PTB-A 2022
FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN,2022-2023
RINGKASAN
Pengertian
Definisi bambu adalah tanaman yang beruas dan berongga di bagian batangnya yang
merupakan tanaman anggota jenis rerumputan atau rumput-rumputan. Tanaman ini mempunyai
banyak jenis atau tipe.
Selain memiliki banyak jenis, tanaman ini juga memiliki banyak sebutan lain di daerah-
daerah tertentu, seperti aur, awi, eru, dan buluh. Selain definisi tersebut, tanaman ini juga
memiliki beberapa definisi atau pengertian yang lain.
Bambu adalah tumbuhan berumpun yang memiliki akar serabut, memiliki batang bulat
berongga, keras, tinggi, dan beruas yang biasanya digunakan sebagai bahan bangunan dan
beberapa perabotan rumah tangga seperti kursi, mebel, dan sebagainya.
Tanaman ini diklasifikasikan lebih dari 10 genus, salah satu yang banyak ditemui adalah
dari genus Bambusa. Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi
di dunia. Pada Periode Cretaceous, tanaman ini pernah mengalami pertumbuhan besar-besaran di
wilayah Asia.
PRAKARTA
Standar Nasional Indonesia (SNI) 8020:2014 Kegunaan bambu disusun dalam rangka
mengakomodasi perkembangan pasar dan teknologi sebagai acuan/pedoman dalam industri dan
perdagangan.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu yang telah dibahas dalam rapat
teknis dan disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 29 November di Bogor. Hadir dalam
rapat tersebut perwakilan dari regulator, pakar, produsen, dan konsumen.
Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 10 Februari 2014 sampai tanggal 9
April 2014 dengan hasil akhir Rancangan Akhir SNI (RASNI) untuk ditetapkan menjadi SNI.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena dengan rahmat-
Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan Makalah ini adalah sebagai salah satu point penilaian yang
dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses belajar mengajar mata kuliah Praktek
Bahan Bangunan, serta dengan harapan untuk memotivasi penulis sehingga mampu memahami
segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Kinanty Wijaya mata kuliah Praktek Bahan
Bangunan atas bimbingannya, sehingga penyusun bisa menyelesaikan tugas Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan tugas ini.
Akhir kata, penulis berharap agar Makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas
terutama mahasiswa yang ingin menjadikan tugas ini sebagai referensi.
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………
RINGKASAN.................................................................................................................... 3
PRAKATA ........................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................11
BAB III
METODE PENELITIAN.........................................................................................................12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Bambu merupakan tumbuhan yang sudah dikenal masyarakat banyak dan mudah dijumpai
dimana-mana. Didunia diperkirakan terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu, 143 di
antaranya terdapat diIndonesia. Kebanyakan tumbuhan bambu di Indonesia merupakan bambu
yang simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul di dalam rumpun karena
percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul (Agus dkk. 2006). Batang bambu
yang lebih tua berada di tengah rumpun, sehingga menyulitkan dalam proses penebangannya.
Untuk mengetahui diameter, ketebalan dinding, arah serat, penetuan cacat, panjang ruas
pada benda uji bambu.
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai diameter, ketebalan dinding, arah serat,
penetuan cacat, panjang ruas pada benda uji bamboo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bambu merupakan bahan lokal yang sudah sangat dikenal di Indonesia dan memegang
peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini dapat dilihat dari banyaknya
penggunaan bambu pada berbagai keperluan masyarakat kita sejak nenek moyang kita ada. Di
Indonesia bambu hidup merumpun (symphodial ), kadang-kadang ditemui berbaris membentuk
suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa.
Pertumbuhan setiap tanaman tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungannya, antara lain
jenis iklim dan jenis tanah. Lingkungan yang sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu
sekitar 8,8--36 o C. Bambu dapat tumbuh pada tanah yang bersifat masam (pH 3,5), tetapi
umumnya tumbuh dengan baik pada tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur
tanaman bambu akan tumbuh dengan baik karena hara mineral yang dibutuhkan terpenuhi.
Tanaman bambu merupakan penghasil hasil hutan nir kayu yang dapat digunakan sebagai
sumber bahan baku industri. Di bidang kehutanan, tanaman bambu dapat meningkatkan kualitas
hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan nasional melalui substitusi atau
keanekaragaman bahan baku.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Penentuan jenis
Penentuan jenis sesuai dengan SNI 01-7254.
2. Penentuan tingkat kedewasaan bambu
Prosedur
a) Amati bambu contoh untuk melihat adanya ciri-ciri kedewasaan (maturity) bambu.
b) Tentukan tingkat kedewasaan bambu.
Pernyataan hasil
Bambu dinyatakan sebagai bambu muda atau bambu dewasa.
3. Penentuan diameter
Peralatan : Pita ukur dan/atau jangka sorong.
Prosedur : Ukur diameter bambu contoh pada kedua ujung dan tengah dengan
menggunakan pita ukur dan/atau jangka sorong.
Pernyataan hasil : Diameter bambu dinyatakan dalam rata-rata pengukuran dengan
satuan sentimeter (cm).
Laporan hasil : Laporan hasil disajikan dalam bentuk tabel.
4. Penentuan ketebalan dinding
Pengukuran tebal harus menyertakan kulit luar dan kulit dalam.
Peralatan : Jangka sorong.
Prosedur :
a) Ukur tebal dinding contoh uji dengan menggunakan jangka sorong pada keempat titik
pada bagian pangkal, tengah, ujung,
b) Hitung rata-rata tebal dinding pada bagian pangkal, tengah, ujung,
c) Hitung rata-rata hasil penghitungan butir b.
Pernyataan hasil : Ketebalan dinding merupakan rata-rata tebal dinding dari seluruh
contoh uji.
Laporan hasil : Hasil penghitungan ketebalan dinding disajikan dalam bentuk tabel.
5. Penentuan panjang ruas
Mengukur panjang ruas antara dua buku.
Peralatan : Pita ukur.
Prosedur : Ukur panjang ruas bambu antar dua buku yang berdekatan.
Pernyataan Hasil: PR=p1+p2+p3/3
Laporan hasil : Hasil penghitungan panjang ruas disajikan dalam bentuk tabel.
6. Penentuan arah serat
Menentukan arah serat dari bilah bambu.
Peralatan : Parang.
Prosedur : Sayat bambu dengan parang dan amati arah serat secara visual.
Pernyataan hasil : Arah serat bambu dinyatakan lurus atau bergelombang.
Laporan hasil : Laporan hasil disajikan dalam bentuk tabel.
7. Penentuan cacat
Mengamati jenis cacat pada batang bambu.
Prosedur :
a) Lakukan pengamatan pada siang hari atau dengan penerangan yang cukup.
b) Amati cacat yang ada di sepanjang batang bambu.
Pernyataan hasil : Tentukan jenis cacat yang ada.
Laporan hasil : Laporan hasil disajikan dalam bentuk tabel.
8. Penentuan kelurusan
Penentuan kelurusan sesuai dengan SNI 7574.2.
1) Kadar air
Penentuan, dengan penimbangan, kehilangan berat tiap contoh uji antara waktu
pengambilan contoh dan pada saat setelah pengeringan sampai berat konstan pada suhu
(103 ± 2) °C. Perhitungan kehilangan berat dinyatakan dalam persentase terhadap berat
contoh uji setelah pengeringan.
Peralatan :
a) timbangan dengan ketelitian 0,01 g;
b) oven pengering, berventilasi, dapat diatur pada suhu (103 ± 2) °C;
c) desikator.
Prosedur :
a) Timbang contoh uji dengan ketelitian 0,01 g (BB),
b) Letakkan contoh uji dalam oven pengering pada suhu (103 ± 2) °C sampai tercapai
berat konstan. Berat konstan dicapai jika selisih dua kali penimbangan pada interval
minimum 6 jam, berat contoh uji perbedaannya maksimum 0,1%,
c) Setelah contoh uji didinginkan sampai mencapai suhu ruangan dalam desikator,
timbang contoh uji dengan ketelitian 0,01 g (BK).
Pernyataan hasil : Perhitungan kadar air, KA, tiap contoh uji dinyatakan dalam
persentase berat dengan ketelitian 0,1%,
Laporan hasil : Hasil dinyatakan dalam bentuk tabel.
2) Kerapatan
Kerapatan ditentukan dengan perbandingan berat tiap contoh uji terhadap volume,
keduanya diukur pada kadar air yang sama.
Peralatan:
a) wadah;
b) timbangan.
Prosedur:
a) Timbang contoh uji dengan ketelitian 0,01 g,
b) Lapisi contoh uji dengan bahan kedap air (parafin),
c) Letakkan wadah yang dapat diisi air dengan jumlah yang cukup untuk mencelupkan
contoh uji dan dapat diletakkan di atas piringan timbangan,
d) Timbang berat wadah ditambah air (B1).Gantungkan contoh uji, kemudian masukkan
contoh uji ke dalam air dan jaga agar contoh uji tidak menyentuh pinggiran wadah
(Gambar 2). Tentukan berat wadah yang telah ditambah contoh uji (B2),
e) Volume contoh uji ditentukan dengan menggunakan persamaan.
Laporan hasil: Laporan hasil dinyatakan dalam bentuk tabel.
BAB IV
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
UJI VISUAL
a) Penentuan Jenis
Benda Uji 1 Benda Uji 2
Bambu Dewasa Bambu Muda
b) Penentuan Diameter
Keterangan Benda UJi 1 Benda Uji 2
Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah
Diameter 6,4cm 6,3cm 6,3cm 6,3cm 6,5cm 6,6cm
PK=p1+p2+p3/3 PK=p1+p2+p3
=35+42,8+39,7/3 =46,3+45+46/3
=39,16 =45,76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari penelitian. Dalam tahap ini akan dihasilkan
sebuah kesimpulan yang mempunyai hubungan dengan tujuan penelitian, sekaligus diberikan
saran - saran untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diberikan saran yang diharapkan dapat
membangun atau bermanfaat antara lain :
• Diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang bagaimana mencari bambu dengan
kualitas yang baik.
• mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan , peneliti menyarankan agar peneliti yang
akan melakukan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8123912/Bambu_Sebagai_Bahan_Konstruksi_da
n_NonKonstruksi
http://repo.bunghatta.ac.id/4247/4/4.%20FERNANDO%20SIMANJORANG
%201410017211071%20%20BAB%20I.pdf
https://eprints.uny.ac.id/63860/3/BAB%20I.pdf