Sugeng Widodo
Abstrak
Pasar keuangan dan tehnologi mengalami perubahan pesat dan sulit diduga yang antara lain
berdampak pada meningkatnya permintaan produk keuangan Islam. Dalam waktu yang bersamaan,
lembaga keuangan Islam menghadapi persaingan dari lembaga keuangan konvensional antara lain
akibat merger, kolaborasi, penemuan produk dan jasa keuangan yang baru. Guna menjawab
tantangan itu, diperlukan pengembangan/rekayasa produk keuangan Islam dengan tetap
mengutamakan pemenuhan aspek syariahnya di samping juga memenuhi pertimbangan pasar yang
dapat dilakukan dengan menggunakan konsep :imitasi, mutasi dari produk tradisional keuangan
Islam dan inovasi.
Kata kunci : Rekayasa produk keuangan, syar’i, menguntungkan, imitasi, mutasi, inovasi
Abstract
The financial market and technology have experienced rapid and unpredictable changes
which have an impact on the increasing demand for Islamic financial products. At the same time,
Islamic financial institutions face competition from conventional financial institutions, among
others due to mergers, collaborations, the discovery of new financial products and services. In order
to answer that challenge, it is necessary to develop/engineer Islamic financial products while
prioritizing the fulfillment of its sharia aspects as well as meeting market considerations that can be
done using the concept of: imitation, mutation of traditional Islamic financial products and
innovation.
Keywords: Financial product engineering, shar'i, profitable, imitation, mutation, innovation
No Substance
Revise
acceptable?
acceptable?
Ye s
N
Noo Form
acceptable?
acceptable?
Ye s
Product
acceptable
Financial
Financial Engineering 12
12
2. Seolah industri keuangan Islam
5. Contoh pengembangan produk keuangan
hanyalah sekedar ”pengikut”
Islam
produk konvensional
Berdasarkan pola pengembangan dengan
3. Kualitas produk keuangan Islam
konsep sebagaimana yang disampaikan di
lebih rendah dibanding produk
atas, berikut diberikan contoh hasil
keuangan konvensional karena
pengembangan beberapa
hanya mengikutinya saja
produk/transaksi/ akad :
4. Pada dasarnya, produk keuangan
a. Imitasi
konvensional adalah untuk
Rekayasa meragukan (Suwailem,
memenuhi pasar konvensional
2006)
Rekayasa dengan mengutamakan ke-
Strategi imitasi atau ”reverse
Islam-an (konsepsi teoritik)
engineering” (Iqbal, 1999)
Future/Forward-Salam
menjadikan produk konvensional
Esensi transaksi Salam (meski semula
sebagai acuan, kemudian dengan
hanya sebatas dipergunakan untuk
menggunakan akad syar’i dilakukan
transaksi produk pertanian) adalah
duplikasi produk yang serupa
jual-beli barang yang belum ada, dan
(sehingga secara masih dipertanyakan
karenanya guna menghindari
pemenuhan standar ke-Islam-annya,
terjadinya sengketa/permasalahan
Islamically questionable)
tentang difinisi/pengertian barang di
Contoh :
kemudian hari, maka spesifikasi
1. Duplikasi pinjaman konvensional
‘ obyek transaksi Salam‘
dengan tawaruq dan inah
dipersyaratkan dijelaskan secara
2. Deposito berjangka direplikasi
‘rinci’ sehingga tidak dapat ditafsirkan
melalui ”reverse tawaruq”
lain kecuali sebagaimana
3. Financial call option direplikasi
dimaksudkan oleh para pihak (pembeli
dengan ”urbun”
dan penjual)
4. Interest rate swap direplikasi
Dalam konteks syariah, terkait barang
dengan ”reciprocal tawaruq’ dan
generik (di luar bahan kebutuhan
”reverse tawaruq”
pokok seperti : gandum, kurma,
Cara seperti ini merupakan yang
jewawut, garam), maka penggunaan
termudah, namun memiliki banyak
akad Salam untuk melakukan
kekurangan, seperti :
transaksi future/forward Islami dapat
1. Terkesan aplikasi ajaran Islam
dipertimbangkan. Keberatan kalangan
bersifat pasif dan tanpa visi
muslim terhadap future/forward
konvensional adalah penyerahan secara sekaligus di akhir periode
selisih harga tanpa diikuti penyerahan kontrak.
riil/nyata atas obyek transaksi. Future/Forward-Istijrar
Sehubungan dengan ini, dalam Selain kedua akad di atas,
transaksi Salam, harga harus dibayar future/forward Islami dapat dikonsep
di muka dan barang secara nyata dengan menggunakan akad Istijrar,
diserahkan di kemudian hari pada yaitu pembelian berulang atas satu
waktu yang telah disepakati oleh para obyek jual-beli. Dengan pengertian
pihak. Karakter transaksi seperti inilah lain, Istijrar dapat didifinisikan
yang membedakan produk (keuangan) sebagai pembelian dengan pengiriman
konvensional dengan yang Islami bertahap (partial shipment).
(yang mana memenuhi seluruh kriteria
Option-Urbun
transaksi Islami, dan dengan
Atas Opsi/Option ini, konstruksi
demikian, underlying assetnya bersifat
Islaminya adalah dengan
nyata/riil, dapat menghindari risiko
menggunakan transaksi penjualan
perubahan harga, tidak ada para pihak
dengan memakai uang muka ’Bai al-
yang dizalimi, tidak ada barang yang
Urbun’ dengan catatan harga kontrak
haram/mudharat, dan lain sebagainya).
telah disepakati.
Future/Forward-Istishna’
Swap-Qardh
Di samping akad salam, maka akad
Sebagai contoh misal Bank A di Eropa
Istishna’ dapat juga dipergunakan
memperkirakan Euro bertendensi
dalam transaksi future/forward Islami
kursnya turun terhadap Dollar
karena dalam transaksi Istishna’ ini
Amerika Serikat, sementara Bank B di
barang yang dipesan diserahkan di
Amerika Serikat memperkirakan
waktu mendatang yang mana ini
dalam waktu dekat ini kurs Dollar
sesuai dengan esensi karakter
Amerika Serikat akan terdepresiasi
future/forward adalah penyerahan
oleh Euro. Agar kedua bank tersebut
barang di kemudian hari. Bedanya
terhindar dari kerugian kurs, maka
dengan Salam, dalam Istishna’
Bank A meminjamkan dana Euronya
pembayarannya dapat dilakukan
ke Bank B di Amerika Serikat,
secara lebih fleksibel dan unik karena
sementara Bank B juga meminjamkan
pembayaran dapat dilakukan
dana Dollar Amerika Serikatnya ke
(alternatif pertama) secara angsuran/
Bank A.
cicilan atau (alternatif kedua) dibayar
Berdasarkan contoh di atas, terlihat Ini adalah pengembangan
jelas bahwa swap Islami dapat dipakai produk Mudharabah Dua
sebagai alat risk management (risk Tingkat. Jelasnya secara
minimizing), mengurangi cost of rising singkat adalah : lembaga
resources (akad qardh tidak keuangan Islam menerima
mempersyaratkan adanya biaya yang dana dengan akad Mudharabah
besar sebagaimana yang terjadi pada kemudian disalurkan melalui
transaksi konvensional), identifikasi pembiayaan Mudharabah ke
kesempatan investasi secara tepat, (misal lembaga keuangan)
serta managemen aktiva-pasiva secara koperasi untuk para
lebih baik (terhindar dari penurunan anggotanya dengan akad
nilai) Mudharabah juga.
(c). Pengembangan akad Salam
b. Mutasi produk tradisional
Semula akad Salam
keuangan Islam
diaplikasikan untuk transaksi
1. Pengembangan aplikasi produk
produk pertanian. Dalam
tradisional keuangan Islam
pengembangannya, dipahami
(a). Mudharabah Dua Tingkat
bahwa substansi transaksi
Contoh aplikasinya adalah
Salam adalah jual-beli barang
sebagaimana telah dilakukan
yang belum ada dengan
oleh banyak lembaga keuangan
spesifikasi rinci sehingga
Islam seperti Bank Umum
kemungkinan terjadinya
Syariah, BPR Syariah, serta
permasalahan/sengketa
Lembaga Keuangan Mikro
masalah ”difinisi barang” tidak
Syariah (BMT/KJKS), yaitu
ada.
lembaga keuangan menerima
Berdasarkan pemahaman ini,
dana dengan akad Mudharabah
maka akad Salam kemudian
dari para pemilik dana
dikembangkan/ dipakai untuk
(tabungan dan
transaksi perdagangan
deposito/simpanan berjangka)
berjangka atau transaksi
untuk kemudian disalurkan
lainnya di luar dengan obyek
melalui pembiayaan
produk pertanian.
Mudharabah kepada para
(d). Pengembangan akad Istishna’
pengguna dana
Di awal, pemahaman akad
(b). Mudharabah Tiga Tingkat
Istishna’ banyak dikonotasikan
dengan produk konstruksi Transaksi Murabahah semula
dalam pembiayaan di kalangan bukan merupakan salah satu
perbankan. Jadi lebih ke aspek instrumen pembiayaan oleh
mikro. Kemudian karena saat itu Murabahah
dikembangkan ke aplikasi diartikan jual-beli tunai. Ketika
yang lebih luas dengan pola diperkenalkan Murabahah
yang dikenal dengan nama dengan pembayaran secara
BOT-Built, Operate, and kredit, maka fasilitas
Transfer. Pola BOT ini dalam Murabahah menjadi moda
keuangan Islam dapat pembiayaan yang berkembang
diaplikasikan untuk sangat pesat
pembiayaan makro, misal 2. Kombinasi produk tradisional
pembangunan proyek keuangan Islam :
pemerintah (antara lain : jalan (a). Bai’ (jual-beli) dan Ijarah
Toll, pelabuhan laut, bandar (leasing)
udara, kawasan berikat). Produk ini dinamakan IMBT-
Investor membangun jalan Toll Ijarah Muntahiabitamlik.
dengan mengeluarkan biaya Dibandingkan leasing konven-
sendiri, kemudian mengopera- sional khususnya “financial
sikan jalan Toll tersebut lease/sewa-beli”, dalam IMBT
selama periode tertentu yang terdiri dari dua akad/transaksi,
disepakati bersama (Pemerin- yakni sewa-menyewa dan
tah dengan investor). Selama perpindahan kepemilikan
mengoperasikan jalan Toll (transfer of title), di mana
tersebut si investor menerima masing-masing akad dibuat
pendapatan sewa Toll dari secara terpisah dan tidak dalam
pengguna jalan sebagai waktu yang bersamaan, tetapi
pembayarannya, dan dianggap secara berturutan. Maksudnya,
lunas sampai jangka waktu setelah transaksi sewa-
operasi yang disepakati. menyewa selesai atau berakhir,
Setelah itu jalan Toll baru disusul terjadinya perpin-
diserahkan kepada negara dahan kepemilikan, yang
sebagai aset negara. dalam leasing konvensional
(e). Pengembangan akad Mura- ditempuh melalui transaksi
bahah jual-beli.
Terpisahnya akad sewa- yaitu kepemilikan bersama
menyewa dan akad perpindaan (joint ownership); sedangkan
kepemilikan kian memperjelas leasing-nya adalah operating
posisi masing-masing pihak lease/kontrak sewa-menyewa
dalam hal semua yang saja. Kombinasi keduanya
menyangkut hak dan disebut dengan “Akad/transak-
kewajiban yang terkait aset. si Musyarakah Muntanaqisoh”
Saat berlaku masa sewa- atau “Diminishing/Declining/
menyewa, maka kepemilikan Decreasing Musyarakah”
masih berada pada pihak yang Pengertian transaksi Musyara-
menyewakan, dan karenanya kah Muntanaqisoh adalah
(secara umum) dialah yang suatu fasilitas pembiayaan
berkewajiban memikulnya. antara para pihak yang mana
Begitu kepemilkan berpindah salah satu pihak/partmer dalam
ke pihak penyewa, maka periode pembiayaan mengam-
selanjutnya dialah yang bil alih porsi saham/kepemi-
memikul segala yang likan pihak lainnya sehingga di
menyangkut (risiko dan biaya) akhir periode pembiayaan,
aset terkait. kepemilikan obyek transaksi
Dalam transaksi sewa–beli menjadi milik dia sepenuhnya
konvensional, hak dan (100%).
kewajiban terkait dengan Jelasnya, misal dalam suatu
obyek transaksi ada pada usaha/proyek dengan jangka
kedua pihak (penyewa dan waktu 5 tahun, Lembaga
yang menyewakan), oleh sebab Keuangan Islam/LKI (bank)
kontrak/perjanjian sewa- memberikan pembiayaan
menyewa dan jual-beli sebesar 60% dari keseluruhan
berlangsung/terjadi secara ber- dana yang diperlukan, sedang-
samaan/serempak. Ini rawan kan sisanya (40%) dipikul oleh
menimbulkan permasalahan nasabah. Selama periode
pada para pihak pembiayaan (5 tahun, misal)
(b). Syirkah dan Ijarah (leasing) nasabah terkait mengambil alih
Syirkah di sini yang porsi saham/kepemilikan
dimaksudkan adalah “Syirkatul LKI/bank sehingga perban-
milk atau Syirkatul amlak”, dingan porsi saham akan
tampak seperti pada tabel Berdasarkan penjelasan di atas,
berikut : maka kedudukan nasabah
LKI Nasabah Total selain sebagai pemilik dari
Tahun
(%) (%) (%)
suatu joint-ownership obyek
1 Awal 60 40 100
Akhir 48 52 100 transaksi, juga/sekaligus
2 Awal 48 52 100 sebagai penyewa obyek terkait.
Akhir 36 64 100
3 Awal 36 64 100 (c). Musyarakah dan Mudarabah
Akhir 24 76 100 Contohnya misal bank
4 Awal 24 76 100
Akhir 12 88 100 menerima dana deposito
5 Awal 12 88 100 berjangka dengan akad
Akhir 0 100 100
Mudharabah, kemudian dia
Peta kepemilikan di atas juga bersyirkah dengan nasabah
mengandung konsekuensi pembiayaan sebagai
dalam masalah pembagian pihak/partner pasif/diam, maka
hasil sewa. Jadi misalkan dalam syirkah dimaksud dia
obyek transaksi tersebut akan menerima bagi hasilnya
disewakan senilai misal Rp 10 sesuai dengan kesepakatan
juta/tahun, kebetulan pihak awal.
penyewanya adalah nasabah (d). Wakalah dengan jual-beli atau
tersebut, maka pembagian sewa
hasil sewa selama periode Misal dalam traksaksi
pembiayaan proporsional Murabahah yang mana
dengan porsi saham/kepe- nasabah sekaligus berperan
milikan para pihak. sebagai “wakil” lembaga
Sebagai contoh, pada tahun ke- keuangan Islam (LKI).
4, oleh sebab porsi kepemiikan Dalam transaksi sewa-
LKI hanya sebesar 24%, maka menyewa nasabah bertindak
pendapatan sewa yang menjadi sebagai wakil LKI untuk
haknya adalah 24% dari Rp 10 mencarikan obyek transaksi.
juta Rp 2,4 juta. Dapat pula dalam transaksi
Mengapa demikian ? Hal ini Istishna’ paralel, nasabah
dikarenakan bahwa yang berperan sebagai wakil LKI.
disewakan kepada nasabah (e). Salam dengan Murabahah.
adalah sebatas porsi kepemi- Contoh dalam kasus/transaksi
likan LKI atas obyek transaksi. pembiayaan ekspor sebelum
pengapalan (preshipment Sebagai contoh adalah ketika suatu
export financing). bank Islam menghadapi kekurangan
(f). Istishna’ dengan Murabahah likuiditas, maka dalam istilah baku
Saat membangun rumah tehnis perbankan, untuk menciptakan
tinggal (misalnya), akadnya likuiditas bagi bank tersebut dapat
adalah antara LKI dengan melalui produk : “Murabahah
kontraktor. Begitu selesai Commodity”. Sudah barang tentu ini
100%, diikuti transaksi jual- dibuat oleh karena adanya kebutuhan
beli antara LKI dengan riil di lapangan pada pasar terkait
nasabah dengan akad dengan tetap (terutama dan yang
Murabahah utama adalah) berlandaskan syariat
Islam yang berlaku.
c. Inovasi
Sebagai gambaran dapat dilihat pada
Dalam inovasi produk kali ini, dibuat
skema berikut :
atau lebih tepatnya disusun produk
keuangan yang sama sekali
berbeda/baru dibandingkan dengan
produk keuangan yang sudah ada.