TENTANG
TEORI KEBENARAN ILMIAH
Dosen Pengampu:
Bapak Ja’far. MA
SUMATERA UTARA
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan
dalam akalah ini tidak jauh dari judulnya, baiknya kita rumuskan masalah-masalah yang
akan dibahas, antara lain :
1. Pengertian kebenaran ilmiah
2. Teori-teori kebenaran
3. Sifat kebenaran ilmiah
4. Agama sebagai teori kebenaran
5. Kebenaran ilmiah dari sudut pandang Subjektifitas
6. Kebenaran ilmiah dari dudut pandang Objektifitas
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kebenaran ilmiah
2. Untuk mengetahui teori-teori kebenaran
3. Untuk mengetahui sifat kebenaran ilmiah
4. Untuk mengatahui agama sebagai teori kebenaran ilmiah
5. Untuk mengatahui kebenaran ilmiah dari sudut pandang Subjektifitas
6. Untuk mengetahui kebenran ilmiah dari sudut pandang Objektifitas
BAB II
PEMBAHASAN
2. Teori-Teori Kebenaran
Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran
ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua hal itu
langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan tertentu yang
diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode sistematis, melalui penelitian analisis
dan pengujian data secara ilmiah yang dapat kita sebut sebagai ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang kebenaran antara lain :
1) Teori Kebenaran Korespondensi(penyesuaian)
Adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar
jika berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu
keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu
pendapat dengan fakta. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris
pengetahuan.
Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima
secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan
kepada realita obyektif(fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian
antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara
pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu,serta berusaha
untuk melukiskannya, karena Kebenaran mempunyai hubungan erat dengan
pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu. (Titus,1987:237)
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori
korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut(susiasumantri, 1990:57). Misalnya jika
seseorang mengatakan “Matahari terbit dari Timur” maka pernyataan itu adalah
benar sebab pernyataan tersebut bersifat faktual atau sesuai dengan fakta yang ada
bahwa Matahari terbit dari timur dan tenggelam diufuk barat.
2) Teori Koherensi atau konsistensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan
pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu menurut logika.
Misalnya, bila kita menganggap bahwa “maksiat perbuatan yang dilarang oleh
Allah” adalah suatu pernyataan yang benar. Maka pernyataan bahwa “mencuri
perbuatan maksiat, maka mencuri dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebab
pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.
3) Teori Pragmatik
Adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi
pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu teori tergantung
pada peran fungsi teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang
waktu tertentu. Teori ini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang
dengan itu dapat memecahkan segala aspek permasalahan.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang
diartikan salah adalah yang tidak berguna(useless). Bagi para pragmatis, ujian
kebenaran adalah kegunaan(utility), dapat dikerjakan (Workability) dan akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan.
Misalnya, seiring perkembangan zaman, teknologi pun semakin canggih. Para
ilmuan menemukan teknologi-teknologi baru untuk mempermudah pekerjaan manusia,
telepon genggam berupa smartphone contohnya. Penemuan dan pengaplikasian
smartphone tersebut dikatakan benar karena dapat berguna untuk mempermudahkan
pekerjaan manusia.
4) Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh
pemegang otoritas tertentu. Misalnya mengenai penetapan 1 syawal. Sebagian muslim
di indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI. Sedangkan sebagian yang lain
mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran
performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin
agama, pemimpin adat, dan pemimpin masyarakat. Kebenaran performatif dapat
membawa kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang
stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak bisa berpikir kritis dan
rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari
pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada
adat, kebenaran ini seakan akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar
keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari
kebenaran.
A. Kesimpulan
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Artinya
pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui . jika pengetahuan
benar adalah pengetahuan obyektif. Sedangkan yang dimaksud kebenaran ilmiah adalah
kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan.
Untuk menentukan kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, para filosof
bersandar kepada tiga cara untuk menguji kebenaran yaitu koresponden (yakni
persamaan dengan fakta), teori koherensi atau konsistensi dan teori pragmatis. Ketiga
teori kebenran ini kelihatannya tidakbisa dipakai sebagai pedoman untuk mengukur
kebenaran realitas sebagai objek materi pada filsafat ilmu pengetahuan karena masing-
masing mempunyai titik kelemahan. Namun secara ontologis dan epistemologis
tampaknya bisa memberikan jalan keluar bagi pemecahan persoalan yang muncul
dalam realitas itu sendiri.karena ilmu pengetahuan mempunyai aspek yang etis maka
teori koheren, korespondensi, dan pragmatis perlu dipertimbangkan secara berturut-
turut dan bersamaan.
Kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan objek. Pengetahuan
yang tidak sesuai dengan objek pandang “keliru”. Objek adalah segala hal yang dapat
diraba, disaksikan suatu yang menjadi kajian. Objek yang dikaji memiliki aspek yang
banyak dan sulit disebutkan dengan serentak. Kenyataannya manusia(subjek) hanya
mengetahui beberapa aspek dari objek.
Kebenaran ilmiah menghendaki adanya pengetahuan dapat diterima, karena
kebenaran ilmiah muncul melalui syarat-syarat ilmiah, metode ilmiah, didukung teori
yang menunjang serta didasarkan kepada data empiris dan dapat dibuktikan. Sangat
rasional jika kebenran yang semacam ini menghendaki adanya objek dikaji apa adanya
tanpa campur tangan subjek.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Ir Soetriono,MP ; Dr.Ir SRDm Rita Hanafi,MP. (2007). Filsafat Ilmu Dan Metode
Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
http://www.afdhalilahi.com/2014/11/kebenaran-ilmiah.html
https://ilmufilsafat.wordpress.com/category/teori-kebenaran-dalam-perspektif-filsafat-ilmu/
http://petualanganhana.blogspot.co.id/2015/04/teori-kebenaran-koherensi-korespondensi.html
http://rizkie-library.blogspot.co.id/2015/12/teori-teori-kebenaran.html
http://rezzaresita085713.blogspot.com/2016/11/makalah-filsafat-ilmu-teori-
kebenaran.html diakses tanggal 21 november 2020