Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan kulit pada masa kehamilan terjadi akibat perubahan endokrin,

metabolik, dan imunologi. Pada masa kehamilan lebih dari 90% wanita memiliki

perubahan kulit yang signifikan dan kompleks. Perubahan kulit dapat terjadi

secara fisiologis maupun patologis (Fitzpatrick, 2012). Perubahan fisik dan

hormonal yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas, ada

hubungannya dengan beberapa perubahan pada kulit. Sebagian besar kelainan

atau penyakit kulit yang bersamaan dengan kehamilan, tidak mempengaruhi

kehamilan dan tumbuh kembang janin intrauterin secara murni. Namun, bila

diikuti dengan infeksi sekunder sampai terjadi sepsis, morbiditas maternal dan

neonatal dapat meningkat. Dengan demikian, diperlukan diagnosis pasti sehingga

pengobatannya dapat adekuat, tepat, dan berhasil (Cunningham, 2012).

Kehamilan dapat menyebabkan sejumlah perubahan kulit, mulai dari

perubahan fisiologis pada pigmentasi hingga penyakit kulit yang serius. Ini dapat

dibagi menjadi perubahan fisiologis, yang meliputi perubahan pigmen, vaskular,

struktural, dan appendageal dan dermatitida spesifik yang dapat berkembang

hanya selama kehamilan atau periode postpartum. Entitas ini termasuk erupsi

polimorfik kehamilan, kehamilan pemfigoid, impetigo herpetiformis, dan

kolestasis kehamilan, ditambah prurigo kehamilan yang kurang dipahami,

dermatitis kehamilan papular, dan folikulitis pruritus kehamilan (Lawrance,

2016).

1
Perubahan fisik dan hormonal yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,

dan nifas, ada hubungannya dengan beberapa perubahan pada kulit. Sebagian

besar kelainan atau penyakit kulit yang bersamaan dengan kehamilan, tidak

mempengaruhi kehamilan dan tumbuh kembang janinintrauterin secara murni.

Namun, bila diikuti dengan infeksi sekunder sampai terjadi sepsis, morbiditas

maternal dan neonatal dapat meningkat. Dengan demikian, diperlukan diagnosis

pasti sehingga pengobatannya dapat adekuat, tepat, dan berhasil guna.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Kulit Selama Kehamilan

Kehamilan adalah masa perubahan fisiologis yang signifikan dan

kompleks. Beberapa perubahan ini disebabkan produksi dari berbagai protein dan

hormon steroid oleh unit feto-plasenta dan juga oleh peningkatan aktivitas dari

hipofisis, tiroid, dan kelenjar adrenal. Adapun beberapa perubahan kulit selama

kehamilan yang akan dibahas, yaitu :

 Hiperpigmentasi

Terjadi pada hampir 90 % semua ibu hamil. Hal ini berhubungan dengan

adanya peningkatan efek Melanocyte-Stimulating-Hormone (MSH) atau

peningkatan estrogen dan progesteron. Alt Meyer dan kawan-kawan,

memperlihatkan peningkatan kadar yang bermakna dari α-MSH, melatonin,

adrenokortikotropin, atau hormon adrenokortikotropik (ACTH) (Heyman, 2015).

 Melasma

Melasma adalah hiperpigmentasi makular yang menyeluruh pada wajah.

Melasma mempengaruhi 50-75% pada wanita hamil, distribusi tersering pada

centrofacial. Walaupun istilah cloasma masih tetap dipakai, ini hanya terbatas

pada kasus-kasus yang terjadi selama hamil (topeng kehamilan). Terjadi pada ±

70 % wanita hamil, tetapi dapat juga terjadi pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi hormon (Heyman, 2015).

3
 Selective hyperpigmentation

Selective hiperpigmentation adalah hiperpigmentasi ringan terutama pada

areola mamma dan kulit sekitar genital. Leher bisa menjadi lebih gelap,

papalomatous, kemudian menjadi akantosis (Heyman, 2015).

4
5
Gambar 1: melasma, hiperpigmentasi makular
yang menyeluruh.

2.2 Perubahan Vaskular Selama Kehamilan

Kehamilan menyebabkan dilatasi dan proliferasi pembuluh darah. Walaupun

ini diduga akibat peningkatan estrogen, mekanismenya belum sepenuhnya

diketahui (Ambross, 2016).

 Telangiectasis, (dilatasi pembuluh darah yang menetap) oleh karena

paparan sinar matahari yang kronis atau karena radiasi(Ambross, 2016).

Gambar 2:
Telangiectasis

 Spider angioma, (nevus araneus) dengan arteriola di tengah, dikelilingi

pembuluh-pembuluh darah lebih banyak terjadi di area yang terkena

matahari. Spider angioma yang multipel juga bisa terjadi pada penyakit

yang disebabkan oleh penurunan katabolisme di hepar dan pada wanita

normal tidak hamil kelainan ini bisa hilang spontan (Ambross, 2016).

6
Gambar 3: Spider angioma

 Eritema palmar, bisa terjadi pada banyak wanita hamil, tetapi juga bisa

dihubungkan dengan penyakit liver, karena estrogen dan penyakit vaskular

kolagen. Perubahan ini bisa berkurang tanpa terapi dan hilang setelah

persalinan(Ambross, 2016).

Gambar 4: Eritema palmar

 Pyogenik Granulane, adalah suatu bentuk nodular yang kemerahan dan

berair, berasal dari proliferasi jaringan granulasi. Lesi ini bisa ada di mana

saja, tetapi terutama di gingiva. Terapinya adalah eksisi atau kauter.

Beberapa lesi bisa hilang spontan setelah melahirkan. Bendungan vena dan

meningkatnya permeabilitas pembuluh darah selama kehamilan, umumnya

disebabkan oleh edema kulit dan jaringan subkutaneus, terutama di vulva

7
dan kaki. Varicosities bisa terjadi di kaki dan sekitar anus (hemoroid)

menghilang setelah melahirkan walaupun sering tidak sembuh sempurna

(Ambross, 2016).

Gambar 5: Pyogenik
Granulane

2.3 Perubahan Jaringan Ikat Selama Kehamilan

Perubahan-perubahan kolagen dari jaringan ikat pada kehamilan belum terlalu

jelas (Vora, 2015).

 Striae distensae

Stretch mark atau striae distensae atau striae gravidarum adalah lesi kulit yang

umum hampir 90% pada wanita hamil trimester ke tiga, yang ditandai dengan

garis-garis atrofi warna merah muda. Predileksi di perut, bokong, payudara, atau

paha. Lebih lebih sering terjadi pada wanita yang lebih muda, wanita dengan bayi

yang lebih besar, dan wanita dengan indeks massa tubuh yang lebih. Penyebab

stretch mark multifaktorial dan termasuk faktor fisik (misalnya, peregangan kulit)

dan faktor hormonal (misalnya, efek steroid adrenokortikal, estrogen, dan relaxin

pada serat elastis kulit) (Sumit, 2015).

8
Gambar 6: striae
distense

 Linea nigra

Linea nigra adalah garis hiperpigmentasi yang ditemukan di perut pada wanita

hamil dan biasanya terlihat pada trimester kedua. Garis ini biasanya vertical,

berwarna hitam berpigmen kecoklatan di sepanjang garis tengah kulit dan dapat

berkembang. Hal ini terjadi sebagai bentuk ketegangan pada peningkatan dinding

perut dengan adanya kemajuan usia kehamilan. Jika semakin terlihat dan terutama

pada wanita multipara, hanya lapisan kulit, fasia, dan peritoneum yang dapat

menutupi dinding rahim anterior, serta bagian janin dapat diraba melalui celah

otot ini (Vora, 2015).

9
Gambar 7: Striae and linea nigra

2.4 Perubahan Pertumbuhan Rambut Selama Kehamilan

 Hirsutisme

Hirsutisme dan jerawat banyak ditemukan terutama pada wanita hamil.

Selama kehamilan, fase anagen (pertumbuhan rambut) meningkat relatif terhadap

fase telogen (rambut beristirahat). Rambut kulit kepala menjadi lebih banyak

selama kehamilan yang disebabkan oleh peningkatan diameter rata-rata rambut

kulit kepala. Rata-rata persentase rambut anagen meningkat dari normal 85-95%

pada trimester kedua yang disebabkan karena estrogen memperpanjang fase

anagen dan memperlambat konversi rambut dari anagen ke fase telogen.

Androgen menyebabkan pembesaran folikel di daerah responsif seperti wajah.

Setelah melahirkan, mempercepat konversi dari anagen ke fase telogen dan ini

menghasilkan rambut rontok mulai dari 70-80 hari atau 1-4 bulan post partum.

Walaupun pertumbuhan rambut yang sempurna selalu terjadi. Rambut mungkin

bisa tidak menjadi lebat seperti sebelumnya. Bahwa pertumbuhan rambut normal

10
biasanya dikembalikan dalam 6-12 bulan. Hirsutisme pada fasial bagian bawah

bisa disertai akne. Ini disebabkan oleh efek dari ovarium dan hormon androgen

dari plesenta terhadap kelainan  pilosebasea (Tunzi, 2015).

Karena pertumbuhan rambut dimodulasi oleh estrogen, androgen, hormon

tiroid, glukokortikoid, dan prolaktin, maka tidak mengherankan bahwa hirsutisme

ringan dan rambut rontok berpola umum terjadi selama kehamilan. Pertumbuhan

rambut yang berlebihan paling umum pada wajah, meskipun tungkai, dan

punggung juga mungkin akan terpengaruh. Kondisi yang dikaitkan dengan

fluktuasi hormonal karena pertumbuhan rambut, biasanya akan normal kembali

setelah melahirkan (Tunzi, 2015).

2.5 Perubahan Kuku Selama Kehamilan

Pertumbuhan kuku umumnya meningkat selama kehamilan. Kuku menjadi

lebih rapuh dan lembut. Onikolisis distal dan hiperkeratosis subungual dapat

terjadi. Beau’s lines berkembang setelah melahirkan. Biasanya, perubahan kuku,

perawatan kuku yang baik, menghindari penggunaan sensitizer kuku eksternal,

dan memperbaiki masalah tersebut (Tunzi, 2015).

Pertumbuhan kuku biasanya meningkat pada awal kehamilan kemudian

memperlambat setelah postpartum. Longitudinal melanonychia yang muncul

selama kehamilan dan memudar secara spontan setelah postpartum mungkin

manifestasi lain dari hiperpigmentasi. Perubahan kuku persisten setelah

postpartum harus dicurigai kemungkinan penyakit lain seperti psoriasis, lichen

planus, dan infeksi jamur (Tunzi, 2015).

2.6 Aktivitas Kelenjar Selama Kehamilan

11
Aktivitas kelenjar ekrin umumnya meningkat selama kehamilan, hal tersebut

sering menimbulkan hiperhidrosis, miliaria, dan dyshidrotic. Aktivitas kelenjar

apokrin biasanya menurun selama kehamilan. Fungsi kelenjar sebasea meningkat

(Tunzi, 2015).

2.7 Penyakit Kulit Spesifik Selama Kehamilan

1. Prurigo gestasional

Prurigo gestasional terjadi dengan rasio 1: 300-450 kehamilan. Hal ini terjadi

pada semua trimester, tetapi biasanya terlihat pada trimester ketiga. Secara klinis

terlihat diskret, eritematosa, atau pada kulit terlihat koloret papul dan nodul, yang

sangat gatal, sehingga terkadang terlihat lesi yang ekskoriasi. Hal ini terlihat

terutama pada permukaaan ekstensor dari lengan dan kaki, pada dorsal kaki, dan

kadang-kadang pada perut. Dalam beberapa kasus ada pada dada dan punggung.

Nodul pada prurigo gestasional lebih kecil dibandingkan nodularis prurigo

(George, 2015).

Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan tidak ada kelainan. Pengobatan

dengan simptomatik, kortikosteroid topikal dengan potensi sedang sampai tinggi,

dan antihistamin oral seperti klorfeniramin. Obat topikal antipruritus seperti krim

dengan menthol 1-2% membantu mengurangi pruritus. Perawatan dengan

narrowband UVB 20-30 telah terbukti efektif. Tidak berpengaruh pada kehamilan

atau bayi yang baru lahir sejauh ini. Keadaan janin tidak berpengaruh dalam

keadaan prurigo gestasional dan berat lahir tetap normal. Penyakit ini tidak

dikaitkan dengan resiko maternal, jika pengobatan farmakologis diberikan dengan

12
cara yang aman dan bisa kambuh kembali pada kehamilan berikutnya (George,

2015).

Gambar 8: prurigo gestasional


2. Pruritus gravidarum

Pruritus gravidarum dapat didefinisikan sebagai gatal yang menyeluruh selama

kehamilan tanpa adanya ruam (walaupun bisa ada ekskoriasi). Lebih dari 14 %

wanita hamil mengeluh gatal, tetapi pruritus sering dihubungkan dengan kolestatis

yang terjadi hanya pada ± 15 % wanita hamil dengan kejadian tersering pada

trimester III. Derajat gatal bervariasi, tetapi biasanya lebih berat pada ekstremitas.

Gatal sering terbatas pada dinding abdomen bagian depan dan biasanya

berhubungan dengan regangan kulit dan timbulnya striae. Gatal karena kolestatis

berhubungan dengan kadar serum asam bilirubin. Ini mengidentifikasikan bahwa

ruam-ruam pada wanita hamil dapat dilakukan tes fungsi hepar terutama yang

pernah mengalami gatal-gatal tanpa ruam. Pruritus biasanya menghilangkan

segera setelah melahirkan, tetapi berulang sekitar 50 % pada kehamilan

berikutnya. Dilaporkan adanya peningkatan persalinan prematur dan kematian

perinatal terjadi hanya pada mereka yang secara klinik benar-benar timbul ikterus

(George, 2015).

13
3. Pruritus urtikaria papul dan plak pada kehamilan (PUPP)

A.Definisi

Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy atau yang biasa

disebut Polymorphous Eruption of Pregnancy ( PEP ) merupakan erupsi kulit

yang gatal pada kehamilan dan biasanya dimulai pada semester ketiga terakhir

kehamilan,sering ditemukan pada primigravida (76%) , kadang pada kehamilan

kembar dan multigravida.

B. Etiologi

Penyebab pada Polymorphous Eruption of Pregnancy sampai saat ini

masih tidak diketahui,banyak teori yang dikemumakan tetapi belum dapat

dibuktikan secara medis seperti :

 Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan

 Bayi besar ( berat badan > 2500kg )

 Hormon sex

 Jenis kelamin pada bayi

C. Patofisiologi

Munculnya penyakit ini pada tubuh sampai sekarang tidak diketahui

mekanismenya

D. Manifestasi klinis

Polymorphous Eruption of Pregnancy terjadi pada usia kehamilan

trimester ketiga yaitu pada +/- 36 minggu tetapi beberapa kasus kadang terjadi

pada awal kehamilan.

14
Lesi yang polimorfik dengan urtikaria,vesikula,purpura,polisklik dan

eczematosa menjadi ciri pada penyakit ini.Untuk ukuran lesi sekitar 1 – 2 mm

papul eritem dan terdapat pada bagian abdomen dekat striae gravidarum menyebar

sampai paha dan payudara.Jarang menyebar sampai ke daerah periumbilical. Rasa

gatal terbatas pada kulit yang terkena yaitu sepanjang erupsi saja, hilang timbul

dan kadang dapat menggangu saat tidur atau istirahat.

15
Gambar 1.
A)Lesi awal kemerahan dengan papul urtikaria disekitar strie, umbilical
tidak terkena. B)Papul berkumpul membentuk plak eritematosa yang
menyebar ke daerah paha. C) Plak urtikaria pada payudara

E.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak menunjukan kelainan yang berarti.

Gambaran histopatologik terdapat parakeratosis,spongiosos,dan kadang

exositosis eosinophil ( eosinofil spongiosos ). Pada dermis bisa terdapat edema

dan mengandung infiltrat perivaskular limfosit dengan sedikit eosinofil dan

neutrofil. Hasil pemeriksaan DIF tidak ada imonureaktan spesifik.

F.Diagnosa Diferensial

16
Gambar 2. Beberapa gambaran Polymorphous Eruption of Pregnancy

17
Gambar 3. Pemphigoid gestationis

18
Gambar 4. Atopic eruption on pregnancy

G. Tatalaksana

Pemberian obat antigatal topikal,antihistamin,dan kortikosteroid topikal

untuk menghilangkan rasa gatal yang menggangu. Pemberian kortikosteroid oral

jarang dibutuhkan tetapi sangat membantu untuk gatal yang tidak bisa

disembuhkan dengan pemberian topikal. Menghilang pada saat melahirkan dan

jarang kambuh setelah melahirkan

H. Prognosis

Baik pada kulit karena akan menghilang setelah melahirkan ( jarang terjadi

kambuh setelah melahirkan ). Sedangkan pada kehamilan juga baik karena tidak

mengganggu janin didalam kandungan dan pada persalinan juga baik karena

tidak mengganggu proses persalinan sehingga dapat melahirkan secara spontan

4. Eczematous Eruption of Pregnancy

19
Diagnosa dermatitis pada kehamilan berdasarkan riwayat dan gejala

klinis pasien. Pasien yang didiagnosa menderita dermatitis saat hamil

terdapat riwayat atopi seperti asma dan menderita konjungtivitis pada

kehamilan pertama. Tidak ada pemeriksaan penunjang yang disgnifikan

terhadap penyakit ini. Serum IgE tidak memiliki nilai diagnostik yang

penting. Biopsi pada kulit menunjukkan stratum kornenum yang normal,

ditandai dengan edema intraselular, infiltrat limfosit dengan atau tanpa

eosinophil. Biopsi kulit jarang digunakan sebagai dasar diagnostic

(Cunningham, 2012). Dermatitis kronik ditandai dengan ortokeratosis,

akantosis pada epidermis, lapisan vertikal kolagen yang bergabung pada

dermis papilaris (Cunningham, 2012).

Gambar 10: Kronik eksim, dengan likenifikasi pada


regio elbow. Terdapat ekskoriasi dan krusta
5. Herpes Gestasionis (Pemfigoid Gestasionis)

Suatu penyakit kulit yang terdiri atas bula, pruritus, dan autoimun, terutama

pada multipara, terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Meskipun demikian,

dapat juga terjadi pada trimester pertama dan pascapersalinan. Herpes gestasionis

20
yang berat dapat berakibat serius. Namun, penyakit ini jarang terjadi

(Cunningham, 2012).

Meskipun disebut herpes gestasionis, penyakit ini bukan merupakan penyakit

yang disebabkan oleh virus herpes. Diyakini adanya predisposisi genetik dimana

ada peningkatan frekuensi HLA antigen tertentu (Cunningham, 2012).

Gejala klinik biasanya disertai dengan demam, adanya sensasi panas dan

dingin, malaise, mual, dan sakit kepala. Gejala pada kulit dapat bervariasi yaitu

pruritus, plak eritematosa, lesi yang berupa urtikaria, vesikel (konfigurasi anular),

atau bula yang tegang dan besar. Baik proses penyakitnya maupun gatal yang

menyertai, bila ringan sampai berat. Lesi umumnya dimulai dari daerah abdomen,

sering dalam umbilikus. Area lain yang terkena adalah badan, bokong, dan

ekstremitas. Muka dan membran mukosa jarang terkena. Penyakit ini dapat

berulang pada kehamilan berikutnya yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih

awal dan dapat lebih berat dari sebelumnya (Cunningham, 2012).

Gambaran histologik, terdapat edema subepidermal dengan infiltrasi limfosit,

histiosit, dan eosinofil. Teknik imunofluoresen langsung pada biopsi kulit

didapatkan komplemen C3 dan kadang-kadang deposit IgG sepanjang zona

membrana basalis (Cunningham, 2012).

21
Gambar 11: Pemphigoid gestasionis

6. Kolestasis Intrahepatik pada Kehamilan

Kolestasis intrahepatik pada kehamilan memiliki trias yaitu pruritus,

fungsi hati yang abnormal > 10 mol/l dan penyembuhan spontan setelah kelahiran

atau setelah terminasi kehamilan. Kolestasis intrahepatik pada kehamilan adalah

kolestasis reversible pada akhir kehamilan hingga kelahiran. Kasus pertama

dilaporkan pada tahun 1883 berupa pruritus yang berkaitan dengan adanya ikterik.

Tanda dan gejala pruritus yang berat pada trimester ke tiga di region palmar,

pruritus umumnya berat saat malam hari. Sebagian besar pruritus berat dirasakan

22
1-2 hari dan bertahan 1-2 minggu, disertai nyeri abdomen. Diagnosis dilakukan

pemeriksaan fungsi liver pada setiap pasien yang memiliki pruritus. Pemeriksaan

fungsi liver yang sensitif adalah pemeriksaan ALT (alanin aminotransferase)

adalah parameter sensitive pada kolestatik intrahepatik pada kehamilan.

Dilaporkan 20-60% wanita dengan pruritus kadar ALT meningkat. Pada

kehamilan sehat, ALT mengalami peningkatan (6,6 ± 0,3 mmol/l) dibanding

dengan wanita tidak hamil (5,7 ± 0,4 mmol/l) kemudian dapat meningkat hingga

11,0 mmol/l pada kehamilan tua. ALP dapat berada pada kadar normal atau

meningkat pada pasien ICP namun tidak dipakai untuk diagnosis. Diagnosis

bandingnya adalah Acute fatty liver of pregnancy, HELLP syndrome, Hiperemesis

gravidarum (Cunningham, 2012).

7. Impetigo Herpetiformis

Impetigo herpetiformis merupakan kondisi yang mirip psoriasis pustular yang

tampak pada pasien hamil yang sebelumnya tidak menderita psoriasis. Namun,

beberapa penulis masih tidak setuju akan penyebab pasti dari impertigo

herpetiformis apakah disebabkan oleh adanya kehamilan atau suatu bentuk

psoriasis pustular yang sederhana yang dipicu oleh kehamilan. Penyebab pasti

kehamilan ini belum diketahui. Didapatkan adanya hipoparatiroidisme dan

hipokalsemia pada penderita, tetapi kontribusinya masih belum jelas. Namun,

hipokalsemia dapat memperberat penyakit psoriasis pustular (Cunningham, 2012).

Tanda khas lesi dari impetigo herpetiformis adalah pustul yang terbentuk

mengelilingi pinggir suatu daerah yang eritema. Karakteristik lesi eritematosa

dimulai pada daerah lipatan dan selanjutnya meluas ke parifer. Biasanya meliputi

23
membran mukosa. Pemeriksaan histologik menunjukkan adanya lesi mikroabses,

dimana terkumpul neutrofil dalam jumlah yang besar sebagai pustul yang

menyerupai spons dan diberi nama spongioform pustule of kogoj (Cunningham,

2012).

Secara klinik penyakit ini ditandai  dengan ratusan pustul yang

translusen yang muncul pada suatu dasar eritematosa yang tidak beraturan

atau plak, dengan rasa gatal yang tidak berat. Daerah yang sering menderita

adalah axila, daerah lipatan di bawah payudara, umbilikus, paha, lipatan

bokong, tangan dan juga mengenai kuku (onikolisis). Gejala ini sering

disertai dengan demam, menggigil, mual, muntah, dan diare disertai

dehidrasi berat. Delirium dan kejang merupakan komplikasi yang jarang

timbul, biasanya berhubungan dengan hipokalsemia. Kematian dapat terjadi

bila komplikasi septikemia (Cunningham, 2012).

Gambar 12:
Impetigo
herpetiformis

Tabel : Perubahan Kulit yang Spesifik Pada Kehamilan

Penyakit Presentase Betuk lesi Lokasi Umumnya Peningkatan

pada Terbanyak muncul kematian

kehamilan pada janin

trimester
Pruritus 1,5 – 2,0 Pruritus, Dimana saja III Ya

24
Gravidarum tidak ada

ruam
PUPPP 0,6 Papul, Abdomen, III Tidak

plak, paha,

urtikaria terutama

pada striae
Prurigo 0,3 Papul, Ekstremitas II Tidak

gestasional ekskoriasi
Pemphigoid 0,002 Papul, Dimana saja II atau III Kemungkinan

gestasionis vesikel ya
Impetigo Sangat Pustula Axila, II atau III Ya

herpetiformis jarang belahan

bokong
Dermatitis Sangat Akne, Bokong, I Belum dapat

Autoimun jarang urtika ekstremitas dipastikan

Progesteron

25
2.7 Penyakit Kulit Non Spesifik Selama Kehamilan

a. Akne Vulgaris

Akne merupakan penyakit dari pilosebasea. Dipengaruhi oleh androgen

seperti testosteron dan dehydropiandrosteron sulfate (DHEA-S), yang

meningkatkan aktivitas kelenjar sebasea. Sementara itu, estrogen mengurangi

26
aktivitas dan ukuran kelenjar sebasea. Bisa berupa papul-papul eritametosa,

pustul, komedo, dan kista pada wajah, punggung dan dada. Kehamilan

mempunyai pengaruh yang bervariasi terhadap akne karena adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi selain hormonal (Tunzi, 2015). Dermatosis kronis

umum ini tidak dapat diprediksi terkena oleh

kehamilan dan, jika perlu, diobati dengan benzoil peroksida saja

atau digabungkan dengan eritromisin topikal atau klindamisin topikal (Zaenglein,

20 16). Dalam kombinasi ini, benzoil peroksida

meminimalkan resistensi obat Propionibacterium acnes. Asam azelaic adalah

agen komedolitik lain, yang merupakan kategori B. Salisilat topikal

asam adalah kategori C, tetapi jumlahnya dalam produk yang dijual bebas

dianggap aman (Murase, 20 14). Retinoid topikal, yang

termasuk tretinoin dan adapalene, juga tampak aman, termasuk kategori

Obat C, tetapi mungkin sebaiknya dihindari selama kehamilan, terutama selama

trimester pertama (Kaplan, 20 15; Panchaud, 20 12).

Tazarotene topikal dikontraindikasikan. Untuk kasus yang lebih parah, oral

antibiotik yang termasuk eritromisin, azitromisin, sefaleksin,

atau amoksisilin dapat digabungkan dengan benzoil peroksida. Sistemik

antibiotik secara ideal ditunda sampai trimester kedua, dan

durasi terapi terbatas hingga 4 hingga 6 minggu (Chien, 20 16).

b. Psoriasis dan Pustular Psoriasis

Dermatosis kronis ini juga memiliki perjalanan yang bervariasi selama kehamilan,

namun, pascapersalinan sering terjadi (Oumeish, 2006).

27
Emolien sendiri diberikan pada awalnya, dan potensi rendah atau sedang

kortikosteroid topikal dapat ditambahkan. Dalam kasus yang resisten, tertahan

penggunaan kortikosteroid potensi tinggi atau ultrapoten tampaknya aman

trimester kedua dan ketiga. Fototerapi ultraviolet B dapat

digunakan sebagai opsi lini kedua. Terakhir, siklosporin, kortikosteroid sistemik,

atau tumor necrosis factor (TNF) -sebuah antagonis yang

termasuk adalimumab, etanercept, dan inliximab adalah tingkat ketiga

agen untuk kehamilan (Bae, 20 12). Secara keseluruhan, data tidak mendukung

peningkatan risiko hasil kehamilan yang merugikan dengan psoriasis (Bobotsis,

20 16). Dengan penyakit parah, risiko kecil meningkat

untuk neonatus berat lahir rendah ditemukan oleh beberapa (Lima, 20 12;

Yang, 20 11). Juga, secara umum, pasien psoriasis memiliki lebih tinggi

tingkat terkait depresi (Bandoli, 20 17; Cohen, 20 16).

Psoriasis paling umum adalah jenis plak kronis. Di

Sebaliknya, dengan psoriasis pustuar umum kehamilan, parah

c. Eritema Nodusum

d. Pyogenik Granuloma

e. Neurofibromatosis

f. Miscellaneus Condition

28
BAB III

KESIMPULAN

29
Perubahan kulit akibat dari perubahan endokrin, metabolik, dan imunologi

menjadi ciri kehamilan. Gangguan pigmentasi, termasuk hiperpigmentasi, linea

nigra, dan melasma adalah perubahan yang paling sering terjadi. Perubahan

signifikan dalam ukuran nevi bukanlah satu ciri dari sebagian besar kehamilan.

Perubahan struktural diketahui terjadi selama kehamilan yang paling sering adalah

striae distensae. Pruritus gestasional adalah keluhan umum selama kehamilan dan

mungkin terkait dengan dermatosis yang sudah ada sebelumnya atau timbulnya

dermatosis spesifik kehamilan. Gejala pruritus pada masa kehamilan tidak dapat

diabaikan begitu saja. Dikarenakan ada beberapa penyakit dengan gejala pruritus

yang dapat menyebabkan risiko pada janin, bahkan hingga terjadi kematian pada

janin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadi S, Powell F. Pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy:


Current status. Australas J Dermatol. 46:53–60, 2005.

30
2. Ambros-Rudolph CM et al: The specific dermatoses of pregnancy revisited
and reclassified: Results of a retrospective two-center study on 505
pregnant patients. J Am Acad Dermatol 2016;54:395.

3. Bickley, Lynn S. Bate’s Guide to Physical Examination and History-


Taking 11th Edition.: Maternal, Fetal, & Neonatal Physiology 4th edition.
Philadelphia 2016.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap IIIL,
Wenstrom KD. Dermatological disorders. In: Williams Obstetrics. 22nd Ed.
NewYork: McGraw-Hill 2012: 1249-56.

5. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Diseases in


Pregnancy. In: Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. New
York: McGraw-Hill 2012: 950-61.

6. George Kroumpouzos. Prurigo of Pregnancy. Specific Dermatoses of


Pregnancy. Advances and Controversies. Medscape 2015.
7. Heymann WR: Dermatoses of pregnancy updates. J Am Acad Dermatol
2015;52:888.

8. Lawrance Charles, et al. 2016. Dermatologic Diseases in Pregnancy. The


Journal FIG. his chapter should be cited as follows:
Parish, L, Parish, J, Glob. libr. women's med.,
(Issn: 1756-2228) 2016; Doi 10.3843/Glowm.1011

9. Sumit Kar, Ajay Krishnan, Varma Shivkumar Poonam. Pregnancy and


Skin. The Journal of Obstetrics and Gynaecology of India Springer 2015;
62 (3): 268-275.

10. Tunzi Marc, MD, and Gray Gary R, et al. Common skin conditions during
pregnancy. Family Medicine Residency Program, Natividad Medical
Center, Salinas, California. American Family Physician 2015.

11. Vora Rita V, Gupta Rajat, Metha J Malay, et al. Pregnancy and Skin.
Journal of Family Medicine and Primary Care. Department of Skin and
VD, Pramukhswami Medical College and Shree Krishna Hospital, Gujarat,
India 2015; Volume 3;Issue 4.

31

Anda mungkin juga menyukai