumlahan itu dengan p, maka nilai
 
p p  q  4.92593 sedangkan p(p  q )  4.925936344411, sehingga diperoleh E p( p  q ) 

0.0000063444112 dan R p( p  q )  0.000128796 % (bertambah besar).



Lily Mahmud Mz.

Anda mungkin juga menyukai