NIM : R011191038 Kelas : Reguler B 2019 ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ADDISON (ADDISON’S DISEASE) Definisi Penyakit addison adalah penyakit ganguan akibat kerusakan atau disfungsi korteks adrenal. Akibatnya adalah kekurangan kortisol, aldosteron, dan androgen adrenal yang kronik yang disertai dengan pigmentasi kulit. Ini dapat terjadi di segala usia, meski lebih umum terjadi pada dewasa di bawah usia 60 tahun. Seperti penyakit endokrin lainnya, penyakit addison lebih umum terjadi pada wanita (LeMone, Priscilla., Karen, M. B., dan Garene, B. 2015). Etiologi 1. Proses autoimun 2. Bahan-bahan kimia 3. Tuberkulosis 4. Infeksi kronis pada kelenjar adrenal Manifestasi klinis 1. Sistem integumen: perlambatan penyembuhan luka dan hiperpigmentasi 2. Sistem kardiovaskular: hipotensi postural, aritmia, takikardia 3. Sistem reproduksi: penurunan libido, berkurangnya rambut pubis 4. Sistem saraf pusat: latergi, tremor, labilitas emosi 5. Sistem muskuloskeletal: kelemahan, pengecilan otot, nyeri sendi, nyeri otot 6. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, diare 7. Efek metabolik: hiperglikemia, hiponatrea, dan hipoglikemia Patofisiologi Penyakit addison atau hipofungsi adrenokortikal menghasilkan penurunan level mineralokortikoid (aldosteron), glukokortikoid (cortisol), dan androgen. Glukokortikoid memicu glukoneogenesis dan memiliki efek anti-insulin. Sehingga ketika glukokortikoid menurun, glukoneogenesis menurun, sehingga hasilnya hipoglikemia dan penurunan glikogen hati, menyebakan kelemahan, lelah, anoreksia, penurunan berat badan, mual, muntah dan mengurangi resistensi terhadap stress. Selain itu, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH menurun sehingga merangsang sekresi melanin meningkat dan timbul hiperpigmentasi. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium: Dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pasien dengan Addison Disease biasanya akan mengalami neutropenia. Pemeriksaan Radiologi: Bila penyebab autoimun tak jelas, rontgen dada dilakukan untuk mencari tuberkulosa, infeksi jamur, dan keganasan. Tes Skrining ACTH: Kortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Identitas Klien Riwayat Kesehatan Data Biologis a. Pola nutrisi: Gejala: Anoreksia berat (gejala utama), mual/muntah, kekurangan zat garam, berat badan menurun dengan cepat. Tanda: Turgor kulit jelek, membran mukosa kering. b. Pola Eliminasi Gejala: Diare sampai dengan adanya kontipasi, kram abdomen, perubahan frekuensi dan karateristik urine. Tanda: Diuresis yang diikuti dengan oliguria. c. Pola Aktivitas Gejala: Lelah, nyeri/kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu beraktivitas atau bekerja. Tanda: Peningkatan denyut jantung/denyut nadi aktivitas yang minimal. Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi, depresi, gangguan kosentrasi, penurunan inisiatif/ide, latergi. Pemeriksaan Fisik a. Sistem pernapasan Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung. Terdapat pergesekan dada tinggi. Resonan. b. Sistem pencernaan Mulut dan tenggorokan : anoreksia, bibir kering Abdomen: Bentuk simetris. Bising usus meningkat. Nyeri tekan karena ada kram abdomen. Timpani c. Sistem endokrin Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH meningkat. Integumen : peningkatan pigmentasi pada kulit, Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin, cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan kuku-kuku pada jari, siku dan mebran mukosa d. Integritas ego Gejala: Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk sakit fisik/pembedahan, perubahan gaya hidup. Ketidakmampuan menghadapi stres Tanda: Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil. e. Sistem neurosensori Gejala: Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar. Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis, kelemahan otot. Penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stres. Kesemutan/baal/lemah. Tanda: Disorentasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karna kadar natrium rendah), latergi. Parastesia, paralisis (gangguan fungsi motorik akibat lesi), astenia (pada keadaan krisis). Rasa kecap/penciuman berlebihan, ketajaman pendengaran meningkat. f. Keamanan Gejala: Tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas. Tanda: Hiperpigmentasi kulit. Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermia (keadaan krisis). Otot menjadi kurus Gangguan tidak mampu berjalan. g. Seksualitas Gejala : Riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda-tanda seks sekunder (berkurang rambut-rambut pada tubuh terutama pada wanita) Diagnosa Keperawatan 1. Defisit volume cairan b.d penurunan natrium 2. Defisit volume cairan b.d penurunan natrium 3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipoglikemia 4. Intoleransi aktifitas b.d penurunan produksi energi metabolisme, perubahan kimia tubuh, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan kelemahan otot 5. Gangguan citra tubuh b.d hiperpigmentasi disfungsi seksualitas berhubungan dengan penurunan libido/perubahan struktur tubuh yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.