Anda di halaman 1dari 4

C.

Membangun keakraban dengan informan

Holloway dan wheeler (1996) menjelaskan karakter penting yg seharusnya dimiliki oleh
seorang peneliti kualitatif adalah seorang pendengar yg baik, tidak mudah menghakimi ,ramah,
terbuka dan jujur serta fleksibel. Untuk itu, seorang peneliti pemula perlu secara terus menerus
melatih dan mendisiplinkan diri secara kontinyu untuk dapat menjadi peneliti kualitatif yg handal
dan profesional.

Selain itu perlu adanya prinsip dasar etik yg dimiliki seorang peneliti kualitatif. Prinsip dasar
etik merupakan landasan untuk mengatur kegiatan suatu penelitian. Pengaturan ini dilakukan
untuk mencapai kesepakatan sesuai kaidah penelitian antara peneliti dan subjek penelitian. Subjek
pada penelitian kualitatif adalah manusia dan peneliti wajib mengikuti seluruh prinsip etik
penelitian selama melakukan penelitian.

Pertimbangan etik dalam studi kualitatif berkenaan dengan pemenuhan hak-hak informan
Mauthner, Birch, Jessop, dan Miller (2005) menyatakan bahwa pemenuhan hak-hak tersebut
minimal memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip Menghargai Harkat Dan Martabat Informan


Penerapan prinsip ini dapat dilakukan peneliti untuk memenuhi hak-hak informan
dengan cara menjaga kerahasiaan identitas informan (anonymity) , kerahasiaan data
(confidentiality), menghargai privacy dan dignity, dan menghormati otonomi (respectfor
autonomy). Berikut penjelasan masing-masing hak tersebut. Informan memiliki hak otonomi
untuk menentukan keputusannya secara sadar dan sukarela/tanpa paksaan setelah diberikan
penjelasan oleh peneliti dan memahami bentuk partisipasinya dalam penelitian yg dilakukan.
Menghormati otonomi informan adalah pernyataan bahwa setiap informan penelitian
memiliki hak menentukan dengan bebas, secara sukarela, atau tanpa paksaaan (autonomous
agents) untuk berpartisipasi dalam penelitian yg dilakukan. Peneliti harus memberikan
informasi lengkap tentang tujuan, manfaat, dan proses penelitian yg akan dilakukan sehingga
informan penelitian memahami seluruh proses penelitian yg di ikutinya. Informan memiliki
hak untuk memutuskan tidak melanjutkan keikutsertaannya dalam penelitian tanpa sanksi
apapun dan dari siapapun.
Peneliti wajib menjaga kerahasiaan berbagai informasi yang diberikan oleh para
informannya dengan sebaik-baiknya. Untuk menjamin kerahasiaan (confidentiality) data,
peneliti wajib menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar
persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkrip wawancara dalam
tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti. Hasij rekaman diberi kode informan
tanpa nama (hak anonymity), Untuk selanjutnya disimpan di dalam file khusus dengan kode
informan yang sama. Semua bentuk data hanya digunakan untuk keperluan Proses analisis
data sampai penyusunan laporan penelitian.
Selanjutnya, informan memiliki hak untuk dihargai tentang apa saja yang mereka
lakukan dan apa saja yang dilakukan terhadap mereka, termasuk kebebasan dalam
memberikan informasi yang bersifat personal atau rahasia. Hak kebebasan informan lainnya
adalah menentukan waktu dan tempat dilakukannya pengambilan data, misalnya pengambilan
data yang dilakukan dengan metode wawancara. Peneliti hanya melakukan wawancara pada
tempat dan waktu yang telah dipilih oleh informan. Tempat wawancara merupakan hasil
kesepakatan antara peneliti dan informan dan dibuat atas dasar pertimbangan kenyamanan
dan tanpa paksaan ketika informan memberikan informasi secara terbuka. Peneliti juga
melakukan wawancara sesuai kesepakatan waktu yang telah disetujui bersama oleh informan
Selama proses pengumpulan data secara kualitatif, berisiko memunculkan dilema etik
ketika mengungkap berbagai pengalaman informan yang bersifat sangat rahasia bagi
pribadinya. Strategi mengatasi dilema etik ini, diantaranya, peneliti dapat menginformasikan
bahwa informan berhak untuk tidak menjawab pertanyaan wawancara ang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi dirinya untuk menceritakan pengalamannya yang tidak
ingin diketahui oleh orang lain. Jika informan merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi lebih
lanjut, informan dengan sukarela dapat mengundurkan diri dari proses penelitian kapanpun ia
inginkan. Hal ini dilakukan peneliti untuk menghormati prinsip privacy dan dignity.
2. Memerhatikan kesejahteraan informan
Penerapan prinsip ini dilakukan peneliti dengan memenuhi hak-hak informan dengan
cara memerhatikan kemanfaatan (beneficience) dan meminimalkan risiko (nonmaleficience)
dari kegiatan Peneliti, yang dilakukan dengan memerhatikan kebebasan dari bahaya (free
from harm), eksploitasi (free from exploitation), dan ketidaknyamang, (free from discomfort).
Berikut secara rinci penjelasan dari Penerapan prinsip tersebut.
Prinsip memerhatikan kesejahteraan informan menyatakan, bahwa setiap penelitian
harus mempertimbangkan dapat memberikan, kemanfaatan yang lebih besar daripada
risiko/bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan riset yang dilakukan. Setiap peneliti harus
meyakinkan dan memastikan bahwa kegiatan riset yang dilakukan tidak hanya untuk
kepentingan peneliti, tetapi memastikan juga tidak menimbulkan risiko bahaya apa pun
terhadap informan penelitian, Penerapan prinsip ini dilakukan peneliti dengan cara
memberikan penjelasan secara lengkap tentang kegiatan penelitian yang akan dilakukan,
tujuan penelitian yang dilakukan, manfaat yang diperoleh, dan kemungkinan bahaya yang
dapat dialami informan.
Selanjutnya, hak informan untuk mendapat risiko yang minimal dari penelitian yang
dilakukan (nonmaleficience). Hak ini berkaitan dengan prinsip kemanfaatan yaitu setiap
peneliti berkewajiban meyakinkan bahwa kegiatan penelitian yang dilakukan tidak
menimbulkan bahaya, tidak mengeksploitasi, dan tidak mengganggu kenyamanan informan
sekecil apa pun baik bahaya secara fisik maupun bahaya secara psikologis. Prinsip ini juga
menyatakan bahwa informan penelitian memiliki hak untuk diberi penjelasan tentang bahaya
atau risiko yang dapat ditimbulkan selama kegiatan penelitian dilakukan Informan penelitian
juga diberi informasi bahwa jika dalam kegiatan penelitian dilakukan menyebabkan
ketidaknyamanannya, maka infoman memiliki hak untuk tidak melanjutkan partisipasinya
dalam kegiatan riset yang dilakukan. Hak bebas dari ketidaknyamanan atau bebas dari bahaya
(Free from harm) seperti secara fisik dapat mengalami kelelahan, secara psikologis dapat
mengalami stres dan rasa takut, dan secara sosial dapat mengalami kehilangan teman, atau
secara ekonomi dapat kehilangan penghasilan, maka para peneliti harus meminimalisasi risiko
terjadinya berbagai ketidaknyamanan tersebut serta menyeimbangkan antara
ketidaknyamanan tersebut dengan besarnya manfaat yang diperoleh informan.
Terakhir, hak bebas dari eksploitasi (Free from exploitation) menyatakan bahwa
keterlibatan para informan dalam penelitian yang dilakukan tidak boleh merugikan mereka
atau membuat mereka terpapar situasi yang membuat mereka tidak siap karena merasa
tereksploitasi untuk menjawab pertanyaan yang sangat pribadi. Informan harus dipastikan
bahwa informasi yang telah mereka berikan tidak digunakan untuk balik menentangnya.
3. Prinsip Keadilan (Justice) untuk Semua Informan
Hak ini memberikan semua informan hak yang sama untuk dipilih atau berkontribusi
dalam penelitian tanpa diskriminasi. Semua informan memperoleh perlakuan dan kesempatan
yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang disepakati. Prinsip ini menyatakan
bahwa setiap informan penelitian memiliki hak untuk diperlakukan adil dan tidak dibeda-
bedakan di antara mereka selama kegiatan riset dilakukan. Setiap peneliti memberi perlakuan
dan penghargaan yang sama dalam hal apa pun selama kegiatan riset dilakukan tanpa
memandang suku, agama, etnis, dan kelas sosial.
4. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Pendekatan kualitatif pada umumnya menggunakan manusia k penelitian yang diteliti.
Proses pendekatan itu sendiri akan menyentuh aspek etik yang berkembang sebagai dampak
dari proses penelitian yang dilakukan. Integritas manusia sebagai subjek yang dipelajari perlu
dihormati dan dihargai hak-haknya. Akan tetapi, informed consent seperti yang biasanya
digunakan pada penelitian kuantitatif akan menjadi masalah karena sifat penelitian kualitatif
yang tidak menekankan tujuan yang spesifik diawal. Seperti yang dijelaskan pada bagan
sebelumnya, penelitian kualitatif bersifat fleksibel, dan mengakomodasi berbagai ide yang
tidak direncanakan sebelumnya yang timbul selama proses penelitian. Oleh karena itu peneliti
tidak mungkin menjelaskan keseluruhan studi yang akan dilakukan di awal, maka perlu
adanya Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dari manusia sebagai subjek atau informan yang
dipelajari. Persetujuan informan merupakan wujud dari penghargaan atas harkat dan martabat
dirinya | sebagai manusia. PSP merupakan proses memperoleh persetujuan dari
Subjek/informan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian yang | dilakukan.
Terdapat dua tahapan pada proses PSP, yaitu: memberi penjelasan berkenaan dengan
proses penelitian dan memperoleh pemyataan persetujuan dari informan untuk mengikuti
proses penelitian. Apabila subjek dikategorikan sebagai subjek yang rentan (vumerable
people), misalnya ibu hamil, anak, lansia, penderita penyakit terminal, penderita cacat fisik
dan mental, maka proses PSP dilakukan terhadap wakil informan, misalnya orang tua untuk
informan anak. Apabila informan setuju mengikuti kegiatan penelitian yang dilakukan,
peneliti menyediakan lembar pemyataan persetujuan (informed consent form) yang
menyatakan kesediaan informan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan.
Pernyataan persetujuan diberikan para informan setelah memperoleh berbagai informasi
berupa tujuan penelitian, prosedur penelitian, durasi keterlibatan informan, hak-hak informan
dan bentuk partisipasinya dalam penelitian yang dilakukan dari peneliti. Bentuk pemyataan
persetujuan informan dengan memberikan tanda tangan atau bentuk lainnya, seperti cap
jari.pada lembar persetujuan tersebut. pada informan yang tidak memiliki kemampuan baca
tulis.
Proses PSP dapat dilakukan secara individu maupun secara berkelompok. Prinsip utama
yang harus dijelaskan dalam proses PSP yaitu setiap informan wajib memperoleh informasi
yang sejelas-jelasnya mengenai tujuan, manfaat, metode, sumber pembiayaan, kemungkinan
konflik kepentingan, afiliasi riset dengan institusi lain keuntungan dan potensi risiko akibat
yang mungkin timbul dari proses penelitian, serta upaya meminimalkannya termasuk hak
untuk tidak berpartisipasi dalam riset atau mengundurkan diri tanpa adanya tekanan dari
pihak mana pun (Mauthner, Birch, Jessop, & Miller, 2005). Perlu ditekankan sifat penelitian
kualitatif adalah fleksibel karena kemungkinan akan terjadi perubahan dari penjelasan yang
disebutkan di awal. Apabila informan hanya mampu memahami bahasanya sendiri sementara
peneliti tidak memahami bahasa informan, maka peneliti membutuhkan seorang penerjemah
yang mampu memahami kedua bahasa yang digunakan, baik oleh peneliti maupun oleh
informan.

Anda mungkin juga menyukai