Anda di halaman 1dari 52

Upaya Penurunan Intensitas Halusinasi Dengan Cara Mengontrol

Halusinasi Di Ruang Antareja Rumah Sakit Marzoeki Mahdi

Kelompok 1:

Annisa Maulina P17120018005

Azizah Kumala Sari P17120018007

Dita Luciana Poetri P17120018010

Dyah Wulandari P17120018012

Jihan Fadhilah Mudianti P17120018021

Melinda P17120018025

Raudina Adhzani P17120018030

Resmita Rosania Alvira P17120018031

Salman Alfarisi P17120018034

Viatri Fatimah P17120018040

Prodi DIII Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JAKARTA 1 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul ”Upaya Penurunan Intensitas Halusinasi dengan Cara
Mengontrol Halusinasi Di Ruang Antareja RS Marzoeki Mahdi” ini disusun untuk
memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Jiwa di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Heni selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini
2. Ibu Dinarti selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini
3. Ibu Cucu selaku pembimbing klinik ptakrik Keperawtaan Jiwa di RS Marzoeki
Mahdi Bogor
4. Pak Asep selaku pembimbing klinik ptakrik Keperawtaan Jiwa di RS Marzoeki
Mahdi Bogor
5. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Bogor, 4 Februari 2021

Penyusun

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus....................................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan......................................................................................................5
1.3.1 Bagi Rumah Sakit...............................................................................................5
1.3.2 Bagi Institusi.......................................................................................................5
1.3.3 Bagi Mahasiswa..................................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................................7
2.1 Definisi Halusinasi......................................................................................................7
2.2 Rentang respon Halusinasi........................................................................................7
2.3 Penyebab.....................................................................................................................7
2.4 Tanda Gejala..............................................................................................................8
2.5 Faktor Predisposisi dan Prespitasi..........................................................................10
2.6 Jenis-Jenis Halusinasi..............................................................................................11
2.7 Psikodinamika..........................................................................................................13
2.8 Akibat Halusinasi.....................................................................................................14
2.9 Mekanisme Koping penderita gangguan halusinasi..............................................15
2.10 Penatalaksanaan.......................................................................................................15
2.11 Pohon Masalah.........................................................................................................18
2.12 Diagnosa Keperawatan............................................................................................18
2.13 Intervensi Keperawatan...........................................................................................19
BAB III Pembahasan...............................................................................................................30
3.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................................30
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................................30
3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................................30
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..............................................................30

2
BAB IV Penutup.......................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................30
3.2 Saran.........................................................................................................................30
Daftar Pustaka..........................................................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
kesehatan adalah suatu keadaan dimana seseorang sehat, baik fisik, mental,
spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap manusia untuk hidup
produktif secara ekonomi dan sosial. Salah satu upaya dalam meningkatkan
derajat kesehatan yaitu dengan cara meningkatkan kesehatan jiwa yang bertujuan
untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal (Wahyuni, 2011). Kesehatan
jiwa merupakn suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan
iniberjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966).
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi
kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain.
Menurut Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas)
departemen kesehatan dan World Health Organization (WHO) pada tahun 2010
memperkirakan hampir dari 450 juta penduduk dunia menderita masalah
gangguan jiwa. Bahkan berdasarkan data studi World Bank dibeberapa Negara
menunjukkan angka prosentase sebanyak 8,1% dari kesehatan global masyarakat
(Global Burden Disease) menderita gangguan jiwa (Rabba, 2014).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, menyatakan jumlah
gangguan jiwa di Indonesia mencapai angka 2,5 juta, dari 150 juta populasi orang
dewasa di Indonesia, dan terdapat 1,74 juta orang mengalami gangguan mental
emosional (Depkes dalam Rabba, 2014). Bahkan 4% dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
gangguan jiwa. Krisis ekonomi di dunia yang semakin berat mengakibatkan
meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, khususnya di Indonesia
yang diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari penduduk Indonesia mengalami
gangguan jiwa, diantaranya adalah skizofrenia (Rabba, 2014).
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan
utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses
fikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan,

4
terutama karena halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi
(Direja, 2011). Sedangkan menurut Herman dalam Yosep (2011) skizofrenia
adalah suatu penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara
berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial. Sebagian besar skizofrenia
menyerang pada usia muda yaitu antara umur 15 tahun sampai umur 30 tahun,
tetapi kebanyakan serangan terjadi pada usia 40 tahun keatas. Skizofrenia
menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial
ekonomi (Yosep, 2011).
Diperkirakan lebih dari 90% klien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep,
2011). Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera yang
tidak terdapat stimulasi terhadap reseptornya (Wahyuni, 2011). Sedangkan
menurut Kusumawati & Hartono (2010), halusinasi adalah hilangnya suatu
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar) sehingga tanpa adanya suatu objek atau
rangsangan yang nyata klien dapat memberikan suatu persepsi atau pendapat
tentang lingkungan.

Gambar 1: Rentang respon


Respon adaptif Respon

maladaptif

1. Pikiran logis. 1. Distorsi 1. Gangguan


2. Persepsi akurat. pikiran. fikiran/delusi.
3. Emosi konsisten 2. Ilusi. 2. Sulit
dengan 3. Reaksi emosi. merespon
pengalaman. 4. Perilaku aneh. emosi.
4. Perilaku sesuai. 5. Menarik diri. 3. Perilaku
5. Berhubungan disorganisasi
sosial. .
Sumber: Dermawan& Rusdi (2013)

5
Halusinasi dibagi menjadi empat fase.Fase yang pertama yaitu fase
comforting (halusinasi bersifat menyenangkan), fase yang kedua yaitu fase
condemming (halusinasi bersifat menjijikkan), fase yang ketiga yaitu fase
controlling (halusinasi bersifat mengontrol atau mengendalikan), fase ke empat
yaitu fase conquering (halusinasi bersifat menakutkan dan klien sudah dikuasai
oleh halusinasinya) (Dermawan & Rusdi, 2013).
Halusinasi sendiri dibagi menjadi lima jenis yaitu halusinasi pendengaran,
penglihatan, pengecap, pencium, dan halusinasi perabaan (Dermawan & Rusdi,
2013). Meskipun jenisnya bervariasi, tetapi sebagian besar klien dengan
halusinasi 70%nya mengalami halusinasi pendengaran (Yosep, 2011). Klien yang
mengalami halusinasi pendengaran sumber suara dapat berasal dari dalam
individu sendiri atau dari luar individu. Suara yang didengar klien dapat
dikenalinya, suara dapat tunggal ataupun multiple atau bisa juga semacam bunyi
bukan suara yang mengandung arti. Isi suara dapat berupa suatu perintah tentang
perilaku klien sendiri dan klien sendiri merasa yakin bahwa suara ini ada
(Trimelia dalam Rabba, 2011). Klien yang mengalami halusinasi pendengaran
seperti ini disebabkan oleh ketidakmampuan klien dalam menghadapi suatu
stressor dan kurangnya kemampuan klien dalam mengenal dan mengontrol
halusinasi pendengaran tersebut (Maramis, 2009).
Pengontrolan halusinasi pendengaran dapat dilakukan dengan empat cara,
yaitu menghardik halusinasi, mengkonsumsi obat dengan teratur, bercakap-cakap
dengan orang lain, melakukan aktivitas secara terjadwal (Muhith, 2015). Masalah
gangguan jiwa kini semakin mudah ditemui di Kota Bogor. Hingga bulan ini
mencatat ada 1.021 warga yang mengalami gangguan kejiwaan berat.
Penyebabnya pun tak hanya karena depresi, putus cinta atau pun masalah
ekonomi. Dinkes menemukan beberapa pasien gangguan jiwa karena faktor
genetik.
Seksi P2PTM, Kesjiwa dan Kes-Olahraga pada Dinkes Kota Bogor, drg Firy
Triyanti menuturkan, 1.021 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tersebut
merupakan hasil laporan di setiap wilayah kerja puskesmas kota bogor tahun
ini.”prediksi memang bakalan meningkat tiap tahun, apalagi di tahun
2020,”jelasnya kepada radar bogor yang dikutip pada tanggal 04-02-2021.

6
Pravalensi untuk diagnosa gangguan sensori persepsi yang ada diruangan
Antareja RSMM terdapat pasien sejumlah 20 orang yang mana sebagian besar
mengalami gangguan sensori persepsi.
Berdasarkan latar belakang tersebut kelompok tertarik untuk melakukan
penulisan makalah dengan judul upaya penurunan intensitas halusinasi dengan
cara mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep teori gangguan sensori persepsi
halusinasi sehingga dapat menerapkan proses keperawatan dan memperoleh
gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu memahami konsep teori gangguan sensori persepsi
halusinasi yang meliputi Definisi, Penyebab, jenis-jenis, rentang respon,
proses terjadinya masalah, tanda gejala, akibat, mekanisme koping klien
dengan halusinasi, pohon masalah, dan Konsep Asuhan Keperawatannya.
b. Mahasiswa mampu menggambarkan pelaksanaan dan hasil pengkajian
yang dilakukan pada Ny. N dengan Gangguan sensori persepsi halusinasi
di Ruangan Antareja RS Marzoeki Mahdi.
c. Mahasiswa mampu menentukan Diagnosa Keperawatan yang tepat pada
Ny. N dengan Gangguan sensori persepsi halusinasi di Ruangan Antareja
RS Marzoeki Mahdi.
d. Mahasiswa mampu menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien sekaligus sesuai dengan diagnosa keperawatan pada Ny. N dengan
Gangguan sensori persepsi halusinasi di Ruangan Antareja RS Marzoeki
Mahdi.
e. Mahasiswa mampu menggambarkan pelaksanaan dari intervensi
keperawatan yang disusun untuk Ny. N dengan Gangguan sensori persepsi
halusinasi di Ruangan Antareja RS Marzoeki Mahdi.

7
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi terhadap intervensi yang sudah
diterapkan pada Ny. N dengan Gangguan sensori persepsi halusinasi di
Ruangan Antareja RS Marzoeki Mahdi..

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan laporan ini dapat menjadi tambahan referensi objektif kasus
dengan masalah gangguan sensori persepsi halusinasi di Ruangan Antareja RS
Marzoeki Mahdi yang sekiranya dapat membantu dalam proses keperawatan
kelak dengan masalah yang sama.

1.3.2 Bagi Institusi


Diharapkan laporan ini dapat menambah referensi bacaan di
perpustakaan Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 sehingga dapat bermanfaat untuk
seluruh civitas akademika yang membutuhkannya.

1.3.3 Bagi Mahasiswa


Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mahasiswa mengenai kasus dengan gangguan sensori persepsi
halusinasi serta Asuhan keperawatannya secara objektif sesuai dengan yang
terjadi dilapangan.

1.4 Sistematika Penulisan


Laporan ini disusun berdasarkan sumber yang diperoleh melalui buku. Referensi
yang kami ambil berasal dari e-library Poltekkes Kemenkes Jakarta1. Kami
membutuhkan waktu 5 hari untuk menyelesaikan laporan ini dimulai tanggal 2 - 6
Februari 2021. Adapun unsur masing-masing bagian dan penjelasannya secara
detail serta pengertian lengkap diuraikan sebagai berikut :
1. Bagian awal Sistematika Penulisan terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
a. Lembar Judul adalah identitas yang memberikan gambaran mengenai isi
laporan.
b. Kata Pengantar berisikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu pembuatan laporan.

8
c. Daftar Isi adalah suatu daftar yang membuat gambaran isi laporan secara
menyeluruh.
2. Bagian Isi Sistematika Penulisan terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
a. Bab I Pendahuluan :
1) Latar Belakang Permasalahan adalah fenomena permasalahan dalam
lingkungan yang diamati.
2) Tujuan Penulisan Makalah adalah uraian tujuan dan hal yang ingin
dicapai mengenai penulisan laporan ini.
b. Bab II Tinjauan Teori :
Adalah kumpulan teori yang digunakan dalam pembuatan laporan, penulis
menggunakan teori yang bersumber dari buku-buku e-library Poltekkes
Kemenkes Jakarta I tentang Keperawatan Jiwa.
c. Bab III Pelaksanaan Asuhan Keperawatan :
Berisi kasus yang diangkat oleh kelompok 1 beserta proses
keperawatannya yang terdiri dari hasil pengkajian, analisa data,
pengangkatan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
3. Bagian Penutup (BAB IV) Sistematika Penulisan terdiri dari beberapa unsur
sebagai berikut :
a. Kesimpulan adalah jawaban atas permasalahan kasus.
b. Saran merupakan tindak lanjut dari kesimpulan.
4. Bagian Akhir dalam Format sistematika dalam penulisan terdiri dari beberapa
unsur sebagai berikut :
Daftar Pustaka memiliki pengertian sumber bacaan ilmiah yang digunakan
untuk penulisan laporan.

9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Halusinasi
Adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
kenyataan seperti melihat bayangan atau suara suara yang sebenarnya tidak
ada.(Yudi hartono, 2012:107)

2.2 Rentang respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesendirian Manipulasi

Otonomi Menarik Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narsisme

Keadaan Saling tergantung

(Yudi hartono, 2012:107)

2.3 Penyebab
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
(Biologis,Psikologis dan sosial)
a. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan
gangguan seperti :
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal,temporal dan
citim limbik .Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar,daya ingat dan berbicara.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal
neonatus dan kanak kanak

10
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam hidup
klien. Penolakan dapat dirasakan dari keluarga,pengasuh atau teman yang
bersikap dingin,cemas,tidak peduli atau bahkan terlalu melindungi
sedangkan kekerasan dapat bisa berupa konflik dalam rumah tangga
merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan yang
terisolir disertai stres yang menumpuk.(Yudi hartono, 2012:108)

2.4 Tanda Gejala


Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacau terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain, ketakutan
i. Sulit membuat keputusan
j. Mudah tersinggung
k. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
l. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendiri
m. Muka merah kadang pucat
n. Ekspresi wajah tegang
o. Tekanan darah meningkat
p. Nadi cepat
q. Banyak keringat (Yudi Hartono, 2012:109)

11
Menurut Stuart (2007) faktor penyebab halusinasi adalah :

a. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologi
Abnormalita perkembangan syaraf berhubungan dengan respon
neurologis yang mal adaptif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian sebagai berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofren.
b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotranmitter yang
berlebihan.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
2) Faktor Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tidnakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Faktor Sosial Budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang
terisolasi.
b. Faktor Presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan. (Kelliat, 2006).

Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putara balik otak, yang mengatur


proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak akibat ketidakmmapuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stressor


lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

2.5 Faktor Predisposisi dan Prespitasi


Menurut Stuart (2007) faktor penyebab halusinasi adalah :

12
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologi
Abnormalita perkembangan syaraf berhubungan dengan respon
neurologis yang mal adaptif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan
oleh penelitian-penelitian sebagai berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofren.
b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotranmitter
yang berlebihan.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia.
2) Faktor Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tidnakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Faktor Sosial Budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang
terisolasi.
b. Faktor Presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan. (Kelliat, 2006)

Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :


a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putara balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

13
otak akibat ketidakmmapuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

2.6 Jenis-Jenis Halusinasi


Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit
tertentu,seperti skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba ,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis jenis
halusianasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia
a. Halusinasi Pendengaran (Audio)
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari
bunyi,musik,kebisingan atau suara.Mendengar suara ketika tidak ada
stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi
audio pada penderita gangguan mental.Suara dapat didengar baik di
dalam kepala maupun di luar kepala seseorang dan umumnya dianggap
lebih parah ketika hal tersebut datang dari luar kepala,suara bisa datang
berupa suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab.Pada
penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara suara dua
orang atau lebihyang berbicara pada satu sama lain,ia mendengar suara
berupa kritikan atau komentar tentang dirinya ,prilaku atau pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan.isi dari
halusinasi dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti
manusia.Misalnya,seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.biasanya
pengalaman ini tidak menyenangkan.Misalnya seorang individu mungkin
mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus menerus.Jenis
halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti epilepsi
dibandingkan pada gangguan mental

14
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah ,urin,feses asap atau daging
busuk .Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra penciuman.
Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus, trauma, tumor
otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan.
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh .Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu paX CASda saat seseorang mengalami perasaan tubuh
mereka merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau
pergeseran sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami
penyerahan oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam
perut. (Yudi hartono;2012;109)

2.7 Psikodinamika
Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling
sering terjadi,dapat berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat
mempengaruhi perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti
berbicara sendiri,marah,atau berespon lain yang membahayakan diri sendiri
orang lain dan lingkungan. (Yudi Hartono, 2012:108)
Tahap halusinasi
a. Sleep desorder
Sleep desorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul
halusinasi

15
1) Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah,ingin menghindar
dari lingkungan takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak
masalah.
2) Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga
terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal sebagai pemecah
masalah

b. Comforthing

Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan.cemas sedang

1) Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti


cemas,kesepian,rasa bersalah,takut,dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas.
2) Perilaku : Klien terkadang tersenyum,tertawa sendiri,menggerakan
bibir tanpa suara,pergerakan mata yang cepat respon verbal yang
lambat,diam dan berkonsentrasi
c. Condeming
Condeming adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan : Cemas berat

1) Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan


menakutkan.Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba
untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
presepsikan.Klien mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman
sensori dan menarik diri dari orang lain

2) Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda tanda sistem syaraf


otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut
jantung,pernafasan dan tekanan darah,rentang perhatian dengan
lingkungan berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman
sendori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.

d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa : Cemas
berat

16
1) Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.
2) Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi,sulit
berhubungan dengan orang lain,respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang,biasanya hanya beberapa detik saja.
e. Conquering

Concuering adalah tahap halusinasi panik umumnya menjadi melebur


dalam halusinasi

1) Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika


mengikuti perintah halusinasi.
2) Perilaku : Perilaku panik,resiko tinggi mencederai,bunuh diri atau
membunuh orang lain.(Yudi Hartono, 2012:108)

2.8 Akibat Halusinasi


Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,orang lain
dan lingkungan.ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya.
(Damayanti dan Iskandar, 2012:56)

2.9 Mekanisme Koping penderita gangguan halusinasi


a. Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor: pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu
b. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
c. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
d. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah
dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas (Damayanti
dan Iskandar; 2012:58)

2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

17
a. Medis (Psikofarmaka) (Yosep, 2011)
1) Chlorpromazine, Indikasi : Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis
yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu.
Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti
tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan
rutin.Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.Efek samping :
Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar, Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik
atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung, Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia
akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia
regiditas.Kontra indikasi : seperti penyakit hati, penyakit darah,
epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris
(panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat),
gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.Penggunaan obat :
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan
3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi
menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP), Indikasi : Indikasi dalam pemberian obat ini,
yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-
hari.Mekanisme kerja : Obat anti psikis ini dapat memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya
system limbic dan system pyramidal.Efek samping : Sedasi dan
inhibisi psikomotor. Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung.Kontra indikasi : Kontra indikasi obat ini

18
seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat,
penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.Penggunaan
obat : Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya
dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam.
Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP), Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu
segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi
obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa
penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya
reserpina dan fenotiazine.Mekanisme kerja : Obat ini sinergis
(bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan
antikolinergik lainnya.Efek samping : Mulut kering, penglihatan
kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang
menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal,
retensi urine.Kontra indikasi :Kontra indikasinya seperti hipersensitif
terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran
edema.Penggunaan obat : Penggunaan obat ini di berikan pada klien
dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.

b. Non Farmakologi
1) Menciptakan lingkungan yang terapeutik, Untuk mengurangi tingkat
kecemasan ,kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi
sebaiknya pada permulaan dilakukan secara individu dan usahakan
terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh atau dipegang
2) Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak
obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang
di terimanya.pendekatan sebaiknya secara persuasif tapi nstruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul di telanya
serta reaksi obat yang diberikan.

19
3) Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat
dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebabab
timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
4) Memberi aktifitas kepada pasien, Pasien di ajak mengaktifkan diri
untuk melakukan gerakan fisik,misalnya berolahraga,bermain,atau
melakukan kegiatan untul menggali potensi keterampilan dirinya
5) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan,
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan
keperawatan.
6) Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi
berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok. (Budi ana dkk,
2011:147)

2.11 Pohon Masalah


Resiko Perilaku Kekerasan (Efect)

Perubahan sensori persepsi Halusinasi (Core Problem)

Isolasi sosial (Causa)

(Budi ana dkk;2011;148)

20
2.12 Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan
sensori persepsi halusinasi pendengaran antara lain :

1. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Penglihatan dan Pendengaran D.0085


2. Isolasi Sosial b.d Perubahan Status Mental D.0121
3. Harga Diri Rendah Situasional b.d Riwayat Penolakan D.0087

21
2.13 Intervensi Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HALUSINASI

DX PERENCANAAN
KEPERAWA
TAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL

Gangguan TUM: 1.      Setelah 3x interaksi 1.      Bina hubungan saling percaya Bila sudah terbina hubungan saling
sensori klien menunjukkan dengan menggunakan prinsip komunikasi percaya diharapkan klien dapat
persepsi: Klien dapat tanda-tanda percaya terapeutik: kooperatif, sehingga pelaksanaan
halusinasi mengontrol kepada perawat: asuhan keperawatan dapat berjalan
(lihat/dengar/ halusinasi yang □  Sapa klien dengan ramah baik verbal dengan
dialaminya o  Ekspresi wajah maupun non verbal
penghidu/rab bersahabat
a/ □  Perkenalkan nama, nama panggilan
o  Menunjukkan rasa dan tujuan perawat berkenalan
kecap) TUK 1: senang
□  Tanyakan nama lengkap dan nama
Klien dapat o  Ada kontak mata panggilan yang disukai klien
membina
hubungan saling o  Mau berjabat tangan □  Buat kontrak yang jelas
percaya
o  Mau menyebutkan □  Tunjukkan sikap jujur dan menepati
nama janji setiap kali interaksi

o  Mau menjawab salam □  Tunjukkan sikap empati dan menerima


apa adanya
o  Mau duduk
berdampingan dengan □  Beri perhatian kepada klien dan
perawat

22
o  Bersedia perhatikan kebutuhan dasar klien
mengungkapkan masalah
yang dihadapinya □  Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
 
□  Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien 

TUK 2: 2.1  Setelah 3x interaksi 2.1.1        Adakan kontak sering dan  kontak sering dan singkat
klien menyebutkan: singkat secara bertahap selain upaya membuna
Klien dapat hubungan saling percaya juga
mengenal o  Isi dapat memutuskan halusinasi
halusinasinya
o  Waktu  mengenal perilaku pada saat
o  Frekuensi halusinasi timbul,
memudahkan perawat dalam
o  Situasi dan kondisi melakukan intervensi
yang menimbulkan
halusinasi 2.1.2        Observasi tingkah laku klien  mengenal halusinasi
terkait dengan halusinasinya memungkinkan klien untuk
(*dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika menghindari factor pencetus
menemukan klien yang sedang timbulnya halusinasi
halusinasi:

□   Tanyakan apakah klien mengalami


sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)

□   Jika klien menjawab ya, tanyakan apa

23
yang sedang dialaminiya

□   Katakan bahwa perawat percaya klien


mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau  dengan mengetahui waktu,
menghakimi) isi, dan frekuensi timbulnya
□   Katakan bahwa ada klien lain yang halusinasi mempermudah
mengalami hal yang sama tindakan keperawatan yang
akan dilakukan perawat
□   Katakan bahwa perawat akan
membantu klien  untuk mengidentifikasi
pengaruh halusinasi pasien,
2.2.3        Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan
dengan klien:

□   Isi , waktu dan frekuensi terjadinya


halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau
sering dan kadang-kadang)

□   Situasi dan kondisi yang


menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi

2.2  Setelah 3x interaksi 2.2.1        Diskusikan dengan klien apa  untuk mengetahui koping
klien menyatakan yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan

24
perasaan dan responnya beri kesempatan untuk mengungkapkan yang digunakan oleh klien
saat mengalami perasaannya.
halusinasi:  agar klien mengetahui akibat
2.2.2        Diskusikan dengan klien apa dari menikmati halusinasi
o  Marah yang dilakukan untuk mengatasi perasaan sehingga klien meminimalisir
tersebut. halusinasinnya
o  Takut
2.2.3        Diskusikan tentang dampak
o  Sedih yang akan dialaminya bila klien
o  Senang menikmati halusinasinya

o  Cemas

o  Jengkel

TUK 3: 3.1  Setelah 3x interaksi 3.1  Identifikasi bersama klien cara atau  upaya untuk memutuskan
klien menyebutkan tindakan yang dilakukan jika terjadi siklus halusinasi sehingga
Klien dapat tindakan yang biasanya halusinasi (tidur, marah, menyibukkan halusinasi tidak berlanjut
mengontrol dilakukan untuk diri, dll).
halusinasinya mengendalikan  reinnforcement positif dapat
halusinasi. meningkatkan harga diri klien

3.2  Setelah 3x klien


menyebutkan cara baru
mengontrol halusinasi.

25
3.3  Setelah 3x klien 3.2  Diskusikan cara yang digunakan
dapat memilih dan klien,
memperagakan cara
mengatasi halusinasi □  Jika cara yang digunakan adaptif beri
pujian  memberikann alternative
(dengar/lihat/penghidu/ra pilihan bagi klienn untuk
ba/kecap). □  Jika cara yang digunakan maladaptif mengontrol lingkungan
3.4  Setelah 3x klien diskusikan kerugian cara tersebut.
melaksanakan cara yang 3.3  Diskusikan cara baru untuk
telah dipilih untuk memutus/ mengontrol timbulnya
mengendalikan halusinasi:
halusinasinya.
□  Katakan pada diri sendiri bahwa ini
3.5  Setelah 3x klien tidak nyata (“saya tidak mau dengar/lihat/
mengikuti terapi aktivitas penghidu/raba/kecap pada saat halusinasi
kelompok terjadi).

□  Menemui orang lain


(perawat/teman/anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya

□  Membuat dan melaksanakan jadwal


kegiatan sehari-hari yang telah disusun.
 memotivasi dapat
□  Meminta keluarga/teman/ perawat meningkatkan kegiatan klien
menyapa jika sedang berhalusinasi. untuk mencoba memilih salah
3.4  Bantu klien memilih cara yang sudah satu cara mengendalikan
halusinasi dan dapat

26
dianjurkan dan latih untuk mencobanya meningkatkan harga diri klien

3.5  Beri kesempatan untuk melakukan  memberi kesempatan pada


cara yang dipilih dan dilatih klien untuk mencoba cara
yang dipilih
3.6  Pantau pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil beri  Stimulasi persepsi dapat
pujian mengurangi perubahan
interprestasi realitas klien
3.7  Anjurkan klien mengikuti terapi
akibat halusinasi
aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi

TUK 4: 4.1  Setelah 3x 4.1  Buat kontrak dengan keluarga untuk  Untuk mendapatkan bantua
pertemuan keluarga pertemuan (waktu, tempat, dan topik). keluarga mengontrol
Klien dapat menyatakan setuju untuk halusinasi
dukungan dari mengikuti pertemuan 4.2  Diskusikan dengan keluarga (pada
keluarga dalam dengan perawat. saat pertemuan keluarga/kunjungan  Untuk mengetahui
mengontrol rumah) pengetahuan keluarga dan
halusinasinya 4.2  Setelah 3x interaksi meningkatkan kemampuan
keluarga menyebutkan □   Pengertian halusinasi
pengetahuan tentang
pengertian, tanda dan □   Tanda dan gejala halusinasi halusinasi
gejala, proses terjadinya
halusinasi dan tindakan □   Proses terjadinya halusinasi.  Agar keluarga dapat merawat
untuk mengendalikan klien atau anggota keluarga
□   Cara yang dapat dilakukan klien dan lain yang berhalusinasi
halusinasi
keluarga untuk memutus halusinasi. dirumah
□   Obat-obatan halusinasi.

27
□   Cara merawat anggota keluarga yang  Keluarga klien menjadi tahu
halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan cara mencari bantuan jika
biarkan sendiri, makan bersama, halusinasi tidak dapat diatasi
bepergian bersama, memantau obat- dirumah
obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi).

□   Beri informasi waktu kontrol ke


rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi
di rumah.

TUK 5: 5.1  Setelah 3x interaksi 5.1  Diskusikan dengan klien tentang  Dengan menyebutkan dosis,
klien menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum obat, frekuensi, manfaat obat,
Klien dapat nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan diharapkan klien
memanfaatkan obat o   Manfaat minum obat efek samping penggunaan obat. melaksanakan program
dengan baik
o   Kerugian tidak minum 5.2  Pantau klien saat penggunaan obat. pengobatan
obat
 Menilai kemampuan klien
5.3  Beri pujian jika klien menggunakan
o   Nama, warna, dosis, dalam pengobatanya sendiri
obat dengan benar.
efek samping obat
 Program pegobatan dapat
5.4  Diskusikan akibat berhenti minum
5.2  Klien berjala sesuai rencana dengan
obat tanpa konsultasi dengan dokter.
mendemonstrasikan mengetahui prinsip
penggunaan obat dengan 5.5  Anjurkan klien untuk konsultasi penggunaan obat, maka
benar. kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal kemandirian klien untuk
yang tidak diinginkan pengobatan dapat

28
5.3  Interaksi klien ditingkatkan secara bertahap.
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter

29
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

DX PERENCANAAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN TUJUAN
Isolasi Sosial TUM:
Klien dapat 1. Setelah 3kali interaksi 1. bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
berinteraksi dengan klien menunjukkan dengan: merupakan dasar dari terjadinya
orang lain tanda-tanda percaya o beri salam setiap berinteraksi komunikasi terapeutik sehingga
terhadap perawat: o perkenalkan nama, nama akan memfalisitasi dalam
TUK 1: o Berwajah cerah, panggilan perawat, dan tujuan pengungkapan perasaan, emosi,
Klien dapat tersenyum perawat berkenalan dan harapan klien.
membina hubungan o Mau berkenalan o tanyakan dan panggil nama
saling percaya o Ada kontak mata kesukaan klien
o Bersedia o tunjukkan sikap jujur dan
menceritakan menepati janji setiap kali
perasaanya berinteraksi
o Bersedia o tanyakan perasaam klien dan
mengungkapkan masalah yang dihadapi klien
masalahnya o buat kontak interaksi yang jelas
o dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien

TUK 2: 1. setelah 3kali interaksi 1. tanyakan kepada klien tentang: o Bila klien sudah mau
Klien mampu klien dapat o orang yang tinggal mengungkapkan semua
menyebutkan menyebutkan minimal serumah/teman sekamar klien perasaanya akan
penyebab menarik satu penyebab dari o orang yang paling dekat dengan mempermudahkan perawat
diri menarik diri: klien dirumah/ diruang melaksanakan asuhan
o diri sendiri perawatan keperawatanya
o orang lain o apa yang membuat klien dekat
o lingkungan dengan orang tersebut

30
o orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah/ diruang
perawatan
o apa yang membuat klien dengan
orang tersebut
o Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
o Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang orang
lain

2.Diskusikan dengan klien penyebab


menarik diri / tidak mau bergaul
dengan orang lain o Untuk mengidentifikasi apa
yang menyebabkan klien
menarik diri dan untuk menilai
perasaan klien bila tidak
berinteraksi
3.Beri pujian terhadap kemampuan o Untuk meningkatkan harga
klien mengungkapkan perasaanya diri dan percaya diri klien.

TUK 3 : 3.Setelah 3kali interaksi 1.Tanyakan pada klien tentang : o Tingkat pengetahuan
Klien mampu dengan klien dapat o Manfaat hubungan sosiial membantu perawat
menyebutkan menyebutkan keuntungan o Kerugian menarik diri mengarahkan klien untuk
keuntungan berhubungan sosial, berhubungan dengan orang
berhubungan sosial misalnya : lain
dan kerugian o Banyak teman
menarik diri o Tidak kesepian 2.Diskusikan bersama klien tentang
o bisa diskusi manfaat berhubungan sosial dan o Mengidentifikasikan
o Saling menolong kerugian menarik diri kemampuan yang dimiliki

31
klien dan untuk meningkatkan
harga diri dan percaya diri
Dan kerugian menarik klien
diri misalnya : 3.Beri pujian terhadap kemampuan o Reinforcement positif akan
o Sendiri klien mengungkapkan perasaannya menambah rasa percaya diri
o Kesepian klien
o Tidak bisa diskusi

TUK 4 : 4.Setelah 3kali interaksi 1.Observasi perilaku klien tentang o Dengan berhubungan secara
Klien dapat klien dapat melaksanakan berhubungan sosial bertahap, diharapkan klien
melaksanakan hubungan soosial secara mampu mengadopsi perilaku
hubungan sosial bertahap dengan : 2.Beri motivasi dan bantuu klien untuk tersebut dan memudahkan
secara bertahap o Perawat berkenalan / berkomunikasi dengan: klien mengingat berhubungan
o Perawat lain o Perawat yang telah dilakukan.
o Klien lain o Perawat lain o Melakukan hubungan secara
o Kelompok o Klien lain bertahap mengurangi
o Kelompok kecemasan klien dalam
berhubungan dengan orang
3.Libatkan klien dalam terapi aktivitas lain dalam meminimalkan
kelompok sosialisasi kekecewaan dan
meningkatkan kepercayaan
4.Diskusikan jadwal harian yang diri dalam berhubungan
dilakukan untuk meningkatkan dengan orang lain
kemampuan klien bersosialisasi o Melibatkan klien dalam
aktivitas kelompok akan
5.Beri motivasi klien untuk melakukan membuat klien merasa
kegiatan sesuai jadwal yang telah diperlukan dan merasa harga
dibuat dirinya bertambah
o Meningkatkan rasa percaya
6.Beri pujian terhadap kemampuan diri klien, sehingga klien akan

32
klien memperluas pergaulanya melalui mengulangi perbuatan yang
aktifitas yang dilaksanakan serupa

TUK 5 : 5.Setelah 3kali interaksi 1.Diskusikan dengan klien tentang o Dengan mengetahui perasaan
Klien mampu klien dapat menyebutkan perasaanya setelah berhbungan sosial klien akan mempermudah
menjelaskan perasaanya setelah dengan : perawat untuk melakukan
perasaanya setelah berhubungan sosial o Orang lain intervensi selanjutnya dan
berhubungan social dengan : o Kelompok untuk menilai kepuasan klien
o Orang lain dan hambatan dalam
o Kelompok 2.Beri pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang
klien mengungkapkan perasaaanya lain. Meningkatkan harga diri
klien dan memotivasi klien
untuk berhubungan dengan
orang lain

TUK : 6 1.Setelah 3kali 1.Diskusikan pentingya peran serta o dukungan keluarga


Klien mendapat pertemuan, keluarga keluarganay sebagai pendukung untuk mendukung proses perubahan
dukungan keluarga dapat menjelaskan : mengatasi perilaku menarik diri perilaku menarik diri yang
dalam memperluas o pengertian menarik dialami klien
hubungan sosial diri 2.Diskusikan potensi keluarga untuk
o tanda dan gejala membantu klien mengatasi perilaku o untuk meningkatkan motivasi
menarik diri menarik diri klien dalam berhubungan
o penyebab dan akibat dengan orang lain
menarik diri 3.Jelaskan pada keluarga tentang : o untuk memberikan
o cara merawat klien o pengertian menarik diri pengetahuan kepada keluarga
menarik diri o tanda dan gejala menarik diri sehingga keluarga dapat
o penyebab dan akibat menarik diri memahami cara yang tepat
o cara merawat klien menarik diri dalam menangani klien dan
pentingnya perhatian keluarga
2.Setelah 3kali 4.Latih keluarga cara merawat klien

33
pertemuan, keluarga menarik diri o agar keluarga dapat merawat
dapat mempraktekkan 5.Tanyakan perasaan keluarga setelah klien dirumah secara mandiri
cara merawat klien mencoba cara yang dilatihkan o untuk meningkatkan motivasi
menarik diri 6.Beri motivasi keluarga agar klien dalam berhubungan
membantu klien bersosialisasi dengan orang lain
7.Beri pujian pada keluarga atas o untuk memotivasi keluarga
keterlibatannya merawat klien agar terus membantu klien
dirumah sakit

34
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Dx Perencanan
keperawata
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
n
Gangguan TUM:
konsep diri Klien memiliki
Harga diri konsep diri yang
rendah positif setelah 3x
pertemuan

TUK 1: Setelah 3x interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan Perasaan aman dan percaya dapat
Klien dapat klien menunjukkan menggunakan prinsip komunikasi membantu klien mengungkapkan
membina hubungan ekpresi wajah terapeutik: pikiran, perasaan dan
saling bpercaya bersahabat, menunjukan  Sapa klien dengan ramah baik permasalahannya.
dengan perawat rasa senang, ada kontak verbal maupun nonverbal
mata, mau berjabat  Perkenalkan diri dengan sopan
tangan, mau  Tanyakan nama lengkap dana
menyebutkan nama, mau nama panggilan yang disukai
menjawab salam, klien klien
mau duduk  Jelaskan tujuan pertemanan

35
berdampingan dengan  Jujur dan menepati janji
perawat, mau  Tunjukkan sikap empati dan
mengutarakan masalah menerima klien apa danya.
yang dihadapi  Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
TUK 2: Setelah 3kali interaksi Diskusikan tentang: Pengungkapan tentang kemampuan
Klien dapat klien dapat  Sejumlah kemampuan dan aspek diri yang diperlukan untuk merubah
mengidentifikasi menyebutkan: yang dimiliki pasien seperti diri klien dan tindakan selanjutnya
kemampuann dan  Aspek positif dan kegiatan pasien dirumah sakit,
aspek positif yang kemampuan yang dirumah, didalam keluarga dan
masih dimiliki dimiliki klien lingkungan.
pasein  Aspek positif  Kemampuan yang dimiliki klien. Untuk meningkatkan harga diri klien
keluarga  Beri pujian yang realistik atau
 Aspek positif nyata dan hindarkan setiap kali
lingkungan bertemu dengan pasien penilaian
yang negatif
TUK 3 : Setalah .. klien interaksi Diskusikan tentang pasien kemampuan Penilaian klien terhadap positf
Klien dapat menilai pasien dapat dapat digunakan saat ini dirinya bisa membantu aktualisasi
kemampuan yang menyebutkan  Bantu pasien menyebutkannya diri
dapat digunakan kemampuan yang dapat dan menberi penguatan terhadap
ia lakukan kemampuan diri yang

36
diungkapkan pasien.
 Perhatikan respon yang kondusif
dan menjadi pendebngaran yang
aktif
TUK 4 : Setalah 3 kali interaksi  Rencanakan bersama klien Oerencanaan yang baik membantu
Bantu pasein dapat membuat rencana aktivitas yang dapat dilakukan klien memilih potensi mana yang
memilih/menetapka kegiatan harian setiap hari sesuai kemampuan ingin dikembangkan
n kemampuan yang klien: kegiatan mandiri, &
akan dilatih kegiatan dengan bantuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan Melatih klien untuk melaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan kegiatan yang dapat klien lakukan
TUK 5 : Setelah 3 kali interaksi  Anjurkan klien untuk Implementasi dapat membuat klien
Klien dapat klien melakukan melaksanakan kegiatan yang telah semakin yakin dengan dirinya
melakukan kegiatan kegiatan sesuai jadwal direncanakan
sesuai rencana yang dibuat  Pantau kegiatan yang Menungkatkan harga diri klien
yangdibuat dilaksanakan klien
 Beri pujian atas usaha yang
dilkakukan klien
 Diskusikan kemungkinan

37
pelaksana kegiatan setelah pulang
TUK 6 : Setelah 3 kali interaksi  Beri pendidikan ksehatan pada Dukungan yang terbaik bagiklien
Klien dapat klien memanfaatkan keluarga tentang cara merawat adalah orang sekitarnya terutama
memanfaatkan sistem pendukung yang klien dengan harga diri rendah keluarganya
sistem pendukung ada dikeluarga  Bantu keluarga memberikan
yang ada dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan Dukungan keluarga dapat membantu
linkungan dirumah meningkatkan harga diri klien

38
BAB III
Pembahasan
Pada bab ini kelompok akan membahas proses asuhan keperawatan pada Ny. N dengan
Ganggua Sensori Persepsi yang dilakukan mulai tanggal 2 Februari 2021 di Ruang
Antareja RS. Dr H. Marzoeki Mahdi. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan
pada aspek kehidupan proses keperawatan yang terjadi dilapangan yang terdiri dari
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan.

3.1 Pengkajian Keperawatan


I. Pengkajian
1. Tanggal pengkajian : 02 febuari 2021
2. Ruang rawat : antareja
3. Tanggal rawat : 27 januari 2021
4. No RM : 0311385
5. Diagnosa medis : skizofrenia paranoid
II. Identitas klien
1. Nama : NY. N
2. Umur : 35 th
3. Status perkawinan : Belum menikah
4. Agama : Islam
5. Suku bangsa : Sumatra barat
6. Pendidikan : SLTA
7. Alamat : Jl. H Mawi gg. Purnama I no. 18 rt. 04
rw. 05 desa waru jaya, parung bogor, 16330.
8. Sumber informasi : klien dan rekam medik
III. Alasan masuk:
Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 27 januari 2021 oleh ibunya
karena klien sering marah – marah, sulit tidur, sering main air dikamar
mandi, bicara sendiri, mengamuk, merusak barang dirumah. Faktor
pencetusnya putus obat selama 5 bulan. Karena pasien punya riwayat
gangguan jiwa dan pernah di berikan perawatan rawat jalan.

39
IV. Faktor predisposisi
Klien mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan pernah di rawat jalan
dengan alasan suka marah – marah, sulit tidur, sering main air dikamar
mandi, bicara sendiri dan melihat bayangan – bayangan, serta pasien
sering mengamuk dan merusak barang. Klien mengatakan pernah tidak
naik kelas dan ingin sekali segera menikah tetapi tidak ada calon dan tidak
bisa berdekatan (PDKT) dengan teman cowonya. Klien sering di marahi
karna suka mencolok duburnya disebabkan BAB yang tidak lancar dan
keras. Klien mengatakan pernah juga dipukuli oleh ibu sambungnya.
Keluarga klien mengatakan bahwa pasien putus obat selama ± 5 bulan
yang lalu.
V. Pemeriksaan fisik
Saat melakukan pemriksaan fisik tanda tanda vital klien yaitu: TD= 100/
80 mmHg, N = 80 x/ mnt, RR = 20 x/ mnt, S = 36○C, TB = 173 cm, BB =
53 kg. Saat wawancara klien tidak mengeluh adanya gangguan fisik, tidak
ada nyeri yang klien rasakan.
VI. Psikososial
1. Genogram
Tidak dapat dikaji
2. Konsep diri
a. Gambaran diri: klien mengatakan menyukai rambutnya yang halus
dan pendek . klien suka membantu orang tua dan mengakui bahwa
dirinya seorang wanita cantik
b. Identitas: klien mengatakan dia adalah seorang anak dari ibunya
yang cantik dan rajin
c. Peran: klien mengatakan dia adalah anak yang suka membantu
ibunya membersihkan rumahnya dari mulai menyapu, mengepel
dan merapihkan piring yang sudah di cuci.
d. Ideal diri: menurut klien dia adalah anak yang rajin dan baik
kepada ibunya dan menurut klien adalah anak yang beruntung.
3. Hubungan sosial

40
a. Orang yang berarti: klien mengatakan bahwa ibunya adalah orang
yang paling dia sayang dan paling di cintai.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: klien
mengatakan sering mengikuti kegiatan arisan di daerah rumahnya
bersama dengan kakaknya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien
mengatakan merasa sedikit malu ketika berkomunikasi dengan
orang lain jika tidak ada yang di kenal.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan sering beristigfar saat mulai
merenung agar halusinasi yang muncul itu segera hilang
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan belum pernah mengikuti
perjanjian dan klien jarang sholat selama sakitnya.
VII. Status mental kebutuhan persiapan pulang
1. Penampilan
Saat dilakukan pengkajian klien terlihat rapih, memakai pakaian yang
sesuai warnanya, rambutnya terikat rapih.
2. Pembicaraan
Saat dilakukan pengkajian cara bicara klien teratur, namun klien harus
di mulai terlebih dahulu oleh perawat, suara klien kecil dan cetus serta
klien selalu mengatakan terimakasih kepada perawat.
3. Aktivitas motorik
Saat pengkajian klien tampak lesu dan hanya menyendiri di atas
tempat tidur saja.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan pernah ingin dilamar namun dilamar setan. Tetapi
klien sering menanyakan itu berkali – kali kepada perawat dan merasa
lesuh, sedikit sedih dan putus asa karna belum menikah.
5. Afek
Saat pengkajian klien terlihat labil karena, klien terkadang semangat
dan namun tiba – tiba klien sedih saat sedang membahas tentang
percintaanya.

41
6. Interaksi saat wawancara
Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif. Tapi pandangan klien
tidak fokus selalu ke perawat. Klien suka menunduk kebawah dan
kadang klien suka menatap ke arah lain dan tiba – tiba melamun.
7. Persepsi
Klien mengatakan saat tidur terganggu karena ada bayangan yang
pasien lihat dan mendengar suara bisikan
8. Proses pikir
Proses pikir klien suka memblocking, blockingan atau hambatan itu
dari klien yang terkadang klien tidak fokus saat diwawancara dengan
pasien suka melihat tulisan dan suka menanyakan tentang makanan
sudah datang apa belum dan boleh untuk saya atau tidak.
9. Isi pikir
Isi pikiran klien yaitu Hipokondria. Klien merasakan bahwa mamae
terdapat tumor dan akan di operasi 2 bulan lagi. Namun di rekam
medis klien terdapat gangguan fisik anemia.
10. Waham
Tidak ada masalah
11. Tingkat kesadaran
Klien saat diajak mengobrol tidak ada keluhan dan kondisi klien stabil
12. Memori
Klien tidak memiliki gangguan memori
13. Tingkat konsentrasi
Klien dapat konsentrasi dengan baik saat disuruh berhitungan oleh
perawat. Namun, klien tidak dapat berkonsentrasi dan mudah beralih
karena melihat tulisan dan menanyakan makanan.
14. Kemampuan penilaian
Saat membahas topik, klien dapat memberikan jawaban yang relevan
namun sibeberapa kondisi klien akan berubah seperti inkoherea
(sebelum minum obat)
15. Daya Tilik
Klien dapat menilai kegiatan baik dan tidak baik dilakukan

42
VIII. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Saat dikaji klien makan 3 x Sehari, makanan yang diberikan selalu
dihabiskan dan makan dengan mandiri.
2. BAB/ BAK
Klien sulit BAB/ BAK, namun klien bisa melakukannya secara
mandiri dan mengetahui cara melakukan pembersihan setelah bab/ bak
3. Mandi
Klien mandi 2 x sehari, yaitu pagi dan sore, klien dapat melakukan
kegiatan secara mandiri dan mengetahui urutan cara menjaga
kebersihan dirinya
4. Berpakaian/ Berhias
Klien dapat mengantikan pakaian dengan sendiri dan akan berganti
pakaian setelah mandi dan jika baju nya basah. Rambut klien rapih
dan bersih tidak ada kotoran dan kutu.
5. Isirahat dan tidur
Klien dapat berisitirahat secara cukup, mulai tidur siang jam 10.00 s/d
12.00 dan tidur malam 21.00 s/d 05.00 dan sebelum tidur klien biasa
melakukan berdoa dan membersihkan lantai sekitar tempat tidur
terlebih dahulu.
6. Penggunaan obat
Klien minum obat secara mandiri dan teratur sesuai jam minum obat
yang di berikan oleh perawat, namun klien tidak memahami
keuntungan dan kerugian tidak minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien harus minum obat secara teratur dan diberikan atau di evaluasi
setiap strategi pelaksanaan
8. Kegiatan di rumah
Klien mengatakan sering membantu ibunya dirumah
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan sering keluar rumah bersama kakaknya untuk
datang ke arisan yang di daerah rumahnya.

43
IX. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika terdapat masalah, klien mampu bercerita kepada
ibunya ataupun orang lain, melakukan tehnik nafas dalam dan berolahraga
saja.
X. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak dapat mampu mengungkapkan masalah atau perasaaannya
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien jarang bergabung dengan tetangga maupun kelompok karang
taruna
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan pernah tidak naik kelas
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak pernah bekerja
e. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan jika tinggal bersama ayah dan ibu tirinya itu suka
memukul dan jarang di berikan makan
f. Masalah dengan ekonomi
Klien tidak mengungkapkan
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan sering mengontrol kejiwaannya dengan rawat jalan
dan minum obat.
XI. Pengetahuan kurang tentang
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang obat yang sudah ia minum
selama ini, dan klien mengatakan ingin sekali dijelaskan tentang efek obat
yang dia minum.
XII. Aspek medik
a. Diagnosa medis: Skizofrenia Paranoid
b. Terapi medik:
- Heliperidol 1,5 mg/ 12 jam (P. M)
- THP 2 mg/ 12 jam (P. M)
- Lorazepam 2 mg/ 12 jam (P. M)

44
- Vit B Complex 1 tab/ 12 jam (P. M)
XIII. Daftar masalah keperawatan
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan
XIV. Daftar diagnosis keperawatan
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

3.2 Diagnosa Keperawatan


Setelah melakukan pengkajian dan sudah memperoleh data yang
dibutuhkan kelompok kemudian merumuskan diagnosa keperawatan,
dalamkasus ini kelompok mengangkat 3 diagnosa antara lain Gangguan Sensori
persepsi Halusinasi, Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah.
Diagnosa diatas diangkat berdasarkan data yang diperoleh dari pasien
mulai dari dan subjektif sampai yang objektif melalui pemeriksaan dan
pengamatan. Berdasarkan analisa data, data klien sudah cukup untuk
mengangkat diagnosa diatas.

3.3 Intervensi Keperawatan


Setelah kelompok merumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
kelompok mencari literatur untuk membuat intervensi atau perencanan tindakan
keperawatan sesuai dengan diagnosa dan kondisi klien saat ini. Secara
keseluruhan kelompok mengambil intervensi dari literatur Rumah Sakit yang
sudah berbentuk format rencana tindakan keperawatan.
Untuk diagnosa pertama yaitu Gangguan sensori persepsi
halusinasi direncanakan akan dilakukan 4 strategi pelaksanaan, yang pertama
SP 1 dimana klien diharapkan dapat mengenali halusinasinya dan mampu
mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik. Yang kedua SP 2 klien
diharapkan dapat mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap

45
dengan orang lain. Yang ketiga yaitu SP 3 dimana klien diminta untuk
membuat jadwal kegiatan harian/ aktivitas harian dengan tujuan mencegah
timbulnya halusinyasi karena klien tidak mempunyai waktu luang karena
kegiatan hariannya sudah terjadwal. Yang keempat yaitu SP 4 klien diharapkan
dapat memanfaatkan obat dengan baik dan memotivasi klien untuk tidak putus
obat.
Untuk diagnosa kedua Isolasi Sosial intervensi terdiri dari 4 SP,
yang pertama SP 1 diharapakan klien dapat menyebutkan penyebab isolasi
sosial, keuntungan berhubungan dengan orang lain, kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain dan cara berkenalan dengan orang lain. Yang kedua yaitu SP
2 klien diharapkan dapat mempraktikan cara berkenalan dengan 1 orang sampai
2 orang. Yang ketiga yaitu SP 3 dimana diharapkan klien dapat bercakap cakap
dalam melakukan kegiatan.
Untuk diagnosa ketiga yaitu Harga Diri Rendah intervensi terdiri
dari 2 SP, yang pertama SP 1 diharapkan klien dapat mengenali dan
menyebutkan aspek positif yang dimilikinya, yang ke 2 yaitu SP 2 diharapkan
perawat dapat membantu klien menilai kemampuan.

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah disusun.
Intervensi di mulai pada hari selasa tanggal 2 Februari 2021 dimulai dengan SP
1 halusinasi ,Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
halusianasinya(isi, frekuensi, waktu, durasi, dan respon), membantu klien
memilih dan melatih cara memutus Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Pendengarannya secara bertahap (dengan cara menghardik),pukul 12.30 WIB
setelah dilakukan tindakan tersebut klien dievalusiasi, untuk Subjektifnya :
Klien mengatakan senang setelah berbincang – bincang dan latihan cara
menghardik, klien mengatakan menjadi tau cara untuk mengotrol halusinasi
pendengaran dan penglihatanny. Objektifnya Klien dapat mengulangi cara
menghardik untuk mengontrol halusinasi pendengaran dan penglihatannya
dengan benar, analisa tersimpulakan masalah gangguan sensori presepsi

46
halusinasi masih ada. Untuk planning latihan menghardik 2x/hari dan praktikan
saat halusinanya muncul.

Intervensi yang selanjutnya pada hari selasa tanggal 2 Februari 2021


adalah SP 3 Halusinasi yaitu, membuat jadwal kegiatan harian/ aktivitas harian
dengan kegiatan beribadah. pada pukul 12.30 WIB setelah dilakukan tindakan
tersebut klien dievalusiasi, untuk Subjektifnya : Klien mengatakan merasa lebih
tenang. Objektifnya Klien dapat menyebutkan ibadah yang bisa klien lakukan.
Analisa tersimpulakan masalah Halusinasi masih ada. Untuk planning Lakukan
ibadah secara rutin.

Intervensi selanjutnya rabu, 3 februari 2021 adalah SP I Harga diri rendah


yaitu membina hubungan saling percaya ,mendiskusikan kemampuan atau
keterampilan positif ,membantu klien menilai kemampuan atau keterampilan
positif,membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih, melatih kegiatan
pertama yang di pilih,berikan pujian jika klien berhasil dilakukan Pada pukul
11.00 WIB setelah dilakukan tindakan tersebut klien dievaluasi , Subjektifnya
Klien mengatakan senang karena bisa menceritakan kembali apa yang klien
baca. Obyektifnya Klien tampak senang, klien tampak bersemangat dan bisa
focus dalam bercerita. Analisa tersimpulakan masalah harga diri rendah masih
ada . Untuk planning melakukan kegiatan positif yang telah dipilih.

Intervensi selanjutnya tanggal 3 Februari 2021 adalah SP 2 Halusinasi


yaitu BHSP,evaluasi JKH klien, ajarkan kepada klien untuk mengabaikan
halusinasinya dengan cara bercakap-cakap, anjurkan kepada klien untuk
memasukan kegiatan ini ke JKH ,pada pukul 11.00 setelah dievaluasi didapat
data subjektif : Klien mengatakan senang setelah berbincang – bincang klien
mengatakan menjadi tau cara untuk mengotrol halusinasinya, sehingga
menjadi lebih tenang. Objektifnya : Klien dapat mengulangi cara menghardik
untuk mengontrol halusinasinya dengan benar. Analisa disimpulakan masalah
gangguan sensori presepsi halusinasi masih ada, planningnya Latihan
menghardik 2x/ hari dan praktekkan saat halusinasinya muncul.

47
Intervensi selanjutnya tanggal 3 Februari 2021 adalah Tindakan : SP I
Isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya, menyebutkan penyebab
isolasi sosial, ,keuntungan berhubungan dengan orang lain, kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain dan cara berkenalan dengan orang lain. Pada
pukul 11.00 WIB, dimana setelah dievalusasi diperoleh data subjektif Klien
mengatakan mengerti cara berkenalan. Objektifnya : Klien mampu
menyebutkan kembali cara berkenalan. Analisa disimpulkan masalah Isolasi
sosial masih ada, planningnya anjurkan klien berlatih berkenalan dengan
pasien lain.

Hari kamis tanggal 4 Februari 2021 dilakukan Tindakan SP II Isolasi


Sosial : Mengajarkan klien untuk berkenalan dengan perawat lain ,membina
hubungan saling percaya ,mengevaluasi JKH klien, menemani klien untuk
berkenalan dengan perawat lain. Hasil evaluasi diperoleh subjektif : klien
mengatakan senang berkenalan dengan perawat lain. Objektif : klien dapat
melakukan perkenalan dengan perawat lain. Analisa dirumuskan masalah
isolasi sosial masih ada, planning berupa anjurkan klien untuk berkenalan
dengan teman yang lain

Intervensi selanjutnya tanggal 4 Februari 2021 dilakukan tindakan SP II


Harga Diri Rendah : mengajarkan aktivitas positif yang disukai. Hasil evaluasi
diperoleh subjektif : klien mengatakan senang telah melakukan aktivitas
menulis. Objektif : klien dapat menulis mengenai kegiatan klien sehari-hari .

Intervensi selanjutnya tanggal 4 Februari 2021 dilakukan tindakan SP III


Isolasi Sosial : mengenalkan 2 perawat kepada klien, mengevaluasi JKH klien.
Hasil evaluasi diperoleh subjektif : klien mengatakan senang mempunyai teman
baru. Objektif : klien mampu memperkenalkan diri dengan dibantu.

Rencana Tindak Lanjut untuk klien memberikan SP 4 Halusinasi pada


hari Jumat tanggal 5 Februari 2021.

48
BAB IV
Penutup
1. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Dimana halusinasi itu sendiri terbagi menjadi halusinasi
pendengaran, penglihatan , penciuman, perabaan dan pengecapan dan Ny N merupakan
salah satu bukti nyata yang mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan maka
dapat disimpulkan bahwa :

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny N penulis menyimpulkan


bahwa:

1. Hasil pengkajian pada Ny N didapatkan data subjektif klien mendengarkan


bisikan-bisikan ditelinga kanan, pasien mengatakan itu muncul saat mau tidur. Ny N
juga melihat seperti ada seseorang yang sedang melihat dirinya dan orang tersebut
berada di sebelah kanan pasien. Data objektif didapatkan klien sering menyendiri,
kontak mata kurang dan klien sering megucap istighfar

2. Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian adalah Halusinasi,


Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah

3. Intervensi keperawatan dari masalah Halusinasi pendengaran dan penglihatan


adalah bina hubungan saling percaya dengan klien, identifikasi penyebab halusinasi,
identifikasi tanda-tanda halusinasi, identifikasi perilaku yang biasa dilakukan,
identifikasi akibat halusinasi, ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik,
berbincang- bincang dengan orang lain, membuat jadwal dan melakukan kegiatan yang
disukai dan minum obat secara teratur dengan 5 prinsip benar. Intervensi dari masalah
isolasi sosial adalah identifikasi penyebab menarik diri, membantu klien menilai
keuntungan berinteraksi dengan orang lain, menilai kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain dan mengajari berkenalan dengan orang lain secara bertahap. Sedangkan
intervensi dari masalah harga diri rendah adalah identifikasi dari aspek positif yang
dimiliki klien, bantu klien menilai kemampuan yg masih dapat digunakan, bantu klien
memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien, latih pasien
kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan.

4. Untuk mengatasi masalah halusinasi pendengaran dan penglihatan penulis


mengidentifikasi penyebab halusinasi, tanda-tanda halusinasi, mengidentifikasi tindakan
yang bisa dilakukan, mengidentifikasi akibat halusinasi, mengajarkan menghardik,
berbincang-bincang dengan orang lain, melakukan kegiatan yang disukai dan minum
obat secara teratur. Untuk masalah isolasi sosial penulis mengajarkan klien berkenalan
dengan orang lain secara bertahap. Untuk masalah harga diri rendah penulis
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, membantu klien

49
kemampuan yang masih bisa dilakukan selama dirumah sakit, melatih klien aktifitas
yang bisa dilakukan dirumah sakit yaitu seperti menyapu dan menata tempat tidur.

5. Evaluasi yang diperoleh untuk diagnosa yang pertama yaitu halusinasi


pendengaran dan penglihatan adalah dengan melihat implementasi yang dilakukan serta
memperhatikan respon objektif dan subjektif yang muncul didapatkan klien sudah
mampu mempraktekan secara menghardik, berbincang-bincang dengan orang lain,
melakukan kegiatan yang disukai dan minum obat secara teratur. Penulis berkesimpulan
bahwa diagnosa yang pertama ini teratasi sebagian karena klien mampu mempraktekan
semua kegiatan yang dilatihdan menerapkan dalam kehidupan seharihari, namun bukan
untuk memutus halusinasi, melainkan hanya mengontrol halusinasi agar frekuensinya
berkurang. Evaluasi yg diperoleh dari diagnosa yang kedua masalah isolasi sosial
dengan melihat data subjektif dan objektif didapatkan klien mampu berkenalan dengan
orang lain secara bertahap. Evaluasi yang diperoleh dari diagnose ketiga masalah harga
diri rendah adalah dengan melihat implementasi yang dilakukan serta memperhatikan
respon subjektif dan objektif yang muncul didapatkan klien memiliki aspek positif yang
dimiliki.

2. Saran
Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada
halusinasi, perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya
untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien. Perawat sangat
diharapkan selalu memberikan semangat dan dorongan kepada klien dalam
menyelesaiakan masalah yang dihadapinya. Sehingga dapat mempercepat penyembuhan
klien.

Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada pemulihan
klien dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena itu peran sangat
penting dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari kambuhnya kembali
gangguan jiwa pada klien.

Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas dan senatiasa menciptakan


lingkungan yang terapeutik guna mempercepat penyembuhan klien.

50
Daftar Pustaka
Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama

Dermawan, R., & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Direja. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Herman. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa : Yogyakarta.

Keliat, Budi Ana. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakara: EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC

Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga

Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


Andi.

Rabba E.P., Rauf S.P., & Dahrianis. 2014. Hubungan antara Pasien Halusinasi
Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Kenari RS Khusus
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosa Vol. 4, No. 4.

S. N. Ade Herma Direja. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : TIM

Wahyuni.2011. Hubungan Lama Hari Rawat Dengan Kemampuan Pasien Dalam


Mengontrol Halusinasi Vol 1 No.2. Riau : Jurnal Ners Indonesia.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Yudi Hartono Dkk. 2012. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta;salemba medika

https://bogor.pojoksatu.id/amp/baca/sebanyak-1-021-warga-kota-bogor-sakit-jiwa-ini-
datanya diakses pada tanggal 4 febuari 2021 pukul 21.16

51

Anda mungkin juga menyukai