Anda di halaman 1dari 4

Kamis, 04 maret 2021

Nama : Mutiara Cyesa Prasasti Ngandoh


NIM : R011191038
Kelas : Reguler B 2019
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ADDISON
(ADDISON’S DISEASE)
Definisi
Penyakit addison adalah penyakit ganguan akibat kerusakan atau disfungsi korteks
adrenal. Akibatnya adalah kekurangan kortisol, aldosteron, dan androgen adrenal
yang kronik yang disertai dengan pigmentasi kulit. Ini dapat terjadi di segala usia,
meski lebih umum terjadi pada dewasa di bawah usia 60 tahun. Seperti penyakit
endokrin lainnya, penyakit addison lebih umum terjadi pada wanita
(LeMone, Priscilla., Karen, M. B., dan Garene, B. 2015).
Etiologi
1. Proses autoimun
2. Bahan-bahan kimia
3. Tuberkulosis
4. Infeksi kronis pada kelenjar adrenal
Manifestasi klinis
1. Sistem integumen: perlambatan penyembuhan luka dan hiperpigmentasi
2. Sistem kardiovaskular: hipotensi postural, aritmia, takikardia
3. Sistem reproduksi: penurunan libido, berkurangnya rambut pubis
4. Sistem saraf pusat: latergi, tremor, labilitas emosi
5. Sistem muskuloskeletal: kelemahan, pengecilan otot, nyeri sendi, nyeri otot
6. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, diare
7. Efek metabolik: hiperglikemia, hiponatrea, dan hipoglikemia
Patofisiologi
Penyakit addison atau hipofungsi adrenokortikal menghasilkan penurunan level
mineralokortikoid (aldosteron), glukokortikoid (cortisol), dan androgen.
Glukokortikoid memicu glukoneogenesis dan memiliki efek anti-insulin. Sehingga
ketika glukokortikoid menurun, glukoneogenesis menurun, sehingga hasilnya
hipoglikemia dan penurunan glikogen hati, menyebakan kelemahan, lelah, anoreksia,
penurunan berat badan, mual, muntah dan mengurangi resistensi terhadap stress.
Selain itu, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH menurun sehingga merangsang
sekresi melanin meningkat dan timbul hiperpigmentasi.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium: Dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pasien
dengan Addison Disease biasanya akan mengalami neutropenia.
 Pemeriksaan Radiologi: Bila penyebab autoimun tak jelas, rontgen dada
dilakukan untuk mencari tuberkulosa, infeksi jamur, dan keganasan.
 Tes Skrining ACTH: Kortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu
bentuk sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Identitas Klien
 Riwayat Kesehatan
 Data Biologis
a. Pola nutrisi:
 Gejala: Anoreksia berat (gejala utama), mual/muntah, kekurangan zat
garam, berat badan menurun dengan cepat.
 Tanda: Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
b. Pola Eliminasi
 Gejala: Diare sampai dengan adanya kontipasi, kram abdomen,
perubahan frekuensi dan karateristik urine.
 Tanda: Diuresis yang diikuti dengan oliguria.
c. Pola Aktivitas
 Gejala: Lelah, nyeri/kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari),
tidak mampu beraktivitas atau bekerja.
 Tanda: Peningkatan denyut jantung/denyut nadi aktivitas yang minimal.
Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi, depresi, gangguan
kosentrasi, penurunan inisiatif/ide, latergi.
 Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernapasan
Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot
bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung. Terdapat
pergesekan dada tinggi. Resonan.
b. Sistem pencernaan
 Mulut dan tenggorokan : anoreksia, bibir kering
 Abdomen: Bentuk simetris. Bising usus meningkat. Nyeri tekan karena
ada kram abdomen. Timpani
c. Sistem endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH
meningkat. Integumen : peningkatan pigmentasi pada kulit, Turgor kulit jelek,
membran mukosa kering, ekstremitas dingin, cyanosis, pucat, terjadi
hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan kuku-kuku pada jari, siku dan
mebran mukosa
d. Integritas ego
Gejala:
 Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk sakit
fisik/pembedahan, perubahan gaya hidup.
 Ketidakmampuan menghadapi stres
Tanda: Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
e. Sistem neurosensori
Gejala:
 Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar.
 Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis,
kelemahan otot.
 Penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stres.
Kesemutan/baal/lemah.
Tanda:
 Disorentasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karna kadar natrium
rendah), latergi.
 Parastesia, paralisis (gangguan fungsi motorik akibat lesi), astenia (pada
keadaan krisis).
 Rasa kecap/penciuman berlebihan, ketajaman pendengaran meningkat.
f. Keamanan
Gejala: Tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas.
Tanda:
 Hiperpigmentasi kulit.
 Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermia (keadaan
krisis).
 Otot menjadi kurus
 Gangguan tidak mampu berjalan.
g. Seksualitas
Gejala : Riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda-tanda seks
sekunder (berkurang rambut-rambut pada tubuh terutama pada wanita)
Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan b.d penurunan natrium
2. Defisit volume cairan b.d penurunan natrium
3. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipoglikemia
4. Intoleransi aktifitas b.d penurunan produksi energi metabolisme, perubahan
kimia tubuh, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan kelemahan otot
5. Gangguan citra tubuh b.d hiperpigmentasi disfungsi seksualitas berhubungan
dengan penurunan libido/perubahan struktur tubuh yang ditandai dengan
perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

Anda mungkin juga menyukai