Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN KELUARGA

DI SUSUN OLEH:

NO NAMA NPM
1. SISCA NINSY PATTY 12114201190246
2. WULAN SERWORWORA 12114201190284
3. STEVANY TALLA 12114201190252
4. FYOLETA PAAYS 12114201190088
5. MELISA MAHAKENA 12114201190186
6. STELA DE QUELJOE 12114201190249
7. MANSYE PLEUPNA 12114201190153
8. TABITA DIAS 12114201190257
9. MEISKE HAWANDAMA 12114201190173
10. JENNIFER LOUHENAPESSY 12114201190022

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021

Nama: Sisca Ninsy Patty

NPM: 12114201190246
Analisis artikel

Judul artikel: Hubungan dukungan keluarga dengan niat konsumsi tablet tambah darah pada
remaja putri.

NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR


ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana
terjadinya penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah
nilai normal. Defisiensi besi merupakan penyebab
utama dan tersering anemia di dunia yaitu sekitar
50% 80%. 1,2Menurut World Health
Organization(WHO) pada tahun 2011, sekitar 800
juta anak–anak dan wanita menderita anemia.
Prevalensi anemia tertinggi terjadi pada anak-
anak sebanyak 42,6%, sedangkan prevalensi
anemia pada wanita hamil sebanyak 38,2%, dan
wanita usia subur sebanyak 29,4%. Penurunan
angka kejadian anemia dinilai sebagai komponen
yang penting untuk kesehatan wanita dan anak-
anak sehingga target nutrisi global untuk tahun
2025 salah satunya adalah untuk menurunkan
50% angka kejadian anemia pada wanita usia
subur.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang
timbul akibat kosongnya cadangan besi sehingga
penyediaan besi untuk pembentukan hemoglobin
berkurang. Remaja putri memerlukan lebih
banyak zat besi dibandingkan remaja pria, hal ini
dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi
setiap bulannya yang menyebabkan hilangnya zat
besi sehingga kebutuhan akan zat besi meningkat.
Anemia pada remaja putri akan mengakibatkan
perkembangan motorik, mental, dan kecer-dasan
terhambat, menurunnya prestasi bela-jar, tingkat
kebugaran menurun, dan tidak tercapainya tinggi
badan maksimal. Strategi penanggulangan anemia
pada ibu hamil juga akan lebih efektif jika
dilakukan sejak masa remaja.
Niat konsumsi tablet tambah darah merupakan
salah satu bentuk awal dari terbentuknya perilaku
kesehatan. Menurut Ajzen dan Fisbein dalam
Theory of planned behavior, niat adalah seberapa
besar keyakinan seseorang untuk melakukan
suatu perilaku. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya niat seseorang antara lain sikap,
norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku.
Norma subjektif adalah dukungan dari orang-
orang yangdianggap penting seperti keluarga,
guru, atau atasan untuk melakukan suatu perilaku.
Semakin individu merasakan bahwa referensi
sosial yang mereka miliki mendukung mereka
untuk melakukan suatu perilaku maka individu
tersebut akan cenderung merasakan tekanan sosial
untuk memunculkan perilaku tersebut. Salah satu
peran keluarga adalah untuk menjaga kesehatan
anggota keluarganya, terutama pada masa remaja
yang merupakan masa pertumbuhan fisik yang
pesat.
2. Hasil Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
dukungan keluarga terhadap konsumsi tablet
tambah darah pada remaja puteri di SMA PGRI 4
Banjarmasin terdistribusi secara rata antar strata
dengan persentasi yang tidak jauh berbeda yaitu
dukungan keluarga tinggi sebanyak 16 responden
(32%), dukungan keluarga sedang 16 responden
(32%), dan dukungan keluarga rendahsebanyak
18 responden (36%); selain itu juga niat konsumsi
tablet tambah darah pada remaja puteri di SMA
PGRI4 Banjarmasin sebagian besar memiliki niat
yang kuat sebanyak 33 responden (66%).

Kesimpulan:

Dari artikel yang dianalisis diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga dapat
meningkatkan kesehatan anggota keluarganya, terutama pada masa remaja yang merupakan
masa pertumbuhan fisik yang pesat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan niat konsumsi tablet tambah darah pada remaja puteri di SMA PGRI
Banjarmasin.

Data primer yang diperoleh dari hasilpembagian kuesioner kepada para remaja puteri di
SMA PGRI 4 Banjarmasin dan data sekunder diperoleh dari data Dinas Kesehatan kota
Banjarmasin. Data hasil pengamatan diuji analisis menggunakan software statistik. Uji yang
dilakukan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95 %. Analisis bivariat untuk
menggambarkan variabel bebas dengan variabel terikat yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi 3 x 2. Seseorang yang memiliki jaringan pendukung yang adekuat seperti
keluarga, teman dekat, atau orang kepercayaan maka ia akan memiliki kesadaran yang kuat pula
untuk menyadari bahwa dirinya sakit atau berisiko terkena penyakit sehingga ia akan memelihara
kesehatannya.
Nama: Meiske Hawandama
NPM: 12114201190173

Analisis artikel
Judul jurnal: Gambaran peran keluarga terhadap tingkat kecemasan remaja putrid usia 11-14
tahun dalam menghadapi menstruasi pertama di desa Tuntungan.

NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR


ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Peran Keluarga merupakan hal penting yang
harus dijalankan dan dipatuhi oleh setiap anggota
keluarga.
Menstruasi pertama merupakan haid yang
pertama kali terjadi pada dinding rahim dan yang
dikenal dengan istilah darah haid. Keluarga
berperan aktif dalam mengetahui kondisi remaja
putri, baik fisik maupun psikologisnya karena
keluarga bersifat saling ketergantungan satu
anggota keluarga dengan anggota keluarga
lainnya Menurut Nainggolan & Tambunan,2013 :
2 (Dalam jurnal Gladys Salangka 2018) Tingkat
kecemasan merupakan pengalaman emosi yang
tidak menyenangkan yang datang dari dalam
bersifat meningkat menggelisahkan dan
menakutkan yang tidak diketahui oleh individu.
Perasaan ini disertai oleh komponen komponen
somatik,fisiologis,automatik, biokimia, hormon
onal,perilaku (Stuartdan Laraira, 2002) Menarche
adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan
mengalami haid atau datang bulan yang pertama
kali. Menarche adalah perdarahan pertama dari
uterus yang terjadi pada seorang wanita. Menurut
Wiknjosastro, 2005 : 184 (Dalam jurnal Ida
Nilawati 2013) Menarche atau menstruasi
pertama terjadi akibat proses sistem hormonal
yang kompleks, setelah panca indra menerima
rangsangan yang diteruskan ke pusat dan diolah
oleh hipotalamus, dilanjutkan dengan hipofise
memulai sistem portal dikeluarkan hormon
gonadotropin perangsang folikel dan leutenizing
hormon (LH) untuk merangsang indung
telur.Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di Desa Tuntungan I Kecamatan Medan
Tuntungan pada tanggal 07 Januari
2018,diperoleh lima belas remaja putri, sepuluh
diantara lima belas remaja putri sudah mengalami
menstruasi, dan lima remaja putri belum
mendapat menstruasi. Menurut data yang
didapatkan dari remaja putri empat orang tidak
merasa cemas menghadapi menarche dan enam
remaja putri mengatakan bahwa merasa cemas
menghadapi menstruasi. Remaja putri
mengatakan cemas yang mereka rasakan karna
takut akan melihat darah yang keluar dari
kemaluan dan takut merasakan nyeri pada saat
menstruasi.

2. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam


penelitian ini, maka didapat beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Bahwa berdasarkan peran keluarga asih
adalah mayoritas responden tidak
berperan.
2. Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa berdasarkan peran keluarga asuh
mayoritas pada kategori tidak berperan.
3. Mayoritas responden berdasarkan peran
keluarga asah yaitu tidak berperan.
4. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
mayoritas responden mengalami tingkat
kecemasan sedang dan Kecemasan berat.

Kesimpulan:

 Peran Keluarga Berdasarkan Asih:


distribusi frekuensi berdasarkan peran keluarga asih diatas mayoritas responden TidakBerperan
sebanyak 23 responden (74,2).

 Peran Keluarga Berdasarkan Asuh:


distribusi frekuensi berdasarkan peran keluarga asuh diatas dapat dilihat bahwa responden
berdasarkan peran keluarga asuh yang tidak berperan sebanyak 22 responden (71.0%)

 Peran Keluarga Berdasarkan Asah:


distribusi frekuensi berdasarkan peran keluarga asah diatas dapat dilihat bahwa responden
terbanyak adalah keluarga yang tidak berperan sebanyak 25 responden (80,6).
Bedasarkan hasil penelitian Keluarga atau orang tua diharapkan mampu memberikan
pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi
yang banyak dalam menghadapi menarche. Dan mampu memberikan pendidikan tentang
menstruasi kepada anak.
Nama: fyoleta paays
NPM: 12114201190088

Analisis jurnal

Judul jurnal: Pengaruh intervensi penyuluhan gizi dengan media animasi tehadap perunahan
pengetahuan dan sikap tentang anemia pada remaja putri.
NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR
ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Masalah anemia masih merupakan masalah gizi di
dunia terutama di negara berkembang dan pada
kelompok sosio-ekonomi rendah. Menurut WHO
(2008), terdapat 47,5% wanita usia subur (WUS)
di Asia Tenggara, dan 45,7% yang menderita
anemia. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), pada tahun 2010 terdapat lebih dari
10% anak umur ≤ 14 tahun mengalami anemia
dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 26,4%.
Terdapat perbedaan proporsi anemia berdasarkan
jenis kelamin, pada jenis kelamin perempuan
terdapat 23,4% yang menderita anemia,
sedangkan pada jenis kelamin laki-laki jumlah
yang menderita anemia sebesar 18,4%
(Riskesdas, 2010). Remaja putri merupakan
kelompok yang paling rentan terkena anemia
karena kebutuhan zat besi yang meningkat
diakibatkan adanya siklus menstruasi setiap bulan
(Sediaoetama, 2001). Selama masa usia
reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan
darah akibat peristiwa menstruasi (Arisman,
2009). Salah satu usaha untuk menanggulangi
masalah anemia yaitu melalui penyuluhan.
Penyuluhan dalam hal ini merupakan bagian dari
pendidikan gizi sebagai upaya untuk mengadakan
perubahan pengetahuan atau sikap dalam hal
konsumsi makanan (Suhardjo, 2005). Kelompok
usia remaja merupakan kelompok sasaran
strategis karena masih berada pada proses belajar
sehingga mudah menyerap pengetahuan.
Penelitian mengenai peran pendidikan gizi yang
dilakukan oleh Zulaekah (2009), menyatakan
bahwa ada pengaruh yang positif mengenai
pengetahuan gizi dan peningkatan kadar
hemoglobin setelah adanya pendidikan gizi.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2. Hasil Anemia defisiensi besi adalah masalah yang


paling sering dijumpai pada remaja putri. Salah
satu usaha untuk menanggulangi masalah anemia
yaitu melalui penyuluhandengan media animasi
sehinggapesan akan lebih lama dan lebih baik
dalam ingatan karena melibatkan lebih banyak
panca indera serta menyebabkan kesan yang kuat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh intervensi penyuluhan gizi dengan
media animasi terhadap pengetahuan dan sikap
tentang anemia pada remaja putri SMA di Kota
Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan di
Kota Bandar Lampung pada bulan Mei-
September tahun 2017. Jenis penelitian adalah Pre
eksperimental dengan rancangan tes awal-akhir
kelompok (one-group pretest-posttest design).
Variabel penelitian pengetahuan dan sikap yang
diukur sebelum dan sesudah diberi penyuluhan
gizi dengan media animasi. Pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner dan subjek
penelitian berjumlah 300 subjek.

Kesimpulan:

Hasil penelitian ini menyatakan intervensi penyuluhan gizi dengan menggunakan media animasi
memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tentang anemia pada remaja
putri SMA di Kota Bandar Lampung tahun 2017. Disarankan agar Dinas Kesehatan dan sekolah
mendorong penggunaan media animasi sebagai alternatif alat bantu untuk pendidikan gizi dan
mengombinasikannya dengan berbagai media seperti leaflet, brosur dan metode ceramah untuk
meningkatkan efektivitas pendidikan gizi pada remaja putri.

Nama: Tabita Dias

NPM: 12114201190257

Analisis jurnal

Judul jurnal: Case Study dalam Mengatasi Anemia pada Remaja Putri di Keluarga dengan Model
HEMA Coach (Health Education, Modifikasi Perilaku, dan Coaching).

NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR


ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai periode transisi
perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif,
dan perubahan sosial yang berlangsung antara
usia 10-19 tahun (Santrock, 2007). Perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa transisi ini
cenderung membuat remaja berusaha
mengeksplorasi diri, mengaktualisasikan peran
yang dapat mengarahkan remaja kepada gaya
hidup yang negatif (Stanhope & Lancaster, 2016),
seperti mengonsumsi makanan rendah zat besi,
tidak suka mengonsumsi sayuran hijau, dan
istirahat kurang yang dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan diantaranya anemia
pada remaja (Miller, 2012).
Terjadinya anemia pada remaja putri berfokus
pada pola perilaku yang tidak sehat, seperti:
remaja cenderung tidak suka mengonsumsi
sayuran, adanya keinginan untuk tetap langsing
atau kurus, diet tidak seimbang,
ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan
aktivitas (Linda, Michelle, & Laura, 2013;
Mesias, Seiquer, & Navarro, 2012; Anand, Rahi,
Sharma, & Ingle, 2013), yang dapat menimbulkan
berbagai dampak. Menurut Linda, Michelle, &
Laura (2013) keinginan remaja untuk tetap
langsing atau kurus sehingga berdiet dan
mengurangi makan sering menyebabkan
kekurangan zat besi pada remaja putri. Diet yang
tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh
akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi
yang penting seperti besi (Arisman, 2007).

2. Hasil Terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap, dan


keterampilan keluarga dalam mengatasi anemia
pada remaja putri. Terjadinya peningkatan nilai
Hb dan IMT. Terjadinya peningkatan tingkat
kemandirian keluarga dari I-II menjadi III-IV.
Terjadinya penurunan kejadian anemia dari 10
menjadi 1 remaja putri.

Kesimpulan:
peningkatan pengetahuan setelah dilakukan intervensi terkait masalah anemia maka pengetahuan
tentang masalah anemia ini pun meningkat serta sikap dan keterampilan yang baik dalam
mengatasi anemiapun juga meningkat. Peningkatan pengetahuan ini diperoleh karena adanya
informasi yang diberikan melalui intervensi health education yang dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, re-
demonstrasi,pembimbingan, permainan, dan praktek. Didukung dengan media lembar balik,
leaflet, food models, buku kerja ibu dan remaja anemia, serta alat peraga lain berupa bahan
makanan.
Nama: Jennifer Louhenapessy
NPM: 12114201190022

Analisis artikel

Judul jurnal: Hubungan status ekonomi, pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap
pencegahan anemia pada ibu hamil did wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
tahun 2016.

NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR


ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Anemia masih merupakan masalah kesehatan
utama masyarakat dunia, khususnya di negara
sedang berkembang (WHO, 2008; Milman,
2011). Sekitar 50-80% anemia di dunia
disebabkan kekurangan zat besi (Milman, 2011).
Prevalensi anemia pada remaja wanita (usia 15-19
tahun) sebesar 26,5% dan pada wanita subur
sebesar 26,9% (Depkes RI, 2005). Berdasarkan
hasil Riskesdas 2013, proporsi anemia di
Indonesia pada kelompok umur 5-14 tahun adalah
sebesar 26,4% (Kemenkes RI, 2014).Remaja putri
merupakan kelompok risiko tinggi mengalami
anemia dibandingkan remaja putra dimana
kebutuhan absorpsi zat besi memuncak pada umur
14-15 tahun pada remaja putri, sedangkan pada
remaja putra satu atau dua tahun berikutnya
(WHO, 2011). Faktor risiko utama anemia
defisiensi besi adalah asupan zat besi yang
rendah, penyerapan zat besi yang buruk, dan
periode kehidupan ketika kebutuhan akan zat besi
tinggi seperti pada masa pertumbuhan, kehamilan,
dan menyusui. Kekurangan zat gizi lainnya
seperti vitamin A, B12, folat, riboflavin, dan
tembaga (Cu) serta adanya penyakit akut dan
infeksi kronis seperti malaria, kanker,
tuberkulosis, dan HIV juga dapat meningkatkan
risiko anemia (WHO, 2008; Milman, 2011).
Selain itu kebutuhan zat besi yang tinggi pada
remaja putri juga pada masa menstruasi (WHO,
2008). Asupan gizi besi yang kurang pada remaja
dapat disebabkan pengetahuan remaja yang
kurang tentang pangan sumber zat besi dan peran
zat besi bagi remaja. Berdasarkan hal ini maka
peningkatan pengetahuan melalui pendidikan gizi
dapat memperbaiki perilaku remaja untuk
mengonsumsi pangan sumber zat besi sesuai
dengan kebutuhan gizinya.

2. Hasil Karakteristik Keluarga dilihat dari tingkat


pendidikan, pekerjaan orang tua dan status
kepemilikan rumah. Berdasarkan alat bantu
kuesioner yang digunakan, didapatkan bahwa
pendidikan ayah dan ibu hanya terdiri dari dua
tingkat pendidikan, yaitu SMP dan SMA.
Pendidikan berada dalam kategori rendah yaitu
dominan SMP (52,9% pada tingkat pendidikan
ayah dan 84,3% pada tingkat pendidikan ibu).
Pekerjaan ayah beragam dan paling banyak
kategori lain-lain (satpam, supir, bengkel, tukang
parkir, tukang becak, tukang cuci, tukang urut,
pemusik, dan penjahit) sebesar 41,2%, sedangkan
pekerjaan ibu terbanyak adalah tidak bekerja
(74,5%) atau status ibu rumah tangga. Pekerjaan
ayah dan ibu ini diasumsikan mempunyai
pendapatan yang rendah. Berdasarkan status
kepemilikan rumah didapatkan bahwa sebagian
besar keluarga sampel tinggal di dalam rumah
kontrakan (58,8%). Hal ini mengasumsikan
bahwa spemenuhan kebutuhan gizi keluarga juga
akan dipengaruhi oleh pendapatan yang harus
dikeluarkan untuk biaya kontrak rumah.
enelitian tentang pengaruh suplementasi zat gizi
dan pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi,
pemenuhan zat gizi dan perbaikan status besi
(Dwiriani, 2011) menyatakan bahwa pendidikan
gizi meningkatkan skor pengetahuan gizi 28,6 dan
8,7 nilai MAR (Mean Adequacy Ratio) pada
kelompok SGP (Suplementasi Multi Gizi Mikro
Plus Pendidikan Gizi) dan secara signifikan lebih
tinggi dibandingkan kelompok SG (Suplementasi
Multi Gizi Mikro) dan Kontrol. Penelitian Armani
(2006), juga menemukan bahwa pendidikan gizi
meningkatkan pengetahuan tentang gizi sehat dan
pilihan gaya hidup terhadap makanan. Penelitian
Moore (2009), juga menemukan bahwa skor
pengetahuan gizi pada remaja putri dan ibu
meningkat secara nyata setelah diberikan program
intervensi gizi.Berdasarkan hasil food recall 24
jam yang dilakukan sebanyak dua kali didapatkan
bahwa asupan protein menurun dari 65,48±41,67
menjadi 53,25±35,54. Asupan vitamin C menurun
dari 58,78±95,38 menjadi 33,53±53,05. Asupan
vitamin A menurun dari 717,27±818,55 menjadi
574,32±585,36. Asupan asam folat menurun dari
162,77±129,15 menjadi 131,04±98,66. Asupan
besi menurun dari 10,05±9,97 menjadi
8,54±11,42. Asupan zink menurun dari 6,98±5,00
menjadi 5,31±4,15. Asupan tembaga menurun
dari 117,23±102,89 menjadi 98,83±160,76.

Kesimpulan:
Intervensi pendidikan gizi yang diberikan meningkatkan skor pengetahuan gizi remaja putri,
tetapi tidak mengubah asupan gizi protein, vitamin C, vitamin A, asam folat, besi, zink dan
tembaga. Ada perbedaan bermakna skor pengetahuan gizi remaja putri yang anemia sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan gizi. Namun, tidak ada perbedaan bermakna asupan gizi remaja
putri yang anemia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi, kecuali asupan tembaga.

Nama: Mansye Pleupna


NPM: 12114201190153

Analisis jurnal

Judul jurnal: Hubungan pengetahuan ibu hamil dan dukungan keluarga dengan perilaku
pencegahan anemia defesiensi besi di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi.

NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR


ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Penyakit anemia terjadi akibat rendahnya
kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa
mengandung. Anemia pada masa kehamilan dapat
mengakibatkan efek buruk baik pada wanita
hamil itu sendiri maupun pada bayi yang akan
dilahirkan. Anemia pada ibu hamil akan
meningkatkan risiko dan cenderung mendapatkan
kelahiran premature atau Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan
saat persalinan yang dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya bila ibu hamil tersebut
menderita anemia berat. Selain dampak tumbuh
kembang janin, anemia pada ibu hamil juga
mengakibatkan terjadinya gangguan plasenta
seperti hipertrofi, klasifikasi dan infark, sehingga
terjadi gangguan fungsinya. Hal ini dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.
(Wiknyosastro,2008).

2. Hasil Dari 13 responden dengan pengetahuan tinggi


memiliki perilaku pencegahan anemia defisiensi
besi yang baik ada 9 (69,2%) dan kurang baik
sebanyak 4 (30,8%). Dari 17 responden dengan
pengetahuan rendah memiliki perilaku
pencegahan anemia defisiensi besi baik sebanyak
3 (17,6%) dan yang kurang baik sebanyak 14
(82,4%).Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value
= 0,013 < 0,05. Hasil uji statistik ini menunjukan
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu hamil terhadap perilaku pencegahan anemia
defisiensi besi.Pengetahuan ibu hamil dalam
penelitian ini cukup tinggi, dimana responden
mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang
diajukan pada kuesioner penelitian.Semakin
tinggi pengetahuan responden mengenai
pencegahan anemia defisiensi besi, maka semakin
tinggi pula dampak positif yang akan ditimbulkan
bagi ibu hamil, salah satunya mengurangi angka
kejadian anemia dalam hal ini mengurangi angka
kejadian anemia defisiensi besiyang terjadi di
masyarakat.
Selanjutnya pada penelitian ini masih ditemukan
adanya responden yang memiliki pengetahuan
yang rendah, untuk itu peningkatan pengetahuan
responden yang masih kurang baik terhadap
pencegahan anemia defisiensi besi masih sangat
diperlukan. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang
terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap
obyek tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Basri (2013) tentang hubungan
pengetahuan ibu hamil terhadap kejadian anemia
dirumah sakit umum daerah Majene, hasil
penelitian didapatkan p-value yaitu 0,003, maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna
pada penelitian ini.Peningkatan pengetahuan
responden dapat dilakukan dengan cara
memberikan sosialisasi kepada semua ibu hamil
yang ada di puskesmas tanjung pinang kota Jambi
mengenai pencegahan anemia.

Kesimpulan:

Dari hasil penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan keluarga dengan Perilaku
Pencegahan Anemia defisiensi besi di puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi didapatkan
kesimpulannya adalah sebagai berikut :

a. Gambaran pengetahuan ibu hamil dalam perilaku pencegahan anemia defisiensi besi sebanyak
(56,7%) memiliki pengetahuan yang tinggi dan sebanyak (43,3%) memiliki pengetahuan yang
rendah terhadap pencegahan anemia defisiensi besi di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
tahun 2016.

b. Gambaran dukungan keluarga Ibu hamil dalam perilaku pencegahan anemia defisiensi besi
sebanyak (53,3%) memiliki dukungan keluarga yang baik dan sebanyak (46,7%) memiliki
dukungan keluarga yang kurang baik dengan perilaku pencegahan anemia defisiensi besi di
Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016.

c. Gambaran perilaku ibu hamil dalam perilaku pencegahan anemia defisiensi besi sebanyak
(40,0%) dan tidak melakukan pencegahan anemia defisiensi besi sebanyak (60,0%) di
Puskesmas Tanjung Pinang Jambi tahun 2016.

d. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu hamil dalam
perilakupencegahan anemia defisiensi besi di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun
2016, dengan uji statistik chisquarediperoleh p-value = 0,013 < 0,05.

e. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku ibu hamil
dalam perilaku pencegahan anemia defisiensi besi di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
tahun 2016, dengan uji statistik chisquare diperoleh p-value = 0,002 < 0,05.
Nama: Stela de Queljoe
NPM: 12114201190249

Analisis jurnal

Judul jurnal: Hubungan status ekonomi, pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap
pencegahan anemia pada ibu hamil did wilayah kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi
tahun 2016.

NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR


ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil
adalah anemia dalam kehamilan. Anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan social
ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat
besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia kehamilan disebut (potensi
membahayakan ibu dan anak), karena itulah
anemia memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan.
Kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20
dan 89% dengan menetapkan Hb 11 g% sebagai
dasarnya. Meskipun pemerintah sudah melakukan
program penanggulangan anemia pada ibu hamil
yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu
hamil selama periode kehamilan dengan tujuan
menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi
kejadian anemia masih tinggi.Anemia pada
umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di
negara berkembang (developing countries) dan
pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Anemia
terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama
wanita hamil dan menyusui karena banyak yang
mengalami defisiensi zat besi. Secara keseluruhan
anemia terjadi pada 45% wanita di negara
berkembang dan 13% di negara maju, seperti di
Amerika, 12% Wanita Usia Subur (WUS) (15 –
49 tahun) dan 11% wanita hamil mengalami
anemia. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kota Jambi diseluruh
Puskesmas Kota Jambi Tahun 2014 dari857 ibu
hamil yang datang memeriksa kehamilannya, ibu
yang mengalami anemia sebanyak 168 ibu hamil
dan pada Tahun 2015 dari 929 ibu hamil yang
datang memeriksakan kehamilannya di
Puskesmas, ibu yang mengalami anemia sebanyak
924 ibu hamil. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah,ada hubungan status ekonomi terhadap
pencegahan anemia di Wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016, ada
hubungan pendidikan terhadap pencegahan
anemia di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Pinang Kota Jambi Tahun 2016, dan ada
hubungan dukungan keluarga terhadap
pencegahan anemia di Wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun
2016.Mengetahui hubungan status ekonomi,
pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap
pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun
2016.

2. Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan


penelitian tentang hubungan status ekonomi,
pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap
pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi
Tahun 2016 maka dapat di tarik beberapa
kesimpulan bahwa status ekonomi responden p-
value 0,00 < (ɑ=0,05) Ada hubungan yang
bermakna antara status ekonomi terhadap
pencegahan anemia pada ibu hamil, Pendidikan
responden p-value 0,003 < (ɑ=0,05) Ada
hubungan yang bermakna antara Pendidikan
terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota
Jambi Tahun 2016 dan dukungan keluarga
responden p-value 0.011< (ɑ=0,05) Ada
hubungan yang bermakna antara dukungan
Keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Pinang Kota Jambi Tahun 2016.

Kesimpulan:
Seperti yang kita ketahui dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu
tersebut merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh pasangannya dan ia juga merupakan
anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Jadi bila suami atau
keluarga selalu mengingatkan ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet Fe karena itu sangat
bermanfaat buat ibu dan janinnya selama kehamilan maka ibu tersebut merasa dicintai dan
diperhatikan oleh anggota keluarganya serta hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang
hubungan status ekonomi, pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016 maka dapat di
tarik beberapa kesimpulan bahwa status ekonomi responden p-value 0,00 < (ɑ=0,05) Ada
hubungan yang bermakna antara status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil,
Pendidikan responden p-value 0,003 < (ɑ=0,05) Ada hubungan yang bermakna antara
Pendidikan terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Pinang Kota Jambi Tahun 2016 dan dukungan keluarga responden p-value 0.011< (ɑ=0,05) Ada
hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu
hamil.
Nama: Wullan Serworwora
NPM: 12114201190284

Analisis jurnal

Judul jurnal: Dukungan emosional suami dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

NO KOMPONEN HASIL ANALISIS KOMENTAR


ANALISIS ARTIKEL
1. Latar Belakang Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang
berisiko mengalami anemia. Hasil penelitian
Pusponegoro (2012), Indonesia merupakan salah
satu negara di Asia dengan angka kejadian
anemia dalam kehamilan sebesar 51%. Hasil
RisKesDas (2013), menunjukkan 37,1% ibu
hamil mengalami anemia dengan kadar Hb < 11
gr/dl. Prevalensi ibu hamil dengan anemia di Jawa
Barat sebesar 13,5% (DinKes Propinsi Jabar,
2010). WHO (2010) memperkirakan 56% dari
seluruh jenis anemia disebabkan defisiensi besi.
Prevalensi anemia defisiensi besi di dunia 20-
50%, di Indonesia antara 38% -71,5% atau rata-
rata sekitar 63,5% (Kusmiati, 2011). Menurut
Bobak, Lowdermilk, Jensen, dan Perry (2012)
kurang zat besi merupakan penyebab anemia
dalam kehamilan. Kekuranganzat besi dan
perhatian terhadap ibu hamil menjadi faktor
predisposisi anemia di Indonesia (Saifudin, 2006).
Dukungan keluarga secara umum menimbulkan
pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun
psikis dan secara khusus mempengaruhi
kesehatan selama masa kehamilan (Chapman,
Hobfoll, & Ritter, 2007). Menurut Taylor (2003),
seseorang yang memiliki dukungankeluarga
tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan
mengatasi masalahnya dibanding dengan yang
tidak memiliki dukungan. Seseorang dengan
dukungan keluarga buruk dapat meningkatkan
stress dan prevalensi terjadinya penyakit (Hlebec,
2009). Dukungan keluarga dapat berupa
dukungan sosial internal, seperti dukungan dari
suami, istri atau saudara kandung (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003).
DEPKES (2014) mengungkapkan upaya yang
dilakukan untuk menurunkan kejadian anemia
pada masa kehamilan adalah meningkatkan status
gizi dan meningkatkan peran aktif suami. Sejalan
dengan penelitian Indriasari (2005), dukungan
suami perlu ditingkatkan untuk memotivasi ibu
hamil agar lebih meningkatkan kepatuhan
mengkonsumsi tablet Fe agar tidak mengalami
anemia. Susanti (2010) mengatakan dukungan
suami secara emosional adalah faktor yang
penting untuk mencapai keberhasilan tugas
perkembangan. Sebuah studi mengenai dukungan
suami dan pengaruhnya terhadap kehamilan ibu
menunjukkan mayoritas (65,34%) dari responden
suami memberikan dukungan baik secara
emosional, sosial, ekonomis, dan informasi
(Haobijam., Ludhiana, P. J., Usha, S., & Usha, A,
2010).

2. Hasil Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil yang


mengalami anemia 16,67% mendapatkan
dukungan emosional kurang dari 13,33%
mendapatkan dukungan emosional baik.
Perbedaan ini signifikan dengan nilai p value =
0,021, artinya terdapat hubungan bermakna antara
dukungan emosional suami dengan kejadian
anemia pada ibu hamil, dengan nilai OR = 4,583
(1,399 -15,012), artinya ibu hamil yang
mendapatkan dukungan emosional kurang
mempunyai peluang 4,583 kali lebih besar untuk
mengalami anemia dibandingkan yang
mendapatkan dukungan emosional baik. Anemia
dalam kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan
perubahan fisiologis dan psikologis yang terjadi
selama proses ehamilan. Pada saat hamil, secara
fisiologis tubuh memerlukan darah lebih banyak
hingga 30% daripada sebelum hamil
(Proverawati, 2011; Gibney, 2008). Selain itu, ibu
hamil juga mengalami berbagai perubahan
psikologis, sehingga support system terutama
yang diberikan oleh suami sangat diperlukan
untuk membantu beradaptasi terhadap semua
perubahan yang dialami, karena dukungan suami
turut berperan penting dalam menentukan status
kesehatan ibu (Keumalahayati, 2008). Hal ini
sejalan dengan penelitian Caho yang dilakukan
tahun 2003 di New York bahwa seseorang dengan
dukungan suamiyang kurang dapat meningkatkan
stress dan prevalensi terjadinya penyakit,
termasuk anemia (Hlebec, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan anemia paling
banyak terjadi pada trimester 3. Hal ini sesuai
hasil penelitian Hoo Swie Tjiong yang
menunjukkan 24,8% ibu hamil mengalami anemia
pada trimester III (Manuaba, 2008). Menurut
Tristiyanti (2006), meningkatnya kejadian anemia
dengan bertambahnya umur kehamilan
disebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada
kehamilan yang dimulai pada minggu ke-6 yaitu
bertambahnya volume plasma dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-26 sehingga terjadi
penurunan kadar haemoglobin.

Kesimpulan:
Terdapat hubungan antara dukungan emosional yang diberikan suami dengan kejadian anemia
pada ibu hamil. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemberi kebijakkan (DinKes)
maupun pemberi pelayanan (Puskesmas) untuk merancang program yang dapat meningkatkan
pemahaman suami untuk berperan aktif dalam memberikan dukungan terhadap ibu hamil
terutama dukungan emosional yang berdampak terhadap kesehatan ibu hamil. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa SHG, sehingga suami dapat bertukar pikiran dan memperoleh
pengalaman dari orang lain.

Anda mungkin juga menyukai