Anda di halaman 1dari 9

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No.

Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS METODE


REPARASI KONSTRUKSI KAPAL LAMINASI
BILAH BAMBU
Gede Ega Satya Laksana dan Heri Supomo
Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: hsupomo@na.it.ac.id
Abstrak— Kapal laminasi bilah bambu saat ini masih dengan Metode Cold Press Planking System untuk Kapal
dalam proses pengembangan untuk di aplikasikan pada Ikan”.
industry kecil dan dan menengah, selain itu kapal laminasi Pembuatan lapisan pada kapal laminasi bilah bambu
bilah bambu untuk saat ini sudah mulai dilakukan perlu dilakukan sambungan antara bilah satu dengan bilah
pemasaran dan nantinya akan banyak kapal laminasi bilah lainnya. Sambungan diperlukan dikarenakan dalam
bambu yang beroperasi, baik kapal ikan, kapal wisata,
pembuatan material bambu laminasi terbuat dari bilah-
maupun kapal penyebrangan. Semakin banyaknya kapal
laminasi bilah bambu yang beroperasi maka semakin besar bilah yang disatukan menjadi satu bagian guna
juga kemungkinan kapal laminasi bilah bambu mengalami mendapatkan bentang yang lebih besar. Bentang material
kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada kapal laminasi bilah yang besar memungkinkan untuk pembangunan kapal yang
bambu adalah kerusakan lubang, kerusakan sobek searah lebih besar pula. Jarak sambungan pada laminasi bilah
serat, dan kerusakan sobek melintang serat. Proses reparasi bambu agar memiliki kekuatan yang memenuhi standar
pada kapal laminasi bilah bambu dilakukan dengan adalah dengan jarak 10 kali tebal bilah [2].
menggunakan metode carvel dengan sistem tangga (carvel Pembangunan kapal ikan dengan material bambu
method of ladder system). Pengujian dilakukan dengan laminasi dengan menggunakan metode Cold Press
menganalisis teknis dan ekonomis material uji yang sudah Planking System (CPPS) sudah diaplikasikan dalam dalam
dilakukan reparasi dengan menggunakan carvel method of pembangunan kapal Baito Deling 001. Kapal Baito Deling
ladder system. Analisis teknis dilakukan dengan uji kekuatan
001 juga sudah dilakukan sea trial dan memiliki
tarik sesuai standar ASTM D3500 dengan ketebalan spesimen
20 mm, 22 mm, 24 mm, dan uji kekuatan tekuk sesuai performance yang sangat baik. Inovasi teknologi material
standar ASTM D3043. Berdasarkan hasil pengujian bambu laminasi sebagai bahan pembuatan kapal
didapatkan nilai kuat tarik spesimen dengan kerusakan merupakan salah satu perwujudan dalam mewujudkan
lubang adalah sebesar 52,89 MPa, 53,86 MPa, dan 51,64 green industry di bidang maritim [1].
MPa, nilai kuat tarik spesimen dengan kerusakan sobek Kapal laminasi bilah bambu saat ini masih dalam proses
melintang serat sebesar 88.33 MPa, 66,49 MPa, 82.19 MPa, pengembangan untuk di aplikasikan pada industry kecil
dan spesimen dengan kerusakan sobek searah serat sebesar dan dan menengah, selain itu kapal laminasi bilah bambu
79,03 MPa, 69,76 MPa, dan 80,27 MPa. Nilai kuat tekuk untuk saat ini sudah mulai dilakukan pemasaran dan
sebesar 80,758 MPa untuk kerusakan lubang, 82,385 MPa nantinya akan banyak kapal laminasi bilah bambu yang
untuk kerusakan sobek melintang serat, dan 81,394 MPa beroperasi, baik kapal ikan, kapal wisata, maupun kapal
untuk kerusakan sobek searah serat. Nilai kuat tarik dan
penyebrangan. Semakin banyaknya kapal laminasi bilah
kuat tekuk spesimen dengan perlakuan proses reparasi
memenuhi tegangan ijin BKI (Vol) VII 2013 yang sebesar bambu yang beroperasi maka semakin besar juga
42,169 MPa untuk kuat tarik dan 71,094 MPa untuk kuat kemungkinan kapal laminasi bilah bambu mengalami
tekuk. Biaya reparasi perlapisan yang diperlukan untuk kerusakan, baik itu disebabkan oleh tubrukan maupun
melakukan reparasi seluas 1 m² kerusakan pada kapal factor lainnya.
laminasi bilah bambu adalah sebesar Rp. 603.465 untuk Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan perancangan
kerusakan lubang, Rp 566.063 untuk kerusakan sobek metode reparasi yang digunakan untuk melakukan reparasi
melintang serat, dan Rp. 625.492 untuk kerusakan sobek pada kapal laminasi bilah bambu. Agar saat kapal laminasi
searah serat bilah bambu mengalami kerusakan, metode yang
digunakan untuk melakukan reparasi sudah tepat. Selain itu
dengan dilakukannya penelitian metode reparasi kapal
Kata Kunci: Pengembangan, Metode, Reparasi, Carvel laminasi bilah bambu akan muncul industri-industri kecil
Method of Ladder System, ASTM D3500, ASTM D3043. dan menengah yang bergerak di bidang reparasi kapal
laminasi bilah bambu. Pada Tugas Akhir ini dilakukan
I. ENDAHULUAN analisis dan ekonomis terhadap metode reparasi kapal
Kapal laminasi bilah bambu merupakan kapal yang laminasi bilah bambu
terbuat dari bambu laminasi sebagai bahan utamanya.
Metode yang digunakan untuk pembangunan kapal II.TINJAUAN PUSTAKA
laminasi bilah bambu adalah metode Cold Press Planking
System (CPPS) [1]. Metode CPPS merupakan metode yang A. Bambu Secara Umum
paling sesuai untuk membuat komposit bilah bambu
sebagai bahan konstruksi. Metode CPPS ini telah Bambu dikenal sebagai sebagai tanaman yang memiliki
dipatenkan atas nama Heri Supomo dengan nomor paten pertumbuhan paling cepat di dunia. Jika dibandingkan
HKI.3-HI.05.01.02. P00201300587 tanggal 2 agustus 2013, dengan pohon jati pertumbuhan bambu jauh lebih cepat.
dengan judul paten “Material Alternatif Bambu Laminasi Tanaman bambu termasuk kedalam family gramineae dan
kelas monokotil. Di Indonesia tanaman bambu tumbuh
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

berbagai macam tanaman bambu yang tersebar di seluruh acuan reparasi adalah Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)
daerah, ada sekitar 143 jenis bambu yang sudah diketahui edisi 2014, Rules for Non-Metallic Material. Menurut buku
sifat dan jenisnya [3]. Tanaman bambu mempunyai daerah tersebut, terdapat beberapa syarat untuk melakukan
penyebaran yang sangat luas baik itu penyebaran vertikal reparasi pada kapal. Beberapa diantaranya yaitu:
maupun penyebaran horizontal. Hampir semua jenis bambu 1. Proses reparasi hanya boleh dilakukan oleh personil
dapat tumbuh diindonesia dikarenakan iklim tropis yang yang memiliki pengalaman yang cukup dalam bidang
dimiliki Indonesia. Bambu yang digunakan pada penelitian ini, umumnya dilakukan oleh personil yang memiliki
ini adalah bambu ori dan bambu betung. sertifikat pelatihan.
a) Bambu ori 2. Resin yang digunakan untuk proses reparasi harus
sama dengan resin yang digunakan pada proses
Bambu ori atau Bambusa arundinacea merupakan jenis
produksi. Hal ini dilakukan untuk mencegah tegangan
bambu yang memiliki banyak duri pada batangnya
residu pada area reparasi.
terutama pada buku cabang dan ranting rantingnya. Secara
3. Reinforcement material yang digunakan diusahakan
umum bambu ori memiliki Panjang ruas 25-30 cm dan
sama dengan pada proses produksi.
garis tengahnya 5-10 cm.. Bukunya menonjol, buku-buku
dekat pangkal dengan akar udara. Bambu ori memilika E. Standar Pengujian Menurut ASTM
banyak manfaat seperti rebung bambu ori dapat dijadikan Bambu laminasi termasuk dalam standar ASTM
sayuran, Daun bambu ori dapat jadikan makanan ternak mengenai kayu dan komposit yang meliputi material
dan untuk bambunya dapat dijadikan bahan bangunan plywood, papan laminasi, papan komposit, dan papan lapis
b) Bambu Betung lainnya yang berbahan dasar kayu dengan kode D-3500
untuk standar pengujian tarik dan kode D-3043 untuk
Bambu betung merupakan jenis bambu yang memiliki
standar pengujian tekuk.
ukuran besar dan karena saking besarnya bambu betung
1. Metode pengujian tarik dibagi menjadi dua kategori: A
disebut Giant Bamboo. Secara umum bambu betung
untuk spesimen kecil dan B untuk spesimen besar. Bambu
memiliki ukuran secara keseluruhan buluh mencapai tinggi
laminasi termasuk dalam kategori A, sedangkan dimensi
20 m dengan ujung yang melengkung; warnanya bervariasi
spesimen untuk kategori A dibagi dalam tiga tipe: A untuk
dari hijau, hijau tua, hijau keunguan, hijau keputihan, atau
tebal bilah lebih dari ¼ inci atau 6 mm, B untuk tebal bilah
bertotol-totol putih karena liken. Buku-bukunya dikelilingi
kurang dari ¼ inci atau 6 mm, dan C untuk plywood
oleh akar udara. Tebal dinding buluhnya antara 11 sampai
dengan sudut susunan serat selain 0° atau 90°. Jadi,
36 mm.
spesimen uji tarik bambu laminasi yang sudah dilakukan
B. Teknologi Bambu Laminasi reparasi termasuk kategori A tipe B dengan dimensi yang
disyaratkan mengacu pada Gambar 2.3, di mana panjang
Bambu laminasi merupakan salah satu teknologi
spesimen uji secara keseluruhan sebesar 406 mm dan
pembuatan bahan konstruksi masa depan yang sangat
panjang esensialnya (L0) terletak di tengah sepanjang 64
menjanjikan dan terbarukan [4]. Bambu memiliki batang
mm.
silinder asimetris dengan ukuran diameter yang mengecil
2. Metode pengujian tekuk dibagi menjadi empat kategori:
dimulai dari bagian pangkal hingga ke ujung batang.
A untuk pengujian tekuk di titik tengah (center-point test),
Namun demikian, teknik perekatan memungkinkan
B untuk pengujian tekuk di dua titik (two-point test), C
penggabungan antara beberapa elemen yang tidak seragam
untuk pengujian momen alami (pure moment test), dan D
menjadi satu kesatuan. Dalam hal ini, terlebih dahulu
untuk pengujian tekuk sebagai persyaratan jaminan mutu.
bambu diproses menjadi bilah berbentuk batang prismatis
Bambu laminasi termasuk dalam kategori A dengan hasil
dengan potongan melintang berupa persegi yang
pengujian yang terbaca meliputi total defleksi dan modulus
diilustrasikan dimana bambu utuh dipecah secara
elastisitas. Penampang melintang spesimen uji tekuk
memanjang dan kemudian semua sisi diratakan, sehingga
bambu laminasi disyaratkan harus berbentuk bujur sangkar
dihasilkan bilah bambu yang seragam.
dengan ukuran tebal = lebar, sedangkan panjang minimum
C.Kerusakan Pada Kapal Kayu dan Kapal Fiber spesimen adalah 24 kali tebal bilah. Bila tebal bilah lebih
Tubrukan pada lambung kapal menyebabkan kerusakan dari ¼ inci atau 6 mm, maka tebal dan lebar penampang
pada lambung kapal, namun tubrukan dengan kecepatan 4 melintang spesimen uji harus 2 inci atau 50 mm, sedangkan
knot sudah dapat menyebabkan kerusakan pada kapal bila tebal bilah kurang dari ¼ inci atau 6 mm, maka tebal
sampai bagian kapal mengalami kehancuran [5]. Selain itu dan lebar penampang melintang spesimen uji harus 1 inci
Untuk kapal kapal kayu yang memiliki umur > 8 tahun atau 25 mm. Jadi, spesimen uji tekuk bambu Betung
memiliki kerusakan yang sama yaitu berlubang termasuk kategori A dengan dimensi yang disyaratkan
dikarenakan kayu sudah mengalami kerapukan dan juga mengacu pada Gambar 2.4, di mana panjang spesimen uji
dikarenakan adanya pengaruh dari benda asing. Sedangkan secara keseluruhan sebesar 610 mm dengan tebal dan lebar
untuk kapal fiber kerusakan sering terjadi dikarenakan sebesar 25mm.
tubrukan dengan benda asing dan paling sering F. Biaya Docking/Undocking Kapal
menyebabkan sobek pada bagian kapal baik itu sobek.
Reparasi kapal biasanya dilakukan di galangan reparasi
Selain sobek kerusakan ringan yang sering terjadi pada
kapal. Proses reparasi kapal dibedakan menjadi 3
kapal fiber adalah adanya keretakan pada lapisan gelcoat.
pelayanan yaitu perbaikan kapal dengan kerusakan berat,
D.Reparasi Kapal dengan Material Non Metal perbaikan kapal dengan kerusakan sedang, dan perbaikan
Reparasi Kapal merupakan proses perbaikan pada kapal kapal dengan kerusakan ringan. Pelayanan untuk rusak
saat kapal mengalami kerusakan. Dan untuk jenis kapal ringan adalah perawatan lambung kapal untuk kapal kayu
yang tidak terbuat oleh baja, rules yang digunakan sebagai dan kapal fiber, untuk rusak sedang adalah pergantian seng
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

yang telah rusak pada kapal kayu atau pergantian fiber Tahap selanjutnya dalam pembuatan material uji adalah
yang rusak pada kapal fiber, untuk rusak berat adalah proses planar bagian samping pada bilah bambu. Planar
pergantian kayu lambung pada kapal kayu yang mengalami samping dilakukan agar bagian samping bilah bambu
pelapukan dan rombak fiber seluruh badan kapal pada menjadi rata dan bambu memiliki lebar yang seragam.
kapal fiber, serta perbaikan dan pemasangan propeller, Setelah melakukan planar pada bagian samping bilah
pemasangan kemudi kapal, dan perbaikan mesin kapal [6] bambu, maka selanjutnya bilah bambu akan disusun dan
Reparasi kapal kayu yang dilakukan pada galangan dilakukan penandaan. Proses ini berfungsi agar pada saat
kapal PT Perikanan Nusantara Tegal biasanya dilakukan melakukan pengeleman prosesnya menjadi lebih cepat dan
oleh ABK kapal itu sendiri ataupun oleh orang orang dari lem tidak mengering sebelum bambu menempel dan
perusahaan pemilik kapal. Proses reparasi dilakukan di dilakukan pengepresan. Proses selanjutnya adalah tahapan
galangan kapal PT Perikanan Nusantara dengan biaya sewa pengeleman dan pengepressan bamb. Tahap pengeleman
tempat sebesar Rp. 800.000 per harinya. Selai itu pada pada proses ini dilakukan kurang lebih sama dengan proses
galangan kapal PT Perikanan Nusantara Tegal juga mengelem pada umumnya, hanya saja penyusunan bilah
mengenakan biaya pengangkatan kapal ke galangan bambu dilakukan dengan susunan seperti bata(carvel).
(docking) yang sepaket dengan penurunan kapal Sedangkan untuk pengepresan dilakukan dengan
(undocking) yang nantinya dilakukan setelah kapal selesai menggunakan Clamp F dan diberi penumpu pada semua
dilakukan reparasi. Biaya yang diperlukan untuk biaya bagian bambu yang akan dilakukan pengepresan. Proses ini
docking dan undocking adalah sebesar Rp. 8.000.000. biaya dilakukan agar semua bambu menempel dengan merata
lainnya yang dibutuhkan pada saat melakukan reparasi dan menjadi kuat.
kapal di galangan kapal PT Perikanan Nusantara Tegal Proses terakhir dari pembuatan material uji adalah
adalah biaya aliran suply listrik sebesar Rp. 150.000 pelepasan alat pres, lalu dilakukan penghalusan pada
perhari, biaya kebersihan sebesar Rp 50.000 perhari dan material uji dengan menggunakan Flapdisk.
biaya administrasi sebesar Rp. 300.000.
C.Perendaman Material
III. URAIAN PENELITIAN Perendaman material uji dilakukan agar kondisi
material uji sesuai dengan kondisi asli kapal dilapangan.
Perendaman material uji dilakukan selama 3 bulan,
A. Tahap Identifikasi dilakukannya perendaman selama tiga bulan dianggap
Tahapan identifikasi masalah merupakan tahapan sudah merepresentasikan kondisi material sesuai keaadaan
pertama yang dilakukan dalam penelitian. Pada tahap ini aslinya. Dalam 3 bulan perendaman dilakukan pengecekan
peneliti diharuskan mengidentifikasi masalah dari objek kondisi material setiap 3 minggu sekali untuk mengetahui
yang dilakukan penelitian. Selain mengidentifikasi bisa massa jenis material uji.
juga atau kebanyakan masalah ditemukan terlebih dahulu Spesimen uji diberikan nomor dan kode berdasarkan
sehingga dilakukan penelitian tersebut dan dalam tahap ini variasi dan jenis pengujiannya. Spesimen pengujian tarik
peneliti hanya menjabarkan permasalahan yang terjadi. diberikan kode BOTR dan spesimen pengujian tekuk
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah tidak adanya diberikan kode BOTK. Untuk spesimen tanpa perlakuan
metode reparasi kapal laminasi bilah bambu, sehingga proses reparasi diberikan kode BOTR.BM untuk pengujian
dilakukan penelitian tentang proses reparasi kapal laminasi tarik dan BOTK.BM untuk pengujian tekuk. Spesimen uji
bilah bambu yang tepat. tarik dengan perlakuan proses reparasi diberikan kode
BOTR.L (spesimen dengan kerusakan lubang, BOTR.S
B. Pembuatan Material Uji (spesimen dengan kerusakan sobek searah serat), dan
Material uji yang dibutuhkan sesuai dengan desain yang BOTR.M (spesimen dengan kerusakan sobek searah serat).
sudah dibuat sebelumnya adalah papan laminasi bilah Speismen uji tekuk dengan perlakuan reparasi diberikan
bambu untuk pengujian tarik yang berukuran 450 mm × kode BOTK.L (spesimen dengan kerusakan lubang,
300 mm sebanyak 3 buah, 450 mm × 400 mm sebanyak 3 BOTK.S (spesimen dengan kerusakan sobek searah serat),
buah, dengan variasi ketebalan 20 mm, 22 mm, dan 24 mm dan BOTK.M (spesimen dengan kerusakan sobek searah
dan material dengan ukuran 650 mm × 400 mm dan 650 serat).
mm × 350 mm untuk pengujian tekuk. D.Pembuatan Mmaterial Berdasarkan Jenis Kerusakan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah proses
penipisan bambu yang sudah menjadi bilah dengan Pembuatan material uji berdasarkan jenis kerusakan
menggunakan mesin planar, sehinga bilah bambu dilakukan setelah proses perendaman sudah selesai. Dalam
mendapatkan ketebalan sesuai yang diinginkan. Proses proses ini material dilakukan 3 jenis kerusakan diantaranya
planar dilakukan pada sisi atas dan sisi bawah bilah bambu adalah kerusakan lubang, kerusakan sobek searah serat, dan
dengan panjang 2 meter. Proses ini nantinya akan kerusakan sobek melintang serat.
menghasilkan bilah yang memiliki ketebalan sesuai dengan A. Kerusakan lubang.
desain material uji. Dalam proses ini dilakukan proses gerinda dan
Proses kedua adalah pemotongan bambu yang sudah pemahatan pada material uji sehingga didapatkan kondisi
dilakukan proses planar. Bilah bambu dipotong menjadi sesuai jenis kerusakan lubang. Kerusakan lubang
beberapa ukuran, untuk bambu yang nantinya akan disebabkan karena adanya tubrukan antara kapal dengan
dijadikan material uji tarik dipotong dengan ukuran 450 benda padat lainnya sehingga kapal mengalami
mm, sedangkan untuk bambu yang akan digunakan sebagai kebocoran. Untuk bentuk kerusakan lubang pada
material uji tekuk dipotong dengan ukuran 650 mm. Proses penelitian ini dibuat dengan ukuran lebar 60 mm dan
pemotongan bilah bambu ini menggunakan mesin gerinda. panjang 140 mm.
B. Kerusakan sobek melintang serat.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

Kerusakan sobek melintang serat merupakan lapisan satu dengan lapisan yang lainnya diberikan jarak
kerusakan yang diakibatkan karena terjadi minimal 10 t atau dalam penelitian ini menggunakan jarak
goresan/benturan antara kulit kapal dengan benda luar, sebesar 60 mm.
sehingga menyebabkan kulit kapal mengalami kerusakan Pemahatan pada material uji dengan kerusakan sobek
sobek melintang serat. Kerusakan ini terjadi pada searah serat dan kerusakan sobek melintang serat dilakukan
sebagian lapisan kulit kapal laminasi bilah bambu dan pada satu bagian saja, dikarenakan kerusakan yang terjadi
tidak sampai menyebabkan kulit kapal berlubang. Tetapi tidak sampai tembus atau menyebabkan material
dengan rusaknya sebagian kulit kapal laminasi bilah berlubang. Dalam pemahatan material harus dilakukan oleh
bambu, nantinya akan menyebabkan kekuatan pada kulit orang yang ahli dibidangnya (BKI, 2014) agar pada saat
kapal mengalami penurunan dan jika tidak segera pemahatan tidak melukai lapisan lainnya yang masih dalam
dilakukankan proses reparasi akan menyebabkan kondisi bagus.
kerusakan yang lebih parah. Dalam penelitian ini b) Tahap penataan bambu
kerusakan dibuat memotong arah serat lapisan bilah Tahap selanjutnya setelah dilakukan pemahatan adalah
bambu. Kerusakan pada mateial uji dengan kerusakan penyetingan bambu baru yang akan digunakan untuk
sobek melintang serat dibuat dengan ukuran 20 mm untuk mengganti material bambu yang mengalami kerusakan,
lebar dan panjang 140 mm. pengetingan dilakukan pada daerah yang sudah dilakukan
C. Kerusakan sobek searah serat. pemahatan sebelumnya. Tahapan ini dilakukan agar bambu
Kerusakan sobek searah serat merupakan kerusakan baru yang akan digunakan memiliki ukuran yang sama
yang penyebab dan jenisnya sama dengan kerusakan dengan bambu lama. Pada tahap ini bambu diseting agar
melintang serat, hanya saja untuk kerusakan searah serat setiap lapisnya tetap menggunakan metode carvel. Proses
bentuk kerusakannya tidak memotong melintang serat penandaan bambu juga dilakukan pada tahap ini sehingga
bambu melainkan kerusakannya satu jalur dengan serat pada saat pengeleman, bambu yang sudah dilakukan
atau mengikuti arah serat. Dalam penelitian ini kerusakan penyetingan, penempatannya tidak salah.
sobek searah serat dibuat dengan lebar 20 mm dan c) Tahap pengeleman dan pengepresan.
panjang 60 mm. kerusakan yang sama pada 3 titik dalam Pengeleman dilakukan pada material baru yang
satu material uji, dikarenakan dalam satu material uji sebelumnya sudah dilakukan penyusunan. Proses
akan dibuat tiga spesimen uji. pengeleman diusahakan agar semua sisi bambu terkena
lem. Proses ini dilakukan dengan cepat agar pada saat
E. Metode Reparasi Kerusakan Kulit Kapal Laminasi Bilah
pengepresan, lem yang digunakan tidak mengering.
Bambu
Setelah dilakukan pengeleman pada material uji, langkah
Dalam penelitian metode reparasi konstruksi kapal selanjutnya adalah proses pengepresan. Proses pengepresan
laminasi bilah bambu ini dilakukan dengan carvel method dilakukan dengan menggunakan clam f yang bertujuan agar
of ladder system (metode carvel sistem tangga) yang material yang dilakukan pengeleman dapat menempel
menggunakan jarak sambungan antar bilah minimum 10 t dengan kuat dan tidak ada rongga yang tersisa antara
(tebal bilah). Dinamakannya metode reparasi carvel bambu baru dan bambu lama.
method of ladder system dikarenakan dalam melakukan d) Tahap Finishing.
reparasi kapal laminasi bilah bambu antara lapisan satu Tahap ini adalah tahap terakhir yang dilakukan pada
dengan lapisan lainnya terdapat jarak sambungan seperti proses reparasi kapal laminasi bilah bambu. Dalam tahap
pada bentuk tangga, dan untuk susunan bilah bambu dibuat ini ada 2 proses yang dilakukan yaitu proses penghalusan
dengan tumpuk bata seperti proses pembuatannya. Metode dan pendempulan. Untuk proses penghalusan dilakukan
ini dilakukan dengan mempertimbangkan jarak minimum agar material yang sudah dilakukan pengeleman memiliki
sambungan tiap bilah bambu. Jarak minimum sambungan bentuk yang rapi dan sisa-sisa lem yang menempel dapat
bilah bambu adalah 10 kali tebal bilah [2] Pada penelitian dibersihkan. Proses lainnya pada tahap ini adalah proses
ini digunakan jarak sambungan sebesar 60 mm dimana pendempulan, dimana proses ini dilakukan pada material
penggunaan jarak 60 mm ini mempertimbangkan luasan yang tidak terkena lem secara sempurna, Jadi perlu
kerusakan dan tebal maksimal rata-rata pada bilah bambu. dilakukan penambalan dengan cara ditambahkan lem
Carvel method of ladder system pada proses reparasi ini, kembali. Setelah proses ini dilakukan maka akan ada
untuk bentuk tampak sampingnya dapat dilihat pada pekerjaan selanjutnya yaitu coating, namun untuk kegiatan
Gambar 1 coating dianggap sebagai kegiatan yang tidak fixed step.
F. Pengujian Tarik dan Pengujian Tekuk
Pengujian tarik dan tekuk dalam penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Konstruksi dan Kekuatan
Kapal, Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi
Gambar 1: Tampak samping metode reparasi carvel method of ladder Kelautan, ITS. Mesin yang digunakan adalah Universal
system. Testing Machine MFL/UFD 2.0 dengan kapasitas 200 kN
Dalam pengaplikasian dilapangan proses reparasi ini seperti pada Gambar 2.
dilakukan dalam empat tahap. Untuk penjelasan tiap tahap
adalah sebagai berikut:

a) Tahap pemahatan
Tahap pemahatan ini dilakukan setelah melakukan
perusakan pada material uji pda tahap ini material
dilakukan pemahatan berbentuk tangga di setiap sisi. Untuk
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

digambarkan pada kertas milimeter block selama proses


pengujian berlangsung. Ultimate stress (breaking load)
serta gradien dari grafik tersebut nantinya dapat digunakan
untuk menghitung bending strength dan modulus of
bending elasticity (MOR) dari spesimen uji.
G.Analisis Teknis
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang
didapatkan dari kegiatan pengujian tarik dan pengujian
tekan. Data hasil dari pengujian tersebut diolah untuk
menghitung nilai-nilai tensile strength, modulus of tensile
elasticity, bending strength dan modulus of bending
elasticity.
H.Analisis Ekonomis
Pada tahap ini dilakukan penghitungan aspek ekonomis
Gambar 2 Universal Testing Machine
dari kegiatan reparasi kapal. Aspek yang dihitung adalah
biaya material yang digunakan untuk melakukan reparasi
Pada pengujian tarik spesimen dijepit pada kedua sisi. dengan menghitung luasan yang dilakukan reparasi atau
Penjepit bagian bawah tidak bergerak (statis) sedangkan perbaikan. Sehingga didapatkan biaya reparasi permeter
penjepit bagian atas bergerak ke atas sehingga memberikan persegi, yang nantinya akan menjadi acuan pengeluaran
tegangan pada spesimen hingga spesimen mengalami bagi pemilik kapal pada saat melakukan reparasi kapal
kegagalan. Berikut ini adalah tahap-tahap pada pengujian laminasi bilah bambu.
tarik:
a) Pemberian kode spesimen IV. ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS
b) Melakukan pendataan dimensi spesimen
c) Mempersiapkan mesin uji dan melakukan penyesuaian A. Analisis Pengujian Tarik
skala pembebanan
Analisa pengujian tarik dilakukan pada semua hasil dari
d) Mempersiapkan kertas grafik untuk mencatat hasil
pengujian tarik. Hasil pengujian tarik yang dilakukan
pengujian
analisa adalah pengujian tarik spesimen tanpa perlakuan
e) Memasang spesimen uji pada mesin uji
proses reparasi, kerusakan lubang, kerusakan sobek searah
f) Pemberian beban secara terus menerus pada spesimen
serat, dan kerusakan sobek melintang serat. Analisa
uji dengan tensile speed sebesar 5 mm/menit hingga
dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengujian
spesimen mengalami kegagalan
dari semua variasi kerusakan dengan benchmark dan
g) Melakukan tahap a hingga f untuk menguji spesimen
tegangan ijin BKI (Biro Klasifikasi Indonesia). Tabel 1
uji lainnya
menunjukkan rekapitulasi hasil pengujian tarik
Output dari pengujian tarik ini berupa grafik yang
menunjukkan ultimate stress dan elongation yang Tabel 1 Hasil pengujian tarik
digambarkan pada kertas milimeter block selama proses
Ketebalan Rata-rata Rata Rata Tegangan
pengujian berlangsung. Ultimate stress (breaking load) Kode
spesimen Tegangan MoE Ijin BKI
serta gradien dari grafik tersebut nantinya dapat digunakan Spesimen
(mm) (MPa) (GPa) (MPa)
untuk menghitung tensile strength dan modulus of tensile
elasticity (MOE) dari spesimen uji. 20 112,08 23,44
BOTR.B
Pada pengujian tekuk ini dilakukan merode three point 22 144,19 30,50
M
bending dimana spesimen diletakkan secara horizontal dan 24 89,12 18,57
bagian bawahnya ditumpu pada dua titik dengan jarak 15 20 52,89 11,11
hingga 17 kali tebal spesimen. Bagian tengah spesimen
BOTR.L 22 53,86 11,39
diletakkan mandrell yang memberikan tekanan pada
spesimen dengan loading rate t/2 mm/menit. Berikut ini 24 51,64 10,82
42,169
adalah tahap-tahap pada pengujian tekuk: 20 88,33 18,51
a) Pemberian kode spesimen BOTR.S 22 66,49 13,98
b) Melakukan pendataan dimensi spesimen 24 82,19 17,50
c) Mempersiapkan mesin uji dan melakukan penyesuaian 20 79,03 18,10
skala pembebanan
BOTR.M 22 69,76 14,72
d) Mempersiapkan kertas grafik untuk mencatat hasil
pengujian 24 80,27 16,90
e) Memasang spesimen uji pada mesin uji Nilai rata rata tensile strength spesimen tanpa perlakuan
f) Pemberian tekanan pada spesimen secara terus proses reparasi dengan ketebalan 20 mm adalah sebesar
menerus dengan loading rate t/2 mm/menit hingga 112,08 MPa. Setelah dilakukan reparasi nilai tensile
spesimen mengalami kegagalan strength akan mengalami penurunan. Penurunan nilai
g) Melakukan tahap a hingga f untuk menguji spesimen tensile strength terbesar terjadi pada spesimen dengan
lainnya kerusakan lubang dikarenakan pada kerusakan ini semua
Output dari pengujian tarik ini berupa grafik yang lapisan dilakukan proses reparasi sehingga menyebabkan
menunjukkan ultimate stress dan deflection yang terjadi banyak sambungan. Nilai tensile strength yang
terjadi pada spesimen kerusakan lubang dengan ketebalan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

20 mm adalah 52,89 MPa nilai ini hanya setengahnya jika


dibandingkan dengan tensile strength spesimen tanpa
perlakuan proses reparasi namun nilai tensile strength
kerusakan lubang dengan ketebalan 20 mm masih memiliki
nilai yang lebih besar dari tegangan ijin BKI. Untuk jenis
kerusakan sobek melintang serat dan kerusakan sobek
searah serat dengan ketebalan masing masing memiliki
nilai tensile strength sebesar 88,33 MPa dan 79,03 MPa,
nilai ini lebih besar dari nilai tensile strength spesimen
dengan kerusakan lubang namun masih lebih kecil dari
nilai tensile strength spesimen tanpa perlakuan proses
reparasi dan sudah memenuhi tegangan ijin dari BKI (Biro
Klasifikasi Indonesia) yang sebesar 42,169 MPa. Gambar 3 Grafik perbandingan hasil pengujian tarik.
Spesimen tanpa perlakuan proses reparasi dengan Gambar 3 menunjukkan perbandingan nilai tensile strength
ketebalan 22 mm memiliki nilai kuat tarik sebesar 144.19 spesimen pengujian tarik spesimen dengan perlakuan
MPa. Untuk kerusakan sobek searah serat dan kerusakan proses reparasi dengan spesimen tanpa perlakuan proses
sobek melintang serat memilki nilai tensile strength yang reparasi. Dari grafik perbandingan tensile strenght
berada jauh dibawah nilai tensile strength spesimen tanpa pengujian tarik juga diketahui bahwa spesimen dengan
perlakuan proses reparasi yaitu sebesar 66.49 MPa dan kerusakan lubang memiliki nilai paling kecil jika
69.76 MPa, namun nilai ini masih berada diatas tegangan dibandingkan dengan spesimen tanpa perlakuan proses
ijin dari BKI. Nilai tensile strength spesimen kerusakan reparasi dan spesimen dengan kerusakan lainnya, akan
lubang dengan ketebalan 22 mm adalah sebesar 53.86 tetapi nilai tensile strength spesimen kerusakan lubang
MPa, dimana jika dibandingkan dengan tensile strength masih memiliki kekuatan diatas tegangan ijin dari BKI.
spesimen tanpa perlakuan proses reparasi, nilai ini jauh Spesimen dengan kerusakan sobek searah serat dan
berada dibawah nilai tensile strength spesimen tanpa spesimen kerusakan sobek melintang serat memiliki nilai
perlakuan proses reparasi yang memiliki nilai tensile tensile strength dalam rentang yang sama dan juga nilai
strength sebesar 144.19 MPa, namun nilai tensile strength tensile strength yang didapatkan sudah melebihi tegangan
spesimen kerusakan lubang dengan ketebalan 22 mm masih ijin dari BKI. Ketiga variasi jenis kerusakan memiliki nilai
memenuhi tegangan ijin dari BKI (Biro Klasifikasi tensile strength yang melebihi tegangan ijin dari BKI, akan
Indonesia) yang sebesar 42,169 MPa. tetapi nilai tensile strength dari ketiga variasi jenis
Nilai tensile strength spesimen kerusakan lubang, kerusakan masih berada dibawah nilai tensile strength
kerusakan sobek searah serat, dan kerusakan sobek spesimen tanpa perlakuan proses reparasi.
melintang serat dengan ketebalan 24 mm adalah sebesar
51.64 MPa, 82.19 MPa, dan 80.27 MPa. Nilai dari B. Analisis Pengujian Tekuk
spesimen yang dilakukan reparasi ini masih berada Hasil dari pengujian tekuk berupa bending strength dan
dibawah nilai tensile strength spesimen tanpa perlakuan modulus of bending elasticity dilakukan rekapitulasi.
proses reparasi dan diatas tegangan ijin dari BKI, nilai Analisis ini dilakukan dengan membandingkan hasil
tensile strength spesimen tanpa perlakuan proses reparasi pengujian tekuk spesimen dengan kerusakan lubang,
dengan ketebalan 24 mm adalah sebesar 89,12 MPa dan kerusakan sobek melintang serat, dan kerusakan sobek
nilai tensile strength ijin dari BKI (Biro Klasifikasi searah serat dengan spesimen tanpa perlakuan proses
Indonesia) adalah sebesar 42,169 MPa. reparasi. Spesimen dengan kerusakan lubang, kerusakan
Spesimen tanpa perlakuan proses reparasi dari tiap-tiap sobek melintang serat, dan kerusakan sobek searah serat
variasi ketebalan memiliki nilai MoE (Modulus of Tensile juga akan dilakukan pembandingan dengan tegangan ijin
Elasticity) sebesar 23,44 MPa untuk variasi ketebalan 20 dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Untuk rekapitulasi
mm, 30,50 GPa untuk ketebalan 22 mm, dan 18,57 GPa perbandingan dapat dilihat pada tabel 2
untuk ketebalan 24 mm. Spesimen proses reparasi memiliki Tabel 2 Hasil pengujian tekuk
nilai MoE (Modulus of Tensile Elasticity) yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan spesimen tanpa perlakuan proses Rata-rata
Rata Rata
reparasi. Nilai MoE (Modulus of Tensile Elasticity) pada Jenis bending Tegangan Ijin
MoE
spesimen yang dilakukan proses reparasi memiliki Spesimen strength BKI (MPa)
(GPa)
perbedaan yang tidak terlalu jauh. Nilai MoE (Modulus of (MPa)
Tensile Elasticity) terkecil dari spesimen yang dilakukan
BOTK.BM.2
proses reparasi adalah 10,82 GPa yang terjadi pada 15,825 98,517
4
spesimen kerusakan lubang dengan ketebalan 24 mm dan
yang terbesar terjadi pada spesimen kerusakan sobek BOTK.L.24 12,997 80,758
searah serat dengan ketebalan 20 mm yaitu sebesar 18,51
71,094
GPa.
BOTK.S.24 11,477 82,385

BOTK.M.24 23,813 81,394


Nilai MoE (Modulus of Bending Elasticity) spesimen
dengan kerusakan lubang adalah sebesar 12,99 GPa.
Kerusakan searah serat, dan kerusakan melintang serat
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 7

memiliki nilai sebesar, 11,477 GPa, dan 23.813 GPa. Nilai Tabel Total Biaya reparasi kapal laminasi bilah bambu
MoE (Modulus of Bending Elasticity) ini masih memiliki per m² diatas menunjukkan biaya yang dibutuhkan untuk
selisih yang tidak terlalu jauh dengan spesimen tanpa melakukan reparasi kapal laminasi bilah bambu untuk tiap
perlakuan proses reparasi, dimana nilai MoE (Modulus of tiap jenis kerusakan. Kerusakan lubang dengan jumlah
Bending Elasticity) spesimen tanpa perlakuan proses lapisan sebanyak 4 lapisan memerlukan biaya total untuk
adalah sebesar 15.825 GPa. reparasi kapal sejumlah Rp. 2.259.906 untuk per m² nya.
Spesimen tanpa perlakuan proses reparasi memiliki jika kerusakan lubang memiliki 5 lapisan maka biaya yang
nilai bending strength sebesar 98,517 MPa yang dimana diperlukan lebih besar dari pada yang memiliki jumlah
akan menjadi acuan terhadap nilai bending strength dari lapisan sebanyak 4 yaitu sebesar Rp. 2.979.168 untuk per
spesimen dengan perlakuan proses reparasi reparasi. m² nya, dan untuk kerusakan yang sama akan tetapi
Spesimen kerusakan lubang memiliki nilai bending memiliki jumlah lapisan sebanyak 6 lapisan memerlukan
strength) sebesar 80,758 MPa dimana nilai ini lebih kecil biaya reparasi yang paling besar yaitu sebesar Rp.
dari nilai bending strength spesimen tanpa perlakuan 3.897.511 per m². Kerusakan melintang serat pada
proses reparasi, namun sudah memenuhi tegangan ijin dari penelitian ini memiliki dua jenis jumlah kerusakan yaitu
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang sebesar 71,094 MPa. kerusakan 2 lapisan bilah bambu dan 3 lapisan bilah
Spesimen kerusakan sobek melintang serat dan kerusakan bambu, dimana biaya reparasi untuk kerusakan melintang
sobek searah serat memiliki nilai bending strength yang serat dengan jumlah kerusakan sebanyak 2 lapisan bilah
lebih tinggi dari spesimen dengan kerusakan lubang bambu adalah sejumlah Rp. 1.085.532 per m² nya, dan
dimana nilai bending strength spesimen kerusakan sobek untuk yang kerusakan 3 lapisan adalah sejumlah Rp.
searah serat dan kerusakan sobek melintang serat adalah 1.747.297 per m² nya. Variasi kerusakan terahkhir adalah
sebesar 82,385 MPa dan 81,394 MPa. Nilai bending variasi kerusakan sobek melintang serat dimana pada
strength spesimen kerusakan melintang serat dan searah variasi ini memiliki jumlah kerusakan yang sama dengan
serat memiliki nilai lebih tinggi dari tegangan ijin dari Biro kerusakan melintang serat yaitu 2 lapisan dan 3 lapisan,
Klasifikasi Indonesia (BKI), namun nilai bending strength) Untuk biaya reparasi kerusakan searah serat dengan
spesimen kerusakan searah serat dan melintang serat masih kerusakan 2 lapisan adalah sejumlah Rp. 1.170.815 per m²
dibawah spesimen tanpa perlakuan proses reparasi yang dan untuk kerusakan yang memiliki jumlah lapisan
sebesar 98,517 MPa. Grafik perbandingan spesimen dengan sebanyak 3 lapisan adalah sejumlah Rp. 1.801.618 per m².
perlakuan proses reparasi dengan spesimen tanpa perlakuan
Tabel 4 Total Biaya reparasi kapal laminasi bilah bambu
proses reparasi dapat dilihat pada Gambar 4.
perlapisan (m²)
Biaya Biaya
Jenis Kerusakan Total Biaya
Material Pekerja

Kerusakan Rp.
Rp. 394.558 Rp. 603.465
Lubang 208.907

Kerusakan Sobek Rp.


Rp. 284.537 Rp. 566.063
Melintang Serat 281.526

Kerusakan Sobek Rp.


Rp. 317.056 Rp. 625.492
Searah Serat 308.436

Kapal laminasi bilah bambu merupakan kapal yang


terbuat dari beberapa lapisan bilah bambu. Kerusakan pada
Gambar 4 Grafik perbandingan bending strength
kapal laminasi bilah bambu bisa jadi terjadi pada lapisan
C.Analisa Ekonomis yang berbeda dari pada kerusakan lapisan yang dilakukan
Biaya reparasi kapal merupakan hal utama yang pada penelitian ini. Maka dari itu dilakuakn perhitungan
menjadi pertimbangan pemilik kapal dalam melakukan biaya reparasi perlapisan pada kapal laminasi bilah bambu
reparasi kapal. Biaya reparasi sendiri dipengaruhi oleh seperti pada tabel 4. Kerusakan lubang pada kapal laminasi
jenis kerusakan dan luasan dari kerusakan pala itu senditu. bilah bambu memerlukan biaya pekerja sebesar Rp.
Pada kapal laminasi bilah bambu kerusakan yang sering 208.468 dan biaya material sebesar Rp. 394.558, sehingga
terjadi adalah kerusakan lubang, kerusakan melintang serat total biaya yang diperlukan untuk melakukan reparasi
dan kerusakan searah serat. Total Biaya reparasi kapal kerusakan lubang perlapisan adalah Rp. 603.465. Biaya
laminasi bilah bambu dari tiap tiap jenis kerusakan tersebut yang diperlukan untuk melakukan reparasi kapal laminasi
dapat dilihat pada tabel 3 berikut: bilah bambu dengan kerusakan sobek melintang serat
adalah sebesar Rp. 566.063. Kerusakan sobek searah serat
Tabel 3 Total Biaya reparasi kapal laminasi bilah bambu per
pada kapal laminasi bilah bambu memerlukan biaya

Jumlah
reparasi sebesar Rp. 625.492, dimana biaya ini dibagi
Jenis Biaya menjadi sua yaitu biaya material sebesar Rp. 307.056 dan
Lapisa Biaya Material Total Biaya
kerusakan Pekerja
n biaya pekerja sebesar Rp. 308.436.
4 Rp. 1.365.779 Rp 894,127 Rp. 2.259.906
Kerusaka
5 Rp. 1.934.854 Rp 1,044,314 Rp. 2.979.168
n Lubang
6 Rp. 2.731.559 Rp. 1.165.952 Rp. 3.897.511 V.KESIMPULAN
Melintang 2 Rp. 441.405 Rp. 644.127 Rp. 1.085.532 Setelah dilakukan percobaan dan penelitian maka
Serat 3 Rp. 1.024.335 Rp. 722.963 Rp. 1.747.297
2 Rp. 455.260 Rp. 715.556 Rp. 1.170.815
kesimpulan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
Searah
Serat 3 Rp. 1.024.335 Rp. 777.284 Rp. 1.801.618
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 8

1. Jenis kerusakan yang terjadi pada kapal laminasi bilah


bambu adalah kerusakan lubang, kerusakan sobek
melintang serat, dan kerusakan sobek searah serat.
2. Metode yang digunakan untuk melakukan reparasi
kapal laminasi bilah bambu adalah carvel method of
ladder system.
3. Nilai kuat tarik spesimen dengan ketebalan 20 mm,
22 mm, dan 24 mm untuk jenis kerusakan lubang
berturut turut adalah 52,89 MPa, 53,86 MPa, dan
51,64 MPa, kuat tarik rata rata spesimen kerusakan
sobek melintang serat dengan ketebalan 20 mm, 22
mm, dan 24 mm adalah 88.33 MPa, 66,49 MPa, 82.19
MPa, dan kuat tarik rata rata spesimen kerusakan
sobek searah serat dengan ketebalan 20 mm, 22 mm,
dan 24 mm adalah 79,03 MPa, 69,76 MPa, 80,27
MPa. Nilai kuat tekuk spesimen dengan kerusakan
lubang, kerusakan sobek melintang serat, dan
kerusakan sobek searah serat adalah 79,03 Mpa, 69,76
MPa, 80,27 MPa. Nilai kuat tarik dan kuat tekuk
spesimen yang dilakukan proses reparasi memenuhi
tegangan ijin dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI),
yaitu dengan tegangan ijin kuat tarik sebesar 42,169
MPa dan tegangan ijin kuat tekuk sebesar 71,098
MPa.
4. Biaya reparasi perlapisan yang diperlukan untuk
melakukan reparasi seluas 1 m² kerusakan pada kapal
laminasi bilah bambu adalah sebesar Rp. 603.465
untuk kerusakan lubang, Rp 566.063 untuk kerusakan
sobek melintang serat, dan Rp. 625.492 untuk
kerusakan sobek searah serat

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan
Ibu yang telah memberikan dukukan moril dan materil.
Tidak lupa juga kepada semua pihak yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu-persatu.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Supomo, H., Manfaat. D., Zubaydi. A. Z., (2016).
“Studi Pembangunan Bambu Sebagai Material
Alternatif Untuk Bahan Pembuatan Kapal Ikan Dengan
Metode Cold Press Planking System”. Surabaya: ITS.
[2] Arifin, B., Pribadi, T. W., & Supomo, H. (2015).
Analisis Teknis Dan Ekonomis Pengaruh Jarak
Sambungan Bilah Bambu Antar Lapisan Terhadap
Kekuatan Bambu Laminasi Untuk Konstruksi Kapal.
Repository ITS, 12.
[3] Widjaja, E. (2001). Identikit Jenis-jenis Bambu di
Kepulauan Sunda Kecil. onesearch, 15.
[4] Verma. (2011). Properties of Bamboo Strip Reinforced
Concrete. researchgates, 8.
[5] Sedayun, M., Zakki, A., & Iqbal, M. (2015). Studi
Kerusakan Lambung Kapal Kayu Perikanan 30
GT. Jurnal Undip, 11.
[6] Rahm, U., Syaifuddin, & Hutauruk, R. (2013). Tonda
Fishing Boat Repair In Shipyard Pasia Tiku District
Tanjung Mutiara Port Agam Regency West Sumatra
Province. Undip,
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (2021) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 9

Anda mungkin juga menyukai