Anda di halaman 1dari 18

MODUL TATAP MUKA KE - 7

Materi :
a. Kemampuan akhir yang diharapkan ( SUB-CP )
1. Mengetahui pengertian harta kekayaan perusahaan, usaha perusahaan ,
goodwill.
2. Mengetahui sifat pembukuan harta kekayaan

b. Bahan kajian :
1. Pengertian
2. Harta kekayaan perusahaan
3. Usaha perusahaan
4. Goodwill
5. Pembukuan harta kekayaan
HUKUM HARTA KEKAYAAN DAN HUKUM BENDA

A.    PENDAHULUAN

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan


kelembagaan.dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik,
ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara
utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam
hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut
pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan
hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta
cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum
digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum
internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai
dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle
menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada
dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."

HUKUM HARTA KEKAYAAN

hukum yg menentukan hubungan antarpribadi mengenai kepentingan yg bernilai


uang

Prinsip dasar Harta Kekayaan dalam Perkawinan menurut KUH Perdata adalah
Persatuan Bulat dan Utuh. Persatuan bulat antara harta kekayaan suami dan istri
berlaku demi hukum sejak saat perkawinan berlangsung, kecuali sebelumnya telah
diadakannya perjanjian kawin diantara mereka, yang bertujuan untuk menyimpangi
ketentuan mengenai harta kekayaan perkawinan. (Pasal 119 KUH Perdata).

Berbeda dengan sistem hukum harta kekayaan perkawinan lainnya, pada sistem
hukum harta kekayaan perkawinan menurut KUH Perdata tidak mengenal istilah
“harta asal maupun harta gono-gini” atau harta yang diperoleh bersama dalam
perkawinan, sebab harta kekayaan perkawinan dalam KUH Perdata dari siapa pun
juga, merupakan “kesatuan” yang secara bulat dan utuh dalam keseluruhan akan
beralih dari tangan peninggal warisan/pewaris ke ahli warisnya.

Artinya, dalam KUH Perdata tidak dikenal perbedaan pengaturan atas dasar
macam atau asal barang-barang dalam perkawinan. Seperti yang ditegaskan
dalam pasal 849 KUH Perdata yaitu “Undang-undang tidak memandang akan
sifat atau asal dari pada barang-barang dalam suatu peninggalan untuk mengatur
pewarisan terhadapnya”. Sistem hukum harta kekayaan perkawinan mengenal
sebaliknya dari sistem hukum waris adat yang membedakan “macam” dan “asal”
barang yang ditinggalkan pewaris.

Dalam hukum adat jika seseorang meninggal dengan meninggalkan sejumlah


harta, harta peninggalan tersebut senantiasa ditentukan dahulu, mana yang
termasuk harta asal yang dibawa salah satu pihak ketika menikah dan mana yang
termasuk harta gono-gini, yaitu harta yang diperoleh bersama suami-istri selama
dalam perkawinan. Sedangkan sistem KUH Perdata, tidak mengenal hal tersebut,
melainkan sebaliknya yaitu harta asal yang dibawa masing-masing ketika menikah,
maupun harta yang diperoleh selama dalam perkawinan digabungkan menjadi satu
kesatuan bulat yang akan beralih dan diwarisi oleh seluruh ahli warisnya.[1]

Sehingga dalam sistem hukum harta kekayaan perkawinan menurut KUH Perdata,
Persatuan bulat dan utuh harta kekayaan suami-istri merupakan akibat perkawinan
yang paling luas terhadap harta kekayaan mereka. Hal ini karena dari yang semula
merupakan harta masing-masing suami atau istri, sekarang menjadi harta bersama,
dan tidak diperlukan penyerahan, balik nama atau perbuatan hukum lainnya. Sifat
persatuan dalam Persatuan bulat ini, memiliki arti bersama terikat (gebonden mede
eigendom), yaitu suatu bentuk milik bersama dimana suami-istri secara bersama-
sama menjadi pemilik harta persatuan perkawinan. Hal ini berbeda dengan milik
bersama bebas (vrije mede eigendom). Yaitu beberapa orang secara bersama-sama
menjadi pemilik suatu barang.

Persatuan harta kekayaan perkawinan secara bulat dan utuh meliputi segala laba
(aktiva) dan beban-beban (pasiva) yang dibawa dalam perkawinan maupun yang
diperoleh sepanjang perkawinan. Segala laba (aktiva) dalam persatuan bulat dan
utuh harta kekayaan suami-istri berupa harta kekayaan suami dan istri baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak,  baik yang dibawa dalam perkawinan
maupun yang akan diperoleh sepanjang perkawinan, dan harta yang diperoleh
Cuma-Cuma, serta segala pendapatan maupun segala keuntungan yang diperoleh
sepanjang perkawinan (Pasal 120 KUH Perdata). Sedangkan yang dimaksud
dengan beban-beban (pasiva) adalah segala hutang suami dan istri masing-masing
yang dibuat sebelum dan sepanjang perkawinan, dan kerugian yang diderita
sepanjang perkawinan. (Pasal 121 KUH Perdata).

Pada persatuan bulat dan utuh harta kekayaan suami-istri, tetap dimungkinkan
adanya harta pribadi suami atau istri. Harta ini diperoleh dengan cuma-cuma
dengan ketentuan pewaris atau penghibah dalam memberikan benda-benda
tersebut memberikan syarat bahwa benda-benda tersebut tidak masuk dalam
persatuan. Dengan demikian meskipun ada persatuan bulat dan utuh,
dimungkinkan
HUKUM BENDA

Hukum Benda adalah Peraturan –peraturan hukum yang mengatur tentang benda
atau barang-barang (zaken) dan Hak Kebendaan (zakelijk recht).Pengertian benda
dapat dibedakan menjadi pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Pengertian ialah benda dalam arti sempit ialah setiap barang yang dapat diihat saja
(berwujud). Sedangkan pengertian benda dalam arti luas disebut dalam Pasal 509
KUHPerdata yaitu benda ialah tiap barang-barang dan hak-hak yamg dapat
dikuasai dengan hak milik atau denga kata lain benda dalam konteks hukum
perdata adalah segala sesuatu yang dapat diberikan / diletakkan suatu Hak
diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan demikian, yang dapat
memiliki sesuatu hak tersebut adalah Subyek Hukum, sedangkan sesuatu yang
dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.

1.      Dasar Hukum Benda

Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BW, pengaturan tentang
hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan system tertutup, artinya
orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain dari yang telah
diatur dalam undang undang ini. Selain itu, hukum benda bersifat
memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi,tidak boleh disimpangi,
termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari yang telah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala
sesuatu yang berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan
termasuk juga pengertian benda yang tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan
seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk pengertian kekayaan, termasuk
didalamnya tagihan / piutang, atau hak hak lainnya, misalnya bunga atas deposito .
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud saja,
namun sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang benda
yang berwujud. Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti benda,
tetapi bisa berarti yang lain, seperti : “perbuatan hukum “ (Ps.1792 BW), atau
“kepentingan” (Ps.1354 BW), dan juga berarti “kenyataan hukum” (Ps.1263 BW).

              Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur
dalam:

1.      Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak-hak


kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung
didalamnya.

2.      Undang-Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas
penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan .

3.      Undang-Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak
cipta sebagai benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .

4.      Undang-Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur


tentang hak atas tanah dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik
dan crediet verband .

2.      Macam-macam Benda

Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi :

1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud.

Arti penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda
dimaksud, yaitu :
· Jika benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus

secara nyata dari tangan ke tangan.

· Jika benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannya

harus dilakukan dengan balik nama.

Penyerahan benda tidak berwujud dalam bentuk berbagai piutang dilakukandengan


:

· Piutang atas nama (op naam) dengan cara Cessie

· Piutang atas tunjuk (an toonder) dengan cara penyerahan surat dokumen yang

bersangkutan dari tangan ke tangan

· Piutang atas pengganti (aan order) dengan cara endosemen serta penyerahan

dokumen yang bersangkutan dari tangan ke tangan ( Ps. 163 BWI).

2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak

Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan


(Ps.509 BWI). Benda bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak
hak yang melekat pada benda bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak
memungut hasil atas benda bergerak, hak memakai atas benda bergerak,
saham saham perusahaan. Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut
sifatnya tidak dapat dipindah-pindahkan, seperti tanah dan segala bangunan
yang berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak karena tujuannya
adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda
pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang pada
pabrik. Tujuannya adalah untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk
dipindah-pindah (Ps.507 BWI). Benda tidak bergerak karena undang undang
adalah hak hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut, seperti
hipotik, crediet verband, hak pakai atas benda tidak bergerak, hak memungut
hasil atas benda tidak bergerak (Ps.508 BWI).

Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak pada :

·  penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang

menguasai benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini

tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.

· penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara

nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama ;

· kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa,

sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :dalam hal ada alas

hak, daluwarsanya 20 tahun; dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30

tahun

·         pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai,


sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik.

·  dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk


menuntut kembali barangnya), hanya dapat dilakukan terhadap barang barang
bergerak . Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir
beslah)harus dilakukan terlebih dahulu terhadap barang barang bergerak, dan
apabila masih belum mencukupi untuk pelunasan hutang tergugat, baru
dilakukan executoir terhadap barang tidak bergerak.

· Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis

Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan perjanjian. Pada perjanjian
yang obyeknya adalah benda yang dipakai habis, pembatalannya sulit untuk
mengembalikan seperti keadaan benda itu semula, oleh karena itu harus diganti
dengan benda lain yang sama / sejenis serta senilai. Pada perjanjian yang
obyeknya adalah benda yang tidak dipakai habis tidaklah terlalu sulit bila
perjanjian dibatalkan, karena bendanya masih tetap ada,dan dapat diserahkan
kembali.

3. Benda sudah ada dan benda akan ada

Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang,
atau pada pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang
dan pelaksanaan perjanjiannya dengan cara menyerahkan benda tersebut. Benda
akan ada tidak dapat dijadikan jaminan hutang, bahkan perjanjian yang obyeknya
benda akan ada bisa terancam batal bila pemenuhannya itu tidak mungkin dapat
dilaksanakan (Ps.1320 btr 3 BWI) .

4. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan.

Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah tanganan benda tersebut
karena jual beli atau karena warisan. Benda dalam perdagangan dapat diperjual
belikan dengan bebas, atau diwariskan kepada ahli waris,sedangkan benda luar
perdagangan tidak dapat diperjual belikan atau diwariskan, umpamanya tanah
wakaf, narkotika, benda benda yang melanggar ketertiban dan kesusilaan.

5. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi.

Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal pemenuhan prestasi suatu


perjanjian, di mana terhadap benda yang dapat dibagi, prestasi pemenuhan
perjanjian dapat dilakukan tidak sekaligus, dapat bertahap. Lain halnya dengan
benda yang tidak dapat dibagi, maka pemenuhan prestasi tidak dapat dilakukan
sebagian demi sebagian, melainkan harus secara seutuhnya.

6. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar.

Arti penting pembebannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda


terdaftar dibuktikan dengan bukti pendaftarannya.

3.      TINJAUAN TENTANG HAK KEBENDAAN

a.      Sifat dan Karakter Hak Kebendaan.

Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak
perorangan yang diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :

1.      Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap siapa saja,
dan orang lain harus menghormati hak tersebut, sedangkan hak perorangan berlaku
secara nisbi (relatief), karena hanya melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni
yang ada dalam suatu perjanjian saja.

2.      Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih hidup,
atau bahkan bisa berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan
hokum perorangan berlangsung relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan
perjanjian telah selesai dilakukan.
3.      Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam  peraturan
perundangan yang berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak yang
lainnya, sedangkan dalam hak perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat
dijadikan obyek perjanjian, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu sering dikatakan hokum
kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum perorangan bersifat terbuka.

b.      Ciri ciri Hak Kebendaan

Ciri hak kebendaan ialah :

1.      mutlak / absolute

2.      mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti
benda itu berada, siapapun yang memiliki hak diatasnya

3.      hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi;

4.      memiliki sifat diutamakan

5.      dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak yang


bersangkutan.

6.      pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun .

c.       Penggolongan Hak Kebendaan

Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :

1. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .


Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak
kebendaan yang termasuk dalam kategori ini adalah ;Bezit ; Hak Milik (eigendom)
; Hak Memungut Hasil ; Hak Pakai ; Hak Mendiami.

Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak berlaku lagi: Hak
bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah, Hak servitut ; Hak opstal ; Hak
erfpacht ; Hak bunga atas tanah, Hak pakai atas tanah

Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :

·         Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai

·         Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan

·         Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan

·         Hak guna ruang angkasa

·         Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social

2. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan

·         Hak Gadai (pandrechts)

·         Hipotik

·         Credietverband

·         Privilege (piutang yang di istimewakan).

·         Fiducia

d.      Perolehan Hak Kebendaan


Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan, seperti :

1. Melalui Pengakuan

Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian didapatkan
dan diakui oleh seseorang yang mendapatkannya, dianggap sebagai pemiliknya.

2. Melalui Penemuan

Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari penguasaannya, karena
misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan barang tersebut
dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang
diketemukannya .

3. Melalui Penyerahan

Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui penyerahan
berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, hibah,
warisan dsb. Dengan adanya penyerahan maka titel berpindah kepada siapa benda
itu diserahkan.

4. Dengan Daluwarsa

Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu
sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh
setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang
bersangkutan. Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :

·          jika ada alas hak, 20 tahun

·         jika tidak ada alas hak, 30 tahun


·         Melalui Pewarisan, hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan
berdasarkan hukum waris yang berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau
hukum barat.

6. Dengan Penciptaan

Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah ada maupun
sama sekali baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.

7.      Dengan cara ikutan / turunan

e.       Hapusnya Hak Kebendaan

Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :

1. Bendanya Lenyap / musnah

Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap,

2. Karena dipindah-tangankan

Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yang
bersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.

3. Karena Pelepasan Hak

4. Karena Kadaluwarsa

Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun (karena ada alas
hak), sedangkan untuk benda bergerak 3 tahun.

5. Karena Pencabutan Hak


Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda tertentu,
dengan memenuhi syarat : harus didasarkan suatu undang undangdilakukan dan
untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak 

III. GOODWILL

Goodwill merupakan bagian dari aktiva dalam neraca, yang mencerminkan


kelebihan pembayaran atas aktiva yang dibutuhkan perusahaan dibandingkan
dengan nilai pasar. Atau aktiva tak berwujud yang merepresentasikan jumlah yang
lebih besar dari nilai buku yang dibayar oleh suatu perusahaan untuk
mendapatkanperusahaan lain.

Goodwil : merupakan salah sau unsur dari urusan perusahaan, yang termasuk
golongan kelompok benda bergerak tak bertubuh atau benda yang bersifat
immateriil.

Goodwill adalah suatu benda ekonomis tak bertubuh, yang terjadi dari pada
hugungan antara pelanggan dan perusahaan dan kemunkinan perkembangan yang
akan datang. Jadi goodwill akan ada apabila perusahaan itu mengalami laba.
Goodwill adalah salah satu dari unsur urusan perusahaan, termasuk dalam
kelompok benda bergerak tak bertubuh yang bersifat immateriil, disebabkan
karena:

1. Adanya hubungan timabal balik yang baik antara perusahaan dan langganan,
2. Adanya prospek perkembangan operasionil yang menyenangkan untuk hari
yang akan datang

 Adanya goodwill, dapat mengakibatkan :

1. Laba dalam neraca perdagangan


2. Meningkatnya harga saham diatas harga nominal di bursa perniagaan.

Goodwill merupakan hak subjektif yang senyawa dengan urusan perusahaan, jadi
tidak dapat dipindah tangankan secara tersendiri terpisah dengan urusan
perusahaan.

Hukum dagang adalah hukum ikatan yang ada bersifat khusus dalam lingkup
lapangan sebuah perusahaan. Hal tersebut mencakup urusan sebuah perusahaan
Anda. Urusan perusahaan merupakan segala sesuatu, yang dapat berwujud barang
maupun jasa, termasuk dalam lingkungan perusahaan. Dalam mencapai tujuan
sebuah perusahaan terdapat istilah goodwill. Kali ini hukum123 akan menjelaskan
secara eksplisit goodwill dalam cakupan urusan-urusan perusahaan.

Istilah goodwill adalah salah satu unsure dari sebuah urusan perusahaan, termasuk
di dalamnya kelompok barang dan jasa. Goodwill terdapat pada perusahaan yang
berkembang dengan baik sehingga perusahaan itu mendapatkan banyak laba.
Menurut pendapat S.J. Fockema, seorang peneliti hukum ternama, goodwill adalah
suatu benda ekonomis tak bertubuh, yang terjadi pada hubungan antara perusahaan
dengan para pelanggan dan kemungkinan perkembangan perusahaan yang akan
datang. Hal tersebut dapat dipindah tangankan bersama dengan urusan perusahaan
dan dapat meraup keseimbangan dalam keuntungan perusahaan.

Dengan kata lain, goodwill akan terwujud bila terjadi keseimbangan pengaturan
dalam perusahaan serta berdampak pada hasil laba yang diperoleh. Dapat juga
dimaknai sebagai suatu kesatuan utuh kegiatan usaha apabila dibandingkan dengan
jumlah nilai keseluruhan benda yang merupakan urusan perusahaan.

Goodwill dapat tercipta akibat dari adanya hubungan relasi yang baik, manajemen
yang baik, cara mengatur jalannya perusahaan yang sistematis dan efesien sesuai
aturan perusahaan. Aspek lainnya juga mencakup pemilihan tempat penjualan
produk yang strategis, pemasangan iklan produk yang tepat serta menarik para
konsumen, pemilihan bahan baku yang tepat, kualitas produk yang baik guna
memenuhi selera dan kebutuhan konsumen, dan juga penepatan harga yang sesuai.
Perusahaan yang telah mewujudkan goodwill dapat dipindah tangankan dengan
nominal harga yang tinggi karena mempunyai banyak keuntungan dan saham
perusahaan tersebut dapat dijual dengan harga tinggi pula dalam bursa
perdagangan.

Salah satu dari unsur perusahaan ini termasuk dalam penjualan barang dan jasa
yang disebabkan karena adanya hubungan timbal balik yang baik antara
perusahaan dan para pelanggan serta adanya prospek perkembangan operasional
yang memiliki peluang bagus untuk waktu ke depan, misalnya hasil dari barang
dan jasa perusahaan selalu dibutuhkan oleh para konsumen yang sejalan waktu
kebutuhan itu makin bertambah dengan faktor bertambanya jumlah penduduk.

Anda mungkin juga menyukai