PENDAHULUAN
Di dermaga,. Dari tempat penumpukan container atau container yard untuk menuju dermaga
atau sebaliknya, container harus dibawa oleh truck pembawa container. Untuk menaikkan dan
menurunkan container dari dan keatas truck digunakan alat berat yaitu Rubber Tyred Gantry.
Dengan penggunaan alat – alat berat tersebut diharapkan effisiensi dapat ditingkatkan. Rubber
Tyred Gantry (RTG) merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pengangkatan dan
peletakkan container atau pemindahan container. RTG memiliki total 16 roda yang terbagi dalam
4 bagian sesuai jumlah kaki. RTG memiliki kemampuan untuk menyusun container sampai
sebanyak 5 buah dan mampu mengangkat container maksimum 40 ton dengan kecepatan rata-
rata 18 meter/menit dengan tinggi maksimum 15,1 meter dengan kebutuhan listrik rata – rata 300
-500 Kw yang disuplai dari generator listrik. Panjang spreader dapat diatur untuk menangani ISO
20 feets, dan 40 feets sealand container. Terdapat enam sensor laser scanner pada sudut – sudut
Spreader sebanyak empat buah dan isisi kanan – kiri dari spreader sebanyak dua buah. laser
scanner ini berfugsi sebagai pendeteksi dari kontainer dan menentukan panjang dari kontainer.
Kemudian terdapat empat buah kamera yang berfungsi sebagai penglihatan operator saat akan
manaruh kontainer diatas flatbet truk.
Apabila salah satu system pada RTG ini mengalami kegagalan maka RTG akan dihentikan
pengoperasiannya walaupun system lain masih berfungsi. Kerusakan pada salah satu komponen /
system akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar dari RTG. Pada kenyataannya dalam
kegiatan operasional Unit Crane RTG yang ada di Terminal Berlian mengalami beberapa kali
breakdown yang menyebabkan menurunnya nilai performance availability sehingga tidak sesuai
dengan standar yang di berlakukan oleh perusahann yaitu 95%. Hal ini menyebabkan kegiatan
operasional bongkar muat di Terminal Berlian terhambat dan mengalami pemborosan baik
mengenai waktu , tenaga kerja, uang, dan keterlambatan pemenuhan pengirirman. Adapun data
performance availability dari unit Rubber Tyre Gantry (RTG) di Terminal Berlian adalah sebagai
berikut :
Periode Rata - rata
Kode
Agustu Septem Oktobe Availbilit
Unit Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
s ber r y
RTG B01 98,74% 98,59% 99,03% 98,66% 94,80% 98,55% 98,24% 98,90% 98,83% 98,67% 98,30%
RTG B02 76,23% 95,87% 85,47% 90,87% 83,92% 98,22% 99,13% 98,11% 97,83% 98% 92,37%
RTG B03 98,82% 99,25% 99,09% 98,89% 98,09% 98,26% 97,24% 99,16% 97,80% 67,24% 95,38%
RTG B04 98,72% 99,45% 98,46% 99,19% 98,90% 96,25% 98,54% 90,40% 97,85% 98,39% 97,62%
RTG B05 99,16% 97,28% 97,90% 95,32% 99,42% 97,48% 99,25% 97,35% 98,74% 91,22% 97,31%
RTG B06 99,25% 96,23% 99,06% 99,27% 97,81% 99,27% 99,37% 99,36% 99,42% 98,67% 98,77%
RTG B07 89,55% 12,36% 95,83% 99,10% 99,89% 99,33% 99,56% 97,56% 98,76% 98,57% 89,05%
RTG B08 98,35% 99,35% 99,38% 99,65% 99,09% 98,73% 95,19% 98,94% 99,35% 95,50% 98,35%
RTG B09 98,72% 98,54% 99,01% 16,39% 77,41% 97,26% 93,49% 99,81% 98,43% 96,52% 87,56%
RTG B10 97,86% 98,86% 99,40% 96,76% 99,59% 99,33% 95,19% 99,09% 98,87% 96,57% 98,15%
RTG B11 97,98% 98,99% 98,55% 99,52% 99% 96,48% 99,38% 99,53% 99,42% 98,12% 98,70%
RTG B12 98,87% 95,76% 99,10% 95,37% 99,40% 99,26% 98,42% 99,70% 96,51% 95,67% 97,81%
RTG U01 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100,00%
RTG U02 100% 100% 100% 95,56% 100% 98,89% 100% 100% 100% 100% 99,45%
RTG G01 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100,00%
RTG G02 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100,00%
RTG P01 100% 100% 65,39% 98,89% 100% 100% 100% 100% 95,57% 98,92% 95,88%
RTG P02 100% 98,66% 100% 100% 100% 98,61% 98,92% 99,46%
RTG P03 100% 98,66% 100% 100% 98,66% 98,89% 98,92% 99,30%
Adapun untuk data downtime unit Rubber Tyred Gantry (RTG) di Terminal Berlian adalah
sebagai berikut :
Kode Periode
Unit JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER Total Downtime
RTG B01 7,7 5,78 4,25 6,68 33,34 10,45 12,78 6,58 5 6,92 99,48
RTG B02 176,65 15,47 102,02 45,24 118,16 7,92 3,25 10,08 12,91 10,35 502,05
RTG B03 4,98 1,25 3,07 3,5 10,3 12,33 1 2,75 6,83 215,72 261,73
RTG B04 1,6 0,5 6,44 0,83 5,7 9,49 1,33 1,5 15 8 50,39
RTG B05 1,25 15,15 12,13 25 0 4,75 2,33 0,67 3,92 62,84 128,04
RTG B06 1,72 1,04 4 0,75 11,75 1,75 1,39 0,25 0,67 6,41 29,73
RTG B07 76 609,52 13,1 0 0,58 2,75 2,25 2,88 3,09 7,92 718,09
RTG B08 1,77 0,28 1,75 0 2,75 8,15 31 2 1,17 17,75 66,62
RTG B09 3,71 8,09 2,14 602 167,83 16,5 42,91 1,42 3,63 21,91 870,14
RTG B10 11,07 4,67 1,25 16,8 0,45 2,5 32 2,5 3,75 0,99 75,98
RTG B11 6,5 3,52 6,02 1,43 2 22 2,87 0 1,17 8 53,51
RTG B12 4,67 23,08 1,67 28,83 0 2,75 8,23 0 21,16 11,68 102,07
RTG U01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RTG U02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RTG G01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RTG G02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
RTG P01 0 0 249 0 0 0 0 0 21,87 0 270,87
RTG P02 0 0 0 0 0 0 0 0
RTG P03 0 0 0 0 0 0 0 0
Gambar 1.3 Data Downtime unit Rubber Tyred Gantry (RTG) di Terminal Berlian
Dari data tabel Data Performance Availability Unit RTG dapat diketahui bahwa unit RTG B02,
RTG B07 dan RTG B09 memiliki nilai performance availability yang dibawah standar dan dari
tabel Data Downtime Unit RTG unit yang memiliki waktu Downtime paling tinggi adalah unit
crane RTG B09. Nilai Downtime sebesar 870,14 jam mengakibatkan produksi bongkar muat
peti kemas terhambat.Salah satu penyebab nilai Downtime tinggi yaitu tidak tepatnya waktu
untuk maintenance dikarenakan padatnya kegiatan alat yang digunakan untuk proses produksi
dikarenakan Terminal Berlian merupakan Terminal domestik yang sangat produktif . Adapun
upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk meminimasi Downtime adalah Membuat
Standar Waktu maintenance dan menambah dana untuk pembelian spare part agar proses
maintenance bisa berjalan dengan lancar dan menguragi breakdown agar nilai downtime rendah
dan performance availability mencapai stardar yang telah di tetapkan oleh perusahaan.
Dari tabel Data downtime Unit RTG dapat diketahui bahwa unit RTG B09 yang memiliki
nilai Downtime terbesar sebesar 870,14 jam kerusakan,terjadi pada overlimit Hoist up dan
Trolley yaitu sebanyak 15 kali dengan waktu downtime 1.133 menit. Berikut tabel data
kerusakan sub sistem setiap RTG yang menyebabkan downtime menjadi besar :
RTG B02 3 6 4 9 1 16 12 10 3
Water pump & fill up oil engine
RTG B03 5 1 5 3 4 41 10 5 Fill up cooland & radiator
RTG B 04 3 3 6 1 4 20 8 6 1 Fill up & cant start engine
RTG B 05 1 7 5 4 6 44 6 2 2 Fill up & cant start engine
RTG B06 1 3 2 1 4 10 12 2 2 Lock unlock error
RTG B 07 4 10 2 5 6 9 17 1 Telescopic dan lock unlock
RTG B 08 1 5 1 6 5 40 3 5 Reset & fill up
RTG B 09 4 2 7 12 1 66 5 4 2 Reset, fill up , instal radiator
RTG B10 7 2 13 7 2 19 7 3 Hoist brake upnormal
RTG B11 3 1 2 8 1 19 5 9 1 Change ( fuel filter, racor filter )
RTG B12 3 3 4 3 1 42 17 1 engine under speed
Gambar 1.4 Data Kerusakan Sub Sistem Setiap RTG di Terminal Berlian yang di
Maintenance oleh PT BIMA
RTG crane banyak melakukan gerak mekanik naik dan turun untuk proses bongkar muat.
Gerakan naik turun tersebut terkadang mengangkat kontainer full dan kontainer kosong. Saat
mengangkat kontainer dengan berat berkisar 36 sampai 40 ton kerja motor listrik menjadi besar.
Sedangkan saat menurunkan kontainer hanya dibutuhkan daya pengereman yang sesuai agar
kontainer aman diletakkan pada tempatnya..Pengoperasian secara terus menerus dari RTG akan
menyebabkan kegagalan operasi. Karena gerakan naik turun dan angkut kontainer tersebut
menyebabkan beberapa sub sistem RTG mengalami kerusakan yang cukup sering seperti sub
sistem Spreader yang bertugas untuk mengangkut kontainer .Dimana Spreader digunakan untuk
menempelkan dan mengunci container yang akan di pindahkan ke tempat lain.
Dari Gambar 1.4 bisa dilihat jika spreader merupakan sub sistem yang menyebabkan nilai
downtime menjadi besar. Berikut merupakan model kerusakan yang sering terjadi pada Spreader
Rubber Tyred Gantry ( RTG ) pada Terminal Berlian yang di maintennace oleh PT BIMA.
Gambar 1.5 Data kerusakan Sub Sistem Spreader Rubber Tyred Gantry ( RTG ) yang
sering terjadi di Terminal Berlian yang di maintennace oleh PT BIMA.
Kerusakan yang sering terjadi pada Sprader di sebabkan oleh beberapa faktor seperti :
1. Priximity landed yang sering error di sebabkan pergeseran akibat benturan saat spreader
mengangkat kontainer
2. Twistlock sering error dikarenakan pada bebearapa kontainer yang salah satu besi
penguncinya tidak ada sehingga membuat twistlock bekerja lebih ekstra dalam
mengangkat kontainer tersebut.
3. Patahnya twist lock disebabkan karena tidak telitinya operator dalam menempatkan pada
lubang container dan mengunci spreader pada container
4. Tidak bisa melakukan locked unlocked dikarenakan tidak ada power pada sensor
proximity.Penyebabnya pin kabel pada panel spreader tidak mendeteksi tegangannya
karena tidak sesuai dengan posisi kabel sebenarnya.
Untuk mengatasi kegagalan atau kurang andalnya kompnen – komponen yang ada pada
RTG karena permasalahan diatas tersebut maka perlu dilakukan analisis keandalan pada RTG.
Analisis keandalan tersebut menggunakan dua metode yaitu FMEA (Failure Mode And Effects
Analysis) dan FTA (Fault Tree Analysis).
Ketersediaan RTG untuk melaksanakan fungsinya dengan baik sangat diperlukan karena
semakin besar ketersediaan dari RTG akan semakin besar pula kemampuannya untuk
menghasilkan revenue. Untuk meningkatkan ketersediaan dari RTG dapat dicapai dengan
meningkatkan MTTF (main time to failure) dan mempersingkat MTTR (main time to repair)
dengan cara mengoperasikan RTG sesuai dengan petunjuk pengoperasian dan dalam
perawatannya hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk dari manual book.
DASAR TEORI
Setiap peralatan / mesin dalam hal ini RTG [Rubber Tyret Gatry] membutuhkan suatu
perawatan dan pemeliharaan secara berkala agar RTG dapat bekerja dengan maksimal sehingga
menghasilkan produksi yang maksimal pula.Dalam melakukan perawatan RTG juga ada
karakteristik komponen, karena di setiap komponen mempunyai fungsi yang berbeda beda. Dari
komponen komponen ini bila mengalami kerusakan maka akan terjadi downtime dan
mengakibatkan terganggunya jalannya produksi.Maka dilakukanlah penelitian untuk
menganalisa permasalahan dan kerusakan pada komponen tersebut.
Dari hasil Analisa permasalahan terhadap system RTG yang ada di Terminal Berlian
terletak pada spreader.Untuk perencanaan pemeliharaannya digunakan metode RCM dengan
tidak mengesampingkan historis kerusakan alat tersebut yang terjadi sebelumnya..Kemudian
melakukan tahap Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang merupakan mengidentifikasi
kegagalan dari suatu komponen yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi dari sistem.
Dilanjutkan dengan tahapan Fault Tree Analysis (FTA) yaitu metode dengan melakukan analisa
kualitatif dengan Logic Tree Analysis yaitu diagram alir proses klasifikasi model pemeliharaan
yang sesuai sehingga dapat ditentukan perawatan yang tepat pada setiap komponen (Dewi,2018).
Pada Tugas Akhir ini akan ditentukan maintenance task yang tepat berdasarkan metode
Reability Centered Maintenance (RCM). Komponen – komponen yang sering terjadi kerusakan
akan disortir dan diindentifikasi penyebab kegagalan, langkah selanjutnya yaitu menentukan
bagaimana cara mengatasi masalah yang terjadi pada komponen tersebut.Semua susbsistem dari
Rubber Tyred Gantry akan dievaluasi untuk menentukan penyebab kegagalannya. Tujuan dari
penelitian Tugas Akhir ini diharapkan dapat menentukan maintenance task yang tepat pada
komponen yang akan diteliti sehingga aktifitas perawatan dapat berjalan dengan baik dan lancar
sehingga dapat mengurangi waktu downtime pada proses produksi.
2.2 Perawatan
2.2.1 Perawatan
Pemeliharaan dengan memeriksah secara rutin dan berkala terhadap alat alat
untuk menjaga kondisialat / mesin produksi agar tetap dipergunakan sesuai dengan
fungsi dan kapasitasnya secara efisien dan dalam keadaan yang dapat diterima menurut
standar yang berlaku. Oleh karena itu, aktivitas perawatan merupakan bagian integral dari
suatu industri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
Reactive Maintenance hanya bisa benar – benar digunakan jika itu merupakan
bagian dari keputusan yang sudah dianalisis menggunakan metode Reability Centered
Maintenance, yang mengkomparasikan resiko dan biaya yang akan dikeluarkan untuk
penggantian jika rusak.
Preventive Maintenace, atau bisa disebut sebagai perawatan yang berbasis waktu
atau interval tertentu, yang dilakukan tidak bergantung kepada kondisi dari kerusakan
peralatan yang akan dilakukan perawatan tersebut. Jenis perawatan ini terdiri dari
pengecekan yang terjadwal pada komponen, penyetelan (adjustment), kalibrasi,lubrikasi
dan pembersihan. Menggunakan metode Preventive Maintenace pada keseluruhan
komponen akan terjadi tingginya waktu untuk inspeksi, meskipun ia akan menurunkan
kemungkinan terjadinya unplanned shutdown.
Selain itu, Preventive Maintenace juga memiliki cost yang tinggi dan kurang efektif.
Adapun dokumen atau informasi yang dibutuhkan dalam analisa RCM antara lain :
a. Piping & instrumentation diagram (P&ID)
b. Schematic atau block diagram
c. Vendor manual .
d. Equipment history
2. Pendefinisian Batasan Sistem ( System Boundary Definition )
Definisi batas sistem digunakan untuk mendefinisikan batasan – batasan suatu
sistem yang akan dianalisis dengan Reliability Centered Maintenance (RCM),
sehingga semua fungsi dapat diketahui dengan jelas dan perumusan System Boundary
Definition yang baik dan benar akan menjamin keakuratan proses analisis sistem.
3. Deskripsi Sistem dan Blok Fungsi (System Description and Functional Block
Diagram)
Deskripsi sistem dan diagram blok merupakan representasi dari fungsi – fungsi
sistem berupa blok – blok yang berisi fungsi – fungsi dari setiap subsistem yang
menyusun sistem tersebut sehingga dibuat tahapan identifikasi detail dari sistem
yang meliputi :
a. Deskripsi Sistem
b. Fungsional Blok Diagram.
c. Masukan dan keluaran sistem ( In & Out Iterface).
d. System Work Breakdown System (SWBS)
SWBS digunakan untuk menggambarkan kelompok bagian – bagian peralatan
yang menjalankan fungsi tertentu
1. Fungsi dan Standar Kinerja ( Function and Performance Standards)
System function didefinisikan sebagai suatu fungsi dari komponen yang
diharapkan oleh pengguna tetapi masih berapa dalam level kemampuan dari
komponen tersebut sejak dibuat.Fungsi dibedakan menjadi dua yaitu primary
function dan secondary function. Primary function merupakan alasan utama
mengapa suatu aset tersebut ada. Ktegori ini meliputi kecepatan, hasil
produksi, kualitas produk dan pelayanan pelanggan. Sedangkan secondary
function merupakan kemmapuan dari suatu aset untuk dapat melakukan lebih
dari sekedar memenuhi fungsi utamanya saja.Secondary function meliputi
safety,control,appearance,protection,economy,dan environmental regulation.
2. Kegagalan Fungsi (Functional Failure)
Kegagalan didefinisikan sebagai suatu ketidakmampuan untuk
menjalankan fungsi sesuai dengan keinginan pengguna. Sedangkan kegagalan
fungsi adalah ketidakmampuan sistem untuk memenuhi suatu fungsi pada
suatu standar kinerja tertentu yang dapat diterima oleh pengguna. Terdapat
dua kategori kegagalan dalam RCM yaitu kegagalan total dan kegagalan
parsial. Kegagalan total merupakan suatu keadaan dimana sistem sama sekali
tidak dapat memenuhi standar kinerja suatu fungsi yang dapat diterima oleh
penggunaannya. Sedangkan kegagalan parsial merupakan keadaan dimana
suatu sistem dapat berfungsi namun tidak pada level standar kinerja yang
dapat diterima oleh penggunanya atau keadaan dimana suatu sistem tidak
dapat mempertahankan tingkat kualitas produk dari sistem tersebut.
3. Modus Kegagalan ( Failure Mode )
Modus kegagalan merupakan beberapa peristiwa yang mempunyai
kemungkinan besar untuk menyebabkan setiap kegagalan terjadi. Peristiwa
yang memepunyai kemungkinan untuk menjadi modus kegagalan atau failure
mode adalah :
a. Peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya pada peralatan yang sama
atau serupa yang mempunyai konteks operasi sama
b. Kegagalan yang sekarang sedang diantisipasi oleh program perawatan
yang ada
c. Kegagalan yang belum pernah terjadi tetapi diperkirakan dapat
menjadi kenyataan didalam proses operasinya
d. Kegagalan yang apabila terjadi akan memberikan dampat yang sangat
serius.
4. Dampak Kegagalan (Failure Effect)
Failure Effect menjelaskan tentang apa yang akan terjadi jika failure
mode terjadi. Penjelasan ini harus memasukkan semua informasi yang
dibutuhkan dalam memeberikan konsekuensi kegagalan tersebut, seperti :
a. Apa bukti bahwa kegagalan tersebut pernah terjadi
b. Bagaimana cara kegagalan tersebut dapat berpengaruh terhadap
keselamatan, lingkungan, produksi dan operaso
c. Apakah kerusakan fisik yang disebabkan oleh kegagalan tersebut
d. Bagaimana cara untuk memeperbaiki kegagalan tersebut.
5. Konsekuensi Kegagalan ( Failure Consequence )
RCM memahami benar bahwa satu – satunya alasan untuk
melakukan berbagai macam proactive task bukan untuk menghindari
konsekuensi dari kegagalan tersebut. Failure Consequence merupakan hal
yang penting dalam proses RCM itu sendiri . Dalam proses RCM
mengklasifikasikan konsekuensi kegagaln kedalam 4 bagian , yaitu :
a. Hidden Failure Consequences
Kondisi ini terjadi apabila konsekuensi keamanan apabila
kegagalan yang terjadi dapat melukai, membahayakan atau bahkan
membunuh seseorang
b. Safety Consequences
Kegagalan mempunyai konsekuensi keamanan apabila kegagalan
yang terjadi dapat melukai, membahayakan atau bahkan membunuh
seseorang.
c. Enviromental Consequences
Kegagalan mempunyai konsekuensi lingkungan apabila kegagalan
yang terjadi dapat melanggar standar lingkungan perusahaan, wilayah
nasional maupun internasional.
d. Operational Consequences
Kegagalan mempunyai konsekuensi operasional apabila kegagalan
yang terjadi dapat mempengaruhi kapabilitas operasional seperti hasil
produksi,kualitas produksi, kepuasan pelanggan dan biaya tambahan
perbaikan
Proses RCM menggunakan kategori – kategori diatas sebagai dasar
dalam penambilan maintennace task yang sesuai
Pada penelitian ini , analisa penyebab dan efek kegagalan menggunakan RCM
Information Worksheet. Di dalam RCM Information Worksheet akan dianalisa function,
function failure, failure mode, dan failure effect pada suatu sistem atau subsistem seperti yang
digambarkan pada tabel 2.1
Root Cause Analysis (RCA) adalah metode analisis terstruktur yang mengidentifikasi
akar penyebab ( root causes ) untuk suatu output yang tidak memenuhi spesifikasi atau cacat
(undesired product). Tujuan Root Cause Analysis adalah mengidentifikasi akar penyebab secara
detail sehingga kecacatan atau permasalahan pada suatu produk dapat dihilangkan dan ditekan
seminimal mungkin. Akar penyebab (root cause) sendiri merupakan suatu faktor ( peristiwa,
kondisi,organisasi,dll) yang baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan
terjadinya kecacatan atau permasalahan. Identifikasi terhadap akar penyebab dapat dilakukan
melalui langkah - langkah berikut :
a. Mendefinisikan secara detail permasalahan yang akan dianalisis
Langkah awal yang dilakukan dalam menganalisa Root Cause Analysis (RCA) adalah
dengan mendefinisikan permasalahn yang akan dianalisis secara detail, sehingga jelas
dalam identifikasi selanjutnya.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk mengidentifikasi fakta – fakta yang terjadi di sekitar
permasalahan. Adapun beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengidentifikasi
fakta – fakta tersebut adalah :
Kapankah permasalahan atau output cacat terjadi ?
Dimanakah hal tersebut terjadi ?
Bagaimanakah kondisi yang ada sebelum permasalahan terjadi ?
Tindakan pengendalian apa saja yang seharusnya dapat mencegah terjadinya
permasalahan tetapi tidak dilakukan ?
Apa saja yang menjadi penyebab potensial dari permasalahan yang terjadi ?
Tindakan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan
yang serupa di kemudian hari ?
c. Membuat diagram faktor penyebab ( causal factor tree )
Langkah ini berisi paparan detail secara visual dari data yang tela dikumpulkan pada
langakah sebelumnya. Ada banyak tool yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
langkah ini, seperti diagram sebab akibat, fault tree analysis, barrier analysis dan lain –
lain. Pemilihan tool yang tepat sesuai permasalahan yang terjadi akan menghasilkan suatu
analisis dan usulan solusi yang tepat dan kaurat.
d. Membuat usulan solusi untuk menghilangkan,meminimalkan atua memodifikasi
permasalahan yang terjadi.
Tujuan seacara keseluruhan dari suatu kegiatan pengendalian kualitas adalah untuk
meningkatkan kualitas itu sendiri, ini berarti bahwa penyebab rendahnya kualitas tersebut
harus segera diidentifikasi dan diperbaiki. Lebih jauh lagi, penyebab kecacatan yang
dominan harus segera diisolasi dan dihilangkan. Sebuah tool yang sangat berguna untuk
dapat mengidentifikasi, memaparkan, dan memperbaiki penyebab kecacatan yang mungkin
dari berbagai observasi yang dilakukan adalah diagram sebab akibat.Tool ini juga sering
disebut sebagai diagram ishikawa, karena ditemukan oleh Dr. Kaoru Ishikawa dari
Universitas Tokyo pada tahun 1943. Nama lain dari diagram ini adalah diagram tulang ikan
yang merujuk pada bentuk struktur yang di tampilkan.
Adapun secara umum. Langkah – langkah yang di perlukan untuk membuat diagram
sebab akibat adalah sebagai berikut :
Dari data di atas , kemudian digambar menjadi diagram sebab akibat untuk selanjutnya dicari
penyebab – penyebab utama dari setiap tulang kecil yang sudah teridentifikasi.
Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan NASA RCM Logic Tree untuk
menganalisa dan menentukan NASA RCM Logic Tree yang akan digunakan pada penelitian ini.
Gambar 2.1 NASA RCM Logic Tree (Sumber: Reliability Centered Maintenance Guide
NASA,2008)
a. Information Reference
Information Refeence merupakan informasi mengenai tiga hal, yaitu function, function
failure,dan failure mode.Pengisian ketiga informasi ini disesuaikan dengan RCM
Information Worksheet yang sudah dibuat sebelumnya.
b. Consequence Evaluation
Consequence Evaluation merupakan tahapan analisis mengenai dampak yang di
timbulkan apabila terjadi failure. H merupakan simbol dari Human, Safety, and
Enviroment, yaitu apabila terjadi kerusakan yang memiliki dampak terhadap Human,
Safety, and Enviroment, S merupakan kerusakan yang memiliki efek terhadap safety, En
merupakan kerusakan yang memiliki efek terhadap efisiensi energi, dan Ec merupakan
failure yang memiliki dampak operasional, seperti kerugian produksi, penurunan kualitas
dan dampak ekonomi lain yang dapat ditimbulkan. Tabel ini di isis dengan Y apabila
memiliki dampak yang sesuai, dan di sisi dengan N apabila memiliki dampak terhadap
konsekuensi yang dis ebutkan.
c. Default Action
Default Action merupakan tindakan tepat yang dilakukan yntuk menangani failure yang
terjadi. Untuk H1/S1/En1/Ec1 diisi dengan Y jika terdapak metode Predictive Testing &
Inspection ( Predictive Maintenance) yang feasible untuk dilakukan. Jika tidak ada
metode PT&I yang bisa dilakukan, maka dianalisis apakah terdapat metode time interval
approach ( preventive Maintenance) yang efektif maka bisa dilakukan redesain atau
corrective maintennace
d. Proposal Task
Proposal Task diisi dengan tindakan maintennace apa yang tepat untuk dilakukan kepada
function tersebut.
2.7 FTA (Fault Tree Analysis)
Metode FTA (Fault Tree Analysis) sering digunakan untuk menganalisis kegagalan
sistem. Fault Tree Analysis adalah metode analisis dimana terdapat suatu kejadian yang tidak
diinginkan (undesired event) terjadi pada sistem. Sistem kemudian dianalisis dengan kondisi
lingkungan dan operasional yang ada untuk menemukan semua cara yang mungkin terjadi yang
mengarah pada terjadinya undesired event tersebut (Vesely dkk, 1981).
Untuk menganalisis kegagalan sistem dengan metode FTA, perlu dibuat pohon kegagalan
atau fault tree dari sistem yang akan dianalisis terlebih dahulu. Fault tree adalah model grafis
dari kegagalan – kegagalan pada sistem dan kombinasinya yang menghasilkan terjadinya
undesired event (Vesely dkk, 1981). Kegagalan yang ada pada sistem bisa dikarenakan
kegagalan pada komponennya, kegagalan pada manusia yang mengoperasikannya (human
error), dan kejadian-kejadian diluar sistem yang dapat mengarah pada terjadiya undesired event.
Fault tree dibangun berdasarkan pada salah satu undesired event yang dapat terjadi pada
sistem. Pada satu sistem bisa terdapat lebih dari undesired event dan masing-masing undesired
event mempunyai representasi fault tree yang berbeda-beda yang disebabkan oleh faktor-faktor
atau bagian-bagian sistem dan kegagalan yang mengarah pada satu kejadian berbeda dengan
lainnya. Pada fault tree, undesired event yang akan dianalisa disebut juga dengan top event.
Di dalam fault tree, terdapat symbol-simbol dan istilah yang digunakan untuk
menyelesaikan top event yang akan dianalisa. Symbol-simbol dan istilah tersebut adalah simbol
kejadian, simbol gerbang dan simbol transfer. Simbol kejadian adalah simbol yang berisi
keterangan pada sistem. Sedangkan simbol gerbang merupakan simbol yang dipakai untuk
menunjukkan hubugan diantara kejadian input yang berhubungan dengan cara tertentu. Berikut
ini adalah tabel dari simbol-simbol dari fault tree sebagai berikut,
Simbol Kejadian
Nama Simbol Keterangan
Simbol lingkaran ini digunakan untuk menyatakan basic event atau primery event
Basic Event atau kegagalan mendasar yang tidak perlu dicari penyebabnya. Artinya, simbol
lingkaran ini merupakan batas akhir penyebab suatu kejadian.
Simbol wajik atau diamond ini untuk menyatakan undeveloped event atau kejadian
tidak berkembang, yaitu suatu kejadian kegagalan tertentu yang tidak dicari
Undeveloped Event
penyebabnya baik karena kejadiannya tidak cukup berhubungan atau karena tidak
tersedia informasi yang terkait dengannya
Simbol oval ini untuk menyatakan conditioning event , yaitu suatu kondisi atau
batasan khusus yang diterapkan pada suatu gerbang (biasanya pada gerbang
Conditioning Event
INHIBIT dan PRIORITY AND). Jadi kejadian output terjadi jika kejadian input
terjadi dan memenuhi suatu kondisi tertentu.
Simbol rumah digunakan untuk menyatakan external event yaitu kejadian yang
External Event
diharapkan muncul secara normal dan tidak termasuk dalam kejadian gagal.
Simbol persegi panjang ini berisi kejadian yang muncul dari kombinasi kejadian-
Intermediate Event
kejadian input gagal yang masuk ke gerbang.
Nama Simbol Keterangan
Gerbang OR dipakai untuk menunjukkan bahwa kejadian yang akan muncul terjadi
Gerbang OR
jika satu atau lebih kejadian gagal yang merupakan inputnya terjadi.
Gerbang AND digunakan untuk menunjukkan kejadian output muncul hanya jika
Gerbang AND
semua input terjadi.
Gerbang INHIBIT, dilambangkan dengan segi enam , merupakan kasus khusus dari
Gerbang INHIBIT gerbang AND. Output disebabkan oleh satu input, tetapi juga harus memenuhi
kondisi tertentu sebelum input data menghasilkan output.
Gerbang EXCLUSIVE OR Gambar
Gerbang 2.3 Simbol fault
EXCLUSIVE treegerang OR dengan kasus tertentu, yaitu kejadian
OR adalah
output muncul jika tepat satu kejadian ikut muncul
Gerbang PRIORITY AND adalah gerbang AND dengan syarat dimana kejadian
Gerbang PRIORITY AND
output muncul hanya jika semua kejadian input muncul dengan urutan tertetu
2.8 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
2.8.1 Laju Kegagalan
Laju kegagalan (λ) adalah banyaknya kegagalan per satuan waktu. Laju kegagalan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan antara banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu
tertentu dengan total waktu operasi komponen, sub-sistem, atau sistem. Laju kegagalan dapat
dnyatakan sebagai berikut :
f
λ=
T
f (t)
λ ( t )=
R (t )
Dimana :
f = Banyak kegagalan selama jangka waktu operasi
T = Total waktu operasi
Selain MTBF, terdapat MTTF (Mean Time To Failure) yang memiliki pengertian sama
dengan MTBF, yang membedakannya hanyalah penggunaannya. MTTF digunakan untuk
komponen yang tidak dapat diperbaiki (apabila rusak harus diganti dengan komponen yang
baru) sedangkan MTBF digunakan untuk komponen yang dapat diperbaiki.
2.8.3 Karakteristik Kegagalan
Perilaku laju kerusakan terhadap waktu sangat berhubungan dengan penyebab
kerusakan. Kerusakan yang terjadi dalam suatu sistem atau komponen mengalami fluktuasi
sesuai dengan kemampuan material. Bentuk karakteristik dari life time dalam teori keandalan
untuk sebuah sistem maupun komponen secara matematis ditampilkan dalam bathtub curve
(Ebeling, 1997).
Gambar 2.4 Bathub Curve
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang tahapan – tahapan yang digunakan sebagai acuan
dalam menjawab permasalahan penelitian tugas akhir ini. Tahapan – tahapan tersebut antara lain
adalah identifikasi dan perumusan masalah, pengambilan dan pengolahan data, analisa,
implementasi, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan dan saran. Gambaran tahapan
penelitian secara umum dapat dilihat dala gambar 3.1.
Mulai
Seleksi Sistem
Perumusan Masalah
Batasan Masalah
FGPengumpulan Data :
Data Komponen RTG
Gambar Detail RTG
Historis Perawatan RTG
A
A
YA
Apakah
Maintenanace Task
bisa Diaplikasikan
Apakah TIDAK
Maintenanace Task
bisa Diaplikasikan
YA
A
A
YA
FGOutput :
Rekomendasi Perawatan RTG ke PT BIMA
Selesai
Studi lapangan dilakukan guna mengetahui kondisi aktual yang terjadi pada saat di PT.
BIMA dengan penempatan di Terminal Berlian. Dengan adanya studi lapangan ini di harapkan
peneliti mendapatakan gambaran, langkah – langkah penelitian yang akan digunakan untuk
mengetahui faktor – faktor penyebab terjadinya permasalahan.