Jawaban :
Menurut Undang-undang No 25 tahun 1992, Pasal 5 Ayat 1 dan Ayat 2. Koperasi
melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5. Kemandirian
2. Pada Koperasi ada beberapa Rapat anggota yang dilakukan, jelaskan macam rapat dan
apa fungsi masing-masing rapat tersebut ?
Jawaban :
Rapat Anggota Biasa
Rapat anggota diselenggarakan oleh Koperasi yang sifatnya rutin atau
bilamana keadaan memerlukan tetapi tidak menentukan hal-hal yang sifatnya
sangat mendasar seperti perubahan anggaran dasar,amalgamasi dan
pembubaran.
Jawaban :
Pasal 29 (1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota.
(2) Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota. (3) Untuk pertama
kali,susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian. (4) Masa
jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun. (5) Persyaratan untuk dapat dipilh dan
diangkat menjadi Anggota
Pasal 38 (1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dan Rapat Anggota. (2)
Pengawas bertanggungjawab kepada Rapat Anggota. (3) Persyaratan untuk dapat
dipilih dan diangkat sebagai Anggota Pengawas ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
4. Jelaskan tentang hak dan kewajiban anggota koperasi!
Jawaban :
Hak dan kewajiban anggota koperasi diatur dalam pasal 20 UU No. 25 1992.
a) Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi serta semua keputusan
yang telah disepakati bersama dalam rapat anggota.
b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi.
c) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan azas kekeluargaan
5. Jelaskan contoh tentang potensi pendirian sebuah koperasi (bebas), dengan rencana
penerimaan dari simpanan wajib dan pokoknya, penjualan produknya, pendapatan
dari simpan pinjamnya dengan jasa 1,5%(bulan) dan rencana pengeluaran dan berapa
rencana SHU nya setahun.
Jawaban :
Rencana Pendirian Koperasi Sembako (dalam setahun) mendapat SHU sebesar Rp.
12.000.000 dan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar koperasi, pembagian SHU
adalah sebagai berikut:
Jumlah dana yang terkumpul dari simpanan pokok dan simpanan wajib dari anggota
sebesar Rp.35.000.000,-
Penjualan yang diperoleh :
Partsipasi anggota Rp 250.000.000
Bukan anggota Rp 150.000.000 +
Rp 400.000.000
Harga Pokok Penjualan (Rp 360.500.000)
Pendapatan Rp 39.500.000
Gaji, biaya, penyusutan, dan lain-lain (Rp 17.500.000)
SHU sebelum pajak Rp 22.000.000
Pajak Penghasilan (PPH) (Rp 2.000.000)
SHU setelah dipotong pajak Rp 20.000.000
Pembagian SHU
6. Siapa yang menjadi pelanggan koperasi baik untuk simpan pinjam maupun pembelian
secara kredit di koperasi ? bolehkah kita memberikan kredit kepada orang yang bukan
anggota ?
Jawaban :
Menurut saya, siapa saja bisa jadi pelanggan dari koperasi. Tetapi untuk pemberian
simpan pinjam dan pembelian kredit di dalam koperasi terdapat ketentuan dan syarat
seperti :
Berstatus anggota atau calon anggota
Mengisi formulir pinjaman
Menyerahkan Foto Copy KTP suami istri apabila sudah menikah
Menyerahkan Foto Copy KK,Rekening listrik,Slip gaji dan Agunan
7. Jika anda menjadi pengurus koperasi, apa kiat anda meningkatkan pengelolaan
koperasi yang baik ? Beri argumentasi
Jawaban :
Tantangan besar sangat kompleks berada di internal tubuh koperasi. Mulai dari
masalah disorientasi nilai-nilai dan tujuan, minim partisipasi anggota dalam
pengembangan, rendahnya kualitas perencanaan, penegakan dan pengawasan hingga
salah asuh. Persoalan internal tersebut harus dituntaskan, terutama komitmen para
anggota untuk saling memiliki koperasi. Dalam berkoperasi, pemahaman para
anggota sekadar memanfaatkan simpan-menyimpan, akan tetapi tak pernah
meminjam untuk kegiatan usaha. Ini yang dinamakan tak punya rasa komitmen dalam
berkoperasi.
8. Jelaskan manajemen untuk pemupukan modal (pasal yang mengatur) dan peraturan
OJK tentang itu!
Jawaban :
Setiap organisasi usaha termasuk badan usaha Koperasi berusaha untuk terus tumbuh
dan berkembang. Untuk dapat tumbuh dan berkembang diperlukan modal yang besar.
seperti diketahui, justru Koperasi disinyalir memiliki kelemahan struktural dalam
permodalan yang menjadi penghambat bagi Koperasi dalam mengembangkan
aktivitasnya.
Modal Koperasi dapat berasal dari modal sendiri dan dari pinjaman pihak ketiga.
Kedua jenis modal tersebut memberi peran yang besar dalam pencapaian tujuan, akan
tetapi kedua jenis modal tersebut memiliki resiko yang berbeda. Modal pinjaman
memiliki beban tetap berupa bunga, dan berarti akan mengurangi laba yang diperoleh.
Memilih antara modal sendiri dan modal pinjaman sebenarnya tidak ditentukan hanya
dari tingkat bunga modal pinjaman, karena ada faktor lain yang harus
dipertimbangkan. Salah satunya adalah kesempatan untuk memperoleh modal
tersebut.
Mekanisme pemupukan modal sendiri pada Koperasi bersumber pada Pasal 4 UU No.
25 Tahun 1992. Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut
dengan ‘Modal Ekuitas’. Walaupun modal sendiri menanggung resiko, namun modal
sendiri tidak menanggung beban berupa bunga modal. Inilah kelebihan modal sendiri
dibandingkan dengan modal pinjaman. Yang dimaksud dengan modal pinjaman
adalah modal yang menjadi hutang Koperasi yang pada suatu saat harus dikembalikan
kepada pemiliknya berserta bunga atas modal yang dipijam tersebut. Dengan
demikian semakin besar modal pinjaman akan semakin besar bunga yang harus
dibayar, sehingga mengurangi laba yang diperoleh. Sedangkan apabila profit (SHU)
yang diperoleh besar, maka akan dapat meningkatkan modal sendiri. Karena sebagian
SHU tersebut diperuntukkan bagi dana cadangan yang merupakan salah satu
komponen modal sendiri. Keadaan sebaliknya akan terjadi yaitu SHU yang diperoleh
sedikit/rendah sebagai akibat dari besarnya bunga yang harus dibayar dari
penggunaan modal pinjaman.
Disamping dari dana cadangan, modal sendiri Koperasi berasal dari simpanan pokok
dan simpanan wajib anggota. Namun yang menjadi persoalan dari kedua sumber
modal sendiri ini adalah masalah ketaatan dan ketepatan waktu anggota dalam
menyetor simpanannya, kecuali bagi Koperasi fungsional. Karena pada Koperasi
fungsional (misalnya Kopkar atau KPRI), simpanan anggota biasanya langsung
dibayar melalui pemotongan gaji anggotanya. Terkait dengan masalah simpanan
anggota, hal itu menjadi tugas dari pengurus Koperasi untuk dapat menciptakan dan
meningkatkan partisipasi modal dari anggota.
Unsur lain dari modal sendiri adalah „Hibah“, baik yang berasal dari pemerintah,
swasta, lembaga atau perorangan. Hibah dapat dikatakan sebagai modal pelengkap
karena pertambahannya tidak bersifat kontinue. Dengan demikian Koperasi tidak
dapat mengandalkan modalnya dari sumber modal berupa Hibah ini.
Selain modal sendiri seperti uraian di atas, dalam Koperasi juga digunakan modal
pinjaman. Modal pinjaman atau modal asing biasanya berupa pinjaman yang berasal
dari lembaga keuangan baik bank atau non bank, maupun berasal dari perorangan
baik anggota atau bukan anggota. Simpanan sukarela anggota digolongkan sebagai
modal pinjaman Koperasi. Simpanan sukarela merupakan satu-satunya modal
pinjaman yang tidak memiliki beban bunga. Artinya walaupun digolongkan sebagai
modal pinjaman, namun Koperasi tidak memiliki kewajiban untuk memberi bunga
atas simpanan sukarela tersebut. Karenanya berkaitan dengan partisipasi anggota
dalam bentuk kontribusi modal adalah bukan hanya bergantung pada simpanan pokok
dan simpanan wajib, melainkan harus dapat mendorong simpanan sukarela yang
tinggi dari anggota.
Koperasi dapat memupuk modal dengan lebih baik, apabila Koperasi dapat
menggunakan modalnya secara baik pula. Artinya penggunaan atau alokasi modal,
baik dalam bentuk modal lancar maupun modal tetap harus diperhitungkan secara
tepat. Khusus penggunaan modal untuk investasi atau pengembangan usaha, maka
sedapat mungkin berdasarkan perhitungan yang matang melalui analisa proyek.
Kelebihan dana atas usaha pokok yang telah dijalankan dapat diinvestasikan pada
bentuk lain, misalnya disimpan di bank, dibelikan pada surat berharga (jangka
pendek) atau ditanamkan pada Koperasi atau perusahaan lain. Dengan demikian
berarti akan terdapat produktivitas dana, dibandingkan jika dana tersebut hanya
disimpan dalam bentuk kas.
Jawaban :
Cara menentukan penerbitan simpanan sukarela adalah
1. Untuk Simpanan Sukarela Lancar (Sirela), dan Simpanan Sukarela Berjangka
(Sisuka) kadar keuntungan yang diberikan ditetapkan sesuai nisbah bagi hasil
yang ditawarkan oleh koperasi dan apabila ada perubahan nisbah bagi hasil
akan diumumkan di kantor koperasi dan dianggap para penyimpan telah
mengetahuinya
2. Setiap penarikan simpanan, penyimpan wajib menunjukkan buku atau kartu
simpanan dengan ketentuan berikut ini :
a. Untuk tabungan Sirela dan Sirela Junior penarikan dapat dilakukan
setiap hari kerja selama kantor buka.
b. Untuk Simpanan Berjangka penarikan hanya dapat dilakukan apabila
saat jatuh tempo. Penarikan diluar waktu jatuh tempo akan dikenakan
denda yang diperhitungkan saat penarikan.
c. Untuk Sisuqur (Simpanan Qurban) penarikan harus dilakukan sesuai
perjanjian yaitu satu kali dalam setahun pada tanggal 4 Dzulhijjah atau
satu minggu sebelum menjelang Hari Raya Qurban.
Jadi, jangka waktu dan tingkat jasa untuk simpanan sukarela ditetapkan oleh koperasi
sesuai dengan nisbah bagi hasil yang ditawarkan oleh koperasi. Dan apabila nantinya jika
ada penyimpan yang ingin menarik di luar tempo (khusus untuk simpanan sukarela
berjangka) maka akan dikenakan pinalty yang diperhitungkan saat penarikan. Pinalty ini
tidak dikenakan terhadap simpanan sukarela biasa.
10. Bagaimana cara memanage risiko pada koperasi, terutama untuk mengatasi tagihan
tidak terbayar ? bagaimana sebaiknya asuransi dikelola sendiri atau tidak, beri alasan
Jawaban :
Upaya yang dilakukan Koperasi apabila terjadi kredit bermasalah yaitu melalui
mekanisme pemanggilan, pemanggilan tersebut dilakukan pihak koperasi selaku
kreditur bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan debitur belum
dapat melunasi hutangnya, dengan melakukan dialog antara kreditur dengan debitur.
Sehingga dengan demikian akan tercipta suatu solusi yang terbaik dalam
menyelesaikan masalah.
Dan bagi kredit bermasalah yang tidak dapat diselesaikan atau ditagih kembali setelah
dilakukan upaya penyelesaian tersebut, maka satuan kerja (kepala bagian kredit)
mengusulkan cara-cara penyelesaian kredit yang sudah tidak dapat ditagih kepada
pengurus dengan cara melalui negosiasi, yaitu kredit yang tadinya bermasalah atau
macet diadakan kesempatan baru sehingga terhindar dari masalah. Bentuk negosiasi
penyelamatan kredit bermasalah, seperti penyusunan kembali syarat-syarat kredit,
yakni sebagai berikut :
3. Rescheduling (Penjadwalan Ulang)
Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau
jangka waktu temasuk masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya
angsuran kredit.
4. Reconditioning (Persyaratan Ulang)
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas
pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga,
penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya.
5. Restructuring (Penataan Ulang)
Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut :
Penambahan dana
Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit
baru
Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau
mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan
6. Liquidation (Liquidasi) Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan
jaminan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi ini dilakukan
terhadap kategori kredit yang memang benar-benar sudah tidak dapat dibantu
lagi untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak memiliki
prospek untuk dikembangkan.
Terkait dengan asuransi, sebaiknya tidak dikelola sendiri karena mengingat kredit
macet dapat terjadi setiap tahunnya dan mengakibatkan performa dari KSP dan
USP sebagai debitur akan turun sehingga bank kehilangan kepercayaan terhadap
KSP dan USP karena bank pun merasa khawatir untuk meminjamkan dengan
tingkat pengembalian yang rendah. Maka dari itu sebaiknya koperasi
mendaftarkan asuransinya ke AKKI.
AKKI adalah lembaga independen yang didirikan di bawah naungan kementerian
Koperasi dan Unit Kecil dan Menengah. AKKI memiliki wewenang untuk
mengatur segala hal terkait asuransi kredit untuk koperasi di Indonesia. Adapun
tujuan dari AKKI adalah menjadi lembaga asuransi kredit terintegrasi yang dapat
menaungi seluruh koperasi Indonesia dalam menjamin pengembalian segala
bentuk pinjaman yang disalurkan bank kepada koperasi.
Manfaat yang diperoleh koperasi dari berasuransi di AKKI adalah diantaranya
mencegah terjadinya:
1. Insolvency Insolvency atau kebangkrutan menjadi misi dari AKKI untuk
menghindari ancaman pembubaran koperasi yang dapat disebabkan oleh
penjaminan aset koperasi.
2. Protracted default Sebagai salah satu lembaga asuransi, sudah jadi misi tetap
bagi lembaga AKKI untuk menghindari kegagalan koperasi dalam membayar
tagihan kredit yang telah jatuh tempo.
11. Bagaimana kebijakan SHU (lihat pasal yang mengatur) beri argument dalam teori
keuangan untuk menentukan kebijakan dividen ? bedikah ?
Jawaban :
Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa “Pembagian SHU kepada
anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang
dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap
koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan”. Di dalam
AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan
koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana
pendidikan 5%, dana sosial 5%, dana pembangunan lingkungan 5%. Tidak semua
komponen di atas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini tergantung dari
keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.
Jika dilihat dari sudut pandang kebijakan deviden, pembagian SHU koperasi kepada
pengurus koperasi dan karyawan koperasi serta pengembalian kepada anggota
koperasi baik yang berasal dari kegiatan uasaha semata-mata dari dan untuk anggota
maupun kegiatan usaha lain merupakan objek pajak penghasilan bagi pengurus,
karyawan, dan anggota sesuai dengan ketentuan pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-
Undang Pajak Penghasilan tahun 1984 yang berbunyi : “dividen, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi”. Sehingga menurut Perarturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 111/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Atas Deviden Yang
Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, Pasal 1 ayat (1),
deviden yang diberikan kepada wajib pajak dikenakan pajak 10% dari jumlah bruto
dan bersifat final.