Anda di halaman 1dari 56

PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS

DI
S
U
S
U
N
Oleh :

Reylias Meiwanda Sembiring


160204070
PSIK 4.2

Dosen Pembimbing : Ns. Erwin Silitonga, M.Kep.

PROGRAM STUDY NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Kepemimpinan dan Menejemen Keperawatan. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 20 Maret 2020

Reylias Sembiring
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen, karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
tak akan dapat berjalan.
Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal yang
mudah untuk dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase mengambil
keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita mengartikan frase
memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan peraihan
kesempatan kedalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah
sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi
untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau
memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan
masalah, manajer akan terlibat dalam pengambilan keputusan. Di kehidupan
sehari-hari kita sebenarnya kehidupan yang selalu bersangkutan dengan
keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah
melakukan musyawarah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam
manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan
kesehatan masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat untuk maksud tersebut, puskesmas berfungsi
melaksanakan tugas teknis dan administrative.
Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya
masyarakat dalam bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan
kesehatan dan pelayanan kesehatan strata pertama. Selama ini yang banyak
berkembang adalah puskesmas merupakan pelayanan kesehatan masyarakat
strata pertama sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan
puskesmas?
2. Bagaimanajenis perencanaan yang disusun kepala puskesmas?
3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen?
4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan dan
puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan
puskesmas
2. Mengetahuijenis perencanaan yang disusun kepala puskesmas
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen.
4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di
puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1.1. Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan
Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
1.2. Tujuan
a. Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
b. Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c. Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas
yang tersedia
d. Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e. Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f. Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang,
sehingga membantu menurunkan elemen perubahan
g. Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
h. Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
1.3. Manfaat Perencanaan Puskesmas
a. Memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya kesehatan secara
efektif &efisien
b. Memudahkan pengawasan dan pertanggung jawaban
c. Dapat mempertimbangkan hambatan
1.4. Komponen
Komponen Manajemen Puskesmas yaitu Manajemen Operasional
Puskesmas ,Manajemen Alat dan Obat,Manajemen Keuangan, Manajemen
Ketenagaan Penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan baik perorangan
maupun kesehatan masyarakat perlu ditunjang oleh manajemen yang baik.
Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran yang Puskesmas yang efektif dan efisien.
Manajemen Puskemas meliputi 1) perencanaan; 2) pelaksanaan - pengendalian; 3)
pengawasan pertanggungjawaban, yang harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.

1.5. Manajemen Puskesmas


Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan
yang bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan
efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas
merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI,
2006).
1.Perencanaan Puskesmas
Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010.
Dalam perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal
sesuai kondisi kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan Pada dasarnya ada 3
langkah penting dalam penyusunan perencanaan yaitu : (a) identifikasi kondisi
masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas pelayanan kesehatan
tentang cakupan dan mutu pelayanan, (b) identifikasi potensi sumber daya
masyarakat dan provider, dan (c) menetapkan kegiatan-kegiatan untuk
menyelesaikan masalah.
Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
tahun yang akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia
selanjutnya puskesmasmembuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
Proses perencanaan dapat menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat
Puskesmas (PTP) yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat
memanfaatkan instrument lainnya
2. Penggerakkan Pelaksanaan Puskesmas
melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih rinci
dari rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan
pelaksanaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang
terdiri dari :a.Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan
pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga monitoring bulanan kegiatan
puskesmas dengan melibatkan lintas program intern puskesmas.
b.Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan
monitoring kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral, Badan
enyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra yang lain puskesmas
sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal kegiatan.3.Pengawasan,
Pengendalian dan PenilaianUntuk terselenggaranya proses pengendalian,
pengawasan dan penilaian diperlukan instrumen yang sederhana. Instrumen
yang telah dikembangkan di puskesmas adalah:a.Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS)b.Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti
dan stratifikas

2.1. Perencanaan Tingkat Puskesmas


Perencanaan yang disusun melalui pengenalan permasalahan secara tepat
berdasarkan data yang akurat, serta diperoleh dengan cara dan dalam waktu yang tepat,
maka akan dapat mengarahkan upaya kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas dalam
mencapai sasaran dan tujuannya. Dalam upaya mencakup seluas mungkin sasaran
masyarakat yang harus dilayani, serta mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas,
maka pelayanan kesehatan harus dapat dilaksanakan secara terintegrasi baik lintas
program maupun lintas sektor. Kepala Puskesmas harus mampu membangun kerjasama
dan mengkoordinasikan program di internal Puskesmas dan di eksternal dengan mitra
lintas sektor. Koordinasi dengan lintas sektor sangat diperlukan, karena faktor penyebab
dan latar belakang masalah kesehatan tertentu kemungkinan hanya dapat diselesaikan
oleh mitra lintas sektor.
Peran pemerintah daerah sangat besar dalam menyelesaikan permasalahan
kesehatan di masyarakat, oleh karenanya Puskesmas perlu mencari dukungan dari
pemerintah daerah yang dimulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan
Kabupaten/Kota. Proses perencanaan Puskesmas harus terintegrasi kedalam sistim
perencanaan daerah melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) yang disusun secara top down dan bottom-up.
Proses perencanaan Puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan
pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan, selanjutnya disusun
pada tingkat kecamatan dan kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Perencanaan Puskesmas yang diperlukan terintegrasi dengan
lintas sektor kecamatan, akan diusulkan melalui kecamatan ke pemerintah daerah
Kabupaten/Kota.
Puskesmas akan menyusun rencana 5 (lima) tahunan dan rincian rencana
tahunannya berdasarkan pada hasil evaluasi tahun sebelumnya dan mengacu pada
kebijakan kesehatan dari tingkat administrasi diatasnya, baik Kabupaten/Kota,
provinsi, dan pusat. Untuk kepentingan penyusunan perencanaan Puskesmas,
perlu diselaraskan dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
dan program kesehatan nasional lainnya

2.1.1. Penyusunan Rencana Lima Tahunan


Dalam rangka meningkatkan prinsip penyelenggaraan Puskesmas, agar
mampu mencapai tujuan yang diharapkan, serta mengembangkan dan membina
pelayanan kesehatan di wilayahnya secara efektif dan efisien, perlu disusun
rencana lima tahunan ditingkat Puskesmas. Dengan adanya Rencana Lima
Tahunan Puskesmas, maka kelangsungan pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan pada setiap tahun untuk satu periode akan dapat lebih terjamin,
walaupun terjadi pergantian pengelola dan pelaksana kegiatan di Puskesmas maka
diharapkan pengembangan program/kegiatan tetap berjalan sesuai dengan
Rencana Lima Tahunan yang telah ada. Penyusunan Rencana Lima Tahunan
Puskesmas dilakukan pada setiap periode lima tahun, dengan tahap
pelaksanaannya sebagai berikut:
A.1. Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap perencanaan. Tahap
ini dilakukan dengan cara:
a. Kepala Puskesmas membentuk Tim Manajemen Puskesmas yang
anggotanya terdiri dari Tim Pembina Wilayah, Tim Pembina Keluarga,
Tim Akreditasi Puskesmas, dan Tim Sistim Informasi Puskesmas.
b. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi
keberhasilan penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas.
c. Tim mempelajari:
(1) Rencana Lima Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang
merupakan turunan dari Rencana Lima Tahunan Dinas Kesehatan
provinsi dan Rencana Lima Tahunan Kementerian Kesehatan.
(2) Standar Pelayanan Minimal tingkat Kabupaten/Kota.
(3) Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.
(4) Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.
(5) Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan Keluarga.
(6) NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh tim di
dalam penyusunan perencanaan Puskesmas.
A.2. Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan
dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi Puskesmas, agar
dapat merumuskan kebutuhan pelayanan dan pemenuhan harapan
masyarakat yang rasional sesuai dengan keadaan wilayah kerja Puskesmas.
Tahap ini dilakukan dengan cara:
a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan
gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
dalam 4 tahun yang dimulai dari tahun N-5 sampai dengan tahun N-2
untuk setiap desa/kelurahan. N menunjukan tahun yang akan disusun,
sehingga untuk menyusun perencanaan lima tahunan (sebagai contoh
perencanaan lima tahunan periode tahun 2017-2021), maka data
kinerja akhir tahun yang dikumpulkan dan dipelajari adalah tahun
2012, 2013, 2014 dan 2015. Data yang dikumpulkan ditambah hasil
evaluasi tengah periode (midterm evaluation) dari dokumen laporan
tahun berjalan (N-1). Adapun data kinerja dan status kesehatan
masyarakat diperoleh dari Sistim Informasi Puskesmas. Data yang
dikumpulkan adalah:
(1) Data dasar, yang mencakup:
a) Identitas Puskesmas;
b) Wilayah kerja Puskesmas
c) Sumber daya Puskesmas, meliputi:
 Manajemen Puskesmas
 Gedung dan sarana Puskesmas
 Jejaring Puskesmas, lintas sektor serta potensi sumber daya
lainnya
 Sumber daya manusia kesehatan, dan
 Ketersediaan dan kondisi peralatan Puskesmas
(2) Data UKM Esensial, yaitu:
a) Promosi Kesehatan;
b) Kesehatan Lingkungan;
c) Pelayanan Gizi KIA-KB;
d) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
e) Surveilans dan Sentinel SKDR; dan
f) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
(3) Data UKM Pengembangan, antara lain:
a) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS);
b) Kesehatan Jiwa;
c) Kesehatan Gigi Masyarakat;
d) Kesehatan Tradisional dan Komplementer;
e) Kesehatan Olahraga;
f) Kesehatan Kerja;
g) Kesehatan Indera;
h) Kesehatan Lanjut Usia; dan/atau
i) Pelayanan kesehatan lainnya sesuai kebutuhan Puskesmas.
(4) Data UKP, antara lain:
a) Kunjungan Puskesmas;
b) Pelayanan Umum;
c) Kesehatan Gigi dan Mulut; dan
d) Rawat Inap, UGD, Kematian, dll.
(5) Data Keperawatan Kesehatan Masyarakat, data laboratorium, dan
data kefarmasian.
(6) Kondisi keluarga di wilayah kerjanya yang diperoleh dari Profil
Kesehatan Keluarga (Prokesga) melalui pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Setiap keluarga
pada wilayah kerja Puskesmas akan terpantau kondisi status
kesehatan sebuah keluarga terkait 12 indikator utama sebagai
berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN);
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
Data tersebut diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan Indeks
Keluarga Sehat (IKS) pada tingkat keluarga, tingkat desa atau
kelurahan, dan tingkat Puskesmas. Hasil perhitungan IKS
tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori kesehatan masing-
masing keluarga dengan mengacu pada ketentuan berikut:
1) Nilai indeks > 0,800 : keluarga sehat
2) Nilai indeks 0,500 – 0,800 : pra-sehat
3) Nilai indeks < 0,500 : tidak sehat
b. Analisis data
Dalam rangka mendapatkan informasi sebagai landasan penyusunan
Rencana Lima Tahunan Puskesmas, dilaksanakan analisis data
Puskesmas, berdasarkan hasil analisis perhitungan IKS dan data
kesehatan lain yang telah dikumpulkan. Beberapa metode analisis data
yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1) Analisis Deskriptif
Menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel
sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk nilai rata-
rata, nilai minimal dan maksimal, serta nilai kuartil. Misalnya
nilai rata-rata cakupan imunisasi bayi, kisaran nilai maksimal dan
minimal cakupan imunisasi bayi.
Dengan metode analisis deskriptif, analisis dapat disajikan dalam
bentuk:
o Analisis Menurut Waktu (tren, berdasarkan hari, minggu,
bulan, tahun):
Analisis tren merupakan suatu metode analisis yang ditujukan
untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa
yang akan datang. Dari analisis tren dapat dilihat adanya
peningkatan atau penurunan suatu kejadian.

Gambar 2.2. Contoh Analisis Menurut Waktu Jumlah


Kunjungan Ibu Hamil Puskesmas X tahun
2015

o Analisis Menurut Tempat (Perdesaan, perkotaan, antar


negara)
Yang dimaksud dengan tempat adalah area geografis, dapat
dikategorikan menurut luas maupun tinggi wilayah, dapat juga
menurut perkotaan-perdesaan, dalam-luar negeri, institusi-non
institusi dan sebagainya.

Gambar 2.3. Contoh Analisis Menurut Tempat Jumlah


Penderita Diare Menurut Desa tahun 2015

2) Analisis Komperatif
Menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau membandingkan
dengan target/standar tertentu, antar jenis kelamin, antar
kelompok umur, antar sumber data. Secara khusus, dengan
tersedianya data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin,
dapat dikomparasikan derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan
sumber daya kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya
perbandingan prevalensi gizi buruk pada balita laki-laki dan
perempuan.

Gambar 2.4. Contoh Analisis Komparatif Jumlah Penderita


Gizi Buruk Menurut Jenis Kelamin dan
Menurut Desa di Puskesmas X Tahun 2015

3) Analisis Hubungan Dalam Program dan Antar Program


Analisis hubungan dalam program dan antar program adalah
analisis yang menjelaskan hubungan/keterkaitan variabel dalam
dan atau antar program yang secara logika memiliki hubungan.
Analisis Hubungan Dalam Program misalnya cakupan K1, K4,
Persalinan Normal (PN) dan KN. Analisis Hubungan Antar
Program misalnya KIA dengan Imunisasi (cakupan TT 2-5
dengan cakupan K4 dan temuan TN; cakupan KN1 dengan
cakupan HB0).
Gambar 2.5. Contoh Analisis Hubungan Dalam Program
Cakupan Pelayanan KIA di Puskesmas X Bulan
Agustus tahun 2014.

Berdasarkan beberapa metode analisis di atas, dapat dihasilkan


gambaran analisis yang merupakan interpretasi dari data atau
situasi yang dianalisis. Gambaran analisis tersebut harus dapat
menggambarkan:
a. Kecenderungan pencapaian status kesehatan masyarakat dan
hasil kinerja Puskesmas.
 Gambaran status kesehatan masyarakat per tahun, pada
tahapan awal, tengah periode 5 tahunan perencanaan
(midterm), dan prakiraan di akhir tahun ke-5 perencanaan.
 Gambaran hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan
Puskesmas serta analisis kecenderungan (trend analysis)
pencapaiannya, untuk mengetahui adanya kesenjangan
terhadap target.
 Gambaran hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan
Puskesmas yang diperbandingkan antar bulan-bulan yang
sama di setiap tahun pelaksanaan kegiatan.
b. Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas.
c. Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas
dengan target pencapaian untuk 5 tahun kedepan, baik
prediksi untuk pencapaian target kinerja dan status kesehatan
masyarakatnya maupun untuk kesenjangan pencapaian
hasilnya serta antisipasi yang perlu diperhatikan terhadap
kemungkinan penyebab dan hambatan yang ada serta yang
mungkin akan terjadi.
d. Faktor-faktor yang mendukung kemungkinan adanya suatu
perubahan yang signifikan terjadi.
 Faktor yang dapat mendorong perubahan yang signifikan
kearah yang lebih baik:
 Penerapan kepemimpinan yang mampu membangun
kerja sama dalam tim, mendorong partisipasi serta
mengembangkan kemampuan bekerja profesional
yang penuh tanggung jawab (intellectual happiness /
bekerja bukan karena mengharapkan sesuatu atau
karena takut terkena konsekuensi/sanksi) dalam diri
masing-masing petugas.
 Kemampuan memanfaatkan data dan informasi, untuk
pengambilan keputusan dan melakukan tindakan tepat
dan koreksinya.
 Kemampuan untuk melihat hubungan masalah antara
satu program dengan program lainnya, atau antara
masalah utama dengan faktor penyebab dan latar
belakangnya masing-masing, agar strategi dan
langkah penyelesaiannya dapat dirumuskan secara
tepat, berurutan sesuai dengan prioritas secara terpadu
dalam Tim kerja (Team Work). Permasalahan di suatu
program bisa saja terjadi akibat/dampak dari program
lainnya, sehingga yang harus diselesaikan masalahnya
lebih dahulu adalah program sebagai penyebab.
 Kemampuan merumuskan strategi dan langkah-
langkah mewujudkannya dengan baik dan berkualitas
 Kemampuan mengelola sumber daya dan
mengembangkan potensinya sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal, termasuk tenaga
kesehatan yang tersedia
 Dukungan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan lintas sektor.
 Ketepatan membuat pemetaan masyarakat untuk
mendapat dan memilih mitra masyarakat yang dapat
difungsikan dalam penggerakan peran serta.
 Kemampuan menghadapi kondisi dan situasi matra
yang dihadapi masyarakat, yaitu kondisi dimana
seseorang/individu dan/atau masyarakat berada dalam
lingkungan kehidupan yang berubah/berbeda secara
bermakna dari kondisi lingkungan kesehariannya,
seperti pada saat bencana, situasi konflik dan
sebagainya. Puskesmas harus dapat mengupayakan
agar individu dan atau masyarakat tahu mengenali,
mau dan mampu mempersiapkan dan menyesuaikan
dirinya terhadap kondisi/situasi lingkungan matra dan
yang berdampak terhadap kesehatan.
 Faktor yang dapat menyebabkan perubahan signifikan
kearah yang buruk, seperti:
 Kurang mampunya kepala Puskesmas dalam
menggerakkan staf untuk menjalankan peran, tugas
dan fungsinya masing-masing.
 Kurang mampu memanfaatkan data/informasi untuk
mengantisipasi risiko, yang dapat berdampak buruk
kesehatan masyarakat.
 Kurang memperhatikan atau “melalaikan” temuan
masalah kesehatan ataupun kesenjangan pencapaian
kinerja dan tidak melakukan tindakan koreksi
(corrective action). Hal ini mengakibatkan sewaktu-
waktu dapat terjadi Outbreak/Kejadian Luar Biasa,
yang akan berpengaruh signifikan terhadap kesehatan
masyarakat.
 Ketidakmampuan mengatasi kondisi matra sehingga
dapat berdampak buruk pada masyarakat.
 Kemampuan Puskesmas di dalam mengidentifikasi
adanya perubahan-perubahan signifikan yang dapat
diketahui penyebab dan latar belakangnya, membuat
Puskesmas dapat:
 Memanfaatkan pengalaman untuk perubahan
signifikan kearah yang baik, dalam memperluas
perbaikan-perbaikan pelayanan kesehatan lainnya
yang dinilai masih perlu untuk ditingkatkan.
 Melakukan langkah-langkah perbaikannya dan
mewaspadai temuan berikutnya, agar perubahan
menuju kearah yang buruk, dapat dicegah sedini
mungkin.

c. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan


melalui Survey Mawas Diri/Community Self Survey (SMD/CSS):

(1) Survei Mawas Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan
masalah yang dihadapi masyarakat, serta potensi yang dimiliki
masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi yang
dimiliki antara lain ketersediaan sumber daya, serta peluang-
peluang yang dapat dimobilisasi. Hal ini penting untuk
diidentifikasi oleh masyarakat sendiri, agar selanjutnya
masyarakat dapat digerakkan untuk berperan serta aktif
memperkuat upaya-upaya perbaikannya, sesuai batas
kewenangannya.
(2) Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data
sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan potensi
yang ada dan membangun kesepakatan bersama masyarakat dan
kepala desa/kelurahan, untuk bersama-sama mengatasi masalah
kesehatan di masyarakat.
(3) Instrumen SMD/CSS disusun Puskesmas sesuai masalah yang
dihadapi dan masalah yang akan ditanggulangi Puskesmas.
Instrumen yang disusun mencakup format pendataan yang
dilakukan wakil masyarakat yang dapat mengidentifikasi masalah
kesehatan masyarakat dan dapat memberi informasi tentang:
 Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita;
 Status imunisasi dan status gizi balita;
 Kondisi lingkungan permukiman/rumah tempat tinggal;
 Kondisi rumah, ketersediaan air bersih layak konsumsi,
cakupan jamban sehat, Sarana Pembuangan Air Limbah
(SPAL) di rumah tangga;
 Perawatan balita sehat dan sakit;
 Upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan balita (tumbuh
kembang, gizi seimbang, imunisasi, Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS), dll);
 Peranan keluarga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM);
 Peranan keluarga pada kegiatan UKBM; dan atau
 Pertanyaan lain yang dianggap perlu untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi masyarakat.

A.3. Perumusan Masalah


Dari hasil analisis data, dilaksanakan perumusan masalah. Masalah adalah
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tahapan ini dilaksanakan
melalui:
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah
yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan
masalah yang ditemukan.
Tabel 2.1. Contoh Tabel Identifikasi Masalah
No Upaya Target Pencapaian Masalah
1. UKM Esensial:
a. Promosi Kesehatan
b. ...
2. UKM Pengembangan

3. UKP
Keterangan:
Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who, When, Where, Why
and How/Apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, kapan masalah itu
terjadi, dimana masalah itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi).

b. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah


Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi
masalah, ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih
masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai
kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain.
Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan
berbagai macam metode seperti metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth) dan sebagainya.
Metode USG:
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya
dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan
isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang
memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih
jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Urgency:
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi. Urgency
dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah
tersebut diselesaikan.
(2) Seriousness:
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistim atau tidak.
(3) Growth:
Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.
Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode
USG, yakni sebagai berikut:
(1) Hasil analisa situasi
(2) Informasi tentang sumber daya yang dimiliki
(3) Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta
kebijakan pemerintah yang berlaku.

Tabel 2.2. Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode


USG

NO MASALAH U S G TOTAL
1. Masalah A 5 4 4 13
2. Masalah B 5 4 3 12
3. Masalah C 3 3 5 11
Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar,
4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil). Atas dasar contoh
tersebut maka isu yang merupakan prioritas adalah Isu A.
c. Mencari Akar Penyebab Masalah
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya dicari
akar penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah agar
dikonfirmasi dengan data di Puskesmas. Beberapa metode yang dapat
dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah yaitu:
1) Diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/ fish
bone). Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
 Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.
 Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah
kepala ikan.
 Tetapkan kategori utama dari penyebab.
 Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
 Lakukan brainstorming (curah pendapat) dan fokuskan pada
masing-masing kategori.
 Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk
kategori utama yang lain.
 Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat
daftar sub penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih
kecil.
 Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data
untuk menghilangkan duplikasi ketidaksesuaian dengan
masalah, dll.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Fish bone diagram hanya menggambarkan tentang
kemungkinan suatu penyebab, bukan fakta/penyebab yang
sesungguhnya, untuk itu diperlukan konfirmasi dengan data di
Puskesmas untuk memastikannya.
 Efek (masalah) perlu diidentifikasi dan dipahami dengan jelas
sehingga tidak terjadi kerancuan dalam mencari kemungkinan
penyebabnya.
 Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab secara terfokus sehingga dapat
dihindari kemungkinan terlewatnya penyebab.
 Pastikan bahwa setiap anggota tim dapat terlibat secara penuh
dalam proses penyusunan fish bone diagram tersebut.

Gambar 2.6. Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa


(Fishbone)

2) Pohon Masalah (Problem Trees).


Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
 Tuliskan “masalah” pada kotak di puncak pohon masalah.
 Buat garis panah vertikal menuju kotak tersebut.
 Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada
kotak dibawahnya dengan arah panah menuju ke kotak
masalah.
 Lakukan curah pendapat dan fokuskan pada masing-masing
kategori.
 Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk
kategori utama yang lain.
 Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat
daftar sub penyebab dan letakkan pada kotak yang ada
dibawahnya.
 Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi, tidak sesuai dengan masalah, dan
lain-lain.
Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari:
1) Input (sumber daya): sarana, prasarana, alat kesehatan, tenaga,
obat dan bahan habis pakai, anggaran dan data.
2) Proses (pelaksanaan kegiatan).
3) Lingkungan.

MASALAH MASALAH MASALAH


MASALAH MASALAH
Tajuk/Daun:
MASALAH
Masalah yang merupakan akibat berikut
Ranting: MASALAH
MASALAH
MASALAH akibat berikut
Masalah yang merupakan
MASALAH
MASALAH
MASALAH
Batang:
MASALAHMasalah yang merupakan akib
MASALAH
Akar: SEBABSEBAB
SEBAB
SEBAB
Masalah internal
SEBAB SEBAByang menyebabkan
Masalah eksternal yang menjadi penyebab masalah
Gambar 2.7. Pohon Masalah

Atau jika diuraikan secara sederhana menjadi seperti format


dibawah ini:
Gambar 2.8. Uraian Gambar Pohon Masalah
d. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan
kesepakatan di antara anggota tim dengan didahului brainstorming
(curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan tabel
cara pemecahan masalah. Langkah-langkah pemecahan masalah
sebagai berikut:
1) Brainstorming (curah pendapat).
Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat tentang
suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota tim dalam
periode waktu yang singkat dan bebas dari kritik. Manfaat dari
brainstorming adalah untuk:
 Mendapatkan ide/pendapat/gagasan sebanyak-banyaknya
 Pengembangan kreatifitasi berpikir dari anggota tim
 Memacu keterlibatan seluruh peserta (anggota tim).
Tipe brainstorming:
 Terstruktur, tiap anggota tim menyampaikan ide/gagasan
bergiliran.
 Tidak terstruktur, tiap peserta yang mempunyai ide/gagasan
dapat langsung menyampaikannya.
Langkah-langkah:
 Tetapkan suatu topik/masalah sejelas mungkin.
 Beri waktu beberapa saat kepada anggota untuk memahami dan
memikirkannya.
 Tetapkan waktu yang akan digunakan untuk curah pendapat,
misalnya 30-45 menit.
 Anggota tim menyampaikan ide.
 Apabila terdapat beberapa anggota yang mendominasi,
gunakan curah pendapat terstruktur sehingga seluruh anggota
mempunyai kesempatan yang sama. Bila yang dipilih secara
terstruktur, anggota yang tidak menyampaikan pendapat pada
gilirannya harus mengucapkan “Pass” dan kesempatan
diberikan pada anggota berikutnya.
 Beri dorongan/rangsangan agar anggota berani memberikan /
mengajukan pendapat.
 Selama brainstorming berjalan, tidak dibenarkan menanggapi
pendapat anggota yang sedang berbicara. Bila ini terjadi,
pimpinan sidang harus segera menegur.
 Tuliskan setiap ide/gagasan tersebut pada flipchart sehingga
dapat dilihat oleh seluruh anggota.
 Teruskan brainstorming sampai waktu yang telah ditetapkan
habis.
 Lakukan klarifikasi, hilangkan sesuatu yang menyimpang dari
topik atau duplikasi yang terjadi.
 Buat list pendek yang berhubungan dengan topik yang dibahas.
2) Kesepakatan di antara anggota tim, berdasarkan hasil dari curah
pendapat (brainstorming). Hasil kesepakatan dipergunakan sebagai
bahan penyusunan Rencana Lima Tahunan.
3) Bila tidak terjadi kesepakatan, digunakan metode Tabel cara
pemecahan masalah sebagai berikut:

Tabel 2.3. Contoh Tabel Cara Pemecahan Masalah


Alternatif Pemecahan
Priorotas Penyebab
No. Pemecahan Masalah Ket.
Masalah Masalah
Masalah Terpilih
A.4. Penyusunan Rencana Lima Tahunan
Berdasarkan kesepakatan cara pemecahan masalah dapat dikembangkan
program kegiatan dan ditentukan target yang akan dicapai. Pengawasan
dan pengendalian untuk pencapaian target Rencana Lima Tahunan
dilakukan setiap tahun, dan pada tengah periode lima tahunan dilakukan
evaluasi periode tengah lima tahun (Midterm evaluation), untuk
menyesuaikan target akhir Rencana Lima Tahunan. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengakomodir perubahan kebijakan ataupun kebijakan yang baru,
hasil analisis trend pencapaian program, kemungkinan penambahan
sumber daya dan kemungkinan masalah kesehatan yang baru. Rincian
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai target prioritas yang telah
ditetapkan pada perencanaan lima tahunan akan disusun dalam
perencanaan tahunan Puskesmas.

Formatnya adalah sebagai berikut:


Tabel 2.4. Format Rencana 5 (Lima) Tahunan Puskesmas
No Upaya Kesehatan Tujuan Indikator Kinerja Cara Target Rincian Kegiatan Kebutuhan
Perhitungan Anggaran
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7 8
UKM ESENSIAL
1. KIA & KB Meningkatnya kesehatan ibu Cakupan K4 80 90 90 90 90 Pelatihan P4K untuk bidan
2. Promkes Meningkatnya PHBS di masy. Rumah Tangga Sehat 60 65 70 75 80 Penyuluhan PHBS
3. Kesling SAB yang memenuhi 50 55 60 65 70 Inspeksi sanitasi SAB
syarat
4.Gizi 70 75 80 85 90 Revitalisasi Posyandu
5.Pencegahan dan 70 85 100 100 100 P2 TB Paru dg strategi
Pengendalian Penyakit DOTS
UKM PENGEMBANGAN
1. Kestrad, dst
UKP
1. Rawat Jalan Kunjungan rawat jalan 50 60 70 80 80
umum
PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Dst
PELAYANAN PERAWATAN KESMAS
1. Dst
PELAYANAN LABORATORIUM
1. Dst
Keterangan:
 Matriks tersebut diatas merupakan indikator kegiatan prioritas yang dilakukan Puskesmas di dalam menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya untuk lima tahun ke depan. Target
indikator prioritas pada contoh formulir diatas dapat ditambah berdasarkan hasil perumusan prioritas masalah Puskesmas diwilayah kerjanya.
 Matriks diatas dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kebijakan daerah, dengan tidak mengurangi variabel kolom yang ada.
 Kolom (2). Upaya Kesehatan diisi dengan UKM, UKP, pelayanan kefarmasian, keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium yang dilaksanakan di Puskesmas.
 Kolom (3). Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap upaya kesehatan.
 Kolom (4). Indikator Kinerja diisi dengan indikator pencapaian upaya kesehatan. Indikator kinerja ditentukan berdasarkan masalah prioritas kesehatan diwilayah kerja Puskesmas, dimana
pencapaiannya dapat didukung oleh beberapa upaya yang dilaksanakan Puskesmas, sehingga tidak setiap upaya harus mempunyai indikator sendiri, mengingat prinsip integrasi program dalam
pendekatan siklus kehidupan.
 Kolom (5). Cara Perhitungan diisi dengan cara perhitungan masing-masing target indikator kinerja yang telah ditetapkan.
 Kolom (6). Target diisi dengan target pencapaian setiap indikator kinerja yang telah ditetapkan.
 Kolom (7). Rincian Kegiatan diisi dengan penjabaran kegiatan dari masing-masing upaya yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan. Rincian kegiatan akan
menjadi bahan dalam penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas.
 Kolom (8). Kebutuhan anggaran diisi dengan perkiraan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang telah dirumuskan.
2.1.2. Penyusunan Rencana Tahunan
Penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas harus dilengkapi dengan usulan
pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional Puskesmas.
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk tahun mendatang (N+1)
disusun pada bulan Januari tahun berjalan (N) berdasarkan hasil kajian pencapaian
kegiatan tahun sebelumnya (N-1), dan diharapkan proses penyusunan RUK telah
selesai dilaksanakan di Puskesmas pada akhir bulan Januari tahun berjalan (N).
Adapun tahapan penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas seperti tahapan
penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas, yaitu:
B.1. Persiapan
Langkah-langkah dalam tahap persiapan dilaksanakan seperti tahap
persiapan pada penyusunan Rencana Lima Tahunan Puskesmas. Pada
tahap ini tim mempelajari:
a. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
b. Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan
Minimal tingkat Kabupaten/Kota.
c. Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan kabupaten kota,
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas.
d. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.
e. Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan Keluarga.
f. NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh tim di dalam
penyusunan perencanaan Puskesmas.
B.2. Analisis Situasi
a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan
gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas di
tahun (N-2) untuk setiap desa/kelurahan. N menunjukan tahun yang
akan disusun, sehingga untuk menyusun perencanaan tahunan (sebagai
contoh tahun 2017), maka data kinerja yang dikumpulkan dan
dipelajari adalah data tahun 2015. Data diperoleh dari Sistim Informasi
Puskesmas.
b. Analisis data.
Hasil analisis data harus bisa menggambarkan:
1) Kecenderungan pencapaian status kesehatan masyarakat dan hasil
kinerja Puskesmas pada tahun (N-3) dan tahun (N-2). Status
kesehatan keluarga dan masyarakat dapat dilihat dari hasil Indeks
Keluarga Sehat yang diperoleh dari pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
2) Hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan kesehatan di tahun (N-2).
3) Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas di tahun N,
baik prediksi untuk pencapaian target kinerja dan status kesehatan
masyarakatnya maupun untuk kesenjangan pencapaian hasilnya
serta antisipasi yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan
penyebab dan hambatan yang ada serta yang mungkin akan terjadi.
4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung kemungkinan
adanya suatu perubahan yang signifikan terjadi, baik perubahan ke
arah yang lebih baik dan perubahan kearah yang buruk, dan
memanfaatkan pengalaman tersebut untuk mengadakan perbaikan
pelayanan kesehatan.
5) Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas.
6) Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan
melalui Survey Mawas Diri/Community Self Survey (SMD/CSS).
B.3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilaksanakan seperti pada Penyusunan Rencana Lima
Tahunan Puskesmas.
B.4. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan RUK diformulasikan setelah melalui tahapan diatas, bersama
dengan lintas sektor terkait dan didampingi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Penyusunan RUK terintegrasi kedalam sistim
perencanaan daerah dan dalam tataran target`pencapaian akses, target
kualitas pelayanan, target pencapaian output dan outcome, serta
menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan peluang dari
sasaran program untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya
dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan (missed
opportunity). Seperti cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)
dengan cakupan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Cakupan kunjungan
neonatal pertama (KN1) dengan cakupan imunisasi HB0, cakupan
kunjungan neonatal 1 (KN1) dengan cakupan kunjungan nifas pertama
(KF1), dan lain sebagainya.
B.5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Tahap penyusunan RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan
lintas program dan lintas sektor dalam lingkup siklus kehidupan.
Keterpaduan penting untuk dilaksanakan mengingat adanya keterbatasan
sumber daya di Puskesmas. Dengan keterpaduan tidak akan terjadi missed
opportunity, kegiatan Puskesmas dapat terselenggara secara efisien,
efektif, bermutu, dan target prioritas yang ditetapkan pada perencanaan
lima tahunan dapat tercapai.
Penyusunan RPK terintegrasi kedalam sistim perencanaan didaerah,
dengan tahapan:
c. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
d. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang
diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.
e. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
f. Mengadakan Lokakarya Mini Bulanan Pertama untuk membahas
kesepakatan RPK.
g. Membuat RPK tahunan yang telah disusun dalam bentuk matriks.
h. RPK dirinci menjadi RPK bulanan bersama dengan target
pencapaiannya, dan direncanakan kegiatan pengawasan dan
pengendaliannya.
i. RPK dimungkinkan untuk dirubah/disesuaikan dengan kebutuhan saat
itu apabila dalam hasil analisis pengawasan dan pengendalian kegiatan
bulanan dijumpai kondisi tertentu (bencana alam, konflik, Kejadian
Luar Biasa, perubahan kebijakan mendesak, dll) yang harus dituangkan
kedalam RPK. Perubahan RPK dilakukan dengan pendampingan Dinas
Kesehatan kab/kota, dan tidak mengubah pagu anggaran yang ada.
j. Untuk semua kegiatan yang akan dilaksanakan, agar dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik, perlu didukung dokumen yang
relevan. Dengan tuntunan dokumen yang dibuat, dipastikan bahwa
kegiatan yang dimaksud dapat diselesaikan, sehingga sasaran dan
tujuan akan tercapai. Dokumen tersebut antara lain berupa:
1) Peraturan/Keputusan Kepala Puskesmas;
2) Kerangka Acuan Kegiatan;
3) Standar Operasional Prosedur; dan
4) Dokumen lain yang dibutuhkan.
Pada Puskesmas yang telah melaksanakan pola pengelolaan keuangan
BLUD, format untuk formulir perencanaan lima tahunan Puskesmas
dan perencanaan tahunan Puskesmas, disesuaikan dengan peraturan
pola pengelolaan BLUD yang berlaku.

Tahapan penyusunan perencanaan tahunan tersebut secara sederhana dapat


digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.9. Tahap-tahap Perencanaan Tingkat Puskesmas

Contoh format RUK dan RPK adalah sebagaimana tabel berikut.


Tabel 2.5. Format Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggung Kebutuhan Mitra Waktu Kebutuhan Indikator Sumber
Kesehatan Sasaran Jawab Sumber kerja Pelaksanaan Anggaran Kinerja Pembiayaan
daya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
UKM ESENSIAL
1. KIA & KB
2. Promkes
3. Kesling
4. Gizi
5. Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit
UKM PENGEMBANGAN
1. Kestrad, dst
UKP
1. Rawat Jalan
PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Dst
PELAYANAN PERAWATAN KESMAS
1. Dst
PELAYANAN LABORATORIUM
1. Dst
Keterangan:
1. Matriks tersebut diatas merupakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas. Target indikator Kegiatan pada contoh formulir diatas selanjutnya dapat ditambah berdasarkan masalah prioritas
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas berdasarkan hasil analisa dan mengacu pada rencana lima tahunan Puskesmas.
2. Matriks diatas dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kebijakan daerah, dengan tidak mengurangi variabel kolom yang ada.
3. Kolom (2). Upaya Kesehatan diisi dengan UKM, UKP, pelayanan kefarmasian, keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium yang dilaksanakan di Puskesmas.
4. Kolom (3). Kegiatan diisi dengan penjabaran kegiatan dari masing-masing upaya yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan.
5. Kolom (4). Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.
6. Kolom (5). Sasaran adalah jumlah populasi atau area di wilayah kerja yang akan dicakup dalam kegiatan.
7. Kolom (6). Target sasaran adalah jumlah dari sasaran/area yang akan diberikan pelayanan oleh Puskesmas, dihitung berdasarkan factor koreksi kondisi geografis, jumlah sumber daya, target
indikator kinerja, dan pencapaian terdahulu.
8. Kolom (7). Penanggungjawab diisi Penanggungjawab kegiatan di Puskesmas.
9. Kolom (8). Kebutuhan sumber daya diisi sumber daya yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan kegiatan, diluar pembiayaan (Man, Method, Material, Machine).
10. Kolom (9). Mitra kerja diisi unit lintas sektor yang harus terlibat untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.
11. Kolom (10). Waktu Pelaksanaan diisi periode pelaksanaan kegiatan dalam satu tahun.
12. Kolom (11). Kebutuhan anggaran diisi dengan perkiraan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang telah dirumuskan.
13. Kolom (12). Indikator Kinerja diisi dengan indikator kinerja yang didukung oleh pelaksanaan kegiatan tersebut.
14. Kolom (13) Sumber Pembiayaan dapat berasal dari pemerintah, swasta,JKN, masyarakat atau sumber pendanaan lain yang sah.
Tabel 2.6. Format Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggung Volume Jadwal Rincian Lokasi Biaya
Kesehatan Sasaran Jawab Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. KIA & KB
2. Promkes
3. Kesling
4. Gizi
5. Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit
1. Kestrad, dst
1. Rawat Jalan
1. Dst
1. Dst
1. Dst
Keterangan:
1. Matriks tersebut diatas merupakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas. Target Indikator kegiatan pada contoh formulir diatas selanjutnya dapat ditambah berdasarkan
dengan masalah prioritas kesehatan diwilayah kerja Puskesmas sesuai RUK Puskesmas yang telah disetujui.
2. Matriks tersebut dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kebijakan daerah, dengan tidak mengurangi variabel kolom yang ada.
3. Kolom (2). Upaya Kesehatan diisi dengan UKM, UKP, pelayanan kefarmasian, keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium yang dilaksanakan di
Puskesmas.
4. Kolom (3). Kegiatan diisi dengan penjabaran kegiatan dari masing-masing upaya yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan.
5. Kolom (4). Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan.
6. Kolom (5). Sasaran adalah jumlah populasi atau area di wilayah kerja yang akan dicakup dalam kegiatan.
7. Kolom (6). Target sasaran adalah jumlah dari sasaran/area yang akan diberikan pelayanan oleh Puskesmas, dihitung berdasarkan factor koreksi kondisi geografis, jumlah
sumber daya, target indikator kinerja, dan pencapaian terdahulu.
8. Kolom (7). Penanggungjawab diisi Penanggungjawab kegiatan di Puskesmas.
9. Kolom (8). Volume kegiatan diisi jumlah pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
10. Kolom (9). Jadwal diisi dengan waktu pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
11. Kolom (10). Rincian Pelaksanaan diisi rincian kegiatan dalam 1 (satu) tahun yang disesuaikan dengan jadwal kegiatan.
12. Kolom (11). Lokasi Pelaksanaan diisi lokasi pelaksanaan kegiatan.
13. Kolom (12). Biaya diisi anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang telah dirumuskan.
Tabel 2.7. Format Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Bulanan Puskesmas
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target Penanggung Volume Jadwal Rincian Lokasi Biaya
Sasaran Jawab Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan

Keterangan:
1. Matriks tersebut diatas dibuat dan diisi oleh masing-masing penanggungjawab program/kegiatan berdasarkan RPK Puskesmas yang telah disusun.
2. Matriks tersebut dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kebijakan daerah, dengan tidak mengurangi variabel kolom yang ada.
3. Kolom (2). Kegiatan diisi dengan penjabaran kegiatan dari masing-masing upaya yang ada pada RPK Puskesmas
4. Kolom (3). Tujuan diisi dengan tujuan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan
5. Kolom (4). Sasaran adalah jumlah populasi atau area di wilayah kerja yang akan dicakup dalam kegiatan.
6. Kolom (5). Target sasaran adalah jumlah dari sasaran/area yang akan diberikan pelayanan oleh Puskesmas, dihitung berdasarkan faktor koreksi kondisi geografis, jumlah
sumber daya, target indikator kinerja, dan pencapaian terdahulu.
7. Kolom (6). Penanggungjawab diisi Penanggungjawab kegiatan di Puskesmas.
8. Kolom (7). Volume kegiatan diisi jumlah pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
9. Kolom (8). Jadwal diisi dengan waktu pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
10. Kolom (9). Rincian Pelaksanaan diisi rincian kegiatan tanggal dan bulan pelaksanaannya dalam 1 (satu) tahun yang disesuaikan dengan jadwal kegiatan.
11. Kolom (10). Lokasi Pelaksanaan diisi lokasi pelaksanaan kegiatan.
12. Kolom (11). Biaya diisi anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang telah dirumuskan
A. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung


kepada jenis perencanaan yang disusun kepala ruangan diantaranya adalah :
1) Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan.
2) Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan
pulang bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasijumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktivitasdan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan.
5) Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan,
medis yang dilakukan, progam pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
8) Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit. (Syahputra,
2014).
Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
selain yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, kegiatan perencanaan dalam
manajemen keperawatan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga
“perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu
jam sampai dengan satu tahun; perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun; sedangkan
perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka
pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat diterapkan di
ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
a) Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing
perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat
oleh kepala ruang, ketua tim/ perawat primer, dan perawat pelaksana.
b) Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu
bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian.
Rencana bulanan dapat dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/ perawat
primer.
c) Rencana tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
Ada dua jenis perencanaan, yaitu:
1. Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang
yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi.
Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi
pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
2. Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan
digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan
siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan
prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut: Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan
biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana
perubahan.
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes
(1994), dengan melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: merencanakan
jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan,
merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan, merencanakan
dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan
sesuai kebutuhan pasien.

B. Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen


Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah
teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis
SWOT dan TOWS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat
perencanaan adalah:
1) Pengumpulan data.
2) Analisis lingkungan
a) Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar.
Oleh karena itu, keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan
tujuan. Perawat sebagai manusia seringkali melewatkan hal-hal
semestinya perawat lakukan dan melakukan hal-hal yang mestinya
perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar perawat lupa
merumuskan tujuan dari setiap langkah yang diambilnya sehingga sering
kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya berputar-putar.
Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi
layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya, bagaimana
cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut
terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan
banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis
yang dapat dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan
analisis “tulang ikan”.
b) Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.
Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi
dan kondisi sebagai sebagai factor masukan, yang kemudian di
kelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus
di ingat baik – baik oleh para pengguna analisis SWOT bahwa analisis
SWOT adalah semata – mata alat analisis yang di tujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau yang mungkin akan di
hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis “ajaib” yang
mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah – masalah
yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis tersebut
terbagi atas empat komponen dasar berikut:
1. Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
keperawatan pada saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan
dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat
ini.
3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.
4. Threat (T).
Tabel 3-1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi.
Kompone Subkomponen Kompone Subkomponen
n n
S Perawat di W Jumlah anggota yang
ruangan saat ini besar menurunkan tingkat
memiliki jumlah efektivitas koordinasi dan
anggota yang komunikasi antar –
sangat besar. anggota
Tabel 3-2 Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi.

Kompone Subkomponen Komponen Subkomponen


n
O Tersedianya pendidikan T Lulusan perawat yang
keperawatan membuat di hasilkan tidak
makin banyak perawat sesuai dengan
yang bersekolah hingga kompetensi yang di
perguruan tinggi. harapkan dari seorang
perawat.
Tabel 3-3 Contoh analisis SWOT model kualitatif
Kompone Subkomponen Kompone Subkomponen
n n
S 1. Organisasi W 1. Budaya organisasi
memiliki anggota adalah budaya
yang banyak. tradisional yang
2. Organisasi menghambat
memiliki cadangan tercapainya
dana yang besar. kondisi kerja yang
3. Organisasi efisien.
memiliki peraturan 2. Keinginan anggota
yang lengkap. untuk belajar dari
4. Organisasi kesalahan sangat
memiliki rendah.
sekertariat yang
representatif.
S 5. Organisasi W 3. Budaya organisasi
memiliki anggota adalah budaya
yang banyak. tradisional yang
6. Organisasi menghambat
memiliki cadangan tercapainya
dana yang besar. kondisi kerja yang
7. Organisasi efisien.
memiliki peraturan 4. Keinginan anggota
yang lengkap. untuk belajar dari
8. Organisasi kesalahan sangat
memiliki rendah.
sekertariat yang
representatif.
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan
keperawatan di masa depan.
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang
pula beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya
bergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing
subkomponen adalah pengejawatahan dari masing – masing komponen,
seperti komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen,
komponen weakness mungkin memiliki 8 subkomponen, dan seterusnya.
Terdapat 2 model analisis SWOT yang umum di gunakan dalam
melakukan analisis situasi antara lain model kuantitatif dan model
kualitatif.
a. Model kualitatif. Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi
yang berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan
ini terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu
ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang
terbuka, selalu ada ancaman yang harus di waspadai. Ini berartibahwa
setiap satu rumusan Srength (S), harus selalu memiliki satu pasangan
Weakness (W), dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki
pasangan satu Threat (T).
b. Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif,
tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan
besar di antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen
dari masing – masing komponen. Apabila pada model kuantitatif,
setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak
terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-
W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama
lain.
Matriks TOWS Strenghts Weaknesses
Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan kekuatan Tanggulangi
peluang untuk memanfaatkan kelemahan dengan
peluang memanfaatkan
peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan kekuatan Perkecilan kelemahan
ancaman untuk menghindari dan hindari ancaman
ancaman
Sebagai alat analisis, analisis SWOT berfungsi sebagai panduan
pembuatan peta. Ketika berhasil membuat peta, langkah tidak boleh
berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta
dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat di temput jika ingin
mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah di
tetapkan. Tujuan dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau
program dalam layanan keperawatan yang akan di bahas. (Simamora,
2012). Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External factors (EFAS)
Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen
yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan
contoh pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini).Data
tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi aspek
kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS yang
meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman (Threatened).
2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting)
sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap strategi perusahaan.
3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung.
Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai
kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk
mendapatkan nilai masing-masing faktor.
4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk mendapatkan
nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S – W) dan EFAS
adalah peluang dikurangi ancaman (O – T). Hasil dari nilai IFAS dan
EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit Kuadran)
untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak
kuadran.
a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn
around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang).
b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan
tujuan mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk
mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.
c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi
dengan tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk
mengantisipasi faktor ancaman dari luar.
d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dnegan
tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan
tetap ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.
c) Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david
(1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya,
namun menggunakan TOWS David tampaknya ingin mendahulukan
analisis ancaman dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana
kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan factor – factor eksternal
tersebut. Terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS
tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang
yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager tidak akan
meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar
peluang yang di maksud. Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan
internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering di
jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu
mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan organisasi untuk menghindari,
setidaknya memperkecil dampak ancaman yang datang dari luar. Strategi
WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha memperkecil
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini,
aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke
organisasi sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain
Matriks TOWS Strenghts Weaknesses
Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan kekuatan untuk Tanggulangi kelemahan
peluang memanfaatkan peluang dengan memanfaatkan
peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan kekuatan untuk Perkecilan kelemahan
ancaman menghindari ancaman dan hindari ancaman

d) Analisis Tulang Ikan

Analisis tulang ikan digunakan untuk mengategorikan berbagai sebab


potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah
dimengerti dan rapi. Cara ini juga membantu dalam menganalisis apa
yang sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah
proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses,
mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan lain-lain.
Menfaat analisis tulang ikan adalah memperjelas sebab-sebab suatu
masalah atau persoalan. Langkah-langkah dalam membuat analisis tulang
ikan:
1. Mengidentifikasi akibat atau masalah. Tulis akibat atau masalah yang
akan ditangani pada kotak paling kanan diagram tulang ikan, misalnya
laporan keperawatan akhir bulan terlambat
2. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. Dari garis horizontal
utama, terdapat empat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Sebab
tipa cabang mewaliki “sebab utama” dari masalah yang ditulis.
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saram.
Setiap kategori memiliki penyebab yang perlu diuraikan dengan
menggunanakan curah pendapat. Bila penyebab dikemukakan,
tentukan bersama-sama karena penyebab tersebut harus ditempatkan
pada diagram tulang ikan. Sebab-sebab dituliskan pada garis
horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis horizontal
utama.
4. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. Setelah setiap kategori
diisi, cari sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori.
Sebab sebab inilah yang merupakan petunjuk :sebab yang tampaknya
paling mungkin”. Catat jawabanya pada kertas flipchart terpisah
5. Mencapai kesepakatan atas sebab yang paling mungkin. Di antara
sebab sebab harus dicari sebab yang paling mungkin. Kaji kembali
sebab yang telah didaftarkan dan tanyakan, “mengapa ini sebabnya?”.
Tanyakan mengapa sampai pertanyaan itu tidak dapat dijawab lagi,
dan pada tahap ini sebab pokok teridentifikasi.

Unsur manajemen atau sumber daya bagi manajemen adalah hal-hal


yang merupakan modal bagi pelayanan anajemen, dengan modal itu akan
lebih menjamin pencapaian tujuan yang terdiri dari 6M yaitu:
a. M1 (Man) : Ketenagaan/sumber daya manusia.
b. M2 (Material) : Sarana dan prasarana.
c. M3 (Method) : Metode asuhan keperawatan.
d. M4 (Money) : Pemasukan.
e. M5 (Mutu) : Keselamatan pasien,
kepuasan pasien, kenyamanan, kecemasan,
perawatan diri, pengetahuan/perilaku pasien.
f. M6 (Machine) : Alat, mesin.
3) Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan data yang
menghambat.
4) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target,
waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.
C. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional

1) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat


inap
a) Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan
pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk
pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian
dengan pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan.
2. Perawat Primer.
3. Perawat Asosiet.
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan
misi Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan
keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan
sarana serta prasarana yang telah diidentifikasi pada pengumpulan data
sebelumnya.
b) Rencana Strategi Perencanaan
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan
bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan
didalam Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan
mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang
professional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur
kebutuhan tenaga perawat, mengatur tugas dan wewenang dari masing-
masing perawat di ruangan, jadwal kerja dari masing-masing perawat,
bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya,
instalasi instalasi yang menunjang idalam proses keperawatan seperti
farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan
bagian-bagian lain yang turut mendukung didalam organisasi rumah sakit
ini (anggaran, karyawan, non medis).
c) Pengaturan dan Kegiatan
Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai
dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan
waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiataan
kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan professional yang
akan dilakukan dalam satu bulan
Minggu Uraian rencana kerja
1) Pembuatan struktur organisasi kelompok
2) Orientasi ruangan dan perkenalan
3) Analisa situasi dan perumusan masalah
4) Penyusunan progam kerja
5) Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan
keperawatan professional
6) Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran
dalam penerapan model praktek keperawatan
1 professional
7) Penyusunan format pengkajian khusu dan sistim
dokumentasi asuhan keperawatan.
8) Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat dan
kelengkapan administrasinya.
9) Penyusunan format supervise
10) Penyusunan format penunjang kegiatan lainnyaa seperti
format kegiatan harian
11) Uji coba peran
1) Penerapan model asuhan keperawatan professional :
aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses
dokumentasi keperawatan
2) Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi
II
keperawatan
3) Penyelengaraan supervise keperawatan
4) Penyelenggaraan sentralisasi obat
5) Persiapan penyelengaraan rotasi dinas 24 jam
III 1) Penerapan model asuhan keperawatan professional :
aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan proses
dokumentasi keperawatan
2) Penerapan semua progam
3) Penyelengaraan rotasi 24 jam
1) Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan
IV professional
2) Penyusunan laporan
Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu
pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk
pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-
bahan yang diperlukan seperti dokumen-dokumen untuk pemberian bukti
pelaksanaan, bagaimana deskripsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan
kembali jadwal (pembagian tugas).
d) Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara
lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Termasuk didalam pesiapan
ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini
berdasarkan criteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi
keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua perawat yang ada di
ruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model
pendokumentasian yang sesuai.
e) Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi
dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatannya
secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh
kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan,
perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan.
1) Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh
bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
d)  Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan
proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi. (Suyanto, 2008).
2) Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut
Nursalam (2007) yaitu:
a. Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer
dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien,
melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas):’’
tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan
mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn secara keseluruhan.
Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan
disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menehgakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui
orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri
atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan
tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai
dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-
faktor yang menghambat dan mendukung dalam  pelaksanaan.
e. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di
puskesmas
Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun
sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan
peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan
terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem
penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko,
dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah
keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak
petugas. Prinsip ini ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan
keselamatan pelayanan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan
dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi
perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional.

Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan


yang bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan
efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas
merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI,
2006).
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah
teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis
SWOT dan TOWS.

B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang menyusun
perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat dan puskesmas.
Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2006). Pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan


kesehatan masyarakat di Puskesmas. Depkes RI: BUK Dasar
Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi.
Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Jones, Gareth R. 2001. Organizational Theory. Text and Cases. Third
Edition. New Jerse; America: Prentice Hall International, Inc.

Muninjaya, A.A. Gde, 2004. Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.
Stoner, James A.F., 2006. Manajemen terjemahan Antarikso, dkk, Erlangga,
Jakarta
Winarno, Budi, 2002. Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Penerbit Media
Pressindo, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai