PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau
tidak usaha tersebut dijalankan. Layak disini diartikan juga akan memberikan keuntungan
tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor,
pemerintah dan masyarakat luas.
Studi kelayakan bisnis pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun
banyak juga yang memulai dari aspek lainnya. Hal ini sangat tergantung dari kesiapan
masing-masing penilai studi kelayakan tersebut. Penilaian atas aspek hukum sangat
penting meningat sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan
dengan izin atau berbagai persyaratan lain harus terlebih dahulu dipenuhi. Bagi penilai
studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan dan
keasliannya meliputi badan hukum, perizinan yang dimiliki, sertifikat tanah maupun
dokumen pendukung lainnya.
Masalah yang timbul kadang kala sangat vital, sehingga usaha yang semula
dinyatakan layak dari semua aspek, ternyata menjadi sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi
karena kurangnya ketelitian dalam penilaian di bidang hukum sebelum usaha tersebut
dijalankan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan aspek hukum untuk membangun suatu bisnis dalam suatu
Studi Kelayakan Bisnis ?
2. Bagaimana cara mengetahui dan menentukan badan usaha yang sesuai dengan
bisnis/usaha/proyek ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Sumber Bentuk Legalitas dalam suatu Studi
Kelayakan Bisnis
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk dan proses perizinan, syarat-syarat dan
ketentuan hukum serta peraturan pemerintah.
3. Mahasiswa dapat Menilai apakah usaha yang akan dijalankan melangar ketentuan
UU atau ketentuan peraturan yang berlaku / tidak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Yuridis adalah hukum atau peraturan yang wajib dipatuhi oleh masyarakat, baik
secara tertuis maupun secara lisan. Yuridis yang tertulis diantarannya adalah undang-
undang sedangkan yuridis yang berupa lisan adalah hukum adat. Sekalipun dalam bentuk
lisan namun adanya adat tersebut harus dipatuhi oleh masyarakat. Jika seseorang atau
kelompok melanggar hukum lisan maka dia akan tetap mendapatkan sanksi.
Dilihat dari segi yuridis, pada dasarnya pelaksanaan bisnis merupakan rangkaian
kegiatan prestasi dan kontraprestasi. Istilah prestasi adalah pelaksanaan kewajiban oleh
sesuatu pihak, sedangkan kontraprestasi ialah pelaksanaan kewajiban oleh pihak lain.
Penilaian dan analisis aspek yuridis ini sangat perlu dilakukan bagi calon kreditor
yang akan memberikan bantuan pinjaman, juga bagi calon investor yang ingin
menanamkan modalnya di dalam bisnis yang sangat bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk
menjamin bahwa calon kreditor yang bersangkutan aman karena tidak terlibat dalam suatu
kegiatan yang menyimpang hukum. Bagi pemilik bisnis, tujuan melakukan analisis yuridis
adalah untuk meyakinkan kepada calon kreditor atau investor bahwa bisnisnya tidak
menyimpang dari hukum dan peraturan yang sedang berlaku.1
1
Jumingan, Studi Kelayakan Bisnis : Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan, (Jakarta: PT Bumi
Angkasa, 2009), hlm. 325
2
Kasmir, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2012), Edisis revisi, h.24
2
Evaluasi terhadap aspek yuridis sangat diperlukan. Bagi pemilik proyek, evaluasi
ini berguna antara lain untuk kelangsungan hidup proyek serta dalam rangka menyakinkan
para kreditor dan investor bahwa proyek yang akan dibuat tidak menyimpang dari aturan
yang berlaku. Seperti diketahui, dalam suatu proyek dimana bergabung banyak pihak yang
berkepentingan dapat saja terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajiban masing-
masing pihak sehingga penegakan aturan menjadi penting dilaksanakan.3
Langkah pertama memulai bisnis adalah dengan menentukan bentuk usaha yang
akan menaungi bisnis tersebut – selain menentukan bidang usaha dan strategi bisnisnya
tentu. Hal ini terutama untuk menentukan siapa yang menjadi pemodal dan apa peran serta
tanggung jawab orang-orang yang terlibat di dalamnya. Jika Anda hanya berniat membuka
usaha jualan bakso, maka Anda tidak perlu repot-repot mendirikan PT (Perseroan
Terbatas) – Anda cukup membuat gerobak bakso dan menggantungkan papan iklan di
depan kios. Tapi demi perkembangan bisnis ke depan Anda juga perlu bersiap-siap
merencanakan PT – untuk mengantisipasi bisnis bakso Anda yang akan berkembang
menjadi waralaba. Menurut hukum, berdasarkan modal dan tanggung jawab pemilik usaha,
bentuk-bentuk usaha terdiri dari Perusahaan Perseorangan, Persekutuan Perdata,
Persekutuan Firma, Persekutuan Komanditer dan Perseroan Terbatas.
1. Perusahaan Perseorangan
3
Husein Umar, Busines An Introduction, (Google Book), h. 249.
3
kuantitas produksi yang terbatas. Bentuk usaha jenis ini paling mudah didirikan, seperti
juga pembubarannya yang mudah dilakukan – tidak memerlukan persetujuan pihak lain
karena pemiliknya hanya satu orang. Dalam Perusahaan Perseorangan tanggung jawab
pemilik tidak terbatas, sehingga segala hutang yang timbul pelunasannya ditanggung oleh
pemilik sampai pada harta kekayaan pribadi – seperti juga seluruh keuntungannya yang
dapat dinikmati sendiri oleh pemilik usaha.
2. Persekutuan Perdata
4
misalnya kekayaan Firma tidak cukup untuk melunasi hutang Firma, maka pelunasan
hutang itu harus dilakukan dari harta kekayaan pribadi para sekutu.
Karena pada dasarnya Firma merupakan bentuk Persektuan Perdata, maka
pembentukan Firma harus dilakukan dengan perjanjian. Menurut pasal 22 KUHD – Kitab
Undang-undang Hukum Dagang – perjanjian Firma harus berbentuk akta otentik – akta
notaris. Meski harus dengan akta otentik, namun ketiadaan akta semacam itu tidak dapat
menjadi alasan untuk merugikan pihak ketiga. Dengan demikian suatu Firma dapat dibuat
dengan akta dibawah tangan – bahkan perjanjian lisan – namun dalam proses pembuktian
di pengadilan misalnya, ketiadaan akta otentik tersebut tidak dapat digunakan oleh para
sekutu sebagai alasan untuk mengingkari eksistensi Firma. Setelah akta pendirian Firma
dibuat, selanjutnya akta tersebut wajib didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
dalam daerah hukum di mana Firma itu berdomisili.
4. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap/CV)
5
Sebagai persekutuan modal, sebuah PT didirikan oleh para pendiri yang masing-
masing memasukan modal berdasarkan perjanjian. Modal tersebut terbagi dalam saham
yang masing-masing saham mempunyai nilai yang secara keseluruhan menjadi modal
perusahaan. Tanggung jawab para pendiri PT adalah sebatas modal yang disetorkan ke
dalam PT dan tidak meliputi harta kekayaan pribadi mereka. Menurut UU PT, Modal PT
terbagi atas Modal Dasar, Modal Ditempatkan dan Modal Disetor. Modal Dasar adalah
modal keseluruhan PT sebagaimana yang dinyatakan dalam Akta Pendiriannya, yaitu nilai
yang menunjukkan besarnya nilai perusahaan. Modal ditempatkan adalah bagian Modal
Dasar yang wajib dipenuhi/disetor oleh masing-masing para pemegang saham kedalam
perusahaan, sedangkan Modal Disetor adalah Modal Ditempatkan yang secara nyata telah
disetorkan.
Dalam menjalankan perusahaan, sebuah PT dilengkapi organ-organ yang memiliki
fungsi masing-masing, yaitu: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan
Komisaris. Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, Rapat Umum Pemegang Saham
adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi
atau Dewan Komisaris dalam batas-batas yang ditentukan dalam undang-undang tersebut.
Secara umum, tugas RUPS adalah menentukan kebijakan perusahaan. Direksi adalah
organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan, sehingga Direksi dapat mewakili perseroan itu baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Tugas Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap perseroan,
baik secara umum maupun secara khusus, termasuk memberi nasihat kepada Direksi
6. Perusahaan negara
Perusahaan negara (PN) adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan undang-
undang modal untuk mendirikan PN adalah atas kekayaan negara yang dipisahkan dan
tidak dipisahkan atas saham.
7. Perusahaan daerah
Perusahaan daerah merupakan perusahaan yang didirikan dengan suatu peraturan
daerah.
8. Yayasan
Yayasan adalah badan usaha yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan dan
lebih menekankan usahanya pada tujuan sosial.
6
9. Koperasi
Merupakan bentuk badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni, pribadi dan tidak
dapatdialihkan.4
Menurut undang-undang No.25 tahun 1995. koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi,sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan asas
kekeluargaan.
4
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 281-
282
7
macam kebutuhan warga desa yang umumnya petani, mengelola mulai darikebutuhan
masyarakat tani peternak dan nelayan maupun kebutuhan sehari-hari.5
Kegiatan usaha dimana pun selalu memerlukan berbagai dokumen penunjang usaha
berserta izin-izin yang diperlukan sebelum menjalankan kegiatannya.
Dalam praktiknya terdapat beragam izin.banyaknya izin dan jenis-jenis izin yang
dibutuhkan tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Adapun izin dimaksud adalah:6
Izin-izin perusahaan lainnya yang harus segera diurus bagi pemilik usaha dan yang
harus dinilai oleh penilai adalah yang sesuai dengan jenis bidang usaha perusahaan
tersebut,izin-izin tersebut adalah:
5
https://niamoraa.wordpress.com/2015/11/05/jenis-jenis-badan-usaha/, diunduh pada jam 12.30
WIB, hari kamis, 27/10/2017.
6
Kasmir, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2012), Edisis revisi, h.33
7
Ibid
8
a. Bukti diri (KTP atau SIM)
b. Sertifikat tanah
c. Bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB)
d. Serta surat-surat atau sertifikat lainnya yang kita anggap perlu.
b. Bukti diri
Yaitu kartu identitas dari para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh kelurahan
setempat yang dikenal dengan nama kartu tanda penduduk (KTP).
Nomor pokok wajib pajak merupakanhal yang penting untuk diteliti,apakah sudah
dimiliki atau belum.jika sudah diteliti dapatlah mengeceknya kedepartemen teknis yang
mengeluarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
9
e. Izi-izin perusahaan
Selanjutnya adalah meneliti izin-izin yang dimiliki sesuai dengan jenis bidang
usaha perusahaan tersebut.izin-izin tersebut adalah:8
Disamping keabsahan dokumen diatas tidak kalah pentingnya adalah penelitian dokumen
lainnya :
Status tanah. Status kepemilikan tanah harus jelas. Peneliti dapat mencari informasi
tentang status tanah ini, misalnya dengan menghubungi kantor Badan Pertahanan Nasional
(BPN) setempat.9 Yang perlu diperhatikan adalah status tanah tersebut antara lain:
8
Ibid . h.35
9
Husein Umar. Op. Cit.., hlm. 285
10
b. Kendaraan bermotor
F. Penelitian Lapangan
1. Badan Hukum
2. Tanda Daftar Perusahaan
3. NPWP
4. Surat Izin Usaha
5. Izin Domisili
6. Izin Mendirikan Bangunan
7. Bukti Diri
8. Izin-izin Lainnya
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk memulai suatu usaha pada umumnya dimulai dari Aspek Hukum, walaupun
banyak pula yang melakukannya dari aspek lain. Di dalam melakukan suatu usaha maka
perlu diperhatikan berbagai dokumen yang bisa sesuai dengan badan Hukum yang berlaku,
dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan
hukum, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang mendukung
kegiatan usaha tersebut. kegagalan dalam penelitian aspek ini akan berakibat tidak
sempurnanya hasil penelitian, dengan kata lain apabila ada dokumen yang tidak sah atau
tidak sempurna pasti akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
Tujuan dari aspek hukum ini adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan
keaslian dari dokumen-dokumen yang diteliti.penelitian keabsahan dapat dilakukan sesuai
dengan lembaga yag mengeluarkan dan yang mengesahkan dokumen yang bersangkutan,
penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan,maka segala
prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu
sudah terpenuhi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003)
Jumingan, Studi Kelayakan Bisnis : Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan, (Jakarta:
PT Bumi Angkasa, 2009)
Subagyo, A. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT Elex Media Kumputindo Kelompok
Gramedia. Jakarta
13
MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS
ASPEK HUKUM
Dosen: Anjur Perkasas Alam, ST. M.EI
DISUSUN
KELOMPOK V
DIANA KHAIRI
KHAIRUL HAYANI
MUHAMMAD. TOPIK
JULHAM
14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. LatarBelakangMasalah.......................................................................................... 1
B. RumusanMasalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 13
ii 15