Anda di halaman 1dari 22

Ringkasan Materi PPKn Kelas 7 Bab 6 “Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Materi PPKn Kelas 7 Bab 6

Ringkasan Materi PPKn Kelas 7 Bab 6 “Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”

A. Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Perjuangan Menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia

Sejarah tentang lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin menguat setelah Jepang
menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Peristiwa tersebut mendorong para pemuda dengan jiwa muda
dan semangatnya bergerak mendesak ”golongan tua” untuk secepatnya memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.

Kesepakatan pemuda di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, membulatkan tuntutan pemuda ”… bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat itu sendiri, tak dapat digantungkan kepada orang
dan kerajaan lain. Jalan satu-satunya adalah memproklamasikan kemerdekaan oleh kekuatan bangsa
Indonesia sendiri.” Tekad para pemuda tersebut akhirnya mendorong terjadinya peristiwa
Rengasdengklok.

Saat itu, suasana di Rengasdengklok menjadi tegang. Ir. Soekarno oleh golongan pemuda diminta agar
memenuhi keinginan rakyat Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan dengan kekuatan bangsa
Indonesia sendiri. Setelah berdebat panjang, desakan para pemuda akhirnya disanggupi oleh Ir.
Soekarno yang akan segera memproklamasikan kemerdekaan, tetapi dilakukan di Jakarta.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta. Dengan
mempertimbangkan berbagai tempat yang aman untuk membahas proklamasi, kemudian Ir. Soekarno
dengan para penyusun teks proklamasi lainya menjadikan rumah Laksamana Muda Maeda sebagai
tempat menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Di kediaman Laksamana Muda
Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta, teks proklamasi dirumuskan.

Meskipun tidak mendapat persetujuan dari Jepang, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta segera
merumuskan teks proklamasi dengan tulisan tangan sendiri. Kalimat pertama berbunyi ”Kami rakyat
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”, kemudian diubah menjadi ”Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” yang berasal dari Achmad Subardjo.

Kalimat kedua oleh Soekarno berbunyi ”Hal-hal yang mengenai pe- mindahan kekuasaan dan lain-lain
akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya”. Kedua kalimat itu kemudian digabung dan disempurnakan oleh Drs. Moh. Hatta sehingga
berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang.

Ir. Soekarno kemudian meminta semua yang hadir menandatangani naskah proklamasi itu selaku wakil-
wakil bangsa Indonesia. Namun, Sukarni, selaku salah satu pimpinan golongan pemuda, mengusulkan
agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Selanjutnya, Ir. Soekarno meminta
Sayuti Melik untuk mengetik naskah tersebut dengan beberapa perubahan yang telah disetujui. Ada tiga
perubahan redaksi atas teks proklamasi, yaitu : a. kata tempoh diganti dengan kata tempo; b. wakil
bangsa Indonesia diganti dengan atas nama bangsa Indonesia; dan c. cara menuliskan tanggal Djakarta,
17-8-05 diganti menjadi Djakarta, hari 17, boelan 08, tahoen 05.

Selanjutnya, setelah diketik oleh Sayuti Melik, teks proklamasi ditanda- tangani oleh Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta.Pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Jumat, pukul 10.00 WIB, di depan rumah Ir.
Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, Ir. Soekarno dengan didampingi Drs. Moh. Hatta
membacakan teks proklamasi dengan disaksikan lebih kurang 1.000 orang.

Setelah teks proklamasi dibacakan, dikibarkanlah sang Saka Merah Putih oleh Suhud dan Latief
Hendradiningrat dan secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya sehingga sampai
sekarang setiap pengibaran bendera dalam upacara bendera selalu diiringi dengan lagu kebangsaan
Indonesia, Indonesia Raya. Berita proklamasi menyebar dengan cepat ke seluruh Indonesia, bahkan
sampai ke luar negeri. Berita kemerdekaan Indonesia disebarkan para pemuda dengan selebaran kertas
ataupun tulisan tangan di berbagai tempat. Rakyat melakukan doa syukur atas kemerdekaan bangsa
Indonesia.

Teks proklamasi disusun secara singkat dan hanya terdiri atas dua alinea. Kedalaman makna yang
termuat dalam teks proklamasi menunjukkan kelebihan dan ketajaman pemikiran para pembuat naskah
proklamasi waktu itu.

Alinea pertama teks proklamasi berbunyi, ”Kami bangsa Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan
Indonesia”. Hal itu mengandung makna bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia telah dinyatakan dan
diumumkan kepada dunia. Alinea kedua berbunyi, ”Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan
lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”
bermaksud agar pemindahan kekuasaan pemerintahan harus dilaksanakan secara hati-hati dan penuh
perhitungan agar tidak terjadi pertumpahan darah secara besar-besaran.

Proklamasi Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna yang dapat kita telaah dari berbagai
aspek sebagai berikut.

a. Aspek Hukum

Proklamasi merupakan pernyataan keputusan politik tertinggi bangsa Indonesia untuk menghapuskan
hukum kolonial dan diganti dengan hukum nasional, yaitu lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

b. Aspek Historis

Proklamasi merupakan titik akhir sejarah penjajahan di bumi Indonesia sekaligus menjadi titik awal
Indonesia sebagai negara yang merdeka bebas dari penjajahan bangsa lain.

c. Aspek Sosiologis
Proklamasi menjadikan perubahan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Proklamasi
memberikan rasa bebas dan merdeka dari belenggu penjajahan.

d. Aspek Kultural

Proklamasi membangun peradaban baru dari bangsa yang digolongkan pribumi (pada masa penjajahan
Belanda) menjadi bangsa yang mengakui persamaan harkat, derajat, dan martabat manusia yang sama.

e. Aspek Politis

Proklamasi menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan mempunyai
kedudukan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

f. Aspek Spiritual

Kemerdekaan yang diperoleh merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang meridai perjuangan
rakyat Indonesia melawan penjajah. Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak terlepas dari doa seluruh
rakyat Indonesia kepada Yang Maha Kuasa untuk segera terlepas dari penjajahan.

2. Pengertian Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Negara Indonesia yang diproklamasi- kan oleh para pendiri negara adalah negara kesatuan.
Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, ”Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik”.

Para pendiri negara menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan yang diwujudkan dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Para pendiri negara telah mewariskan nilai-nilai persatuan dan kesatuan
dalam Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengatur persatuan dan kesatuan dalam beberapa ketentuan, yaitu sebagai
berikut.

a. Sila ke-3 Pancasila, ”Persatuan Indonesia”;

b. Pembukaan UUD 1945 alinea IV, ”… Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada … persatuan Indonesia...”; serta

c. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, ”Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik”.

Berdasarkan pemikiran dari dua orang tokoh pendiri negara (Muhammad Yamin dan Soepomo)
perancang UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disimpulkan bahwa susunan daerah
pembagiannya terdiri dari daerah besar, daerah-daerah istimewa, dan daerah-daerah kecil desa atau
sebutan lain (nagari, dusun, marga, huta, kuria, gampong, meunasah). Pembagian susunan daerah itu
tidak membuat negara Indonesia terpecah-pecah, akan tetapi tetap dalam satu ikatan, yaitu negara
Indonesia.

Konstitusi negara Indonesia juga secara tegas mengakui dan menghormati satuan-satuan pe-
merintahan daerah yang bersifat istimewa dan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisional- nya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Adapun yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat adalah masyarakat
hukum adat atau adat istiadat seperti desa, marga, nagari, gampong, huta, dan huria.

Kesatuan-kesatuan masyarakat hukum yang telah disebutkan, selain dihormati dan diakui dalam sistem
pemerintahan negara Indonesia juga mempunyai hak hidup yang sederajat dengan kesatuan
pemerintahan lain seperti kabupaten, kota dan provinsi. Hal ini dipertegas kembali dalam Pasal 18B ayat
(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, ”Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dengan
demikian, berdasarkan ketentuan pasal ini, negara mengakui dan menghormati hak-hak masyarakat
hukum adat seperti desa, marga, nagari, gampong, huta, dan huria.

Dalam perkembangannya, mengingat luasnya wilayah negara, urusan pemerintahan yang semakin
kompleks, dan jumlah warga negara yang makin banyak dan heterogen maka dilaksanakan azas otonomi
dan tugas perbantuan. Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem pemerintahan
daerah yang berasaskan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Majelis Permusyawartan
Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menyatakan bahwa ada tujuh prinsip yang menjadi paradigma dan
arah politik yang mendasari pasal-pasal 18, 18A, dan 18B, yaitu sebagai berikut.

a. Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.

b. Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya.

c. Prinisp kekhususan dan keragaman daerah.

d. Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya.

e. Prinisip mengakui dan menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa.

f. Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum.

g. Prinsip hubungan pusat dan daerah dilaksanakan secara selaras dan adil (Rusdianto Sesung,2013 :
46).
Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2015 tentang Pemerintahan Daerah yang memuat tentang hubungan dan wewenang pemerintah pusat
dan daerah, pembagian urusan pemerintahan, dan beberapa hal yang lain yang bertalian dengan
otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.
Pemberian otonomi daerah ini dilaksanakan berdasarkan prinsip negara kesatuan sehingga otonomi
daerah merupakan subsistem dari negara kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada
pemerintah pusat dan tidak ada pada daerah. Pemerintahan daerah dalam negara kesatuan merupakan
satu kesatuan dengan pemerintahan nasional. Oleh karena itu, walaupun daerah diberikan kewenangan
otonomi seluas-luasnya akan tetapi tanggung jawab akhir tetap berada di tangan pemerintah pusat.

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Peran Daerah dalam Perjuangan Kemerdekaan

Kedatangan bangsa Portugis, Belanda, dan Jepang di wilayah Indonesia yang diteruskan dengan
penjajahan, mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia di berbagai daerah. Perlawanan selama
penjajahan Portugis antara lain perlawanan rakyat Maluku dipimpin oleh Sultan Harun, perlawanan
rakyat Demak menyerang Malaka dipimpin oleh Pati unus dan menyerang Sunda Kelapa dipimpin oleh
Falatehan. Selama penjajahan Belanda banyak perlawanan antara lain perlawanan rakyat Aceh dipimpin
oleh Tjut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima Polem, dan yang lain. Perlawanan rakyat di Sumatra Utara
dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII. Perlawanan di daerah Jawa dengan tokohnya seperti Sultan
Ageng Tirtayasa, Sultan Agung, dan Pangeran Diponegoro. Di Kalimantan rakyat melawan penjajahan
dipimpin oleh Pangeran Antasari, perlawanan rakyat Sulawesi dengan tokoh Sultan Hasanudin dan
Maluku dipimpin oleh Pattimura,serta perlawanan rakyat Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik.

Perjuangan merebut kemerdekaan mengalami perubahan strategi setelah Kebangkitan nasional 1908.
Perjuangan yang sebelumnya bersifat fisik dan kedaerahan, menjadi perjuangan dengan mengutamakan
organisasi dan bersifat nasional. Pada saat perjuangan ini berdirilah organisasi perjuangan di beberapa
daerah seperti Jong Minahasa, Jong Islamiten Bond, Jong Ambon, Budi Utomo, Sarekat Islam, Partai
Nasional Indonesia, dan sebagainya. Juga muncul tokoh asal daerah di Indonesia yang menjadi tokoh
nasional seperti Soekarno, Mohammad Husni Thamrin, Muhammad Hatta, Liem Koen Hian, Andi
Pettarani, A.A Maramis, Latuharhary, dan tokoh nasional yang lain.

Perjuangan ini terus berlanjut setelah kemerdekaan untuk memper- tahankan kemerdekaaan dari
keinginan Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Berbagai peristiwa sejarah mencatat kegigihan
para pejuang Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Seperti peristiwa pertempuran Ambarawa,
peristiwa Bandung Lautan Api, perang gerilya Jenderal Soedirman, pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya, dan peristiwa perjuangan yang lainnya.

2. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Saat Ini

Kekayaan alam dan potensi yang dimiliki setiap daerah di Indonesia sesungguhnya merupakan kekayaan
dan potensi seluruh bangsa Indonesia sehingga tidak hanya milik daerah yang bersangkutan. Pasal 33
ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa , ”Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.”

Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, yakni daerah otonom harus berperan nyata dalam
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarkat melalui pelayanan publik, pemberdayaan,
partisipasi masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran
daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia antara lain sebagai berikut.

a. Mempertahankan bentuk dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana


ketentuan pasal 37 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, ”Khusus
mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan pendapatan


masyarakat.

c. Memajukan bangsa melalui inovasi dan kreativitas aparatur sipil negara di daerah.

d. Melaksanakan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat,


kesempatan kerja, lapangan berusaha, kesempatan dan kualitas pelayanan publik, dan daya saing
daerah.

e. Mengembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis.

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai lahirnya negara bangsa (nation state) Indonesia.
Sejak saat itu, Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan berhak menentukan nasib dan arah
bangsanya sendiri.

Bentuk negara yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
perjalanan sejarah bangsa Indonesia pernah terjadi upaya untuk menggantikan bentuk negara.
Misalnya, menggantikan bentuk negara kesatuan menjadi negara serikat. Hal ini terjadi pada tahun 1949
sampai dengan tahun 1950 dengan dibentuknya Republik Indonesia Serikat.

Daerah juga memiliki peranan yang penting dalam perjuangan merebut dan mempertahankan
kemerdekaan. Sejarah telah membuktikan bahwa tanpa peran rakyat di seluruh daerah belum tentu
tercapai perjuangan kemerdekaan bangsa. Sejarah perjuangan bangsa dan peran daerah dalam
perjuangan berdiri NKRI mengandung nilai-nilai yang sangat penting diwarisi oleh generasi muda, antara
lain sebagai berikut.

1. Perjuangan melawan penjajah oleh daerah memiliki arah tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan
Indonesia.

2. Tokoh pejuang daerah merupakan tokoh pejuang bangsa Indonesia.

3. Persatuan dan kesatuan telah terbukti menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia dalam merebut
dan mempertahankan kemerdekaan.

4. Bangsa Indonesia telah sepakat membentuk negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilihan
yang tepat.

5. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

6. Sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

Sedangkan pemahaman peran daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini
menunjukkan pentingnya kesadaran nilai-nilai, seperti berikut ini.

1. Kemajuan daerah akan lebih cepat tercapai apabila bangsa Indonesia memiliki nilai persatuan dan
kesatuan.

2. Kemakmuran bersama merupakan tujuan masyarakat Indonesia, bukan kemakmuran bagi


perorangan atau kelompok atau daerah.

3. Kekayaan alam merupakan milik bersama seluruh rakyat Indonesia, dan dipergunakan sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat.

4. Pengembangan kemajuan dan kemakmuran daerah diarahkan pada kemajuan dan kemakmuran
bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama tanpa membeda- bedakan asal daerah.

Sikap etnosentrisme yang mengandung makna sikap yang menganggap budaya daerahnya sebagai
budaya yang tertinggi secara berlebihan dan budaya daerah lain dianggap lebih rendah. Sikap ini dalam
kehidupan nampak antara lain sikap mengutamakan kelompok daerahnya, memilih pemimpin atas dasar
asal daerah, memaksakan budaya daerah kepada orang lain, dan sebagainya. Beberapa kerusuhan
dalam masyarakat terkadang dapat dipengaruhi oleh faktor kedaerahan, seperti kerusuhan
antarpenonton sepakbola, antarwarga dalam masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu sikap
etnosentrisme yang sempit harus dihindari

Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Memaknai Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Memahami keberadaan derah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dirunut dari
alinea ketiga dan keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Alinea ketiga memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedangkan alinea keempat
memuat pernyataan bahwa setelah menyatakan kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk adalah
Pemerintah Negara Indonesia yaitu Pemerintah Nasional yang bertanggung jawab mengatur dan
mengurus bangsa Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tugas Pemerintah Negara Indonesia
adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut memelihara ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Selanjutnya Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis
sebagai Negara kesatuan adalah dibentuknya pemerintah Negara Indonesia sebagai pemerintah
nasional untuk pertama kalinya dan kemudian pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian
membentuk Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian pada Pasal 18
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan tentang keberadaan
daerah dam Pemerintahan Daerah.

Silahkan kamu buku UUD 1945 pasal 18 ! Intisari dari pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18 (1)]
2. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan [Pasal 18 (2)] anggota DPRD dipilih melalui pemilu[Pasal 18 (3)]

3. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala daerah provinsi, kabupaten dan kota
dipilih secara demokratis (UUD NRI 1945 pasal 18 ayat (4).

4. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (UU RI No.32/2004 pasal
56 ayat (5).

5. Berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi
dan tugas pembantuan [Pasal 18 (6)]

Berdasarkan isi pasal 18 di atas dapat kita sarikan sebagai berikut.

1. Adanya pembagian daerah otonom yang bersifat berjenjang (Provinsi dan Kabupaten/ kota;

2. Daerah otonom mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan;

3. Secara eksplisit tidak disinggung mengenai asas dekonsentrasi;

4. Pemerintah daerah otonom memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih secara demokratis;

5. Kepala daerah dipilih secara demokratis;

6. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat


terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran
serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi,
Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip negara
kesatuan. Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintahan negara atau
pemerintahan nasional dan tidak ada kedaulatan pada Daerah. Oleh karena itu, seluas apa pun otonomi
yang diberikan kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan Pemerintahan Daerah akan
tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah pada negara kesatuan
merupakan satu kesatuan dengan Pemerintahan Nasional. Sejalan dengan itu, kebijakan yang
dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah merupakan bagian integral dari kebijakan nasional. Pembedanya
adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan
kreativitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan
mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.

Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi berwenang mengatur
dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya sepanjang tidak
bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum. Dalam rangka memberikan
ruang yang lebih luas kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus kehidupan warganya maka
Pemerintah Pusat dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal dan sebaliknya
Daerah ketika membentuk kebijakan Daerah baik dalam bentuk Perda maupun kebijakan lainnya
hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan demikian akan tercipta
keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan tetap memperhatikan kondisi,
kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan.

Pada hakikatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum
yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh kepala daerah dan
DPRD dengan dibantu oleh Perangkat Daerah. Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah
berasal dari kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan
adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada ditangan Presiden. Agar pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka Presiden
berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dibantu oleh menteri negara dan setiap
menteri bertanggung atas Urusan Pemerintahan tertentu dalam pemerintahan. Sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi tanggung jawab menteri tersebut yang sesungguhnya diotonomikan ke
Daerah. Konsekuensi menteri sebagai pembantu Presiden adalah kewajiban menteri atas nama
Presiden untuk melakukan pembinaan dan pengawasan agar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Agar tercipta sinergi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian berkewajiban
membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Daerah dalam
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah dan menjadi pedoman bagi
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri sebagai koordinator pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
melakukan pembinaan dan pengawasan yang bersifat teknis, sedangkan Kementerian melaksanakan
pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum. Mekanisme tersebut diharapkan mampu
menciptakan harmonisasi antar kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara keseluruhan.

Terkait otonomi daerah pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 jo UUNo 2
Tahun 2015 dan UU No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam UU tersebut dinyatakan
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Berkaitan dengan pemerintah daerah ada beberapa konsep yang perlu kita ketahui diantaranya:

1) Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah


dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom

4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Di
daerah ada 2 jenis DPRD yakni DPRD Kabupaten/Kota dan DPRD provinsi. DPRD kabupaten/kota
mempunyai tugas dan wewenang: a) membentuk Perda Kabupaten/Kota bersama bupati/wali kota;
b) membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda mengenai APBD kabupaten/kota
yang diajukan oleh bupati/wali kota; c) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan
APBD kabupaten/kota; d) memilih bupati/wali kota; e) mengusulkan pengangkatan dan
pemberhentian bupati/wali kota kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian. f) memberikan pendapat dan
pertimbangan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian international
di Daerah; g) memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota; h) meminta laporan keterangan pertanggungjawaban
bupati/wali kota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota;

5) Sedangkan DPRD provinsi mempunyai tugas dan wewenang: a) membentuk Perda Provinsi
bersama gubernur; b) membahas dan memberikan persetujuan Rancangan; Perda Provinsi tentang
APBD Provinsi yang diajukan oleh gubernur; c) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Perda Provinsi dan APBD provinsi; d) memilih gubernur; e) mengusulkan pengangkatan dan
pemberhentian gubernur kepada Presiden melalui Menteri untuk mendapatkan pengesahan
pengangkatan dan pemberhentian; f) memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah
Daerah provinsi terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah provinsi; g) memberikan
persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
provinsi; h) meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah provinsi; i) memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan
Daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah provinsi; dan j)
melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

6) Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden


yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah
untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

7) Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8) Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan


Otonomi Daerah.

9) Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada


daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
10) Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum.

11) Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah


nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom
dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi.

12) Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau
dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.

13) Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

14) Wilayah Administratif adalah wilayah kerja perangkat Pemerintah Pusat termasuk gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat di Daerah dan wilayah kerja gubernur dan bupati/wali kota dalam
melaksanakan urusan pemerintahan umum di Daerah.

15) Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
semua Daerah.

16) Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

17) Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.

18) Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal.

19) Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah yang selanjutnya disebut Forkopimda adalah forum
yang digunakan untuk membahas penyelenggaraan urusan pemerintahan umum.

20) Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauan adalah Daerah provinsi yang memiliki karakteristik
secara geografis dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang di dalamnya terdapat pulau-
pulau yang membentuk gugusan pulau sehingga menjadi satu kesatuan geografis dan sosial
budaya.

21) Pembentukan Daerah adalah penetapan status Daerah pada wilayah tertentu.
22) Daerah Persiapan adalah bagian dari satu atau lebih Daerah yang bersanding yang dipersiapkan
untuk dibentuk menjadi Daerah baru.

23) Cakupan Wilayah adalah Daerah kabupaten/kota yang akan menjadi Cakupan Wilayah Daerah
provinsi atau kecamatan yang akan menjadi Cakupan Wilayah Daerah kabupaten/kota.

24) Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

25) Kecamatan atau yang disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dari Daerah
kabupaten/kota yang dipimpin oleh camat.

26) Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan nama lain adalah
Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota.

27) Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Perkada adalah peraturan gubernur dan
peraturan bupati/wali kota.

28) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah
dokumen perencanaan Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

29) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah
dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

30) Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah
Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu)
tahun.

31) Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembagian
keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab.

32) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintah Pusat yang ditetapkan dengan undang-undang.

33) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana
keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.

34) Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat
kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk
periode 1 (satu) tahun.

35) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah program
prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada Perangkat Daerah untuk
setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja
Perangkat Daerah.
36) Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

37) Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

38) Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.

39) Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah
uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

40) Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.

41) Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

42) Partisipasi Masyarakat adalah peran serta warga masyarakat untuk menyalurkan aspirasi,
pemikiran, dan kepentingannya dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

43) Kawasan Khusus adalah bagian wilayah dalam Daerah provinsi dan/atau Daerah
kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan fungsi
pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.

44) Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

45) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

46) Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

47) Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah inspektorat jenderal kementerian, unit
pengawasan lembaga pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi, dan inspektorat
kabupaten/kota.

48) Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-
Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
49) Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAK adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

50) Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan
tertentu APBN yang dialokasikan kepada Daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu
dengan tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.

2. Karakteristik Daerah Tempat Tinggalnya Sebagai Bagian Utuh Dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia

Apakah Kamu ingin tahu karakteristik daerah tempat tinggalmu. Berikut admin berikan link karakteristik
masing-masing propinsi di Indonesia.

1. Provinsi Nanggro Aceh Darussalam yang beribukota di Kota Banda Aceh.


https://id.wikipedia.org/wiki/Aceh

2. Provinsi Sumatera Utara yang beribukota di Kota Medan


https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara

3. Provinsi Sumatera Barat yang beribukota di Kota Padang


https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat

4. Provinsi Riau yang beribukota di Kota Pekan Baru https://id.wikipedia.org/wiki/Riau

5. Provinsi Kepulauan Riau yang beribukota di Kota Tanjung Pinang


https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Riau

6. Provinsi Jambi yang beribukota di Kota Jambi https://id.wikipedia.org/wiki/Jambi

7. Provinsi Sumatera Selatan yang beribukota di Kota Palembang


https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan

8. Provinsi Bangka Belitung yang beribukota di Kota Pangkal Pinang


https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung

9. Provinsi Bengkulu yang beribukota di Kota Bengkulu https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu

10. Provinsi Lampung yang beribukota di Kota Bandar Lampung https://id.wikipedia.org/wiki/Lampung

11. Provinsi DKI Jakarta yang beribukota di Kota Jakarta


https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta
12. Provinsi Jawa Barat yang beribukota di Kota Bandung https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat

13. Provinsi Banten yang beribukota di Kota Serang https://id.wikipedia.org/wiki/Banten

14. Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Kota Semarang


https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah

15. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang beribukota di Kota Yogyakarta


https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta

16. Provinsi Jawa Timur yang beribukota di Kota Surabaya https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur

17. Provinsi Bali yang beribukota di Kota Denpasar https://id.wikipedia.org/wiki/Bali

18. Provinsi Nusa Tenggara Barat yang beribukota di Kota Mataram


https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat

19. Provinsi Nusa Tenggara Timur yang beribukota di Kota Kupang


https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur

20. Provinsi Kalimantan Barat yang beribukota di Kota Pontianak


https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat

21. Provinsi Kalimantan Tengah yang beribukota di Kota Palangkaraya


https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah

22. Provinsi Kalimantan Selatan yang beribukota di Kota Banjarmasin


https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan

23. Provinsi Kalimantan Timur yang beribukota di Kota Samarinda


https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur

24. Provinsi Kalimantan Utara yang beribukota di Kota Tanjung Selor


https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Utara

25. Provinsi Sulawesi Utara yang beribukota di Kota Manado


https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara

26. Provinsi Sulawesi Barat yang beribukota di Kota Mamuju


https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Barat

27. Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Kota Palu


https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah

28. Provinsi Sulawesi Tenggara yang beribukota di Kota Kendari


https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
29. Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Kota Makassar
https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan

30. Provinsi Gorontalo yang beribukota di Kota Gorontalo https://id.wikipedia.org/wiki/Gorontalo

31. Provinsi Maluku yang beribukota di Kota Ambon https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku

32. Provinsi Maluku Utara yang beribukota di Kota Ternate


https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku_Utara

33. Provinsi Papua Barat yang beribukota di Kota Kota Manokwari


https://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat

34. Provinsi Papua yang beribukota di Kota Jayapura https://id.wikipedia.org/wiki/Papua

Lebih spesifik Kamu bisa mencari karakteristik daerah kabupaten tempat tinggalmu dengan cara
masukan alamat website https://id.wikipedia.org/wiki/NamaDaerah, dengan terlebih dahulu mengganti
Nama Daearah dengan nama kabupaten yang akan kamu cari seperti contoh berikut
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pandeglang. Semoga berhasil.

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

1 Peran Daerah dalam Perjuangan Kemerdekaan

Kondisi kemiskinan, penderitaan dan keterbelakangan bangsa Indonesia akibat penjajahan telah
mendorong dan melahirkan putra-putri daerah dari Sabang sampai Merauke untuk memperjuangkan
dan mengembalikan kemerdekaan melalui pemberontakan terhadap pemerintah kolonial. Untuk
mengabadikan semangat perjuangan putra-putri bangsa, pemerintah telah menetapkan para pejuang
sebagai pahlawan bangsa seperti Sultan Iskandar Muda, Tjut Nyak Dien (Aceh), Si Singa Mangaraja
(Batak- Sumatra Utara), Imam Bonjol (Minangkabau-Sumatra Barat), Sultan Ageng Tirtayasa (Banten),
Sultan Agung (Jawa Tengah), Untung Suropati (Jawa Timur), Jalantik (Bali), Anak Agung Gede (lombok),
Pangeran Antasari (Kalimantan), Sultan Hasanudin (Makasar Sulawesi Selatan), Pattimura (Ambon-
Maluku) dan sebagainya.

Perjuangan dan pemberontakan putra-putri daerah untuk mengusir penjajah di atas mengalami
kegagalan, namun semangatnya tidak pernah padam seperti maksud peribahasa “Patah tumbuh hilang
berganti ; Mati satu tumbuh seribu”. Ditilik dari sisi ketahanan nasional, kegagalan perjuangan tersebut
disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor berikut :
1. Pemerintah kolonial menerapkan politik pemecah-belahan terhadap rakyat (devide et impera)

2. Perjuangan dan pemberontakan bersifat kedaerahan atau lokal sehingga mudah dipatahkan oleh
pemerintah kolonial

3. Para pejuang kalah dalam sistem persenjataan baik sistem senjata tehnologi/fisik (SISTEK) maupun
sistem senjata sosial/psikologi (SISSOS).

4. Pemerintah kolonial melakukan tipu muslihat (politicking ; politik curang) melalui janji-janji
perundingan tetapi justru digunakan untuk menjerat dan menangkap para pejuang

Kegagalan perjuangan putra-putri daerah tersebut telah mengilhami adanya pemikiran baru dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur nonfisik yang dipelopori oleh Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908. Ide dasar Budi Utomo adalah memajukan bangsa dan menumbuhkan semangat
nasionalisme melalui jalur pendidikan sehingga bangsa Indonesia mampu mengurus negara yang
merdeka dengan kekuatan sendiri. Gagasan Budi Utomo selanjutnya menggugah dan mendorong
lahirnya berbagai organisasi politik seperti Sarikat Islam, NU, Muhammadiyah, PNI, Parkindo dan
sebagainya. Perjuangan baru/nonfisik yang dirintis Budi Utomo tersebut selanjutnya dikenang dan
diabadikan sebagai Angkatan 08 Atau Angkatan Perintis, yang setiap tahun diperingati sebagai hari
Kebangkitan Nasional.

Berdirinya organisasi sosial politik pasca Budi Utomo meskipun azasnya berbeda-beda, namun
seluruhnya memiliki tujuan dan tekad yang sama yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia. Perwujudan
rasa persatuan dan kesatuan sebangsa setanah air mencapai puncaknya pada Kongres Pemuda yang
menghasilkan Ikrar Pemuda atau Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda yang
merupakan upaya mempersatukan pemuda dari berbagai daerah menghasilkan keputusan penting bagi
kelanjutan perjuangan dan berdirinya NKRI sebagaimana yang dinikmati bangsa Indonesia sekarang ini.
Keputusan dikenal dengan Sumpah Pemuda yang berisi pernyataan : Kami Putra-Putri Indonesia,
mengaku :

1. Bertumpah darah yang satu tanah (air) Indonesia

2. Berbangsa satu bangsa Indonesia

3. Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia

Pada saat itu pula, untuk pertama kali dikumandangkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R.
Supratman, yang selanjutnya ditetapkan sebagai Lagu Kebangsaan Indonesia
Kongres Pemuda 28/10/’28 dalam hukum dan ketata negaraan Indonesia mempunyai kedudukan yang
sangat penting dan sebagai tonggak perjuangan strategis dalam mewujudkan Integrasi Nasional
sehingga Sumpah Pemuda memiliki kekuatan yang mengikat bagi segenap komponen bangsa untuk
mempertahankan dan mengamankannya selama mungkin. Jika dicermati secara teliti dan hati-hati,
maka inti Kongres Pemuda adalah tuntutan Indonesia merdeka, berparlemen dan berpemrintahan
sendiri. Untuk mengenang sumpah pemuda tersebut maka tonggak sejarah tersebut dinamakan
Angkatan Penegas Atau Angkatan 28.

Kedatangan Jepang pada tahun 1942, yang pada awalnya dianggap sebagai saudara tua dan juru
selamat, ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Pemerintah dan tentara Jepang bertindak kejam, bengis
dan keji terhadap rakyat Indonesia. Sekali lagi bangsa Indonesia dimatangkan oleh sejarah, di mana
penjajahan selalu menyebabkan kehidupan bangsa menjadi tertindas, menderita, sengsara, miskin,
melarat, terbelakang dan dinistakan. Belajar dari pengalaman dijajah Belanda dan Jepang tersebut maka
semangat dan tekad bangsa Indonesia semakin mengkristal sehingga pemberontakan terjadi di berbagai
daerah, seperti pemberontakan PETA di Tasikmalaya dan Blitar. Kedatangan Jepang semakin
memantapkan nasionalitas dan nasionalisme bangsa, serta perjuangan fisik dan nonfisik untuk
menyiapkan berbagai perangkat menuju Indonesia merdeka. Dengan berakhirnya perang dunia II,
Jepang mengalami kekalahan besar dan takluk kepada sekutu sehingga Indonesia mengalami
kevakuman pemerintahan. Kondisi ini segera dimanfaatkan oleh Ir Soekarno (Bung Karno) dan Drs.
Muhammad Hatta (Bung Hatta), untuk memproklamasikan kenerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

TUGAS PROYEK!

BERZIARAHLAH KE MAKAM PAHLAWAN YANG ADA DI DAERAH KAMU? KEMUDIAN BUAT SEJARAH
SINGKAT SALAH SATU PAHLAWAN DAERAH YANG ADA DI DAERAHMU

2. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Saat Ini

Masih ingat Kamu akan unsure-unsur negara yag menjadi syarat berdiri suatu Negara? Menurut
Konvensi Montevideo tahun 1933 yang diselenggarakan oleh negara-negara Pan-Amerika di Kota
Montevideo, bahwa suatu negara harus mempunyai unsur-unsur : a) penduduk yang tetap, b)
wilayah/daearah tertentu, c) pemerintah, dan d) kemampuan mengadakan hubungan dengan negara
lain. Sedangkan Oppenheim-Lauterpacht berpandangan bahwa unsur-unsur pembentuk (unsur
konstitutif ) negara adalah a) harus ada rakyat, b) harus daerah (wilayah), dan c) pemerintah yang
berdaulat. Selain unsur tersebut ada unsur lain yaitu adanya pengakuan oleh negara lain sebagai unsur
deklaratif .

Terbentuknya suatu negara akan didahului oleh terbentuknya suatu daerah. Oleh karena itu, terdapat
suatu keterkaitan yang erat antara Negara dan Daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka kedudukan
daerah adalah sebagai cikal bakal bagi terbentuknya Negara sekaligus sebagai satuan territorial dan
satuan pemerintahan yang terbawah, termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kenyataan
yang terjadi adalah, pengaturan dalam Konstitusi hanya membagi NKRI yang terbagi atas daerah provinsi
dan kabupaten/kota, sedangkan didalam pemerintahan kabupaten/kota terdapat pemerintahan desa.
Hal tersebut membuat kedudukan desa dalam NKRI menjadi tidak jelas.

Bukti bahwa kedudukan daerah adalah sebagai cikal bakal bagi terbentuknya Negara adalah ketika PPKI
pada tanggal 19 Agustus 1945 yang menetapkan pembagian wilayah pemerintaan Republik Indonesia di
daerah dalam susunan teritorial yang terdiri dari Provinsi, Keresidenan, Kotapraja (Swapraja), dan Kota
(Gemeente) sebagai berikut: 1) Daerah Republik Indonesia dibagi atas 8 (delapan) Provinsi, yaitu; Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil; 2) Provinsi
dibagi kedalam Keresidenan-keresidenan; 3) Kedudukan Kooti dan Kota diteruskan sesuai keadaan saat
itu. Adapun pembagian wilayah Negara Republik Indonesia saat berdasarkan Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974 yakni 1) Propinsi; 2) Kabupaten/Kota (administrative), 3) Kecamatan dan 4) Desa.

Kemajuan daerah berpengaruh postif bagi kemajuan bangsa. Itulah sebabnya melalui Undang Undang
Pemerintah Daerah, negara menerapkan asas desentralisasi dan otonomi kepada daerah. Pemberian
desentralisasi dan otonomi kepada daerah, memungkinkan setiap daerah untuk berkembangnya
keberagaman daerah sesuai dengan potensi, budaya dan kekayaan yang dimiliki daerah masing-
masing yang berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan peningkatan
indeks pembangunan manusia dan peningkatan kesehatan, pendidikan dan pendapatan masyarakat.

Agar pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah ini berhasil dengan baik, selanjutnya Litvack &
Seddon (dalam Wasistono 2002:19) diperlukan adanya lima kondisi, yaitu:

1. Kerangka kerja desentralisasi harus memperlihatkan kaitan antara pembiayaan lokal dan
kewenangan fiskal dengan fungsi dan tanggungjawab pemberian pelayanan oleh Pemerintah Daerah.

2. Masyarakat setempat diberi informasi mengenai kemungkinan-kemungkinan biaya pelayanan serta


sumber-sumbernya, dengan harapan keputusan yang diambil oleh Pemerintah Daerah menjadi lebih
bermakna.
3. Masyarakat memerlukan mekanisme yang jelas untuk menyampaikan pandangannya sebagai
upaya mendorong partisipasinya

4. Harus ada sistem akuntabilitas yang berbasis publik dan informasi yang tranparan yang
memungkinkan masyarakat memonitor kinerja Pemerintah Daerah

5. Harus didesain instrumen desentralisasi seperti kerangka kerja institusional, struktur tanggungjawab
pemberian pelayanan dan sistem fiskal antara pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai