1. Definisi
mmHg) dan proteinuria (0,3 gram/hari) pada wanita yang tekanan darahnya
penyakit sistemik yang tidak hanya ditandai oleh hipertensi, tetapi juga disertai
(Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet Count) yang ditandai dengan
sistem koagulasi. Angka kejadian sindrom HELLP ini sekitar 1 dari 1000
adanya kejang, terjadi pada 3% dari seluruh kasus preeklampsia. Kerusakan otak
pada eklampsia disebabkan oleh edema serebri. Perubahan substansia alba yang
eklampsia.
2. Patofisiologi
perfusi plasenta dan sindrom maternal. Tahap pertama terjadi selama 20 minggu
pertama kehamilan. Pada fase ini terjadi perkembangan abnormal remodeling
terjadinya sindrom maternal. Tahap ini merupakan tahap kedua atau disebut juga
fase sistemik. Fase ini merupakan fase klinis preeklampsia, dengan elemen pokok
darah sering kali lebih tinggi pada malam hari disebabkan peningkatan aktivitas
vasokonstriktor simpatis, yang akan kembali normal setelah persalinan. Hal ini
preeklampsia dua kali lipat, mungkin berhubungan dengan disfungsi endotel. Pada
preeklampsia, fraksi filtrasi renal menurun sekitar 25%, padahal selama kehamilan
normal, fungsi renal biasanya meningkat 35-50%. Klirens asam urat serum
menurun, biasanya sebelum manifestasi klinis. Kadar asam urat >5,5 mg/dL
penting preeklampsia.
3. Etiologi
Etiologi preeklampsia tidak diketahui secara pasti. Diketahui ada beberapa faktor
risiko
• Multiparietas
Hipertensi kronis
• Diabetes melitus
• Penyakit ginjal
• Obesitas
• Mola hidatidosa
4. Diagnosis
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology, diagnosis
dibuat jika tekanan darah >140/90 mmHg pada dua kali pengukuran disertai
maupun spesifisitasnya rendah. Pada 20% kasus tidak ditemukan proteinuria atau-
protein urin, dan kreatinin serum dapat membantu mengetahui derajat kerusakan
target organ, tetapi tidak ada yang spesifik untuk diagnosis preeklampsia.
5. Penatalaksanaan
Terdapat perbedaan manajemen hipertensi pada kehamilan dan di luar
esensial yang bersifat kronis. Terapi hipertensi di luar kehamilan ditujukan untuk
mencegah komplikasi jangka panjang, seperti stroke dan infark miokard,
darah yang cepat pada preeklampsia berat. Selain itu, preeklampsia melibatkan
antihipertensi secara hati-hati; selain itu, diperlukan tirah baring dan monitoring
baik terhadap ibu maupun bayi. Pasien preeklampsia biasanya sudah mengalami
darah yang terlalu cepat; hipotensi dan penurunan aliran uteroplasenta perlu
primernya. Tujuan utama terapi antihipertensi adalah untuk mengurangi risiko ibu,
yang meliputi abrupsi plasenta, hipertensi urgensi yang memerlukan rawat inap,
Risiko kerusakan organ target meningkat jika kenaikan tekanan darah terjadi tiba-
itu, risiko abrupsi plasenta dan asfi ksia juga meningkat. Penurunan tekanan darah
sehingga dapat menyebabkan hipoksia janin. Target tekanan darah adalah sekitar
(tekanan darah sistolik 140-169 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-109
pemberian terapi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg
hamil .
b. Hipertensi berat
ESC merekomendasikan jika tekanan darah sistolik >170 mmHg atau
diastolik >110 mmHg pada wanita hamil diklasifi kasikan sebagai emergensi dan
>170/110 mmHg merusak endotel secara langsung. Pada tekanan darah 180-
hari. Setelah follow up selama 7 tahun pada 223 wanita yang mengalami
eklampsia, didapatkan bahwa risiko paling tinggi adalah pada wanita yang
terjadinya disfungsi dan hipertrofi ventrikel kiri asimptomatik dalam 1-2 tahun
dua kali lebih besar pada wanita dengan riwayat preeklampsia. Wanita dengan
masih belum diketahui pasti, tetapi disfungsi endotel yang berkaitan erat dengan
preeklampsia. Tiga bulan hingga paling tidak tiga tahun pasca-persalinan masih di
dapat kan gangguan dilatasi endotel. Wanita dengan riwayat preeklampsia juga
diabetes melitus, hipertensi kronis, dan penyakit ginjal sebelum kehamilan dapat
dapat lebih tinggi di air susu ibu (ASI). Paparan neonatus pada penggunaan obat
Oleh :
Nim : 201310330311072
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2017