Anda di halaman 1dari 17

MAKSIMALISASI PEMASARAN PRODUK “KERIS” DESA AENG

TONG-TONG SEBAGAI LANGKAH KATALISASI EKONOMI


MASYARAKAT SEKITAR

Mata Kuliah / Kelas


Metodologi Penelitian / E

Dosen Pengampu :
Dr. Sumani, S.E., M.Si., CRA.

Disusun Oleh :

1. Diantika Fitriani Srirahayu 190810201055


2. Umi Imroatul Khasanah 190810201056
3. Latifah Istiqomah 190810201060
4. Moh. Zadul Washil 190810201104

PRODI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap daerah pastinya memiliki sejarah masing-masing yang nantinya akan
mencerminkan ciri khas atau karakter dari daerah tersebut. Sejarah sering kali
menjadi cerita rakyat yang selalu di wariskan secara turun temurun. Dalam
proses pembentukan ciri khas atau karakter tidak hanya merujuk kepada jejak
historikal kehidupan dimasa yang lalu, melainkan bisa terbentuk berdasarkan
faktor-faktor yang lain. Salah satunya yaitu seni/kerajinan yang di wariskan
dari generasi sebelumnya ke generasi yang selanjutnya. Kerajinan memiliki
porsi yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter suatu daerah.
Hal ini bisa di lihat pada suatu desa yang bernama desa Aeng Tong-tong yang
terletak di Kecamatan Bluto kabupaten Sumenep. Nama desa Aeng Tong-tong
yang secara historikal memiliki arti dan filosofi tersendiri, juga memiliki
kerajinan yang menciptakan ciri khas atau karakter bagi desa tersebut. Jenis
kerajinan yang berhasil di ciptakan oleh desa Aeng Tong-tong adalah kerajinan
keris. Di situlah keris semakin dikenal oleh masyarkat luas, terbukti dengan
adanya pengakuan dari UNESCO yang menobatkan keris sebagai salah satu
kerajinan asli asal Indonesia.
Keris adalah karya nenek moyang anak bangsa yang pembuatannya
menggunakan proses teknik tempa lipat yang artinya, keris tersebut dilakukan
dengan dengan cara dilipat, dibakar, dan ditempa secara berulang-ulang yang
pada akhirnya menghasilkan bermacam-macam bentuk bilah keris dengan
beragam variasi yang dihiasi tatanan motif pamor yang sangat unik,
berkarakteristik dan indah pastinya. Keris dibuat dan menjadi warisan budaya
hampir di seluruh wilayah Nusantara, seperti di Sumenep ujung timur pulau
Madura. Hampir seluruh lapisan masyarakat ikut melestarikan keberadaan
keris ini baik dari masyarakat biasa, pejabat, hingga kolektor keris.
Pengrajin keris di Desa Aeng Tong-Tong awalnya belajar membuat keris
secara otodidak, mereka hanya melihat dan memperhatikan para pengrajin
keris bekerja. Sampai pada akhirnya menimbulkan ketertarikan dan upaya
mempraktekkan sendiri apa yang mereka lihat. Hingga saat ini, Keris asal Desa
Aeng Tong-Tong sudah dikenal di beberapa daerah lain di negeri ini. Keris asal
Desa Aeng Tong-Tong memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Hal itu
dikarenakan bahwa pengrajin keris desa Aeng Tong-tong tidak hanya
memandang keris sebagai sebuah senjata, melainkan suatu seni yang memiliki
nilai estetika yang sangat tinggi. Hal tersebut yang membedakan antara Keris
asal Desa Aeng Tong-Tong dengan daerah lain. Beberapa ciri khas dari keris
tersebut dapat dilihat dari variasi dan keunikan corak,bentuk dan pamor atau
ukiran yang terdapat pada permukaan keris. Setiap keris tersebut yang dibuat
sudah memiliki keunikan serta kerumitannya tersendiri, karena setiap pengrajin
keris di desa Aeng Tong-Tong memiliki teknik khusus dalam pembuatan keris.
Desa Aeng Tong-tong merupakan desa pengrajin keris dalam jumlah yang
banyak, keris yang dihasilkan di desa tersebut memiliki kualitas yang tidak
kalah bagus dengan keris yang berasal dari daerah lain. Menurut para pengrajin
keris di desa ini, pekerjaan membuat keris adalah pekerjaaan yang mampu
meningkatkan perekonomian keluarga mereka. Harga keris sangat bervariasi
sesuai dengan jenis, bahan yang digunakan dan tingkat kesulitan dalam proses
pembuatan keris tersebut. Seperti contohnya keris yang dibuat dengan
campuran emas, keris yang istimewa ini dibandrol dengan harga yang fantastis,
hal tersebut disebabkan oleh pola ukiran dan bahan yang terdapat pada keris
memiliki nilai yang tinggi.
Walaupun demikian masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang perkembangan, hingga karakteristik keris di daerah Sumenep. Hal itu
disebabkan salah satunya karena kurangnya ketersediaan media literatur dan
edukasi yang membahas tentang keris Sumenep. Karena pada dasarnya,
pengetahuan tentang keris Sumenep selama ini hanya dipahami oleh orang-
orang tertentu saja. Pengetahuan tentang keris Sumenep dipelajari melalui
tradisi lisan berupa pengetahuan yang dituturkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya yaitu para keturunan bangsawan Sumenep, pengrajin keris,
pedagang keris, hingga kolektor keris.
Keris asal Desa Aeng Tong-Tong adalah suatu karya/seni yang di satu sisi
juga merupakan peluang dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar. Maka dari itu, penelitian yang kami lakukan dengan judul
“Maksimalisasi Pemasaran Produk “Keris” Desa Aeng Tong-Tong Sebagai
Langkah Katalisasi Ekonomi Masyarakat Sekitar” memiliki tujuan untuk
mengetahui langkah pemasaran yang tepat agar kegiatan promosi produk keris
bisa maksimal yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian
masyarakat desa Aeng Tong-tong pada khususnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Keris?
2. Bagaimana karakteristik keris desa Aeng Tong-tong?
3. Kenapa keris desa Aeng Tong-tong cukup diminati?
4. Berapa jumlah pendapatan pengrajin keris desa Aeng Tong-tong?
5. Bagaimana langkah pemasaran sebagai upaya maksimalisasi produk keris
Desa Aeng tong-tong?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian Keris secara spesifik
2. Untuk memahami karakteristik keris desa Aeng Tong-tong
3. Untuk mengetahui alasan kenapa keris desa Aeng Tong-tong cukup diminati
4. Untuk mengetahui jumlah pendapatan pengrajin keris desa Aeng Tong-tong
5. Untuk mengetahui langkah pemasaran sebagai upaya maksimalisasi produk
keris Desa Aeng tong-tong yang tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Keris
Keris adalah karya nenek moyang bangsa Indonesia yang proses
penciptaannya menggunakan teknik tempa lipat, yaitu dengan cara
dilipat, dibakar, dan ditempa secara berulang-ulang hingga pada
akhirnya menghasilkan bermacam-macam bentuk bilah keris dengan
dihiasi tatanan motif pamor yang indah, unik, dan berkarakteristik.
Keris yang ada di Nusantara sangatlah beragam, hingga setiap jenis
keris yang ada mempunyai karakteristik dan bentuk yang berbeda,
untuk mengetahui karakteristik dari setiap keris tersebut perlu dikaji
pada dua aspek berikut :
1. Bilah Keris
Jika keris dikeluarkan dari kerangka (warangka), dapat terlihat
dengan jelas bagaimana bentuk fisik sebenarnya dari keris
tersebut. Bentuk keris terlihat sebagai potongan yang terbuat dari
bahan logam besi-baja yang telah digarap sedemikian rupa
sebagai hasil paduan dan campuran dari berbagai logam,
bentuknya terlihat lebar dan memanjang dengan sisi tepi kanan
kiri yang tajam, dengan mata bilah-nya yang meruncing seperti
ujung dari selembar daun kelapa (Arifin, 2006:46). Karakteristik
yang tampak pada bilah keris dapat diketahui melalui tiga unsur,
yaitu:
a. Dhapur
Dhapur adalah tipologi bentuk bilah keris, baik berupa
bentuk lurus maupun luk, dengan kelengkapan ricikan
tertentu, hingga kini belum diketahui dengan pasti bagaimana
jumlah bentuk dhapur keris yang pernah dibuat.
(Haryoguritno, 2006:151) Setiap keris yang selesai dibuat,
masing-masing memiliki nama dhapur yang berbeda, seperti:
se-bilah keris dikatakan dhapur Brojol jika memiliki bilah
lurus dengan ricikan Gandhik lugas dan pejetan.
b. Ricikan
Menurut Koesni (2003:51), “Ricikan adalah nama- nama
bagian yang tertera atau yang sengaja dibuat untuk
menjadikan ciri yang diterapkan di bagian sebuah pusaka
(keris)”. Menurut Haryoguritno (2006:161), “Ricikan berasal
dari kata Jawa ricik, yang berarti „membagi‟ atau memerinci‟.
Dengan demikian ricikan bermakna perincian”. Adapun
beberapa ricikan yang terdapat pada se-bilah keris adalah
sebagai berikut:
c. Pamor
Pamor adalah hiasan atau motif atau gambaran atau ornamen
pada bilah tosan aji, yakni pedang, keris, tombak, wedung,
dll. Hiasan atau gambar tersebut timbul, terbentuk,
developing, karena proses yaitu penempaan, dan bukan
karena diserasah (inlay) atau diukir, bukan pula karena bilah
besi keris dilapis dengan logam lain. Dengan teknik
penempaan yang menyatu dari unsur- unsur dan senyawa
logam yang berlainan, maka pamor itu terbentuk.
(Harsrinuksmo, 1985:1)
Motif pamor yang terlihat berwarna putih berupa garis lurus,
lengkung, lingkaran, hingga berbentuk menyerupai benda
disekitar kita, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3 : Pamor Melati Rinonce


Tidak hanya bermanfaat sebagai hiasan, pada setiap motif
pamor yang terdapat pada keris juga terdapat tuah yang
dipercaya sejak jaman dahulu dan tidak pernah terlepas dari
kehidupan pemilik keris. Menurut Harsrinuksmo (1985:106),
keris ber-pamor melati rinonce pada umumnya dianggap
memberikan pengaruh baik pada pemiliknya, yakni untuk
memudahkan pergaulan serta menggampangkan datangnya
jalan rejeki
2. Perabot Keris
Menurut Haryoguritno (2006:261), Semua benda pelengkap
bilah disebut dengan istilah perabot. Bahan perabot yang ada pada
umumnya kayu untuk warangka dan jejeran, sedangkan logam
mulia, logam lain, atau batu permata digunakan untuk pembuatan
mendhak, selut, dan pendhok. Karakteristik perabot yang dibahas
dalam penelitian ini difokuskan pada hulu dan warangka saja,
karena pada dua aspek tersebut para mranggi Sumenep
menuangkan ide-ide kreatifnya hingga menjadi sebuah karakteristik
pada perabot keris Sumenep. Adapun yang dimaksud dengan hulu
dan warangka adalah:
a) Hulu
Hulu dalam dunia perkerisan adalah tempat pegangan tangan
yang menempel pada bilah keris berbahan kayu, tulang sapi,
tanduk bahkan gading. Bentuk dan motif ukirnya beragam
mempunyai ciri khas sesuai dengan daerah dan mranggi yang
membuatnya.
b) Warangka
Warangka merupakan sarung atau wadah dari bilah keris
sebagai satu-kesatuan dengan hulu keris. Secara umum
warangka terbuat dari kayu seperti kayu cendana wangi,
timaha, mentaos, kemuning hingga kayu jati. Bentuk-bentuk
warangka yang dibuat mempunyai karakteristik dengan motif
ukir yang sesuai dengan gaya kedaerahan dan ciri khas dari
mranggi tertentu.
Ada tiga jenis keris yang dikerjakan warga Desa Aeng Tong
Tong. Pertama keris yang dibuat hanya untuk sekadar
memenuhi kebutuhan pasar. Kedua keris yang dibuat
berdasar pesanan pedagang. Sedangkan yang ketiga keris
yang dibuat untuk para kolektor. Keris hasil garapan Mpu
dari Aeng Tong-Tong biasanya laku dengan harga mahal.
Bahkan bisa laku puluhan juta. Bahkan bisa mencapai ratusan
juta jika garapannya ditambah tatakan emas, atau keris yang
tingkat kesulitan pembuatannya sangat tinggi.

Sekadar diketahui, eksistensi mpu keris di Sumenep secara


umum berawal dari Mpu Kelleng yang hidup pada zaman
Keraton Sumenep. Ia dikenal sakti. Konon saat akan
membuat keris, si empu berpuasa selama 123 hari, dan
menyiram air ke pasir setiap 40 hari sekali sampai air
berubah menjadi logam.
2.1.2 Bauran Pemasaran
Ketika perusahaan mengeluarkan suatu produk ke publik atau
masyarakat, suatu perusahaan tidak bisa serta merta membuat produk
kemudian begitu saja langsung di edarkan ke pasar tanpa ada strategi
yang matang. Harus ada strategi tertentu agar produk yang
dikeluarkan di masyarakat dapat diterima bahkan laris dipasaran.
Dalam bisnis, hal yang penting untuk diperhatikan dan dipelajari
adalah mengenai pemasaran (marketing). Menurut Kotler (2000)
dalam Hasanah (2019) mendefinisikan bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasaran di dalam target pasar. Bauran pemasaran
merupakan unsur– unsur yang dapat digunakan perusahaan untuk
mempengaruhi konsumen atau pelanggan dari segmen pasar tertentu
yang diinginkan dan dituju perusahaan.
2.1.3 Produk
Produk ialah suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
dan ditawarkan ke masyarakat untuk dikonsumsi atau dipakai
sehingga memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Menurut
Stanton (1997) dalam Ivan (2011) produk merupakan sekumpulan
atribut yang nyata, didalamnya mencakup warna, harga, kemasan,
prestige pabrik, prestige pengecer dan pelayanan dari pabrik serta
pengecer mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang
mungkin bisa memuaskan keinginannnya.

2.1.4 Tempat
Place (tempat) yang strategis merupakan komponen penting dari suatu
perusahaan untuk memasarkan produknya. Kegiatan perusahaan yang
membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran meliputi lokasi,
saluran distribusi, persediaan, transportasi dan logistik (Rinaldi.
2015). Dalam bauran pemasaran, pemilihan lokasi usaha yang
strategis menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi
penjualan pemasaran dari sebuah perusahaan. Apabila lokasi usaha
yang dipilih strategis, maka tingkat penjualan dan pengaruh terhadap
perusahaan juga baik atau berkembang. Begitu pun sebaliknya,
apabila lokasi usaha yang dipilih tidak strategis maka penjualan pun
juga tidak baik atau tidak berkembang. Maka dari itu perusahaan perlu
melakukan riset dan bandingkan beberapa pilihan tempat sebelum
akhirnya menentukan lokasi yang paling strategis bagi perusahaan.

2.1.5 Promosi

Promosi adalah suatu strategi pemasaran oleh perusahaan dalam


mengenalkan, menginformasikan dan mempengaruhi orang atau
pembeli sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran
produk barang yang dipasarkan, serta merupakan gabungan dari
berbagai jenis promosi yang ada untuk suatu produk yang sama agar
kegiatan promo yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
maksimal (Putra. 2019).

2.1.6 Harga
Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli atau
pelanggan untuk memperoleh suatu produk. Harga adalah satu-
satunya komponen dari bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan, sedangkan komponen lainnya menghasilkan biaya. Harga
adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan dan
membutuhkan waktu yang relatif singkat, sedangkan ciri-ciri produk,
saluran distribusi, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu
(Wibowo, et al. 2015). Penentuan harga produk sangat menentukan
penjualan. Dalam bauran pemasaran, harga merupakan salah satu
faktor penting yang memengaruhi pemasaran suatu produk kepada
konsumen. Harga selalu menjadi perhatian utama bagi para konsumen,
maka dari itu harga yang ditawarkan menjadi bahan pertimbangan
khusus bagi para konsumen sebelum mereka memutuskan untuk
membeli produk tersebut. Biasanya konsumen akan
mempertimbangkan harga dengan kualitas, seperti pepatah “ada harga
ada rupa”. Dari kebiasaan para konsumen, dapat disimpulkan bahwa
strategi penetapan harga beserta kualitas produk sangat berpengaruh
terhadap penjualan maupun pemasaran produk yang ditawarkan.

2.2 Penelitian Terdahulu


Table 1.1 Penelitian Terdahulu Manajemen Kualitas
No. Nama Peneliti Variable dan Teknik Hasil Penelitian
(Tahun) Analisis
Ahmad Karakteristik (X) Karakteristik keris Sumenep terlihat
Erwin Keris Sumenep (Y)
pada perabot (hulu dan warangka)
Siswanto dan Teknik analisis data:
Nunuk Giari a) Reduksi data keris Sumenep yang mempunyai
Murwandani b) Penyajian
bentuk dan ragam hias khas
(2015) data
KARAKTER c) Menarik Sumenep-Madura, seperti bentuk
ISTIK kesimpulan
hulu Donoriko, warangka Dhang-
KERIS
SUMENEP odhangan serta motif
KOLEKSI
tumbuhan,kerang, kuda bersayap,
MOCH.
MANSHUR naga dan senjata perang. Sedangkan
HIDAYAT.
pada bilah,karakteristik keris
Sumenep terlihat pada bentuk
karakter pamor yang tegas bertekstur
nyata sebagai perlambang karakter
orang Madura. Di ujung timur pulau
Madura, budaya keris semakin
berkembang pesat. Sejak dahulu, di
Sumenep pengrajin keris semakin
bertambah, hingga akhir tahun 2014
tercatat bahwa terdapat 648
pengrajin keris yang aktif menerima
pesanan dan memenuhi pasar-pasar
keris di Nusantara. Maka dari itu
menurut MM.Hidayat, “sangat tidak
berlebihan jika kabupaten Sumenep
di jadikan sebagai kota Keris
pertama di Indonesia bahkan di
Dunia”.
2. Unggul Peran Pemerintah Seiring berjalannya waktu,
Sudrajat (X), Pengembangan perkembangan pembuatan keris di
(2020). tradisi keris (Y).
PERAN Sumenep juga mengalami pasang
Teknik analisis
PEMERINT
:studi fenomenologi surut. Ada beberapa faktor yang
AH
DAERAH mempengaruhi hal tersebut antara
DALAM
lain munculnya konflik sosial antara
PENGEMBA
NGAN bakul dan pengrajin, konflik bakul
TRADISI
dan aparat, serta munculnya kasus
KERIS DI
KABUPATE keris posesan. Beragam faktor
N
tersebut sempat membuat kondisi
SUMENEP,
MADURA. tidak stabil. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut akhirnya
mendorong berbagai pihak termasuk
pemerintah daerah untuk
mengukuhkan Sumenep sebagai kota
Keris Indonesia, serta membangun
museum keris di Sumenep. Secara
garis besar revitalisasi budaya
pakerisan di Sumenep
menitikberatkan pada dua hal.
Pertama pengelolaan managemen
terhadap industri kerajinan keris
yang sudah ada agar menjadi lebih
baik. Kedua menghidupkan kembali
peran keris dalam upacara-upacara
adat di masyarakat.
Mahendra Strategi Penelitian ini difokuskan pada
Pengembangan (X),
Wardhana, kemungkinan dapat dilaksanakannya
UMKM Keris
Adi Sumenep (Y). strategi Pengembangan UMKM
Teknik analisis
Soeprijanto, pada tiap level kegiatannya. Seperti
Regresi
Harus yang diketahui, terdapat tiga level
Laksana kegiatan yakni pra produksi,
Guntur, produksi, dan pasca produksi.
Imam Abadi, Tahapan-tahapan di atas menjadi
(2019). penting untuk dikaitkan antara satu
Strategi bagian dengan bagian lainnya. Dari
Pengembang berbagai hasil analisa potensi pada
an UMKM UMKM kerajinan keris yang ada,
Keris maka didapatkan hasil bahwa
Kabupaten kesinambungan antara tahapan pra
Sumenep. produksi, produksi dan pasca
produksi akan sangat penting untuk
saling terkait. Keterkaitan tersebut
adalah dikarenakan satu tahapan
dengan tahapan lainnya harus
berjalan berurutan dan bersinergi.
Dengan begitu dapat disimpulkan
bahwa keris memiliki kebutuhan
produksi yang menerus dan
berkesinambungan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang digunakan
dalam meneliti status sekelompok manusia, fenomena, objek, dan sistem
pemikiran pada masa sekarang (nazir, 1988). Pendekatan kualitatif adalah
suatu proses penelitian yang berdasarkan pada metodologi yang meneliti
mengenai suatu fenomena sosial dan masalah-masalah yang dihadapi manusia
dalam kehidupan ini. Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa metode
deskriptif kualitiatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tulisan ataupun lisan dan mengenai perilaku dari
orang-orang yang diamati. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan
mengenai fenomena yang terjadi di lapangan dan penelitian ini juga
dilakukan untuk menganalisis mengenai Maksimalisasi Pemasaran Produk
“Keris” Desa Aeng Tong-Tong Sebagai Langkah Katalisasi Ekonomi
Masyarakat Sekitar. Teknik pengambilan data yaitu melalui wawancara dan
dokumentasi.

3.2 Objek dan Lokasi Penelitian


Objek penelitian yang dilakukan adalah para pengrajin keris di desa Aeng
Tong-tong Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep.. Alasan menggunakan
objek tersebut adalah untuk mengetahui atau menggali informasi terkait cara
memaksimalkan Pemasaran Produk “Keris” Desa Aeng Tong-Tong dalam
langkah katalisasi ekonomi masyarakat sekitar dengan lebih akurat. Sehingga
perlu dilakukan penelitian ini untuk mengungkap mengenai langkah atau
strategi yang tepat dalam proses pemasaran produk “keris” sehingga bisa
meningkatkan nilai jual dari keris dan tentunya akan meningkatkan
perekonomian masyarakat terkait.. Dengan demikian, upaya analisis ini dapat
menjadi solusi dalam memasarkan produk keris nantinya ditengah persaingan
akibat tuntutan zaman.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Sumenep yang
menjadi pengrajin keris dan masyarakat yang melakukan produksi terkait hal-
hal yang berhubungan dengan keris seperti warangka dan keris mentah. Dari
populasi tersebut maka dapat ditarik sampel dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling yang berdasarkan pada
kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian. Pemilihan sampel didasarkan pada
Masyarakat desa Aeng Tong-tong yang menjadi pengrajin keris yang
tentunya memiliki aktivitas utama berupa kegiatan membuat keris secara
konsisten.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang akan digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
observasi dan wawancara langsung maupun secara online atau daring karena
mengingat keadaan pandemi saat ini sehingga akan sulit untuk melakukan
penelitian secara langsung dilapangan. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh melalui berbagai buku, artikel, dan jurnal-jurnal
yang relevan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan melalui tahapan wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara mendalam
Menurut Estenberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah
pertemuan yang dilakukan oleh dua orang yang dilakukan untuk bertukar
informasi maupun ide dengan cara Tanya jawab, sehingga dapat
dikerucutkan kemudian dapat ditarik kesimpulan mengenai makna dalam
topik tertentu. Selain itu, menurut Moleong (2005:186) wawancara
mendalam merupakan proses menggali informasi secara dalam. Terbuka,
dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian yang diarahakan pada
pusat penelitian.
2. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada semua informan yang
menjadi pengrajin keris, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan
terkait keris baik itu dosen pakar, mpu, kelurga pengrajin dan lainnya yang
benar-benar mengetahui secara riil terkait keris desa Aeng Tong-tong.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung untuk mengetahui bagaimana
teknik dalam pembuatan keris, alur yang ada dalam proses pembuatan
keris mulai dari penempahan sampai pada keris siap di edarkan. Selain itu
kondisi ekonomi dan pendapatan yang diperoleh dari menjadi pengrajin
keris juga menjadi bagian dalam kegiatan observasi ini.
4. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015:82) dokumentasi merupakan catatan mengenai
suatu peristiwa yang terjadi pada waktu lalu, yang dapat berbentuk tulisan
gambar, maupun karya-karya yang monumentual dari seseorang.
Dokumentasi dapat digunakan untuk memperoleh data valid mengenai
kondisi umum yang mana dalam hal ini sampel kami ambil dari desa
Aeng-tong-tong, Kab. Sumenep.

3.6 Metode Analisis Data


Penelitian kualitatif yaitu mengungkapkan kebenaran yang objektif. Oleh
sebab itu, validitas data sangatlah penting. Melalui validitas data kepercayaan
maka penelitian kualitatif dapat tercapai. Untuk mendapatkan validitas
tersebut maka dilakukan dengan triangulasi. Yang mana pengertian dari
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
seseuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data tersebut (Moloeng, 2007). Keabsahan data diperlukan
dalam penelitian ini, sehingga perlu dilakukan triangulasi sumber. Triangulasi
sumber dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan
lembar observasi yang telah dilakukan.
3.7 Kerangka Konsep Pemikiran
Pembelian Penjulan Strategi
mentahan Pemasarn

Pemesanan KERIS
warangka
pendapatan
Pemahatan
keris
Peningkatan Peningkatan Peningkatan
ekonomi ekonomi ekonomi
pengrajin Desa Kabupaten
dan negara

Anda mungkin juga menyukai