Anda di halaman 1dari 10

ACC BERSYARAT

FUNGSI GINJAL (KUALITAS URINE)


82

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

OLEH

NAMA : RUSYDA ULYA


NIM : 1811013320013
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : FAJAR NURRAHMAN MAULANA

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
BANJARBARU

2020
FUNGSI GINJAL (KUALITAS URINE)

ABSTRAK

Sistem ekskresi merupakan salah satu sistem yang berperan dalam proses
pembuangan zat sisa ataupun zat-zat yang membahayakan bagi tubuh dalam bentuk
larutan. Zat ini dapat menjadi racun jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Salah satu
organ dalam tubuh yang berperan dalam sistem ekskresi adalah ginjal. Ginjal
berfungsi untuk mengekskresikan urine. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini
praktikan melakukan pemeriksaan warna, kejernihan, dan pH sampel urine yang
digunakan untuk menjelaskan fungsi ginjal. Metode yang digunakan yaitu dengan
mengamati warna dan kejernihan sampel urine serta mengukur pH sampel urine
tersebut menggunakan kertas pH. Praktikum kali ini bertujuan untuk menjelaskan
fungsi ginjal melalui pemeriksaan warna urin, pemeriksaan kejernihan urin dan
pemeriksaan pH urin. Ginjal merupakan komponen dalam tubuh yang memiliki peran
dalam proses pembentukan urine melalui serangkaian proses yaitu penyaringan
(filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan sekresi zat-zat sisa. Urine normal
memiliki warna jernih sampai kuning, baik kuning pucat (hampir jernih) ataupun
kuning urine normal pada umumnya yang dan memiliki pH berkisar 4,6 sampai 8.

Kata kunci : ekskresi, urine, ginjal

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menjelaskan fungsi ginjal melalui
pemeriksaan warna urine, pemeriksaan kejernihan urine, dan pemeriksaan pH urine.

II. PENDAHULUAN
Setiap hari tubuh manusia menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai
proses tubuh. Agar tubuh manusia tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka
kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh tersebut harus dibuang melalui alat-alat
ekskresi. Ekskresi sendiri adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme
yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal,
kulit, hati, paru-paru dan kolon. Hasil sistem ekskresi dapat dibedakan menjadi zat
cair yang berupa keringat, urine, dan cairan empedu; zat padat yaitu berupa feses;
serta zat gas yang berupa CO2 dan uap air (H2O) (Poedjiadi & Suryati, 2011).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa ginjal merupakan
suatu organ yang ada di dalam tubuh manusia dimana berkaitan erat dengan sistem
ekskresi. Sistem ekskresi sendiri merupakan suatu sistem yang memiliki peran dalam
proses pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat
yang membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan (Kurniati, 2009). Umumnya
ginjal memiliki fungsi untuk mengekskresikan zat sisa seperti urea, asam urat,
kreatinin, dan zat lain yang bersifat racun (Alunat et al., 2014) Mamalia memiliki
sepasang ginjal yang terletak di bagian pinggang di bawah peritonium. Urine yang
dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran ureter menuju kantung kemih
yang terletak midventral di bawah rektum. Dinding kantung kemih ini nantinya akan
berkontraksi secara volunter (sadar) mendorong urine keluar melalui uretra (Kurniati,
2009).
Makhluk hidup menghasilkan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan. Ekskresi
urine pada manusia pada dasarnya adalah untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dimana hal ini berfungsi untuk menjaga
homeostatis cairan tubuh (Alunat et al., 2014). Molekul atau zat sisa tersebut dapat
menjadi racun jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Selain ekskresi, proses pengeluaran
zat sisa dari tubuh dapat beruba sekresi dan defekasi. Sekresi merupakan suatu proses
pengeluaran zat yang berbentuk cairan oleh sel-sel atau jaringan yang masih dapat
dimanfaatkan. Sedangkan defekasi merupakan proses pengeluaran feses dari tubuh
(Karmana, 2011).
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urine yang terjadi melalui
serangkaian proses, yaitu penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi),
dan pengumpulan (augmentasi). Ginjal atau buah pinggang manusia berbentuk
seperti kacang merah, berwarna keunguan, dan berjumlah dua buah. Bobot kedua
ginjal orang dewasa antara 120-150 gram. Manusia memiliki sepasang ginjal yang
terletak di belakang perut atau abdomen. Bagian kulit ginjal (korteks) terdapat alat
penyaring darah yang disebut nefron, glomerolus yang berupa anyaman pembuluh
kapiler darah, dan simpai Bowman berupa cawan berdinding tebal yang mengelilingi
glomerolus. Saluran panjang yang melengkung (tubulus) dikelilingi oleh pembuluh
kapiler darah. Tubulus yang letaknya dekat badan malpighi disebut tubulus
proksimal. Tubulus yang letaknya jauh dari badan malpighi disebut tubulus distal.
Tubulus proksimal dan tubulus distal dihubungkan oleh lengkung Henle. Bagian
akhir dari tubulus ginjal adalah saluran (tubulus) pengumpul yang terletak pada
sumsum ginjal (Kusnadi, 2009).
Praktikum fungsi ginjal sangat penting dilakukan agar mengetahui cara
bagaimana penentuan kejernihan, warna, dan pH urine. Penyakit ginjal kronik adalah
adanya gangguan pada fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel, dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Smeltzer et al., 2008). Oleh
karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fungsi ginjal
dengan kualitas urine yang dihasilkan.

III. METODE
Alat yang digunakan dalam perocobaan ini adalah botol sampel dan kertas pH
sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel urine. Prosedur kerja percobaan ini
adalah sebagai berikut,

1. Mengamati Warna Urine

Urine

 Urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 Arah datangnya cahaya (sumber cahaya) dicari
 Tabung reaksi berisi urine diamati dengan agak
memiringkan tabung reaksi tersebut
 Warna urine dinyatakan dengan tidak berwarna
kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah,
merah, coklat kehijauan, atau putih seperti susu
 Hasil pengamatan dicatat pada tabel yang tersedia

Hasil

2. Mengamati Kejernihan Urine


Urine

 Urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi


 Arah datangnya cahaya (sumber cahaya) dicari
 Tabung reaksi berisi urine diamati dengan agak
memiringkan tabung reaksi tersebut
 Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh
keruh atau sangat keruh
 Hasil pengamatan dicatat pada tabel yang tersedia

Hasil

3. Pemeriksaan pH Urine

Urine

 kertas lakmus merah dan biru diambil


 kertas lakmus dicelupkan ke dalam urine yang akan
diperiksa
 reaksi yang terjadi diperhatikan apakah asam/basa
 dicatat data hasil pengamatan pada tabel

Hasil

IV. DISKUSI
Ginjal merupakan organ ekskresi utama yang sangat penting untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, pengendalian air dan garam,
pemeliharaan keseimbanganasam yang sesuai, dan sekresi berbagai hormon dan
autokoid. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, berwarna keunguan, dan berjumlah
dua buah yang terletak dibelakang perut (Campbell et al., 2008). Ginjal merupakan
salah satu komponen yang penting di dalam tubuh makhluk hidup. Ginjal
menjalankan fungsinya yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah dan lingkungan dalam tubuh dengan cara mengekskresikan zat terlarut dan air
secara selektif. Biasanya zat-zat tersebut berupa zat yang sudah tidak digunakan lagi
di dalam tubuh. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai
di sepanjang tubulus ginjal. Zat terlarut dan air yang berlebih nantinya akan di
ekskresikan ke luar tubuh dalam bentuk urine melalui sistem pengumpulan urine.
Fungsi utama dari ginjal dibedakan menjadi dua yaitu, fungsi ekskresi dan fungsi
non ekskresi (Price & Wilson, 2005).
Sistem ekskresi pada ginjal terdiri atas sepasang ginjal dan saluran keluar urine.
Ginjal sendiri awalnya mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri yang
masuk ke medialnya. Ginjal tersebut nantinya akan mengambil zat-zat yang
berbahaya dari dalam darah dan mengubahnya menjadi urine. Kemudian, urine akan
dikumpulkan dan dialirkan ke ureter, dari ureter lalu ditampung terlebih dahulu di
kandung kemih yang mana setelah itu dikeluarkan melalui uretra jika keadaan di
kandung kemih sudah penuh (Sherwood, 2001).
Unit fungsional ginjal yang terkecil yang mampu menghasilkan urine adalah
nefron. Tiga proses utama akan terjadi di dalam nefron dalam pembentukan urine
yaitu, filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi
sebagian besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula
Bowman. Kemudian reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap, dan selanjutnya akan
disekresi. Setiap proses filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus
nantinya akan diatur sesuai dengan kebutuhan tubuh (Guyton, 2007). Proses
pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler
glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain
penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam
plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan
urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di
glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya (Nurcahyo, 2008).
Ginjal merupakan penyaring zat-zat yang tidak terpakai (zat buangan atau
sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh, menyaring darah dan menjaga
keseimbangan kimiawi tubuh. Ginjal akan memproses sekitar 200 liter darah untuk
menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter sampah dan ekstra kelebihan air. Zat-zat
yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi. Tubuh akan memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk
perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya
akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal. Fungsi ginjal
terganggu maka kemampuan menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi
penumpukan dalam darah sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi
gangguan terhadap tubuh. Contohnya protein sangat dibutuhkan untuk membangun
semua bagian tubuh, seperti otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada
dalam darah dapat keluar bersama urine (bocor) bila unit penyaring ginjal
glomerulus sudah mengalami kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urine,
disebut dengan albumin (Campbell et al., 2008).
Kualitas urine biasanya dapat dilihat berdasarkan warnanya, pH, dan tingkat
kejernihannya. Urine orang normal dan sehat memiliki warna yang tampak jernih dan
bening layaknya air atau sedikit kekuningan. Warna urine dikategorikan menjadi
delapan yaitu sebagai berikut.
a. Transparan atau jernih, menunjukkan bahwa seseorang tersebut sudah banyak
meminum air dan tidak mengalami dehidrasi.
b. Kuning pucat atau hampir jernih, menunjukkan warna yang ideal yang
menandakan bahwa seseorang tidak mengalami dehidrasi dan tubuh akan
berfungai dengan baik sebagaimana mestinya.
c. Kuning transparan, merupakan warna yang normal dan menunjukkan bahwa
keadaan tubuh masih stabil.
d. Kuning, jika warna urine lebih kuning dari biasanya itu menandakan bahwa
tubuh sudah mengalami dehidrasi yang biasanya akibat keringat yang
berlebihan.
e. Kuning tua, menunjukkan bahwa seseorang tersebut hampir mengalami
dehidrasi.
f. Kuning kecoklatan, menunjukkan bahwa tubuh telah mengalami dehidrasi.
g. Coklat, menunjukkan bahwa tubuh telah mengalami dehidrasi berat atau
memiliki masalah dengan liver.
(Halis, 2017).

Organ ginjal juga mempertahankan asam basa dengan menghasilkan bikarbonat


dan mensekresi ion ammonium bersama garam yang disekresi glomerulus agar
mencegah sekresi ion hidrogen. Umumnya pH normal urine manusia berkisah antara
4,6-8,0 (Loesnihari, 2012). pH urin adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen urin. pH
dibawah 7 menunjukkan urin asam pH diatas 7 urin alkalin. Ginjal normal sanggup
menghasilkan urin yang dapat bervariasi dari pH 5 sampai lebih besar daripada 7,5.
Urin asam yang berlebihan, dengan pH lebih rendah daripada 6,0, mungkin
dikeluarkan oleh orang dengan diet protein tinggi. Pengobatan tertentu seperti
ammonium klorida dan asam mandetic mungkin juga menghasilkan urin asam.
Seseorang dengan acidosis dan diabetes mellitus yang tidak dikontrol mengeluarkan
urin yang mengandung sejumlah besar asam. Urin alkalin sering dikeluarkan setelah
makanan sebagai respon normal terhadap pengeluaran HCL pada getah perut. Urin
alkalin terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi makanan yang tinggi pada
sayuran, buah jeruk, susu dan obat tertentu seperti sodium bikarbonat, potassium
sitrat, dan acetazolamide, menyebabkan pembentukan urin alkalin. Renal tubular
acidosis adalah penyakit khusus ginjal dimana tubulus ginjal tidak mampu
mengeluarkan ion hydrogen meskipun acidosis sistematik ada dalam tubuh
(Saktiyono, 2008).
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah :
1. Ginjal merupakan penyaring zat-zat yang tidak terpakai (zat buangan atau
sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh, menyaring darah dan
menjaga keseimbangan kimiawi tubuh.
2. Ginjal menjalankan fungsinya yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan cara
mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif. Biasanya zat-zat tersebut
berupa zat yang sudah tidak digunakan lagi di dalam tubuh.
3. Ginjal merupakan komponen dalam tubuh yang memiliki peran dalam proses
pembentukan urine melalui serangkaian proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penyerapan kembali (reabsorbsi), dan sekresi zat-zat sisa.
4. Urine normal memiliki warna jernih sampai kuning, baik kuning pucat (hampir
jernih) ataupun kuning urine normal pada umumnya yang dan memiliki pH
berkisar 4,6 sampai 8.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Alunat, D. E. S., I. M. Kardena, & I. N. Suarsana. 2014. Pengaruh Konsumsi Urin


Sapi Bali terhadap Kadar Blood Urea Nitrogen, Kreatinin serta Gambaran
Histopatologi Ginjal Tikus. Jurnal Buletin Veteriner Udayana. 6(2): 169-
173.
Campbell, N. A., B. C. Jane & G. M. Lawrence. 2008.  Biologi. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Halis, I. 2017. Rancang Bangun Sistem Informasi Kondisi Dehidrasi Tubuh Melalui
Warna Urine (Smart Toilet). Skripsi. Jurusan Fisika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Karmana, O. 2011. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama, Jakarta.
Kurniati, T. 2009. Zoologi Vertebrata. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati, Bandung.
Kusnadi. 2009. Biologi Umum. Piranti, Jakarta.
Loesnihari, R. 2012. Peran Analisa Urin pada Penanganan Penyakit Ginjal dan
Traktus Urinarius. Jurnal Makalah Kedokteran Nusantara. 45(3): 167-176.
Nurcahyo, H. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. FMIPA UNY:
Yogyakarta.
Poedjiadi, A., & Suryati. 2011. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press, Jakarta.
Price, S. A., & L. M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi. Erlangga. Jakarta.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai