Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KESEHATAN PADA WANITA SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN


“SKRINING”

OLEH:
Kelompok 1

KEMBANG
MAYA SARI
RAHMI ALDY
RIZA ASHARI
SITI ARIFFANNISA
SYAHRIA NARTIKA
SYLVIA NURETI SANTI JELITA R

TINGKAT 2A
DOSEN PEMBIMBING : NIKE SARI OKTAVIA,M.Keb

PRODI DIII KEBIDANAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu, bukan karena usaha dari saya selaku penulis, melainkan banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih pada
pihak-pihak yang telah membantu kami baik itu dosen saya,ibuk Nike Sari Oktavia,M.Keb
dan semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu saya selaku penulis makalah ini
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas saya
selanjutnya.

Demikian saya selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan makalah
ini ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi semua pihak.

Padang,10 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PENDAHULUAN............................................................................................3
A. Pengertian skrining................................................................................3
B. Penemuan penyakit dengan skrining.....................................................3
C. Kriteria menilai suatu alat ukur.............................................................4
D. Tujuan skrining......................................................................................4
E. Bentuk pelaksanaan skrining ................................................................4
F. Proses pelaksanaan skrining..................................................................6
G. Syarat skrining.......................................................................................6
H. Kriteria program skrining .....................................................................6
I. Contoh skrining.....................................................................................8
J. Jenis penyakit tang tepat untuk skrining...............................................8
K. Kriteria evaluasi....................................................................................9

BAB III PENUTUP.....................................................................................................14


A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia masih dijumpai masalah kesehatan reproduksi yang memerlukan


perhatian semua pihak. Masalah-masalah kesehatan reproduksi tersebut muncul dan terjadi
akibat pengetahuan dan pemahaman serta tanggung jawab yang rendah. Akses untuk
mendapatkan informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai alat-alat dan fungsi
reproduksi juga tidak mudah didapatkan.

Secara garis besar periode daur kehidupan wanita melampaui beberapa tahap
diantaranya pra konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas, reproduksi,
menopause/klimakterium, pasca menopause dan senium/lansia. Setelah lahir kehidupan
wanita dapat dibagi dalam beberapa masa yaitu masa bayi, masa pubertas, masa reproduksi,
masa klimakterium dan masa senium. Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan,
karena itu gangguan pada setiap masa tersebut juga dapat dikatakan khas karena merupakan
penyimpanan dari faal yang khas pula dari masa yang bersangkutan.

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi


adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase
kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat
berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian skrining


2. Bagaimana Penemuan penyakit dengan skrining
3. Apa Tujuan skrining
4. Bagaimana proses pelaksanaan skrining
5. Bagaimana Bentuk pelaksanaan skrining
6. Bagaimana Kriteria program skrining
7. Bagaimana Contoh skrining
8. Apa Jenis penyakit tang tepat untuk skrining
9. Apa Syarat skrining

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Apa Pengertian skrining


2. Untuk mengetahui Bagaimana Penemuan penyakit dengan skrining
3. Untuk mengetahui Apa Tujuan skrining
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pelasanaan skrining
5. Untuk mengetahui Bagaimana Bentuk pelaksanaan skrining
6. Untuk mengetahui Bagaimana Kriteria program skrining
7. Untuk mengetahui Bagaimana Contoh skrining
8. Untuk mengetahui Apa Jenis penyakit tang tepat untuk skrining
9. Untuk mengetahui Apa Syarat skrining
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Skrining
 Skrining (screening): pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang
sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai risiko tinggi.
 Skrining: pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya
masalah atau faktor risiko.
 Skrining: usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis
belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar –
benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan.
 Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan
gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan
yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
 Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan
menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara
cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya
menderita suatu kelainan.

Test skrining dapat dilakukan dengan:


 Pertanyaan (anamnesa)
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium

B. Penemuan Penyakit Dengan ‘Screening’


 Screening: Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak sehat
dan tidak menunjukkan adanya gejala.
 Uji screening tidak dimaksudkan sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali
digunakan sebagai tes diagnosis.
 Diagnosis menyangkut konfirmasi mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit
pada individu yang dicurigai atau menderita suatu penyakit tertentu. Orang-orang
dengan tanda positif atau dicurigai menderita penyakit ini diberi perawatan/
pengobatan setelah diagnosa dipastikan hasilnya.

C. Kriteria menilai suatu alat ukur


Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan
reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas merupakan petunjuk tentang
kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang akan
diukur. Sedangkan reliabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu
alat ukur.

Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang
benar sakit terhadap yang sehat. Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu
dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit). Validitas berguna karena biaya screening
lebih murah daripada test diagnostic

 Komponen Validitas
 Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
positif betul-betul sakit
 Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang
negatif betul-betul tidak sakit.

D. Tujuan skrining
 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
 Mencegah meluasnya penyakit
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada
mulai dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi
E. Proses Pelaksanaan Skrining

Bagan proses pelaksanaan skrining (Noor, 2008).


Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes) dan hasil
tes dapat positif dan negatif. Individu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat
dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes positif dilakukan
pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif dilakukan
pengobatan secara intensif, sedangkan individu dengan hasil tes negatif dapat dilakukan
tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua penderita terjaring.
Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu kelompok populasi
tertentu yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian bila suatu penyakit diperkirakan
mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi tertentu, maka tes ini dapat pula
dilakukan secara selektif (misalnya khusus pada wanita dewasa) maupun secara random
yang sarannya ditujukan terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat
dilakukan khusus untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara
serentak untuk lebih dari satu penyakit (Noor, 2008).
Uji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan terhadap
kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila
hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes
positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila
hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya
negatif maka dianggap tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi hasil
pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa
proses skrining adalah pemeriksaan pada tahap pertama (Budiarto dan Anggraeni, 2003).
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan
laboratorium atau radiologis, misalnya :
a. Pemeriksaan gula darah.
b. Pemeriksaan radiologis untuk uji skrining penyakit TBC.

F. Bentuk pelaksanaan skrining


 Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
 Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu,
contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita
yang sudah menikah
 Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit
 Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis
penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas

G. Kriteria program skrining


 Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
 Tersedia obat potensial untuk terapi nya
 Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
 Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
 Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
 Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
 Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
 Ada SOP tentang penyakit tersebut
 Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa
screening
 Penemuan kasus terus menerus

H. Contoh skrining
 Pap smear untuk mendeteksi ca cervix (kanker serviks)
 Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
 Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
 Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
 Phenylketonuria (PKU) adalah skrining kelainan bawaan metabolisme
phenylalanin yg diakibatkan kerusakan aktifitas enzim phenylalanin-hidroxylase.
Penyakit ini muncul pd usia 3-6 bln dan ditandai oleh keterlambatan
perkembangan bayi
 Test gangguan pendengaran pada bayi harus dilakukan sebelum bayi berusia 8
bulan.
 Skrining donor darah untuk mendeteksi HIV.
 Mammography dan pemeriksaan fisik untuk skrining kanker payudara pada
wanita diatas 50 tahun.
 Pemeriksaan alpha-fetoprotein untuk skrining kerusakan (defek) syaraf.

1. Bayi Perempuan
a) Pada bayi perempuan telah memiki folikel primodial sebanyak 750.000, yangkelak
akan dikeluarkan ketika ovulasi.
b) Genitalia interna dan eksterna sudah terbentuk sehingga sudah dapat dibedakan
dengan bayi laki-laki.
c) Pada usia sepuluh hari pertama, masih terpengaruh oleh hormon esterogen sehingga
pada bayi perempuan terkadang ditemukan pembengkakan payudara atau keputihan.

2. Masa Kanak-Kanak

a) Pada periode ini merupakan periode penting bagi tumbuh kembang anak,
perkembangan otak sangat cepat sehingga pada masa ini disebut fase pertumbuhan
dasar.
b) Pada periode ini juga merupakan masa kritis di mana anak memerlukan rangsangan
atau stimulasi untuk mengembangkan potensi otak kanan dan kirinya.
c) Bentuk skrining terhadap tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan
menggunakan SDIDTK.

3. Masa Pubertas
a) Merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
b) Masa pubertas ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder sampai
kemampuan bereproduksi.
c) Cepat lambat seorang anak memasuki masa reproduksi dipengaruhi keturunan, iklim,
gizi, dan kebudayaan. Semakin baik gizi seseorang semakin cepat memasuki masa
pubertas.

4. Masa Reproduksi
a) Masa reproduksi merupakan masa terpenting bagi wanita karena pada masa ini
seorang wanita mampu menghasilkan generasi baru dengan hamil, melahirkan, dan
menyusui.
b) Bentuk skrining pada masa ini dapat dimulai saat ibu melakukan kunjungan awal
antenatal care.

5. Masa Klimakterium
a) Masa klimakterium adalah suatu masa peralihan antara masa reproduksi dengan masa
senium.
b) Pada masa ini wanita mengalami perubahan-perubahan tertentu, yaitu timbulnya
gangguan yang bersifat ringan sampai berat.
c) Kadang kala pada masa ini beberapa wanita membutuhkan bidan untuk mengatasi
keluhan-keluhan tersebut.

I. Jenis penyakit yang tepat untuk skrining


a) Merupakan penyakit yang serius
b) Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan
dengan setelah gejala muncul
c) Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di skrening

J. Syarat skrining
a) Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
b) Harus ada cara pengobatan yang efektif
c) Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnostik
d) Diketahui stadium prapatogenesis dan patogenesis
e) Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat
diterima oleh masyarakat
f) Telah di mengerti riwayat alamiah penyakit
g) Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya
konsekuensi kesehatan

K. Kriteria Evaluasi
Suatu alat (test) skrining yang baik adalah mempunyai tingkat validitas dan
reliabilitas yang tinggi, yaitu mendekati 100%. Selain kedua nilai tersebut, dalam memilih
tes untuk skrining dibutuhkan juga nilai prediktif (Predictive Values).
1. Validitas
Validitas adalah kemampuan dari tes penyaringan untuk memisahkan mereka yang
benar-benar sakit terhadap yang sehat. Validitas merupakan petunjuk tentang kemampuan
suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang akan diukur.
Validitas mempunyai 2 komponen, yaitu:
1. Sensitivitas: kemampuan untuk menentukkan orang sakit.
2. Spesifisitas: kemampuan untuk menentukan orang yang tidak sakit.
Besarnya nilai kedua parameter tersebut tentunya ditentukan dengan alat diagnostik di
luar tes penyaringan. Kedua nilai tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya, yakni bila sensitivitas meningkat, maka spesifisitas akan menurun, begitu pula
sebaliknya. Untuk menentukan batas standar yang digunakan pada tes penyaringan, harus
ditentukan tujuan penyaringan, apakah mengutamakan semua penderita terjaring
termasuk yang tidak menderita, ataukah mengarah pada mereka yang betul-betul sehat.
Nilai prediktif adalah besarnya kemungkinan dengan menggunakan nilai sensitivitas
dan spesivitas serta prevalensi dengan proporsi penduduk yang menderita. Nilai prediktif
dapat positif artinya mereka dengan tes positif juga menderita penyakit, sedangkan nilai
prediktif negatif artinya mereka yang dinyatakan negatif juga ternyata tidak menderita
penyakit. Nilai prediktif positif sangat dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit
dalam masyarakat dengan ketentuan, makin tinggi prevalensi penyakit dalam
masyarakat, makin tinggi pula nilai prediktif positif dan sebaiknya.
Disamping nilai sensitivitas dan nilai spesifisitas, dapat pula diketahui beberapa nilai
lainnya seperti:
a. True positive, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif pula.
b. False positive, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak
sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
c. True negative, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil
test yang negatif pula.
d. False negative, yang menunjuk pada banyaknnya kasus yang sebenarnya
menderita penyakit tetapi hasil test negatif.
Contoh “Dari suatu penyaringan yanng dilakukan untuk penyakit A dengan
mempergunakan jenis pemeriksaan B ditemukan hasil sebagai berikut:”

PENYAKIT JUMLAH
POSITIF (F/T) NEGATIF (F/T)
HASIL POSITIF A B A+B
NEGATIF C D C+D
PEMERIKSAA
N
JUMLAH A+C B+D A+B+C+D

Dari tabel diatas dapat dihitung nilai-nilai yang dimaksud yakni :


A
a. Sensitivitas : x 100 %
A +C
B
b. Spesifisitas : x 100 %
B+ D
c. True positive : A
B
d. False positive : B → % False positive : x 100 %
B+ D
e. True negative : D
C
f. False negative : C → % False negative : x 100 %
A +C
True positive
g. Positive predictive value : x 100 %
True positive+ false positive
True negative
h. Negative predictive value : x 100 %
True negative+ false negative
Contoh soal 1:
64.810 wanita usia 40-46 tahun mengikuti program skrining untuk mendeteksi kanker
payudara melalui mamografi dengan pemeriksaan fisik. Setelah 5 tahun, dari 1115
hasil tes skrining yang positif dikonfirmasi 132 terdiagnosis pasti kanker
payudara.Sementara pada 63.695 peserta yang hasil tes skriningnya negatif, ternyata
hanya 45 orang yang menderita kanker payudara. Hitunglah
a. Jumlah positif palsu
b. Nilai sensitivitas tes
c. Jumlah negatif palsu
d. Nilai spesifisitas tes
e. Nilai prediktif (+)
f. Nilai prediktif (-)
Kanker payudara JUMLAH
POSITIF NEGATIF
TES POSITIF 132 983 1115
NEGATIF 45 63.650 63.695
MAMOGRAFI
JUMLAH 177 64.633 64.810

a. Jumlah positif palsu = 983


A 132 132
b. Sensitivitas = x 100 % = x 100 % = x 100 % = 74,576 %
A +C 132+ 45 177
c. Jumlah negatif palsu = 45
B 983 983
d. Spesifisitas = x 100 % = x 100 % = x 100 % = 1,52 %
B+ D 983+63.650 64.633
True positive 132
e. Nilai prediktif (+) = x 100 % = x 100 % =
True positive+ false positive 132+ 983
11,838 %
True negative 63.650
f. Nilai prediktif (-) = x 100 % = x 100 %
True negative+ false negative 63.650+45
= 99,929 %
Contoh soal 2:
Hubungan penyakit kanker serviks dengan tes IVA positif

Kanker serviks JUMLAH


POSITIF NEGATIF
TES IVA POSITIF 6 24 30
NEGATIF 3 67 70
JUMLAH 9 91 100
Hitunglah nilai-nilainya.
A 6
a. Sensitivitas = x 100 % = x 100 % = 66,67 %
A +C 6+3
B 67
b. Spesifisitas = x 100 % = x 100 % = 73,62 %
B+ D 24+67
c. True positive = 6
24
d. False positive = 24 → %FP = x 100% = 26,37%
24+67
e. True negative = 67
3
f. False negative = 3 → %FN = x 100% = 33,33%
3+6
True positive 6
g. Positive predictive value = x 100% = x 100%
True positive+ false positive 6+24
= 20%
True negative 67
h. Negative predictive value = x 100% = x
True negative+ false negative 67+3
100% = 95,7%

2. Reliabilitas
Bila tes yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan hasil yang konsisten,
dikatakan reliabel. Variliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
(Budiarto, 2003):
1. Variabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:
a. Stabilitas reagen
b. Stabilitas alat ukur yang digunakan
Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alalt
ukur, makin konsisten hasil pemeriksaan.Oleh karena itu, sebelum digunakan
hendaknya kedua hasil tersebut ditera atau diuji ulang ketepatannya.
2. Variabilitas orang yang diperiksa. Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau
penyakit dalam masa tunas. Misalnya: lelah, kurang tidur, marah, sedih, gembira,
penyakit yang berat, penyakit dalam masa tunas. Umumnya, variasi ini sulit
diukurterutama faktor psikis.
3. Variabilitas pemeriksa. Variasi pemeriksa dapat berupa:
a. Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang
dilakukan berulang-ulang oleh orang yang sama.
b. Variasi eksterna ialah variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan
pemeriksaan oleh beberapa orang.
Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan
mengadakan:
1. Standarisasi reagen dan alat ukur.
2. Latihan intensif pemeriksa.
3. Penentuan kriteria yang jelas.
4. Penerangan kepada orang yang diperiksa.
5. Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.

3. Yield
Yield merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari
uji tapis. Hasil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Budiarto, 2003):
1. Sensitivitas alat uji tapis.
2. Prevalensi penyakit yang tidak tampak.
3. Uji tapis yang dilakukan sebelumnya.
4. Kesadaran masyarakat.
Bila alat yang digunakan untuk uji tapis mempunyai sensitivitas yang rendah, akan
dihasilkan sedikit negatif semu yang berarti sedikit pula penderita yang tidak
terdiagnosis. Hal ini dikatakan bahwa uji tapis dengan yield yang rendah. Sebaliknya,
bila alat yang digunakan mempunyai sensitivitas yang tinggi, akan menghasilkan yield
yang tinggi. Jadi, sensitivitas alat dan yield mempunyai korelasi yang positif.
Makin tinggi prevalensi penyakit tanpa gejala yang terdapat di masyarakat akan
meningkatkan yield, terutama penyakit-penyakit kronis seperti TBC, karsinoma,
hipertensi, dan diabetes melitus. Bagi penyakit-penyakit yang jarang dilakukan uji tapis
akan mendapatkan yield yang tinggi karena banyaknya penyakit tanpa gejala yang
terdapat di masyarakat. Sebaliknya, bila suatu penyakit telah dilakukan uji tapis
sebelumnya maka yield akan rendah karena banyak penyakit tanpa gejala yang telah
terdiagnosis.
Kesadaran yang tinggi terhadap masalah kesehatan di masyarakat akan
meningkatkan partisipasi dalam uji tapis hingga kemungkinan banyak penyakit tanpa
gejala yang dapat terdeteksi dan dengan demikian yield akan meningkat (Budiarto,
2003).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok
orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap
atau tidak mengidap penyakit.
2. Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena penyakit sedini mungkin,
mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat, membiasakan masyarakat untuk
memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan keterangan epodemiologis yang
berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan manfaat skrining adalah biaya yang
dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala
menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi.
3. Syarat yang harus diperhatikan dalam proses skrining adalah penyakit yang dituju
harus merupakan masalah kesehatan yang berarti, tersediannya obat yang potensial,
fasilitas dan biaya untuk diagnosis, ditujukan pada penyakit kronis seperti kanker,
adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.
4. Proses skrining dilakukan dengan mengacu pada kriteria sensitivitas dan spesifisitas.
5. Kriteria evaluasi dalam skrining terdiri dari validitas, reliabilitas dan yield.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam melakukan
pelyanan kesehatan pada wanita sepanjang daur kehidupanya dengan skrining.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto dan Anggraeni, 2003.Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
Bustan. 2000. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Eaker, E. D., Jaros L, Viekant R. A., Lantz P., Remington P. L., 2001. “A Controlled
Community Intervention to Increase Breast and Cervical Cancer Screening: Women’s
Health Alliance Intervention Study.” Journal Public Health Management Practice.
Morton, Richard, Richard Hebel, dan Robert J. McCarter. 2008. Panduan Studi Epidemiologi
dan Biostatistika. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yang dan Embretson. 2007. Construct Validity and Cognitive Diagnostic Assessment:
Theory and Applications. New York: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai