Kelompok 1:
Melinda P17120018025
JAKARTA 1 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul ”Upaya Penurunan Intensitas Halusinasi dengan Cara
Mengontrol Halusinasi Di Ruang Antareja RS Marzoeki Mahdi” ini disusun untuk
memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Jiwa di
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I.
1. Ibu Heni selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini
2. Ibu Dinarti selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini
3. Ibu Cucu selaku pembimbing klinik ptakrik Keperawtaan Jiwa di RS Marzoeki
Mahdi Bogor
4. Pak Asep selaku pembimbing klinik ptakrik Keperawtaan Jiwa di RS Marzoeki
Mahdi Bogor
5. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
Penyusun
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus....................................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan......................................................................................................5
1.3.1 Bagi Rumah Sakit...............................................................................................5
1.3.2 Bagi Institusi.......................................................................................................5
1.3.3 Bagi Mahasiswa..................................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................................7
2.1 Definisi Halusinasi......................................................................................................7
2.2 Rentang respon Halusinasi........................................................................................7
2.3 Penyebab.....................................................................................................................7
2.4 Tanda Gejala..............................................................................................................8
2.5 Faktor Predisposisi dan Prespitasi..........................................................................10
2.6 Jenis-Jenis Halusinasi..............................................................................................11
2.7 Psikodinamika..........................................................................................................13
2.8 Akibat Halusinasi.....................................................................................................14
2.9 Mekanisme Koping penderita gangguan halusinasi..............................................15
2.10 Penatalaksanaan.......................................................................................................15
2.11 Pohon Masalah.........................................................................................................18
2.12 Diagnosa Keperawatan............................................................................................18
2.13 Intervensi Keperawatan...........................................................................................19
BAB III Pembahasan...............................................................................................................30
3.1 Pengkajian Keperawatan.........................................................................................30
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................................30
3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................................30
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..............................................................30
2
BAB IV Penutup.......................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................30
3.2 Saran.........................................................................................................................30
Daftar Pustaka..........................................................................................................................30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009
kesehatan adalah suatu keadaan dimana seseorang sehat, baik fisik, mental,
spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap manusia untuk hidup
produktif secara ekonomi dan sosial. Salah satu upaya dalam meningkatkan
derajat kesehatan yaitu dengan cara meningkatkan kesehatan jiwa yang bertujuan
untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal (Wahyuni, 2011). Kesehatan
jiwa merupakn suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan
iniberjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966).
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi
kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain.
Menurut Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas)
departemen kesehatan dan World Health Organization (WHO) pada tahun 2010
memperkirakan hampir dari 450 juta penduduk dunia menderita masalah
gangguan jiwa. Bahkan berdasarkan data studi World Bank dibeberapa Negara
menunjukkan angka prosentase sebanyak 8,1% dari kesehatan global masyarakat
(Global Burden Disease) menderita gangguan jiwa (Rabba, 2014).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, menyatakan jumlah
gangguan jiwa di Indonesia mencapai angka 2,5 juta, dari 150 juta populasi orang
dewasa di Indonesia, dan terdapat 1,74 juta orang mengalami gangguan mental
emosional (Depkes dalam Rabba, 2014). Bahkan 4% dari jumlah tersebut
terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit
gangguan jiwa. Krisis ekonomi di dunia yang semakin berat mengakibatkan
meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, khususnya di Indonesia
yang diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari penduduk Indonesia mengalami
gangguan jiwa, diantaranya adalah skizofrenia (Rabba, 2014).
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan
utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses
fikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan,
4
terutama karena halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi
(Direja, 2011). Sedangkan menurut Herman dalam Yosep (2011) skizofrenia
adalah suatu penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara
berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial. Sebagian besar skizofrenia
menyerang pada usia muda yaitu antara umur 15 tahun sampai umur 30 tahun,
tetapi kebanyakan serangan terjadi pada usia 40 tahun keatas. Skizofrenia
menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial
ekonomi (Yosep, 2011).
Diperkirakan lebih dari 90% klien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep,
2011). Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera yang
tidak terdapat stimulasi terhadap reseptornya (Wahyuni, 2011). Sedangkan
menurut Kusumawati & Hartono (2010), halusinasi adalah hilangnya suatu
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar) sehingga tanpa adanya suatu objek atau
rangsangan yang nyata klien dapat memberikan suatu persepsi atau pendapat
tentang lingkungan.
maladaptif
5
Halusinasi dibagi menjadi empat fase.Fase yang pertama yaitu fase
comforting (halusinasi bersifat menyenangkan), fase yang kedua yaitu fase
condemming (halusinasi bersifat menjijikkan), fase yang ketiga yaitu fase
controlling (halusinasi bersifat mengontrol atau mengendalikan), fase ke empat
yaitu fase conquering (halusinasi bersifat menakutkan dan klien sudah dikuasai
oleh halusinasinya) (Dermawan & Rusdi, 2013).
Halusinasi sendiri dibagi menjadi lima jenis yaitu halusinasi pendengaran,
penglihatan, pengecap, pencium, dan halusinasi perabaan (Dermawan & Rusdi,
2013). Meskipun jenisnya bervariasi, tetapi sebagian besar klien dengan
halusinasi 70%nya mengalami halusinasi pendengaran (Yosep, 2011). Klien yang
mengalami halusinasi pendengaran sumber suara dapat berasal dari dalam
individu sendiri atau dari luar individu. Suara yang didengar klien dapat
dikenalinya, suara dapat tunggal ataupun multiple atau bisa juga semacam bunyi
bukan suara yang mengandung arti. Isi suara dapat berupa suatu perintah tentang
perilaku klien sendiri dan klien sendiri merasa yakin bahwa suara ini ada
(Trimelia dalam Rabba, 2011). Klien yang mengalami halusinasi pendengaran
seperti ini disebabkan oleh ketidakmampuan klien dalam menghadapi suatu
stressor dan kurangnya kemampuan klien dalam mengenal dan mengontrol
halusinasi pendengaran tersebut (Maramis, 2009).
Pengontrolan halusinasi pendengaran dapat dilakukan dengan empat cara,
yaitu menghardik halusinasi, mengkonsumsi obat dengan teratur, bercakap-cakap
dengan orang lain, melakukan aktivitas secara terjadwal (Muhith, 2015). Masalah
gangguan jiwa kini semakin mudah ditemui di Kota Bogor. Hingga bulan ini
mencatat ada 1.021 warga yang mengalami gangguan kejiwaan berat.
Penyebabnya pun tak hanya karena depresi, putus cinta atau pun masalah
ekonomi. Dinkes menemukan beberapa pasien gangguan jiwa karena faktor
genetik.
Seksi P2PTM, Kesjiwa dan Kes-Olahraga pada Dinkes Kota Bogor, drg Firy
Triyanti menuturkan, 1.021 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tersebut
merupakan hasil laporan di setiap wilayah kerja puskesmas kota bogor tahun
ini.”prediksi memang bakalan meningkat tiap tahun, apalagi di tahun
2020,”jelasnya kepada radar bogor yang dikutip pada tanggal 04-02-2021.
6
Pravalensi untuk diagnosa gangguan sensori persepsi yang ada diruangan
Antareja RSMM terdapat pasien sejumlah 20 orang yang mana sebagian besar
mengalami gangguan sensori persepsi.
Berdasarkan latar belakang tersebut kelompok tertarik untuk melakukan
penulisan makalah dengan judul upaya penurunan intensitas halusinasi dengan
cara mengontrol halusinasi di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi.
7
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi terhadap intervensi yang sudah
diterapkan pada Ny. N dengan Gangguan sensori persepsi halusinasi di
Ruangan Antareja RS Marzoeki Mahdi..
8
c. Daftar Isi adalah suatu daftar yang membuat gambaran isi laporan secara
menyeluruh.
2. Bagian Isi Sistematika Penulisan terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
a. Bab I Pendahuluan :
1) Latar Belakang Permasalahan adalah fenomena permasalahan dalam
lingkungan yang diamati.
2) Tujuan Penulisan Makalah adalah uraian tujuan dan hal yang ingin
dicapai mengenai penulisan laporan ini.
b. Bab II Tinjauan Teori :
Adalah kumpulan teori yang digunakan dalam pembuatan laporan, penulis
menggunakan teori yang bersumber dari buku-buku e-library Poltekkes
Kemenkes Jakarta I tentang Keperawatan Jiwa.
c. Bab III Pelaksanaan Asuhan Keperawatan :
Berisi kasus yang diangkat oleh kelompok 1 beserta proses
keperawatannya yang terdiri dari hasil pengkajian, analisa data,
pengangkatan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
3. Bagian Penutup (BAB IV) Sistematika Penulisan terdiri dari beberapa unsur
sebagai berikut :
a. Kesimpulan adalah jawaban atas permasalahan kasus.
b. Saran merupakan tindak lanjut dari kesimpulan.
4. Bagian Akhir dalam Format sistematika dalam penulisan terdiri dari beberapa
unsur sebagai berikut :
Daftar Pustaka memiliki pengertian sumber bacaan ilmiah yang digunakan
untuk penulisan laporan.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Halusinasi
Adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
kenyataan seperti melihat bayangan atau suara suara yang sebenarnya tidak
ada.(Yudi hartono, 2012:107)
2.3 Penyebab
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
(Biologis,Psikologis dan sosial)
a. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan
gangguan seperti :
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal,temporal dan
citim limbik .Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar,daya ingat dan berbicara.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,perinatal
neonatus dan kanak kanak
10
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam hidup
klien. Penolakan dapat dirasakan dari keluarga,pengasuh atau teman yang
bersikap dingin,cemas,tidak peduli atau bahkan terlalu melindungi
sedangkan kekerasan dapat bisa berupa konflik dalam rumah tangga
merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan,konflik sosial,budaya,kehidupan yang
terisolir disertai stres yang menumpuk.(Yudi hartono, 2012:108)
11
Menurut Stuart (2007) faktor penyebab halusinasi adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologi
Abnormalita perkembangan syaraf berhubungan dengan respon
neurologis yang mal adaptif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian sebagai berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofren.
b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotranmitter yang
berlebihan.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
2) Faktor Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tidnakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Faktor Sosial Budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang
terisolasi.
b. Faktor Presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan. (Kelliat, 2006).
1) Biologis
2) Stress lingkungan
12
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologi
Abnormalita perkembangan syaraf berhubungan dengan respon
neurologis yang mal adaptif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan
oleh penelitian-penelitian sebagai berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofren.
b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotranmitter
yang berlebihan.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia.
2) Faktor Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tidnakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Faktor Sosial Budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang
terisolasi.
b. Faktor Presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan. (Kelliat, 2006)
13
otak akibat ketidakmmapuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
14
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah ,urin,feses asap atau daging
busuk .Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra penciuman.
Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus, trauma, tumor
otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan.
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh .Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu paX CASda saat seseorang mengalami perasaan tubuh
mereka merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau
pergeseran sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami
penyerahan oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam
perut. (Yudi hartono;2012;109)
2.7 Psikodinamika
Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling
sering terjadi,dapat berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat
mempengaruhi perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti
berbicara sendiri,marah,atau berespon lain yang membahayakan diri sendiri
orang lain dan lingkungan. (Yudi Hartono, 2012:108)
Tahap halusinasi
a. Sleep desorder
Sleep desorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul
halusinasi
15
1) Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah,ingin menghindar
dari lingkungan takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak
masalah.
2) Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga
terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal sebagai pemecah
masalah
b. Comforthing
d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa : Cemas
berat
16
1) Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.
2) Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi,sulit
berhubungan dengan orang lain,respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang,biasanya hanya beberapa detik saja.
e. Conquering
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
17
a. Medis (Psikofarmaka) (Yosep, 2011)
1) Chlorpromazine, Indikasi : Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis
yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu.
Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti
tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan
rutin.Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.Efek samping :
Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar, Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik
atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung, Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia
akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia
regiditas.Kontra indikasi : seperti penyakit hati, penyakit darah,
epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris
(panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat),
gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.Penggunaan obat :
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan
3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi
menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP), Indikasi : Indikasi dalam pemberian obat ini,
yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-
hari.Mekanisme kerja : Obat anti psikis ini dapat memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya
system limbic dan system pyramidal.Efek samping : Sedasi dan
inhibisi psikomotor. Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung.Kontra indikasi : Kontra indikasi obat ini
18
seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat,
penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.Penggunaan
obat : Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya
dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam.
Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP), Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu
segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi
obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa
penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya
reserpina dan fenotiazine.Mekanisme kerja : Obat ini sinergis
(bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan
antikolinergik lainnya.Efek samping : Mulut kering, penglihatan
kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang
menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal,
retensi urine.Kontra indikasi :Kontra indikasinya seperti hipersensitif
terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran
edema.Penggunaan obat : Penggunaan obat ini di berikan pada klien
dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
b. Non Farmakologi
1) Menciptakan lingkungan yang terapeutik, Untuk mengurangi tingkat
kecemasan ,kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi
sebaiknya pada permulaan dilakukan secara individu dan usahakan
terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh atau dipegang
2) Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak
obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang
di terimanya.pendekatan sebaiknya secara persuasif tapi nstruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul di telanya
serta reaksi obat yang diberikan.
19
3) Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif,perawat
dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebabab
timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
4) Memberi aktifitas kepada pasien, Pasien di ajak mengaktifkan diri
untuk melakukan gerakan fisik,misalnya berolahraga,bermain,atau
melakukan kegiatan untul menggali potensi keterampilan dirinya
5) Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan,
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan
keperawatan.
6) Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi
berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok. (Budi ana dkk,
2011:147)
20
2.12 Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan
sensori persepsi halusinasi pendengaran antara lain :
21
2.13 Intervensi Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HALUSINASI
DX PERENCANAAN
KEPERAWA
TAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
Gangguan TUM: 1. Setelah 3x interaksi 1. Bina hubungan saling percaya Bila sudah terbina hubungan saling
sensori klien menunjukkan dengan menggunakan prinsip komunikasi percaya diharapkan klien dapat
persepsi: Klien dapat tanda-tanda percaya terapeutik: kooperatif, sehingga pelaksanaan
halusinasi mengontrol kepada perawat: asuhan keperawatan dapat berjalan
(lihat/dengar/ halusinasi yang □ Sapa klien dengan ramah baik verbal dengan
dialaminya o Ekspresi wajah maupun non verbal
penghidu/rab bersahabat
a/ □ Perkenalkan nama, nama panggilan
o Menunjukkan rasa dan tujuan perawat berkenalan
kecap) TUK 1: senang
□ Tanyakan nama lengkap dan nama
Klien dapat o Ada kontak mata panggilan yang disukai klien
membina
hubungan saling o Mau berjabat tangan □ Buat kontrak yang jelas
percaya
o Mau menyebutkan □ Tunjukkan sikap jujur dan menepati
nama janji setiap kali interaksi
22
o Bersedia perhatikan kebutuhan dasar klien
mengungkapkan masalah
yang dihadapinya □ Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
□ Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
TUK 2: 2.1 Setelah 3x interaksi 2.1.1 Adakan kontak sering dan kontak sering dan singkat
klien menyebutkan: singkat secara bertahap selain upaya membuna
Klien dapat hubungan saling percaya juga
mengenal o Isi dapat memutuskan halusinasi
halusinasinya
o Waktu mengenal perilaku pada saat
o Frekuensi halusinasi timbul,
memudahkan perawat dalam
o Situasi dan kondisi melakukan intervensi
yang menimbulkan
halusinasi 2.1.2 Observasi tingkah laku klien mengenal halusinasi
terkait dengan halusinasinya memungkinkan klien untuk
(*dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika menghindari factor pencetus
menemukan klien yang sedang timbulnya halusinasi
halusinasi:
23
yang sedang dialaminiya
2.2 Setelah 3x interaksi 2.2.1 Diskusikan dengan klien apa untuk mengetahui koping
klien menyatakan yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan
24
perasaan dan responnya beri kesempatan untuk mengungkapkan yang digunakan oleh klien
saat mengalami perasaannya.
halusinasi: agar klien mengetahui akibat
2.2.2 Diskusikan dengan klien apa dari menikmati halusinasi
o Marah yang dilakukan untuk mengatasi perasaan sehingga klien meminimalisir
tersebut. halusinasinnya
o Takut
2.2.3 Diskusikan tentang dampak
o Sedih yang akan dialaminya bila klien
o Senang menikmati halusinasinya
o Cemas
o Jengkel
TUK 3: 3.1 Setelah 3x interaksi 3.1 Identifikasi bersama klien cara atau upaya untuk memutuskan
klien menyebutkan tindakan yang dilakukan jika terjadi siklus halusinasi sehingga
Klien dapat tindakan yang biasanya halusinasi (tidur, marah, menyibukkan halusinasi tidak berlanjut
mengontrol dilakukan untuk diri, dll).
halusinasinya mengendalikan reinnforcement positif dapat
halusinasi. meningkatkan harga diri klien
25
3.3 Setelah 3x klien 3.2 Diskusikan cara yang digunakan
dapat memilih dan klien,
memperagakan cara
mengatasi halusinasi □ Jika cara yang digunakan adaptif beri
pujian memberikann alternative
(dengar/lihat/penghidu/ra pilihan bagi klienn untuk
ba/kecap). □ Jika cara yang digunakan maladaptif mengontrol lingkungan
3.4 Setelah 3x klien diskusikan kerugian cara tersebut.
melaksanakan cara yang 3.3 Diskusikan cara baru untuk
telah dipilih untuk memutus/ mengontrol timbulnya
mengendalikan halusinasi:
halusinasinya.
□ Katakan pada diri sendiri bahwa ini
3.5 Setelah 3x klien tidak nyata (“saya tidak mau dengar/lihat/
mengikuti terapi aktivitas penghidu/raba/kecap pada saat halusinasi
kelompok terjadi).
26
dianjurkan dan latih untuk mencobanya meningkatkan harga diri klien
TUK 4: 4.1 Setelah 3x 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk Untuk mendapatkan bantua
pertemuan keluarga pertemuan (waktu, tempat, dan topik). keluarga mengontrol
Klien dapat menyatakan setuju untuk halusinasi
dukungan dari mengikuti pertemuan 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada
keluarga dalam dengan perawat. saat pertemuan keluarga/kunjungan Untuk mengetahui
mengontrol rumah) pengetahuan keluarga dan
halusinasinya 4.2 Setelah 3x interaksi meningkatkan kemampuan
keluarga menyebutkan □ Pengertian halusinasi
pengetahuan tentang
pengertian, tanda dan □ Tanda dan gejala halusinasi halusinasi
gejala, proses terjadinya
halusinasi dan tindakan □ Proses terjadinya halusinasi. Agar keluarga dapat merawat
untuk mengendalikan klien atau anggota keluarga
□ Cara yang dapat dilakukan klien dan lain yang berhalusinasi
halusinasi
keluarga untuk memutus halusinasi. dirumah
□ Obat-obatan halusinasi.
27
□ Cara merawat anggota keluarga yang Keluarga klien menjadi tahu
halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan cara mencari bantuan jika
biarkan sendiri, makan bersama, halusinasi tidak dapat diatasi
bepergian bersama, memantau obat- dirumah
obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi).
TUK 5: 5.1 Setelah 3x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien tentang Dengan menyebutkan dosis,
klien menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum obat, frekuensi, manfaat obat,
Klien dapat nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan diharapkan klien
memanfaatkan obat o Manfaat minum obat efek samping penggunaan obat. melaksanakan program
dengan baik
o Kerugian tidak minum 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat. pengobatan
obat
Menilai kemampuan klien
5.3 Beri pujian jika klien menggunakan
o Nama, warna, dosis, dalam pengobatanya sendiri
obat dengan benar.
efek samping obat
Program pegobatan dapat
5.4 Diskusikan akibat berhenti minum
5.2 Klien berjala sesuai rencana dengan
obat tanpa konsultasi dengan dokter.
mendemonstrasikan mengetahui prinsip
penggunaan obat dengan 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi penggunaan obat, maka
benar. kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal kemandirian klien untuk
yang tidak diinginkan pengobatan dapat
28
5.3 Interaksi klien ditingkatkan secara bertahap.
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter
29
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
TUK 2: 1. setelah 3kali interaksi 1. tanyakan kepada klien tentang: o Bila klien sudah mau
Klien mampu klien dapat o orang yang tinggal mengungkapkan semua
menyebutkan menyebutkan minimal serumah/teman sekamar klien perasaanya akan
penyebab menarik satu penyebab dari o orang yang paling dekat dengan mempermudahkan perawat
diri menarik diri: klien dirumah/ diruang melaksanakan asuhan
o diri sendiri perawatan keperawatanya
o orang lain o apa yang membuat klien dekat
o lingkungan dengan orang tersebut
30
o orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah/ diruang
perawatan
o apa yang membuat klien dengan
orang tersebut
o Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
o Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang orang
lain
TUK 3 : 3.Setelah 3kali interaksi 1.Tanyakan pada klien tentang : o Tingkat pengetahuan
Klien mampu dengan klien dapat o Manfaat hubungan sosiial membantu perawat
menyebutkan menyebutkan keuntungan o Kerugian menarik diri mengarahkan klien untuk
keuntungan berhubungan sosial, berhubungan dengan orang
berhubungan sosial misalnya : lain
dan kerugian o Banyak teman
menarik diri o Tidak kesepian 2.Diskusikan bersama klien tentang
o bisa diskusi manfaat berhubungan sosial dan o Mengidentifikasikan
o Saling menolong kerugian menarik diri kemampuan yang dimiliki
31
klien dan untuk meningkatkan
harga diri dan percaya diri
Dan kerugian menarik klien
diri misalnya : 3.Beri pujian terhadap kemampuan o Reinforcement positif akan
o Sendiri klien mengungkapkan perasaannya menambah rasa percaya diri
o Kesepian klien
o Tidak bisa diskusi
TUK 4 : 4.Setelah 3kali interaksi 1.Observasi perilaku klien tentang o Dengan berhubungan secara
Klien dapat klien dapat melaksanakan berhubungan sosial bertahap, diharapkan klien
melaksanakan hubungan soosial secara mampu mengadopsi perilaku
hubungan sosial bertahap dengan : 2.Beri motivasi dan bantuu klien untuk tersebut dan memudahkan
secara bertahap o Perawat berkenalan / berkomunikasi dengan: klien mengingat berhubungan
o Perawat lain o Perawat yang telah dilakukan.
o Klien lain o Perawat lain o Melakukan hubungan secara
o Kelompok o Klien lain bertahap mengurangi
o Kelompok kecemasan klien dalam
berhubungan dengan orang
3.Libatkan klien dalam terapi aktivitas lain dalam meminimalkan
kelompok sosialisasi kekecewaan dan
meningkatkan kepercayaan
4.Diskusikan jadwal harian yang diri dalam berhubungan
dilakukan untuk meningkatkan dengan orang lain
kemampuan klien bersosialisasi o Melibatkan klien dalam
aktivitas kelompok akan
5.Beri motivasi klien untuk melakukan membuat klien merasa
kegiatan sesuai jadwal yang telah diperlukan dan merasa harga
dibuat dirinya bertambah
o Meningkatkan rasa percaya
6.Beri pujian terhadap kemampuan diri klien, sehingga klien akan
32
klien memperluas pergaulanya melalui mengulangi perbuatan yang
aktifitas yang dilaksanakan serupa
TUK 5 : 5.Setelah 3kali interaksi 1.Diskusikan dengan klien tentang o Dengan mengetahui perasaan
Klien mampu klien dapat menyebutkan perasaanya setelah berhbungan sosial klien akan mempermudah
menjelaskan perasaanya setelah dengan : perawat untuk melakukan
perasaanya setelah berhubungan sosial o Orang lain intervensi selanjutnya dan
berhubungan social dengan : o Kelompok untuk menilai kepuasan klien
o Orang lain dan hambatan dalam
o Kelompok 2.Beri pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang
klien mengungkapkan perasaaanya lain. Meningkatkan harga diri
klien dan memotivasi klien
untuk berhubungan dengan
orang lain
33
pertemuan, keluarga menarik diri o agar keluarga dapat merawat
dapat mempraktekkan 5.Tanyakan perasaan keluarga setelah klien dirumah secara mandiri
cara merawat klien mencoba cara yang dilatihkan o untuk meningkatkan motivasi
menarik diri 6.Beri motivasi keluarga agar klien dalam berhubungan
membantu klien bersosialisasi dengan orang lain
7.Beri pujian pada keluarga atas o untuk memotivasi keluarga
keterlibatannya merawat klien agar terus membantu klien
dirumah sakit
34
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
Dx Perencanan
keperawata
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
n
Gangguan TUM:
konsep diri Klien memiliki
Harga diri konsep diri yang
rendah positif setelah 3x
pertemuan
TUK 1: Setelah 3x interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan Perasaan aman dan percaya dapat
Klien dapat klien menunjukkan menggunakan prinsip komunikasi membantu klien mengungkapkan
membina hubungan ekpresi wajah terapeutik: pikiran, perasaan dan
saling bpercaya bersahabat, menunjukan Sapa klien dengan ramah baik permasalahannya.
dengan perawat rasa senang, ada kontak verbal maupun nonverbal
mata, mau berjabat Perkenalkan diri dengan sopan
tangan, mau Tanyakan nama lengkap dana
menyebutkan nama, mau nama panggilan yang disukai
menjawab salam, klien klien
mau duduk Jelaskan tujuan pertemanan
35
berdampingan dengan Jujur dan menepati janji
perawat, mau Tunjukkan sikap empati dan
mengutarakan masalah menerima klien apa danya.
yang dihadapi Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
TUK 2: Setelah 3kali interaksi Diskusikan tentang: Pengungkapan tentang kemampuan
Klien dapat klien dapat Sejumlah kemampuan dan aspek diri yang diperlukan untuk merubah
mengidentifikasi menyebutkan: yang dimiliki pasien seperti diri klien dan tindakan selanjutnya
kemampuann dan Aspek positif dan kegiatan pasien dirumah sakit,
aspek positif yang kemampuan yang dirumah, didalam keluarga dan
masih dimiliki dimiliki klien lingkungan.
pasein Aspek positif Kemampuan yang dimiliki klien. Untuk meningkatkan harga diri klien
keluarga Beri pujian yang realistik atau
Aspek positif nyata dan hindarkan setiap kali
lingkungan bertemu dengan pasien penilaian
yang negatif
TUK 3 : Setalah .. klien interaksi Diskusikan tentang pasien kemampuan Penilaian klien terhadap positf
Klien dapat menilai pasien dapat dapat digunakan saat ini dirinya bisa membantu aktualisasi
kemampuan yang menyebutkan Bantu pasien menyebutkannya diri
dapat digunakan kemampuan yang dapat dan menberi penguatan terhadap
ia lakukan kemampuan diri yang
36
diungkapkan pasien.
Perhatikan respon yang kondusif
dan menjadi pendebngaran yang
aktif
TUK 4 : Setalah 3 kali interaksi Rencanakan bersama klien Oerencanaan yang baik membantu
Bantu pasein dapat membuat rencana aktivitas yang dapat dilakukan klien memilih potensi mana yang
memilih/menetapka kegiatan harian setiap hari sesuai kemampuan ingin dikembangkan
n kemampuan yang klien: kegiatan mandiri, &
akan dilatih kegiatan dengan bantuan
Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan Melatih klien untuk melaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan kegiatan yang dapat klien lakukan
TUK 5 : Setelah 3 kali interaksi Anjurkan klien untuk Implementasi dapat membuat klien
Klien dapat klien melakukan melaksanakan kegiatan yang telah semakin yakin dengan dirinya
melakukan kegiatan kegiatan sesuai jadwal direncanakan
sesuai rencana yang dibuat Pantau kegiatan yang Menungkatkan harga diri klien
yangdibuat dilaksanakan klien
Beri pujian atas usaha yang
dilkakukan klien
Diskusikan kemungkinan
37
pelaksana kegiatan setelah pulang
TUK 6 : Setelah 3 kali interaksi Beri pendidikan ksehatan pada Dukungan yang terbaik bagiklien
Klien dapat klien memanfaatkan keluarga tentang cara merawat adalah orang sekitarnya terutama
memanfaatkan sistem pendukung yang klien dengan harga diri rendah keluarganya
sistem pendukung ada dikeluarga Bantu keluarga memberikan
yang ada dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan Dukungan keluarga dapat membantu
linkungan dirumah meningkatkan harga diri klien
38
BAB III
Pembahasan
Pada bab ini kelompok akan membahas proses asuhan keperawatan pada Ny. N dengan
Ganggua Sensori Persepsi yang dilakukan mulai tanggal 2 Februari 2021 di Ruang
Antareja RS. Dr H. Marzoeki Mahdi. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan
pada aspek kehidupan proses keperawatan yang terjadi dilapangan yang terdiri dari
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
39
IV. Faktor predisposisi
Klien mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan pernah di rawat jalan
dengan alasan suka marah – marah, sulit tidur, sering main air dikamar
mandi, bicara sendiri dan melihat bayangan – bayangan, serta pasien
sering mengamuk dan merusak barang. Klien mengatakan pernah tidak
naik kelas dan ingin sekali segera menikah tetapi tidak ada calon dan tidak
bisa berdekatan (PDKT) dengan teman cowonya. Klien sering di marahi
karna suka mencolok duburnya disebabkan BAB yang tidak lancar dan
keras. Klien mengatakan pernah juga dipukuli oleh ibu sambungnya.
Keluarga klien mengatakan bahwa pasien putus obat selama ± 5 bulan
yang lalu.
V. Pemeriksaan fisik
Saat melakukan pemriksaan fisik tanda tanda vital klien yaitu: TD= 100/
80 mmHg, N = 80 x/ mnt, RR = 20 x/ mnt, S = 36○C, TB = 173 cm, BB =
53 kg. Saat wawancara klien tidak mengeluh adanya gangguan fisik, tidak
ada nyeri yang klien rasakan.
VI. Psikososial
1. Genogram
Tidak dapat dikaji
2. Konsep diri
a. Gambaran diri: klien mengatakan menyukai rambutnya yang halus
dan pendek . klien suka membantu orang tua dan mengakui bahwa
dirinya seorang wanita cantik
b. Identitas: klien mengatakan dia adalah seorang anak dari ibunya
yang cantik dan rajin
c. Peran: klien mengatakan dia adalah anak yang suka membantu
ibunya membersihkan rumahnya dari mulai menyapu, mengepel
dan merapihkan piring yang sudah di cuci.
d. Ideal diri: menurut klien dia adalah anak yang rajin dan baik
kepada ibunya dan menurut klien adalah anak yang beruntung.
3. Hubungan sosial
40
a. Orang yang berarti: klien mengatakan bahwa ibunya adalah orang
yang paling dia sayang dan paling di cintai.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: klien
mengatakan sering mengikuti kegiatan arisan di daerah rumahnya
bersama dengan kakaknya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien
mengatakan merasa sedikit malu ketika berkomunikasi dengan
orang lain jika tidak ada yang di kenal.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan sering beristigfar saat mulai
merenung agar halusinasi yang muncul itu segera hilang
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan belum pernah mengikuti
perjanjian dan klien jarang sholat selama sakitnya.
VII. Status mental kebutuhan persiapan pulang
1. Penampilan
Saat dilakukan pengkajian klien terlihat rapih, memakai pakaian yang
sesuai warnanya, rambutnya terikat rapih.
2. Pembicaraan
Saat dilakukan pengkajian cara bicara klien teratur, namun klien harus
di mulai terlebih dahulu oleh perawat, suara klien kecil dan cetus serta
klien selalu mengatakan terimakasih kepada perawat.
3. Aktivitas motorik
Saat pengkajian klien tampak lesu dan hanya menyendiri di atas
tempat tidur saja.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan pernah ingin dilamar namun dilamar setan. Tetapi
klien sering menanyakan itu berkali – kali kepada perawat dan merasa
lesuh, sedikit sedih dan putus asa karna belum menikah.
5. Afek
Saat pengkajian klien terlihat labil karena, klien terkadang semangat
dan namun tiba – tiba klien sedih saat sedang membahas tentang
percintaanya.
41
6. Interaksi saat wawancara
Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif. Tapi pandangan klien
tidak fokus selalu ke perawat. Klien suka menunduk kebawah dan
kadang klien suka menatap ke arah lain dan tiba – tiba melamun.
7. Persepsi
Klien mengatakan saat tidur terganggu karena ada bayangan yang
pasien lihat dan mendengar suara bisikan
8. Proses pikir
Proses pikir klien suka memblocking, blockingan atau hambatan itu
dari klien yang terkadang klien tidak fokus saat diwawancara dengan
pasien suka melihat tulisan dan suka menanyakan tentang makanan
sudah datang apa belum dan boleh untuk saya atau tidak.
9. Isi pikir
Isi pikiran klien yaitu Hipokondria. Klien merasakan bahwa mamae
terdapat tumor dan akan di operasi 2 bulan lagi. Namun di rekam
medis klien terdapat gangguan fisik anemia.
10. Waham
Tidak ada masalah
11. Tingkat kesadaran
Klien saat diajak mengobrol tidak ada keluhan dan kondisi klien stabil
12. Memori
Klien tidak memiliki gangguan memori
13. Tingkat konsentrasi
Klien dapat konsentrasi dengan baik saat disuruh berhitungan oleh
perawat. Namun, klien tidak dapat berkonsentrasi dan mudah beralih
karena melihat tulisan dan menanyakan makanan.
14. Kemampuan penilaian
Saat membahas topik, klien dapat memberikan jawaban yang relevan
namun sibeberapa kondisi klien akan berubah seperti inkoherea
(sebelum minum obat)
15. Daya Tilik
Klien dapat menilai kegiatan baik dan tidak baik dilakukan
42
VIII. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Saat dikaji klien makan 3 x Sehari, makanan yang diberikan selalu
dihabiskan dan makan dengan mandiri.
2. BAB/ BAK
Klien sulit BAB/ BAK, namun klien bisa melakukannya secara
mandiri dan mengetahui cara melakukan pembersihan setelah bab/ bak
3. Mandi
Klien mandi 2 x sehari, yaitu pagi dan sore, klien dapat melakukan
kegiatan secara mandiri dan mengetahui urutan cara menjaga
kebersihan dirinya
4. Berpakaian/ Berhias
Klien dapat mengantikan pakaian dengan sendiri dan akan berganti
pakaian setelah mandi dan jika baju nya basah. Rambut klien rapih
dan bersih tidak ada kotoran dan kutu.
5. Isirahat dan tidur
Klien dapat berisitirahat secara cukup, mulai tidur siang jam 10.00 s/d
12.00 dan tidur malam 21.00 s/d 05.00 dan sebelum tidur klien biasa
melakukan berdoa dan membersihkan lantai sekitar tempat tidur
terlebih dahulu.
6. Penggunaan obat
Klien minum obat secara mandiri dan teratur sesuai jam minum obat
yang di berikan oleh perawat, namun klien tidak memahami
keuntungan dan kerugian tidak minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien harus minum obat secara teratur dan diberikan atau di evaluasi
setiap strategi pelaksanaan
8. Kegiatan di rumah
Klien mengatakan sering membantu ibunya dirumah
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan sering keluar rumah bersama kakaknya untuk
datang ke arisan yang di daerah rumahnya.
43
IX. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika terdapat masalah, klien mampu bercerita kepada
ibunya ataupun orang lain, melakukan tehnik nafas dalam dan berolahraga
saja.
X. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak dapat mampu mengungkapkan masalah atau perasaaannya
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien jarang bergabung dengan tetangga maupun kelompok karang
taruna
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan pernah tidak naik kelas
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak pernah bekerja
e. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan jika tinggal bersama ayah dan ibu tirinya itu suka
memukul dan jarang di berikan makan
f. Masalah dengan ekonomi
Klien tidak mengungkapkan
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan sering mengontrol kejiwaannya dengan rawat jalan
dan minum obat.
XI. Pengetahuan kurang tentang
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang obat yang sudah ia minum
selama ini, dan klien mengatakan ingin sekali dijelaskan tentang efek obat
yang dia minum.
XII. Aspek medik
a. Diagnosa medis: Skizofrenia Paranoid
b. Terapi medik:
- Heliperidol 1,5 mg/ 12 jam (P. M)
- THP 2 mg/ 12 jam (P. M)
- Lorazepam 2 mg/ 12 jam (P. M)
44
- Vit B Complex 1 tab/ 12 jam (P. M)
XIII. Daftar masalah keperawatan
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan
XIV. Daftar diagnosis keperawatan
1. Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
45
dengan orang lain. Yang ketiga yaitu SP 3 dimana klien diminta untuk
membuat jadwal kegiatan harian/ aktivitas harian dengan tujuan mencegah
timbulnya halusinyasi karena klien tidak mempunyai waktu luang karena
kegiatan hariannya sudah terjadwal. Yang keempat yaitu SP 4 klien diharapkan
dapat memanfaatkan obat dengan baik dan memotivasi klien untuk tidak putus
obat.
Untuk diagnosa kedua Isolasi Sosial intervensi terdiri dari 4 SP,
yang pertama SP 1 diharapakan klien dapat menyebutkan penyebab isolasi
sosial, keuntungan berhubungan dengan orang lain, kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain dan cara berkenalan dengan orang lain. Yang kedua yaitu SP
2 klien diharapkan dapat mempraktikan cara berkenalan dengan 1 orang sampai
2 orang. Yang ketiga yaitu SP 3 dimana diharapkan klien dapat bercakap cakap
dalam melakukan kegiatan.
Untuk diagnosa ketiga yaitu Harga Diri Rendah intervensi terdiri
dari 2 SP, yang pertama SP 1 diharapkan klien dapat mengenali dan
menyebutkan aspek positif yang dimilikinya, yang ke 2 yaitu SP 2 diharapkan
perawat dapat membantu klien menilai kemampuan.
46
halusinasi masih ada. Untuk planning latihan menghardik 2x/hari dan praktikan
saat halusinanya muncul.
47
Intervensi selanjutnya tanggal 3 Februari 2021 adalah Tindakan : SP I
Isolasi sosial yaitu membina hubungan saling percaya, menyebutkan penyebab
isolasi sosial, ,keuntungan berhubungan dengan orang lain, kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain dan cara berkenalan dengan orang lain. Pada
pukul 11.00 WIB, dimana setelah dievalusasi diperoleh data subjektif Klien
mengatakan mengerti cara berkenalan. Objektifnya : Klien mampu
menyebutkan kembali cara berkenalan. Analisa disimpulkan masalah Isolasi
sosial masih ada, planningnya anjurkan klien berlatih berkenalan dengan
pasien lain.
48
BAB IV
Penutup
1. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Dimana halusinasi itu sendiri terbagi menjadi halusinasi
pendengaran, penglihatan , penciuman, perabaan dan pengecapan dan Ny N merupakan
salah satu bukti nyata yang mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan maka
dapat disimpulkan bahwa :
49
kemampuan yang masih bisa dilakukan selama dirumah sakit, melatih klien aktifitas
yang bisa dilakukan dirumah sakit yaitu seperti menyapu dan menata tempat tidur.
2. Saran
Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada
halusinasi, perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya
untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien. Perawat sangat
diharapkan selalu memberikan semangat dan dorongan kepada klien dalam
menyelesaiakan masalah yang dihadapinya. Sehingga dapat mempercepat penyembuhan
klien.
Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada pemulihan
klien dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena itu peran sangat
penting dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari kambuhnya kembali
gangguan jiwa pada klien.
50
Daftar Pustaka
Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama
Dermawan, R., & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Keliat, Budi Ana. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakara: EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Rabba E.P., Rauf S.P., & Dahrianis. 2014. Hubungan antara Pasien Halusinasi
Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Kenari RS Khusus
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosa Vol. 4, No. 4.
S. N. Ade Herma Direja. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Yudi Hartono Dkk. 2012. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta;salemba medika
https://bogor.pojoksatu.id/amp/baca/sebanyak-1-021-warga-kota-bogor-sakit-jiwa-ini-
datanya diakses pada tanggal 4 febuari 2021 pukul 21.16
51