Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN KERJA

TIM PROGRAM PERCEPATAN


PENURUNAN PREVALENSI
STUNTING DAN WASTING

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya Pedoman Kerja Tim Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan
Wasting di RSUD Kota Baubau telah disusun dan diselesaikan sesuai dengan
kebutuhan.

Pedoman Kerja Tim Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting
disusun sebagai acuan bagi RSUD Kota Baubau dalam menyelenggarakan kegiatan
program guna menurunkan angka Stunting dan Wasting. Hal ini berkaitan dalam
peningkatan kesehatan ibu dan bayi sebagai salah satu sasaran Program Nasional
Bidang Kesehatan.

Gizi buruk merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kesehatan, sesuai
arah kebijakan RPJMN 2020-2024, target tahun 2024 adalah menurunkan
prevalensi wasting menjadi 7 % dan stunting menjadi 1 4 % . Stunting adalah kondisi
gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Gizi buruk (severe wasting) dapat meningkatkan
angka kesakitan dan kematian serta meningkatkan risiko terjadinya stunting

Pedoman ini akan dievaluasi kembali untuk dilakukan perbaikan/penyempurnaan

sesuai perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan dan bila ditemukan hal-hal yang
tidak sesuai lagi dengan kondisi di RS.

Baubau, 28 November 2022


Direktur RSUD Kota Baubau

Dr. H.SADLY SALMAN, Sp.OG


NIP. 19770506 2003121003
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PERATURAN DIREKTUR RSUD KOTA BAUBAU NOMOR XXX TENTANG PEDOMAN
KERJA TIM PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DAN WASTING DI
RSUD KOTA BAUBAU 1
Pasal 1 Pendahuluan 2
Pasal 2 Gambaran Umum 2
Pasal 3 Visi, Misi dan Budaya Organanisasi 3
Pasal 4 Struktur Organisasi 3
Pasal 5 Struktur Organisasi Tim
3
Pasal 6 Uraian Tugas 3
Pasal 7 Tata HubunganKerja 4
Pasal 8 Pertemuan atau Rapat 4
Pasal 9 Pelaporan 4
Pasal 10 4
PEDOMANKERJA TIM 5
PROGRAM PENURUNAN STUNTING DAN WASTING DI RUMAHSAKIT RSUD KOTA
BAUBAU 5
BAB I PENDAHULUAN 6
BAB II GAMBARAN UMUM
A. NAMA DAN STATUS RUMAH SAKIT 7
B. KEDUDUKAN DAN FASILITAS RUMAH SAKIT 7
BAB III VISI, MISI DAN BUDAYA ORGANISASI
11
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI 13
BAB V STRUKTUR ORGANISASI TIM
A . STRUKTUR ORGANISASI 14
B . KUALIFIKASI JABATAN 14
BAB VI URAIAN JABATAN
A. KETUA 16
B. WAKIL KETUA 16
C. SEKRETARIS 16
D. ANGGOTA 16
BAB VII TATA HUBUNGANKERJA
BAB VIII PERTEMUAN / RAPAT
1
A. RAPAT 18
BABIX MONITORING, EVALUASIDAN PELAPORAN
A. MONITORING 19
B. EVALUASI 19
C. PELAPORAN 19

3
PERATURAN DIREKTUR RSUD KOTA BAUBAU
NOMOR:
TENTANG
PEDOMAN KERJA TIM PROGRAM PERCEPATAN PENURUNAN
PREVALENSI STUNTING DAN WASTING DI RS

DIREKTUR RSUD KOTA BAUBAU,

Menimbang :
a. bahwa dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia
yang sehat, cerdas, dan produktif, serta pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan, perlu dilakukan percepatan
penurunan stunting dan wasting;
b. bahwa percepatan penurunan stunting dan wasting
dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas
melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara
kementerian/ lembaga, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/ kota, pemerintah desa, dan
pemangku kepentingan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, dan b, perlu mengeluarkan Peraturan
Direktur RSUD Kota Baubau tentang Pedoman Kerja
Tim Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting
dan Wasting di RSUD Kota Baubau.
Mengingat :
1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 2 9 Tahun 2 00 4
tentang Praktik Kedokteran

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


20
tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
20
tentang Rumah Sakit;
4. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
20
tentang Kesehatan;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2 0 2 1 tentang Percepatan Penurunan Stunting ;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat;
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Penjelasannya Tahun

2016;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2020 tentang Standar AntropometriAnak;
1 1 . Keputusan Walikota Baubau Nomor 216/IV/2022 Tentang
Penetapan Kelurahan Lokasi Fokus Stunting Kota Baubau
Tahun 2023
12. Keputusan Direktur RSUD Kota baubau Nomor ........Tentang
pedoman pelayanan penurunan prevalensi stunting dan wasting
rumah sakit umum daerah kota baubau tahun 2022

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR R S U D K o t a B a u b a u TENTANG


PEDOMAN KERJA TIM PROGRAM PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING DAN WASTING DI RSUD
KOTA BAUBAU

Pasal 1
Pendahuluan
1. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangananak akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang
atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang kesehatan.
2. Intervensi Spesifik adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi
penyebab langsung terjadinya Stunting.
3. Intervensi Sensitif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab
tidak langsung terjadinya Stunting.
4. Percepatan Penurunan Stunting adalah setiap upaya yang mencakup
Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif yang dilaksanakan secara
konvergen, holistik, integratif, dan berkualitas melalui kerja sama multisektor
di pusat, daerah, dan desa.
5. RSUD Kota Baubau melaksanakan program penurunan prevalensi stunting dan
wasting dengan melakukan edukasi, pendampingan intervensi dan pengelolaan
gizi serta penguatan jejaring rujukan kepada rumahsakit kelas di bawahnya dan
FKTP di wilayahnya serta rujukan masalah gizi.

13
Pasal 2

Gambaran Umum

RSUD Kota Baubau memiliki layanan Pelayanan Gawat darurat 24 jam, pelayanan

Persalinan/PONEK 24 jam, Pelayanan dokter Bedah Umum dan Urologi, Pelayanan

Laboratorium, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Rawat Inap, Poli Klinik dan Penunjang

Medis.

Pasal 3
Visi, Misi dan Budaya Organanisasi

Seiring dengan tujuan pembangunan bidang kesehatan di Kota Baubau,


dalam menjalankan fungsi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna, RSUD Kota Baubau menetapkan Visi sebagai
berikut.
‘’ Menjadi Rumah Sakit Rujukan Wilayah Kepulauan Yang Profesional Dan
Terjangkau’’
Pada Visi RSUD Kota Baubau Tahun 2013-2019 dan masih berlanjut di
Tahun 2021 terdapat Empat pokok visi adalah sebagai berikut:

Rumah Adalah Suatu Organisasi tenaga medis yang mempunyai pelimpahan


Sakit tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan
Rujukan yang terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan
pelayanan kedokteran.asuhan keperawatan/kebidanan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit
Kepulauan Adalah Suatu Gugusan Pulau,termaksuk bagian pulau, perairan
diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu
sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud
alamiah lainnya merupakan satu kesatuan geografis, ekonomi,
politik dan budaya yang hakiki atau secara historis
Yang Adalah Penyelenggaraan Rumah Sakit Oleh Tenaga Kesehatan
Profesional Yang Memiliki Etika Profesi Dan sikap Profesional, serta mematuhi
etika Rumah Sakit
Terjangkau Adalah Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Fungsi Sosial
dimana merupakan bagian dari tanggungjawab yang melekat pada
setiap RS, yang merupakan ikatan moral dan etik dari Rumah Sakit
dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan sehingga
menjangkau seluruh lapisann masyarakat
1.1.1. MISI
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, BLUD RSUD Baubau
menetapkan misi sebagai berikut:
1. Memberikan Pelayanan kesehatan secara profesional, efisien dan efektif
yang berorientasi kepada pelanggan, tanpa membeda-bedakan asal-usul dan
kondisi finansial pasien mampu atau tidak mampu, pasien dengan jaminan
atau tanpa jaminan.
2. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang
sehat, terbuka, efisien, efektif, dan akuntabel guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat umum serta kesejahteraan karyawan.
3. Mengelola rumah sakit, poliklinik, dan fasilitas kesehatan lainnya
senantiasa mengutamakan kepentingan pasien, peka dan tanggap terhadap
keluhan serta selalu berpenampilan prima.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tinggi.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperbaiki, membangun dan
mengembangkan fasilitas di RSUD Kota Baubau melalui penambahan
investasi Sarana dan Prasarana Layanan Kesehatan sebagai salah satu unsur
penting ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
bagi masyarakat Kota Baubau dan sekitarnya.
6. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengan institusi dan
organisasi profesi terkait dengan bidang kesehatan.

Pasal 4
Struktur Organisasi
RSUD Kota Baubau dipimpin oleh Direktur dengan Wakil Direktur Medis beserta
jajaran manajer.

Pasal 5
Struktur Organisasi Tim
Struktur organisasi Tim Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan
Wasting:

13
1. Direktur membawahi langsung tim program percepatan penurunan stunting dan
wasting,

2. Ketua Tim Program adalah dokter spesialis anak.

3. Sekretaris adalah dokter umum,

4. Anggota dari staf medis, staf keperawatan, staf gizi, staf instalasi farmasi, dan
staf PKRS

Pasal 6
Uraian Tugas
Uraian tugas Tim Program Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan
Wasting yaitu; melaksanakan komitmen untuk menyelenggarakan program
penurunan stunting dan wasting dan menyelaraskan program Rumah Sakit untuk
mendukung program penurunan prevalensi stunting dan wasting.

Pasal 7
Tata Hubungan Kerja
Kegiatan kerja Tim Wasthing dan Stunting melaksanakan dan menerapkan standar
pelayanan Gizi buruk pada lingkup RSUD kota Baubau

Pasal 8
Pertemuan atau Rapat
Penjadwalan kegiatan tim program selama tahun 2023 telah ditetapkan waktu
pelaksanaannya.

Pasal 9
Pelaporan
Seluruh kegiatan Tim Program dilakukan monitoring masuk ke dalam program kerja
percepatan penurunan prevalensi stunting dan wasting

Pasal 10
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Baubau
Pada tanggal : 30 November 2022
Dr. H. Sadly Salman, Sp.O G
NIP. 19770506 2003121003

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR NOMOR

TENTANG PEDOMAN
KERJA TIM PROGRAM
PENURUNAN PREVALENSI
STUNTING DAN WASTING DI
RSUD KOTA BAUBAU

PEDOMAN KERJA TIM


PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING DI
RSUD KOTA BAUBAU

BAB I
PENDAHULUAN

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada
anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya
infeksi berulang, dan kedua factor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak
memadai terutama dalam 1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila panjang atau
tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar
dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu danAnak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.

Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak


jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting
mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal
ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak
lebih rentan terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit
kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi
13
diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB)
setiaptahunnya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi


stunting di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitudari 37,2%
(2013) menjadi 30,8% (2018). Sedangkan untuk balita berstatus normal terjadi peningkatan
dari 48,6% (2013) menjadi 57,8% (2018). Adapun sisanya mengalamimasalah gizi lain.
Stunting telah ditetapkan sebagai prioritas nasional dalam dokumen
perencanaan dan TPB. Adapun strategi percepatan perbaikan gizi dalam dokumen
perencanaan RPJMN 2 0 1 5 - 2 0 1 9 adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan surveilans gizi termasuk pemantauan pertumbuhan;

b. Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi dengan fokus
utama pada1.000 hari pertama kehidupan (ibu hamil hingga anak usia 23 bulan),
balita, remaja, dan calon pengantin;

c. Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi,


higiene, dan pengasuhan;

d. Peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi termasuk melalui Upaya


Kesehatan Berbasis Masyarakat/UKBM (Posyandu dan Pos PAUD);

e. Penguatan pelaksanaan, dan pengawasan regulasi dan standar gizi;

f. Pengembangan fortifikasi pangan;

g. Penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan spesifik yang
didukung oleh peningkatan kapasitas pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota dalam pelaksanaan rencana aksi pangan dan gizi.

13
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. NAMA DAN STATUS RUMAH SAKIT

1. Nama Rumah Sakit adalah RSUD Kota Baubau, berlokasi di Jl.H.LD


Manarfa, Palagimata, kota Baubau
2. Status Rumah Sakit
a. Izin Operasional: Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Tentang Ijin
Operasional Rumah Sakit Umum Kelas B Kepada Rumah
Sakit
XXX.
b. Penetapan Kelas: Keputusan Menteri Kesehatan tahun 1997 ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Type C.
c. Rumah Sakit Berakreditasi Madya Nomor: KARS-SERT/278/XII/2019
yang berlaku sampai dengan tanggal 18 Desember 2021.

B. KEDUDUKAN DAN FASILITAS RUMAH SAKIT

1. Kedudukan Rumah Sakit RSUD Kota Baubau


Sejarah RSUD Kota Baubau bermula dari pendirian rumah sakit ini
pada zaman kolonial Belanda yang berlokasi di pusat kota Baubau tepat di
depan Pelabuhan Baubau. Setelah kemerdekaan dan pembentukan Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 1959, rumah. sakit tersebut kemudian menjadi
Rumah Sakit Kabupaten Buton. Pada tahun 1978 Rumah Sakit Kabupaten
Buton ditetapkan sebagai Rumah Sakit Type D, dan selanjutnya sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan tahun 1997 ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Type C.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2001 tentang Pembentukan Kota Baubau, maka RSUD Kabupaten Buton
diserahkan kepada Pemerintah Kota Baubau dan berubah nama menjadi RSUD
Kota Baubau. Hal tersebut sejalan dengan penyerahan aset-aset Pemerintah
Kabupaten Buton yang ada di wilayah administratif Kota Baubau kepada
Pemerintah Kota Baubau, termasuk seluruh SDM yang ada di RSUD
Kabupaten Buton tersebut. Pada bulan Agustus tahun 2008 rumah sakit pindah
di Palagimata dan beroperasi secara penuh dengan status kepemilikin oleh
Pemerintah Kota Baubau.

RSUD Kota Baubau merupakan salah satu rumah sakit yang ada di eks
Kabupaten Buton yang kini telah dimekarkan menjadi 4 Kabupaten/Kota yaitu
Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Bombana dan Kabupaten
Wakatobi. Posisi strategis Kota Baubau membuat pusat rujukan Pelayanan
Kesehatan bagi keempat daerah tersebut bertumpu pada RSUD Kota Baubau
2. Fasilitas Layanan
Berikut ini adalah fasilitas – fasilitas yang terdapat di RSUD Kota
Baubau :
melayani 12 poliklinik dan 5 penunjang medis terdiri dari :
1. Pelayanan rawat jalan
1) Poliklinik Umum
2) Poliklinik Gigi
3) Poliklinik Penyakit Dalam
4) Poliklinik Kesehatan Anak
5) Poliklinik Bedah
6) Poliklinik Obstetri dan Gynekologi
7) Poliklinik Mata
8) Poliklinik THT
9) Poliklinik VCT Edelweis
10) Poliklinik Syaraf
11) Poliklinik NAPZA
12) Poliklinik Kulit dan Kelamin
13) Poliklinik Jantung
14) Poliklinik Urologi
15) Poliklinik Paru
16) Poliklinik Bedah Mulut
17) Poliklinik Gigi Periodoti
2. Instalasi penunjang medik
1) Instalasi Radiologi
2) Instalasi Rehabilitasi Medik
3) Instalasi Laboratorium
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Farmasi
6) Instalasi CSSD
13
7) Instalasi Loundry
3. Sarana pelayanan rawat inap dilaksanakan di ruang perawatan:
1) Ruang Perawatan Penyakit Dalam
2) Ruang Perawatan Bedah
3) Ruang Perawatan Anak
4) Ruang Perawatan Obstetri/Rawat Gabung dan
Gynekologi
5) Ruang Perawatan Intensif (ICU)
6) Ruang Perawatan NICU
7) Ruang Perawatan Mata, THT, Syaraf, dan Kulit Kelamin
(MTSK)
8) Ruang Isolasi TB
9) Ruang Isolasi terpadu digunakan untuk pasien covid dan
suspek covid 19
10) Ruang CVCU khusus perawatan penyakit jantung

Ruang Isolasi Covid-19 Terpadu

b. Rawat Inap
Kapasitas 165 Tempat Tidu meliputi:
Tabel 2.7.1
Jumlah Tempat Tidur Non Covid19
BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2021
No
Kelas Ruang Jumlah TT
.
1 Kelas I Ruang Melati 2
2 Kelas I SYARAF 1
3 Kelas I Obstetri 4
4 Kelas I Kesehatan Anak 2
5 Kelas I Ruang Flamboyan 1
6 Kelas II Obstetri 4
7 Kelas II Kesehatan Anak 2
8 Kelas II Ruang Flamboyan 3
9 Kelas II Ruang Melati 3
10 Kelas II Kulit Kelamin 2
11 Kelas II Mata 2
12 Kelas II THT 2
13 Kelas III Gynekologi 2
14 Kelas III Obstetri 9
15 Kelas III Kesehatan Anak 4
16 Kelas III THT 3
17 Kelas III Ruang Kamboja 10
18 Kelas III Kulit Kelamin 3
19 Kelas III Ruang Bugenvile 6
20 Kelas III Saraf 3
21 Kelas III Mata 3
22 Kelas III THT 0
23 ICU ICU 5
24 NICU NICU 12
25 Isolasi TB1 2
26 Isolasi TB2 2
27 Isolasi TB3 4
28 Perinatologi Rawat Gabung3 2
29 Perinatologi Rawat Gabung2 2
30 Perinatologi Rawat Gabung1 2
TOTAL 102

Tabel 2.7.1
Jumlah Tempat Tidur Covid19
BLUD RSUD Kota Baubau Tahun 2021
No
. Ruang Jumlah TT
1 ICU Tekanan Negatif dengan Ventiator 2
2 ICU Tekanan Negatif tanpa Ventiator 0
3 ICU Tanpa Tekanan Negatif dengan Ventiator 0
4 ICU Tanpa Tekanan Negatif Tanpa Ventiator 0
5 Isolasi Tekanan Negatif 6
6 Isolasi Tanpa Tekanan Negatif 15
7 NICU Khusus Covid 0
8 PICU Khusus Covid 0
23
9 IGD Khusus Covid 13
10 VK Khusus Covid 2
15
TOTAL 38

13
BAB III
VISI, MISI DAN BUDAYA ORGANISASI

Sebagai suatu institusi, RSUD Kota Baubau berkeinginan menjadi RS yang


tumbuh dan berkembang menjadi institusi pelayanan kesehatan yang modern,
berkelas nasional dalam bentuk jejaring rumah sakit diseluruh Indonesia.
Seiring dengan tujuan pembangunan bidang kesehatan di Kota Baubau, dalam
menjalankan fungsi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna, RSUD Kota Baubau menetapkan Visi sebagai berikut.
‘’ Menjadi Rumah Sakit Rujukan Wilayah Kepulauan Yang Profesional
Dan Terjangkau’’
Pada Visi RSUD Kota Baubau Tahun 2013-2019 dan masih berlanjut di
Tahun 2021 terdapat Empat pokok visi adalah sebagai berikut:

Rumah Adalah Suatu Organisasi tenaga medis yang mempunyai pelimpahan


Sakit tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan
Rujukan yang terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan
pelayanan kedokteran.asuhan keperawatan/kebidanan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit
Kepulauan Adalah Suatu Gugusan Pulau,termaksuk bagian pulau, perairan
diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu
sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud
alamiah lainnya merupakan satu kesatuan geografis, ekonomi,
politik dan budaya yang hakiki atau secara historis
Yang Adalah Penyelenggaraan Rumah Sakit Oleh Tenaga Kesehatan
Profesional Yang Memiliki Etika Profesi Dan sikap Profesional, serta mematuhi
etika Rumah Sakit
Terjangkau Adalah Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Fungsi Sosial
dimana merupakan bagian dari tanggungjawab yang melekat pada
setiap RS, yang merupakan ikatan moral dan etik dari Rumah Sakit
dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan sehingga
menjangkau seluruh lapisann masyarakat

1.1.2. MISI
Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, BLUD RSUD Baubau
menetapkan misi sebagai berikut:
1. Memberikan Pelayanan kesehatan secara profesional, efisien dan efektif
yang berorientasi kepada pelanggan, tanpa membeda-bedakan asal-usul
dan kondisi finansial pasien mampu atau tidak mampu, pasien dengan
jaminan atau tanpa jaminan.
2. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang
sehat, terbuka, efisien, efektif, dan akuntabel guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat umum serta kesejahteraan karyawan.
3. Mengelola rumah sakit, poliklinik, dan fasilitas kesehatan lainnya
senantiasa mengutamakan kepentingan pasien, peka dan tanggap
terhadap keluhan serta selalu berpenampilan prima.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi tinggi.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperbaiki, membangun
dan mengembangkan fasilitas di RSUD Kota Baubau melalui
penambahan investasi Sarana dan Prasarana Layanan Kesehatan
sebagai salah satu unsur penting ujung tombak dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat Kota Baubau dan
sekitarnya.
6. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengan institusi dan
organisasi profesi terkait dengan bidang kesehatan.

Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh jajaran organisasi


dan pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal dan mengetahui
keberadaan dan peran dari RSUD Kota Baubau sebagai lembaga pemerintah
yang menyediakan layanan kesehatan terbaik dan memenuhi standar nasional
sehingga mampu menjadi rumah sakit yang terbaik di Sulawesi Tenggara .

13
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM

A. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam program percepatan penurunan stunting dan wasting di rumah sakit


dilakukan secara terpadu oleh suatu tim yang terdiri dari berbagai unsur/unit
dalam RS seperti bagian medis, keperawatan, farmasi, gizi, PKRS yang
ditetapkan dengan SK Direktur RS.

Susunan Tim Koordinasi Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan


Wasting di RSUD Kota Baubau dapat dilihat di bawah ini:

KETUA TIM PROGRAM


PERCEPATAN PENURUNAN
PREVALENSI STUNTING
DAN WASTING

SEKRETARIS

ANGGOTA

B. KUALIFIKASI JABATAN

NO JABATAN KUALIFIKASI
1 Ketua Dokter spesialis anak konsultan endokrin / dokter spesialis
anak konsultan gizi metabolik / dokter spesialis anak
konsultan pediatri sosial / dokter spesialis gizi klinik /
dokter spesialis anak.
2 Sekretaris Dokter umum
3 Anggota • Staf medis (Dokter Spesialis Anak, Spesialis
Obstetri Ginekologi)
• Staf Keperawatan/Kebidanan
• Staf Farmasi
• Staf Gizi
• Tim PKRS

13
BAB VI
URAIAN JABATAN

A. KETUA
1. Melaksanakan komitmen untuk menyelenggarakan program penurunan prevalensi
stunting dan di RSUD Kota Baubau;

2. Menyelaraskan program RSUD Kota Baubau untuk mendukung program


penurunan prevalensi stunting dan wasting;

3. Menyelenggarakandan memimpin rapat rutin Tim Stunting dan Wasting RSUD


Kota Baubau;

4. Meningkatkan kemampuan anggota tim pelayanan Stunting dan Wasting di


RSUD Kota Baubau

5. Membuat analisa dan rencana tindak lanjut terkait capaian mutu kegiatan
penurunan prevalensi stunting dan wasting;

6. Berkoordinasi dengan pihak eksternal (Dinas Kesehatan / Kementerian


Kesehatan) dalam hal pelaporan program.

B . SEKRETARIS

1. Melaksanakan kegiatan administrasikesekretariatan;


2. Menyiapkan kebutuhandan agenda rapat rutin Tim Stunting dan Wasting;
3. Membuat arsip kegiatan Tim Stunting dan Wasting;
4. Menyimpan dan mengelola kearsipan.

D . ANGGOTA
1. Mengikuti atau menghadiri rapat rutin Tim stunting dan Wasting;
2. Mengumpulkan dan rekapitulasi data mutu terkait penurunan stunting dan wasting
di unitnya masing-masing;
2. Memberikan usulan atau saran perbaikan dan peningkatan pelayanan Penurunan
prevalensi stunting dan wasting di RSUD Kota Baubau yang meliputi:

Staf Medis  Memberikan usulan atau saran perbaikan dan peningkatan pelayanan
penurunan prevalensi stubting dan wasting di RSUD Kota Baubau
 Menyusun dan membuat Panduan Praktik Klinis (PPK) terkait stunting
dan wasting;
 Melakukan skrining, diagnosa, dan tata laksana stunting dan wasting
sesuai PPK;
 Menentukan kriteria kasus yang dapat ditangani di RSUD Kota
Baubau dan kriteria kasus yang dirujuk;
 Menyusun program 1000 HPK untuk pencegahan stunting dimulai
dari pendampingan kehamilan dan persalinan yang aman.

Staf Keperawatan  Membuat asuhan keperawatan bagi anak status gizi kurang maupun
buruk.

Staf Instalasi Gizi  Melakukan asesmen awal dan asesmen ulang untuk pasien anak
dengan masalah gizi dan monitoring hasil terapi terintegrasi dengan
asuhan medis dan keperawatab, menyusun pedoman pelayanan gizi
termasuk didalamnya untuk nutrisi khusus;
 Membuat laporan kasus gizi burukdan melaporkan ke dinas kesehatan
setempat atau kementerian kesehatan sesuai regulasi;
 Melakukan kolaborasi dengan DPJP dalam hal pemberian terapi
nutrisi pada anak dengan masalah gizi.

Staf Instalasi  Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dispensing steril untuk


Farmasi pemberian TPN;
 Bertanggung jawab terhadap pengadaan dan ketersediaan stok
suplemen dan nutrisi.

Staf Tim PKRS  Menyusun program kerja PKRS untuk peningkatna pemahaman dan
(Promosi kesadaran staf, pasien, keluarga, dan komunitas mengenai masalah
Kesehatan Rumah stunting dan wasting.
Sakit)

16
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

INSTALASI/
UNIT MANAGER
KERJA BIDANG/
BAGIAN DI RS
TIM
PENURUNAN
STUNTING /
WASTING

KOMITE/TIM MUTU KSM/KOMITE PPA

KOMITE/TIM PKRS DIKLAT

Hubungan kerja Internal (dengan instalasi / unit lain di dalam RS) :

1. KSM (Kelompok Staf Medis)


a. Menjalankan kebijakandan SPO terkait program percepatan penurunan
stunting dan wasting diRS;
b. Mengawasi kepatuhan pelaksanaan program percepatan penurunan
stunting dan wasting di RS.
2. Manager Bidang/ Bagian di RS (Yanmed, Jangmed, Keperawatan, Jangum) :
a. Memfasilitasi adanya kebijakandan prosedur operasional terkait
program percepatan penurunan stunting di RS yang perlu dipersiapkan
oleh rumah sakit;
b. Supervisi dan evaluasi program percepatan penurunan stunting di RS
di bidangnya masing masing;
c. Inventarisasi SDM, alat, dan obat untuk melengkapi sarana, prasarana,
terkait program percepatan penurunan stunting dan wasting di RS.
3. Kepala Instalasi/KepalaPerawat
a. Sebagai pengawas program percepatan penurunan stunting dan wasting
di RS dimasing-masing ruangan / Instalasi;
b. Sebagai pelaksana program percepatan penurunan stunting dan wasting
di unit rawat jalan, rawat inap, gizi, farmasi, PKRS di rumah sakit.
5. Instalasi Farmasi:
a. Penyediaan alat & obat-obatan program percepatan penurunan stunting
di rumah sakit;
b. Bertanggungjawab terhadap pelayanan dispensing steril untuk
penyediaan TPN (Total Parenteral Nutrition).
6. Instalasi Gizi:
a. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan formula / diet khusus untuk
pasien anak dengan malnutrisi;

b. Melakukan rekap pelaporan pasien gizi buruk untuk dilaporkan

secararutin ke dinas kesehatan.

7. Bagian Diklat:
Merencanakan program diklat untuk meningkatkan pemahaman staf/ karyawan
terhadap upaya percepatan penurunan prevalensi stunting dan wasting.
8. Komite Mutu (Bidang Mutu &Akreditasi) :
Koordinasi pembahasan indikator mutu terkait program percepatan penurunan
stunting dan wasting di RS.
9. Tim PKRS :
Merencanakan, melakukan kegiatan kerjasama, promosi tentang program
percepatan penurunan stunting dan wasting di RS.

16
BAB VIII
PERTEMUAN / RAPAT

A. RAPAT
1. Rapat Terjadwal
a. Rapat pembuatan program percepatan penurunan stunting dan wasting :

1) Dipimpin oleh ketua Tim Koordinasi Percepatan Penurunan


Stunting dan Wasting dihadiri oleh Direktur RS, anggota tim,
Kepala instalasi dan para Manager Bidang / Bagian yang terkait;
2) Rapat dilaksanakandi akhirtahun.

b. Rapat penyampaian monitoring pelaksanaan capaian program dan rencana


perbaikan dan evaluasi masalah atau kendala
1) Rapat dipimpin oleh ketua Tim Koordinasi Percepatan
Penurunan Stunting dan Wasting dihadiri oleh Direktur RS,
Sektretaris Tim, dan anggota Tim serta unit terkait;
2) Membahas capaian program dilaksanakan setiap 3 bulan;

3) Membahas analisa dan tindak lanjut dari capaian.

2. Rapat Tidak Terjadwal


a. Rapat Koordinasi dengan pihak eksternal (Dinas Kesehatan setempat);

b. Rapatkoordinasidengan Komite (Komite Mutu ,KSM, Komite Medik,


Tim PKRS) terkait evaluasi Program Kerja Tim Koordinasi Percepatan

Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting.


BAB IX
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. MONITORING

1. Seluruh kegiatan Tim Koordinasi Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting

dan Wasting dilakukan monitoring masuk ke dalam program kerja Percepatan


Penurunan P r e v a l e n s i Stunting dan Wasting;

2. Monitoring dengan cara melakukanobservasi secara langsung, pengumpulan


data , wawancara, surveisesuaidengan kegiatan didalam program kerja ;

3. Monitoring dapat dilakukandengan secara manual/ tertulis dengan ceklist/

worksheet dapat melalui sistem dengan menggunakan google docs ;

5. Monitoring dilakukan oleh unit terkait yang dikoordinasikan oleh anggota tim
yang mewakili setiap unit pelayanan terkait program Percepatan Penurunan
Stunting dan Wasting;

6. Monitoring dapat dilakukan secara harian, mingguan / periode tertentu ;

7. Hasil monitoring direkap, dibuat grafiktren atau kesimpulan hasil akhir,


analisa dan direncanakan untuk tindaklanjutnya.

B . EVALUASI

1. Tim Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dan Wasting


mengevaluasiseluruh kegiatanmelalui evaluasi program kerjasesuai dengan
periodepelaporan evaluasi program;

2. Evaluasi program dibahas dengan tim/KSM/Komite/Bidang/Unit terkait dan


dilaporkan kepada direktur rumah sakit setiap TW ;

3. Hasil evaluasi dilakukan analisa dan tindaklanjut untuk memperbaiki hasil


yang belum optimal/ belumtercapai .

C . PELAPORAN

1. Pelaporan rutin disampaikan oleh ketua Tim Koordinasi Percepatan


Penurunan Stunting dan Wasting dan berkoordinasi dengan Wadir Medis /
Manajer Pelayanan Medis kepada Direktur setiap TW dengan
melampirkan lembar proses ;
16
2. Pelaporan rutin disampaikan oleh ketua Tim Koordinasi Percepatan
Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting kepada Dinas Kesehatan /
Kementerian Kesehatan melaluiaplikasi e- PPGBM;

3. Direktur akan memberikan feedback untuk ditindak lanjuti oleh Tim


Koordinasi Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting
bersama timnya dan dikoordinasikan dengan bagian terkait pemberi
pelayanan di rumah sakit.

Ditetap kan di : Baubau


Pada tanggal : 30 November 2022
Direktur RSUD Kota Baubau

Dr. H. SADLY SALMAN, Sp.OG


NIP. 19770506 2003121003

Anda mungkin juga menyukai