Anda di halaman 1dari 48

Pemerikaan Fisik

Tes Garputala

Pembimbing : dr. Indra Setiawan, Sp.THT


Oleh : Siti Dewi Ambarwati

SMF THT RS BHAYANGKARA KEDIRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019 1
Tes
Garputala
II. TES GARPU TALA (TGT)
Ada 4 jenis tes garpu tala yang sering dilakkukan:
1. Tes batas atas dan batas bawah
2. Tes Rinne
3. Tes Weber
4. Tes Scwabach
5. Tes Bing
Ada beberapa macam garputala :
128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz dan
2048 Hz.

Untuk melakukan tes pendengaran digunakan G


T : 512 Hz, 1024 Hz dan 2048 Hz (frek bica
ra)

Jika hanya menggunakan 1 garputala : 512 Hz


Cara menggetarkan garpu tala

- Arah getaran kedua kaki garpu tala searah


dg kedua kaki garpu tala
- Getarkan kedua kaki garpu tala dg jari
telunjuk dan ibu jari
- Atau ketukkan ke lutut atau benda keras yg
dilapisi bantalan lunak agar vibrasi tidak
berlebihan.
Posisi/letak garpu tala

- Penting : kacamata, giwang dilepas


- Hantaran udara (AC) : arah kedua kaki
G.T sejajar dg arah liang telinga
- Hantaran tulang : pada prosesus mastoid
,
tidak boleh menyinggung daun telinga.
TES BATAS ATAS-BATAS BAWAH

Tujuan : Mencari frekuensi yang dapat didengar


penderita lewat Air Conduction bila GT
dibunyikan pada intensitas ambang
normal ( +25 dB )

Dasar :
- T Konduksi penurunan pd frek rendah
- T SNHL  penurunan pd frek tinggi
Cara:

Semua GT (mulai frek rendah sp tinggi/ seba


liknya) dibunyikan satu persatu, didengarkan
dulu o/ pemeriksa sp bunyi hampir hilang, km
d diperdengarkan pd penderita dg meletakka
n GT dekat mae pd jarak 1-2 cm.
Interpretasi :

• Batas bawah naik (frek rendah tdk dengar)


 T Konduksi
- Batas atas turun (frek tinggi tdk dengar )
 Tuli sensori neural

Pd bbrp penyakit tdk megikuti aturan tsb,


mis Penyakit Meniere

Kesalahan tes :
GT dibunyikan terlalu keras shg tdk dpt mendete
ksi frek mana penderita tdk mendengar
Intensitas terendah y
ang masih terdengar
pemeriksa
D S
- 4096 +
- 2048 +
- 1024 +
+ 512 +
+ 256 -
+ 128 -
+ 64 -
Batas atas turun Batas bawah nai
k
Tuli Sensorineural Tuli Konduksi
TES WEBER

- Tujuan :
Membandingkan daya tangkap kedua telinga
penderita thd rangsang bunyi melalui hantaran
tulang (membandingkan hantaran tulang antara
kedua telinga penderita)

- Prinsip tes Weber :


Untuk mengetahui arah lateralisasi bunyi
terdengar dimana :
* ditengah kepala
* sama keras di kedua telinga
* terdengar lebih keras di salah satu telinga
Cara :
- GT 512 Hz digetarkan kmd tangkainya
dipancangkan tegak lurus di garis median dg
kedua kaki pd grs horizontal, penempatan dpt
pd vertex, dahi, dagu atau pd gigi insisivus a
tas
(hati2 bl ada gigi palsu).

Penilaian tes Weber :


- Tidak ada lateralisasi, suara ditengah atau
sama kanan & kiri
- Lateralisasi ke sisi sehat  SNHL
- Lateralisasi ki sisi sakit  Konduktif
Interpretasi :
Tdp bbrp kemungkinan bl ada lateralisasi, misal
lateralisasi kekanan

1. T Konduksi kanan, kiri normal


2. T Konduksi kanan kiri, kanan lbh berat
3. T SNHL kiri, kanan normal
4. T SNHL kanan kiri, kiri lbh berat
5. T Konduksi kanan, SNHL kiri
Kesalahan tes :

Bl GT digetarkan terlalu keras (overtones), mu


ngkin didengar melalui hantaran udara, shg tuj
uan membandingkan hantaran melalui tulang tid
ak tercapai

Kadang2 seorang penderita tdk mau mengakui


apbl lateralisasi kesisi telinga yg dirasanya sd
h lama tuli
TES RINNE

• Tujuan :
Membandingkan daya tangkap telinga thd
rangsang bunyi melalui hantaran tulang &
hantaran udara (membandingkan hantaran
tulang & hantaran udara pada satu telinga
penderita)
Cara :

1. Getarkan GT 512 Hz, pancangkan tangkainya


tegak lurus pd mastoid px (posterior mae) sp
px tdk mendengar, kmd secepatnya pindahkan
didepan mae px, bl masih mendengar disbt
Rinne positif,bl tdk mendengar disbt Rinne
negatif
2. Getarkan GT 512 Hz, pancangkan pd planum
mastoid,kmd segera dipindah didepan mae,
ditanya mana lbh keras.
Bl lbh keras didepan disbt Rinne positif,
bl lbh keras dibelakang disbt Rinne negatif
Interpretasi :
- Rinne positif : Normal atau SNHL
- Rinne negatif : T Konduksi
- Tuli campuran : sulit
- Kd2 tjd false Rinne (pseudo positif atau
pseudo negatif, tjd bl bunyi GT ditangkap
o/ telinga kontralateral yg pendengarannya
jauh lbh baik
- Rinne negatif bl T konduksi > 15 dB
Kesalahan tes :

- GT tdk terpancang dg baik pd mast k/


miring, kena rambut,jar lemak tebal shg
px tdk mendengar / getaran terhenti k/
kaki GT tersentuh aurikulum.

- Px terlambat mengisyaratkan wkt GT sdh


tdk terdengar lagi shg wkt dipindah
didepan mae getaran sdh berhenti
TES SCHWABACH

- Tujuan :
Membandingkan hantaran tulang antara
penderita dengan pemeriksa

- Cara :
GT 512 Hz digetarkan kmd tangkainya
dipancangkan tegak lurus pd pln mastoid
pemeriksa,apbl pemeriksa sdh tidak
mendengar, secepatnya GT dipindahkan k
e
planum mastoid penderita
Apabila :

1. Penderita masih mendengar  Schwabach


memanjang

2. Penderita tdk mendengar  ada 2


kemungkinan, yaitu Schwabach memendek
atau normal. Tes dibalik  penderita dulu
baru pemeriksa dg cara sama  bila
pemeriksa tdk mendengar berarti sama2
normal, bila pemeriksa masih mendengar
berarti Schwabach penderita memendek
- Interpretasi :
Schwabach memanjang  T Konduksi
Schwabach memendek  T SNHL
Schwabach normal  Normal

- Kesalahan tes :
GT tdk terpancang dg baik, kakinya
tersentuh hingga bunyi menghilang atau
isyarat menghilangnya bunyi tdk segera
diberitahukan o/ penderita
TES BING

Cara :
- GT digetarkan di prosesus mastoid
- Tragus ditekan menutupi liang telinga
sehingga tdp tuli konduksi

Penilaian :
- Kekerasan bunyi sebelum dan sesudah
ditekan menutupi liang telinga
- untuk mengetahui jenis gangguan pendengara
n
• Bing positif : bunyi terdengar lebih keras
setelah liang telinga ditutup

- Bing negatif : tidak ada perbedaan


kekerasan setelah liang telinga ditutup
WEBER RINNE SCHWABACH
BING DIAGNOSA

Tdk ada lateralisasi Positif (AC>BC) Sama dengan pemeriksa Bertambah


Normal

Keras

Ada lateralisasi Negatif (AC<BC) Memanjang Tidak Konduktif


Ke telinga yang bertambah
Sakit Keras

Ada lateralisasi Positif (AC>BC) Memendek Bertambah Sensorineural


Ke telinga yang Keras
sehat
KESIMPULAN

- Tes Bisik dan GT cukup sederhana


- Tdk perlu alat mahal
- Dapat dikerjakan ditempat praktek/ klini
k
dmn belum tersedia audiometer
- Dipakai u/ konfirm hasil audiogram
- Validitas tes dpt dicapai bl pemeriksa
sering melakukan/ berlatih pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai