Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTKUM

ILMU HAMA TUMBUHAN DASAR (PTN212)


PEMELIHARAAN SERANGGA
PAUROMETABOLA DAN HOLOMETABOLA

Kelompok 5 / Paralel 3
Anggota : 1. Nurani Aprilliani A34160034
2. Ervina Sukria Polem A34160052
3. Nahla Hening Astisiwi A34160085
4. Septian Umar Hadi A34160099
5. Rianita Septiana A34160105

Dosen : Dr. Ir. Pudjianto, M. Si


Asisten : 1. Naivah N. R. A34140004
2. Ririn Parwasih A34140055

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan manusia sangatlah tergantung pada sektor pertanian sebagai bahan


dasar pangan, namun masih sangat banyak gangguan-gangguan pada sektor tersebut
sehingga hasilnya kurang maksimal. Hasil produktivitas pangan yang tinggi sangat
dipengaruhi dengan kondisi tanaman, baik itu dari kondisi tanaman itu sendiri
maupun dari segi tanah dan faktor lainnya. Namun yang menjadi masalah yaitu jarang
ditemukannya tanaman yang benar-benar bebas dari serangan hama, baik yang
disebabkan oleh serangan serangga, cendawan, bakteri, maupun virus. Masalah
tersebut jika tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan kerugian yang sangat
tinggi pada sektor pertanian Indonesia.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu teknik pegendalian yang
tepat, pengetahuan mengenai biologi suatu seragga sangat dibutuhkan sebagai
informasi dasar untuk menyusun strategi pengendalian hama. Dengan mengetahui
biologi serangga, akan diketahui berbagai fase hidupnya, stadium setiap fase
hidupnya, keperidian, lama hidup, siklus hidup dan lain-lain. Dengan melakukan
pemeliharaan serangga, maka akan diketahui berbagai aspek biologisnya yang akan
diperlukan guna menentukan teknik pengendalian yang tepat untuk masing-masing
serangga.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan memelihara serangga dengan perkembangan


paurometabola (Nezara viridula) dan holometabola (Spodoptera litura) sehingga
dapat dihitung siklus hidup serangga tersebut.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Februari 2018. Praktikum


berlangsung mulai pukul 13.00 – 16.00 di Lab. Dik. 3 Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dilakukan pada tanggal 08
Februari sampai 19 Maret 2018 di Lab. Dik. 3 Departemen Proteksi Tanaman.

Alat dan Bahan

Bahan yang akan digunakan pada praktikum pemeliharan serangga yaitu telur
serangga Nezara viridula (Hemiptera: Pentatomidae) yang mengalami perkembangan
paurometabola yaitu hanya mengalami fase telur, nimfa dan akhirnya menjadi imago.
Imago Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) mengalami perkembangan
holometabola yaitu perkembangan serangga yang melewati fase telur, larva, pupa dan
akhirnya berkembang menjadi imago, kacang panjang yang digunakan sebagai
makanan Nezara viridula, daun talas atau daun murbei sebagai makanan Spodoptera
litura, kertas saring yang digunakan sebagai alas ketika serangga diletakkan didalam
wadah dan kertas label yang digunakan untuk menamai serangga yang ditempelkan
pada sisi wadah, dan serbuk gergaji sebagai media peletakkan. Sedangkan alat yang
akan digunakan yaitu cawan petri sebagai wadah serangga, wadah plastic berkasa,
gunting untuk memotong kertas dan daun, kuas kecil yang digunakan untuk
membasahi alas kertas dan juga dapat digunakan untuk memindahkan telur dan yang
terakhir yaitu termohigrometer yang berfungsi sebagai pengukur kelembaban dan
suhu ruangan atau laboratorium.

Metode

Untuk mengawali pengamatan, imago kedua serangga harus dipelihara sampai


menghasilkan telur. Imago Nezara viridula diperoleh dari lapang, dan diperkirakan
sudah kopulasi sehingga tinggal ditunggu hingga telur diletakkan. Imago Spodoptera
litura perlu dikawinkan antara jantan dan betina karena serangga dipelihara dari pupa
di laboratorium. Jika sudah bertelur, masing-masing telur dipindahkan ke dalam
cawan petri yang dialasi kertas lembab. Telur diamati hingga menetas dan stadium
telur dihitung. Suhu dan kelembaban saat pengamatan dicatat setiap hari pada waktu
yang sama. Cawan petri disiapkan dengan cara memberi alas dengan kertas saring
dan dilembabkan dengan sedikit air. Buncis 4-5 cm dimasukkan ke dalam gelas
plastic berkasa, salah satu ujung kacang panjang diberi kapas basah untuk
pemeliharaan Nezara viridula. Kedalam cawan petri yang lain dimasukkan sepotong
daun talas untuk pemeliharaan Spodoptera litura. Nimfa atau larva yang baru keluar
dari telur dimasukkan ke dalam cawan petri dengan menggunakan kuas kecil. Setiap
cawan petri diisi dengan satu individu. Perkembangan serangga diamati setiap hari,
dan dihitung jumlah ganti kulit (jumlah instar) dan dihitung pula stadium setiap
instar. Pengamatan ganti kulit pada instar-instar awal dilakukan dibawah mikroskop
karena instar awal relative masih kecil. Makanan dan kertas alas diganti setiap hari
sekali atau bila makanan sudah habis atau kering. Untuk Spodoptera litura menjelang
berpupa larva dipindahkan ke wadah plastik yang telah diberi media untuk berpupa
(serbuk gergaj). Dihitung masa berpupanya, setelah serangga mulai berpupa dihitung
stadium pupanya, setelah keluar menjadi imago, media dibuang, imago diberi madu
yang diserapkan ke bulatan kapas. Setelah serangga menjadi imago diamati masa
praoviposisi Nezara viridula dan Spodoptera litura dan dihitung siklus hidupnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1 Lama hidup Nezara viridula


Stadium (hari) Jumlah
Ulangan Nimfa Imago *
(hari)
Telur
Instar 1 Instar 2 Instar 3 Instar 4*
1 4 5 6 4 - - 19
2 4 6 5 5 - - 20
3 4 4 5 6 - - 19
4 4 5 6 5 - - 20
5 4 6 5 6 - - 21
Rata-rata 19,8
*
Keterangan (-) Nimfa mati

Tabel 2 Lama hidup Spodoptera litura


Stadium (hari) Jumlah
Ulangan Larva Imago (hari)
Telur Pupa *
Instar 1 Instar 2 Instar 3 Instar 4
1 3 4 6 11 7 6 6 43
2 3 4 6 3 8 2 - 26
3 3 4 6 11 7 6 6 43
4 3 4 2 4 10 9 8 40
5 3 4 6 9 7 2 6 37
Rata-rata 37,8
*
Keterangan (-) Pupa mati

Pembahasan

Menurut Jumar (2000), siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia
yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya, sejak dari telur sampai
menjadi dewasa. Perkembangan pasca-embrionik atau perkembangan insekta setelah
menetas dari telur akan mengalami serangkaian perubahan bentuk dan ukuran hingga
mencapai serangga dewasa. Metamorfosis ialah perubahan yang terjadi pada suatu
individu makhluk hidup yang berasal dari telur sampai menjadi dewasa dengan
sempurna dengan cara mengalami perubahan pada bentuk strukturnya, anatomi, dan
fisiologis (Lukman 2009). Pertumbuhan dan diferensiasi sel secara radikal dan
dinamik mengakibatkan perubahan pada struktur fisiknya (Yasin 2009). Biasanya
metamorfosis terjadi pada fase yang berbeda, misalnya dari telur, larva atau nimfa,
kadang-kadang juga sering melintasi fase pupa dan akhirnya menjadi dewasa atau
imago (Sodiq 2009). Metamorfosis pada serangga dibedakan menjadi empat yaitu
ametabola, hemimetabola, paurometabola, dan holometabola. Ametabola merupakan
metamorphosis serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami
metamorfosis, seperti kutu buku (Episma saccharina) (Saunders 1980).
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna
atau bertahap. Daur hidup serangga ini yaitu telur, nimfa dan imgo (dewasa). Pada
kelompok serangga dengan metamorfosis holometabola ketika menetas sayap hanya
merupakan tunas saja dan bentuk tubuhnya tidak sebanding dengan bentuk tubuh
hewan dewasanya. Sehinggga perkembangan pada serangga ini bisa dilihat dari
perkembangan sayapnya dan adanya pergantian kulit pada serangga tersebut.
Serangga yang mengalami metamorfosis bertahap ini disebut imago atau naiad bila
fase belum dewasanya berlangsung didalam air (Balinsky 1981). Kelompok
hemimetabola meliputi beberapa ordo yaitu Achyptera atau Isoptera, Odonata,
Homoptera. Metamorphosis paurometabola yaitu terdiri dari stadium telur, nimfa
yang terdiri dari instar pertama hingga instar ketiga dan imago. Kelompok serangga
yang memiliki metamorphosis ini adalah ordo Orthoptera, Hemiptera (Leptocorixa
acuta, Nezara viridula), dan lain-lain (Husni 2012).
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.
Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur–
larva–pupa–imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda
dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak
melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan
organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan. kelompok
holometabola ini meliputi 6 ordo, yaitu ordo Neuroptera, Lepidoptera (Erlonata
thrax, Attacus atlas, Spodoptera litura), Diptera, Coleoptera, Siphonoptera,
Hymenoptera (Lukman 2009).
Spodoptera litura atau ulat grayak merupakan salah satu hama yang penting
bagi petani, karena hama ini dapat menimbulkan kerusakan yang serius pada tanaman
yang diserangnya. Ulat grayak bersifat polifag atau tidak hanya menyerang pada satu
tanaman yang spesifik, tanaman yang diserang meliputi kedelai, kacang tanah, kubis,
ubi jalar, kentang dan lain-lain. Spodoptera litura menyerang tanaman budidaya pada
vase vegetatif yaitu memakan daun tanaman yang muda dan pada fase generatif
memakan polong-polong muda (Fitriani et al. 2011). Menurut Nugroho (2013)
Spodoptera litura dapat dikklasifikasikan sebagai berikut, kingdom Animalia, filum
Arthropoda, kelas Insekta, ordo Lepidoptera, famili Noctuidae, genus Spodopter,
spesies Spodoptera litura. Larva S.litura yang baru keluar dari kelompok telur pada
mulanya bergerombol sampai instar 3. Larva berwarna hijau kelabu hitam, larva
terdiri 5-6 instar. Lama stadia larva 17-26 hari, yang terdiri dari larva instar 1 antara
5-6 hari, instar 2 antara 3-5 hari, instar 3 antara 3-6 hari, instar 4 antara 2-4 hari dan
instar 5 antara 3-6 hari (Erwin 2000).
Nezara viridula dari famili Pentatomidae, merupakan salah satu hama yang sangat
penting di dunia. Hama ini termasuk kosmopolit dan polifag. Siklus hidup N. viridula
31 sampai 76 hari (Gonzalez dan Ferrero 2008). Serangga dewasa kepik hijau
(Nezara viridula L.) berwarna hijau yang merata dan kadang-kadang berwarna
kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang sekali ditemukan yang seluruh
tubuhnya berwarna kuning. Tubuhnya berbentuk segilima seperti perisai, panjang
tubuh sekitar 1—1,5 cm, tipe mulut haustelata, 7 dan kepalanya bersungut. Nimfa
kepik hjau memiliki warna yang berbeda-beda, awalnya berwarna coklat muda,
kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik- bintik putih lalu menjadi hijau
(imago) (Nurjanah 2008). Menurut Fortes et al. (2006) dalam Prayogo (2012), seekor
imago betina kepik hijau mampu menghasilkan telur berkisar 104-470 butir yang
diletakkan secara berkelompok pada permukaan daun bagian atas maupun bawah.
Setiap kelompok telur terdiri dari 10-50 butir. Telur akan menetas kurang lebih enam
hingga tujuh hari setelah diletakkan imago. Telurnya berwarna kekuningan, kemudian
berubah menjadi kuning, tetapi menjelang menetas warnanya berubah menjadi
kemerahan (merah bata) dan telur berbentuk oval agak bulat seperti tong.
Selanjutnya, nimfa yang telah menetas berwarna transparan dan mengkilat.
Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8
minggu (Nurjanah 2008). Menurut Hidayat (2013), kepik hijau memiliki sayap depan
setengah tipis, setengah tebal (sayap hemilitron), alat mulut menusuk-mengisap
(haustelata), dan metamorfosisnya paurometabola. N. viridula ditemukan di seluruh
daerah tropis dan subtropis yang menghisap beberapa bagian dari tanaman, dan
dikenal dari warna hijau yang seragam serta panjangnya sekitar 16 mm.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mendapatkan hasil pada stadia telur
Spodoptera litura yaitu membutuhkan waktu 3 hari, sedangkan pada tahap instar 1
membutuhkan 4 hari, instar 2 rata-rata membutuhkan 6 hari namun pada pengulangan
4 memiliki waktu yang berbeda yaitu membutuhkan 2 hari, instar 3 dan 4
menghasilkan data yang berbeda pada pengulangannya. Stadium pupa dan imago
menghasilkan waktu yang berbeda dalam setiap pengulangan, tetapi terdapat
kematian pada rentang waktu antara pupa menjadi imago pada pengulangan kedua.
Rata-rata jumlah waktu yang dibutuhkan untuk siklus Spodoptera litura dari 5
pengulangan adalah 38 hari. Hasil yang didapatkan pada percobaan pemeliharaan
serangga S. litura tidak sesuai dengan literatur. Telur akan menetas sekitar 4 hari
dalam kondisi hangat atau sampai dengan 11 atau 12 hari jika musim dingin
(Nakasuji 1976).) Larva S. litura terdiri dari 5 periode instar, instar 1 berumur sekitar
2-3 hari, instar 2 sekitar 2-4 hari, instar 3 sekitar 2-5 hari, instar 4 sekitar 2-6 hari, dan
instar 5 sekitar 4-7 hari (Kalshoven 1981), hal itu terjadi karena faktor suhu yang
berbeda dan kelembapan yang berbeda, dan pemeliharaan yang kurang teratur dalam
hal kebersihan dan pemberian makanan, karena kandungan protein dalam pakan ikut
mempengaruhi proses pertumbuhan larva untuk mencapai tahap perkembangan akhir.
Protein merupakan senyawa pembangun tubuh yang menyediakan banyak materi
untuk pertumbuhan, bagi serangga yang membutuhkan pakan dengan kandungan
protein yang tinggi akan memanfaatkan ketersediaan senyawa tersebut untuk
pembentukan jaringan lebih banyak sehingga larva lebih cepat mencapai tahap instar
akhir (Lestari et al 2013). Percobaan pada Nezara viridula menunjukkan hasil yang
tidak sesuai dengan literatur dikarenakan N. viridula mengalami kematian pada
rentang waktu larva instar 3 menuju instar 4, kematian disebabkan karena kurangnya
pemeliharaan terhadap N. viridula dalam hal pemberian makan dan kebersihan tempat
pemeliharaan, seharusnya lama hidup imago berkisar antara 5 sampai 47 hari
(Nurvaridah 2015) dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup
berkisar antara 31 sampai 76 hari (Gonzalez dan Ferrero 2008).
SIMPULAN

Metamorfosis pada serangga dibedakan menjadi empat yaitu ametabola,


hemimetabola, paurometabola, dan holometabola. Spodoptera litura mengalami
metamorfosis sempurna atau holometabola yang terdiri dari fase telur, fase larva, fase
pupa dan fase imago. Lain halnya dengan Nezara viridula yang mengalami
metamorfosis paurometabola yang terdiri dari fase telur, fase nimfa dan fase imago.
Pengamatan yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Spodoptera litura menunjukkan siklus hidupnya yang berlangsung dalam rata-rata 38
hari sedangkan pada pertumbuhan dan perkembangan Nezara viridula berlangsung
rata-rata selama 20 hari.
DAFTAR PUSTAKA

Balinsky BI. 1981. An introduction to embryology 5th ed. Philadelphia(US): Sunders


College Publishing.
Erwin MS. 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Medan(ID): Balai Penelitian
Tembakau Deli, PTPN II.
Fitriani U, Melina, Gassa A. 2011. Kemampuan memangsa Euborellia annulata
(Dermaptera: Anisolabididae) dan prefensi pada berbagai instar larva
Spodoptera litura. Makasar(ID): Universitas Hasanuddin.
Fortes et al. 2006. Patogenisitas cendawan entomopatogen Beauveria bassiana
(Deuteromycotina: Hyphomycetes) pada berbagai stadia kepik hijau (Nezara
viridula L.). J. HPT Tropika 13(1): 75 – 86.
Gonzalez JOW, Ferrero AA. 2008. Table of life and fecundity by Nezara viridula var.
Smaragdula (Hemiptera: Pentatomidae) feed on Phaseolus vulgaris L.
(Fabaceae) fruits. IDESIA. 26(1): 9-13.
Hidayat S. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung(ID): PT Remaja
Rosdakarya Bandung.
Husni, Pramayudi N, Faridah M. 2012. Biology of papaya meay bug (Paracoccus
marginatus) (Hemiptera: Pseudococcidae) in cassava (Manihot utilissima
Pohl). Jurnal Natural 12(2): 9-10.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta(ID): PT. Rineka Cipta.
Kalshoven LGE. 1981. The Pets of Crops In Indonesia. Revised And Translated by
P.A. Van der Laan. Jakarta(ID): PT. Ictiar Baru Van Hoeve.
Lestari S, Ambarningrum TB, Pratiknyo H. 2013. Tabel hidup spodoptera litura fabr.
dengan pemberian pakan buatan yang berbeda. Jurnal Saint Veteriner 31(2):
166-179.
Lukman A. 2009. Peran hormon dalam metamorfosis serangga. Biospecies 2(1): 42-
45.
Nakasuji F. 1976. Factors responsible for change in the pest status of the tobacco
cutworm Spodoptera litura. Physiol. Ecol. Japan 17: 527-533.
Nugroho BA. 2013. Pengenalan dan Pengendalian Hama Ulat Grayak Pada
Tanaman Kapas. Surabaya(ID): BBPPTP Surabaya.
Nurjanah S. 2008. Penyuluhan Pertanian Madya Pasbangluhtan. BPTP. Yogyakarta.
Nurvaridah P. 2015. Perkembangan populasi tiga hama utama pada pertanaman
kedelai (Glycine max (L.) Merrill) [skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian
Bogor.
Pragoyo Y. 2011. Kombinasi Pestisida Nabati dan Cendawan Entomopatogen
Lecanicillium lecanii untuk Meningkatkan Efikasi Pengendalian Telur Kepik
Coklat Riptortus linearis pada Kedelai. Malang(ID): Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Prayogo Y. 2012. Efikasi cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (Bals.)
Vuill. (Deuteromycotina: Hyphomycetes) terhadap Kepik Hijau (Nezara
virdula L.). J. HPT Tropika 2(1): 1-14
Saunders JW. 1980. Developmen Biology Patterns Problem Principles. New
York(US): Macmillan Publishing Co.
Sodiq M. 2009. Ketahanan tanaman terhadap hama [skripsi]. Jawa Timur(ID):
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Yasin M. 2009. Kemampuan akses makan serangga hama kumbang bubuk dan faktor
fisikokimia yang mempengaruhinya [Prosiding Seminar Serealia] Maros,
Sulawesi Selatan.

Anda mungkin juga menyukai