Hipertensi ialah kondisi seseorang dengan tekanan darah tinggi diatas normal yang
dapat meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(Sumartini, Zulkifli, & Adhitya, 2019). Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018 menghasilkan peningkatan kejadian hipertensi dibandingkan hasil pada tahun 2013. Prevalensi kejadian hipertensi berdasarkan hasil riskesdas 2018 adalah 34,1%. Angka tersebut lebih tingga dibandingkan tahun 2013 yang menyentuh angka prevalensi 25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia 18 tahun ke atas (Kementerian Kesehatan RI, 2018) Hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar 44,13% dan prevalensi terendah ada di papua sebesar 22,2%. Secara nasional prevalensi hipertensi menunjukkan kecenderungan peningkatan Faktor faktor hipertensi bisa dibedakan berdasarkan yang tidak dapat terkontrol( seperti gen, jenis kelamin, serta usia) serta yang dapat dikontrol( seperti obesitas, kurang berolahraga, merokok, dan konsumsi alkohol serta garam). Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi yaitu pola makan yang kurang baik misalnya sering mengonsumsi makanan yang tinggi natrium, masakan cepat saji yang mengandung banyak lemak, serta kurangnya mengonsumsi buah dan sayur. Apabila asupan serat rendah, maka dapat menyebabkan obesitas yang berdampak pada peningkatan tekanan darah dan penyakit degenerative. Menurut Lovastatin pada penelitian (Amaliah F, 2014) menyatakan bahwa konsumsi makanan memberikan kontribusi terbesar terhadap kejadian hipertensi, utamanya makanan berisiko. Makanan berisiko adalah makanan yang dapat menimbulkan resiko penyakit degeneratif. Makanan yang menjadi pencetus timbulnya hipertensi adalah makanan manis, asin, penyedap, makanan yang diawetkan, berlemak, jeroan, dan berkafein Persentase Perilaku Berisiko PTM pada Riskesdas Tahun 2013 dan 2018. Perilaku kurang konsumsi buah dan sayur memiliki persentase yang sangat tinggi di antara perilaku sedentary lainnya, yaitu 93,5% pada tahun 2013 menjadi 95,4% di tahun 2018. Kurangnya konsumsi buah dan sayur yang cenderung meningkat disebabkan semakin maraknya produk makanan kemasan dan cepat saji yang cenderung lebih disukai oleh masyarakat karena kenikmatan rasa dan kemudahan cara memperoleh yang ditawarkan. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3610478/benarkah-makan- daging-kambing-bikin-hipertensi