Anda di halaman 1dari 3

BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Tahap Pengukuran Waterpass Tertutup


Pengukuran ini adalah metode pengukuran beda tinggi dimana selisih tinggi antara
titik yang berdekatan ditentukan dengan bacaan garis bidik horizontal yang diarahkan pada
rambu-rambu ukur yang berdiri vertikal. Pengukuran sipat datar bertujuan untuk menentukan
beda tinggi antara titik-titik diatas permukaan bumi secara teliti dengan alat ukur sipat datar
atau dikenal dengan alat ukur waterpas atau autolevel.
Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di laboratorium
Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi pengukuran. Alat-alat yang
digunakan meliputi Waterpass, Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan
Payung.
Pada perhitungan waterpass tertutup terlebih dahulu harus dihitung koreksinya,
kemudian setelah dihitung koreksinya, tahap selanjutnya baru menghitung elevasinya.
Adapun tahap perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Hitung Benang Atas + Benang Bawah = BA + BB untuk rambu belakang.
2. Periksa hitungan BA + BB = 2 BT, jika ada perbedaan toleransi yang diijinkan adalah
0,002 m.
3. Selanjutnya hitung Benang Atas + Benang Bawah = BA + BB untuk rambu muka, dan
periksa hitungan BA + BB = 2 BT, jika ada perbedaan toleransi yang diijinkan adalah
0,002 m.
4. Hitung jarak ke rambu belakang = Dblk = 100 (BA – BB)
5. Dengan cara yang sama hitung ke jarak ke rambu muka = Dmuka = 100 (BA – BB)
6. Hitung beda tinggi dari titik P1 ke P2 menggunakan rumus ∆h12 = BTblk – BTmuka dan jika
beda tinggi positif ditulis di kolom (+) dan jika beda tinggi negatif ditulis di kolom (-).
7. Lakukan perhitungan dari P2 ke P3 dan seterusnya sampai P22 ke P1 untuk pengukuran
persegi.
8. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan beda tinggi pengukuran pulang dimulai
dari P1 ke P22 dan seterusnya sampai terakhir P2 ke P1.
9. Setelah selesai perhitungan beda tinggi, tahap selanjutnya masukkan data hitungan beda
tinggi ke formulir TOPO 02 HITUNGAN WATERPASS.
10. Kemudian beda tinggi PERGI dan PULANG diratakan dan masukkan di kolom beda
tinggi rata-rata.
11. Tanda hitungan beda tinggi rata-rata dibuat sama dengan tanda ukuran pergi.
12. Selanjutnya jumlah beda tinggi rata-rata dari P1-P2 sampai P21-P22 dan terakhir P22-P1.
13. Dalam perhitungan waterpass tertutup syarat geometri adalah Σ ∆hrata-rata = 0,000 m.
14. Untuk pengukuran waterpass tertutup pada umumnya terjadi kesalahan pengukuran,
sehingga syarat geometri tersebut tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu harus dihitung
koreksi beda tinggi. Untuk menghitung koreksi beda tinggi terlebih dahulu dihitung Σ
∆hrata-rata
15. Besarnya koreksi adalah = - Σ ∆hrata-rata
16. Sebagai contoh apabila Σ ∆hrata-rata = - 0,036 m, maka besarnya koreksi beda tinggi adalah
= 0,036 m. Besarnya koreksi tersebut diatas untuk 18 slag, sehingga harus
diperhitungkan koreksi setiap slag.
17. Koreksi beda tinggi tersebur dibagikan ke semua slag yang diukur. Misalnya koreksi per
titik 0,002 m, maka semua titik diberi koreksi 0,002 m. Masukkan data koreksi di kolom
koreksi beda tinggi.
18. Kemudian hitung beda tinggi definitif dan masukkan ke kolom beda tinggi definitif.
Adapun perhitungan beda tinggi definitif adalah ∆hdefinitif = ∆hrata-rata + koreksi.
19. Setelah selesai menghitung semua Δhdefinitive, tahap selanjutnya jumlahkan beda tinggi
definitif tersebut. Jika perhitungan benar, maka Σ Δhrata-rata = 0,000 m.
20. Setelah perhitungan beda tinggi definitif diperiksa dan jumlahnya harus = 0,000 m, maka
tahap selanjutnya menghitung semua titik tinggi dimulai dari tinggi titik 2 dan
seterusnya.
21. Adapun hitungan tinggi titik 2 = tinggi titik 1 + Δh 12 + koreksi. Untuk perhitungan tinggi
titik, maka ditentukan terlebih dahulu misalnya untuk elevasi titik 1 = 231,123 m diatas
bidang referensi.
22. Dengan cara yang sama lakukan perhitungan tinggi titik ketiga dan seterusnya sampai
kembali ke titik terakhir yaitu titik 1.
23. Apabila hitungan tinggi titik-titik sudah benar, maka tinggi titik satu hasil perhitungan
sama dengan elavasi titik awal sama dengan elevasi titik akhir, jadi elevasi titik 1 (akhir)
kembali ke elevasi titik 1 (awal) = 231,123 m, diatas bidang referensi. Apabila hitungan
belum sama, maka harus diperiksa lagi perhitungan waterpass dengan teliti sampai
hitungan benar.
3.2 Tahap Pengukuran Penampang Memanjang
Pengukuran penampang memanjang diukur menggunakan jarak antara satu titik
dengan titik lainnya, kemudian tinggi permukaan tanah antara titik-titik tersebut juga diukur,
maka berdasarkan data dapat digambarkan profil memanjang. Data yang diukur terdiri dari
datak jarak dan data ketinggian (elevasi). Data jarak diukur dengan menggunakan meetband,
sedangkan data beda tinggi diukur dengan waterpass. Penggambaran penampang memanjang
(longitudinal section) dilakukan dengan skala tertentu. Misalnya skala horizontal 1 : 2000
dan skala vertikal 1 : 100.
Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di laboratorium
Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi pengukuran. Alat-alat yang
digunakan meliputi Waterpass, Theodolite, Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga
(Tripod), dan Payung.
3.3 Tahap Pengukuran Penampang Melintang
Pada pengukuran ini, alat ukur yang digunakan adalah WATERPAS dan metode
pengukuran alat ukur berada di atas patok. Untuk pengukuran penampang melintang
diberikan data sketsa pengukuran penampang melintang, Tinggi alat ukur (TA), bacaan
benang tengah (BT), elevasi patok. Selanjutnya, dihitung elevasi titik detail dengan rumus
sebagai berikut:
Elevasi Titik Detail = Elevasi Patok + Tinggi Alat (TA) – Benang Tengah (BT)
Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di laboratorium
Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi pengukuran. Alat-alat yang
digunakan meliputi Waterpass, Theodolite, Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga
(Tripod), dan Payung.

Anda mungkin juga menyukai