Pengukuran ini adalah metode pengukuran beda tinggi dimana selisih tinggi antara titik yang berdekatan ditentukan dengan bacaan garis bidik horizontal yang diarahkan pada rambu-rambu ukur yang berdiri vertikal. Pengukuran sipat datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik diatas permukaan bumi secara teliti dengan alat ukur sipat datar atau dikenal dengan alat ukur waterpas atau autolevel. Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di laboratorium Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi pengukuran. Alat-alat yang digunakan meliputi Waterpass, Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung. Pada perhitungan waterpass tertutup terlebih dahulu harus dihitung koreksinya, kemudian setelah dihitung koreksinya, tahap selanjutnya baru menghitung elevasinya. Adapun tahap perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Hitung Benang Atas + Benang Bawah = BA + BB untuk rambu belakang. 2. Periksa hitungan BA + BB = 2 BT, jika ada perbedaan toleransi yang diijinkan adalah 0,002 m. 3. Selanjutnya hitung Benang Atas + Benang Bawah = BA + BB untuk rambu muka, dan periksa hitungan BA + BB = 2 BT, jika ada perbedaan toleransi yang diijinkan adalah 0,002 m. 4. Hitung jarak ke rambu belakang = Dblk = 100 (BA – BB) 5. Dengan cara yang sama hitung ke jarak ke rambu muka = Dmuka = 100 (BA – BB) 6. Hitung beda tinggi dari titik P1 ke P2 menggunakan rumus ∆h12 = BTblk – BTmuka dan jika beda tinggi positif ditulis di kolom (+) dan jika beda tinggi negatif ditulis di kolom (-). 7. Lakukan perhitungan dari P2 ke P3 dan seterusnya sampai P22 ke P1 untuk pengukuran persegi. 8. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan beda tinggi pengukuran pulang dimulai dari P1 ke P22 dan seterusnya sampai terakhir P2 ke P1. 9. Setelah selesai perhitungan beda tinggi, tahap selanjutnya masukkan data hitungan beda tinggi ke formulir TOPO 02 HITUNGAN WATERPASS. 10. Kemudian beda tinggi PERGI dan PULANG diratakan dan masukkan di kolom beda tinggi rata-rata. 11. Tanda hitungan beda tinggi rata-rata dibuat sama dengan tanda ukuran pergi. 12. Selanjutnya jumlah beda tinggi rata-rata dari P1-P2 sampai P21-P22 dan terakhir P22-P1. 13. Dalam perhitungan waterpass tertutup syarat geometri adalah Σ ∆hrata-rata = 0,000 m. 14. Untuk pengukuran waterpass tertutup pada umumnya terjadi kesalahan pengukuran, sehingga syarat geometri tersebut tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu harus dihitung koreksi beda tinggi. Untuk menghitung koreksi beda tinggi terlebih dahulu dihitung Σ ∆hrata-rata 15. Besarnya koreksi adalah = - Σ ∆hrata-rata 16. Sebagai contoh apabila Σ ∆hrata-rata = - 0,036 m, maka besarnya koreksi beda tinggi adalah = 0,036 m. Besarnya koreksi tersebut diatas untuk 18 slag, sehingga harus diperhitungkan koreksi setiap slag. 17. Koreksi beda tinggi tersebur dibagikan ke semua slag yang diukur. Misalnya koreksi per titik 0,002 m, maka semua titik diberi koreksi 0,002 m. Masukkan data koreksi di kolom koreksi beda tinggi. 18. Kemudian hitung beda tinggi definitif dan masukkan ke kolom beda tinggi definitif. Adapun perhitungan beda tinggi definitif adalah ∆hdefinitif = ∆hrata-rata + koreksi. 19. Setelah selesai menghitung semua Δhdefinitive, tahap selanjutnya jumlahkan beda tinggi definitif tersebut. Jika perhitungan benar, maka Σ Δhrata-rata = 0,000 m. 20. Setelah perhitungan beda tinggi definitif diperiksa dan jumlahnya harus = 0,000 m, maka tahap selanjutnya menghitung semua titik tinggi dimulai dari tinggi titik 2 dan seterusnya. 21. Adapun hitungan tinggi titik 2 = tinggi titik 1 + Δh 12 + koreksi. Untuk perhitungan tinggi titik, maka ditentukan terlebih dahulu misalnya untuk elevasi titik 1 = 231,123 m diatas bidang referensi. 22. Dengan cara yang sama lakukan perhitungan tinggi titik ketiga dan seterusnya sampai kembali ke titik terakhir yaitu titik 1. 23. Apabila hitungan tinggi titik-titik sudah benar, maka tinggi titik satu hasil perhitungan sama dengan elavasi titik awal sama dengan elevasi titik akhir, jadi elevasi titik 1 (akhir) kembali ke elevasi titik 1 (awal) = 231,123 m, diatas bidang referensi. Apabila hitungan belum sama, maka harus diperiksa lagi perhitungan waterpass dengan teliti sampai hitungan benar. 3.2 Tahap Pengukuran Penampang Memanjang Pengukuran penampang memanjang diukur menggunakan jarak antara satu titik dengan titik lainnya, kemudian tinggi permukaan tanah antara titik-titik tersebut juga diukur, maka berdasarkan data dapat digambarkan profil memanjang. Data yang diukur terdiri dari datak jarak dan data ketinggian (elevasi). Data jarak diukur dengan menggunakan meetband, sedangkan data beda tinggi diukur dengan waterpass. Penggambaran penampang memanjang (longitudinal section) dilakukan dengan skala tertentu. Misalnya skala horizontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 100. Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di laboratorium Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi pengukuran. Alat-alat yang digunakan meliputi Waterpass, Theodolite, Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung. 3.3 Tahap Pengukuran Penampang Melintang Pada pengukuran ini, alat ukur yang digunakan adalah WATERPAS dan metode pengukuran alat ukur berada di atas patok. Untuk pengukuran penampang melintang diberikan data sketsa pengukuran penampang melintang, Tinggi alat ukur (TA), bacaan benang tengah (BT), elevasi patok. Selanjutnya, dihitung elevasi titik detail dengan rumus sebagai berikut: Elevasi Titik Detail = Elevasi Patok + Tinggi Alat (TA) – Benang Tengah (BT) Pada tahap ini, kami menyiapkan alat-alat pengukuran yang berada di laboratorium Politeknik Pekerjaan Umum sebelum pergi ke titik lokasi pengukuran. Alat-alat yang digunakan meliputi Waterpass, Theodolite, Meteran, Bak Ukur (Rambu Ukur), Kaki Tiga (Tripod), dan Payung.