Buku Putih
Buku Putih
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karuniaNYA, buku putih
ini dapat diselesaikan. Buku putih ini merupakan buku yang membahas mengenai kelembagaan Rumah
Sakit Daerah (RSD).
Berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2016 merupakan perubahan mendasar pada tata pemerintahan, khususnya
pemerintahan daerah. Urusan pemerintahan umum bidang kesehatan yang semula diserahkan kepada
daerah provinsi maupun kabupaten/kota, berubah menjadi urusan yang dibagi antara pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Namun pembagian urusan bidang kesehatan masih bersifat nor-
matif dan perlu dirinci lebih lanjut agar pelaksana urusan kesehatan di daerah tidak ragu dalam men-
jalankan tugasnya.
Perubahan lain yang berdampak serius bagi dunia kesehatan adalah perubahan kelembagaan Rumah
Sakit Daerah (RSD). Perubahan kelembagaan yang tidak didukung dengan perubahan peraturan secara
simultan akan menyulitkan pengelolaan RSD. Berbagai peraturan pelaksanaan RSD di berbagai daerah
masih mengatur Rumah Sakit Daerah (RSD) sebagai Lembaga Teknis Daerah (LTD), tetapi kelem-
bagaan Rumah Sakit Daerah (RSD) sudah ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT). Hal ini ber-
potensi menimbulkan risiko hukum bagi direktur RSD. Disisi lain, perjalanan RSD dari waktu ke waktu
telah membuktikan bahwa pengelolaan RSD secara otonom (mandiri) dapat meningkatkan pelayanan
secara bermakna. Ketika RSD masih berstatus UPT Dinas, pelayanan RSD dikenal sangat buruk dan
kondisi lingkungan sangat kotor. Ketika RSD ditetapkan sebagai Lembaga Teknis Daerah yang ber-
tanggung jawab kepada Kepala Daerah dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), pelayanan RSD meningkat drastis. Secara sederhana, hal ini dapat
dibuktikan dengan fakta bahwa mencari tempat parkir di RSD sekarang ini sangat sulit, yang artinya
RSD dipercaya oleh masyarakat golongan menengah keatas. Dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang meletakkan RSD kembali sebagai
UPT Dinas, sangat beralasan bila ada kekhawatiran penurunan mutu layanan RSD. Dengan menjadikan
RSD sebagai UPT Dinas, berarti akan memperpanjang birokrasi yang tidak sejalan dengan nafas Re-
inventing Government dan Nawacita yang dicanangkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia. Bila pe-
layanan RSD menurun karena perubahan kelembagaan, tentu akan menghambat program Kartu Indo-
nesia Sehat.
Dengan terbitnya buku putih ini, setidaknya ARSADA sudah memberikan “warning” kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders) bahwa perubahan kelembagaan sangat berpengaruh pada
pengelolaan RSD yang pada akhirnya akan menurunkan mutu layanan.
Akhirnya, ARSADA menyampaikan ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
ikut membantu dalam penyelesaian buku ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan da-
lam buku ini, untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi pengambil kebijakan untuk Rumah Sakit Daerah, dengan
pesan moral: Kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945.
i
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Mekanisme Penyusunan 4
REFERENSI iv
ii
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Periode Kelembagaan dan Implikasinya 7
Tabel 2. Pendanaan PP Nomor 18 Tahun 2016, Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang UPT 13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proporsi RSD Berdasarkan Status Kepemilikan 5
Gambar 2. Proporsi RSD Berdasarkan Kelas Rumah Sakit 5
Gambar 3. Distribusi RSD Kelas C 5
Gambar 4. Tren Kinerja Pelayanan Rawat Jalan RSUD Kelas B 6
Gambar 5. Tren Penggunaan Dana APBD RSUD (Dalam Persen) 6
Gambar 6. Tren Cost Recovery Rate (Dalam Persen) 6
iii
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
1
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
2
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
3
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Mekanisme Penyusunan
4
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Saat ini di Indonesia berjumlah 710 RSD tersebar kedalam seluruh provinsi. Masih terdapat sekitar
20% RSD yang belum BLUD.
5
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
6
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Dari gambar di atas dapat disimpulkan lam benak masyarakat yang menikmati layanan
bahwa kinerja RSD cenderung naik seiring yang pernah diberikan. Banyak media menyam-
dengan perubahan kelembagaan yang membuat paikan upaya perbaikan yang telah dilakukan
pengelolaan keuangan dan barang/jasa menjadi yang kemudian diapresiasi oleh masyarakat, se-
lebih fleksibel, yang dibuktikan dengan mening- mentara yang lainnya menyampaikan harapan
katnya utilisasi. Adapun peningkatan angka uti- agar RSD dapat meningkatkan kualitas layanan.
lisasi diikuti dengan peningkatan kinerja keu- Kualitas pelayanan sebuah rumah sakit daerah
angan. Fleksibilitas yang dimiliki membuat RSD tentunya dipengaruhi oleh banyak hal, tetapi
terus mengembangkan pelayanan yang diikuti yang pasti adalah bentuk kelembagaannya. Men-
dengan peningkatan kinerja yang pada akhirnya gapa kelembagaan menjadi penting? Hal ini
menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Pen- dikarenakan kelembagaan menjadi pijakan da-
ingkatan kinerja pelayanan dan keuangan mem- lam setiap langkah yang dilakukan oleh RSD da-
bawa RSD kepada kemandirian yang dicita- lam semua kegiatan. Kelembagaan akan menga-
citakan. tur pengelolaan SDM, serta sumber daya uang
dan barang.
Metamorfosa Kelembagaan RSD kerapkali mengalami perubahan da-
Rumah Sakit Daerah lam kelembagaan yang akan memberikan im-
plikasi dalam pengelolaan sumberdaya. Periode
Mendengar nama RSD tentu memberikan kelembagaan dan implikasinya dapat dilihat pa-
kesan yang beragam. Kesan tersebut timbul da- da tabel di bawah ini:
7
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
BENTUK KELEMBAGAAN
PERIODE DAN PENGELOLAAN IMPLIKASI
KEUANGAN
UPT Dinas Kesehatan se-
bagai Unit Swadana Dae-
rah (USD).
Anggaran operasional RSD Swadana memberikan fleksibitas dalam pengelolaan keu-
terpisah dari anggaran angan yang juga menghilangkan kewajiban menyetor ke Kas
Dinas Kesehatan, di mana Daerah. Perubahan pola pengelolaan keuangan ini berim-
alokasi ditentukan oleh plikasi pada terbukanya ruang-ruang perbaikan pengel-
Dinas Kesehatan.
Periode olaan RSD walaupun kelembagaan RSD masih berbentuk
Awal 1990 Anggaran investasi adalah UPT dari Dinas Kesehatan. Perbaikan terjadi dimana-mana
bagian dari anggaran Di-
dengan berkembangnya jenis pelayanan, perbaikan sarana
nas Kesehatan.
dan prasarana yang diikuti dengan kenaikan jumlah pasien.
Pendapatan tidak disetor, Pengelolaan keuangan mandiri, pengeloaan barang mandiri
bisa langsung digunakan.
sebagian dan pengelolaan SDM tidak mandiri.
Pengadaan barang sesuai
peraturan pengadaan ba-
rang pemerintah daerah
Fleksibiltas yang diperoleh dari bentuk swadana di-
hilangkan dengan keluarnya UU Nomor 20 Tahun 1997 Ten-
tang PNBP, maka RSD kembali pada kewajiban menyetor ke
Periode UPT Dinas Kesehatan. Kas Daerah. Pada periode ini, RSD jalan di tempat, karena
Akhir 1990 Sistem retribusi. setiap upaya perbaikan yang akan dilakukan menjadi ter-
hambat dengan sistem retribusi. RSD pun diwajibkan
kembali untuk menyetorkan semua pendapatannya ke kas
daerah dalam waktu 1x24 jam..
Periode ini ditandai dengan otonomi daerah sesuai dengan
keluarnya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Kelembagaan RSD berubah dari UPT menjadi LTD
sesuai dengan Keppres Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pe-
LTD doman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.
LTD kembali memberi harapan pada para pengelola RSD
untuk kembali meningkatkan pelayanan. Bentuk ini mem-
berikan ruang karena berada langsung di bawah kepala dae-
Periode rah..
Awal Keppres Nomor 40 Tahun 2001 membuka 2 (dua) alter-
Tahun natif kelembagaan RSD, sbg LTD atau sbg BUMD.
2000 Pada tahun 2003, Pemda DKI Jakarta melakukan uji co-
ba penerapan kelembagaan RSD sebagai BUMD, dengan
menerbitkan Perda BUMD RSUD Cengkareng, RS Haji
Jakarta dan RSUD Pasar Rebo.
BUMD
Pada tahun 2006, Perda BUMD tersebut dicabut setelah
MA mengabulkan permohonan judicial review oleh LSM.
RSUD Cengkareng dan RSUD Pasar Rebo sudah kembali
menjadi UPT Dinkes, namun proses pembubaran BUMD
RS Cengkareng dan RSD Haji belum selesai.
8
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
9
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kedaruratan korporat adalah fenomena di mana
RSD kerap kali mengalami perubahan kelem- pembuat keputusan di rumah sakit dihadapkan
bagaan. Sumber daya yang cukup tetapi tidak dengan kondisi emergensi yang menuntut kepu-
dapat optimal dalam pengelolaannya dikare- tusan segera, seperti misalnya terjadinya water
nakan bentuk kelembagaan yang minim fleksi- supply disruption yang berdampak pada risiko
bilitas. Pada beberapa periode, kelembagaan penyebaran infeksi, terputusnya aliran listrik
dan pengelolaan sumber daya RSD sama dengan secara mendadak saat proses operasi sedang
Puskesmas. Secara sederhana dan kasat mata, berlangsung, saat sejumlah pasien ICU mengan-
dengan mudah dapat kita katakan bahwa kedua dalkan nafasnya pada alat-alat listrik dan
unit tersebut secara karakter organisasinya kedaruraratan lainnya. Keadaan ini tidak dapat
berbeda dan sumber daya yang dikelolanya pun segera diselesaikan apabila tidak didukung oleh
berbeda. Lantas pertanyaannya, bagaimana proses pengambilan keputusan yang tepat dan
mungkin kelembagaan dan pengelolaan cepat jauh dari birokrasi. Bagaimana keputusan
keduanya disamakan? bisa dilakukan dengan cepat tanpa birokrasi
yang panjang? Adalah dengan diberikan otono-
Rumah sakit adalah organisasi yang di-
mi dan fleksibilitas pengelolaan dan tentunya
tuntut memberikan pelayanan yang efektif,
fleksibilitas melekat erat pada bentuk kelem-
efisien, cepat dan tanggap. Rumah sakit sering-
bagaan.
kali dihadapkan pada kedaruratan korporat.
10
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
11
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
7 (tujuh) kali perubahan sejak tahun 1945. Beri- RSD dapat berbentuk Lembaga Teknis Daerah
kut di bawah ini adalah daftar peraturan yang (LTD) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
pernah mengatur tentang pemerintah daerah: peraturan ini kemudian diikuti oleh Peraturan
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang
Komite Nasional Daerah menyatakan bahwa kelembagaan RSD adalah
LTD.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Pada tahun 2003, pemerintahan Provinsi
Daerah DKI Jakarta menindaklanjuti Keppres Nomor 41
dengan menginisiasi kelembagaan RSD sebagai
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965
Badan Usaha Milik Daerah (Perseroan). Inisiasi
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
RSD sebagai BUMD ini kemudian berakhir
Daerah
dengan Keputusan Mahkamah Agung yang
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 membatalkan Perda Nomor 13, 14 dan 15 tahun
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan 2004 yang berisi tentang perubahan status
Daerah RSUD menjadi Perseroan Terbatas lewat
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 keputusan MA Reg. Nomor 05 P/HUM/2005.
Tentang Pemerintahan Daerah Pertimbangan hukum kala itu antara lain RSUD
harus memenuhi pelayanan hak atas kesehatan,
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bukan berorientasi bisnis yang mengedepankan
Tentang Pemerintahan Daerah keuntungan. Selain itu, dengan adanya isu
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 privatisasi berarti mengubah sifat pelayanan
Tentang Pemerintahan Daerah publik yang pada akhirnya akan merugikan
masyarakat miskin dan juga menghalangi akses
Untuk merespon keinginan akan otonomi
mereka atas hak kesehatannya.
pemerintah daerah, Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah Pada tahun 2004, Undang-Undang No-
mengamanahkan desentralisasi untuk urusan mor 32 memperkuat kelembagaan RSD sebagai
pemerintahan pusat ke daerah yang kemudian LTD yang berada langsung di bawah kepala dae-
diimplementasikan pada tahun 2001. Otonomi rah. Undang-Undang ini kemudian turut diikuti
daerah ini bertujuan untuk meningkatkan dengan keluarnya Permendagri Nomor 61 Ta-
pelayanan kepada masyarakat. Untuk dapat hun 2007 mengenai Pedoman Teknis Pengel-
memberikan layanan kepada masyarakat, maka olaan Keuangan BLUD dan Permenpan Nomor 2
sangat dibutuhkan pengelolaan sumber daya Tahun 2007 yang menyatakan bahwa RSD yang
yang adequate. Sumber daya dapat dikelola menerapkan PPK BLUD berkedudukan langsung
dengan baik apabila bentuk kelembagaannya di bawah Kepala Daerah yang secara operasion-
mumpuni. Mempertimbangkan hal tersebut, al sehari-hari dikoordinasikan oleh Sekretaris
maka pada tahun 2001, terbitlah Keppres Daerah. Di masa ini, mutu layanan kesehatan
Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman menjadi lebih baik karena terbukanya ruang un-
Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit tuk terus melakukan upaya perbaikan dan
Daerah yang menetapkan bahwa kelembagaan fleksibilitas yang diberikan dalam bentuk PPK
12
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
BLUD. Kondisi ini memperlihatkan nuansa Nomor 18 Tahun 2016) merubah kelembagan
birokrasi yang mulai memudar. Profesionalitas RSD yang semula Lembaga Teknis Daerah (LTD)
dalam pengelolaan RSD terus meningkat. menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
yang bersifat otonom. Perubahan ini sangatlah
Di saat upaya-upaya perbaikan terus bertentangan dengan Undang-Undang Rumah
menerus dilakukan dalam rangka meningkatkan Sakit dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
pelayanan, terbit Undang-Undang Nomor 23 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk
Tahun 2014, di mana pada Undang-Undang ini lebih jelasnya, tabel berikut memperlihatkan
nomenklatur Lembaga Teknis Daerah (LTD) narasi dari pasal-pasal yang menyatakan bentuk
kembali hilang. Peraturan turunannya (PP kelembagaan RSD.
Tabel 2. Pendanaan PP Nomor 18 Tahun 2016, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, dan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang UPT
Peraturan Pemerintah No mor18
Undang-Undang Nomor 44 Tahun Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2016 Tentang Perangkat
2009 Tentang Rumah Sakit Tahun 2014 Tentang ASN
Daerah
Unit pelaksana Teknis Dinas Daerah Rumah sakit yang didirikan oleh Instansi daerah merupakan
provinsi/kabupaten/kota di bidang pemerintah dan pemerintah daerah perangkat daerah di tingkat
kesehatan berupa RSD provinsi se- sebagaimana dimaksud pada ayat (2) provinsi dan perangkat dae-
rah di tingkat kabupaten/kota
bagai unit organisasi yang bersifat harus berbentuk UPT dari instansi yang meliputi sekretariat dae-
fungsional dan unit layanan yang yang bertugas di bidang kesehatan rah, sekretariat dewan per-
bekerja secara profesional. (KEMKES), Instansi tertentu (TNI, wakilan rakyat daerah, dinas
POLRI), atau Lembaga Teknis daerah, dan lembaga teknis
Daerah dengan pengelolaan Badan daerah.
Layanan Umum (Pusat) atau BLUD
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
13
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa merta menghilangkan LTD (kelembagaan RSD
kesenjangan antar peraturan yang menaungi setingkat SKPD) yang telah diimplementasikan
kelembagaan rumah sakit daerah. Seyogyanya, secara luas oleh lebih dari 700 RSD melalui
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Keppres Nomor 40 Tahun 2001, PP Nomor 8
Pemerintah Daerah melalui PP Nomor 18 Tahun Tahun 2003 dan UU Nomor 32 Tahun 2004.
2016 yang menghapus bentuk LTD dengan Seyogyanya dipikirkan bahwa pengganti bentuk
turut mempertimbangkan Undang-Undang yang kelembagaan LTD adalah kelembagaan yanng
mengatur sektor kesehatan dan kepegawaian setingkat dengan SKPD (Dinas atau Badan) agar
(ASN), khususnya Undang-Undang rumah sakit, dapat diimplementasi dengan sebaik-baiknya
mengingat Undang-Undang Nomor 23 Tahun tanpa merubah banyak struktur kebijakan yang
2014 terbit belakangan dari Undang-Undang akan berpengaruh langsung terhadap kualitas
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. layanan. Sungguh menggelitik melihat situasi di
Jelas sekali bahwa pada Undang-Undang Rumah mana keberlangsungan 700 RSD (LTD)
Sakit menyatakan bahwa RSD berbentuk LTD. diputuskan tanpa kajian yang mendalam,
Apabila diperhatikan lebih lanjut, maka komprehensif, dan sinkron dengan peraturan
keberadaan LTD dalam Undang-Undang Nomor lain yang terkait.
44 Tahun 2009 sesungguhnya merujuk dan
Selain terlihat adanya kesenjangan, peru-
merupakan kelanjutan dari Undang-Undang bahan ini juga menimbulkan sejumlah tanda
Nomor 32 Tahun 2004. Kesenjangan ini terjadi tanya bagi para pengelola dan pemerhati RSD.
dikarenakan tidak adanya analisis mendalam Kondisi ini seolah menjauhkan RSD dari ke-
tentang rencana untuk penghapusan LTD dari mandirian yang dicita-citakan. Upaya perbaikan
perangkat daerah yang seharusnya tercatat terus menerus yang digaungkan oleh pengelola
di dalam Naskah Akademik Undang-Undang RSD tentu saja akan terpengaruh dengan beru-
Nomor 23 Tahun 2014, sehingga terjadilah bahnya kelembagaan. Kelembagaan menjadi isu
“kecelakaan” pada pengaturan tersebut. penting dalam pengelolaan RSD. Betapa tidak,
saat sebuah kelembagaan berubah, maka ter-
Ketidakjelasan naskah akademik Undang catat setidaknya akan diikuti dengan 12 pera-
-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebabkan turan kepala daerah yang harus diselesaikan
hilangnya peluang untuk mengakomodir kelem- dengan segera untuk menjadi pedoman pengel-
bagaan RSD sebagai perangkat daerah yang te- olaan dan tentunya puluhan peraturan Direktur
lah berlangsung sejak tahun 2001. Undang- RS. Lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel di
Undang Nomor 23 Tahun 2014 dengan serta bawah ini:
14
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
BENTUK KELEMBAGAAN
NO
LTD UPT
Peraturan Daerah Organisasi Perangkat Daerah Peraturan Kepala Daerah Organisasi Perangkat
1 (LTD) Daerah (UPT)
Peraturan Kepala Daerah Struktur Organisasi Peraturan Kepala Daerah Struktur Organisasi RSD
2 RSD sebagai SKPD sebagai UPT
Keputusan Kepala Daerah Penetapan sebagai Keputusan Kepala Daerah Penetapan Sebagai BLUD
3 BLUD SKPD UPT
4 Peraturan Kepala Daerah SPM BLUD SKPD Peraturan Kepala Daerah SPM BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Tata Kelola BLUD Peraturan Kepala Daerah Tata Kelola BLUD UPT
5
SKPD
Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Keu- Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Keuangan
6
angan BLUD SKPD BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Kebijakan Akuntansi Peraturan Kepala Daerah Kebijakan Akuntansi
7 BLUD SKPD BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Barang Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan Barang
8 BLUD SKPD BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan SDM Peraturan Kepala Daerah Pengelolaan SDM BLUD
9 BLUD SKPD UPT
Peraturan Kepala Daerah Remunerasi BLUD
10 Peraturan Kepala Daerah Remunerasi BLUD UPT
SKPD
11 Peraturan Kepala Daerah Tarif BLUD SKPD Peraturan Kepala Daerah Tarif BLUD UPT
Peraturan Kepala Daerah Dewan Pengawas Peraturan Kepala Daerah Dewan Pengawas BLUD
12 BLUD SKPD UPT
Mengingat bahwa sejumlah peraturan di Menyikapi hal seperti ini dibutuhkan kebijakan
atas menjadi pedoman bagi pengelola RSD da- transisi.
lam menjalankan tugas dan fungsinya, maka Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18
efektifitas pengelolaan RSD akan terganggu seir- Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah, dise-
ing dibutuhkannya sejumlah waktu dalam mem- butkan bahwa RSD bersifat otonom dalam
persiapkan aturan-aturan tersebut. penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan
Selain implikasi dari sisi aturan turunan, tata kelola klinis. Pasal ini seyogyanya
muncul kekhawatiran bahwa bentuk baru menghilangkan tanda tanya dan kekhawatiran
kelembagaan RSD akan memperpanjang mata di atas tetapi sayangnya belum terdapat definisi
rantai dalam proses pengambilan keputusan yang jelas dari otonomi tersebut mengingat Per-
yang pada gilirannya akan mempengaruhi kuali- pres sebagai aturan turunan dari PP belum juga
tas pelayanan. Kekhawatiran ini tentu tidak ser- terbit. Dengan berbentuk UPT, maka segala
ta merta timbul begitu saja, tetapi melihat dari sesuatu di rumah sakit dikhawatirkan akan
pengalaman kelembagaan RSD sebelumnya sep- diberlakukan layaknya institusi lainnya semen-
erti sudah dijelaskan pada pembabhasan sebe- tara rumah sakit memiliki kekhususannya
lumnya. Pada saat sebagian peraturan sudah sendiri di mana dibutuhkan lebih banyak fleksi-
berubah dan sebagian lagi belum berubah, maka bilitas untuk melakukan upaya perbaikan secara
akan berpotensi menimbulkan masalah dalam terus menerus tanpa terkunci dalam belenggu
pelaksanaannya dan pertanggung jawabannya. birokrasi.
15
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
BLUD Rumah Sakit Daerah yang aman, bermutu dan terjangkau. Dalam
rangka menyediakan layanan kesehatan yang
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 aman dan bermutu, maka undang-undang Ru-
yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mah Sakit mengamanahkan Badan Layanan
memperoleh pelayanan kesehatan dan ditegas- Umum (BLU) sebagai bentuk pengelolaan. Ama-
kan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun nah ini juga termaktub dalam PP Nomor 18 Ta-
2009 tentang Kesehatan bahwa setiap orang hun 2016 seperti dapat dilihat dalam tabel di
berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan bawah ini.
16
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
17
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
18
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa Tugas-tugas di atas memberikan makna bahwa
pemimpin BLUD berfungsi sebagai penanggung- pemimpin BLUD adalah seorang PA, hal ini
jawab umum, operasional dan keuangan dengan dapat dilihat dari tugas seorang PA yang dirinci
tugas-tugasnya seperti tertulis dalam tabel 5. pada tabel di bawah ini.
19
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Jika mengacu pada peraturan-peraturan bahwa wewenang sebagai PA dan juga KPA
di atas, maka Pemimpin BLUD dalam menjalan- dilekatkan pada perangkat daerah dan unit ker-
kan fungsinya memiliki wewenang sebagai ja nya dan hal ini “dikunci” pada pada PP Nomor
Pengguna Anggaran (PA) yang bertanggung ja- 58 dan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007. Hal
wab kepada Kepala Daerah. Padanan peraturan ini menjadi tidak sejalan dengan ruh pengel-
di atas memperlihatkan fenomena “jumping” olaan BLUD khususnya fungsi Pemimpin BLUD
saat di padankan dengan peraturan lainnya. yang disampaikan di atas.
Seperti pada tabel 3.5 yang memperlihatkan
20
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
Padanan kedua pasal ini kembali dapat dengan Program Studi Manajemen Rumah Sakit
memperlihatkan adanya kesenjangan di mana di yang diperuntukkan menjawab kebutuhan
dalam UU RS dinyatakan dengan jelas bahwa tersebut.
kepala RS harus memiliki kemampuan dan
Masih didalam PP, disebutkan bahwa
keahlian di bidang perumahsakitan, sementara
kepala RSD adalah pejabat fungsional, hal ini
di PP 18/2016 diatur bahwa Kepala RSD
jelas sekali perbedaan nya dengan UU No
merupakan tugas tambahan. Dalam PP yang
44/2009 yang mengatakan bahwa pimpinan RS
sama dikatakan bahwa RSD harus bekerja
ialah tenaga struktural. Dengan jelas dikatakan
secara profesional, pasal ini bertentangan
pada PP No 18/2016 bahwa RSD adalah unit or-
dengan pasal lainnya yang menyatakan bahwa
ganisasi bersifat fungsional yang dipimpin oleh
kepala RSD merupakan tugas tambahan. Jelas pejabat fungsional. RSD menjadi unit yang bersi-
bahwa kepala RSD haruslah tenaga yang
fat fungsional karena dipimpin oleh pejabat
memiliki profesionalitas tinggi yang dibuktikan
fungsional. Muncul 2 (dua) pertanyaan terkait
dengan kemampuan dibidang perumahsakitan.
dengan pasal ini, pertama apakah pemimpin
Tugas pokok dan fungsi pimpinan RS tentu
RSD BLUD termasuk dalam pejabat fungsional
berbeda dengan Tugas Pokok dan Fungsi tenaga
ataukah termasuk kedalam pejabat administra-
fungsional dokter atau dokter gigi. Tupoksi
si? Pertanyaan kedua adalah apa definisi
pimpinan RS memiliki tanggungjawab yang
operasional dari unit organisasi bersifat
besar dan dengan tkompleksitas organisasi yang
fungsional?
tinggi sehingga tidak memungkinkan Tupoksi
tersebut sebagai Tupoksi tambahan. Sejumlah Dalam Undang-Undang No 5 tahun 2014
kualifikasi juga dipersyaratkan untuk menjadi tentang ASN, jabatan ASN terdiri dari Jabatan
pimpinan RS. Hal ini sangat mudah dilihat Administrasi, Jabatan Fungsional dan Jabatan
dengan banyaknya institusi Pendidikan Tinggi Pimpinan Tinggi. Jabatan Pimpinan Tinggi ada-
21
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
lah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pejabat pimpinan tinggi, administrator dan
pemerintah sementara Jabatan Administrasi pengawas yang memiliki kesesuaian antara jab-
adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi atan terakhir yang diduduki dengan jabatan
dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik fungsional kepala RSD melalui mekanisme
serta administrasi pemerintahan dan pem- penyesuaian atau inpassing ke dalam Jabatan
bangunan. Jabatan Fungsional adalah seke- Fungsional Kepala RSD. Pertanyaannya apakah
lompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas sudah ada aturan pengenai jabatan fungsional
berkaitan dengan pelayanan fungsional yang kepala RSD? Jawabannya adalah belum dan
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan masih menyisakan pekerjaan mengenai indi-
tertentu. Pejabat fungsional berkedudukan dan kator kinerja pejabat fungsional Kepala RSD, apa
bertanggungjawab secara langsung kepada pim- saja indikatornya dan bagaimana perhitungann-
pinan tinggi pratama, pejabat administrator, dan ya, serta setelah habis periode atau masa jab-
pejabat pengawas (peraturan Pemerintah No- atannya bagaimana perhitungannya untuk kem-
mor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen PNS). bali ke Jabatan Admnistrasi, pimpinan tinggi
Pelayanan yang diberikan oleh rumah atau pengawas.
sakit merupakan pelayanan publik yang diberi-
kan oleh tenaga fungsional dan di administratori Hubungan Tata Kerja RSD dengan
oleh pimpinan RS. Tupoksi pimpinan RS meru-
Dinas Kesehatan Daerah
pakan Tupoksi Administratif. Apakah Kepala RS
merupakan jabatan fungsional? Ataukah jabatan Konsekuensi dari keluarnya UU 23/2014
administrasi? Jika kepala RS adalah jabatan ad- adalah Kepala Dinas Kesehatan dipersepsikan
ministrasi, artinya seorang tenaga fungsional menjadi PA dari RSD. Situasi ini akan menam-
akan menjabat sebagai tenaga administrasi? bah beban kerja dinas, selain sebagai regulator
Sebaliknya, jika jabatan kepala RSD ada- dinas juga menjadi operator. Kepala dinas ber-
lah jabatan fungsional, maka merujuk kepada tanggungjawab menjalankan sebagian dari tu-
Permenpan Nomor 26 Tahun 2016 Tentang gas yang selama ini menjadi tugas Kepala Ru-
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jab- mah Sakit. Kepala Dinas Kesehatan juga ber-
atan Fungsional Melalui Penyesuaian/Inpassing, tanggungjawab ketika RSD dihadapkan pada
Kepala Rumah Sakit Daerah dapat berasal dari masalah hukum baik perdata maupun pidana.
22
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
23
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
1. RSD yang beroperasi sebagai BLUD SKPD. vii) Mengelola utang dan piutang yang
menjadi tanggung jawab;
2. Struktur Organisasi dan jabatan RSD tetap
seperti saat ini, kecuali Direktur RSD yang viii)Menyusun dan juga menyampaikan
berubah menjadi fungsional. laporan keuangan setiap SKPD yang
dipimpinnya;
3. Hak, wewang dan tanggungjawab dan jen-
jang karir direktur RSD sebagai jabatan ix) Mengawasi setiap pelaksanaan ang-
Fungsional perlu diatur lebih lanjut oleh garan UPT yang dipimpinnya; serta
24
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
25
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
BLUD dimungkinkan untuk lembaga, baik 5. PP Nomor 18 Tahun 2016 tidak perlu
struktural maupun non struktural. Permendagri dicabut (pasal tentang RSD dilaksanakan
Nomor 61 Tahun 2007 menyatakan bahwa dengan Perpres
BLUD boleh struktural dan boleh fungsional. 6. Protokoler Pemimpin BLUD setara dengan
BLUD struktural (SKPD/unit kerja) telah di protokoler eselon II
deskripsikan dengan baik, sementara itu BLUD
fungsional belum dideskripsikan.
BLUD fungsional yang berada di bawah RSD Sebagai BUMD
Kepala Daerah dan BLUD fungsional yang
berada di bawah SKPD belum diatur. Hal ini Badan Usaha Milik Daerah yang selanjut-
menjadi bahan untuk diatur lebih lanjut dalam nya disingkat BUMD adalah badan usaha yang
Perpres. seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
Sebagai skenario jangka pendek, RSD se- oleh Daerah. Permendagri 3/1998 dan UU
bagai lembaga non struktural di bawah dan 23/2014 menyatakan bahwa BUMD dapat
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah, berbentuk Perusahaan Umum Daerah dan
perusahaan perseroan Daerah. Sesuai dengan
dengan pertimbangan:
UU 23/2014 Pendirian BUMD bertujuan untuk:
1. Dibentuk dengan Peraturan Gubernur/
a. Memberikan manfaat besar bagi perkem-
Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
bangan perekonomian Daerah pada
dan tidak memerlukan Peraturan Daerah.
umumnya
2. Bagi Pemerintah Daerah yang sudah
b. Menyelenggarakan nilai kemanfaatan
menetapkan sebagai UPT, diperintahkan
umum (public service obligation) berupa
untuk menerbitkan Peraturan Gubernur/
penyediaan barang dan/atau jasa yang
Peraturan Bupati/Peraturan Walikota
bermutu bagi pemenuhan hajat hidup
tentang struktur organisasi dan tata
masyarakat sesuai kondisi, karakteristik
kerja RSD sebagai sebuah lembaga non
dan potensi Daerah yang bersangkutan
struktural Daerah sambil menunggu
berdasarkan tata kelola perusahaan yang
perubahan Peraturan Daerah.
baik; dan
3. Tidak perlu untuk merubah peraturan/
c. Memperoleh laba dan/atau keuntungan.
keputusan Kepala Daerah tentang tata
pengelolaan BLUD, namun cukup dengan Pasal 5 UU 5/1962 tentang Perusahaan
menerbitkan 1 peraturan Kepala Daerah Daerah menyatakan bahwa:
yg menyatakan bahwa yang tertulis LTD/ 1. Perusahaan daerah adalah kesatuan
SKPD diganti dengan Lembaga non produksi yang bersifat:
struktural.
a. Memberi jasa;
4. Semua RSD yang belum menerapkan
BLUD didorong agar tahun 2018 sudah b. Menyelenggarakan berbagai nilai
beroperasi sebagai BLUD, dan BPKP kemanfaatan umum (red. public
setempat diperintahkan untuk turut service obligation); serta
membantu pembentukan BLUD tersebut. c. Memupuk pendapatan.
26
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
2. Tujuan Perusahaan Daerah ialah untuk vatisasi yang akan mengubah sifat pelayanan
turut serta melaksanakan pembangunan publik menjadi profit oriented adalah pemikiran
Daerah khususnya dan pembangunan yang bisa dengan mudah disingkirkan, meng-
ekonomi nasional umumnya dalam rang-
ingat hampir 90% pasien RSD adalah pasien
ka ekonomi terpimpin untuk memenuhi
kebutuhan rakyat dengan menguta- BPJS dimana tarif sudah diatur dan public
makan industrialisasi dan ketenteraman service obligation dapat dijalankan.
serta kesenangan kerja dalam perus-
Sesuai dengan tujuan BUMD maka untuk
ahaan, menuju masyarakat yang adil dan
makmur. meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan,
maka skenario ini bisa menjadi ide yang baik.
3. Perusahaan Daerah bergerak dalam
lapangan yang sesuai dengan urusan Kekhawatiran bahwa RSD akan kehilangan jati
rumah tangganya menurut peraturan- dirinya dapat di “kunci” dalam peraturan kepala
peraturan yang mengatur pokok- daerah tentang pengelolaan RSD. Salah satunya
pokok Pemerintahan Daerah. adalah dengan mengikat margin keuntungan yg
4. Cabang-cabang produksi yang penting diperbolehkan dan besar persentase keun-
bagi Daerah dan yang menguasai hajat tungan yang dikembalikan kepada pemilik
hidup orang banyak di Daerah yang ber- (Pemda).dalam Perda Pembentukan dan dalam
sangkutan diusahakan oleh Perusahaan
daerah yang modalnya untuk seluruhnya Anggaran Dasar PT nya. Peraturan pemerintah
merupakan kekayaan Daerah yang dapat secara tersurat menyatakan bahwa keun-
dipisahkan. tungan yang diperoleh RSD dipergunakan untuk
Skenario kelembagaan RSD diubah men- meningkatkan pelayanan kesehatan.
jadi PT sudah tidak dimungkinkan sesuai
dengan UU 44/2009, sementara Perusahaan
RSD Sebagai Korporasi Pelayanan Milik
Daerah (PT) masih terbuka kesempatannya.
Pemerintah Daerah
Perbedaan PD dengan PT adalah kepemilikan
PD sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah dan
tidak terbagi dalam saham sementara
Sebuah ide ditawarkan sebagai upaya
kepemilikan PT terbagi dalam saham. Artinya
meningkatkan kualitas layanan dan mendukung
BUMD dengan bentuk PD dapat melaksanakan
profesionalitas. Skenario ini juga bukanlah ske-
tugas pelayanan publik (public service
nario baru. Skenario ini merujuk kepada pola
obligation).
yang dikembangkan BUMN yang memiliki usaha
Skenario ini sebenarnya bukan skenario disektor kesehatan. Upaya penyatuan semua RS
baru dimana beberapa RSD di DKI Jakarta milik BUMN dianggap sebagai langkah efektifi-
pernah menjalankan sesuai skenario ini, sebe- tas dan efisiensi. Pada RSD, skenario yang dita-
lum akhirnya keluar UU RS yang mengharuskan warkan adalah membentuk RSD sebagai sebuah
RSD berbentuk BLU. Pada zamannya RSD organisasi korporat dibawah Kepala Daerah
dengan skema PT mampu mengelola RS sesuai Provinsi. Skenario ini diharapkan akan menun-
dengan yang diamanahkan oleh Undang-Undang jang sistem kesehatan daerah dengan RSD se-
dan kekhawatiran yang disampaikan tidak bagai provider dalam sistem rujukan. Kondisi,
pernah terbukti. Sebetulnya kekhawatiran pri- tersentral akan meningkatkan komunikasi dan
27
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
28
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (ARSADA) Buku Putih Rumah Sakit Daerah (RSD)
REFERENSI
1. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74
1945 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945 Tentang Pera-
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
turan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 Tentang Pokok
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
-Pokok Pemerintah Daerah
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang
Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
Perusahaan Daerah
21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 Tentang
Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pokok-Pokok Pemerintah Daerah
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11
6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok
Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri
-Pokok Pemerintah Daerah
Sipil
7. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 Tentang
23. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54
PNBP
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah
Pemerintah Daerah
24. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 38
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keu- Tahun 1991 Tentang Unit Swadana dan Tata Cara
angan Negara Pengelolaan Keuangan
10. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang 25. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40
Pemerintah Daerah Tahun 2001 Tentang Pedoman Kelembagaan Dan
Pengelolaan Rumah Sakit Daerah
11. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Per-
bendaharaan Negara 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun
1998 Tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik
12. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Daerah
Kesehatan
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
13. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Ru-
2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keu-
mah Sakit
angan Badan Layanan Umum Daerah
14. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Apa-
28. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
ratur Sipil Negara
Negara Nomor 02 Tahun 2007 Tentang Pedoman
15. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Organisasi Satuan kerja Di Lingkungan Instansi
Pemerintah Daerah Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2003 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat 29. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Daerah Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2016 Tentang Pengangkatan Pegawai
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional Melalui
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Penyesuaian/Inpassing
Layanan Umum
iv