Anda di halaman 1dari 35

Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karuniaNYA, buku putih
ini dapat diselesaikan. Buku putih ini merupakan buku yang membahas mengenai kelembagaan Rumah
Sakit Daerah (RSD).

Berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2016 merupakan perubahan mendasar pada tata pemerintahan, khususnya
pemerintahan daerah. Urusan pemerintahan umum bidang kesehatan yang semula diserahkan kepada
daerah provinsi maupun kabupaten/kota, berubah menjadi urusan yang dibagi antara pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Namun pembagian urusan bidang kesehatan masih bersifat nor-
matif dan perlu dirinci lebih lanjut agar pelaksana urusan kesehatan di daerah tidak ragu dalam men-
jalankan tugasnya.

Perubahan lain yang berdampak serius bagi dunia kesehatan adalah perubahan kelembagaan Rumah
Sakit Daerah (RSD). Perubahan kelembagaan yang tidak didukung dengan perubahan peraturan secara
simultan akan menyulitkan pengelolaan RSD. Berbagai peraturan pelaksanaan RSD di berbagai daerah
masih mengatur Rumah Sakit Daerah (RSD) sebagai Lembaga Teknis Daerah (LTD), tetapi kelem-
bagaan Rumah Sakit Daerah (RSD) sudah ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT). Hal ini ber-
potensi menimbulkan risiko hukum bagi direktur RSD. Disisi lain, perjalanan RSD dari waktu ke waktu
telah membuktikan bahwa pengelolaan RSD secara otonom (mandiri) dapat meningkatkan pelayanan
secara bermakna. Ketika RSD masih berstatus UPT Dinas, pelayanan RSD dikenal sangat buruk dan
kondisi lingkungan sangat kotor. Ketika RSD ditetapkan sebagai Lembaga Teknis Daerah yang ber-
tanggung jawab kepada Kepala Daerah dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), pelayanan RSD meningkat drastis. Secara sederhana, hal ini dapat
dibuktikan dengan fakta bahwa mencari tempat parkir di RSD sekarang ini sangat sulit, yang artinya
RSD dipercaya oleh masyarakat golongan menengah keatas. Dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang meletakkan RSD kembali sebagai
UPT Dinas, sangat beralasan bila ada kekhawatiran penurunan mutu layanan RSD. Dengan menjadikan
RSD sebagai UPT Dinas, berarti akan memperpanjang birokrasi yang tidak sejalan dengan nafas Re-
inventing Government dan Nawacita yang dicanangkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia. Bila pe-
layanan RSD menurun karena perubahan kelembagaan, tentu akan menghambat program Kartu Indo-
nesia Sehat.

Dengan terbitnya buku putih ini, setidaknya ARSADA sudah memberikan “warning” kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders) bahwa perubahan kelembagaan sangat berpengaruh pada
pengelolaan RSD yang pada akhirnya akan menurunkan mutu layanan.

Akhirnya, ARSADA menyampaikan ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
ikut membantu dalam penyelesaian buku ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan da-
lam buku ini, untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan.

Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi pengambil kebijakan untuk Rumah Sakit Daerah, dengan
pesan moral: Kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945.

Jakarta, Juli 2017


ARSADA Pusat

Dr. R. Heru Ariyadi, MPH


Ketua Umum

i
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1

Tujuan dan Ruang Lingkup 3

Mekanisme Penyusunan 4

POTRET RUMAH SAKIT DAERAH 5 5


Potret Rumah Sakit Daerah 5

Kinerja Rumah Sakit Daerah 6

Metamorfosa Kelembagaan Rumah Sakit Daerah 7

RUMAH SAKIT DAERAH DALAM TATANAN KEBIJAKAN 11


Amanah Undang-Undang Dasar 11

Kelembagaan Rumah Sakit Daerah 11

BLUD Rumah Sakit Daerah 16

Kepala Rumah Sakit Daerah 20

Hubungan Tata Kerja RSD dengan Dinas Kesehatan Daerah 22

BENTUK RUMAH SAKIT DAERAH MENJAWAB AMANAH BANGSA 23


Peran Strategis Rumah Sakit Daerah 23

Tuntutan Pemangku Kepentingan 23

Pengembangan Model Kelembagaan Rumah Sakit Daerah 23

REFERENSI iv

ii
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Periode Kelembagaan dan Implikasinya 7
Tabel 2. Pendanaan PP Nomor 18 Tahun 2016, Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang UPT 13

Tabel 3. Daftar Perubahan Peraturan Sebagai Implikasi Perubahan Kelem-


bagaan RSD 15

Tabel 4. Padanan PP Nomor 18 Tahun 2016 dengan Undang-Undang No-


mor 44 Tahun 2009 tentang BLU 16

Tabel 5. Padanan PP 23/2005, Permenpan 02/2007 dan Permendagri


61/2007 Tentang Fungsi Pemimpin BLUD 18

Tabel 6. Padanan Fungsi Pemimpin BLUD dengan Wewenang Pengguna


Anggaran 19

Tabel 7. Padanan PP 58/2005, Permendagri 02/61 dan PP 18/2016 Ten-


tang Posisi PA dalam Perangkat Daerah 20

Tabel 8. Padanan PP Nomor 18/2016 dengan UU Nomor 44/2009 tentang


Kepala RS 21

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proporsi RSD Berdasarkan Status Kepemilikan 5
Gambar 2. Proporsi RSD Berdasarkan Kelas Rumah Sakit 5
Gambar 3. Distribusi RSD Kelas C 5
Gambar 4. Tren Kinerja Pelayanan Rawat Jalan RSUD Kelas B 6
Gambar 5. Tren Penggunaan Dana APBD RSUD (Dalam Persen) 6
Gambar 6. Tren Cost Recovery Rate (Dalam Persen) 6

iii
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

muncul sejak keluarnya PP Nomor 18 tahun


PENDAHULUAN 2016. Sejumlah RSD pun masih menerapkan
bentuk LTD sampai dengan terbitnya Perpres,
sejumlah lainnya telah mengembalikan ke
Latar Belakang bentuk UPT, akan tetapi implementasinya masih
harus menunggu Perpres. Adapun sebagian
lainnya sudah mengimplementasikan UPT.
Terbitnya Undang-Undang Pemerintahan
Perubahan ini mulai mengguncang pada tatanan
Daerah Nomor 23 Tahun 2014 menghapus no-
grass root seiring dengan isu yang mengemuka
menklatur Lembaga Teknis Daerah (LTD) yang
mengenai ketidakjelasan peran, tanggung jawab,
sebelumnya tercantum dalam Undang-Undang
wewenang, hak dan kewajiban.
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah. Rumah Sakit Daerah (RSD) yang semula Pada RSD yang sudah kembali ke bentuk
sebagai lembaga perangkat daerah (LTD), pada UPT, mengemuka sejumlah isu yang terkait
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun dengan operasionalisasi, seperti terjadinya
2016 Tentang Perangkat Daerah, dikembalikan kekosongan obat, bahan medis habis pakai, ba-
ke bentuk lamanya, yaitu Unit Pelaksana Teknis han makanan dan lainnya. Kondisi ini diakibat-
(UPT) dari Dinas Kesehatan. kan ketidakjelasan mekanisme dan prosedur
pencairan anggaran yang tentunya menyebab-
Kondisi ini dikhawatirkan menyebabkan
kan Kepala Dinas Kesehatan tidak berani untuk
penurunan kualitas layanan sebagai akibat dari
mengambil keputusan terkait pencairan ang-
memanjangnya proses birokrasi (birokratisasi)
garan RSD, sementara itu Direktur RSD juga
dan keterbatasan wewenang dalam pengambi-
tidak berani mencairkan anggaran, karena
lan keputusan. Dalam pengelolaan keuangan,
sudah menjadi wewenang dari Kepala Dinas
barang dan juga Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan yang mana dipersepsikan sebagai
rumah sakit memerlukan kecepatan dan
Pengguna Anggaran (PA).
ketepatan untuk menjaga mutu dengan
mengutamakan keselamatan para pasien. Rumah sakit dengan aktifitas yang sangat
dinamis memerlukan kecepatan dan ketepatan
Kekhawatiran ini sangat beralasan
dalam rangka menyelenggarakan pelayanan
mengingat: 1) Pengalaman masa lalu di saat bermutu dengan mengutamakan keselamatan
RSD yang berdiri sebagai UPT Dinas Kesehatan, pasien. Pelayanan yang berkualitas perlu
pelayanannya sangat buruk dan 2) sejumlah didukung oleh sistem pengelolaan yang mandiri
dampak sudah mulai dirasakan sejalan dengan dan fleksibel. RSD telah mengalami beberapa
persepsi yang beragam diantara pemegang ke- kali perubahan status kelembagaan dalam per-
bijakan. Persepsi beragam ini muncul sebagai jalanannya menuju kemandirian dan pengem-
akibat dari belum terbitnya Perpres yang dia- bangan potensi. Kondisi berbeda diinter-
manahkan dalam PP Nomor 18 Tahun 2016. Be- pretasikan dari keluarnya UU No 23 Tahun 2014
ragamnya persepsi pemegang kebijakan dan PP No 18 tahun 2016 yang memperlihatkan
(pemerintah daerah) berimplikasi pada tim- langkah mundur dalam upaya menuju ke-
bulnya variasi kelembagaan RSD. Saat ini mandirian. Sejumlah data membuktikan bahwa
(sebelum terbitnya Perpres), setidaknya kemandirian RSD memiliki korelasi positif
tercatat 3 (tiga) bentuk kelembagaan RSD telah dengan upaya peningkatan mutu dan tentunya

1
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

menjaga keselamatan pasien. landaskan sejumlah regulasi dari sejumlah ke-


menterian. Pengelola rumah sakit juga dituntut
Performance RSD memperlihatkan kurva
untuk efektif, efisien dan akuntabel dalam me-
yang naik turun dalam mutu pelayanan
nyelenggarakan pelayanan. Namun di lain sisi,
kesehatan. Kurva performance RSD yang seyog-
isu kesehatan merupakan isu yang menarik da-
yanya menunjukkan tren meningkat mulai men-
lam pemilihan kepala daerah dan rumah sakit
galami penurunan seiring dengan penurunan
seringkali menjadi alat politik. RSD seringpula
kualitas layanan yang dengan mudah dapat
dihadapi dengan tuntutan untuk menjadi reve-
dilihat pada sejumlah tajuk media surat kabar
nue center bagi pemerintah daerah. Tidak mudah
baik cetak maupun online. Tentu saja dalam
mengelola rumah sakit dengan tingkat kom-
banyak studi telah dibuktikan bahwa kelem-
pleksitas yang tinggi, tuntutan yang tinggi dan
bagaan sangatlah mempengaruhi performance
rumah sakit. tantangan yang tidak sedikit tanpa di dukung
oleh bentuk kelembagaan yang menyokong
Rumah sakit adalah organisasi padat karakter proses bisnisnya. Kelembagaan men-
modal, padat karya, padat profesi, padat jadi pondasi bagi setiap langkah yang dilakukan
teknologi, padat regulasi dan tentu saja padat RSD. Dari sanalah lahir tata kelola rumah sakit
masalah. Padat modal didasarkan pada (corporate governance) yang mengatur struktur
besarnya jumlah investasi barang maupun SDM, organisasi dan tata kerja, kewenangan dan
padat karya dikarenakan variasi jenis tenaga tanggungjawab, pengelolaan sumber daya (SDM,
yang bekerja dirumah sakit. Padat profesi keuangan, barang), standar pelayanan, dan
didasarkan pada banyaknya profesi yang ada rencana strategis.
dirumah sakit. Padat teknologi didasarkan pada
Bagi banyak pemerhati RSD, yang men-
jumlah dan keragaman jenis alat kesehatan yang
jadi penting adalah implikasi yang timbul dari
digunakan serta kecepatan perkembangan
perubahan kelembagaan dan pengelolaannya.
teknologi IPTEK Bidang Kedokteran. Adapun
Tidak lagi bicara apakah UPT atau LTD tetapi
kesemuanya itu dibalut dengan regulasi dari
implikasi yang timbulkan terhadap proses pela-
beberapa kementerian terkait. Kementerian
yanan. Sejauh ini fleksibilitas dalam pengelolaan
Dalam Negeri telah mengatur kelembagaan,
sumberdaya menjadi daya ungkit terbesar da-
pengelolaan keuangan, pengelolaan barang dan
lam upaya memenuhi tuntutan masyarakat.
pengelolaan sumber daya manusia Daerah,
Fleksibilitas merupakan pengecualian dalam
Kementerian PAN mengatur pengelolaan PNS,
pengelolaan keuangan yang bertujuan mening-
Kementerian Kesehatan mengatur aspek teknis
katkan kualitas pelayanan. Pengalaman selama
penyelenggaraan RS. Berbagai regulasi tersebut
ini membuktikan bahwa sistem pengelolaan
diterjemahkan oleh Pemerintah Daerah menjadi
keuangan instansi pemerintah daerah yang ber-
pedoman penyelenggaraan RSD. Bahkan secara
laku umum belum dapat menyokong upaya pen-
gamblang dapat dikatakan bahwa terdapat
ingkatan kualitas layanan dalam hal kecepatan
sejumlah regulasi yang mengatur dalam
pemenuhan kebutuhan. Fleksibilitas (sebagai
pengelolaan rumah sakit, mulai dari jumlah dan
BLUD) diartikan sebagai kemudahan baik dari
jenis tenaga, keselamatan dan kesehatan kerja
sisi peraturan maupun dari sisi waktu dalam
Rumah Sakit (K3RS), keselamatan pasien,
mengelola sumberdaya yang bertujuan pada
sampai dengan pengelolaan limbah di rumah
upaya efektifitas dan efisiensi.
sakit. Rumah sakit adalah instutusi yang paling
komplek dan high regulated.
Arah dan fleksibilitas dalam Pengelolaan
Dalam menjalankan fungsinya, rumah Keuangan BLU (PK-BLU)/BLUD (PK-BLUD)
sakit memiliki ritme yang berbeda dengan insti- merupakan derivasi UU Nomor 1 Tahun 2004
tusi lainnya. Pengelola rumah sakit dihadapkan tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor
pada situasi dimana dituntut pengambilan kepu- 17 Tahun 2003. Kebijakan BLU tidak merubah
tusan yang cepat, tepat dan strategis yang ber- regulasi tentang kelembagaan RSD, namun bila

2
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

akan menerapkan PK BLUD, maka sepenuhnya bentuk kelembagaan apalagi jabatan


harus mengikuti pengaturan UU Nomor 1 Tahun direktur. RSD telah memiliki pengalaman saat
20013 dan peraturan turunannya (PP Nomor 23 menjadi UPT dimana nuansa birokrasi sangat
Tahun 2005). Saat ini hampir 73% Rumah Sakit dominan menyebabkan pelayanan RSD jauh dari
Daerah sudah menerapkan PK-BLUD. Kebijakan baik. Pada saat itu RSD dikenal kotor, kumuh,
meningkatkan kelembagaan RSD dari UPT men- “kereng” (galak), penuh dengan komplain dan
jadi LTD dengan PP Nomor 8Tahun 2003 semua predikat jelek. Sejarah mencatat bahwa
dikombinasikan dengan kebijakan BLU dengan sejak RSD ditetapkan sebagai LTD dengan
PP No 23 Tahun 2005 memberikan sumbangsih pengelolaan keuangan BLUD, mutu layanan naik
luar biasa dalam meningkatkan kinerja RSD di secara signifikan.
seluruh Indonesia.
Sehubungan dengan perubahan kelem-
bagaan RSD dari Lembaga Teknis Daerah (LTD) Tujuan dan Ruang Lingkup
menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas,
sejumlah langkah telah dilakukan Asosiasi Ru-
mah Sakit Daerah (ARSADA). Berbagai langkah Buku putih ini bertujuan untuk:
tersebut didasari pada mandat yang ditetapkan 1. Memberikan gambaran konkrit mengenai
oleh MUNAS 2016. Mandat berisi 2 (dua) hal mengenai situasi dan kondisi RSD kepada
pokok yaitu: seluruh pemangku kepentingan seiiring
1. Melakukan advokasi kepada Kementeri- dengan semakin tingginya tuntutan da-
an Dalam Negeri, Kementerian Pendaya- lam pemberian pelayanan;
gunaan Aparatur Negara dan Reformasi 2. Memberikan gambaran mengenai perjal-
Birokrasi, dan Kementerian Kesehatan.
anan RSD dari waktu ke waktu kepada
Mandat ini telah dilaksanakan dan sam-
pemangku kepentingan, terutama ket-
pai dengan saat ini, ketiga Kementerian
erkaitan langsung antara kelembagaan,
belum memiliki kesamaan pemahaman
pengelolaan RSD dengan mutu layanan;
tentang kompleksitas pengelolaan RSD
yang berdampak pada mutu layanan. 3. Memberikan informasi secara objektif
mengenai sejumlah kendala dan upaya-
2. Perlunya melakukan pengajuan Judisial
upaya apa yang telah dilakukan dalam
Review atas PP Nomor 18 Tahun 2016 ke
Mahkamah Agung. dengan pengacara mengupayakan kelembagaan yang dapat
Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra. Adapun menunjang fleksibiltas dalam pengel-
judisial review telah diajukan dan sampai olaan sumberdaya.
dengan ditulisnya buku putih ini, namun 4. Memberikan usulan terkait model kelem-
belum ada keputusan dari Mahkamah bagaan RSD.
Agung.
Lingkup dalam tulisan ini mencakup per-
Penting untuk digaris bawahi bahwa masalahan RSD, setiap peraturan perundang-
berbagai upaya yang ditempuh bertujuan untuk undangan yang mengikat, serta usulan model
memastikan kualitas layanan menjadi lebih kelembagaan RSD yang dapat menjawab tuntu-
baik, tidak untuk mempertahankan tan pemangku kepentingan.

3
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Mekanisme Penyusunan

Proses penyusunan buku putih ini diawa-


li dengan kegiatan brainstorming pada sejumlah
praktisi, pemerhati, dan akademisi. Sejumlah
data dikumpulkan melalui telaah peraturan pe-
rundang-undangan dan juga wawancara dengan
sejumlah pemangku kepentingan yang terdiri
dari praktisi, akademisi, kepala daerah dan
DPRD. Untuk melengkapi kajian, maka pada bu-
ku putih ini ditampilkan sejumlah data kinerja
RSD sebagai studi kasus. Adapun setiap data
yang yang terkumpul divalidasi untuk memasti-
kan keshahihannya.

4
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

POTRET RUMAH SAKIT DAERAH


Potret Rumah Sakit Daerah

Profil Rumah Sakit Daerah Selain berdasarkan status kepemilikan, profil


RSD juga dapat dilihat dari kelas RS. Saat ini,
Saat ini, terdapat 710 RSD dimiliki oleh
RSD didominasi oleh RS kelas C yang paling ban-
provinsi dan kabupaten/kota dengan gambaran
yak dimiliki oleh pemerintah kabupaten.
proporsinya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Adapun mayoritas dari RSD dimiliki
oleh pemerintah kabupaten.

Gambar 2. Proporsi RSD Berdasar-


kan Kelas Rumah Sakit
Gambar 1. Proporsi RSD Berdasarkan Sumber: Data ARSADA
Status Kepemilikan
Selanjutnya, peta distribusi 46% RSD
Sumber: Data ARSADA kelas C disajikan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 3. Distribusi RSD Kelas C


Sumber: Data ARSADA

Saat ini di Indonesia berjumlah 710 RSD tersebar kedalam seluruh provinsi. Masih terdapat sekitar
20% RSD yang belum BLUD.

5
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Kinerja Rumah Sakit Daerah Selain kinerja pelayanan, kinerja keu-


angan juga memperlihatkan hal yang serupa.
Dalam satu dekade terakhir, RSD meru-
Pada gambar 5, diperlihatkan besaran persen-
pakan perangkat daerah dengan pengelolaan
tase penggunaan anggaran APBD yang memper-
keuangan BLUD yang banyak melakukan upaya
lihatkan tren menurun. Dari gambar ini, dapat
-upaya perbaikan. Inovasi dilakukan hampir di-
disimpulkan bahwa RSD menuju kearah ke-
setiap RSD di Indonesia. Semua berlomba-lomba
mandirian. Sebagian besar pengeluaran RSD
memberikan pelayanan terbaik. Beberapa hasil
dibiayai oleh anggaran yang bersumber dari
survey memperlihatkan peningnkatan angka
BLUD.
kepuasan masyarakat yang sejalan dengan
turunnya angka pengaduan yang dapat dipantau
melalui indikator pengaduan pemerintah dae-
rah.
Sejalan dengan hasil suvey dan indikator
pengaduan, gambar di bawah ini memperlihat-
kan tren kinerja pelayanan di 4 (empat) RSD Ke-
laas B dalam beberapa tahun terakhir.

Gambar 5. Tren Penggunaan Dana APBD


RSUD (Dalam Persen)
*Studi Kasus Dua Rumah Sakit Daerah
Tren menurunnya penggunaan anggaran
APBD juga dibuktikan dengan tren peningkatan
angka Cost Recovery Rate (CRR) BLUD pada
Gambar 4. Tren Kinerja Pelayanan Rawat RSD. Pada gambar di bawah ini, diperlihatkan
Jalan RSUD Kelas B
angka CRR BLUD yang terus bergerak naik.
*Studi Kasus Empat Rumah Sakit Daerah
Kenaikan angka kunjungan yang tajam
pada tahun 2012 dikarenakan sebagian besar
RSD pada gambar di atas memulai sebagai BLUD
di tahun 2011. Jika diperhatikan lebih dalam,
persentase kenaikan kinerja pelayanan jauh
menjadi lebih besar dengan rata-rata mencapai
20% pasca BLUD. Dari gambar, dapat disimpul-
kan bahwa kelembagaan LTD dengan fleksibili-
tas BLUD memberikan pengaruh yang sangat
Gambar 6. Tren Cost Recovery Rate
signifikan terhadap peningkatan kinerja pela-
(Dalam Persen)
yanan.

6
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Dari gambar di atas dapat disimpulkan lam benak masyarakat yang menikmati layanan
bahwa kinerja RSD cenderung naik seiring yang pernah diberikan. Banyak media menyam-
dengan perubahan kelembagaan yang membuat paikan upaya perbaikan yang telah dilakukan
pengelolaan keuangan dan barang/jasa menjadi yang kemudian diapresiasi oleh masyarakat, se-
lebih fleksibel, yang dibuktikan dengan mening- mentara yang lainnya menyampaikan harapan
katnya utilisasi. Adapun peningkatan angka uti- agar RSD dapat meningkatkan kualitas layanan.
lisasi diikuti dengan peningkatan kinerja keu- Kualitas pelayanan sebuah rumah sakit daerah
angan. Fleksibilitas yang dimiliki membuat RSD tentunya dipengaruhi oleh banyak hal, tetapi
terus mengembangkan pelayanan yang diikuti yang pasti adalah bentuk kelembagaannya. Men-
dengan peningkatan kinerja yang pada akhirnya gapa kelembagaan menjadi penting? Hal ini
menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Pen- dikarenakan kelembagaan menjadi pijakan da-
ingkatan kinerja pelayanan dan keuangan mem- lam setiap langkah yang dilakukan oleh RSD da-
bawa RSD kepada kemandirian yang dicita- lam semua kegiatan. Kelembagaan akan menga-
citakan. tur pengelolaan SDM, serta sumber daya uang
dan barang.
Metamorfosa Kelembagaan RSD kerapkali mengalami perubahan da-
Rumah Sakit Daerah lam kelembagaan yang akan memberikan im-
plikasi dalam pengelolaan sumberdaya. Periode
Mendengar nama RSD tentu memberikan kelembagaan dan implikasinya dapat dilihat pa-
kesan yang beragam. Kesan tersebut timbul da- da tabel di bawah ini:

Tabel 1. Periode Kelembagaan dan Implikasinya


BENTUK KELEMBAGAAN DAN
PERIODE IMPLIKASI
PENGELOLAAN KEUANGAN
Pada periode ini, pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh RSD masih jauh dari yang di-
 UPT dari Dinas Kesehatan. harapkan. RSD terlihat tidak semaju rumah sa-
 Anggaran operasional dan investasi kit milik BUMN atau rumah sakit milik
Periode Ta- bagian dari anggaran Dinas Kesehatan. pemerintahan pusat. RSD dihadapkan dengan
hun 1980  Pendapatan RSD wajib disetor ke Kas sistem pengelolaan yang sangat biroratis yang
Daerah dalam waktu 1x 24 jam. menyebabkan kesulitan untuk mengupayakan
 SDM harus berstatus PNS. perbaikan. Pengelolaan keuangan, SDM dan
barang tidak mandiri.

Dengan memiliki mata anggaran sendiri, RSD


 UPT Dinas kesehatan. dapat mengalokasikan sendiri anggarannya
 Anggaran operasional terpisah dari yang disesuaikan dengan kebutuhan, tetapi
anggaran dinas kesehatan. Alokasi dengan adanya kewajiban meyetor maka
Periode
ditentukan oleh dinas kesehatan.
Akhir Ta- sejumlah aktifitas di rumah sakit yang membu-
 Anggaran investasi merupakan bagian tuhkan anggaran segera menjadi terhambat.
hun 1980
dari anggaran Dinas Kesehatan. Pengelolaan keuangan sedikit lebih mandiri,
 Pendapatan RSD wajib disetor ke Kas sedangkan pengelolaan SDM dan barang tidak
Daerah dalam waktu 1x 24 jam. mandiri.

7
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

BENTUK KELEMBAGAAN
PERIODE DAN PENGELOLAAN IMPLIKASI
KEUANGAN
 UPT Dinas Kesehatan se-
bagai Unit Swadana Dae-
rah (USD).
 Anggaran operasional RSD Swadana memberikan fleksibitas dalam pengelolaan keu-
terpisah dari anggaran angan yang juga menghilangkan kewajiban menyetor ke Kas
Dinas Kesehatan, di mana Daerah. Perubahan pola pengelolaan keuangan ini berim-
alokasi ditentukan oleh plikasi pada terbukanya ruang-ruang perbaikan pengel-
Dinas Kesehatan.
Periode olaan RSD walaupun kelembagaan RSD masih berbentuk
Awal 1990  Anggaran investasi adalah UPT dari Dinas Kesehatan. Perbaikan terjadi dimana-mana
bagian dari anggaran Di-
dengan berkembangnya jenis pelayanan, perbaikan sarana
nas Kesehatan.
dan prasarana yang diikuti dengan kenaikan jumlah pasien.
 Pendapatan tidak disetor, Pengelolaan keuangan mandiri, pengeloaan barang mandiri
bisa langsung digunakan.
sebagian dan pengelolaan SDM tidak mandiri.
 Pengadaan barang sesuai
peraturan pengadaan ba-
rang pemerintah daerah
Fleksibiltas yang diperoleh dari bentuk swadana di-
hilangkan dengan keluarnya UU Nomor 20 Tahun 1997 Ten-
tang PNBP, maka RSD kembali pada kewajiban menyetor ke
Periode  UPT Dinas Kesehatan. Kas Daerah. Pada periode ini, RSD jalan di tempat, karena
Akhir 1990  Sistem retribusi. setiap upaya perbaikan yang akan dilakukan menjadi ter-
hambat dengan sistem retribusi. RSD pun diwajibkan
kembali untuk menyetorkan semua pendapatannya ke kas
daerah dalam waktu 1x24 jam..
Periode ini ditandai dengan otonomi daerah sesuai dengan
keluarnya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Kelembagaan RSD berubah dari UPT menjadi LTD
sesuai dengan Keppres Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pe-
LTD doman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.
LTD kembali memberi harapan pada para pengelola RSD
untuk kembali meningkatkan pelayanan. Bentuk ini mem-
berikan ruang karena berada langsung di bawah kepala dae-
Periode rah..
Awal  Keppres Nomor 40 Tahun 2001 membuka 2 (dua) alter-
Tahun natif kelembagaan RSD, sbg LTD atau sbg BUMD.
2000  Pada tahun 2003, Pemda DKI Jakarta melakukan uji co-
ba penerapan kelembagaan RSD sebagai BUMD, dengan
menerbitkan Perda BUMD RSUD Cengkareng, RS Haji
Jakarta dan RSUD Pasar Rebo.
BUMD
 Pada tahun 2006, Perda BUMD tersebut dicabut setelah
MA mengabulkan permohonan judicial review oleh LSM.
 RSUD Cengkareng dan RSUD Pasar Rebo sudah kembali
menjadi UPT Dinkes, namun proses pembubaran BUMD
RS Cengkareng dan RSD Haji belum selesai.

8
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

BENTUK KELEMBAGAAN DAN


PERIODE IMPLIKASI
PENGELOLAAN KEUANGAN
Periode ini dianggap sebagai periode ideal
dalam pengelolaan RSD. Pada periode ini,
RSD memiliki bentuk kelembagaan yang ideal
sebagai LTD yang artinya langsung di bawah
supervisi Kepala Daerah dan memiliki pola
pengelolaan yang fleksibel dengan bentuk
BLUD. RS tidak lagi memiliki kewajiban me-
nyetor dan dapat menggunakan anggaran
 LTD langsung sesuai dengan RBA. Fleksibilitas
 BLUD dalam pengelolaan keuangan ini menyebab-
kan pada periode ini banyak RSD yang men-
 Anggaran operasional terpisah galami kemajuan yang signifikan. Para pro-
Periode Akhir 2000 dari anggaran dinkes, alokasi fessional di dunia perumahsakitan mulai
ditentukan oleh TAPD. menggeliat. RSD meningkatkan mutu pela-
 Anggaran investasi merupakan yanan kesehatan melalui sejumlah aktifitas
anggaran BLUD RSUD. termasuk di dalamnya merekrut pegawai-
pegawai professional, baik PNS maupun non
PNS yang dapat dilakukan sebagai bentuk
dari fleksibilitas BLUD. RSD menunjukkan
keberhasilannya melalui pencapaian pada
sejumlah indikator Kementerian Keuangan
pada penilaian kinerja keuangan dan kinerja
pelayanan. RSD memiliki kemandirian dalam
pengelolaan keuangan, barang dan SDM.

 UPT Dinas Kesehatan Pada periode ini, pengelola RSD dikejutkan


dengan kembali berubahnya kelembagaan
 Otonomi
yang semua LTD menjadi UPT. RSD kembali
 BLUD ke kelembagaan awalnya. Tertulis bahwa RSD
 Anggaran operasional terpisah tetap menjadi BLUD dan memiliki otonomi.
dari anggaran Dinas Kesehatan. Belum adanya aturan turunan dari PP Nomor
Periode 2016 18 Tahun 2016, yang menyebabkan tim-
Belum terdapat kejelasan ten-
bulnya sejumlah permasalahan sebagai aki-
tang alokasi anggaran, yakni
bat dari ketidakjelasan peran antara PA dan
apakah ditentukan oleh Dinas
KPA di RSD. RSD memiliki kemandirian da-
Kesehatan atau mandiri.
lam pengelolaan keuangan dan untuk pengel-
 Anggaran investasi bagian dari olaan barang mandiri sebagian dan tidak
anggaran Dinas Kesehatan mandiri dalam pengelolaan SDM.

9
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kedaruratan korporat adalah fenomena di mana
RSD kerap kali mengalami perubahan kelem- pembuat keputusan di rumah sakit dihadapkan
bagaan. Sumber daya yang cukup tetapi tidak dengan kondisi emergensi yang menuntut kepu-
dapat optimal dalam pengelolaannya dikare- tusan segera, seperti misalnya terjadinya water
nakan bentuk kelembagaan yang minim fleksi- supply disruption yang berdampak pada risiko
bilitas. Pada beberapa periode, kelembagaan penyebaran infeksi, terputusnya aliran listrik
dan pengelolaan sumber daya RSD sama dengan secara mendadak saat proses operasi sedang
Puskesmas. Secara sederhana dan kasat mata, berlangsung, saat sejumlah pasien ICU mengan-
dengan mudah dapat kita katakan bahwa kedua dalkan nafasnya pada alat-alat listrik dan
unit tersebut secara karakter organisasinya kedaruraratan lainnya. Keadaan ini tidak dapat
berbeda dan sumber daya yang dikelolanya pun segera diselesaikan apabila tidak didukung oleh
berbeda. Lantas pertanyaannya, bagaimana proses pengambilan keputusan yang tepat dan
mungkin kelembagaan dan pengelolaan cepat jauh dari birokrasi. Bagaimana keputusan
keduanya disamakan? bisa dilakukan dengan cepat tanpa birokrasi
yang panjang? Adalah dengan diberikan otono-
Rumah sakit adalah organisasi yang di-
mi dan fleksibilitas pengelolaan dan tentunya
tuntut memberikan pelayanan yang efektif,
fleksibilitas melekat erat pada bentuk kelem-
efisien, cepat dan tanggap. Rumah sakit sering-
bagaan.
kali dihadapkan pada kedaruratan korporat.

10
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

RUMAH SAKIT DAERAH DALAM TATANAN


KEBIJAKAN

Amanah Undang-Undang Dasar fasilitas pelayanan kesehatan perseorangan


yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan tingkat kedua dan ketiga.
Memberikan pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit adalah institusi pemberi layanan
kewajiban negara, seperti diamanahkan dalam kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28, yakni se-
kesehatan perseorangan secara paripurna yang
tiap orang berhak memperoleh pelayanan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
kesehatan dan dalam pasal 34 dijelaskan pula dan gawat darurat. Pemerintah dan pemerintah
bahwa negara bertanggung jawab atas penye- daerah bertanggungjawab menyediakan rumah
diaan fasilitas pelayanan kesehatan. Lebih lanjut sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat serta
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 memberikan perlindungan kepada rumah sakit
tentang Kesehatan, ditegaskan kembali melalui agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
pasal 5 bahwa setiap orang berhak memperoleh secara professional dan bertanggung jawab
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan (Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Ten-
terjangkau. Adapun untuk menjamin hak terse- tang Rumah Sakit).
but, menjadi tanggungjawab pemerintah untuk
menyediakan fasilitas kesehatan. Berdasarkan pada amanat PP Nomor
47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan kesehatan di definisi- Kesehatan, pemerintah Daerah bertanggungja-
kan sebagai suatu alat dan/atau tempat yang wab dalam menyediakan rumah sakit sesuai
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pe- dengan kebutuhan masyarakat, yakni paling
layanan kesehatan, baik promotif, preventif, ku- sedikit 1 (satu) rumah sakit dengan klasifikasi
ratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh paling rendah kelas D untuk setiap kabupaten/
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau kota dan paling rendah kelas B untuk setiap
masyarakat. Fasilitas layanan kesehatan terdiri provinsi.
dari layanan kesehatan perseorangan dan
layanan kesehatan masyarakat yang meliputi
tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat keti- Kelembagaan Rumah Sakit
ga. Pelayanan kesehatan perseorangan di- Daerah
tujukan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan per individu dan keluar-
ga. Fasilitas pelayanan kesehatan dilaksanakan Sebagai rumah sakit milik pemerintah
daerah, maka peraturan perundang-undangan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan swasta
yang pertama kali perlu untuk dikaji secara
(Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Ten-
lebih mendalam ialah yang terkait dengan Un-
tang Kesehatan).
dang-undang Pemerintahan Daerah. Hal ini
Merujuk pada definisi fasilitas kesehatan dikarenakan peraturan mengenai pemerintahan
di atas, maka rumah sakit merupakan salah satu daerah kerapkali berubah, tercatat telah terjadi

11
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

7 (tujuh) kali perubahan sejak tahun 1945. Beri- RSD dapat berbentuk Lembaga Teknis Daerah
kut di bawah ini adalah daftar peraturan yang (LTD) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
pernah mengatur tentang pemerintah daerah: peraturan ini kemudian diikuti oleh Peraturan
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang
Komite Nasional Daerah menyatakan bahwa kelembagaan RSD adalah
LTD.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Pada tahun 2003, pemerintahan Provinsi
Daerah DKI Jakarta menindaklanjuti Keppres Nomor 41
dengan menginisiasi kelembagaan RSD sebagai
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965
Badan Usaha Milik Daerah (Perseroan). Inisiasi
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
RSD sebagai BUMD ini kemudian berakhir
Daerah
dengan Keputusan Mahkamah Agung yang
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 membatalkan Perda Nomor 13, 14 dan 15 tahun
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan 2004 yang berisi tentang perubahan status
Daerah RSUD menjadi Perseroan Terbatas lewat
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 keputusan MA Reg. Nomor 05 P/HUM/2005.
Tentang Pemerintahan Daerah Pertimbangan hukum kala itu antara lain RSUD
harus memenuhi pelayanan hak atas kesehatan,
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bukan berorientasi bisnis yang mengedepankan
Tentang Pemerintahan Daerah keuntungan. Selain itu, dengan adanya isu
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 privatisasi berarti mengubah sifat pelayanan
Tentang Pemerintahan Daerah publik yang pada akhirnya akan merugikan
masyarakat miskin dan juga menghalangi akses
Untuk merespon keinginan akan otonomi
mereka atas hak kesehatannya.
pemerintah daerah, Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah Pada tahun 2004, Undang-Undang No-
mengamanahkan desentralisasi untuk urusan mor 32 memperkuat kelembagaan RSD sebagai
pemerintahan pusat ke daerah yang kemudian LTD yang berada langsung di bawah kepala dae-
diimplementasikan pada tahun 2001. Otonomi rah. Undang-Undang ini kemudian turut diikuti
daerah ini bertujuan untuk meningkatkan dengan keluarnya Permendagri Nomor 61 Ta-
pelayanan kepada masyarakat. Untuk dapat hun 2007 mengenai Pedoman Teknis Pengel-
memberikan layanan kepada masyarakat, maka olaan Keuangan BLUD dan Permenpan Nomor 2
sangat dibutuhkan pengelolaan sumber daya Tahun 2007 yang menyatakan bahwa RSD yang
yang adequate. Sumber daya dapat dikelola menerapkan PPK BLUD berkedudukan langsung
dengan baik apabila bentuk kelembagaannya di bawah Kepala Daerah yang secara operasion-
mumpuni. Mempertimbangkan hal tersebut, al sehari-hari dikoordinasikan oleh Sekretaris
maka pada tahun 2001, terbitlah Keppres Daerah. Di masa ini, mutu layanan kesehatan
Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman menjadi lebih baik karena terbukanya ruang un-
Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit tuk terus melakukan upaya perbaikan dan
Daerah yang menetapkan bahwa kelembagaan fleksibilitas yang diberikan dalam bentuk PPK

12
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

BLUD. Kondisi ini memperlihatkan nuansa Nomor 18 Tahun 2016) merubah kelembagan
birokrasi yang mulai memudar. Profesionalitas RSD yang semula Lembaga Teknis Daerah (LTD)
dalam pengelolaan RSD terus meningkat. menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
yang bersifat otonom. Perubahan ini sangatlah
Di saat upaya-upaya perbaikan terus bertentangan dengan Undang-Undang Rumah
menerus dilakukan dalam rangka meningkatkan Sakit dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
pelayanan, terbit Undang-Undang Nomor 23 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk
Tahun 2014, di mana pada Undang-Undang ini lebih jelasnya, tabel berikut memperlihatkan
nomenklatur Lembaga Teknis Daerah (LTD) narasi dari pasal-pasal yang menyatakan bentuk
kembali hilang. Peraturan turunannya (PP kelembagaan RSD.

Tabel 2. Pendanaan PP Nomor 18 Tahun 2016, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, dan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang UPT
Peraturan Pemerintah No mor18
Undang-Undang Nomor 44 Tahun Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2016 Tentang Perangkat
2009 Tentang Rumah Sakit Tahun 2014 Tentang ASN
Daerah
Unit pelaksana Teknis Dinas Daerah Rumah sakit yang didirikan oleh Instansi daerah merupakan
provinsi/kabupaten/kota di bidang pemerintah dan pemerintah daerah perangkat daerah di tingkat
kesehatan berupa RSD provinsi se- sebagaimana dimaksud pada ayat (2) provinsi dan perangkat dae-
rah di tingkat kabupaten/kota
bagai unit organisasi yang bersifat harus berbentuk UPT dari instansi yang meliputi sekretariat dae-
fungsional dan unit layanan yang yang bertugas di bidang kesehatan rah, sekretariat dewan per-
bekerja secara profesional. (KEMKES), Instansi tertentu (TNI, wakilan rakyat daerah, dinas
POLRI), atau Lembaga Teknis daerah, dan lembaga teknis
Daerah dengan pengelolaan Badan daerah.
Layanan Umum (Pusat) atau BLUD
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Perangkat Daerah provinsi terdiri


atas:
a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat DPRD;
c. Inspektorat;
d. Dinas; dan
e. Badan.

Perangkat Daerah kabupaten/kota


terdiri atas:
a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat DPRD;
c. Inspektorat;
d. Dinas;
e. Badan; dan
f. Kecamatan.

13
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa merta menghilangkan LTD (kelembagaan RSD
kesenjangan antar peraturan yang menaungi setingkat SKPD) yang telah diimplementasikan
kelembagaan rumah sakit daerah. Seyogyanya, secara luas oleh lebih dari 700 RSD melalui
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Keppres Nomor 40 Tahun 2001, PP Nomor 8
Pemerintah Daerah melalui PP Nomor 18 Tahun Tahun 2003 dan UU Nomor 32 Tahun 2004.
2016 yang menghapus bentuk LTD dengan Seyogyanya dipikirkan bahwa pengganti bentuk
turut mempertimbangkan Undang-Undang yang kelembagaan LTD adalah kelembagaan yanng
mengatur sektor kesehatan dan kepegawaian setingkat dengan SKPD (Dinas atau Badan) agar
(ASN), khususnya Undang-Undang rumah sakit, dapat diimplementasi dengan sebaik-baiknya
mengingat Undang-Undang Nomor 23 Tahun tanpa merubah banyak struktur kebijakan yang
2014 terbit belakangan dari Undang-Undang akan berpengaruh langsung terhadap kualitas
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. layanan. Sungguh menggelitik melihat situasi di
Jelas sekali bahwa pada Undang-Undang Rumah mana keberlangsungan 700 RSD (LTD)
Sakit menyatakan bahwa RSD berbentuk LTD. diputuskan tanpa kajian yang mendalam,
Apabila diperhatikan lebih lanjut, maka komprehensif, dan sinkron dengan peraturan
keberadaan LTD dalam Undang-Undang Nomor lain yang terkait.
44 Tahun 2009 sesungguhnya merujuk dan
Selain terlihat adanya kesenjangan, peru-
merupakan kelanjutan dari Undang-Undang bahan ini juga menimbulkan sejumlah tanda
Nomor 32 Tahun 2004. Kesenjangan ini terjadi tanya bagi para pengelola dan pemerhati RSD.
dikarenakan tidak adanya analisis mendalam Kondisi ini seolah menjauhkan RSD dari ke-
tentang rencana untuk penghapusan LTD dari mandirian yang dicita-citakan. Upaya perbaikan
perangkat daerah yang seharusnya tercatat terus menerus yang digaungkan oleh pengelola
di dalam Naskah Akademik Undang-Undang RSD tentu saja akan terpengaruh dengan beru-
Nomor 23 Tahun 2014, sehingga terjadilah bahnya kelembagaan. Kelembagaan menjadi isu
“kecelakaan” pada pengaturan tersebut. penting dalam pengelolaan RSD. Betapa tidak,
saat sebuah kelembagaan berubah, maka ter-
Ketidakjelasan naskah akademik Undang catat setidaknya akan diikuti dengan 12 pera-
-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebabkan turan kepala daerah yang harus diselesaikan
hilangnya peluang untuk mengakomodir kelem- dengan segera untuk menjadi pedoman pengel-
bagaan RSD sebagai perangkat daerah yang te- olaan dan tentunya puluhan peraturan Direktur
lah berlangsung sejak tahun 2001. Undang- RS. Lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel di
Undang Nomor 23 Tahun 2014 dengan serta bawah ini:

14
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Tabel 3. Daftar Perubahan Peraturan Sebagai Implikasi Perubahan Kelembagaan RSD

BENTUK KELEMBAGAAN
NO
LTD UPT
Peraturan Daerah Organisasi Perangkat Daerah Peraturan Kepala Daerah Organisasi Perangkat
1 (LTD) Daerah (UPT)
Peraturan Kepala Daerah Struktur Organisasi Peraturan Kepala Daerah Struktur Organisasi RSD
2 RSD sebagai SKPD sebagai UPT
Keputusan Kepala Daerah Penetapan sebagai Keputusan Kepala Daerah Penetapan Sebagai BLUD
3 BLUD SKPD UPT
4 Peraturan Kepala Daerah SPM BLUD SKPD Peraturan Kepala Daerah SPM BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Tata Kelola BLUD Peraturan Kepala Daerah Tata Kelola BLUD UPT
5
SKPD
Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Keu- Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Keuangan
6
angan BLUD SKPD BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Kebijakan Akuntansi Peraturan Kepala Daerah Kebijakan Akuntansi
7 BLUD SKPD BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Barang Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Barang
8 BLUD SKPD BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan SDM Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan SDM BLUD
9 BLUD SKPD UPT
Peraturan Kepala Daerah Remunerasi BLUD
10 Peraturan Kepala Daerah Remunerasi BLUD UPT
SKPD
11 Peraturan Kepala Daerah Tarif BLUD SKPD Peraturan Kepala Daerah Tarif BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Dewan Pengawas Peraturan Kepala Daerah Dewan Pengawas BLUD
12 BLUD SKPD UPT

Turunan PP Nomor 23 Tahun 2005,PP Nomor 74 Tahun 2012, dan


Permendagri Nomor 61 Tahun 2007

Mengingat bahwa sejumlah peraturan di Menyikapi hal seperti ini dibutuhkan kebijakan
atas menjadi pedoman bagi pengelola RSD da- transisi.
lam menjalankan tugas dan fungsinya, maka Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18
efektifitas pengelolaan RSD akan terganggu seir- Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah, dise-
ing dibutuhkannya sejumlah waktu dalam mem- butkan bahwa RSD bersifat otonom dalam
persiapkan aturan-aturan tersebut. penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan
Selain implikasi dari sisi aturan turunan, tata kelola klinis. Pasal ini seyogyanya
muncul kekhawatiran bahwa bentuk baru menghilangkan tanda tanya dan kekhawatiran
kelembagaan RSD akan memperpanjang mata di atas tetapi sayangnya belum terdapat definisi
rantai dalam proses pengambilan keputusan yang jelas dari otonomi tersebut mengingat Per-
yang pada gilirannya akan mempengaruhi kuali- pres sebagai aturan turunan dari PP belum juga
tas pelayanan. Kekhawatiran ini tentu tidak ser- terbit. Dengan berbentuk UPT, maka segala
ta merta timbul begitu saja, tetapi melihat dari sesuatu di rumah sakit dikhawatirkan akan
pengalaman kelembagaan RSD sebelumnya sep- diberlakukan layaknya institusi lainnya semen-
erti sudah dijelaskan pada pembabhasan sebe- tara rumah sakit memiliki kekhususannya
lumnya. Pada saat sebagian peraturan sudah sendiri di mana dibutuhkan lebih banyak fleksi-
berubah dan sebagian lagi belum berubah, maka bilitas untuk melakukan upaya perbaikan secara
akan berpotensi menimbulkan masalah dalam terus menerus tanpa terkunci dalam belenggu
pelaksanaannya dan pertanggung jawabannya. birokrasi.

15
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

BLUD Rumah Sakit Daerah yang aman, bermutu dan terjangkau. Dalam
rangka menyediakan layanan kesehatan yang
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 aman dan bermutu, maka undang-undang Ru-
yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mah Sakit mengamanahkan Badan Layanan
memperoleh pelayanan kesehatan dan ditegas- Umum (BLU) sebagai bentuk pengelolaan. Ama-
kan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun nah ini juga termaktub dalam PP Nomor 18 Ta-
2009 tentang Kesehatan bahwa setiap orang hun 2016 seperti dapat dilihat dalam tabel di
berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan bawah ini.

Tabel 4. Padanan PP Nomor 18 Tahun 2016 dengan


Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang BLU

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2014


2016 Tentang Perangkat Daerah Tentang Rumah Sakit
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan
Rumah sakit Daerah provinsi/kabupaten/ pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada
kota bersifat otonom dalam penyeleng- Ayat (2) harus berbentuk UPT dari Instansi yang
garaan tata kelola rumah sakit dan tata kel- bertugas di bidang kesehatan, instansi tertentu,
ola klinis serta menerapkan pola pengel- atau LTD dengan pengelolaan BLU atau BLUD
olaan keuangan BLUD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Badan Layanan Umum dibentuk untuk disempurnakan dengan PP Nomor 74 Tahun


meningkatkan pelayanan kepada masyara- 2012.
kat dalam rangka memajukan kesejahteraan
Menjadi menarik untuk menyibak alasan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. mengapa rumah sakit yang didirikan oleh dae-
Kekayaan Badan Layanan Umum merupakan rah diharuskan menerapkan PK-BLUD? BLUD
kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya atau unit kerja pada SKPD di lingkungan
untuk menyelenggarakan kegiatan Badan pemerintah daerah yang dibentuk untuk mem-
Layanan Umum yang bersangkutan (Undang- berikan pelayanan kepada masyarakat berupa
Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Per- penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
bendaharaan Negara). tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
Bentuk pengelolaan ini dianggap sebagai prinsip efisiensi dan produktivitas. BLUD ber-
bentuk ideal yang menyediakan fleksibilitas. tujuan memberikan layanan umum secara lebih
Fleksibilitas dalam pengelolaan diatur melalui efektif dan efisien sejalan dengan praktek bisnis
PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Badan yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan ber-
Layanan Umum yang kemudian diturunkan dasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
dalam Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 kepala daerah (Permendagri Nomor 61 Tahun
Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Keu-
BLUD, selanjutnya beberapa pasal dalam PP angan BLUD).
Nomor 23 Tahun 2005 diubah dan kemudian

16
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK- diperkenankannya membuat aturan pengadaan


BLUD) adalah pola pengelolaan keuangan yang barang dan/atau jasa sendiri, terlepas dari
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan pengadaan barang dan/jasa pemerintah.
untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang Semua ini memberikan arti bahwa
sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
pemerintah secara halus meminta agar
masyarakat, sebagai pengecualian atas ketentu-
regulator mulai belajar melepas kewenangan
an-ketentuan pengelolaan keuangan daerah pa-
pengelolaan unit pelaksana dari pengelolaan
da umumnya. Fleksibilitas yang dimaksud ada- regulator, memperkuat kapasitas perencanaan,
lah keleluasaan pengelolaan keuangan/barang pengawasan dan penilaian. Semua pemangku
BLUD pada batas-batas tertentu yang dapat kepentingan, unit pengelola, masyarakat sebagai
dikecualikan dari ketentuan yang berlaku umum pengguna dan BPJS perlu belajar. Regulator
(Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang sektor juga harus belajar melepas unit
Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan BLUD). pelaksana sektor, dan menghasilkan regulasi
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD ini dianggap sektor yang menyesuaikan dengan arah tujuan
yang paling tepat untuk dapat menjalankan BLUD.
amanah Undang-Undang Dasar sesuai dengan
karakter proses bisnisnya. Dengan bentuk Pada akhirnya, bila semua pemangku
BLUD, RSD memiliki fleksibilitas dalam pengel- kepentingan sudah matang, maka satuan/unit
olaan sumber daya dalam rangka memberikan kerja pelaksana dapat dilepas menjadi badan
pelayanan yang aman, bermutu dan terjangkau. hukum dengan aset yang dipisahkan. Dalam
konteks kebijakan untuk merubah satuan/unit
Kebijakan BLUD sesungguhnya bertujuan kerja seperti di atas, maka kebijakan merubah
untuk mulai memisahkan pengelolaan lembaga RSD dari lembaga struktural menjadi lembaga
regulator (pembuat kebijakan) dan pengelolaan non struktural dapat dimengerti. Adapun dalam
lembaga operator (pelaksana). Selama ini pola konteks kemandirian, meletakkan lembaga non
pengelolaan lembaga operator mengikuti pola struktural di bawah Dinas Kesehatan sulit untuk
pengelolaan lembaga regulator, demi alasan dipahami. Skenario lain yang mungkin dapat
efisiensi dana pemerintah. Pengelolaan lembaga dikembangkan adalah meletakkan lembaga non
operator yang masih tercatat dalam APBN/ struktural di bawah Kepala Daerah dan
APBD, secara perlahan mulai dilepaskan dari mekanismenya.
pengelolaan APBN/APBD. Pejabat pengelola
selanjutnya didorong untuk mulai berpikir Perubahan kelembagaan dari LTD ke
layaknya pengelola bisnis. UPT yang tentunya akan diikuti dengan per-
gantian bentuk BLUD yang semula BLUD SKPD
Tarif pendapatan dilepas dari peraturan menjadi BLUD Unit Kerja adalah polemik. Per-
daerah dan berganti menjadi Peraturan Kepala gantian bentuk diikuti dengan penyesuaian
Daerah. BLUD diminta menghitung biaya satuan seperangkat peraturan kepala daerah yang
per jenis layanan sebagai dasar penyusunan menaunginya, yang tentunya bukan proses yang
anggaran belanja BLUD. Pejabat pengelola dan mudah bagi Dinas Kesehatan dan RSD. Perganti-
pegawai tidak lagi tergantung pada PNS, an bentuk BLUD juga akan berimplikasi kepada
memlainkan terbuka ruang untuk merekrut pengadaan barang dan jasa di RSD. Jika semula
tenaga-tenaga non PNS. Pengadaan barang dan/ Pejabat Pengguna Anggaran (PA) melekat pada
atau jasa pun menjadi lebih fleksibel dengan pemimpin BLUD RSD, maka kini diasumsikan

17
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

akan menjadi pejabat kuasa pengguna anggaran


(KPA). Masih disebut asumsi karena jika dilihat
dari beberapa peraturan, maka untuk menjalan-
kan fungsi sebagai Pemimpin BLUD dalam hal
ini RSD, maka memiliki wewenang PA. Hal ini
dapat dilihat pada padanan tabel di bawah ini:

Tabel 5. Padanan PP 23/2005, Permenpan 02/2007 dan Permendagri 61/2007 Tentang


Fungsi Pemimpin BLUD

PP 23/2005 Permenpan 02/2007 Permendagri 61/2007


Pemimpin berfungsi sebagai penanggung Pemimpin adalah pejabat yang Pemimpin BLUD, mempunyai
jawab umum operasional dan keuangan memimpin satuan kerja yang tugas dan kewajiban, yakni:
BLU yang berkewajiban: menerapkan pola pengelolaan
a. Memimpin,
keuangan Satker PPK BLU yang
a. Menyiapkan rencana strategis bisnis mengarahkan, membina,
berfungsi sebagai penanggungj
BLU; mengawasi, mengen-
awab umum operasional dan
dalikan, dan mengevalua-
b. Menyiapkan RBA tahunan; keuangan satuan kerja PPK BLU.
si penyelenggaraan
c. Mengusulkan calon pejabat keuangan Sebutan pemimpin disesuaikan
kegiatan BLUD;
dan pejabat teknis sesuai dengan ke- dengan titelatur yang digunakan
oleh organisasi yang bersangku- b. Menyusun renstra bisnis
tentuan yang berlaku; dan
tan, seperti halnya Kepala (UPT), BLUD;
d. Menyampaikan pertanggungjawaban Direktur atau Direktur Utama c. Menyiapkan RBA;
kinerja operasional dan keuangan (Rumah Sakit), Rektor Pendidi-
BLU. kan Tinggi dan titelatur lainnya d. Mengusulkan calon pe-
yang sesuai dengan karakteristik jabat pengelola keuangan
masing-masing organisasi. Pem- dan pejabat teknis kepa-
impin berkewajiban: da kepala daerah sesuai
ketentuan;
a. Menyiapkan rencana strategi
bisnis; e. Menetapkan pejabat
lainnya sesuai kebutuhan
b. Menyiapkan Rencana Bisnis BLUD selain pejabat yang
Anggaran (RBA) tahunan; telah ditetapkan dengan
c. Mengusulkan calon pejabat peraturan perundangan-
keuangan dan pejabat teknis undangan; dan
sesuai ketentuan yang berla- f. Menyampaikan dan
ku; serta mempertanggungjawab-
d. Menyampaikan pertanggung kan kinerja operasional
jawaban kinerja operasional serta keuangan BLUD
dan keuangan. kepada kepala daerah.
Aadapun pemimpin BLUD
dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1),
mempunyai fungsi sebagai
penanggung jawab umum
operasional dan keuangan
BLUD.

18
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa Tugas-tugas di atas memberikan makna bahwa
pemimpin BLUD berfungsi sebagai penanggung- pemimpin BLUD adalah seorang PA, hal ini
jawab umum, operasional dan keuangan dengan dapat dilihat dari tugas seorang PA yang dirinci
tugas-tugasnya seperti tertulis dalam tabel 5. pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Padanan Fungsi Pemimpin BLUD dengan Wewenang Pengguna Anggaran

Fungsi Pemimpin BLUD Wewenang PA


Pemimpin berfungsi sebagai penanggung jawab Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang daerah
umum operasional dan keuangan BLUD yang mempunyai tugas dan wewenang:
berkewajiban:
1. Menyusun RKA-SKPD;
1. Menyiapkan rencana strategis bisnis BLUD;
2. Menyusun DPA-SKPD;
2. Menyiapkan RBA tahunan;
3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan penge-
3. Mengusulkan calon pejabat keuangan dan luaran atas beban anggaran belanja;
pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang
4. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
berlaku; dan
5. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerinta-
4. Menyampaikan pertanggungjawaban kinerja
hkan pembayaran;
operasional dan keuangan BLU.
6. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pa-
jak;
7. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan
pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetap-
kan;
8. Mengelola utang dan piutang yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
9. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah
yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya;
10. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
SKPD yang dipimpinnya;
11. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang
dipimpinnya;
12. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/
pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh kepala daerah;
13. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

Sumber: PP23/2005, PP 58/2005, Permenpan 02/2007 dan Permendagri 61/2007

19
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Jika mengacu pada peraturan-peraturan bahwa wewenang sebagai PA dan juga KPA
di atas, maka Pemimpin BLUD dalam menjalan- dilekatkan pada perangkat daerah dan unit ker-
kan fungsinya memiliki wewenang sebagai ja nya dan hal ini “dikunci” pada pada PP Nomor
Pengguna Anggaran (PA) yang bertanggung ja- 58 dan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007. Hal
wab kepada Kepala Daerah. Padanan peraturan ini menjadi tidak sejalan dengan ruh pengel-
di atas memperlihatkan fenomena “jumping” olaan BLUD khususnya fungsi Pemimpin BLUD
saat di padankan dengan peraturan lainnya. yang disampaikan di atas.
Seperti pada tabel 3.5 yang memperlihatkan

Tabel 7. Padanan PP 58/2005, Permendagri 02/61 dan PP 18/2016 Tentang


Posisi PA dalam Perangkat Daerah

PP 58/ 2005 Permendagri 61/2007 PP 18/ 2016


Satuan Kerja Perangkat Dae- Pemimpin BLUD-SKPD merupakan Selain unit pelaksana teknis dinas
rah yang selanjutnya disingkat pejabat pengguna anggaran/barang Daerah terdapat unit pelaksana
SKPD adalah perangkat dae- daerah. teknis dinas Daerah di bidang
rah pada pemerintah daerah kesehatan berupa rumah sakit
selaku pengguna anggaran/ Daerah sebagai unit organisasi
barang Pemimpin BLUD-Unit Kerja meru- bersifat fungsional dan unit
pakan pejabat kuasa pengguna ang- layanan yang bekerja secara pro-
garan/barang daerah pada SKPD fessional
induknya.
Rumah sakit Daerah provinsi da-
lam penyelenggaraan tata kelola
rumah sakit dan tata kelola klinis
dibina dan bertanggung jawab
kepada dinas yang menyeleng-
garakan Urusan Pemerintahan di
bidang kesehatan

Dapat disimpulkan bahwa untuk men- Kepala Rumah Sakit Daerah


jalankan fungsi sebagai pemimpin BLUD maka
melekat pada nya wewenang sebagai PA. Fleksi-
bilitas melekat pada kewenangan. Kewenangan Dalam PP Nomor 18 Tahun 2016, dikatakan
PA dan juga KPA tentu saja berbeda, dimana bahwa Kepala UPT daerah provinsi kabupaten/
kewenangan KPA sesuai dengan pelimpahan PA. kota yang berbentuk RSD provinsi dijabat oleh
Kekhawatiran yang kembali muncul adalah dokter dan dokter gigi yang ditetapkan sebagai
pembatasan kewenangan dalam pengadaan ba- pejabat fungsional dokter atau dokter gigi
rang dan jasa, dimana dalam Perpres Nomor 54 dengan diberikan tugas tambahan. Hal ini jelas
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan berbeda dengan apa yang diamanahkan dalam
Jasa Pemerintah, dikatakan bahwa kewenangan Undang-Undang Rumah Sakit. Adapun penjela-
KPA sesuai dengan pelimpahan PA (pasal ini tid- san secara rinci dijabarkan dalam tabel berikut
ak mengalami perubahan). Untuk menjamin ini:
fleksibilitas dalam pengelolaan, maka pelim-
pahan kewenangan ini perlu diatur lebih lanjut.

20
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

Tabel 8. Padanan PP Nomor 18/2016 dengan UU Nomor 44/2009 tentang Kepala RS

PP Nomor 18 tahun 2016 Tentang Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Ten-


Perangkat Daerah tang Rumah Sakit
Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga
Kepala UPT Daerah provinsi/kabupaten/kota medis yang mempunyai kemampuan dan keahl-
yang berbentuk RSD provinsi dijabat oleh ian di bidang perumahsakitan.
dokter dan dokter gigi yang ditetapkan se-
bagai pejabat fungsional dokter atau dokter Tenaga struktural yang menduduki jabatan se-
gigi dengan diberikan tugas tambahan. bagai pimpinan harus berkewarganegaraan In-
donesia.

Rumah S=Sakit diselenggarakan berasaskan


UPT dinas daerah provinsi/kabupaten/kota Pancasila dan didasarkan pada nilai kemanusi-
di bidang kesehatan berupa RSD provinsi se- aan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadi-
bagai unit organisasi bersifat fungsional dan lan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
unit layanan yang bekerja secara profesional. pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi social.

Padanan kedua pasal ini kembali dapat dengan Program Studi Manajemen Rumah Sakit
memperlihatkan adanya kesenjangan di mana di yang diperuntukkan menjawab kebutuhan
dalam UU RS dinyatakan dengan jelas bahwa tersebut.
kepala RS harus memiliki kemampuan dan
Masih didalam PP, disebutkan bahwa
keahlian di bidang perumahsakitan, sementara
kepala RSD adalah pejabat fungsional, hal ini
di PP 18/2016 diatur bahwa Kepala RSD
jelas sekali perbedaan nya dengan UU No
merupakan tugas tambahan. Dalam PP yang
44/2009 yang mengatakan bahwa pimpinan RS
sama dikatakan bahwa RSD harus bekerja
ialah tenaga struktural. Dengan jelas dikatakan
secara profesional, pasal ini bertentangan
pada PP No 18/2016 bahwa RSD adalah unit or-
dengan pasal lainnya yang menyatakan bahwa
ganisasi bersifat fungsional yang dipimpin oleh
kepala RSD merupakan tugas tambahan. Jelas pejabat fungsional. RSD menjadi unit yang bersi-
bahwa kepala RSD haruslah tenaga yang
fat fungsional karena dipimpin oleh pejabat
memiliki profesionalitas tinggi yang dibuktikan
fungsional. Muncul 2 (dua) pertanyaan terkait
dengan kemampuan dibidang perumahsakitan.
dengan pasal ini, pertama apakah pemimpin
Tugas pokok dan fungsi pimpinan RS tentu
RSD BLUD termasuk dalam pejabat fungsional
berbeda dengan Tugas Pokok dan Fungsi tenaga
ataukah termasuk kedalam pejabat administra-
fungsional dokter atau dokter gigi. Tupoksi
si? Pertanyaan kedua adalah apa definisi
pimpinan RS memiliki tanggungjawab yang
operasional dari unit organisasi bersifat
besar dan dengan tkompleksitas organisasi yang
fungsional?
tinggi sehingga tidak memungkinkan Tupoksi
tersebut sebagai Tupoksi tambahan. Sejumlah Dalam Undang-Undang No 5 tahun 2014
kualifikasi juga dipersyaratkan untuk menjadi tentang ASN, jabatan ASN terdiri dari Jabatan
pimpinan RS. Hal ini sangat mudah dilihat Administrasi, Jabatan Fungsional dan Jabatan
dengan banyaknya institusi Pendidikan Tinggi Pimpinan Tinggi. Jabatan Pimpinan Tinggi ada-

21
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

lah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pejabat pimpinan tinggi, administrator dan
pemerintah sementara Jabatan Administrasi pengawas yang memiliki kesesuaian antara jab-
adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi atan terakhir yang diduduki dengan jabatan
dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik fungsional kepala RSD melalui mekanisme
serta administrasi pemerintahan dan pem- penyesuaian atau inpassing ke dalam Jabatan
bangunan. Jabatan Fungsional adalah seke- Fungsional Kepala RSD. Pertanyaannya apakah
lompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas sudah ada aturan pengenai jabatan fungsional
berkaitan dengan pelayanan fungsional yang kepala RSD? Jawabannya adalah belum dan
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan masih menyisakan pekerjaan mengenai indi-
tertentu. Pejabat fungsional berkedudukan dan kator kinerja pejabat fungsional Kepala RSD, apa
bertanggungjawab secara langsung kepada pim- saja indikatornya dan bagaimana perhitungann-
pinan tinggi pratama, pejabat administrator, dan ya, serta setelah habis periode atau masa jab-
pejabat pengawas (peraturan Pemerintah No- atannya bagaimana perhitungannya untuk kem-
mor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen PNS). bali ke Jabatan Admnistrasi, pimpinan tinggi
Pelayanan yang diberikan oleh rumah atau pengawas.
sakit merupakan pelayanan publik yang diberi-
kan oleh tenaga fungsional dan di administratori Hubungan Tata Kerja RSD dengan
oleh pimpinan RS. Tupoksi pimpinan RS meru-
Dinas Kesehatan Daerah
pakan Tupoksi Administratif. Apakah Kepala RS
merupakan jabatan fungsional? Ataukah jabatan Konsekuensi dari keluarnya UU 23/2014
administrasi? Jika kepala RS adalah jabatan ad- adalah Kepala Dinas Kesehatan dipersepsikan
ministrasi, artinya seorang tenaga fungsional menjadi PA dari RSD. Situasi ini akan menam-
akan menjabat sebagai tenaga administrasi? bah beban kerja dinas, selain sebagai regulator
Sebaliknya, jika jabatan kepala RSD ada- dinas juga menjadi operator. Kepala dinas ber-
lah jabatan fungsional, maka merujuk kepada tanggungjawab menjalankan sebagian dari tu-
Permenpan Nomor 26 Tahun 2016 Tentang gas yang selama ini menjadi tugas Kepala Ru-
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jab- mah Sakit. Kepala Dinas Kesehatan juga ber-
atan Fungsional Melalui Penyesuaian/Inpassing, tanggungjawab ketika RSD dihadapkan pada
Kepala Rumah Sakit Daerah dapat berasal dari masalah hukum baik perdata maupun pidana.

22
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

BENTUK RUMAH SAKIT DAERAH


MENJAWAB AMANAH BANGSA
Peran Strategis Rumah Sakit kelembagaan, RSD menunjukkan perkembangan
yang sangat signifikan. Hal ini mudah sekali
Daerah
dilihat dengan semakin lengkapnya tenaga
kesehatan, alat kesehatan, obat-obatan dan mu-
Tujuh ratus RSD yang tersebar merata tu pelayanan yang terakreditasi. RSD berlomba-
keseluruh provinsi di Indonesia merupakan ma- lomba untuk meningkatkan kualitas pelaya-
sa depan kesehatan Indonesia. Jaringan RSD nannya, bahkan bersaing dengan sektor swasta.
merupakan backbone penyelenggaraan pro- Para pemangku kepentingan mengharap-
gram Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). RSD kan RSD dapat memberikan pelayanan terbaik.
juga berperan dalam pendidikan, saat ini RSD Mereka menyampaikan bahwa RSD mengalami
menjadi wahana pendidikan tenaga dokter, dok- perkembangan pesat, baik dalam hal fisik
ter spesialis dan tenaga kesehatan lainnya. RSD bangunan, kesiapan alat maupun kualitas dari
menyempurnakan perannya dengan mengem- pelayanannya. Sejumlah indikator pengaduan
bangkan penelitian yang menghasilkan metode, pemerintah daerah menunjukkan adanya tren
vaksin dan obat dalam penanganan berbagai penurunan keluhan terkait pelayanan RSD.
penyakit menular dan tidak menular yang pada Kemajuan yang diraih diharapkan terus men-
akhirnya meningkatkan clinical effectiveness. galami peningkatan sebagai upaya continuous
Saat ini, dengan telah mengemukanya konsep quality improvement. Harapan tertuju kepada
Academic Health System, peran strategis RSD RSD agar menjadi Show Window Pemerintah
tidak dapat dilepaskan. Ketiga peran RSD Daerah. Tentu harapan yang tidak mudah tetapi
tersebut berkembang optimal karena didukung bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.
dengan kelembagaan dan pengelolaan keuangan
yang tepat. RSD yang telah berkembang baik
sesungguhnya merupakan penyumbang masa Pengembangan Model Kelem-
depan kesehatan Indonesia.
bagaan Rumah Sakit Daerah

Tuntutan Pemangku Kepentingan Terdapat 700 RSD berbentuk kelem-


bagaan LTD dengan lebih dari 80% sudah men-
jadi BLUD SKD yang akan mengalami perubahan
Sejumlah pemangku kepentingan meng-
lembaga struktural menjadi lembaga non
gambarkan buruknya potret RSD pada dua dek-
struktural, kondisi ini perlu diberi alternatif.
ade kebelakang, sebut saja tenaga medis yang
Kembali terdapat multitafsir tekait definisi dari
tidak berada di lokasi, alat kesehatan yang unit fungsional RSD yang tercantum dalam PP
terbatas, kehabisan obat-obatan dan bahan 18/2016. Terdapat 2 (dua) frame besar, yang
medik habis pakai, oknum tenaga yang dikenal pertama adalah RSD tetap sebagai lembaga
karena ketidakramahannya sampai dengan ber- struktural dan yang kedua adalah RSD sebagai
keliarannya sejumlah hewan pengerat di RSD. lembaga non struktural, di bawah ini akan
Kini dalam satu dekade setelah perubahan dijabarkan skenario masing-masing lembaga.

23
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

RSD Sebagai Lembaga Struktural (UPT Dinas Menpan RB.


Kesehatan)
4. Hubungan kerja Direkur RSD dengan Dinkes
adalah hubungan koordinasi dan pembinaan
Dalam PP No 18 tahun 2016, disebutkan dalam rangka pencapaian program-program
bahwa RSD bersifat otonom dalam penyeleng- kesehatan daerah
garaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola 5. Mengingat tugas Dinkes yang tidak mudah,
klinis, disebutkan pula bahwa RSD bersifat maka pengelolaan yang bersifat teknis, sep-
otonom dalam perencanaan, pelaksanaan, dan erti anggaran, SDM dan Barang sepenuhnya
pertanggungjawaban keuangan. Otonomi dalam menjadi tanggungjawab RSD.
penyelenggaran tata kelola RS diartikan sebagai
kewenangan dan tanggungjawab dalam pengel- 1. Otonomi dalam pengelolaan keuangan
olaan sumber daya (Manusia, Barang dan Uang) diartikan:
dalam rangka memenuhi standar pelayanan a. Anggaran RSD sebagai bagian dari APBD
yang ditetapkan dan memenuhi prinsip good dan bukan bagian dari RKA Dinas
corporate governance dengan penerapan fungsi- Kesehatan Anggaran/RBA RSD.
fungsi manajemen rumah sakit yang berdasar-
b. RSD merupakan Pengguna Anggaran/PA
kan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas,
dengan kewenangan:
independensi dan responsibilitas, kesetaraan
dan kewajaran. Otonom dalam penyelenggaraan i) Menyusun Rencana kerja dan ang-
Tata Kelola RS seharusnya berarti RSD sebagai garan (Rencana Strategi Bisnis dan
Pengguna Anggaran dan juga Pengguna Barang RBA);
(bukan Kuasa Pengguna Anggaran dan bukan ii) Menyusun DPA;
pula Kuasa Pengguna Barang).
iii) Melakukan tindakan yang mengaki-
Terbukti bahwa fleksibilitas yang dimili- batkan pengeluaran atas beban ang-
ki saat ini adalah bentuk ideal bagi RSD untuk
garan belanja;
meningkatkan kualitas layanan kesehatan
sesuai dengan apa yang diamanahkan oleh Un- iv) Melaksanakan anggaran;
dang-Undang Dasar dan tentunya tujuan otono- v) Melaksanakan pemungutan atau pen-
mi daerah. Sebagai upaya agar RSD tidak men- erimaan bukan pajak;
galami kemunduran, maka otonomi yang dise-
butkan dalam PP 18/2016 perlu diterjemahkan vi) Mengadakan ikatan/perjanjian ker-
dengan tepat. Berikut di bawah ini terjemahan jasama dengan pihak lain dalam batas
dari otonomi yang diharapkan: anggaran yang telah ditetapkan;

1. RSD yang beroperasi sebagai BLUD SKPD. vii) Mengelola utang dan piutang yang
menjadi tanggung jawab;
2. Struktur Organisasi dan jabatan RSD tetap
seperti saat ini, kecuali Direktur RSD yang viii)Menyusun dan juga menyampaikan
berubah menjadi fungsional. laporan keuangan setiap SKPD yang
dipimpinnya;
3. Hak, wewang dan tanggungjawab dan jen-
jang karir direktur RSD sebagai jabatan ix) Mengawasi setiap pelaksanaan ang-
Fungsional perlu diatur lebih lanjut oleh garan UPT yang dipimpinnya; serta

24
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

x) Bertanggung jawab atas setiap melaksanakan tugas-tugas pelayanan publik dan


pelaksanaan tugasnya kepada Permendagri Nomor 3 Tahun 1998 menyatakan
Kepala Dinas Kesehatan melalui terdapat dua bentuk BUMD yaitu Perusahaan
penyampaian laporan kinerja ru- Daerah dan Perseroan Terbatas (PT). Undang-
mah sakit. Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah membuka kemungkinan
7. Otonomi dalam pengelolaan pegawai RSD.
bagi BUMD untuk melaksanakan penugasan
8. Otonomi dalam pengelolaan barang dan/ (pelayanan publik) pasal 343 ayat (1) butir h.
atau jasa RSD, pengguna. UU 44/2009 menyatakan bahwa RSD tidak
boleh diubah menjadi PT, sehingga alternatifnya
bisa menjadi Perusahaan daerah. Dari analisis
RSD Sebagai Lembaga Non Struktural
sederhana ini, maka terdapat beberapa
alternatif:
Permenpan 02/2007 tentang Pedoman 1. RSD sebagai Lembaga non struktural
Organisasi Satuan Kerja Pemerintah yang
2. BUMD Perusahaan Daerah
menerapkan BLU, menyatakan bahwa satuan
kerja yang dapat menerapkan PPK BLU adalah: 3. Korporasi pelayanan milik pemerintah dae-
rah
1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau satuan
kerja di lingkungan kementerian atau
lembaga pemerintah non departemen RSD Sebagai Lembaga Non Struktural
lainnya yang secara operasional turut
menyelenggarakan fungsi pemberian
layanan kepada masyarakat. Perubahan LTD menjadi UPT non
2. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPT) struktural bertujuan untuk menghilangkan
aerah, atau satuan kerja di lingkungan struktural, tetap mandiri dalam pengelolaan
pemerintah daerah lainnya yang secara organisasi, orang, uang dan barang dan tetap
operasional menyelenggarakan fungsi BLUD. Dalam peraturan, disebutkan bahwa
pelayanan kepada masyarakat. kelembagaan instansi pemerintah daerah
adalah SKPD atau UPT. Keduanya struktural,
3. Satuan kerja instansi pemerintah lain artinya mempunyai eselon. Untuk skenario
yang mana secara operasional turut menjadi non struktural, maka sebutannya
menyelenggarakan fungsi pemberian adalah lembaga non struktural, bukan UPT non
layanan kepada masyarakat, seperti struktural ataupun organisasi fungsional.
pengelola kawasan atau wilayah khusus, Lembaga non struktural dapat berada di bawah
pengelola dana bergulir. kepala Daerah atau di bawah Kepala Dinas.
Peraturan di atas membuka ruang adan- Lembaga non struktural di bawah Kepala Dinas
ya satuan kerja lain yang dapat menerapkan sebagai bagian dari pemikiran bahwa hanya ada
BLU/BLUD. PP 23/2005 membuka kesempatan satu dinas yang bertanggungjawab atas urusan
menjadi lembaga dengan aset yang dipisahkan kesehatan daerah. Jika ingin mempertahankan
(BUMD). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 kemandirian RSD maka pilihan lainnya adalah
tentang BUMD menyatakan bahwa BUMD bisa lembaga non struktural dibawah Kepala Daerah.

25
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

BLUD dimungkinkan untuk lembaga, baik 5. PP Nomor 18 Tahun 2016 tidak perlu
struktural maupun non struktural. Permendagri dicabut (pasal tentang RSD dilaksanakan
Nomor 61 Tahun 2007 menyatakan bahwa dengan Perpres
BLUD boleh struktural dan boleh fungsional. 6. Protokoler Pemimpin BLUD setara dengan
BLUD struktural (SKPD/unit kerja) telah di protokoler eselon II
deskripsikan dengan baik, sementara itu BLUD
fungsional belum dideskripsikan.
BLUD fungsional yang berada di bawah RSD Sebagai BUMD
Kepala Daerah dan BLUD fungsional yang
berada di bawah SKPD belum diatur. Hal ini Badan Usaha Milik Daerah yang selanjut-
menjadi bahan untuk diatur lebih lanjut dalam nya disingkat BUMD adalah badan usaha yang
Perpres. seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
Sebagai skenario jangka pendek, RSD se- oleh Daerah. Permendagri 3/1998 dan UU
bagai lembaga non struktural di bawah dan 23/2014 menyatakan bahwa BUMD dapat
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah, berbentuk Perusahaan Umum Daerah dan
perusahaan perseroan Daerah. Sesuai dengan
dengan pertimbangan:
UU 23/2014 Pendirian BUMD bertujuan untuk:
1. Dibentuk dengan Peraturan Gubernur/
a. Memberikan manfaat besar bagi perkem-
Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
bangan perekonomian Daerah pada
dan tidak memerlukan Peraturan Daerah.
umumnya
2. Bagi Pemerintah Daerah yang sudah
b. Menyelenggarakan nilai kemanfaatan
menetapkan sebagai UPT, diperintahkan
umum (public service obligation) berupa
untuk menerbitkan Peraturan Gubernur/
penyediaan barang dan/atau jasa yang
Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
bermutu bagi pemenuhan hajat hidup
tentang struktur organisasi dan tata
masyarakat sesuai kondisi, karakteristik
kerja RSD sebagai sebuah lembaga non
dan potensi Daerah yang bersangkutan
struktural Daerah sambil menunggu
berdasarkan tata kelola perusahaan yang
perubahan Peraturan Daerah.
baik; dan
3. Tidak perlu untuk merubah peraturan/
c. Memperoleh laba dan/atau keuntungan.
keputusan Kepala Daerah tentang tata
pengelolaan BLUD, namun cukup dengan Pasal 5 UU 5/1962 tentang Perusahaan
menerbitkan 1 peraturan Kepala Daerah Daerah menyatakan bahwa:
yg menyatakan bahwa yang tertulis LTD/ 1. Perusahaan daerah adalah kesatuan
SKPD diganti dengan Lembaga non produksi yang bersifat:
struktural.
a. Memberi jasa;
4. Semua RSD yang belum menerapkan
BLUD didorong agar tahun 2018 sudah b. Menyelenggarakan berbagai nilai
beroperasi sebagai BLUD, dan BPKP kemanfaatan umum (red. public
setempat diperintahkan untuk turut service obligation); serta
membantu pembentukan BLUD tersebut. c. Memupuk pendapatan.

26
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

2. Tujuan Perusahaan Daerah ialah untuk vatisasi yang akan mengubah sifat pelayanan
turut serta melaksanakan pembangunan publik menjadi profit oriented adalah pemikiran
Daerah khususnya dan pembangunan yang bisa dengan mudah disingkirkan, meng-
ekonomi nasional umumnya dalam rang-
ingat hampir 90% pasien RSD adalah pasien
ka ekonomi terpimpin untuk memenuhi
kebutuhan rakyat dengan menguta- BPJS dimana tarif sudah diatur dan public
makan industrialisasi dan ketenteraman service obligation dapat dijalankan.
serta kesenangan kerja dalam perus-
Sesuai dengan tujuan BUMD maka untuk
ahaan, menuju masyarakat yang adil dan
makmur. meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan,
maka skenario ini bisa menjadi ide yang baik.
3. Perusahaan Daerah bergerak dalam
lapangan yang sesuai dengan urusan Kekhawatiran bahwa RSD akan kehilangan jati
rumah tangganya menurut peraturan- dirinya dapat di “kunci” dalam peraturan kepala
peraturan yang mengatur pokok- daerah tentang pengelolaan RSD. Salah satunya
pokok Pemerintahan Daerah. adalah dengan mengikat margin keuntungan yg
4. Cabang-cabang produksi yang penting diperbolehkan dan besar persentase keun-
bagi Daerah dan yang menguasai hajat tungan yang dikembalikan kepada pemilik
hidup orang banyak di Daerah yang ber- (Pemda).dalam Perda Pembentukan dan dalam
sangkutan diusahakan oleh Perusahaan
daerah yang modalnya untuk seluruhnya Anggaran Dasar PT nya. Peraturan pemerintah
merupakan kekayaan Daerah yang dapat secara tersurat menyatakan bahwa keun-
dipisahkan. tungan yang diperoleh RSD dipergunakan untuk
Skenario kelembagaan RSD diubah men- meningkatkan pelayanan kesehatan.
jadi PT sudah tidak dimungkinkan sesuai
dengan UU 44/2009, sementara Perusahaan
RSD Sebagai Korporasi Pelayanan Milik
Daerah (PT) masih terbuka kesempatannya.
Pemerintah Daerah
Perbedaan PD dengan PT adalah kepemilikan
PD sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah dan
tidak terbagi dalam saham sementara
Sebuah ide ditawarkan sebagai upaya
kepemilikan PT terbagi dalam saham. Artinya
meningkatkan kualitas layanan dan mendukung
BUMD dengan bentuk PD dapat melaksanakan
profesionalitas. Skenario ini juga bukanlah ske-
tugas pelayanan publik (public service
nario baru. Skenario ini merujuk kepada pola
obligation).
yang dikembangkan BUMN yang memiliki usaha
Skenario ini sebenarnya bukan skenario disektor kesehatan. Upaya penyatuan semua RS
baru dimana beberapa RSD di DKI Jakarta milik BUMN dianggap sebagai langkah efektifi-
pernah menjalankan sesuai skenario ini, sebe- tas dan efisiensi. Pada RSD, skenario yang dita-
lum akhirnya keluar UU RS yang mengharuskan warkan adalah membentuk RSD sebagai sebuah
RSD berbentuk BLU. Pada zamannya RSD organisasi korporat dibawah Kepala Daerah
dengan skema PT mampu mengelola RS sesuai Provinsi. Skenario ini diharapkan akan menun-
dengan yang diamanahkan oleh Undang-Undang jang sistem kesehatan daerah dengan RSD se-
dan kekhawatiran yang disampaikan tidak bagai provider dalam sistem rujukan. Kondisi,
pernah terbukti. Sebetulnya kekhawatiran pri- tersentral akan meningkatkan komunikasi dan

27
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

dan koordinasi antar RSD dibawah satu koman-


do dan dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam pelayanan.
Untuk skenario jangka panjang perlu dil-
akukan kajian lebih komprehensif dan men-
dalam dari model yang sudah dipaparkan di
atas. Satu yang pasti bahwa kelembagaan RSD
kedepan adalah kelembagaan yang dapat
menjadi pondasi bagi peran fungsi strategis
dan membuka ruang perkembangan RSD.

28
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)

REFERENSI

1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74
1945 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 Tentang Pera-
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
turan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 Tentang Pokok
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
-Pokok Pemerintah Daerah
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang
Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
Perusahaan Daerah
21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 Tentang
Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pokok-Pokok Pemerintah Daerah
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11
6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok
Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri
-Pokok Pemerintah Daerah
Sipil
7. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 Tentang
23. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54
PNBP
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah
Pemerintah Daerah
24. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keu- Tahun 1991 Tentang Unit Swadana dan Tata Cara
angan Negara Pengelolaan Keuangan
10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang 25. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40
Pemerintah Daerah Tahun 2001 Tentang Pedoman Kelembagaan Dan
Pengelolaan Rumah Sakit Daerah
11. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Per-
bendaharaan Negara 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun
1998 Tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik
12. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Daerah
Kesehatan
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
13. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Ru-
2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keu-
mah Sakit
angan Badan Layanan Umum Daerah
14. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Apa-
28. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
ratur Sipil Negara
Negara Nomor 02 Tahun 2007 Tentang Pedoman
15. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Organisasi Satuan kerja Di Lingkungan Instansi
Pemerintah Daerah Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat 29. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Daerah Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Pegawai
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional Melalui
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Penyesuaian/Inpassing
Layanan Umum

iv

Anda mungkin juga menyukai