Anda di halaman 1dari 55

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN

TINDAKAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA


Relationship Between Knowledge and Hypertension History with Blood Pressure Control in Elderly

Destiara Hesriantica Zaenurrohmah1, Riris Diana Rachmayanti2


1
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM Universitas Airlangga, destasice@gmail.com
2
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM Universitas Airlangga,
riris.diana@fkm.unair.ac.id
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga
tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas
kesehatan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi yaitu
sebanyak 57,6% disusul dengan artritis (51,9%) dan stroke (46,1%). Berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan
darah di Pos pelayanan terpadu lanjut usia (Posyandu lansia) Melati diketahui bahwa sebagian besar lansia
mengalami prehipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan lansia
tentang hipertensi dan riwayat hipertensi dengan tindakan pengendalian pada lansia di Posyandu Melati,
Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 di Posyandu Melati.
Populasi penelitian ini adalah lansia yang melakukan kunjungan ke Posyandu Melati. Variabel bebas yang
diteliti adalah pengetahuan dan riwayat hipertensi lanisa, sedangkan variabel terikatnya adalah tindakan
pengendalian tekanan darah. Total sampel dalam penelitian ini sejumlah 50 lansia. Pengumpulan data primer
dilakukan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis bivariat
terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan tindakan pengendalian (p = 0,019). Kesimpulan dalam
penelitian ini riwayat hipertensi memiliki hubungan dengan tindakan pengendalian, sehingga disarankan
untuk melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang hipertensi pada lansia di Posyandu melalui
penyuluhan ataupun adanya media.

Kata kunci: pengetahuan, riwayat hipertensi, tekanan darah, pengendalian

ABSTRACT
Hypertension is one of the main causes of mortality and morbidity in Indonesia, so the management of this
disease is a very common intervention carried out at various levels of health facilities. The results of
Indonesia's basic health research in 2013 most diseases in the elderly are hypertension, as many as 57.6%
followed by arthritis (51.9%) and stroke (46.1%). Based on the results of blood pressure examinations at the
Integrated health care post for the elderly (Posyandu Lansia) Melati, it is known that the majority of elderly
people experience prehypertension. This study aims to analyze the relationship between the level of
knowledge of the elderly about hypertension and the history of hypertension with control measures in the
elderly in Posyandu Lansia Melati, Ampel Village, Semampir Sub-district, Surabaya City. This study was an
observational study with cross-sectional study design. This research was conducted in March 2017 at
Posyandu Lansia Melati. The population of this research is the elderly who make a visit to Posyandu Lansia
Melati. The independent variables studied were knowledge and history of hypertension, while the dependent
variable was blood pressure control measures. The total samples in this study were 50 elderly. Primary data
collection was carried out using a questionnaire. Data analysis using the Chi-Square test. The results of the
bivariate analysis showed a relationship between the history of hypertension and control measures (p =
0.019. The conclusion in this study the history of hypertension has a relationship with control measures, so it
is advisable to carry out communication, information, and education about hypertension in the elderly in
Posyandu through counseling or the presence of the media.

Keywords: knowledge, hypertension history, blood pressure, control

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY–SA license doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184 Received 23
March 2017, Received in Revised Form 07 June 2017 Accepted 24 July2017, Published online: 31 August 2017
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 175

PENDAHULUAN Semakin bertambah tua umurnya, proporsi lansia


Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia yang mengalami keluhan kesehatan semakin besar.
60 tahun ka atas, berdasarkan Undang-Undang No. 13 Sebanyak 37,11 persen penduduk pra lansia mengalami
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Secara keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, meningkat
global populasi lansia di prediksi terus mengalami menjadi 48,39 persen pada lansia muda, meningkat
peningkatan, UN, World Population Properties, The lagi menjadi 57,65 persen pada lansia madya, dan
2012 Revolution menyebutkan bahwa proporsi lansia proporsi tertinggi pada lansia tua yaitu sebesar 64,01
di tahun 2013 mencapai 13,4% penduduk dunia, persen. Pola yang sama juga terjadi baik menurut tipe
sedangkan untuk Indonesia proporsi lansia di tahun daerah maupun jenis kelamin.
2013 mencapai 8,9% dan prediksi terus mengalami Proporsi lansia perempuan yang mengalami
peningkatan hingga tahun 2100. Struktur populasi keluhan kesehatan lebih tinggi daripada lansia laki-
lansia merupakan cerminan dari semakin tinggi rata- laki pada semua kelompok umur. Kemunduran fungsi
rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia. organ tubuh khususnya pada lansia menyebabkan
Tingginya UHH merupakan salah satu indikator kelompok ini rawan terhadap serangan berbagai
keberhasilan pencapaian pembangunan nasional penyakit kronis, seperti diabetes melitus, stroke, gagal
terutama di bidang kesehatan. ginjal, kanker, hipertensi, dan jantung. Adapun jenis
keluhan kesehatan yang paling banyak dialami lansia
adalah keluhan lainnya, yaitu jenis keluhan kesehatan
yang secara khusus memang diderita lansia seperti
asam urat, darah tinggi, darah rendah, reumatik,
diabetes, dan berbagai jenis penyakit kronis lainnya
(BPS, 2014).

Tabel 1. Masalah Kesehatan Lanjut Usia


Masalah Prevalensi
Kesehatan 55-64 tahun 65-74 tahun ≥ 75 tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik RI, 2015 Hipertensi 45.9 57.6 63.8
Gambar 1. Usia Harapan Hidup Indonesia Tahun Artritis 45 51.9 54.8
2008-2015 dan Proyeksi Tahun 2030- Stroke 33 46.1 67
2035 PPOK 5.6 8.6 9.4
DM 5.5 4.8 3.5
Usia Harapan Hidup di Indonesia mengalami Kanker 3.2 3.9 5
peningkatan seperti pada gambar 1. Pada gambar Penyakit
tersebut peningkatan terjadi dari 69,0 pada tahun 2.8 3.6 3.2
Jantung
2008 menjadi 70,8 pada tahun 2015 dan proyeksi Coroner 1.3 1.2 1.1
tahun 2030-2035 mencapai 72,2 tahun. Berdasarkan Batu Ginjal 0.7 0.9 1.1
data Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Gagal Jantung 0.5 0.5 0.6
Indonesia, 2015 menyebutkan bahwa penduduk
Sumber: Riskesdas 2013, Kementerian Kesehatan
lansia paling banyak adalah perempuan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling
Tabel 1 adalah tabel hasil Riskesdas 2013.
tinggi adalah perempuan.
Penyakit terbanyak pada lanjut usia berdasarkan
Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi
terganggunya aktivitas sehari-hari, namun terjadinya
(57,6%), artritis (51,9%), Stroke (46,1%), masalah
keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami
gigi dan mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif
oleh penduduk dapat menggambarkan tingkat/
menahun (8,6%) dan diabetes mellitus (4,8%).
derajat kesehatan secara kasar. Bertambahnya umur,
Sementara itu dengan bertambahnya usia, gangguan
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses
fungsional akan meningkat dengan ditunjukkan
penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak
terjadinya disabilitas.
muncul pada lanjut usia. Masalah degeneratif juga
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama
menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia rentan
mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga
terkena infeksi penyakit menular.
tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang
176 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

sangat umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas diberikan di Puskesmas yaitu memberikan pelayanan
kesehatan. Pedoman Praktis klinis ini disusun untuk yang baik, berkualitas dan berkesinambungan untuk
memudahkan para tenaga kesehatan di Indonesia dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia
dalam menangani hipertensi terutama yang berkaitan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas, melakukan
dengan kelainan jantung dan pembuluh darah. koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 siklus hidup dan melakukan kerjasama dengan lintas
juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap sektor, termasuk organisasi kemasyarakatan dan
hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat dunia usaha dengan asas kemitraan.
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap Kelompok lansia atau dikenal juga dengan
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sebutan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut
sisanya berada di negara berkembang, termasuk Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah
Indonesia (Yonata, 2016). Penyakit terbanyak pada suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk
2013 adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% lansia dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan
pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan pada upaya promotif dan preventif. Jumlah Posyandu
63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, Lansia terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur
2016). yaitu berjumlah 54.522 Posyandu Lansia (Direktorat
Menurut data Riskesdas Provinsi Jawa Timur BUKD, Kemenkes RI, 2015).
prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2%. Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan dalam
Prevalensi penyakit hipertensi tertinggi terdapat pada dua kategori yaitu non farmakologi dan secara
kelompok usia ≥ 75 tahun yaitu 62,4%. Prevalensi farmakologis. Upaya non farmakologis adalah
hipertensi di kota Surabaya mencapai 22,0% (BPPK dengan menjalani pola hidup sehat seperti menjaga
Kemenkes, 2013). berat badan, mengurangi asupan garam, melakukan
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam olahraga, mengurangi konsumsi alkohol dan tidak
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan merokok. Terapi farmakologis adalah tatalaksana
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung hipertensi menggunakan obat (Ann et al, 2015).
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan Pada penelitian yang dilakukan oleh Tri (2013)
stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat menyatakan bahwa terdapat hubungan tingkat
pengobatan yang memadai. Penyakit hipertensi pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya
dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Hipertensi pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di
mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di arteri Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten
serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi Karanganyar.
arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi Berdasarkan pengkajian data PKL diketahui
jangka panjang (Yonata, 2016). beberapa permasalahan kesehatan yang terdapat di
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar Kelurahan Ampel RW 5 khususnya RT 1-5. Salah
9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. satu permasalahan kesehatan yang kerap kali muncul
Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian adalah penyakit degeneratif yang diderita oleh
karena penyakit jantung dan 51% kematian karena kelompok usia lanjut. Hal tersebut diperkuat dengan
penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh data pada Posyandu Melati yaitu, hasil pengukuran
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung tekanan darah. Sebagian besar lansia termasuk pada
koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat kriteria prehipertensi dengan persentase sekitar
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 53,31% pada tekanan darah sistolik dan prehipertensi
(Infodatin Jantung, 2014). sebanyak 67,69% pada tekanan darah diastolik.
Hasil laporan Badan Litbangkes untuk registrasi Sehingga, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
penyebab kematian di 15 kabupaten/kota tahun 2011, menganalisis hubungan tingkat pengetahuan lansia
proporsi penyebab kematian kelompok lansia (umur tentang hipertensi dan riwayat hipertensi pada lansia
55-64 tahun dan > 65) yang paling tinggi adalah stroke dengan tindakan pengendalian tekanan darah.
dan ischaemic heart diseases (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pemerintah telah
METODE
melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan
lansia sehat, mandiri, berkualitas dan produktif. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif
Bentuk pelayanan kesehatan santun lanjut usia yang dengan metode observasional dengan pendekatan
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 177

Cross Sectional. Tujuan penelitian ini yaitu Pola jawaban untuk pertanyaan tindakan
menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian yaitu Ya; yang berarti melakukan, dan
tindakan pada lansia. Penelitian ini dilakukan Tidak; untuk lansia yang tidak melakukan tindakan
pada bulan Maret 2017 di Posyandu Lansia Melati pengendalian. Lansia yang melakukan tindakan
Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kota pengendalian di beri skor satu dan yang tidak
Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah para melakukan tindakan pencegahan diberi skor 0.
lansia di Posyandu Melati dengan besar populasi 65 Penilaian jawaban tindakan pengendalian adalah
lansia. Metode pengambilan sampel dengan total total jawaban dibagi 12 × 100%. Setelah diketahui
populasi. Agar kriteria sampel tidak menyimpang total skor tindakan pengendalian lansia, dilakukan
dari populasinya, maka sebelum pengambilan sampel interpretasi skoring yang dibagi dalam 3 kategori
perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun yaitu tindakan pengendalian kurang (persentase ≤
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) lansia 56%), tindakan pengendalian cukup (persentase 57-
yang melakukan kunjungan ke Posyandu Melati; 2) 75%) dan tindakan pengendalian baik (persentase ≥
lansia yang bersedia menjadi responden. Kriteria 76%). Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan
eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) lansia yang analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat
tidak melakukan kunjungan ke Posyandu Melati; penelitian untuk mendeskripsikan distribusi penelitian
2) lansia yang menolak menjadi responden. Sesuai dengan menampilkan frekuensi dan persentase setiap
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah variabel. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk
ditetapkan, sampel dalam penelitian ini sejumlah 50 melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel
lansia. terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Data hasil penelitian diolah menggunakan Chi
pengetahuan lansia dan riwayat hipertensi lansia. Square untuk menganalisis hubungan antara variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan. bebas dan terikat. Apabila uji Chi Square tidak
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer memenuhi syarat, maka alternatif uji yang dapat
yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan digunakan adalah Fisher’s Exact Test. Interpretasi
responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner hasil menggunakan derajat kemaknaan (a) sebesar
pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup terdiri atas 5%, jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dengan kata
pertanyaan tentang variabel yang akan diteliti. lain terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.
Variabel pengetahuan terdiri atas beberapa Sebaliknya, jika p value > 0,05 maka Ho diterima
topik pertanyaan mengenai hipertensi antara lain yang berarti tidak ada hubungan antar kedua variabel
pengertian: penyebab, gejala, dan pengendalian yang diuji.
tekanan darah. Pola jawaban pertanyaan benar
dan salah. Jawaban benar akan diberi skor dua dan
HASIL
jawaban salah akan diberi skor 0. Seluruh jawaban
benar responden dijumlah di bagi 3 dan dikali 100%. Posyandu Melati adalah Posyandu lansia yang
Setelah diketahui total skor pengetahuan lansia, berada di Kelurahan Ampel tepatnya di RW V.
dilakukan interpretasi skoring yang dibagi dalam Kegiatan dalam posyandu berupa: penimbangan berat
3 kategori yaitu pengetahuan kurang (persentase ≤ badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tensi,
56%), pengetahuan cukup (persentase 57-75%) dan dan pemberian PMT. Pada waktu tertentu terdapat
pengetahuan baik (persentase ≥ 76%). kunjungan Puskesmas keliling. Puskesmas keliling ini
Skala interpretasi pengetahuan dilakukan sesuai dimanfaatkan lansia untuk melakukan pemeriksaan
dengan pengukuran pengetahuan oleh Wawan dalam dan pengobatan.
Aditya (2012). Variabel riwayat hipertensi dibedakan
dalam 4 kategori antara lain: riwayat hipertensi diri Gambaran Karakteristik Lansia
sendiri, keluarga, dan diri sendiri, dan tidak ada Karakteristik responden yang berjumlah 50 lansia
riwayat hipertensi. Pertanyaan riwayat hipertensi akan disajikan dalam bentuk tabel yaitu Tabel 2.
dijawab dengan melakukan checklist jawaban sesuai Karakteristik yang dikaji dalam penelitian ini antara
yang lansia alami. Variabel tindakan pengendalian lain tingkat Pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan
terbagi dalam 2 topik pertanyaan yaitu tindakan responden, riwayat hipertensi dan tindakan
pengendalian makan dan tindakan pengendalian pengendalian.
aktivitas.
178 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

Tabel 2. Distribusi Karakteristik, Pengetahuan Lansia yang menempuh pendidikan hingga SMA
dan Tindakan Lansia Posyandu Melati, hanya 12%, bahkan tidak ada lansia yang menempuh
Kelurahan Ampel Kota Surabaya, Tahun Pendidikan hingga perguruan tinggi. Lansia yang
2017 melakukan kunjungan Posyandu mayoritas adalah
Karakteristik Responden n % perempuan yaitu sebesar 80%. Hal ini karena sebagian
besar peserta posyandu lansia berjenis kelamin
Pendidikan Terakhir Lansia perempuan.
Tidak sekolah 2 4 Riwayat hipertensi lansia terbagi dalam 4 kategori
SD 34 68 yaitu riwayat hipertensi dari diri sendiri, keluarga, diri
SMP 8 16
sendiri dan keluarga, dan tidak ada riwayat hipertensi.
SLTA 6 12
Jenis Kelamin Riwayat hipertensi diri sendiri yaitu lansia yang
Laki-laki 10 20 mengalami hipertensi. Riwayat hipertensi dari keluarga
Perempuan 40 80 yaitu hanya keluarga yang mengalami hipertensi,
Riwayat Hipertensi sedangkan lansia yang bersangkutan tidak mengalami
Diri sendiri 22 44 hipertensi. Riwayat hipertensi dari diri sendiri dan
Keluarga 5 10 keluarga yaitu lansia mengalami hipertensi ditambah
Diri sendiri dan keluarga 9 18 terdapat keluarga yang mengalami hipertensi. Lansia
Tidak ada riwayat 14 28 yang tidak memiliki riwayat hipertensi yaitu lansia
Pengetahuan Lansia yang tidak mengalami hipertensi baik dari diri lansia
Baik 15 30 maupun keluarga. Pada penelitian ini sebagian besar
Cukup 35 70 lansia memiliki riwayat hipertensi pada diri sendiri
Tindakan pengendalian yaitu sebesar 44%.
Baik 50 100 Riwayat hipertensi lansia dikelompokkan dalam
dua kategori yaitu ada riwayat hipertensi dan tidak ada
Karakteristik Lansia riwayat hipertensi. Ada riwayat hipertensi antara lain
Pendidikan terakhir lansia dalam penelitian ini terdiri dari lansia yang memiliki riwayat hipertensi dari
tergolong masih rendah, karena mayoritas lansia diri sendiri, keluarga, serta diri sendiri dan keluarga.
berpendidikan sekolah dasar yaitu sejumlah 68%. Jumlah lansia yang ada riwayat hipertensi adalah 36

Tabel 3. Distribusi Tindakan Pengendalian Tekanan Darah pada Lansia Posyandu Melati, Kelurahan Ampel
Kota Surabaya, Tahun 2017
Riwayat Hipertensi

Tindakan pengendalian Ada riwayat Hipertensi Tidak ada riwayat Hipertensi


Ya Tidak Ya Tidak
n (%) n (%) n (%) n (%)
Pengendalian makan
Mengurangi konsumsi garam 34 94,4 1 2,8 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi sayur 24 66,7 12 33,3 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi makanan tinggi
9 25,0 27 75,0 3 21,4 11 78,6
kolesterol
Mengonsumsi buah 26 72,2 10 27,8 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi makanan kaleng 2 5,6 34 94,4 0 0 14 100
Mengonsumsi makanan yang
5 13,9 31 86,1 3 21,4 11 78,6
diasinkan
Pengendalian aktifitas
Lansia merokok 0 0 36 100 1 7,1 13 92,9
Menghindari perokok 31 86,1 5 13,9 10 71,4 4 28,6
Menjaga berat badan 33 91,7 3 8,3 10 71,4 4 28,6
Mengukur tekanan darah secara
34 94,4 2 5,6 12 85,7 2 14,3
berkala
Melakukan olahraga 26 72,2 10 27,8 9 64,3 5 35,7
Melakukan aktifitas sederhana 26 72,2 10 27,8 9 69,2 4 30,8
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 179

lansia. Sedangkan tidak ada riwayat hipertensi hanya Tabel 4 menunjukkan hasil uji chi square yang
terdiri dari lansia yang tidak memiliki hipertensi yaitu diperoleh sebesar p = 1,00 dengan a = 0,05. Maka
14 lansia. diperoleh p > a, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang
Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi signifikan antara pengetahuan dengan tindakan
Lansia yang memiliki pengetahuan yang cukup pengendalian tekanan darah pada lansia.
terkait dengan hipertensi sebanyak 70%. Artinya lansia
Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Tindakan
memiliki pengetahuan tentang hipertensi, namun
pengendalian Tekanan Darah pada Lansia
masih belum sepenuhnya memahami pengetahuan
tentang hipertensi. Sebelumnya telah disebutkan bahwa riwayat
hipertensi lansia terbagi dalam 4 kategori akan
Tindakan Pengendalian Tekanan Darah
dimasukkan kedalam 2 kategori. Kategori ada
Tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia riwayat hipertensi merupakan lansia dengan riwayat
sudah 100% baik. Hal ini berarti bahwa seluruh diri sendiri, keluarga, dan riwayat diri sendiri dan
lansia posyandu telah melakukan tindakan dengan keluarga. Sedangkan kategori tidak ada riwayat
baik meskipun, pengetahuan yang dimilikinya hipertensi merupakan kategori yang sama dengan
masih dalam kategori cukup. Distribusi tindakan sebelumnya.
pengendalian yang dilakukan lansia terdapat pada
2 kelompok lansia yaitu yang memiliki riwayat Tabel 5. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan
hipertensi dan lansia yang tidak memiliki hipertensi. Tindakan Pengendalian pada Lansia
Pada tiap kelompok tersebut dapat diketahui jumlah Posyandu Melati, Kelurahan Ampel Kota
dan persentase lansia yang melakukan atau tidak Surabaya, Tahun 2017
melakukan tindakan pengendalian. Pendistribusian Tindakan pengendalian
tindakan pengendalian dilakukan untuk melihat Riwayat Hipertensi Baik Cukup Baik
kecenderungan tindakan pengendalian yang dilakukan
oleh lansia. Sehingga dapat diketahui kecenderungan n % n %
arah tindakan pengendalian. Tindakan lansia dibagi Ada riwayat Hipertensi 36 76,6 0 0
dalam 2 kelompok yaitu tindakan pengendalian Tidak ada riwayat
11 23,4 3 100
makan dan tindakan pengendalian aktivitas. Distribusi Hipertensi
tindakan digambarkan dalam Tabel 3. Total 47 100 3 100
Keterangan p = 0,019
Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan
pengendalian Tekanan Darah pada Lansia
Tabel 5 menunjukkan hasil uji Chi Square dengan
Tabulasi silang antara pengetahuan lansia dengan nilai p = 0,019 dengan a = 0,05 sehingga nilai p < a,
tindakan dilakukan untuk mengetahui apakah ada maka Ho di tolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil
hubungan pengetahuan dengan tindakan pengendalian uji tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan
tekanan darah pada lansia. Untuk lebih jelasnya dapat antara tindakan pengendalian dengan riwayat
dilihat dalam Tabel 4 berikut ini. hipertensi pada lansia. Keeratan hubungan antara
kedua variabel tergolong rendah.
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan
Pengendalian pada Lansia di Posyandu
PEMBAHASAN
Melati Kelurahan Ampel Kota Surabaya
Tahun 2017
Karakteristik Responden
Tindakan Pengendalian
Pengetahuan Baik Cukup Baik Mayoritas lansia memiliki tingkat pendidikan yang
n % n % rendah yaitu tingkat sekolah dasar (SD) sejumlah
Baik 14 29,7 1 33,3 68% lansia. Pendidikan akan berpengaruh pada
penyerapan informasi seseorang. Semakin tinggi
Cukup 33 70,2 2 66,7
tingkat pendidikan, akan memudahkan seseorang
Total 47 100 3 100
untuk menyerap informasi. Orang yang memiliki
Keterangan: p value = 1,00 pendidikan tinggi cenderung lebih tinggi mengalami
180 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

hipertensi daripada orang yang memiliki pendidikan namun hal ini tidak selalu terjadi. Meskipun sudah
rendah. Pendidikan berhubungan nyata dengan gaya tersedia bukti yang menunjukkan bahwa penyakit
hidup, stress dan status gizi. Pendidikan berkaitan darah tinggi berhubungan dengan genetik, masih sulit
dengan pekerjaan dan penghasilan yang diterima, untuk menentukan secara pasti tingkat risiko penyakit
besarnya penghasilan seseorang berpengaruh terhadap darah tinggi (Nisa, 2012).
preferensi makan seseorang (Nur, 2009).
Pendidikan terakhir lansia tidak menghalangi Pengetahuan Responden
lansia dalam memperoleh pengetahuan. Karena Sebagian besar lansia memiliki pengetahuan
pengetahuan mengenai kesehatan tidak hanya yang cukup mengenai hipertensi yaitu sejumlah
diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan 70%. Tidak ada lansia yang memiliki pengetahuan
mengenai kesehatan dapat diperoleh dari berbagai kurang mengenai hipertensi meskipun tingkat
sumber. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendidikan lansia sebagian besar pada tingkat SD.
yang memengaruhi seseorang dalam menyerap dan Hal tersebut karena informasi mengenai kesehatan
memahami pengetahuan yang diperolehnya. Semakin dapat diperoleh dari berbagai sumber tidak hanya dari
banyak informasi yang masuk, maka semakin pendidikan formal seperti dari petugas kesehatan,
banyak pula pengetahuan yang diperoleh, termasuk media dan sumber lainnya. Kondisi tersebut sesuai
pengetahuan kesehatan (Yusinta, 2014). dengan pernyataan bahwa semakin banyak orang
Mayoritas lansia dalam penelitian ini berjenis mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga,
kelamin perempuan, ini berkaitan dengan jumlah tetangga, media cetak maupun petugas kesehatan
kunjungan lansia. Lansia perempuan yang melakukan dapat memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
kunjungan ke Posyandu Melati lebih banyak jika (Marini dalam Aditya, 2009).
dibandingkan dengan lansia laki-laki. Jumlah
kehadiran lansia sesuai dengan data presensi lansia Tindakan Pengendalian
Posyandu Melati. Presensi lansia Posyandu Melati
Seluruh lansia Posyandu sudah melakukan
mayoritas jenis kelamin perempuan. Pada data
tindakan dengan baik. Hal ini diperoleh dari jawaban
pendahuluan telah disebutkan bahwa sebagian besar
lansia mengenai tindakan pengendalian yang
lansia mengalami prehipertensi baik pada tekanan
menunjukkan bahwa 100% lansia telah melakukan
darah sistole maupun diastole. Data pendahuluan
tindakan pengendalian dengan baik. Tindakan
tentang kejadian hipertensi yang diperoleh tidak
dilakukan dengan modifikasi makanan dan aktivitas
membedakan jenis kelamin lansia. Hal tersebut selaras
fisik. Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya
dengan pernyataan bahwa setiap orang laki-laki dan
yaitu seseorang yang merokok tidak akan menderita
perempuan memiliki risiko untuk terkena hipertensi.
hipertensi selama orang tersebut melakukan pola
Beberapa faktor risiko hipertensi yang tidak dapat
makan sehat dan aktivitas fisik (olahraga) secara
dikontrol seperti usia, etnis, dan ras (Center for
teratur. Hal ini terjadi karena melakukan pola makan
Disease Control and Prevention, 2014).
sehat dan aktivitas fisik secara teratur akan menjadikan
Berdasarkan riwayat hipertensi, diketahui bahwa
seseorang memiliki risiko yang kecil untuk menderita
sebagian besar lansia memiliki riwayat hipertensi.
hipertensi (Lasianjayani, 2014). Hal ini dapat terjadi
Riwayat hipertensi yang dimiliki lansia merupakan
karena apa yang telah dilakukan responden selama
gabungan dari riwayat hipertensi diri sendiri, keluarga,
ini merupakan tindakan yang mengarah pada upaya
dan riwayat hipertensi diri sendiri dan keluarga. Hal
pencegahan hipertensi meskipun responden tidak
tersebut selaras dengan penelitian sebelumnya yaitu
menyadari bahwa dari segi pengetahuan responden
riwayat keluarga dengan hipertensi atau keturunan
masih kurang (Tri, 2013).
terbukti sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi
Tindakan pengendalian dikelompokkan dalam dua
sebesar 4,04 dibandingkan orang yang memiliki
kategori yaitu, pengendalian makan dan pengendalian
orangtua tidak menderita hipertensi (Sugiharto,
aktivitas. Tindakan pengendalian makan yang paling
2007).
banyak dilakukan oleh lansia secara keseluruhan
Individu yang memiliki riwayat keluarga
adalah mengurangi konsumsi garam. Pengurangan
menderita hipertensi memiliki risiko terkena
konsumsi garam yang dilakukan dapat secara langsung
hipertensi 14,378 kali lebih besar dibandingkan
maupun pada olahan makanan seperti asinan. Jumlah
dengan individu tanpa riwayat keluarga menderita
lansia yang melakukan tindakan tersebut adalah 34
hipertensi (Nuarima, 2012). Penyakit darah tinggi
dan 31 lansia pada kelompok yang memiliki riwayat
dapat diwariskan kepada keturunan melalui gen,
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 181

hipertensi dan 9 dan 11 lansia pada kelompok yang Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan
tidak memiliki riwayat hipertensi. Kondisi tersebut kondisi pengetahuan cukup. Hal tersebut berarti
dapat terjadi karena umumnya responden memiliki tindakan yang baik tidak hanya dimiliki oleh lansia
pengetahuan bahwa makanan asin dapat menjadi yang memiliki pengetahuan yang baik saja. Lansia
penyebab hipertensi. Selain itu, lansia telah melakukan yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak
diet makanan agar terhindar dari penyakit degeneratif melakukan tindakan pengendalian jika dibandingkan
lain. dengan lansia dengan pengetahuan baik. Lansia pada
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam umumnya telah melakukan tindakan baik secara
tubuh. Garam menarik cairan di luar sel untuk masuk sadar ataupun tidak mereka sadari. Tindakan sudah
ke dalam sel, sehingga akan meningkatkan volume menjadi aktivitas yang biasa mereka lakukan. Lansia
dan tekanan darah (Dirjen PP & PL, 2006). Makanan seringkali menjaga konsumsi makan mereka.
mengandung tinggi natrium yang sering dikonsumsi Tindakan tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan.
dapat memengaruhi tekanan darah (Astria, 2009). Diet Lansia melakukan pengendalian tekanan darah sebagai
rendah garam bermanfaat untuk mengurangi dosis akibat dari diet makan dari suatu penyakit tertentu.
obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Permasalahan kesehatan yang seringkali muncul pada
Pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2 dianjurkan lansia tidak hanya satu penyakit, melainkan beberapa
untuk mengurangi asupan garam, dan tidak melebihi penyakit atau yang sering disebut multi morbiditas.
2 gr/ hari (Ann et., al, 2015). Hal ini terjadi karena lansia mengalami penurunan
Tindakan pengendalian dalam pengendalian fungsi fisiologis. Multi morbiditas akan meningkat
aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh lansia seiring dengan kenaikan usia seseorang. Kelompok
adalah mengukur tekanan darah secara berkala baik. lansia rentan dalam menghadapi berbagai infeksi.
Jumlah lansia yang melakukan tindakan tersebut Kerentanan lansia terjadi karena penurunan produksi
adalah 34 lansia yang memiliki riwayat hipertensi immunoglobulin sebagai antibodi dan menurunnya
dan 12 lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi. respons sistem kekebalan tubuh, adanya penyakit
Tindakan pengukuran tekanan darah secara berkala penyerta yang timbul setelah terjadinya penurunan
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dalam struktur dan fungsi organ tubuh, gangguan fungsional
kegiatan Posyandu. Pemeriksaan tekanan darah tubuh, mal-nutrisi yang menyebabkan rentan terkena
secara berkala dapat dikatakan sebagai tindakan penyakit infeksi, dan kondisi sanitasi lingkungan
pengendalian, karena dapat diketahui lebih dini bila yang buruk (Anorital, 2015).
terjadi peningkatan tekanan darah. Lansia yang melakukan tindakan pengendalian
Orang yang memiliki risiko mengalami tekanan cukup memiliki proporsi yang lebih kecil, karena
darah tinggi dianjurkan untuk memeriksakan tekanan sebagian besar lansia telah melakukan tindakan
darah lebih sering, sebaiknya setahun sekali (Torang, pengendalian dengan baik. Proporsi yang lebih kecil
2015). Rutin mengukur tekanan darah adalah yang melakukan tindakan pengendalian cukup dan
langkah penting untuk menjaga tekanan darah. Hal pengetahuan pada tingkat cukup dapat disebabkan
ini disebabkan karena tekanan darah tinggi dan oleh beberapa hal antara lain seperti, lansia belum
prehipertensi sering kali terjadi tanpa adanya gejala. mengetahui dampak dari hipertensi, cara mencegah,
Mengecek tekanan darah secara rutin adalah cara ataupun gejalanya. Hal tersebut sesuai dengan
untuk memastikan ada tidaknya tekanan darah tinggi pernyataan bahwa responden yang memiliki
(Centers of Disease Control dan Prevention, 2014). pengetahuan dan tindakan kurang, terjadi karena
responden belum mengetahui dampak dari hipertensi
Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi dan tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak
dengan Tindakan Pengendalian terjadi hipertensi pada dirinya (Agung, 2016)
Pengetahuan lansia dalam penelitian ini Hasil uji chi Square diketahui bahwa antara
termasuk dalam pengetahuan cukup. Seluruh lansia pengetahuan dan pengendalian hipertensi pada lansia
sudah melakukan tindakan pengendalian dengan tidak memiliki hubungan. Hal ini selaras dengan
baik. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa pernyataan bahwa apabila taraf nilai kesalahan a
pengetahuan lansia 70,2% cukup dan ini sejalan lebih kecil dari nilai p maka Ho diterima dan H1
dengan tindakan pengendalian yang baik. Sejumlah ditolak, berarti tidak terdapat hubungan (Sugiyono,
29,7% lansia yang memiliki pengetahuan yang 2011). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
baik, melakukan tindakan pengendalian yang baik. penelitian yang dilakukan oleh Tri (2013) yang
182 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Tindakan
dengan upaya pencegahan. Tidak adanya hubungan Pengendalian pada Lansia
antara pengetahuan dan pencegahan hipertensi pada Riwayat hipertensi adalah salah satu faktor risiko
lansia selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan terjadinya hipertensi pada lansia. Sejumlah 76,6%
oleh Agung (2016). lansia yang memiliki riwayat hipertensi melakukan
Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat tindakan pengendalian baik. Lansia yang tidak
pengetahuan dengan tindakan pengendalian tekanan memiliki riwayat hipertensi tidak berarti lansia tidak
darah. Pengetahuan yang baik tidak menjadi jaminan melakukan tindakan pengendalian. Pada penelitian ini,
dapat memengaruhi tindakan yang baik. Pengetahuan 23,4% lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi
dapat diperoleh dengan berbagai cara, baik inisiatif melakukan tindakan pengendalian dengan baik.
sendiri ataupun orang lain secara visual, audio Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui
maupun audio-visual. Selain itu juga pengetahuan bahwa tindakan dilakukan tidak hanya pada lansia
dapat diperoleh melalui pengalaman dan proses yang memiliki riwayat hipertensi. Orang yang tidak
belajar yang baik bersifat formal maupun informal. biasa berolahraga memiliki risiko terkena hipertensi
Tindakan tidak selalu berasal dari pengetahuan yang sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan orang yang
baik. Tindakan pengendalian seringkali dilakukan memiliki kebiasaan olahraga ideal dan orang yang
tanpa sadar karena sudah menjadi kebiasaan. biasa melakukan olahraga tidak ideal memiliki risiko
Tingkat pengetahuan yang baik, tidak selalu terkena hipertensi sebesar 3,46 kali dibandingkan
terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Dalam dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga ideal
mewujudkan pengetahuan menjadi perilaku nyata, (Nuarima, 2012).
dipengaruhi faktor lain seperti faktor pendukung Pada kategori tindakan pengendalian cukup
diantaranya ketersediaan sarana fasilitas, dukungan hanya dilakukan pada lansia yang tidak memiliki
keluarga, petugas kesehatan dan kemampuan hipertensi dan ini dalam jumlah yang sedikit. Lansia
untuk memenuhi segala kebutuhan dalam perilaku yang tidak memiliki riwayat hipertensi cenderung
pencegahan (Agus, 2012). tidak melakukan diet makanan dan pengendalian
Keluarga seringkali berpengaruh pada tindakan aktivitas. Lansia tersebut tidak merasa memiliki
seseorang. Meskipun lansia tidak memiliki risiko untuk sakit sehingga dapat bebas melakukan
pengetahuan yang baik tentang hipertensi tetapi aktivitas dan memilih makanan. Kejadian hipertensi
memiliki keluarga yang mendukung untuk melakukan lebih tinggi pada orang yang memiliki kebiasaan
tindakan tersebut maka lansia tersebut akan melakukan konsumsi makanan asin dan makanan awetan dengan
tindakan pengendalian. Hal ini berkaitan dengan frekuensi kadang-kadang atau jarang, daripada orang
beban tanggungan, lansia termasuk dalam kelompok yang mengonsumsinya dengan frekuensi sering (Nur,
orang yang tidak produktif. 2009). Kejadian hipertensi lebih tinggi pada orang
Kelompok tidak produktif akan ditanggung oleh yang tidak memiliki kebiasaan aktivitas fisik seperti
kelompok produktif. Sesuai dengan pernyataan berjalan kaki atau bersepeda. Sebaliknya, orang
bahwa angka beban tanggungan Indonesia sebesar yang memiliki aktivitas fisik kumulatif yang cukup
48,63% artinya setiap 100 orang penduduk yang cenderung lebih kecil mengalami hipertensi (Nur,
masih produktif akan menanggung 48 orang yang 2009).
tidak produktif di Indonesia (Infodatin, 2016). Berdasarkan hasil uji Chi Square antara riwayat
Dukungan keluarga berperan dalam membantu hipertensi dengan tindakan pengendalian diketahui
lansia dalam melakukan diet hipertensi. Adanya bahwa terdapat hubungan antara riwayat hipertensi
informasi dari anggota keluarga mengenai hipertensi dengan tindakan pengendalian. Keeratan hubungan
tentang apa yang disarankan tenaga kesehatan yang terjadi antara kedua variabel adalah rendah.
menjadikan modal bagi responden untuk melakukan Adanya hubungan antara kedua variabel tersebut
hal tersebut (Tri, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
semakin rendah pengetahuan keluarga maka peluang adalah keluarga yang memiliki riwayat hipertensi
untuk terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun akan melakukan tindakan pengendalian secara
sebaliknya, ditunjang dengan kesadaran yang baik turun temurun. Sehingga, terkadang responden
serta persepsi yang benar juga akan berdampak tidak menyadari bahwa aktivitas yang dilakukan
terhadap upaya pencegahan yang baik pula (Aminudin, dapat mengendalikan tekanan darah karena sudah
2013). menjadi kebiasaan. Tindakan pengendalian yang
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 183

menjadi kebiasaan contohnya seperti pola makan, Terdapat hubungan antara riwayat hipertensi
kebiasaan olahraga, kegemukan. Hal ini sesuai dengan tindakan pengendalian. Hal ini berkaitan
dengan pernyataan bahwa faktor hereditas yang dengan kesadaran lansia yang memiliki risiko
ditekankan bukan dari segi genetik, melainkan lebih terkena hipertensi. Orang yang memiliki riwayat
kepada pola makan yang menurun dalam keluarga. hipertensi akan berisiko terkena hipertensi lebih besar
Kecenderungan terjadinya hipertensi dalam keluarga dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
dapat diakibatkan kesamaan pola makan orang tua hipertensi. Orang yang memiliki risiko terkena suatu
dan anak (Astria, 2009). penyakit akan berusaha untuk melakukan tindakan
Ada hubungan antara faktor keturunan dengan pengendalian secara dini.
kejadian hipertensi. Faktor lain yang berhubungan
Saran
dengan kejadian hipertensi antara lain faktor pola
makan, merokok dan alkohol (Rina, 2015). Anggota Saran yang dapat diberikan sebagai bahan
keluarga berbagi gen, perilaku, gaya hidup dan pertimbangan berdasarkan bahan penelitian
lingkungan yang dapat berpengaruh pada kesehatan yang telah diperoleh perlu adanya penyebaran
dan risiko mereka untuk terkena penyakit. Tekanan informasi terkait kesehatan, khususnya informasi
darah tinggi dapat terjadi dalam sebuah keluarga, dan tentang hipertensi baik dalam bentuk penyuluhan,
risiko terkena tekanan darah tinggi akan meningkat ataupun media. Media diperlukan bagi lansia untuk
berdasarkan usia, ras dan etnis. Faktor genetik, meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi dan
berperan pada terjadinya tekanan darah, penyakit tindakan pengendaliannya. Sehingga lansia dapat
jantung dan kondisi terkait lain. Risiko terkena mempertahankan aktivitas tersebut dan memperbaiki.
tekanan darah tinggi dapat meningkat apabila terdapat Bagi lansia yang belum melakukan tindakan
kombinasi faktor keturunan dan pilihan gaya hidup pengendalian, dapat dijadikan motivasi untuk
yang tidak sehat, seperti merokok, dan diet makanan melakukan tindakan tersebut.
yang tidak sehat (Centers of Disease Control and
Prevention, 2014). REFERENSI
Selain hal diatas, keterkaitan antara tindakan
pengendalian dengan riwayat hipertensi dapat Aditya, D. 2012. Perbedaan Tingkat Pengetahuan
diperkuat dengan pernyataan bahwa seorang penderita Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah
yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer Endemis dan Non Endemis. Laporan Hasil
(esensial), apabila dibiarkan secara alamiah bersama Karya Tulis Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana
lingkungannya, akan menyebabkan hipertensinya Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun Diponegoro. (Online) Tersedia di: http://eprints.
akan timbul berbagai gejala-gejala lain (Widjaja, u n d i p . a c . i d / 3 7 5 0 0 / 1 / D I M A S _ A D I T YA _
2012). Sesuai pernyataan diatas, maka seseorang RAHADIAN_G2A008060_LAPORAN_KTI.pdf
yang memiliki riwayat hipertensi dianjurkan untuk (Sitasi 17 Maret 2017)
melakukan tindakan pengendalian. Tindakan tersebut Agung, A., M, Jane., E. Iyone. 2016. Hubungan
bertujuan untuk memperkecil risiko dan mencegah Tingkat Pengetahuan Masyarakat dengan Tindakan
adanya komplikasi terkait dengan hipertensi. di Desa Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu
Selatan. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik.
Vol. IV No.1.
SIMPULAN DAN SARAN Agus, T. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Stroke Dengan Perilaku Pencegahan
Simpulan
Stroke Pada Klien Hipertensi Di Puskesmas Depok
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat Ii Sleman Yogyakarta. (Online) Tersedia di: http://
hubungan antara pengetahuan dengan tindakan journal.respati.ac.id/ index.php/ilmukeperawatan/
pencegahan. Pengetahuan lansia mengenai hipertensi article/download/211/185 (Sitasi 05 Maret 2017)
cukup, meskipun mayoritas lansia berpendidikan Ann, A., Erwianto., Sari A., Barack, Rossana.,
sekolah dasar tidak menjadi penghambat lansia untuk Hersunarti, Nani., Anna, Antonia., dkk. 2015.
meningkatkan pengetahuan. Tindakan pengendalian Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
lansia sudah baik, tetapi lansia tidak menyadari bahwa Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter Spesialis
apa yang mereka lakukan selama ini merupakan Kardiovaskular Indonesia.
tindakan pengendalian karena tindakan tersebut sudah Astria, M. 2009. Faktor Hereditas, Obesitas dan
menjadi kebiasaan sehari-hari. Asupan Natrium Terhadap Kejadian Hipertensi.
184 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184

Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Nur, Farida. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas
Dasar Provinsi Jawa Timur. Badan Penelitian dan Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Pengembangan. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Penduduk RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Lanjut Usia. Katalog BPS: 4104001. Indonesia. Bhakti Husada: Kementerian Kesehatan
Centers for Disease Control and Prevention. 2014. RI.
High Blood Pressure. (Online) Tersedia di: https:// Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
www.cdc.gov /bloodpressure/ family_history.htm RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Kementerian
(Sitasi 19 Maret 2017) Kesehatan RI.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis RI. 2014. Infodatin Situasi Kesehatan Jantung.
Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Kementerian Kesehatan RI.
Indonesia Sehat 2010. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Hikmarida, F. 2014. Keeratan Penyimpanan dan 2016. Infodatin Situasi Lanjut Usia di Indonesia.
Pencatatan dengan Kualitas Rantai Dingin Vaksin Kementerian Kesehatan RI.
DPT di Puskesmas. Jurnal Berkala Epidemiologi, Rina, P. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan
Volume 2, No. 3. (Online) Tersedia di: http://e- dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Rawat
journal.unair.ac.id/ index.php/JBE/article/ Inap di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014.
view/1304/1063 (Sitasi 20 Maret 2017) Jurnal Ilmiah Keperawatan. Vol 1, No. 1.
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Kesehatan Dasar. Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di
Krisna, B. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kabupaten Karanganyar). Tesis. Program
Keluarga dengan Sikap Pencegahan Komplikasi studi Magister Epidemiologi Program Sarjana
pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Universitas Diponegoro Semarang.
Puskesmas Sangkah Surakarta. Srkipsi. Fakultas Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Penerbit Alfabeta.
Surakarta. 2013. (Online) Tersedia di: http://eprints. Torang, R. 2015. Mengenal Hipertensi. RSUD
ums.ac.id/ 28855/ 19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf DR Soewandi. (Online) Tersedia di: http: // rs-
(Sitasi 05 Maret 2017) soewandhi.surabaya.go.id/profil.php?get=det_
Lansianjayani, T., Martini, S. 2014. Hubungan antara artikel&artikel=14 (Sitasi 22 Maret 2017)
Obesitas dan Perilaku Merokok Terhadap Kejadian Tri, P. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi. Volume tentang Hipertensi dengan Upaya Pencegaham
2, No. 3. Kekambuhan Hipertensi pada Lansia di Desa
Marini, D., 2009 Gambaran Pengetahuan, Sikap Bulukan Kecamatan Colomadu Kab. Karanganyar.
dan Tindakan mengenai DBD pada Keluarga di Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009) [Under Muhammadiyah Surakarta.
graduate Thesis]. Medan: Universitas Sumatera Wawan A., Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran
Utara. 2009 (Online) Tersedia di: http://repository. Pengetahuan, Sikap dan. Perilaku Manusia.
usu.ac.id/bitstream/123456789/14267/1/10E00022.pdf Yogyakarta: Nuha Medika; . p. 11-18.
(Sitasi 20 Maret 2017) Widjaja, R. 2012. Penyakit Kronis Tindakan,
Nisa, I., 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Pencegahan, Pengobatan Secara Medis Maupun
Penyakit Darah Tinggi Lebih aman, Mudah, Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Murah dan Berkhasiat. Jakarta Timur: Dunia Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai
Sehat. Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority
Nuarima, A. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Vol. 5 No. 3.
Masyarakat di Desa Kabongan Kiduk, Kabupaten Christy, M.Y. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan
Rembang. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita di Wilayah
Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal Berkala
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Epidemiologi. Vol. 2, No. 3, p. .297-308.
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG


STROKE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN STROKE
DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN
TAHUN 2016

Hamonangan Damanik
Dosen STIKes Imelda Medan
E-mail : hamonangandamanik1@gmail.com

ABSTRACT

The quality of working life is one way to improve the performance of


nurses as it will contribute to the success of the organization and the positive
impact for the organization. The aim of this study was to determine the
relationship of the quality of working life with the performance of nurses in a
private hospital in Medan in 2015. This study is a quantitative research with cross
sectional design. The population in this study are all nurses there diruang
inpatient Imelda Hospital as many as 134 people. The amount of sample is 57
people, the type of sampling using simple random sampling method. Analysis of
data using univariate analysis, bivariate analysis with Pearson Correlation test to
analyze the relationship between the quality of working life with the performance
of nurses at Imelda Hospital Medan. The findings of the data analysis with
Pearson Correlation test obtained by value p> 0.05 (p = 0.452), which means
there is no significant relationship between the quality of working life with nurse
performance, and quality of work life factors that have a significant relationship
with performance is a factor compensation A balanced, problem solving and the
factors factor pride for the institution, while other factors have no significant
relationship with performance. Recommended to the hospital management to
continue to improve the application of the quality of work life of nurses by
performing career development, job coaching nurses, monitor and evaluate on an
ongoing basis so that the performance of nurses continues to be improved.

Keywords: Quality of Work Life, Performance, Nurse, Hospital

PENDAHULUAN orang karena penyakit lainnya yang


Hipertensi merupakan berbahanya seperti: stroke, serangan
peningkatan dari tekanan darah jantung, gagal jantung, dan gagal
systolik diatas standar. Hipertensi ginjal (Vitahealth , 2008).
termasuk penyakit dengan angka Sesuai dengan survei di
kejadian (angka prevalensi) yang Indonesia yang dilakukan dalam
cukup tinggi dan dikaitkan dengan masyarakat, telah dikumpulkan
kematian dari hampir 14 ribu pria di angka-angkanya, prevalensi
Amerika setiap tahunnya. Hipertensi hipertensi berkisar 6 – 15 % dari
ikut berperan dalam kematian ribuan seluruh penduduk di Indonesia.

73
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Sedangkan data dari Depertemen biasanya dapat di atasi dan kondisi
Kesehatan Sumatra Utara Tahun pasien dapat pulih kembali
2009 didapatkan 11% penduduk di sepenuhnya bahkan segala aktifitas
Medan menderita hipertensi dari dan produktifitas dapat berlangsung
angka tersebut 60% penderita seperti semula. Dengan demikian
hipertensi terkena stroke (Marliani, perawatan terhadap pasien stroke
L 2009). harus dimulai sedini mungkin.
Stroke dapat menyerang Keterlambatan akan menimbulkan
siapa saja, terutama penderita hal-hal yang kurang baik dan tidak
penyakit-penyakit kronik seperti, di ingginkan. Jenis stroke sendiri ada
hipertensi, diabetes dan juga jantung. dua macam, stroke iskemik dan
Karenanya bagi penderita penyakit- stroke hemoragik (Lumbantobing,
penyakit kronik tersebut harus selalu 2000). Gejala stroke iskemik dapat
waspadai akan datangnya serangan berupa lumpuh sebelah, mati
stroke. Penyakit-penyakit kronik sebelah, kesulitan berbahasa dan
tersebut dapat di atasi dengan cara gangguan penglihatan, vertigo,
mengurangi rokok, minuman yang penglihatan rangkap, kelumpuhan
berakohol, makanan yang total, mati rasa, gagap, dan afasia.
mengandung banyak garam, Stroke hemoragik dapat
olahraga yang teratur, jangan menyebabkan pasien lebih tampak
melakukan aktifitas fisik dan otak parah sekitarnya. Kondisi pasien
yang berlebihan, menghindari stress cepat memburuk dari pada stroke
, depresi serta harus dapat iskemik, disertai dengan sakit kepala
mengontrol emosi, menerapkan pola yang berat kesadaran yang
dan gaya hidup yang teratur dan terganggu, mual dan muntah.
selaras dengan ajaran agama, serta Pada pasien stroke
rutin berkonsultasi dengan dokter kelumpuhan pada anggota gerak
(Pinzon, 2010). badan dapat mencapai sekitar 50-80
Gejala stroke tidak selalu %, sendangkan gangguan system
muncul pada kondisi yang berat, rasa terjadi sekitar 25 % yang berupa
serangan stroke yang ringan bisa kesemutan, baal, nyeri pada sisi
ditangani dengan tepat dan cepat , maupun pada seluruh tubuh. Kondisi

74
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
demikian harus benar-benar kesadaran mau mempernbaiki
dipahami oleh masyarakt dalam kebiasaan yang mengundang
melakukan perilaku pencegahan munculnya stroke ini (terutama bagi
stroke. yang beresiko tinggi).
Usaha pencegahan serangan Perilaku pencegahan
stroke adalah menyingkirkan factor masyarakat akan stroke di wilayah
resiko (konsumsi alcohol, rokok, dan kerja Puskesmas Helvetia Medan
lain-lain), terutama bagi mereka sangat di pengaruhi oleh tingkat
yang memiliki tekanan darah tinggi, pengetahuan masyarakat yang
penyaikt jantung trasien iskemik sebagian besar masih kurang
(gangguan pasokan darah sesaat), mengenal stroke. Pada observasi
diabetes meletus, kolestrol darah yang di lakukan oleh peneliti
tinggi dan kebiasaan riwayat sebanyak 5 orang tidak tahu
keluarga atau keturunan, usia, jenis bagaimana perilaku pencegahan
kelamin (pria beresiko) dan rasa. Hal stroke. Proses terjadinya
ini masalah usaha pencegahan lebih pengetahuan menjadi masalah
di utamakan dari pada pengobatan mendasar dalam usaha upaya
dengan menjahui faktor resiko pencegahan stroke. Kurangnya
sehingga melakukan prilaku pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan stroke. stroke di wilayah kerja Puskesmas
Penanganan stroke harus Helvetia Medan akan dapat
ditangani dengan tuntas meskipun mempengaruhi oleh prilaku
memerlukan biaya yang besar. Bila pencegahan stroke yang diakibatkan
pasien stroke ditangani dengan oleh merokok, minum alkohol,
segera yaitu dalam waktu 60 menit makan garam banyak, makanan
setelah terkena stroke (the golden berlemak, dan tidak mengontrol
moment) peluang untuk sembuh emosi. Karma itu, upaya untuk
tanpa cacat cukup besar. Dengan membentuk prilaku pencegahan
perilaku pencegahan stroke, orang terhadap stroke pada pencegahan
dapat menyadari risiko yang akan di hendaknya dilakukan.
alaminya. Resiko yang akan di Data yang didapati peneliti,
alaminya dan dengan penuh sekitar 599 orang menderita

75
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
hipertensi di wilayah Puskesmas Helvetia Medan selama periode
Medan Helvetia selama Desember waktu penelitian. Dengan jumlah
2016 dan penderita stroke yang pasien rata-rata perbulannya
disebabkan oleh hipertensi adalah sebanyak 599 orang.
sekitar 100 pasien. Klien yang Pengambilan data dilakukan
menderita stroke berat sebanyak 30 menggunakan kuesioner. Analisis
orang, sedang 34 orang, dan ringan data menggunakan analisis univariat,
36 orang. Berdasarkan data tersebut dan analisis bivariat dengan uji chi
dapat disimpulkan bahwa pasien square.
yang menderita hipertensi
mempunyai faktor resiko terkena HASIL PENELITIAN
Identitas Responden
stroke. Serangan stroke dapat terjadi
Tabel 1
tiba-tiba, umumnya karena pasien Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Di Puskesmas Helvetia
tidak mengetahui gejala terjadinya
Medan 2016 (n=35)
serangan stroke dan tidak melakukan No Karakteristik Responden f %
upaya yang tepat untuk mengurangi 1 Usia <35 tahun 1 2,9
36-40 tahun 11 31,4
stroke. Upaya mengurangi stroke
41-65 tahun 23 65,7
dapat dilakukan dengan olah raga Total 35 100
2 Pendidikan SMP 12 34,4
secara teratur, diet teratur, perubahan SMA 23 65,7
pola hidup. Agar seorang dapat Total 35 100
3 Pekerjaan Tidak bekerja 7 20,0
mengurangi serangan stroke Wiraswasta 12 34,3
diperlukan pengetahuan yang cukup Karyawan 6 17,1
PNS 10 28,6
dan perawatan hipertensi.
Total 35 100
Dari tabel 1 diatas dapat
METODOLOGI PENELITIAN diketahui bahwausia responden
Penelitian ini merupakan mayoritas 41-65 tahun yaitu 65,7 %,
penelitian kuantitatif dengan desain menurut pendidikan responden
diskriptif korelatif dengan mayoritas SMA yaitu 65,7%,
pendekatan cross sectional. menurut pekerjaan responden
Populasi dalam penelitian ini mayoritas wiraswasta yaitu 34,3 %
adalah pasien yang menderita dan jenis kelamin responden
hipertensi di Wilayah Puskesmas mayoritas perempuan yaitu 51,4 %.

76
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Analisis Univariat Berdasarkan tabel 4 diatas
Tabel 2
dapat diketahui bahwa evaluasi
Distribusi Frekuensi Pemahaman
Responden Tentang Stroke di responden tentang stroke di
Puskesmas Helvetia Medan 2016
Puskesmas Helvetia Medan
(n=35)
No
Pemahaman
f %
mayoritas kurang yaitu 77,1%.
Responden
1 Baik 4 11,4 Tabel 5
2 Cukup 6 17,1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
3 Kurang 25 71,4 Responden tentang Stroke di
Total 35 100 Puskesmas Helvetia Medan 2016
Berdasarkan tabel 2 diatas (n=35)
Pengetahuan
dapat diketahui bahwa pemahaman No f %
Responden
responden tentang stroke di 1 Baik 6 17,1
2 Cukup 5 14,3
Puskesmas Helvetia Medan 3 Kurang 24 68,6
Total 35 100
mayoritas kurang yaitu 71,4%.
Berdasarkan tabel 5 diatas
Tabel 3
dapat diketahui bahwa pengetahuan
Distribusi Frekuensi Aplikasi
Responden Tentang Pencegahan responden tentang stroke di
Stroke di Puskesmas Helvetia
Puskesmas Helvetia Medan
Medan 2016 (n=35)
No
Aplikasi
f %
mayoritas cukup yaitu 68,6%.
Responden
1 Baik 6 17,1 Tabel 6
2 Cukup 8 22,9 Distribusi Frekuensi Perilaku
3 Kurang 21 60,0 Pencegahan Responden tentang
Total 35 100 stroke di Puskesmas Helvetia
Berdasarkan tabel 3 diatas Medan 2016 (n=35)
Perilaku
dapat diketahui bahwa aplikasi No f %
Responden
responden tentang stroke di 1 Baik 2 5,7
2 Cukup 14 40,0
Puskesmas Helvetia mayoritas 3 kurang 19 54,3
Total 35 100
kurang yaitu 60%.
Berdasarkan tabel 6 diatas
Tabel 4
dapat diketahui bahwa Perilaku
Distribusi Frekuensi Evaluasi
Responden Tentang Pencegahan pencegahan stroke pada responden
Stroke di Puskesmas Helvetia
di Puskesmas Helvetia mayoritas
Medan 2016 (n=35)
No
Evaluasi
f %
kurang yaitu 54,3%.
Responden
1 Baik 5 14,3
2 Cukup 3 8,6
3 kurang 27 77,1
Total 35 100

77
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Tabel 7 Tabel 8
Tabulasi Silang Pemahaman
Tabulasi Silang Aplikasi
Penderita Hipertensi dengan
Penderita Hipertensi dengan
Perilaku Pencegahan Stroke di
Perilaku Pencegahan Stroke di
Puskesmas Helvetia Medan 2016
Puskesmas Helvetia Medan 2016
(n=35)
Perilaku pencegahan stroke
(n= 35)
Pema- Total p
Baik Cukup Buruk
haman Perilaku pencegahan stroke
f % f % f % f % 0.002 Total p
Aplikasi Baik Cukup Buruk
Baik 2 5, 1 2,9 1 2,9 4 11,4
f % f % f % f % 0.002
7
Baik 2 5, 1 2,9 1 2,9 4 11,4
Cukup 0 0 3 8,6 3 8,6 6 17,1
7
Buruk 0 0 10 28,6 15 42,9 25 71,4
Cukup 0 0 3 8,6 3 8,6 6 17,1
Total 2 5,7 14 40,0 19 54,3 35 100
Buruk 0 0 10 28,6 15 42,9 25 71,4
Berdasarkan tabel 7 diatas Total 2 5,7 14 40,0 19 54,3 35 100,0

dapat diketahui bahwa dari 11,4 % Tabel 8 diatas dapat

reponden yang mempunyai diketahui bahwa dari 17,1%

Pemahamanterhadap stroke dengan reponden yang mempunyai aplikasi

baik 5,7 %responden mempunyai terhadap stroke dengan baik 8,6%

perilaku pencegahan stroke responden mempunyai perilaku

yangbaik. Dari 17,1 % reponden pencegahan stroke yang cukup. Dari

yang mempunyai Pemahaman 22,9% reponden yang mempunyai

terhadap stroke dengan cukup8,6% aplikasi terhadap stroke dengan

responden mempunyai perilaku cukup14,3% responden mempunyai

pencegahan stroke yang buruk. Dan perilaku pencegahan stroke yang

dari 71,4 % responden yang cukup. Dan dari 60,0% responden

mempunyai pemahaman yang buruk yang mempunyai aplikasi yang

42,9 % responden yang mempunyai buruk 45,7% responden yang

perilaku pencegahan stroke mempunyai perilaku pencegahan

yangburuk.Hasil uji statistik stroke yang buruk. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan menunjukkan bahwa ada hubungan

antarapemahaman penderita antara aplikasi penderita hipertensi

hipertensi dengan perilaku dengan perilaku pencegahan stroke

pencegahan stroke dengan nilai p = dengan nilai p = 0,001.

0,002.

78
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Tabel 9 Tabel 10
Tabulasi Silang Evaluasi Tabulasi Silang Pengetahuan
Penderita Hipertensi dengan Penderita Hipertensi dengan
Perilaku Pencegahan Stroke di Pencegahan Stroke di Puskesmas
Puskesmas Helvetia Medan 2016 Helvetia Medan 2016 (n=35)
(n=35) Berdasarkan tabel 10 diatas
Perilaku pencegahan stroke
Evaluasi Baik Cukup Buruk
Total p dapat diketahui bahwa dari
f % f % f % f % 0.002
Baik 2 5, 3 8,6 0 0 5 14,3
17,1 % reponden yang
7 mempunyai Pengetahuan
Cukup 0 0 2 5,7 1 2,9 3 8,6
Buruk 0 0 9 25,7 18 51,4 27 77,1 terhadap stroke dengan baik
Total 2 5, 14 40,0 19 54,3 35 100,0
7 11,4 % responden mempunyai
Berdasarkan tabel 9 diatas
perilaku pencegahan stroke yang
dapat diketahui bahwa dari 14,3 %
cukup.
reponden yang mempunyai evaluasi
terhadap stroke dengan baik 8,6 Pengeta- Perilaku pencegahan stroke
Total
p
huan Baik Cukup Buruk
%responden mempunyai perilaku f % f % f % f % 0.000
Baik 2 5, 4 11,4 0 0 6 147,1
pencegahan stroke yang cukup. Dari 7
Cukup 0 0 4 11,4 1 2,9 5 14,3
8,6 % reponden yang mempunyai Buruk 0 0 6 17,1 18 51, 24 68,6
4
evaluasi terhadap stroke dengan Total 2 5, 14 40,0 19 54, 35 100,0
7 3
cukup 5,7% responden mempunyai Dari 14,3 % reponden yang
perilaku pencegahan stroke yang mempunyai Pengetahuan terhadap
buruk. Dan dari 77,1% responden stroke dengan cukup 11,4%
yang mempunyai evaluasi yang responden mempunyai perilaku
buruk 51,4% responden yang pencegahan stroke yang cukup. Dan
mempunyai perilaku pencegahan dari 68,6 % responden yang
stroke yang buruk. Hasil uji statistik mempunyai pengetahuan yang buruk
menunjukkan bahwa ada hubungan 51,4 % responden yang mempunyai
antaraevaluasi penderita hipertensi perilaku pencegahan stroke yang
dengan perilaku pencegahan stroke buruk. Hasil uji statistik
dengan nilai p = 0,002 menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan penderita
hipertensi dengan perilaku
pencegahan stroke dengan nilai p =
0,000

79
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
PEMBAHASAN Perilaku pencegahan stroke sangat
Hubungan pemahaman penderita didasari oleh pemahaman seseorang
hipertensi tentang stroke dengan tentang pengetahuan akan stroke itu
Perilaku pencegahan sendiri.Pemahaman perilaku
Hasil penelitian diperoleh pencegahan stroke di dapat dari
bahwa pemahaman penderita pendidikan kesehatan, pada dasarnya
hipertensi tentang stroke mayoritas pendidikan mempengaruhi proses
buruk yaitu 71,4 % dengan perilaku belajar, makin tinggi pendidikan
pencegahan stroke dengan kategori seeorang makin mudah orang
buruk yaitu 42,9%. Hal ini dapat tersebut untuk memahami suatu
dilihat dari hasil kuesioner yang materi.
telah dibagikan kepada
responden,dimana dari hasil jawaban Hubungan Aplikasi penderita
responden menyatakan hipertensi tentang stroke dengan
ketidaktahuan responden terhadap Perilaku pencegahan
penyakit stroke, sehingga Dari hasil penelitian
pemahaman untuk diperoleh bahwa aplikasi penderita
melakukanperilaku pencegahan hipertensi tentang stroke mayoritas
stroke pada penderita hipertensi juga buruk yaitu 60% dengan perilaku
buruk. Menurut Notoadmojo (2007) pencegahan stroke dengan kategori
pemahaman (comprehension) buruk yaitu 45,7% %. Hal ini dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan dilihat dari hasil kuesioner yang
untuk menjelaskan secara benar telah dibagikan kepada responden,
tentang objek yang di ketahui dan dimana dari hasil jawaban responden
dapat menginterprestasikan materi menyatakan ketidaktahuan akan
secara benar, orang yang telah penyakit stroke sehingga aplikasi
paham terhadap suatu objek materi untuk melakukan perilaku
harus dapat menjelaskan, pencegahan strok juga buruk.
menyebutkan contoh dan Menurut Notoadmojo (2007)
menyimpulkan, objek yang telah aplikasi diartikan apabila orang yang
dipelajari. telah memahami objek yang
dimaksud sehingga dapat

80
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
menggunakan atau mengaplikasikan usaha-usaha mencegah penyakit
prinsip yang telah diketahui tersebut yang datang. Dan ketiga perilaku
seperti merencanakan progam peran sakit (the sidk role behavior)
kesehatan. adalah segala tindakan atau kegiatan
. Becker (1979) dalam buku yang dilakukan oleh individu yang
Notoadmojo mengklafisikasikan sedang sakit untuk memperoleh
perilaku yang berhubungan dengan kesembuhan.
progam kesehatan yaitu pertama Dari hasil penelitian
perilaku kesehatan (health behavior) diperoleh bahwa aplikasi penderita
adalah hal-hal yang berkaitan hipertensi terhadap stroke dalam
dengan tindakan atau kegiatan katagori buruk adalaha 60,0 %
seseorang dalam memelihara dan dengan 45,7% perilaku pencegahan
meningkatkan kesehatannya, stroke dengan kategori buruk dan
termasuk juga tindakan-tindakan 14,3 % perilaku pencegahan stroke
untuk mencegah penyakit, dengan kategori cukup. Hal ini
kebersihan perorangan, memilih diperkuat dari hasil uji statistik
makanan dan pola hidup sehat. dengan menggunakan uji korelasi
Pencegahan stroke seperti makan Chi square menunjukkan bahwa
dengan menu yang seimbang, sering terdapat hubungan antaraaplikasi
berolahraga, tidak merokok, tidak penderita hipertensi dengan perilaku
minum minuman keras, istirahat pencegahan strok dengan nilai p =
yang cukup, pengendalian stress dan 0,002.
perilaku gaya hidup yang positif. Penelitian ini juga didukung
Kedua perilaku sakit (illness oleh penelitian Indra Setiawan
behaviour) segala tindakan atau (2009) mengenai gambaran perilaku
kegiatan yang dilakukan oleh penderita hipertensi tentang stroke
individu yang merasa sakit, untuk terhadap perilaku pencegahan
merasakan dan mengenal keadaan dimana hasil penelitiannya
kesehatannya, termasuk disni menyebutkan bahwa ada pengaruh
kemampuan atau pengetahuan langsung aplikasi pengetahuan
individu untuk megidentifikasikan penderita hipertensi dengan perilaku
penyakit, sebab penyakit, serta

81
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
pencegahan stroke yang ditunjukkan sendirinya didasarkan pada suatu
dengan nilai p = 0,002 kriteria.
Jadi diharapkan kepada Dalam evaluasi pencegahan
penderita hipertensi untuk suatu penyakit ada tiga hal evaluasi
mengetahui aplikasi dari penyakit yang berkaitan dengan progam
stroke sehingga penderita hipertensi kesehatan yang dilakukan yakni
dapat melakukan progam kesehatan pertama evaluasi proses pelaksanaan
untuk pencegahan sehinga dapat di tujukan terhadap pelaksanaan
mengurangi factor resiko terkena progam yang menyangkut
penyakit stroke. penggunaan sumber daya seperti
Hubungan Evaluasi penderita tenaga, dan fasilitas yang ada, yang
hipertensi tentang stroke dengan mana seseorang penderita hipertensi
Perilaku pencegahan dapat menggunakan fasilitas
Dari hasil penelitian kesehatan seperti puskesmas. Kedua
diperoleh bahwaevaluasi penderita evaluasi hasil progam ditujukan
hipertensi tentang stroke mayoritas untuk menilai sejauh mana progam
buruk yaitu 77,1 % dengan perilaku tersebut berhasil, misalnya sejauh
pencegahan stroke dengan kategori mana penderita hipertensi
buruk yaitu 51,4% %. Hal ini dapat melakukan control tekanan darah,
dilihat dari hasil kuesioner yang pencegahan dan sebagainya.Dan
telah dibagikan kepada responden, ketiga evaluasi dampak progam yang
dimana dari hasil jawaban responden ditujukan untuk menilai sejauh mana
menyatakan ketidaktahuan akan progam ini mempunyai dampak
evaluasi tentang stroke, sehingga terhadap peningkatan kesehatan.
perilaku untuk melakukan Dari hasil penelitian
pencegahan strok juga buruk. diperoleh bahwa evaluasi penderita
Evaluasi berkaitan dengan hipertensi terhadap stroke dalam
kemampuan seseorang untuk katagori buruk adalah 77,1 %
melakukan justifikasi atau penilaian dengan 51,4% perilaku pencegahan
terhadap suatu objek tertentu stroke dengan kategori buruk dan
sehingga penilaian ini dengan 25,7 % perilaku pencegahan stroke
dengan kategori cukup. Hal ini

82
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
diperkuat dari hasil uji statistik penderita hipertensi tentang stroke
dengan menggunakan uji korelasi mayoritas buruk yaitu 68,6% dengan
Chi square menunjukkan bahwa 51,4% perilaku pencegahan terhadap
terdapat hubungan antaraaplikasi stroke buruk. Hal ini diperkuat dari
penderita hipertensi dengan perilaku hasil uji statistik dengan
pencegahan strok dengan nilai p = menggunakan uji korelasi Chi
0,002. square menunjukkan bahwa terdapat
Jadi diharapkan kepada hubungan pengetahua penderita
penderita hipertensi untuk hipertensi terhadap stroke dengan
mengetahui bagaimana penilaian perilaku pencegahan di Puskesmas
terhadap penyakit stroke sehingga Helvetia Medan 2011 dengan nilai p
penderita hipertensi dapat = 0,002.
melakukan progam kesehatan Penelitian ini juga didukung
melalui evaluasi sehingga oleh penelitian Agustin Setiawani
pencegahan akan penyakit stroke (2008) mengenai faktor-faktor yang
dapat diatasi. mempengaruhi perilaku pencegahan
stroke pada penderita hipertensi
Hubungan Pengetahuan penderita dimana hasil penelitiannya
hipertensi tentang stroke dengan menyebutkan bahwa ada pengaruh
Perilaku pencegahan. langsung pengetahuan responden
Dari hasil pengabungan tentang stroke terhadap perilaku
antara pemahaman, aplikasi dan pencegahan yang ditunjukkan
evaluasi pengetahuan penderita dengan nilai p = 0,000
terhadap perilaku pencegahan stroke Jadi diharapkan kepada
maka di dapati pengetahuan penderita hipertensi untuk
penderita tentang stroke mayoritas mempunyai pengetahuan terhadap
buruk sebanyak 68,6 % dengan stroke dengan memahamitentang
perilaku pencegahan strokeburuk pencegahan stroke sehingga dapat
51,4 %. mengaplikasikan sutatu progam
Dari hasil penggabungan kesehatan terhadap pencegahan
antara pemahaman, aplikasi dan stroke dan dapat meminimalis factor
evaluasi maka pengetahuan

83
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
resiko terkena stroke pada penderita Notoatmojo, S. (2010). Metodologi
hipertensi. penelitian Kesehatan. Jakarta
:Rineka Cipta
DAFTAR PUSTAKA Pinzon, R. (2010), Awas Stroke.
Brunner, Sudart (2001). Andi Publiser: Jakarta.
Keperawatan Medical Rogers. (1974), Dalam Buku
Bedah, Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmojo: Pendidikan
Doenges. (2000). Rencana Asuhan Dalam Perilaku Kesehatan,
Keperawatan. Jakarta: Buku Jakrta: Rineka Cipta
Kedokteran EGC. Setiawan, A. (2008). Peneanganan
Indra, S. (2009). Gaya Hidup stroke dan penatalaksanaan.
Penderita Hipertensi. Rinerka Cipta: Jakarta
Jakarta : Rinerka Cipta Skiner. (1997). Dalam Buku
Lumbatobing, S (2003). Metodologi Notoadmojo: Promosi
Penelitian Keperawatan, Kesehatan dan Perilaku
Jakarta: Rineka Cipta. kesehatan, Jakarta: Rineka
Lowrence, G. (1980). Dalam Buku Cipta
Notoadmojo: Pendidikan dan Sutrisno, A. (2008), Stroke?.
Perilaku Kesehatan (2003). Gramedia: Jakarta
Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana (2005). Metode Statistika.
Marliani, L. (2009), 100 Question Bandung: Tarsito
and Answer. Jakarta: Teramirja, J. (1997).
Gramedia. Penatalaksanaan Stroke
Nursalam, (2003). Konsep dan Akut. Jakarta: Gramedia
Penerapan Metodologi Vitahealth. (2008). Hipertensi.
Penelitian Ilmu Gramedia: Jakarta.
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika:
Notoatmojo, S. (2007), Promosi
Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rinerka
Cipta.

84
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG


STROKE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN STROKE
DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN
TAHUN 2016

Hamonangan Damanik
Dosen STIKes Imelda Medan
E-mail : hamonangandamanik1@gmail.com

ABSTRACT

The quality of working life is one way to improve the performance of


nurses as it will contribute to the success of the organization and the positive
impact for the organization. The aim of this study was to determine the
relationship of the quality of working life with the performance of nurses in a
private hospital in Medan in 2015. This study is a quantitative research with cross
sectional design. The population in this study are all nurses there diruang
inpatient Imelda Hospital as many as 134 people. The amount of sample is 57
people, the type of sampling using simple random sampling method. Analysis of
data using univariate analysis, bivariate analysis with Pearson Correlation test to
analyze the relationship between the quality of working life with the performance
of nurses at Imelda Hospital Medan. The findings of the data analysis with
Pearson Correlation test obtained by value p> 0.05 (p = 0.452), which means
there is no significant relationship between the quality of working life with nurse
performance, and quality of work life factors that have a significant relationship
with performance is a factor compensation A balanced, problem solving and the
factors factor pride for the institution, while other factors have no significant
relationship with performance. Recommended to the hospital management to
continue to improve the application of the quality of work life of nurses by
performing career development, job coaching nurses, monitor and evaluate on an
ongoing basis so that the performance of nurses continues to be improved.

Keywords: Quality of Work Life, Performance, Nurse, Hospital

PENDAHULUAN orang karena penyakit lainnya yang


Hipertensi merupakan berbahanya seperti: stroke, serangan
peningkatan dari tekanan darah jantung, gagal jantung, dan gagal
systolik diatas standar. Hipertensi ginjal (Vitahealth , 2008).
termasuk penyakit dengan angka Sesuai dengan survei di
kejadian (angka prevalensi) yang Indonesia yang dilakukan dalam
cukup tinggi dan dikaitkan dengan masyarakat, telah dikumpulkan
kematian dari hampir 14 ribu pria di angka-angkanya, prevalensi
Amerika setiap tahunnya. Hipertensi hipertensi berkisar 6 – 15 % dari
ikut berperan dalam kematian ribuan seluruh penduduk di Indonesia.

73
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Sedangkan data dari Depertemen biasanya dapat di atasi dan kondisi
Kesehatan Sumatra Utara Tahun pasien dapat pulih kembali
2009 didapatkan 11% penduduk di sepenuhnya bahkan segala aktifitas
Medan menderita hipertensi dari dan produktifitas dapat berlangsung
angka tersebut 60% penderita seperti semula. Dengan demikian
hipertensi terkena stroke (Marliani, perawatan terhadap pasien stroke
L 2009). harus dimulai sedini mungkin.
Stroke dapat menyerang Keterlambatan akan menimbulkan
siapa saja, terutama penderita hal-hal yang kurang baik dan tidak
penyakit-penyakit kronik seperti, di ingginkan. Jenis stroke sendiri ada
hipertensi, diabetes dan juga jantung. dua macam, stroke iskemik dan
Karenanya bagi penderita penyakit- stroke hemoragik (Lumbantobing,
penyakit kronik tersebut harus selalu 2000). Gejala stroke iskemik dapat
waspadai akan datangnya serangan berupa lumpuh sebelah, mati
stroke. Penyakit-penyakit kronik sebelah, kesulitan berbahasa dan
tersebut dapat di atasi dengan cara gangguan penglihatan, vertigo,
mengurangi rokok, minuman yang penglihatan rangkap, kelumpuhan
berakohol, makanan yang total, mati rasa, gagap, dan afasia.
mengandung banyak garam, Stroke hemoragik dapat
olahraga yang teratur, jangan menyebabkan pasien lebih tampak
melakukan aktifitas fisik dan otak parah sekitarnya. Kondisi pasien
yang berlebihan, menghindari stress cepat memburuk dari pada stroke
, depresi serta harus dapat iskemik, disertai dengan sakit kepala
mengontrol emosi, menerapkan pola yang berat kesadaran yang
dan gaya hidup yang teratur dan terganggu, mual dan muntah.
selaras dengan ajaran agama, serta Pada pasien stroke
rutin berkonsultasi dengan dokter kelumpuhan pada anggota gerak
(Pinzon, 2010). badan dapat mencapai sekitar 50-80
Gejala stroke tidak selalu %, sendangkan gangguan system
muncul pada kondisi yang berat, rasa terjadi sekitar 25 % yang berupa
serangan stroke yang ringan bisa kesemutan, baal, nyeri pada sisi
ditangani dengan tepat dan cepat , maupun pada seluruh tubuh. Kondisi

74
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
demikian harus benar-benar kesadaran mau mempernbaiki
dipahami oleh masyarakt dalam kebiasaan yang mengundang
melakukan perilaku pencegahan munculnya stroke ini (terutama bagi
stroke. yang beresiko tinggi).
Usaha pencegahan serangan Perilaku pencegahan
stroke adalah menyingkirkan factor masyarakat akan stroke di wilayah
resiko (konsumsi alcohol, rokok, dan kerja Puskesmas Helvetia Medan
lain-lain), terutama bagi mereka sangat di pengaruhi oleh tingkat
yang memiliki tekanan darah tinggi, pengetahuan masyarakat yang
penyaikt jantung trasien iskemik sebagian besar masih kurang
(gangguan pasokan darah sesaat), mengenal stroke. Pada observasi
diabetes meletus, kolestrol darah yang di lakukan oleh peneliti
tinggi dan kebiasaan riwayat sebanyak 5 orang tidak tahu
keluarga atau keturunan, usia, jenis bagaimana perilaku pencegahan
kelamin (pria beresiko) dan rasa. Hal stroke. Proses terjadinya
ini masalah usaha pencegahan lebih pengetahuan menjadi masalah
di utamakan dari pada pengobatan mendasar dalam usaha upaya
dengan menjahui faktor resiko pencegahan stroke. Kurangnya
sehingga melakukan prilaku pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan stroke. stroke di wilayah kerja Puskesmas
Penanganan stroke harus Helvetia Medan akan dapat
ditangani dengan tuntas meskipun mempengaruhi oleh prilaku
memerlukan biaya yang besar. Bila pencegahan stroke yang diakibatkan
pasien stroke ditangani dengan oleh merokok, minum alkohol,
segera yaitu dalam waktu 60 menit makan garam banyak, makanan
setelah terkena stroke (the golden berlemak, dan tidak mengontrol
moment) peluang untuk sembuh emosi. Karma itu, upaya untuk
tanpa cacat cukup besar. Dengan membentuk prilaku pencegahan
perilaku pencegahan stroke, orang terhadap stroke pada pencegahan
dapat menyadari risiko yang akan di hendaknya dilakukan.
alaminya. Resiko yang akan di Data yang didapati peneliti,
alaminya dan dengan penuh sekitar 599 orang menderita

75
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
hipertensi di wilayah Puskesmas Helvetia Medan selama periode
Medan Helvetia selama Desember waktu penelitian. Dengan jumlah
2016 dan penderita stroke yang pasien rata-rata perbulannya
disebabkan oleh hipertensi adalah sebanyak 599 orang.
sekitar 100 pasien. Klien yang Pengambilan data dilakukan
menderita stroke berat sebanyak 30 menggunakan kuesioner. Analisis
orang, sedang 34 orang, dan ringan data menggunakan analisis univariat,
36 orang. Berdasarkan data tersebut dan analisis bivariat dengan uji chi
dapat disimpulkan bahwa pasien square.
yang menderita hipertensi
mempunyai faktor resiko terkena HASIL PENELITIAN
Identitas Responden
stroke. Serangan stroke dapat terjadi
Tabel 1
tiba-tiba, umumnya karena pasien Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Di Puskesmas Helvetia
tidak mengetahui gejala terjadinya
Medan 2016 (n=35)
serangan stroke dan tidak melakukan No Karakteristik Responden f %
upaya yang tepat untuk mengurangi 1 Usia <35 tahun 1 2,9
36-40 tahun 11 31,4
stroke. Upaya mengurangi stroke
41-65 tahun 23 65,7
dapat dilakukan dengan olah raga Total 35 100
2 Pendidikan SMP 12 34,4
secara teratur, diet teratur, perubahan SMA 23 65,7
pola hidup. Agar seorang dapat Total 35 100
3 Pekerjaan Tidak bekerja 7 20,0
mengurangi serangan stroke Wiraswasta 12 34,3
diperlukan pengetahuan yang cukup Karyawan 6 17,1
PNS 10 28,6
dan perawatan hipertensi.
Total 35 100
Dari tabel 1 diatas dapat
METODOLOGI PENELITIAN diketahui bahwausia responden
Penelitian ini merupakan mayoritas 41-65 tahun yaitu 65,7 %,
penelitian kuantitatif dengan desain menurut pendidikan responden
diskriptif korelatif dengan mayoritas SMA yaitu 65,7%,
pendekatan cross sectional. menurut pekerjaan responden
Populasi dalam penelitian ini mayoritas wiraswasta yaitu 34,3 %
adalah pasien yang menderita dan jenis kelamin responden
hipertensi di Wilayah Puskesmas mayoritas perempuan yaitu 51,4 %.

76
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Analisis Univariat Berdasarkan tabel 4 diatas
Tabel 2
dapat diketahui bahwa evaluasi
Distribusi Frekuensi Pemahaman
Responden Tentang Stroke di responden tentang stroke di
Puskesmas Helvetia Medan 2016
Puskesmas Helvetia Medan
(n=35)
No
Pemahaman
f %
mayoritas kurang yaitu 77,1%.
Responden
1 Baik 4 11,4 Tabel 5
2 Cukup 6 17,1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
3 Kurang 25 71,4 Responden tentang Stroke di
Total 35 100 Puskesmas Helvetia Medan 2016
Berdasarkan tabel 2 diatas (n=35)
Pengetahuan
dapat diketahui bahwa pemahaman No f %
Responden
responden tentang stroke di 1 Baik 6 17,1
2 Cukup 5 14,3
Puskesmas Helvetia Medan 3 Kurang 24 68,6
Total 35 100
mayoritas kurang yaitu 71,4%.
Berdasarkan tabel 5 diatas
Tabel 3
dapat diketahui bahwa pengetahuan
Distribusi Frekuensi Aplikasi
Responden Tentang Pencegahan responden tentang stroke di
Stroke di Puskesmas Helvetia
Puskesmas Helvetia Medan
Medan 2016 (n=35)
No
Aplikasi
f %
mayoritas cukup yaitu 68,6%.
Responden
1 Baik 6 17,1 Tabel 6
2 Cukup 8 22,9 Distribusi Frekuensi Perilaku
3 Kurang 21 60,0 Pencegahan Responden tentang
Total 35 100 stroke di Puskesmas Helvetia
Berdasarkan tabel 3 diatas Medan 2016 (n=35)
Perilaku
dapat diketahui bahwa aplikasi No f %
Responden
responden tentang stroke di 1 Baik 2 5,7
2 Cukup 14 40,0
Puskesmas Helvetia mayoritas 3 kurang 19 54,3
Total 35 100
kurang yaitu 60%.
Berdasarkan tabel 6 diatas
Tabel 4
dapat diketahui bahwa Perilaku
Distribusi Frekuensi Evaluasi
Responden Tentang Pencegahan pencegahan stroke pada responden
Stroke di Puskesmas Helvetia
di Puskesmas Helvetia mayoritas
Medan 2016 (n=35)
No
Evaluasi
f %
kurang yaitu 54,3%.
Responden
1 Baik 5 14,3
2 Cukup 3 8,6
3 kurang 27 77,1
Total 35 100

77
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Tabel 7 Tabel 8
Tabulasi Silang Pemahaman
Tabulasi Silang Aplikasi
Penderita Hipertensi dengan
Penderita Hipertensi dengan
Perilaku Pencegahan Stroke di
Perilaku Pencegahan Stroke di
Puskesmas Helvetia Medan 2016
Puskesmas Helvetia Medan 2016
(n=35)
Perilaku pencegahan stroke
(n= 35)
Pema- Total p
Baik Cukup Buruk
haman Perilaku pencegahan stroke
f % f % f % f % 0.002 Total p
Aplikasi Baik Cukup Buruk
Baik 2 5, 1 2,9 1 2,9 4 11,4
f % f % f % f % 0.002
7
Baik 2 5, 1 2,9 1 2,9 4 11,4
Cukup 0 0 3 8,6 3 8,6 6 17,1
7
Buruk 0 0 10 28,6 15 42,9 25 71,4
Cukup 0 0 3 8,6 3 8,6 6 17,1
Total 2 5,7 14 40,0 19 54,3 35 100
Buruk 0 0 10 28,6 15 42,9 25 71,4
Berdasarkan tabel 7 diatas Total 2 5,7 14 40,0 19 54,3 35 100,0

dapat diketahui bahwa dari 11,4 % Tabel 8 diatas dapat

reponden yang mempunyai diketahui bahwa dari 17,1%

Pemahamanterhadap stroke dengan reponden yang mempunyai aplikasi

baik 5,7 %responden mempunyai terhadap stroke dengan baik 8,6%

perilaku pencegahan stroke responden mempunyai perilaku

yangbaik. Dari 17,1 % reponden pencegahan stroke yang cukup. Dari

yang mempunyai Pemahaman 22,9% reponden yang mempunyai

terhadap stroke dengan cukup8,6% aplikasi terhadap stroke dengan

responden mempunyai perilaku cukup14,3% responden mempunyai

pencegahan stroke yang buruk. Dan perilaku pencegahan stroke yang

dari 71,4 % responden yang cukup. Dan dari 60,0% responden

mempunyai pemahaman yang buruk yang mempunyai aplikasi yang

42,9 % responden yang mempunyai buruk 45,7% responden yang

perilaku pencegahan stroke mempunyai perilaku pencegahan

yangburuk.Hasil uji statistik stroke yang buruk. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan menunjukkan bahwa ada hubungan

antarapemahaman penderita antara aplikasi penderita hipertensi

hipertensi dengan perilaku dengan perilaku pencegahan stroke

pencegahan stroke dengan nilai p = dengan nilai p = 0,001.

0,002.

78
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Tabel 9 Tabel 10
Tabulasi Silang Evaluasi Tabulasi Silang Pengetahuan
Penderita Hipertensi dengan Penderita Hipertensi dengan
Perilaku Pencegahan Stroke di Pencegahan Stroke di Puskesmas
Puskesmas Helvetia Medan 2016 Helvetia Medan 2016 (n=35)
(n=35) Berdasarkan tabel 10 diatas
Perilaku pencegahan stroke
Evaluasi Baik Cukup Buruk
Total p dapat diketahui bahwa dari
f % f % f % f % 0.002
Baik 2 5, 3 8,6 0 0 5 14,3
17,1 % reponden yang
7 mempunyai Pengetahuan
Cukup 0 0 2 5,7 1 2,9 3 8,6
Buruk 0 0 9 25,7 18 51,4 27 77,1 terhadap stroke dengan baik
Total 2 5, 14 40,0 19 54,3 35 100,0
7 11,4 % responden mempunyai
Berdasarkan tabel 9 diatas
perilaku pencegahan stroke yang
dapat diketahui bahwa dari 14,3 %
cukup.
reponden yang mempunyai evaluasi
terhadap stroke dengan baik 8,6 Pengeta- Perilaku pencegahan stroke
Total
p
huan Baik Cukup Buruk
%responden mempunyai perilaku f % f % f % f % 0.000
Baik 2 5, 4 11,4 0 0 6 147,1
pencegahan stroke yang cukup. Dari 7
Cukup 0 0 4 11,4 1 2,9 5 14,3
8,6 % reponden yang mempunyai Buruk 0 0 6 17,1 18 51, 24 68,6
4
evaluasi terhadap stroke dengan Total 2 5, 14 40,0 19 54, 35 100,0
7 3
cukup 5,7% responden mempunyai Dari 14,3 % reponden yang
perilaku pencegahan stroke yang mempunyai Pengetahuan terhadap
buruk. Dan dari 77,1% responden stroke dengan cukup 11,4%
yang mempunyai evaluasi yang responden mempunyai perilaku
buruk 51,4% responden yang pencegahan stroke yang cukup. Dan
mempunyai perilaku pencegahan dari 68,6 % responden yang
stroke yang buruk. Hasil uji statistik mempunyai pengetahuan yang buruk
menunjukkan bahwa ada hubungan 51,4 % responden yang mempunyai
antaraevaluasi penderita hipertensi perilaku pencegahan stroke yang
dengan perilaku pencegahan stroke buruk. Hasil uji statistik
dengan nilai p = 0,002 menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan penderita
hipertensi dengan perilaku
pencegahan stroke dengan nilai p =
0,000

79
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
PEMBAHASAN Perilaku pencegahan stroke sangat
Hubungan pemahaman penderita didasari oleh pemahaman seseorang
hipertensi tentang stroke dengan tentang pengetahuan akan stroke itu
Perilaku pencegahan sendiri.Pemahaman perilaku
Hasil penelitian diperoleh pencegahan stroke di dapat dari
bahwa pemahaman penderita pendidikan kesehatan, pada dasarnya
hipertensi tentang stroke mayoritas pendidikan mempengaruhi proses
buruk yaitu 71,4 % dengan perilaku belajar, makin tinggi pendidikan
pencegahan stroke dengan kategori seeorang makin mudah orang
buruk yaitu 42,9%. Hal ini dapat tersebut untuk memahami suatu
dilihat dari hasil kuesioner yang materi.
telah dibagikan kepada
responden,dimana dari hasil jawaban Hubungan Aplikasi penderita
responden menyatakan hipertensi tentang stroke dengan
ketidaktahuan responden terhadap Perilaku pencegahan
penyakit stroke, sehingga Dari hasil penelitian
pemahaman untuk diperoleh bahwa aplikasi penderita
melakukanperilaku pencegahan hipertensi tentang stroke mayoritas
stroke pada penderita hipertensi juga buruk yaitu 60% dengan perilaku
buruk. Menurut Notoadmojo (2007) pencegahan stroke dengan kategori
pemahaman (comprehension) buruk yaitu 45,7% %. Hal ini dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan dilihat dari hasil kuesioner yang
untuk menjelaskan secara benar telah dibagikan kepada responden,
tentang objek yang di ketahui dan dimana dari hasil jawaban responden
dapat menginterprestasikan materi menyatakan ketidaktahuan akan
secara benar, orang yang telah penyakit stroke sehingga aplikasi
paham terhadap suatu objek materi untuk melakukan perilaku
harus dapat menjelaskan, pencegahan strok juga buruk.
menyebutkan contoh dan Menurut Notoadmojo (2007)
menyimpulkan, objek yang telah aplikasi diartikan apabila orang yang
dipelajari. telah memahami objek yang
dimaksud sehingga dapat

80
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
menggunakan atau mengaplikasikan usaha-usaha mencegah penyakit
prinsip yang telah diketahui tersebut yang datang. Dan ketiga perilaku
seperti merencanakan progam peran sakit (the sidk role behavior)
kesehatan. adalah segala tindakan atau kegiatan
. Becker (1979) dalam buku yang dilakukan oleh individu yang
Notoadmojo mengklafisikasikan sedang sakit untuk memperoleh
perilaku yang berhubungan dengan kesembuhan.
progam kesehatan yaitu pertama Dari hasil penelitian
perilaku kesehatan (health behavior) diperoleh bahwa aplikasi penderita
adalah hal-hal yang berkaitan hipertensi terhadap stroke dalam
dengan tindakan atau kegiatan katagori buruk adalaha 60,0 %
seseorang dalam memelihara dan dengan 45,7% perilaku pencegahan
meningkatkan kesehatannya, stroke dengan kategori buruk dan
termasuk juga tindakan-tindakan 14,3 % perilaku pencegahan stroke
untuk mencegah penyakit, dengan kategori cukup. Hal ini
kebersihan perorangan, memilih diperkuat dari hasil uji statistik
makanan dan pola hidup sehat. dengan menggunakan uji korelasi
Pencegahan stroke seperti makan Chi square menunjukkan bahwa
dengan menu yang seimbang, sering terdapat hubungan antaraaplikasi
berolahraga, tidak merokok, tidak penderita hipertensi dengan perilaku
minum minuman keras, istirahat pencegahan strok dengan nilai p =
yang cukup, pengendalian stress dan 0,002.
perilaku gaya hidup yang positif. Penelitian ini juga didukung
Kedua perilaku sakit (illness oleh penelitian Indra Setiawan
behaviour) segala tindakan atau (2009) mengenai gambaran perilaku
kegiatan yang dilakukan oleh penderita hipertensi tentang stroke
individu yang merasa sakit, untuk terhadap perilaku pencegahan
merasakan dan mengenal keadaan dimana hasil penelitiannya
kesehatannya, termasuk disni menyebutkan bahwa ada pengaruh
kemampuan atau pengetahuan langsung aplikasi pengetahuan
individu untuk megidentifikasikan penderita hipertensi dengan perilaku
penyakit, sebab penyakit, serta

81
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
pencegahan stroke yang ditunjukkan sendirinya didasarkan pada suatu
dengan nilai p = 0,002 kriteria.
Jadi diharapkan kepada Dalam evaluasi pencegahan
penderita hipertensi untuk suatu penyakit ada tiga hal evaluasi
mengetahui aplikasi dari penyakit yang berkaitan dengan progam
stroke sehingga penderita hipertensi kesehatan yang dilakukan yakni
dapat melakukan progam kesehatan pertama evaluasi proses pelaksanaan
untuk pencegahan sehinga dapat di tujukan terhadap pelaksanaan
mengurangi factor resiko terkena progam yang menyangkut
penyakit stroke. penggunaan sumber daya seperti
Hubungan Evaluasi penderita tenaga, dan fasilitas yang ada, yang
hipertensi tentang stroke dengan mana seseorang penderita hipertensi
Perilaku pencegahan dapat menggunakan fasilitas
Dari hasil penelitian kesehatan seperti puskesmas. Kedua
diperoleh bahwaevaluasi penderita evaluasi hasil progam ditujukan
hipertensi tentang stroke mayoritas untuk menilai sejauh mana progam
buruk yaitu 77,1 % dengan perilaku tersebut berhasil, misalnya sejauh
pencegahan stroke dengan kategori mana penderita hipertensi
buruk yaitu 51,4% %. Hal ini dapat melakukan control tekanan darah,
dilihat dari hasil kuesioner yang pencegahan dan sebagainya.Dan
telah dibagikan kepada responden, ketiga evaluasi dampak progam yang
dimana dari hasil jawaban responden ditujukan untuk menilai sejauh mana
menyatakan ketidaktahuan akan progam ini mempunyai dampak
evaluasi tentang stroke, sehingga terhadap peningkatan kesehatan.
perilaku untuk melakukan Dari hasil penelitian
pencegahan strok juga buruk. diperoleh bahwa evaluasi penderita
Evaluasi berkaitan dengan hipertensi terhadap stroke dalam
kemampuan seseorang untuk katagori buruk adalah 77,1 %
melakukan justifikasi atau penilaian dengan 51,4% perilaku pencegahan
terhadap suatu objek tertentu stroke dengan kategori buruk dan
sehingga penilaian ini dengan 25,7 % perilaku pencegahan stroke
dengan kategori cukup. Hal ini

82
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
diperkuat dari hasil uji statistik penderita hipertensi tentang stroke
dengan menggunakan uji korelasi mayoritas buruk yaitu 68,6% dengan
Chi square menunjukkan bahwa 51,4% perilaku pencegahan terhadap
terdapat hubungan antaraaplikasi stroke buruk. Hal ini diperkuat dari
penderita hipertensi dengan perilaku hasil uji statistik dengan
pencegahan strok dengan nilai p = menggunakan uji korelasi Chi
0,002. square menunjukkan bahwa terdapat
Jadi diharapkan kepada hubungan pengetahua penderita
penderita hipertensi untuk hipertensi terhadap stroke dengan
mengetahui bagaimana penilaian perilaku pencegahan di Puskesmas
terhadap penyakit stroke sehingga Helvetia Medan 2011 dengan nilai p
penderita hipertensi dapat = 0,002.
melakukan progam kesehatan Penelitian ini juga didukung
melalui evaluasi sehingga oleh penelitian Agustin Setiawani
pencegahan akan penyakit stroke (2008) mengenai faktor-faktor yang
dapat diatasi. mempengaruhi perilaku pencegahan
stroke pada penderita hipertensi
Hubungan Pengetahuan penderita dimana hasil penelitiannya
hipertensi tentang stroke dengan menyebutkan bahwa ada pengaruh
Perilaku pencegahan. langsung pengetahuan responden
Dari hasil pengabungan tentang stroke terhadap perilaku
antara pemahaman, aplikasi dan pencegahan yang ditunjukkan
evaluasi pengetahuan penderita dengan nilai p = 0,000
terhadap perilaku pencegahan stroke Jadi diharapkan kepada
maka di dapati pengetahuan penderita hipertensi untuk
penderita tentang stroke mayoritas mempunyai pengetahuan terhadap
buruk sebanyak 68,6 % dengan stroke dengan memahamitentang
perilaku pencegahan strokeburuk pencegahan stroke sehingga dapat
51,4 %. mengaplikasikan sutatu progam
Dari hasil penggabungan kesehatan terhadap pencegahan
antara pemahaman, aplikasi dan stroke dan dapat meminimalis factor
evaluasi maka pengetahuan

83
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
resiko terkena stroke pada penderita Notoatmojo, S. (2010). Metodologi
hipertensi. penelitian Kesehatan. Jakarta
:Rineka Cipta
DAFTAR PUSTAKA Pinzon, R. (2010), Awas Stroke.
Brunner, Sudart (2001). Andi Publiser: Jakarta.
Keperawatan Medical Rogers. (1974), Dalam Buku
Bedah, Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmojo: Pendidikan
Doenges. (2000). Rencana Asuhan Dalam Perilaku Kesehatan,
Keperawatan. Jakarta: Buku Jakrta: Rineka Cipta
Kedokteran EGC. Setiawan, A. (2008). Peneanganan
Indra, S. (2009). Gaya Hidup stroke dan penatalaksanaan.
Penderita Hipertensi. Rinerka Cipta: Jakarta
Jakarta : Rinerka Cipta Skiner. (1997). Dalam Buku
Lumbatobing, S (2003). Metodologi Notoadmojo: Promosi
Penelitian Keperawatan, Kesehatan dan Perilaku
Jakarta: Rineka Cipta. kesehatan, Jakarta: Rineka
Lowrence, G. (1980). Dalam Buku Cipta
Notoadmojo: Pendidikan dan Sutrisno, A. (2008), Stroke?.
Perilaku Kesehatan (2003). Gramedia: Jakarta
Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana (2005). Metode Statistika.
Marliani, L. (2009), 100 Question Bandung: Tarsito
and Answer. Jakarta: Teramirja, J. (1997).
Gramedia. Penatalaksanaan Stroke
Nursalam, (2003). Konsep dan Akut. Jakarta: Gramedia
Penerapan Metodologi Vitahealth. (2008). Hipertensi.
Penelitian Ilmu Gramedia: Jakarta.
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika:
Notoatmojo, S. (2007), Promosi
Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rinerka
Cipta.

84
1. Pengaruh Terapi Psikoreligi Murottal Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada
Klien dengan Hipertensi
Oop Ropei, Muhammad Luthfi

2. Gambaran Resiliensi pada Remaja


Fauziah Dyan Ayu K.W, Nur Oktavia Hidayati, Ai Mardhiyah

3. Harga Diri Orangtua yang Mempunyai Anak dengan Terpasang Kantong Stoma
Iyep Dede Supriyatna

4. Analisis Faktor Dominan yang Memengaruhi Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Atikah Fatmawati, Mustin

5. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi


Hasbi Taobah Ramdani, Eldessa Vava Rilla, Wini Yuningsih

6. Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal Terminal pada Tindakan Hemodialisis


Abay Taryana, Aan Nur’aeni, Atlastieka Praptiwi

7. Transadaptasi dan Analisis Psikometrik Skala Religiusitas Muslim Berdasarkan the Muslim Piety
Questionnaire
Angga Wilandika

8. Perilaku Bullying pada Siswa SMP


Nita Prawitasari, Efri Widianti, Nita Fitria

9. Pengalaman Orang Tua Merawat Anak dengan Tuna Rungu Usia Sekolah Dasar
Sri Yekti Widadi, Rakhmi Anggita Januarity

10. Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks


Tri Panji Setyo, Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani

Alamat Redaksi:
STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
DEWAN REDAKSI

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA)


Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017

Pelindung:
Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Penanggung Jawab:
Santy Sanusi, S.Kep.Ners., M.Kep.

Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.

Sekretaris/Setting/Layout:
Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara:
Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor :
Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep.

Pemasaran dan Sirkulasi :


Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :
Dewi Irawati, MA., Ph.D.
Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D.
DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.
Iyus Yosep, S.Kp., M.Si., MN.
Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.
Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD.
Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.

Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
e-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com
DAFTAR ISI

1. Pengaruh Terapi Psikoreligi Murottal Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada Klien
dengan Hipertensi
Oop Ropei, Muhammad Luthfi .............................................................................................. 1 - 12

2. Gambaran Resiliensi pada Remaja


Fauziah Dyan Ayu K.W, Nur Oktavia Hidayati, Ai Mardhiyah ................................ 13 - 21

3. Harga Diri Orangtua yang Mempunyai Anak dengan Terpasang Kantong Stoma
Iyep Dede Supriyatna ......................................................................................................................... 23 - 28

4. Analisis Faktor Dominan yang Memengaruhi Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2
Atikah Fatmawati, Mustin .............................................................................................................. 29 - 35

5. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi


Hasbi Taobah Ramdani, Eldessa Vava Rilla, Wini Yuningsih ................................... 37 - 45

6. Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal Terminal pada Tindakan Hemodialisis


Abay Taryana, Aan Nur’aeni, Atlastieka Praptiwi ........................................................ 47 - 56

7. Transadaptasi dan Analisis Psikometrik Skala Religiusitas Muslim Berdasarkan the


Muslim Piety Questionnaire
Angga Wilandika .................................................................................................................................... 57 - 67

8. Perilaku Bullying pada Siswa SMP


Nita Prawitasari, Efri Widianti, Nita Fitria ............................................................................. 69 - 79

9. Pengalaman Orang Tua Merawat Anak dengan Tuna Rungu Usia Sekolah Dasar
Sri Yekti Widadi, Rakhmi Anggita Januarity .......................................................................... 81 - 87

10. Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks


Tri Panji Setyo, Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani ................... 89 -111
JKA.2017;4(1): 37-45 ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


PADA PENDERITA HIPERTENSI

Hasbi Taobah Ramdani1, Eldessa Vava Rilla2, Wini Yuningsih3

ABSTRAK

Hipertensi telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk baik di negara
maju maupun berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Pada hipertensi jantung
akan memompa darah ke seluruh tubuh dengan tekanan yang sangat tinggi, salah satu
faktornya adalah karena stres. Peningkatan tekanan darah akan lebih besar pada individu
yang mempunyai kecenderungan stres yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi
di Puskesmas DTP Wanaraja Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan variabel independent Tingkat
Stres dan variabel dependent Kejadian Hipertensi. Sampel yang digunakan adalah 98 orang
penderita hipertensi di Puskesmas DTP Wanaraja dengan menggunakan teknik accidental
sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan tingkat stres yang berat (45.9%) dengan
kejadian hipertensi yang berat lebih besar (42.9%). Analisis bivariat menunjukkan adanya
hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi
dengan p-value = 0.001. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi. Diharapkan penelitian
ini dapat digunakan sebagai masukan profesi perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang manajemen dan koping stres yang baik serta pendidikan kesehatan
untuk menghindari terjadinya komplikasi pada penderita hipertensi.

Kata kunci : Stres, Hipertensi, Penderita Hipertensi

Abstract

Hypertension has be a deadly disease many people in both developed and developing countries
over the last eight decades. In hypertensive heart to pump blood throughout the body with
a very high pressure, one factor is due to stress. Increased blood pressure will be greater in
individuals who have a tendency to high stress. The purpose of this study was to determine
the correlation between stress and hypertension in patients with hypertension in the Health
Center Wanaraja Year 2016. The method used is descriptive analyticapproach sectional cross
variables independent Stress Levels and variable the dependent incidence of hypertension.
The samples used were 98 people with hypertension in the Health Center Wanaraja using
accidental sampling technique.The results of the univariate analysis showed severe stress
levels (45.9%) with severe hypertension that is greater (42.9%). The bivariate analysis showed
an association between stress levels with hypertension in hypertensive patients with p-value
= 0.001. It can be concluded that there is a significant association between stress levels with
hypertension in patients with hypertension.Hopefully this research can be used as an input
the nursing profession to provide health education on management and coping stress as well
as health education to prevent the occurrence of complications in patients with hypertension.

Keywords: Stress, Hypertension


1
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut
2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut
3
Mahasiswa Prorgram Profesi Ners STIKes Karsa Husada Garut

37
38 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

LATAR BELAKANG 55.351 kunjungan (9,1%) kasus dari seluruh


wilayah Kabupaten Garut (Profil Kesehatan
Penyakit jantung dan pembuluh darah,
Kabupaten Garut, 2013).
salah satunya hipertensi telah menjadi penyakit
yang mematikan banyak penduduk baik di negara Hipertensi 90% tidak diketahui secara
maju maupun negara berkembang. Hipertensi pasti faktor penyebabnya, Namun dari beberapa
yaitu keadaan ketika darah sistolik > 120 mmHg penelitian ada beberapa faktor yang dapat
dan tekanan diastolik < 80 mmHg. Gangguan ini mempengaruh terjadinya hipertensi yaitu
sering meyebabkan perubahan pada pembuluh merokok, minum-minuman beralkohol, berat
darah, yang mengakibatkan semakin tingginya badan yang berlebih serta stres (Pradono, 2010).
tekanan darah (Muttaqin, 2009). Gejala yang Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan pada
muncul pada hipertensi adalah sakit kepala, telinga hipertensi seperti jenis kelamin, keturunan,
berdengung (tinnitus), jantung berdebar-debar, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang
mudah Ielah, pusing (vertigo), penglihatan kabur, dapat dikendalikan seperti kurang olah raga
dan mimisan. Hipertensi juga dikenal sebagai atau aktivitas, obesitas, minum kopi, merokok,
heterogeneouse group of disease karena dapat sensitivitas natrium, alkoholisme, kadar kalium
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok rendah, pola makan, pekerjaan, pendidikan dan
umur, sosial, dan ekonomi (Depkes, 2013). stres (Andria, 2013). Stres diduga berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah serta
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di
merupakan faktor terjadinya hipertensi. Stres
dapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun
yaitu suatu reaksi tubuh dan psikis terhadap
sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka Belitung
tuntutan-tuntutan lingkungan kepada seseorang.
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Reaksi tubuh terhadap stres misalnya berkeringat
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
dingin, napas sesak, dan jantung berdebar-debar.
(29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang
Reaksi psikis terhadap stres yaitu frustasi, tegang,
didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga
marah, dan agresi (Saam dan Wahyuni, 2013).
kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis
tenaga kesehatan atau sedang minum obat Stres tidak mengenal usia, stres bisa
sebesar 9,5 persen (RISKESDAS, 2013). Selain itu menyerang siapa saja baik yang muda maupun
salah satu kota atau Kabupaten di provinsi Jawa yang tua, seperti halnya yang terjadi dikalangan
Barat dengan angka kejadian hipertensi tinggi masyarakat. Stres yang menyerang masyarakat
adalah Kabupaten Garut, dilaporkan bahwa pada di kota besar karena menghadapi beban dan
tahun 2013 pada kasus rawat jalan di Puskesmas, tuntutan kerja sedangkan di kota kecil karena
penyakit hipertensi termasuk ke dalam 10 besar persoalan ekonomi seperti kemiskinan atau
penyakit dengan menempati urutan ke empat sulitnya mencari kerja (Kurniawati, 2015).
setelah penyakit myalgia, influenza, dan penyakit Stres yang terjadi dikalangan masyarakat bisa
pernafasan atas akut tidak spesifik. Hal ini disebabkan oleh berbagai aspek bisa dikarenakan
mencerminkan bahwa penyakit yang berkembang faktor ekonomi, masalah personal, masalah
di masyarakat bergeser ke penyakit tidak menular keluarga, masalah sosial, dan tekanan dari
dan penyakit degeneratif. Yang masuk ke dalam lingkungan serta stres karena penyakit tergantung
10 besar penyakit dengan penyakit degeneratif individu itu untuk bisa mengatasi stres tersebut,
hanya penyakit Hipertensi (essensial) sebanyak apabila stres berlangsung secara berkepanjangan

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi 39

akan menyebabkan masalah kesehatan salah Cross Sectional. Dalam penelitian ini terdapat
satunya yaitu hipertensi. Hubungan antara stres dua variabel, yaitu tingkat stres sebagai variabel
dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas independent dan kejadian hipertensi pada
saraf simpatis melalui (katekolamin, kortisol, penderita hipertensi sebagai variabel dependent.
vasopresin, endorphin dan aldosteron) yang dapat Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
meningkatkan tekanan darah yang intermitten. pasien hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas
Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat DTP Wanaraja pada tahun 2015 sebanyak 5.986
berakibat tekanan darah menetap tinggi (Idrus, kunjungan. Sedangkan sampelnya yaitu penderita
2015). Peningkatan tekanan darah sering hipertensi yang sudah mempunyai penyakit
intermitten pada awal perjalanan penyakit, hipertensi minimal satu tahun yang berkunjung
bahkan pada kasus yang sudah tegak diagnosisnya ke Puskesmas DTP Wanaraja. Dalam penelitian
sangat berfluktuasi sebagai akibat dari respon ini teknik sampling yang digunakan ialah dengan
terhadap stres emosional dan aktivitas fisik cara teknik accidental sampling, yaitu teknik
(Triyanto, 2014). pengambilan sampling secara accidental dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan
Penelitian sebelumnya yang mendukung
ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan
ialah penelitian yang dilakukan oleh Khotimah
kontek atau kriteria penelitian (Notoatmodjo,
tahun 2013 tentang Stres Sebagai Faktor
2010). Sehingga dalam teknik sampling disini
Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah Tahun
peneliti mengambil responden pada saat itu juga
2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan
di Puskesmas DTP Wanaraja.
antara stres dengan peningkatan tekanan darah.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Hesty Instrumen yang digunakan untuk
Titis Prasetyorini dan Dian Prawesti tahun mengukur tingkat stres diukur dengan
2012 yang hasilnya bahwa terdapat hubungan menggunakan kuesioner DASS (Depression
yang bermakna antara stres dengan kejadian Anxiety Stress Scale) yang disusun oleh Lovibond
komplikasi hipertensi, sedangkan penelitian (1995) di dalam Kholifah (2013). Sedangkan
yang dilakukan oleh Yanih Mardiana tahun 2014 untuk mengukur kejadian hipertensi peneliti
tentang Hubungan antara tingkat stres lansia menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop
dan kejadian hipertensi pada lansia menyatakan untuk mengukur tekanan darah dengan kriteria
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Normal tinggi apabila 130-139/ 85-89 mmHg ,
tingkat stres dengan hipertensi. Oleh karena itu hipertensi ringan apabila 140-159/ 90-99 mmHg,
peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan hipertensi sedang apabila 160-179/ 100-109
tingkat stress dengan terjadinya hipertensi. mmHg, hipertensi berat apabila 180-209/110-
119 mmHg dan hipertensi sangat berat apabila
METODOLOGI
< 210 mmHg/< 120 mmHg (Ruhyanudin, 2007).
Penelitian ini merupakan penelitian Sedangkan waktu penelitian ini telah dilaksanakan
deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian pada bulan Juni-Juli 2016 yang bertempat di
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa Puskesmas DTP Wanaraja Kecamatan Wanaraja
fenomena kesehatan itu terjadi. Sedangkan Kabupaten Garut
jenis penelitian yang digunakan adalah analitik

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


40 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN hasil dari pernyataan yang dipilih oleh responden
dengan nilai 15-18 ringan, 19-25 sedang, dan 26-
Karakteristik Responden
33 berat.
1. Umur Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres
Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas DTP
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Wanaraja
Umur Responden di Puskesmas DTP
Wanaraja Persentase
Tingkat Stres Frekuensi
(%)
Persentase Ringan 20 20.4
Umur Frekuensi
(%) Sedang 33 33.7
35-45 29 29.6 Berat 45 45.9
46-55 34 34.7 Total 98 100
56-65 29 29.6
> 65 6 6.1 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
Total 98 100 proporsi tingkat stres yang berat lebih besar yaitu
45.9% (45 orang).
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
hampir setengah umur responden adalah berumur 2. Kejadian Hipertensi Pada Penderita
antara 46-55 tahun sebanyak 34 orang (34.7%). Hipertensi

2. Jenis Kelamin Pada penelitian ini, variabel kejadian


hipertensi di ukur dengan lembar observasi
Tabel 2 . Distribusi Frekuensi Responden
yakni dengan pemeriksaan tekanan darah.
Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas DTP
Wanaraja Selanjutnya dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu hipertensi ringan, sedang, dan berat.
Persentase Pengelompokkan dilakukan berdasarkan hasil
Jenis Kelamin Frekuensi
(%)
pemeriksaan yakni Ringan 140-159/90-99 mmHg,
Perempuan 64 65.3
sedang 160-179/100-109 mmHg, dan berat 180-
Laki-laki 34 34.7
209/110-119 mmHg (Ruhyanudin, 2007).
Total 98 100
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
frekuensi jenis kelamin dari 98 orang responden Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di
yang termasuk berjenis kelamin perempuan Puskesmas DTP Wanaraja
sebanyak 64 orang responden (65.3%) atau lebih
dari sebagian responden. Persentase
Hipertensi Frekuensi
(%)
Analisis Univariat Ringan 9 19.4
Sedang 7 37.8
1. Tingkat Stres
Berat 2 42.9
Untuk tingkat stres diukur dengan 14 Total 8 100
pertanyaan dan untuk kepentingan analisis maka
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
dibuat total skor dan selanjutnya dikelompokkan
proporsi hipertensi yang berat lebih besar yaitu
menjadi 3 kelompok yaitu ringan, sedang dan
42.9% (42 orang).
berat. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi 41

Analisis Bivariat

Tabel 5. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di
Puskesmas DTP Wanaraja

Hipertensi
Tingkat
Ringan Sedang Berat p-value
Stres
N % N % N %
Ringan 9 5.0 6 30.0 5 25.0
Sedang 5 15.2 18 54.5 0 30.3 0.001
Berat 5 11.1 13 28.9 7 60.0
Total 19 19.4 37 37.8 42 42.9

Dari tabel 5 diperoleh informasi bahwa 3 didapatkan bahwa responden yang mengalami
sebagian besar proporsi tingkat stres berat tingkat stres berat lebih banyak 45.9% (45
dengan hipertensi berat 60.0% (27 responden) orang) dibandingkan stres sedang sebanyak
lebih besar dibandingkan dengan responden yang 33.7% (33 orang) dan stres ringan sebanyak
tingkat stres ringan dengan hipertensi ringan 20.4% (20 orang). Stres bisa menyerang siapa
45.0% (9 responden). Berdasarkan hasil uji saja dan bisa terjadi disaat hal-hal yang tidak
statistik membuktikan ada perbedaan proporsi terduga, apabila seseorang bisa menyesuaikan
yang signifikan antara tingkat stres dengan diri dengan baik terhadap stres yang di hadapinya
kejadian hipertensi, yaitu di peroleh p-value itu akan berdampak baik tetapi apabila sebaliknya
= 0.001. Karena p-value < α (0.05), maka Ho seseorang itu tidak dapat menyesuaikan
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa diri dengan stres yang dihadapinya itu akan
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat berdampak buruk sehingga terjadi stres yang
stres dengan dengan kejadian hipertensi pada berkepanjangan dan akan menimbulkan masalah
penderita hipertensi. kesehatan.

1. Tingkat stres Tingkat stres terbagi kedalam tiga


tingkatan yaitu stres ringan, stres sedang dan
Menurut Hans Selye (1982) di dalam
stres berat (Muawanah, 2012). Efek dari stres
Yosep (2011) stres adalah tanggapan tubuh
berat bisa menyebabkan perilaku kita tidak
yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan
efisien bahkan dalam kasus yang ekstrim stres
atasnya. Jika tuntutan itu lebih besar, maka hal
bisa membebani dan mempengaruhi kepribadian.
itu dinamakan distress. Tubuh manusia akan
Karena ketegangan yang kuat, beberapa
berusaha menyelaraskan rangsangan atau akan
penurunan penyesuaian diri dapat dilihat dari
cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-
taraf fisiologis dimana stres tersebut dapat
pengaruh pengalaman stres. Tuntutan-tuntutan
menghasilkan kelemahan atau kekurangan pada
ini bisa jadi berupa hal-hal yang faktual saat itu,
kemampuan individu untuk melawan virus dan
akan tetapi dapat juga hal yang baru mungkin
bakteri. Sedangkan pada taraf psikologis persepsi
akan terjadi tetapi di persepsikan secara aktual
atau ancaman menimbulkan peningkatan
(Wiramihardja, 2015).
lapangan persepsi yang semakin menyempit dan
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel proses kognisi yang semakin rigid (Wiramihardja,
2015). Oleh sebab itu, semakin lama stres yang

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


42 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

dialami seseorang dan berkepanjangan maka apalagi jika sudah terjad komplikasi.
akan menimbulkan tingkat stres yang berat pula
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel
dan mengancam nyawa.
4 bahwa penderita hipertensi yang mengalami
Stressor merupakan rangsangan yang hipertensi berat lebih besar yakni 42.9% (42 orang),
situasi dan kondisinya mengurangi kemampuan dibandingkan dengan hipertensi sedang 37.8%
kita untuk merasa senang, nyaman, bahagia dan (37 orang) dan yang paling sedikit mengalami
produktif. Dengan kata lain stressor adalah pemicu hipertensi ringan Yaitu 19.4% (19 orang). Faktor
terjadinya stres. Sumber stressor bisa disebabkan risiko terjadinya hipertensi antara lain adalah
karena kegagalan mencapai tujuan, perubahan genetik, faktor usia yang berpengaruh terhadap
gaya hidup, konflik tujuan, dan stimulasi yang hipertensi karena dengan bertambahnya umur
tidak menyenangkan (Saam dan Wahyuni, 2013). maka semakin tinggi mendapat risiko hipertensi
Sedangkan menurut Coleman (1976) di dalam yang disebabkan karena perubahan alamiah di
Wiramihardja (2015) terdapat tiga sumber yang dalam tubuh meliputi jantung, pembuluh darah
dapat dimasukkan dalam kategori stressor yaitu dan hormon (Triyanto,2014). Obesitas atau
: frustasi, konflik, dan tekanan (Pressure). Gejala kegemukan mempunyai kaitan yang erat dengan
yang muncul bisa bervariasi tergantung dengan hipertensi di kemudian hari, itu disebabkan
berat ringannya stresor dan waktu yang dialami, karena pompa jantung dan sirkulasi volume darah
gejala stres bisa dibedakan menjadi dua, yaitu orang yang obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
gejala fisik dan gejala mental. Gejala yang timbul dibandingkan dengan penderita yang mempunyai
dari fisik antara lain : jantung berdebar-debar berat badan normal (Triyanto,2014). Jenis kelamin
lebih cepat, tidak teratur, pernafasan lebih cepat juga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi
dan pendek, berkeringat, muka merah, sulit dimana pada masa muda dan paruh baya lebih
tidur, sakit kepala, gangguan pencernaan dan lain tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan
sebagainya, sedangkan gejala yang timbul dari pada wanita terjadi pada usia 45-55 tahun ketika
mental antara lain menarik diri, depresi, merasa menopause (Anggraini, dkk, 2009).
tertekan, kehilangan kesadaran, kecemasan, tak
Tanda dan gejala hipertensi atau tekanan
bisa rileks, bingung, kemarahan, kekecewaan,
darah tinggi juga terkadang tidak dirasakan
overaktif dan agresif (Saputri, 2010).
adanya gejala, namun secara tidak sengaja
2. Hipertensi beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala
Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika
dapat bervariasi pada masing-masing individu
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya
di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
seperti sakit kepala/rasa berat di tengkuk,
morbiditas dan mortalitas (Triyanto,2014).
pusing/vertigo, jantung berdebar-debar, mudah
Keadaan ini merupakan penyakit pembuluh darah
lelah,penglihatan kabur, telinga berdengung
yang 90% etiologinya belum diketahui secara
dan hidung berdarah (Ruhyanudin, 2007). Oleh
pasti, 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
sebab itu, untuk memastikannya perlu melakukan
hipertensi hormonal sedangkan 7% disebabkan
pemeriksaan tekanan darah sehingga dapat
oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan
di ketahui dengan pasti seseorang tersebut
(Muttaqin, 2009). Oleh sebab hipertensi ini menjadi
mengalami hipertensi atau tidak hipertensi.
perhatian baik di negara maju ataupun negara
Apalagi untuk seseorang yang sudah terdiagnosis
berkembang, yang tentu saja mengkhawatirkan

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi 43

hipertensi pemeriksaan yang dilakukan hubungan antara tingkat stres dengan tekanan
diharapkan dapat mengontrol tekanan darahnya darah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
agar tidak terjadi peningkatan hipertensi yang Deasy Eka Saputri tentang hubungan stres dengan
lebih berat dan tidak terjadi komplikasi seperti hipertensi pada penduduk indonesia tahun 2007
stroke, penyakit jantung dan lain sebagainya. juga menunjukkan adanya hubungan antara stres
dengan hipertensi. Berdasarkan analisa dari
3. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
uraian di atas dapat diartikan bahwa semakin
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi
tinggi tingkat stres yang dialami oleh seseorang
Banyak faktor yang mempengaruhi maka hipertensi yang dialaminyapun akan
terjadinya hipertensi, salah satunya adalah semakin tinggi pula, sebaliknya semakin ringan
stres. Stres merupakan reaksi tubuh dan psikis tingkat stres yang dialami oleh seseorang maka
terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan kepada semakin ringan pula hipertensi yang dialaminya.
seseorang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
Mengacu pada hasil penelitian yang telah
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlu adanya
stres dengan kejadian hipertensi pada penderita
upaya untuk mencegah terjadinya tingkat stres
hipertensi. Hal ini terlihat dari nilai p-Value yang
yang lebih berat sehingga penderita hipertensi
lebih kecil dari α (0.05) yaitu 0.001. Dari hasil
tidak mengalami hipertensi yang lebih berat dan
penelitian diketahui bahwa dari 98 responden
tidak mengalami komplikasi seperti penyakit
yang memiliki tingkat stres ringan dengan
stroke, jantung, dan lain sebagainya. Pencegahan
hipertensi ringan sebanyak 45.0% (9 orang),
tersebut bisa dilakukan oleh petugas kesehatan
hipertensi sedang 30.0% (6 0rang), dan hipertensi
dengan melakukan pendidikan kesehatan
berat 25.0% (5 orang). Sedangkan untuk tingkat
bagaimana manajemen stres dan koping stres
stres sedang dengan hipertensi ringan yaitu 15.2%
yang baik, sehingga penderita hipertensi dapat
(5 orang), hipertensi sedang 54.5% (18 orang)
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
dan hipertensi berat 30.3% (10 orang). Selain itu
untuk tingkat stres berat dengan hipertensi ringan Dengan demikian, peneliti berasumsi
yaitu 11.1% (5 orang), hipertensi sedang 28.9 (13 bahwa tingkat stres dan hipertensi merupakan
orang) dan hipertensi berat 60.0% (27 orang). bentuk sikap atau perilaku individu yang
Sehingga dari uraian di atas dapat diartikan bahwa saling berkaitan karena apabila individu dapat
semakin tinggi tingkat stres yang dialami oleh menghadapi stresnya secara baik maka kesehatan
seseorang maka hipertensi yang dialaminyapun akan terjaga tetapi sebaliknya apabila individu
akan semakin tinggi pula. tersebut tidak dapat menghadapi stresnya
dan berlangsung berkepanjangan maka akan
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
menimbulkan masalah kesehatan.
Khotimah (2013) mengenai stres sebagai
faktor terjadinya peningkatan tekanan darah SIMPULAN DAN SARAN
yang menunjukkan hubungan yang signifikan
Setelah melaksanakan penelitian tentang
antara stres dengan peningkatan tekanan darah.
hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi
Hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang
pada penderita hipertensi di Puskesmas DTP
dilakukan oleh Fajar Hermawan (2014) tentang
Wanaraja Tahun 2016. Penulis dapat mengambil
hubungan tingkat stres dengan tekanan darah
kesimpulan sebagai berikut :
pada lansia hipertensi di Gamping Sleman
Yogyakarta, yang menunjukkan bahwa ada

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


44 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

1. Tingkat stres pada penderita hipertensi di ac.id/2008/08/30/krisis-usia-paruh-


Puskesmas DTP Wanaraja sebagian besar baya>. [08/08/2016]
berada pada kategori berat.
Buku Tahunan Profil Kesehatan Kabupaten Garut :
2. Kejadian hipertensi pada penderita Profil Kesehatan Kabupaten Garut 2013
hipertensi di Puskesmas DTP Wanaraja
Dahlan, S. (2013). Besar Sampel dan Cara
sebagian besar berada pada kategori berat.
Pengambilan Sampel dalam Penelitian
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
tingkat stres dengan kejadian hipertensi Salemba medika
pada penderita hipertensi di Puskesmas
Damanik. (2006). Kuesioner DASS 42
DTP Wanaraja
Indonesia. Melalui <https://www.
DAFTAR PUSTAKA google.co.id/search?hl=id&ie=ISO-8859
i&q=kueesioner +dass+damanik .doc>.
Andria, Kiki. (2013). Hubungan Antara Perilaku
[24/01/2016]
Olahraga, Stres, dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi pada lanjut Usia di Depkes. (2013). Info Datin Hipertensi.
Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Melalui <http://www.google.
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal co.id/search?=id&ie=ISO-8859
Promkes vol. 1, No 2 Desember 2013, 111- 1&q=hipertensi+di+jawabarat>.
117 [18/12/2015]

Anggara dan Prayitno. (2012). Faktor-faktor yang Herlinah, dkk. (2013). Hubungan Dukungan
Berhubungan dengan Tekanan Darah di Keluarga dengan Perilaku Lansia
Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat dalam Pengendalian Hipertensi. Jurnal
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Komunitas, Volume 1 No.2,
November 2013. 108-115
Anggraini, dkk. (2009). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Hermawan. (2014). Hubungan Tingkat Stres
Pada Pasien yang Berobat Di Poliklinik dengan Tekanan Darah pada Lansia
Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Hipertensi di Gamping Sleman Yogyakarta
Januari sampai Juni 2008. Pekanbaru Riau
: Faculty of Medicine – University of Riau Idrus. (2015). Hubungan stress dengan hipertensi.
Melalui <http://www.artikelkedokteran.
Anonim. (2013). Hati-hati Ancaman Hipertensi. com/291/hubungan-stress-dan
Melalui <http://sp.beritasatu.com/ hipertensi.html#sthash. MIRDI8yM.
home/hati-hati-dengan-ancaman- dpbs>.[22/12/2015]
hipertensi/33451>.[18/12/2015]
Kholifah. (2013). Gambaran Tingkat Stres pada
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Anak Usia Sekolah Menghadapi Menarche
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka di SDN Geger Kalong Girang 2 Tahun 2013
Cipta
Khotimah. (2013). Stres Sebagai Faktor Terjadinya
Astuti. (2008). Krisis Usia Paruh Baya. Peningkatan Tekanan Darah Pada
Melalui <http://ylianti.staff.uii. Penderita Hipertensi di Dusun Padjaran

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi 45

Desa Peterongan Kabupaten Jombang STIKES, 1-70


Tahun 2013. Jurnal Eduhealth, Volume 3
RISKESDAS 2013. Hasil RISKESDAS. (2013).
No 2
Melalui <http://www.depkes.go.id/
Kurniawati, N. (2015). Masyarakat Terbelenggu resources/download/general/Hasil%20
Stres. Melalui <http://print. Riskesdas%202013.pdf>.[17/12/2015]
kompas.com/baca/2015/05/21/
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan Pada
MasyarakatTerbelengguStres>.
Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
[23/01/2016]
Malang : UPT Universitas Nuhammadiyah
Laporan Tahunan Penyakit di Puskesmas DTP
Saam dan Wahyuni. (2013). Psikologi Keperawatan.
Wanaraja, Sukawening, Cimaragas,
Jakarta: Rajawali Pers
Karangpawitan dan Sucinaraja tahun
2014 dan tahun 2015 Saputri, E. (2010). Hubungan Stres dengan
Hipertensi Pada Penduduk Indonesia
Magdalena. (2008). Era muslim. Melalui <http://
Tahun 2007. Tesis. Depok : FKM Program
www.eramuslim.com/berita/dunia-
Studi Epidemiologi
islam/dampak-krisis-keuangan-global-
who-waspadai-meningkatkan-kasus- Sundayana, R. (2015). Statistika Penelitian
bunuh-diri-dan-penderita-stress.htm#. Pendidikan. Garut : STKIP Garut Pers
VngOIbZ97Dc>.[21/12/2015]
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi
Muawanah. (2012). Hubungan Tingkat Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Pengetahuan Tentang Manajemen Stres Yogyakarta : Graha Ilmu
Terhadap Tingkat Kekambuhan Pada
Penderita Hipertensi di Panti Werda Wahyuningsih. (2010). Perempuan Dua Kali Lebih
Darma Bakti Surakarta. Skripsi. Surakarta Rentan Terkena Stres Karena Pengaruh
: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Hormon. <http: //m.detik.com/health/
Muhammadiyah Surakarta 2012 read/2010/06/16/111527/137927/7
66/perempuan-dua-kali-lebih-rentan-
Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan terkena-stres-karena pengaruh-hormon>.
Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler. [09/08/2016]
Jakarta : Salemba Medika
Widyastuti, Y. (2015). Hubungan Antara Kualitas
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Tidur Lansia dengan Tingkat Kekambuhan
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pada Pasien Hipertensi di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo. Skripsi. Surakarta :
Pradono, J. (2010). Faktor-faktor Terjadinya
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Hipertensi di Daerah Perkotaan. Jurnal
Gizi Indon 2010 Wiramihardja, S. (2015). Pengantar Psikologi
Abnormal. Bandung : Refika Aditama
Prasetyo dan Prawesti. (2012). Stres pada
Penyakit terhadap Kejadian Komplikasi Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung :
Hipertensi pada Pasien Hipertensi. Jurnal Refika Aditama

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI PUSKESMAS RAWAT INAP CEMPAKA

Rina Lidia, Musafaah, Ifa Hafifah

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung


Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714

Email korespondensi: rinalidia50@gmail.com

ABSTRACT
Background:Elderly changes in the body system that causes an increase in blood
pressure (hypertension) is affected by stress levels one of them.
Objectives: Determine relationship between stress level and hypertension among
elderly in Puskesmas Rawat Inap Cempaka.
Method: Research was conducted on 7-13 February 2018 with cross sectional
design with total sample was 54 elderly were taken using Purposive Sampling
technique. The instrument used is Perceived Stress Scale Questionnaire (PSS) -10 to
assess stress level and tensimeter to assess the pressure high blood pressure
(hypertension).
Results: Based on Chi-square test results, there is no relationship of stress level with
the incidence of hypertension in elderly at Puskesmas Rawat Inap Cempaka. The
value of p-value (p = 0.071).
Discussion: There are several factors that affect hypertension, so the stress level
factor can not be the single factor causing the occurrence of hypertension.

Keywords hypertension, elderly stress

Jumlah Pustaka : 16

1
PENDAHULUAN atau bersifat negatif dan tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan sehingga
Menurut data dari Riskesdas tahun 2013 kesejahteraan emosionalnya terancam.
menyebutkan angka prevalensi Indikator dalam fisiologis stres adalah
hipertensi di Indonesia, yang menempati diantaranya kenaikan tekanan darah,
urutan pertama di provinsi Bangka sakit kepala, dan keletihan (Potter &
Belitung (30,9%), diikuti oleh Perry, 2005). Penelitian ini bertujuan
Kalimantan Selatan (30,8%) dan untuk mengetahui hubungan tingkat stres
Kalimantan Timur (29,6%) (Riskesdas, dengan kejadian hipertensi pada lansia di
2013). Berdasarkan UU nomor 13 tahun Puskesmas Rawat Inap Cempaka.
1998, Ianjut usia adaIah seseorang
dengan usia 60 tahun ke atas. Sedangkan Saat studi pendahuluan pada 20
menurut WHO, umur lanjut usia Desember 2017 di Puskesmas Rawat
diklasifikasikan menjadi empat yaitu Inap Cempaka, Hipertensi merupakan
usia pertengahan (middle age) usia 45-59 penyakit utama dengan kasus sebanyak
tahun, lanjut usia (elderly) usia 60-74 3.221 pada tahun 2016. 6 dari 10 lansia
tahun, lanjut usia tua (old) umur 75-90 mengalami stres, gelisah karena
tahun dan usia sangat tua (very old), di memikirkan keluarganya yang tidak
atas 90 tahun. bekerja, lansia sudah tidak mampu
bekerja dan kondisi ekonomi yang
Pada lansia terjadi perubahan fisik, kurang, lansia juga mengkhawatirkan
lansia mengalami penurunan yaitu kondisi fisiknya, salah satu lansia
perubahan pada sel dan sistem tubuh. mengalami DM dan takut akan
Perubahan yang terjadi pada sistem penyakitnya tersebut, kemudian merasa
kardiovaskuler menyebabkan lansia tertekan dan tidak bisa mengatasi
rentan terhadap berbagai penyakit masalah.
degeneratif, salah satunya hipertensi
(Darmojo, 2006). METODE PENELITIAN

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi, Penelitian ini menggunakan rancangan


pada lansia terjadi hipertensi jika deskriptif korelasi dengam pendekatan
tekanan darah sistolik >140 mmHg dan cross sectional. Variabel bebas
tekanan diastolik >90 mmHg (Potter & penelitian ini adalah tingkat stres
Perry, 2005). Merokok, jenis kelamin, sedangkan untuk variabel terikatnya
konsumsi garam dan alkohol, umur, adalah kejadian hipertensi. Pengambilan
keturunan, stres, berat badan berlebih data dilakukan dengan teknik purposive
dan suku merupakan faktor yang dapat sampling pada 54 lansia di Puskesmas
membuat tekanan darah seseorang Rawat Inap Cempaka. Penelitian
meningkat (Potter & Perry, 2005). dilakukan sejak 07-13 Februari 2018
menggunakan kuesioner PSS-10 dan
Kegelisahan, ketakutan, nyeri dan stres tensimeter dan dianalisis menggunakan
emosional dapat mengakibatkan uji Chi-Square. Penelitian sudah
stimulasi simpatis meningkat kemudian dinyatakan laik etik No.583/KEPL-FK
frekuensi denyut jantung juga UNLAM/EC/I/2018 di Komisi Etik
meningkat, curah jantung dan tekanan Kesehatan FK Unlam.
darah sebesar 30 mmHg (Potter & Perry,
2013). Stres adalah keadaan dimana
seseorang dituntut untuk melakukan atau
merespon tindakan. Stres dapat
menyebabkan perasaan yang berlawanan

2
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis kelamin merupakan salah satu
penyebab stres pada lansia, karena lansia
Karakteristik Responden perempuan lebih menggunakan
perasaannya ketika merasakan ada
Sebanyak 54 pasien yang sesuai dengan
masalah dibandingkan dengan laki-Iaki
kriteria penelitian dan bersedia menjadi
(Saila, 2014). Hal ini seiring dengan
responden penelitian yang dikumpulkan
pernyataan responden yang mengatakan
dari 7-13 Februari. Mayoritas responden
ketika mengingat keluarga yang jauh
terdiri dari perempuan berjumlah 40
maka lansia akan merasa gelisah dan
orang (74,1%).
merasa sedih.
Tabel 1. Distribusi karakteristik Tabel 2. Karakteristik responden
responden berdasar jenis berdasarkan usia di Puskesmas
kelamin di Puskesmas Rawat Rawat Inap Cempaka.
Inap Cempaka
Variabel N %
Variabel N % Usia (tahun)
Jenis <65 15 27,8
Kelamin 14 25,9 65-75 30 55,6
Laki-laki 40 74,1 >75 9 16,7
Perempuan Total 54 100
Total 40 100
Pada tabel 2 sebagian besar lansia
berusia 65-75 tahun (55,6%). Tekanan
Lansia yang menjadi responden pada
darah akan meningkat seiring dengan
tabel 1 sebagian besar lansia dengan
bertambahnya umur, lansia dikatakan
jenis kelamin perempuan yaitu (74,1%)
tekanan darah normal jika tekanan darah
dan dari hasil crosstabs sebanyak 22
sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
orang (40,7 %) lansia perempuan
diastoIik 90 mmHg (Potter & Perry,
mengalami hipertensi, sedangkan lansia
2005). Usia lansia dapat mempengaruhi
laki-laki hanya 9 orang (16,7%).
stres karena Iansia harus menghadapi
perubahan yang terjadi seperti jauh dari
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
keluarga atau kehilangan keluarga dekat
dilakukan oleh Aina (2017) bahwa
seperti kehilangan pasangan hidup
penderita hipertensi lebih banyak terjadi
(Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai
pada perempuan, didukung dengan teori
dengan fenomena yang didapatkan
dari Potter dan Perry (2005) bahwa
peneliti bahwa masih banyak lansia yang
wanita setelah menoupouse lebih banyak
belum bisa menerima keadaan ketika
mengalami hipertensi. Tekanan darah
jauh dari keluarga.
tinggi lebih dominan terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria karena faktor
Tabel 3. Karakteristik responden
hormonal. Karena saat menopouse kadar
berdasarkan pekerjaan di
hormon estrogen pada wanita akan
Puskesmas Rawat Inap Cempaka.
menurun, hormon ini berfungsi untuk
melindungi wanita dari penyakit Variabel N %
kardiovaskular, efek perlindungan Pekerjaan
estrogen adaIah sebagai imunitas wanita Bekerja 18 33,3
pada usia premenopause (Pradono, Tidak bekerja 36 66,7
2010). Total 54 100

3
Pada tabel 3 dominan lansia di Cempaka Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat lansia
tidak bekerja 36 orang (66,6%) sebanyak yang mengalami stres masih dalam
21 orang (38,9%) lansia yang tidak tingkat sedang yaitu 24 orang (40%)
bekerja mengalami hipertensi dan lansia sedangkan lansia yang mengalami
yang bekerja mengaIami hipertensi tingkat stres berat hanya 9 orang
sebanyak 10 orang (18,5%). (15,0%). Dalam hal ini lansia mengalami
stres berat jika skor yang didapat 27-40,
Lansia yang tidak bekerja dan tidak stres berat disebabkan karena lansia
dapat menghasiIkan pendapatan akan merasa tidak bisa mengendalikan
berpengaruh pada status sosial ekonomi, emosinya dan sudah berlangsung daIam
lansia mengatakan hanya mendapatkan waktu lama, lansia mengalami kesulitan
kebutuhan hidup sehari-harinya dari finansial yang cukup lama hingga
anak ataupun keIuarga dan lingkungan beberapa tahun (Potter & Perry, 2005)
sekitar. Sehingga terjadi perubahan pada
yaitu yang dulunya masih bisa bekerja Skor yang paling sering muncul adalah
sekarang tidak bisa karena terjadi skor 0 (tidak pernah) seperti pada
penurunan fungsi tubuh dan hal pertanyaan nomor 10 ada 30 responden
demikian bisa menyebabkan stres (Potter menjawab 0 (tidak pernah) sebanyak 30
& Perry 2005), jika pada waktu muda responden (55,6%) yaitu dengan
Iansia bisa mengatur kebutuhannya pertanyaan “Dalam bulan terakhir ini,
untuk masa tua maka kemungkinan stres seberapa sering Anda merasa bahwa
berkurang, tapi fakta di lapangan Iansia kesulitan kesulitan menumpuk sangat
belum bisa memenuhi kebutuhannya dan tinggi sehingga Anda tidak dapat
hanya mengharapkan orang lain. mengatasinya?”. Hal ini menunjukan
bahwa lansia tidak pernah merasakan
Lansia yang tidak bekerja cenderung mempunyai kesulitan atau masalah yang
memiliki aktivitas yang kurang banyak, lansia juga mengatakan jika ada
dibandingkan lansia yang bekerja, masalah akan mendiskusikan dengan
kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh orang terdekat untuk mendapatkan
lansia menjadi pengaruh yang dapat solusi.
menyebabkan kenaikan tekanan darah
(Potter & Perry, 2005). Saat seseorang Support keluarga adalah hal penting bagi
kekurangan aktivitas maka jantungnya individu daIam menyelesaikan masaIah.
akan bekerja lebih keras untuk jika ada dukungan, maka rasa percaya
memompa dan lebih cepat dalam setiap diri bertambah dan motivasi akan
kontraksinya (Ambardini, 2009). meningkat (Stuart and Sundeen, 1995).
Keluarga berperan dalam membimbing
Tingkat Stres pada Lansia dan memberikan solusi. Ekspresi positif
yang diberikan berupa penghargaan agar
Tabel 4. Gambaran tingkat stres pada menjadikan pemikiran positif pada lansia
lansia di Puskesmas Rawat dimana kita dapat memberikan informasi
Inap Cempaka dan menyatakan bahwa ia dihargai serta
diterima meskipun ada kesaIahan
Variabel N % (Cohen, 1999).
Tingkat stres
Berat 9 15,0
Sedang 24 40,0
Ringan 21 35,0
Total 54 100

4
Kejadian Hipertensi pada Lansia alasan jarak puskesmas yang terlalu
jauh, tapi dari Puskesmas ada
Tabel 5. Gambaran kejadian hipertensi memprogramkan Posyandu untuk lansia
pada lansia di Puskesmas sehingga mempermudah lansia
Rawat Inap Cempaka respons mendapatkan pelayanan kesehatan
time pada pasien stroke di secara gratis, biasanya posyandu lansia
RSUD Ulin Banjarmasin. diadakan 1 bulan sekali.

Variabel N % Hubungan Tingkat Stres dengan


Hipertensi Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Hipertensi 31 57,4 Puskesmas Rawat Inap Cempaka
Tidak 23 40,0
hipertensi Tabel 6. Analisis hubungan tingkat stres
Total 54 100 dengan kejadian hipertensi pada
lansia di Puskesmas Rawat Inap
Cempaka
Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 Tingkat p-
Hipertensi Tidak
lansia di puskesmas rawat inap cempaka Stres value
hipertensi
lebih banyak yang Hipertensi berjumlah n % n %
31 orang (57,4%) dan yang tidak Berat 6 66,7 3 42,6
hipertensi sebanyak 23 orang (42,6%). Sedang 17 70,8 7 29,2 0,071
Lansia dikatakan hipertensi jika tekanan Ringan 8 38,1 13 61,9
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan Jumlah 54
31 23
tekanan darah diastolik Iebih dari 90
mmHg, dan teIah melakukan
pengukuran tekanan darah minimaI 2
kaIi sebelumnya (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa
Hal ini sesuai dengan penelitian yang kejadian hipertensi pada lansia yang
telah dilakukan bahwa peneliti terlebih mengalami tingkat stres sedang
dahulu memastikan bahwa responden cenderung mengalami hipertensi 17
sudah pernah melakukan pengukuran orang (70,8%) dibandingkan dengan
tekanan darah lebih dari 2 kaIi dengan lansia yang mengalami tingkat stres
hasil yang konstant, dan peneliti telah berat 6 orang (66,7%) dan lansia yang
memastikan hal tersebut dari buku mengalami tingkat stres ringan 8 orang/
kunjungan yang dilakukan responden di (38,1%). Berdasarkan hasil uji statistik
Puskesmas Rawat Inap Cempaka. Lansia dengan Chi Square didapatkan nilai p-
mengalami peningkatan tekanan darah value 0,071 (p-value >0,05) sehingga Ho
karena terjadinya penurunan eIastisitas diterima yaitu tidak ada hubungan antara
pembuluh darah (Potter & Perry, 2005). tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada lansia di Puskesmas Rawat Inap
Hipertensi adalah tanda dan gejala yang Cempaka. Sesuai dengan penelitian yang
sangat sering dijumpai pada lansia dan dilakukan oleh Agustina (2014) tidak
merupakan faktor utama penyakit ada hubungan antara stres dengan
kardiovaskular. Lansia di wilayah kerja hipertensi. Hal ini disebabkan saat
puskesmas cempaka ini mayoritas sudah melakukan penelitian dan pengambilan
tidak bekerja, hanya sebagian kecil yang data lansia tidak sedang mengalami stres
masih bekerja. Mereka juga mengatakan ataupun masaIah yang berat yang dapat
sudah jarang ke puskesmas dengan

5
menyebabkan timbulnya stres yang ada hubungan yang bermakna antara
berkepanjangan. tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada lansia. Hasil penelitian ini bertolak
Sebanyak 5 lansia mengalami penyakit belakang dengan teori yang
yang sudah lama dan hal ini mengancam dikemukakan oleh Smeltzer dan Bare
kemandiriannya, 2 orang lansia dengan (2002) Stres emosional mengakibatkan
penyakit DM dan 3 lansia dengan vasokonstriksi kemudian terjadi
riwayat stroke hal ini sesuai dengan teori peningkatan pada arteri dan denyut
Potter & Perry 2005 karena penyakit jantung kemudian hal inilah yang
menahun dapat menyebabkan lansia menyebabkan meningkatnya tekanan
mengalami stres berat. Sumber stres darah. Stres yang dirasakan lansia
pada lansia berasal dari kondisi merupakan tingkat stres sedang, pada
kesehatan fisik, lansia mulai tergantung tingkat ini lansia merasakan waspada
dengan orang lain karena penurunan yang berfokus pada indera penglihatan
fungsi fisik serta penyakit yang dan pendengaran, ketengangan masih
dirasakan akan mengancam kemandirian dalam batas yang dapat ditoleransi, serta
lansia (Smeltzer & Brenda, 2011). mampu mengatasi keadaan yang muIai
menganggu individu itu sendiri (Suzanne
Support keluarga adalah hal penting bagi & Brenda, 2008).
individu dalam menyeIesaikan masaIah.
jika ada dukungan, maka rasa percaya Hipertensi atau tekanan darah tinggi
diri bertambah dan motivasi akan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
meningkat (Stuart and Sundeen, 1995). faktor jenis kelamin dan pekerjaan pada
Keluarga berperan dalam membimbing penjelasan data demografi responden,
dan memberikan solusi. Ekspresi positif sehingga faktor tunggal yaitu stres tidak
yang diberikan berupa penghargaan agar dapat dijadikan acuan untuk menyatakan
menjadikan pemikiran positif pada lansia seseorang hipertensi. Faktor-faktor
dimana kita dapat memberikan informasi tersebut adaIah: usia, stres, ras,
dan menyatakan bahwa ia dihargai serta medikasi, riwayat keluarga, konsumsi
diterima meskipun ada kesaIahan garam, konsumsi alkohol, dan jenis
(Cohen, 1999). dalam penelitian ini jika kelamin (Potter & Perry, 2005).
lansia mengalami masalah maka ia akan Sehingga berdasarkan hasil penelitian
mendiskusikan masalahnya dengan ini, faktor stres tidak dapat menjadi
orang terdekat yaitu keluarga, kemudian faktor tunggal dalam memengaruhi
jika keluarga tidak ada maka lansia akan kejadian hipertensi pada responden.
mendiskusikan dan meminta pendapat
dari lingkungan seperti tetangga. Hal ini PENUTUP
sesuai dengan teori Potter & Perry 2005
bahwa komponen terpenting bagi lansia Kesimpulan dari hasil penelitian ini
adalah keluarga, kemudian jika keluarga Karakteristik responden mayoritas
tidak utuh maka pendukung selanjutnya responden terdiri dari perempuan 74,1%
adalah tetangga. Jika dukungan ada (n = 40) dengan rata-rata usia 65-75
maka lansia akan mudah dalam tahun dan tidak bekerja 36 orang
mengambil keputusan dan (66,7%). Tingkat stres yang dirasakan
menyelesaikan masalah (Stuart & adalah dalam tingkat sedang 40%.
Sudden, 1995). Lansia yang mengalami hipertensi
berjumlah 31 orang (57,4%). Tidak ada
Hasil penelitian ini bertolak belakang hubungan antara tingkat stres dengan
dengan penelitian Pauzi (2016) yang kejadian hipertensi pada lansia di
menunjukkan bahwa Ho ditolak yaitu

6
Puskesmas Rawat Inap Cempaka (0,071 Rt 01 Dan 02 Mancasan,
> 0,05). Ambarketawang, Gamping Sleman
Yogyakarta, Skripsi: stikes Jenderal
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan Achmad Yani Yogyakarta, Yogyakarta
sumber informasi bagi keperawatan
komunitas dan gerontik. Faktor tingkat Potter, P.A, Perry, A.G 2005, Buku Ajar
stres tidak dapat dijadikan acuan Fundamental Keperawatan : Konsep,
terjadinya hipertensi pada lansia, karena Proses, Dan Praktik, Edisi 4.Volume 1
masih banyak faktor yang dapat
Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk, EGC,
menyebabkan hipertensi. Bagi peneliti
selanjunya bisa dijadikan literatur dan Jakarta.
bahan bacaan serta dapat meneliti faktor
lain yang dapat menyebabkan hipertensi. Potter, & Perry, A. G 2006, Buku ajar
fundamental keperawatan: konsep,
KEPUSTAKAAN proses, dan praktik, edisi 4, Volume 2,
EGC, Jakarta.
Agustina, Sri 2014, Faktor-faktor yang
berhubungan dengan hipertensi pada Potter & Perry 2013, Fundamental of
lansia di atas umur 65 tahun, Jurnal nursing eighth edition, Elsevier Inc.
Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 4,
Mei 2014. Pradono J 2010, Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi di
Ambardini, Rachmah 2009, Aktivitas daerah perkotaan (analisis data
riskesdas 2007), Gizi Indo 2010.
Fisik Pada Lanjut Usia, Universitas
Negeri Yogyakarta, Wuny, Yogyakarta
Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan,
Aina, Nor 2016, Faktor-faktor yang Kementerian Kesehatan RI, Bakti
berhubungan dengan kejadian hipertensi Husada.
pada lansia di wilayah kerja puskesmas
rawat inap cempaka tahun 2016, KTI
Saila Dzirwati Rahmah 2014, Strategi
Program Studi Ilmu Keperawatan
coping stres pada lanjut usia berjenis
Fakultas Kedokteran ULM, Banjarbaru
kelamin perempuan di unit pelaksana
teknis pelayanan sosial lanjut usia
Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, jember, Fakultas Kesehatan Masyarakat
R 1983, A global measure of perceived Universitas Jember, Jember
stress. Journal of Health and Social
Behavior, 24, 385-396
Stuart dan Sudeen 2002, Buku saku
DOI10.2307/2136404 keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Darmojo dan Martono 2006, Geriatri, Stanley dan Beare 2006, Buku ajar
Yudistira, Jakarta keperawatan gerontik, EGC, Jakarta.

Marzuki Pauzi 2016, Hubungan Antara Stuart dan Sudeen 2002, Buku saku
Tingkat Stress Dengan Tekanan Darah keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Tinggi Pada Lansia Di Dusun Kanigoro,

Anda mungkin juga menyukai