Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN PELAYANAN PENURUNAN

STUNTING DAN WASTING

TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatnya Pedoman Pelayanan Penurunan Stunting dan Wasting dapat diselesaikan
dengan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdul
Rivai.
Pedoman Pelayananan Penurunan Stunting dan Wasting ini yang mulai
dipergunakan pada tahun 2023 meliputi secara holistik, integratif, dan berkualitas melalui
koordinasi, sinergi dan sinkronisasi diantara pemerintah daerah kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan pemangku kepentingan. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Tim Penyusun yang telah berjuang untuk menyelesaikan standar ini dengan baik. Ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada para kontributor yang telah memberikan
masukan sangat berharga.
Semoga dengan dipergunakan Pedoman Pelayanan Penurunan Stunting dan
Wasting ini, mutu pelayanan dan keselamatan pasien Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Abdul Rivai dapat lebih baik.

Direktur RSUD dr. Abdul Rivai, Berau

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
PERATURAN DIREKTUR PEDOMAN PELAYANAN PENURUNAN STUNTING DAN
WASTING................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................... 1
B. TUJUAN PEDOMAN..................................................................................... 1
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN.................................................................. 2
D. BATASAN OPERASIONAL.......................................................................... 2
E. LANDASAN HUKUM.................................................................................... 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN.......................................................................... 4
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA..................................................................... 4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN........................................................................ 7
C. JADWAL KEGIATAN, TERMASUK PENGATURAN JAGA.......................... 7
BAB III STANDAR FASILITAS............................................................................... 10
A. DENAH RUANGAN...................................................................................... 10
B. STANDAR FASILITAS.................................................................................. 10
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN................................................................. 11
A. BERORIENTASI PADA PASIEN.................................................................. 11
B. MERUPAKAN TATA LAKSANA UNTUK SELURUH KEGIATAN DALAM UNIT
KERJA.......................................................................................................... 11
BAB IV LOGISTIK................................................................................................... 15
A. PROSEDUR PENYEDIAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT/VITAMIN DI
PELAYANAN PENCEGAHAN STUNTING DAN WASTING....................... 15
B. PERENCANAAN PERALATAN ATAU PEREMAJAAN................................ 15
BAB V KESELAMATAN PASIEN........................................................................... 16
A. PENGERTIAN............................................................................................... 16
B. TUJUAN........................................................................................................ 16
C. TATALAKSANA............................................................................................ 16
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.......................................................................... 18
A. PENDAHULUAN........................................................................................... 18
B. TUJUAN........................................................................................................ 18
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN................................................. 19
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA............................................................... 19
BAB VII PENGENDALIAN MUTU........................................................................... 20

iii
BAB VIII PENUTUP................................................................................................. 21

PERATURAN DIREKTUR

NOMOR: 445 / / TU-1 / / 2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN PENURUNAN STUNTING DAN WASTING


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ABDUL RIVAI
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ABDUL RIVAI, BERAU

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdul Rivai selalu
berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh peratuan perundang
undangan yang berlaku;
b. bahwa percepatan penurunan stunting dilaksanakan secara
holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi
dan sinkronisasi diantara pemerintah daerah
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan pemangku
kepentingan;
c. bahwa dalam rangka untuk menjalankan kegiatan tim
program penurunan prevalensi stunting dan wasting di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdul Rivai;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Direktur
tentang Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdul Rivai.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan;

iv
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak
Akibat Penyakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi RS;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2020 tentang Antropometri Anak;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001
Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.
ABDUL RIVAI TENTANG PENURUNAN STUNTING DAN
WASTING DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ABDUL RIVAI,
BERAU;
KESATU : Pedoman Pelayanan Penurunan Stunting dan Wasting di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Abdul Rivai, Berau tercantum dalam
lampiran keputusan ini;
KEDUA : Memberlalukan pedoman seperti yang dimaksud sebagai acuan
bagi staff dalam memberikan pelayanan bagi pasien;
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan harus dibahas
sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali dan apabila
diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Abdul
Rivai, Berau dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :Tanjung Redeb


Pada tanggal : 02 Januari 2023
Direktur,

dr. Jusram, Sp. PD


NIP. 1976 0917 200604 1 019

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa bayi usia
di bawah lima tahun (balita) yang menderita stunting mencapai 30,8%. Artinya,
sebanyak 7 juta balita di Indonesia saat ini yang merupakan generasi bangsa
terancam kurang memiliki daya saing pada kehidupannya ke depan.
Penurunan angka stunting dan wasting di Indonesia selama 10 tahun terakhir
belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Permasalahan stunting dan
wasting masih dipandang seputar realitas kondisi kesehatan akibat dari kekurangan
gizi, sehingga penanganannya masih didominasi oleh lembaga dan penyedia layanan
di bidang kesehatan.
Dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri yang dipimpin oleh Wakil Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 12 Juli 2017 diputuskan bahwa penurunan stunting
dan wasting penting dilakukan dengan pendekatan multi-sektor melalui sinkronisasi
program-program nasional, lokal, dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah.
Tingginya tingkat partisipasi masyarakat termasuk pemerintah Desa merupakan
ujung tombak keberhasilan upaya pencegahan stunting dan wasting yang secara
langsung akan berdampak pada penanggulangan kemiskinan, dikarenakan rumah
tangga miskin yang paling rentan terhadap permasalahan stunting. Masyarakat harus
ditingkatkan peran dan kapasitasnya dalam melakukan fungsi-fungsi fasilitasi
(pendataan dan pemantauan) dan advokasi (koordinasi, konvergensi dan regulasi)
pencegahan stunting dan wasting.
Untuk menurunkan angka kejadian stunting dan wasting Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Abdul Rivai Tanjung Redeb Kabupaten Berau memiliki program dan
kebijakan yang dilakukan secara rutin guna menurunkan angka kejadian stunting dan
wasting serta mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak 1000
HPK.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Membantu pemerintah dalam penurunan stunting dan wasting pada anak- anak.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman managerial dalam program penurunan stunting dan
wasting di Rumah Sakit
b. Sebagai indikator mutu standar pelayanan Rumah Sakit dalam program
penurunan stunting dan wasting.
c. Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam upaya pencegahan

1
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup penyusunan Pedoman Pelayanan Penurunan Stunting dan
Wasting meliputi kebijakan pelayanan penurunan stunting dan wasting, kegiatan
skrining gizi, kegiatan asuhan dan intervensi gizi, dan peningkatan efektivitas
intervensi gizi spesifik.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Unit Gawat Darurat:
Mencakup pelayanan pemeriksaan dan penentuan diagnosis pasien-pasien
dengan gangguan gizi yang dalam keadaan gawat darurat dan memerlukan
pertolongan medis awal secepatnya oleh tim emergensi (Dokter dan Perawat
UGD)
2. Poliklinik Anak dan Kebidanan:
Mencakup pelayanan multidisiplin untuk pasien anak dan ibu hamil di rawat jalan
yang dirancang menjadi cluster area multidisiplin dokter spesialis yang banyak
terkait dengan pasien anak dan kebidanan antara lain dokter spesialis anak,
dokter spesialis gizi klinik, dokter spesialis kebidanan.
3. Pelayanan Rawat Inap Anak:
Mencakup pelayanan rawat inap pasien-pasien anak dengan gangguan gizi,
yang membutuhkan pengawasan secara rutin dan terus menerus terhadap
penyakit yang dideritanya.
4. Tim Pencegahan :
Tim Pencegahan Stunting dan Wasting adalah suatu tim multidisiplin yang
bekerja secara interdisiplin untuk mencegah stuning dan wasting serta mangatasi
masalah gangguan gizi dengan prinsip tata kelola pelayanan terpadu dan
paripurna dengan mendekatkan pelayanan kepada pasien.
5. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan
gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir,
tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun.
6. Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus
(severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan
ambang batas (Z- score) <-2 SD

2
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi RS;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Antropometri Anak;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA


Ketenagaan dalam pelayanan pencegahan Stunting dan Wasting di Rumah
Sakit terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja
bersama- sama sebagai Tim Pencegahan Stunting dan Wasting. Tim Pencegahan
Stunting dan Wasting Rumah Sakit dr. Abdul Rivai Berau terdiri atas:
1. Dokter Spesialis Anak
2. Dokter umum
3. Perawat
4. Apoteker
5. Tenaga gizi
6. Fisioterapis
7. Terapist Wicara
8. Perekam Medis

Tim Pencegahan Stunting dan Wasting terdiri atas ketua dan kepala
pelayanan yang merangkap sebagai anggota, dan anggota. Adapun struktur
organisasi Tim Pencegahan Stunting dan Wasting di Rumah Sakit dr. Abdul Rivai
Berau adalah sebagai berikut.

4
No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
1 Ketua Tim Dokter  Memiliki STR yang masih
Pencegahan Spesialis berlaku.
Stunting dan Anak  Memiliki SIP yang masih
Wasting berlaku di Rumah Sakit dr.
Abdul Rivai Berau
 Sehat jasmani dan rohani.

2 Staf Medis Dokter  Memiliki STR yang masih


Spesialis Anak berlaku.
 Memiliki SIP yang masih
berlaku di Rumah Sakit dr.
Abdul Rivai Berau
 Sehat jasmani dan rohani.
3 Dokter Umum S1 Profesi  S1 Profesi Dokter
Dokter  Memiliki STR yang masih
berlaku
 Memiliki SIP yang masih
berlaku di Rumah Sakit dr.
Abdul Rivai Berau
 Pengalaman Kerja Minimal 1
tahun
 Sehat jasmani dan rohani
 Memiliki sertifikat
pelatihan Pencegahan
Stunting dan Wasting
4 Perawat D3  Pendidikan minimal D3
Keperawatan Keperawatan atau SI
Kep.Ners
 Memiliki STR Perawat (Surat
Tanda Registrasi) yang masih
berlaku
 Memiliki SIP (Surat Izin
Praktik) yang berlaku di
Rumah Sakit dr. Abdul Rivai
Berau
 Memiliki sertifikat Pelatihan
Pencegahan Stunting dan
Wasting
5 Ahli Gizi D3 Gizi  Pendidikan minimal D3/S1
Gizi
 Memiliki STR Gizi (Surat
Tanda Registrasi) yang masih
berlaku
 Memiliki seminar yang
diadakan oleh Dinas
Kesehatan,Persagi (Persatuan
Ahli Gizi Indonesia)
6 Terapis Anak S1 Psikologi/  Pendidikan minimal D3 Terapi
D3 Terapi Wicara/S1 Psikologi
Wicara  Memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) yang masih
berlaku
5  Memiliki surat izin kerja yang
masih berlaku
 Sehat jasmani dan rohani
 Terampil,disiplin dan jujur
 Memiliki tanggungjawab dan
dedikasi yang tinggi
Dalam pelaksanaan pelayanan penurunan stunting dan wasting di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Abdul Rivai Tanjung Redeb Kabupaten Berau di Pimpin oleh Ketua
Program Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting . Distribusi ketenagaan Tim
Penurunan Stunting dan Wasting, disesuaikan dengan kualifikasi sehingga yang masuk
kedalam tim Penurunan Stunting dan Wasting adalah tenaga yang tersertifikasi dan
kompeten sesuai bidang profesi. Perencanaan ketenagaan dalam program ditujukan
untuk memastikan tersedianya kebutuhan tenaga terlatih demi terselenggaranya kegiatan
Program Penurunan Stunting dan Wasting di suatu faskes pelaksana. Perencanaan
ketenagaan berpedoman pada standar kebutuhan yang tercatat di dalam surat
keputusan (SK) Direktur.

TIM PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ABDUL RIVAI, BERAU

Pembina : Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.Abdul Rivai


Penanggung jawab : 1. Kepala Bidang Pelayanan Medik
2. Kepala Bidang Keperawatan
Ketua : dr. Nirwana, Sp. A
Sekretaris : Welly Hardika Suyanto, S.Gz
Yeyen Luviyanti, A.Amd.Kep
Staf medis : 1. dr. Elis Nur Baeti, Sp. A
2. dr. Firma Luluk
Anggota : 1. Masniar, A.Md.Kep
2. Desy Emma Asmara, A.Md.Kep
3. Milka DD Pabendan, A.Md.Kep
4. Ns. Ayu Rezky Amaliah, S.Kep
5. Rysta Rudini, A.Md.Keb
6. Ayu Rahmatul, S.Tr.Keb
Nutrisionis 1. Siti Noorrubiyati, S.Gz
2. Dedy Setiawan Azhar, S.Tr.Gz
Farmasi : Laras Indah Wulandari, S.Farm
Humas : dr. Lubna

6
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Ketenagaan Unit Gawat Darurat
2. Ketenagaan Poliklinik
3. Ketenagaan Unit Rawat Inap Anak
4. Ketenagaan Unit NICU/Perinatologi dan PICU

C. JADWAL KEGIATAN, TERMASUK PENGATURAN JAGA


1. Dokter Spesialis
a. Pengaturan jadwal jaga dokter spesialis menjadi tanggung jawab Kepala
Bidang Pelayanan Medis.
b. Jadwal jaga dokter spesialis dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter spesialis yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter spesialis karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
d. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Kepala Bidang Pelayanan Medis atau ke staff administrasi paling lambat
3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter
jaga konsulen pengganti.
e. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala Bidang Pelayanan Medis atau ke staff
administrasi dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka
Kepala Bidang Pelayanan Medis wajib untuk mencarikan dokter jaga
konsulen pengganti.

2. Dokter Jaga Ruangan


a. Pengaturan jadwal dokter jaga menjadi tanggung jawab Koordinator
Dokter Umum dan disetujui oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis
b. Jadwal dokter jaga dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 3 hari sebelum
jaga di mulai.
c. Apabila dokter jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka
i. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala Bidang Pelayanan Medis atau ke staff

7
administrasi paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter
tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
ii. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala Bidang Pelayanan Medis atau ke staff
administrasi dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka Kepala Bidang Pelayanan Medis wajib untuk
mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.

3. Perawat
a. Pengaturan jadwal dinas perawat dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruang (KaRu) dan disetujui oleh Kepala Bidang Pelayanan
Keperawatan
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang
ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
e. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu KaRu : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu KaRu,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,
Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti,
maka KaRu akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari
itu libur atau perawat yang tinggal di asrama.
f. Apabila ada tenaga perawat tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (tidak terencana), maka KaRu akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan,
maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.

8
4. Ahli Gizi
a. Pengaturan jadwal tenaga ahli gizi dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Instalasi Gizi dan disetujui oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
tenaga ahli gizi pelaksana setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga ahli gizi yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang
ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Apabila ada tenaga ahli gizi tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (tidak terencana), maka Kepala Instalasi akan mencari
perawat pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di
dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.

9
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Rivai Tanjung Redeb Kabupaten
Berau, dalam melayani Stunting dan Wasting.

Poli Anak dan Ruang


Ruang anak Melati Konsultasi
& Anggrek

B. STANDAR FASILITAS
Bangunan pelayanan pencegahan stunting dan wasting tingkat lengkap paling sedikit
terdiri atas:
a. Ruang pendaftaran/administrasi;
b. Ruang tunggu;
c. Ruang konsultasi
d. Ruang Rawat Inap Anak
e. Poliklinik Anak

10
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. BERORIENTASI PADA PASIEN


Mengacu kepada Peraturan Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013
tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, Pelayanan pencegahan stunting
dan wasting di RSUD dr. Abdul Rivai Berau adalah Pelayanan Pencegahan Stunting
dan Wasting tingkat lengkap, yang terdiri dari :
- Pengukuran dan pencatatan berat badan dan panjang badan pada bayi
baru lahir
- Skrining gizi anak di rawat jalan oleh perawat
- Skrining gizi anak di rawat inap oleh perawat
- Skrining gizi anak di rawat inap dan rawat jalan oleh ahli gizi
- Asuhan gizi dirawat inap oleh ahli gizi
- Intervensi gizi oleh Dokter Spesialis
- Pelayanan imunisasi dasar lengkap
- Suplementasi tablet besi folat pada ibu hamil
- Promosi IMD dan konseling IMD dan ASI ekslusif
- Pemberian vitamin A

B. MERUPAKAN TATA LAKSANA UNTUK SELURUH KEGIATAN DALAM UNIT


KERJA
1. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan di RSUD dr. Abdul Rivai Berau Terdiri dari Pelayanan Unit
Gawat darurat dan Pelayanan Poliklinik.
- Pelayanan Unit Gawat Darurat
a. Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pada
pasien gawat darurat secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
b. Triage dengan kriteria ESI (Emergency Severity Index)
c. Skrining gizi anak oleh perawat apabila beresiko malnutrisi maka akan
dikonsulkan ke dokter spesilais gizi klinis.
d. Tatalaksana pasien yang membutuhkan penanganan gawat darurat.
- Poliklinik
a. Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan rawat
jalan kepada pasien anak yang membutuhkan konseling dan imunisasi
dasar lengkap akan dilakukan pengkajian skrining gizi oleh perawat.

11
b. Fasilitas / spesialisasi / disiplin lain seperti ahli gizi dan dokter spesialis
gizi klinik berada dilantai dua poliklinik gizi.
c. Konsep keterpaduan pelayanan yang dilakukan yaitu dalam formulir
tersebut tersedia tools skrining penilaian gizi PNST ( Pedaitric Nutrition
Screening Tool)
d. Apabila hasil pengkajian PNST anak beresiko mengalami stunting dan
wasting maka dokter anak akan memntau pertumbuhan dan
perkembangan pasein selama dua minggu.
e. Pasien anak yang mengalami malnutrisi akan dilaporkan oleh petugas
medis ke dinas kesehatan Kabupaten Berau.

2. Pelayanan Rawat Inap


2.1 Bangsal Anak
a. Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan rawat
inap kepada pasien anak dengan gangguan gizi.
b. Unit rawat inap anak bertempat di Ruang Anggrek dan Melati.
c. Pengkajian pasien anak yang dirawat inap dilakukan dengan
menggunakan formulir pengkajian anak dan dan Pengkajian Status Nutrisi
menggunakan PNST( Pedaitric Nutrition Screening Tool).
d. Jika skor skrinning gizi awal pasien >2 maka perawat berkoordinasi
dengan Ahli Gizi untuk melakukan pengkajian gizi lanjutan.
e. Ahli gizi klinis akan melakukan asuhan gizi pada pasien dengan
kriteria risiko malnutrisi sedang dan berat (berdasarkan P N S T ).
f. Selanjutnya ahli gizi klinis akan mengkonsulkan pasien dengan dokter
spesialis gizi untuk tatalaksana lanjutan.
2.2 Perinatologi dan NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
a. Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan rawat
inap intensif dirumah sakit yang difungsikan untuk merawat bayi
bermasalah dab bati baru lahir sampai usia 28 hari yang memerlukan
pengobatan dan perawatankhusus dibawah pemantauan tim dokter, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital.
b. Unit rawat inap Nicu bertempat ruang perinatalogi.
c. Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan perawatan bayi baru lahir,maka
perawatan bayi baru lahir atas 3 level,yaitu :
 Level 1
Perawatan yang dirujukan untuk bayi baru lahir dengan resiko
rendah, yang meliputi bayi sehat, bayi berat lahir lebih dari 2000

12
gram, bayi rawat gabung(perawatan bersama ibu) dan bayi yang
risiko rendah dilakukan perawatan bersama ibu (bayi rawat gabung)
 Level II
Perawatan bayi risiko tinggi seperti bayi dengan berat lahir kurang
dari 2000 gram, bayi dengan persalinan yang bermasalah, bayi yang
menderita sakit seperti diare,infeksi dan bayi kuning yang
memerlukan terapi sinar, serta bayi dengan risiko tinggi dilakukan
perawatan di Perinatologi.
 Level III
Neonatal Intensive Care Unit(NICU) adalah perawatan untuk semua
bayi bermasalah yang memerlukan tindakan khusus seprti pemakaian
alat bantu napas mekanik (ventilator atau CPAP),pemberian obat-
obatan tertentu yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan
transfuse tukar dan tindakan-tindakan lainnya yang memerlukan
pemantauan ketat.
g. Pengkajian pada bayi baru lahir batasan usia 0-6 bulan diruangan NICU
menggunakan formulir Nutritional Screening For Perinatology, akan
dilakulan pengukuran berat badan lahir dan panjang badan lahir kemudian
akan dimasukkan ke dalam grafik WHO sesuai jenis kelamin pasien.
h. Jika skor skrinning gizi awal pasien <-2 atau >2 maka perawat
berkoordinasi dengan Ahli Gizi untuk melakukan pengkajian gizi lanjutan.
i. Ahli gizi klinis akan melakukan asuhan gizi pada pasien dengan
kriteria risiko malnutrisi sedang dan berat sesuai hasil pengisian
Nutritional Screening For Perinatology
j. Selanjutnya ahli gizi klinis akan mengkonsulkan pasien dengan dokter
spesialis anak untuk tatalaksana lanjutan.
2.3 Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
a. Adalah suatu ruangan khusus dirumah sakit tempat untuk melakukan
tindakan perawatan pada pasien anak dengan sakit berat/kritis, baik akut
maupun kronis yang membutuhkan monitoring observasi secara ketat
maupun alat-alat bantuan hidup khusus lainnya.
b. Ruangan PICU terletak di ruang ICU.
c. Pengkajian pasien anak yang dirawat inap dilakukan dengan
menggunakan formulir pengkajian anak dan dan Pengkajian Status Nutrisi
menggunakan PNST (Pedaitric Nutrition Screening Tool).
d. Jika skor skrinning gizi awal pasien >2 maka perawat berkoordinasi
dengan Ahli Gizi untuk melakukan pengkajian gizi lanjutan. Ahli gizi klinis

13
e. Ahli gizi klinis akan melakukan asuhan gizi pada pasien dengan
kriteria risiko malnutrisi sedang dan berat (berdasarkan P
N S T ).
f. Selanjutnya ahli gizi klinis akan mengkonsulkan pasien dengan dokter
spesialis anak untuk tatalaksana lanjutan.

2.4 Ruang Bersalin/VK


a. Adalah alah satu bentuk pelayanan yang disediakan bertujuan
memberikan pelayanan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir agar terhindar
dari bahaya kematian akibat adanya resiko pada kehamilan dan proses
persalinan yang sedang berlangsung
b. Diruangan VK seluruh bayi akan dilakukan resusitasi dan pengukuran
panjang badan dan berat badan oleh bidan.
c. Ruanga bersalin/VK terletak di sebelah ruang perinatalogi.
d. Pengkajian pada bayi baru lahir batasan usia 0-6 bulan diruangan NICU
menggunakan formulir Nutritional Screening For Perinatology, akan
dilakulan pengukuran berat badan lahir dan panjang badan lahir
kemudian akan dimasukkan ke dalam grafik WHO sesuai jenis kelamin
pasien.
e. Jika skor skrinning gizi awal pasien <-2 atau >2 maka perawat
berkoordinasi dengan Ahli Gizi untuk melakukan pengkajian gizi lanjutan.
f. Ahli gizi klinis akan melakukan asuhan gizi pada pasien dengan
kriteria risiko malnutrisi sedang dan berat sesuai hasil pengisian
Nutritional Screening For Perinatology
g. Selanjutnya ahli gizi klinis akan mengkonsulkan pasien dengan dokter
spesialis anak untuk tatalaksana lanjutan.

14
BAB IV
LOGISTIK

A. PROSEDUR PENYEDIAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT/VITAMIN DI


PELAYANAN PENCEGAHAN STUNTING DAN WASTING
1. Pengertian
Penyediaan alat kesehatan dan obat di pelayanan pencegahan stunting dan
wasting adalah permintaan obat dan alat kesehatan ke Instalasi Farmasi atas
permintaan dokter.
2. Prosedur
a. Permintaan obat atau alat kesehatan ditulis pada resep rangkap satu oleh
dokter poliklinik.
b. Resep obat dilengkapi nama dokter, tanggal, nama pasien, ruangan dan
nomor register.
c. Resep diberikan ke apotik untuk proses selanjutnya.

B. PERENCANAAN PERALATAN ATAU PEREMAJAAN


1. Pengertian
Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru, sesuai kebutuhan
saat itu atau sebagai pengganti alat yang rusak atau harus diganti keausannya.
2. Tujuan
Tujuan dari perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah agar
peralatan dapat digunakan setiap saat tanpa adanya hambatan dan menunjang
proses pelayanan dimasing-msing poliklinik.
3. Prosedur Kegiatan
1. Dilakukan pengecekan rutin, sehingga diketahui peralatan yang tidak dapat
digunakan atau tidak dapat diperbaiki, dan direncanakan dalam anggaran rutin
atau diganti yang baru
2. Pengajuan pembelian peralatan baru diketahui Kepala Instalasi kepada tim
pengadaan barang rumah sakit disertai perkiraan harga.
3. Bila sudah terealisasi kepala instalasi menerima alat dan menandatangani
buku penerimaan barang serta menuliskan pada buku inventaris.

15
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analiasa insiden kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden
keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain- lain)
yang tidak seharusnya terjadi.

B. TUJUAN
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah
sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. TATALAKSANA
Dalam pelaksanaan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit)

16
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamtan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan. Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar
keselamatan pasien harus diterapkan. Standar tersebut adalah :
a. Hak pasien.
b. Mendidik pasien dan keluarga.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
d. Penggunaan metode-metode pengingkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

17
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENDAHULUAN
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus
secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi
penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada
tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO
adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui
“Kewaspadaan Umum“ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

18
B. TUJUAN
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

19
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RSUD dr. Abdul Rivai Berau dalam
memberikan pelayanan pencegahan stunting dan wasting adalah
1. Jumlah kunjungan Ahli Gizi ke seluruh pasien baru rawat inap dalam waktu 1 x 24
jam dengan target 100%,yakni persentase jumlah kunjungan Ahli Gizi terhadap
pasien baru rawat inap serta kunjungan ulang berupa monitoring dan evaluasi pada
hari ketiga setelah dirawat dan setiap tujuh hari berikutnya yang direkapitulasi dari
buku hasil kunjungan Ahli Gizi. Dilakukan skrining gizi anak oleh perawat dirawat
jalan dan rawat inap dengan target 100% ,
2. Pasien dengan risiko malnutrisi mendapatkan tatalaksana gizi lanjutan oleh dokter
anak dengan target 100%.
3. Melengkapi fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyelengaraan
program pencegahan stunting dan wasting.
4. Seluruh tim pencegahan stunting dan wasting telah mengikuti pelatihan terkait
pencegahan stunting dan wasting baik secara eksterna maupun interna.
5. Seluruh pasien anak dan bayi baru lahir dilakukan pengkajian skrining gizi dengan
target 100%
6. Pencatatan dan pelaporan kasus stunting dan wasting dilakukan setiap hari serta
dilakukan monitoring secara berkala setiap bulan yaitu pada bayi baru lahir, pasien
yang dirawat di NICU,Perinatologi,PICU, Rawat Inap Anak, dan Rawat jalan (UGD
dan Poliklnik Anak).
7. Seluruh ibu hamil yang melakukan ANC mendapatkan tablet tambah darah setiap
kunjungan 100%.
8. Memberikan sosilisasi serta pelayanan imunisasi lengkap.
9. Pemberian vitamin A selama dua kali dalam setahun setiap bulan februari dan
agustus.
10. Ketersediaan vaksin, vitamin A, dan tablet tambah darah difarmasi dengan
target 100%.
11. Seluruh bayi baru lahir dilakukan pengukuran berat badan dan panjang badan.

20
BAB VIII
PENUTUP

Program pencegahan stuning dan wasting merupakan kegiatan yang harus


dilaksanakan sebagai salah satu upaya kesehatan, mengingat makin rendah angka
kejadian stuning dan wasting pada anak akan berdamlak besar bagi perkembangan dan
pertumbuhan optimal pada anak.
Pelaksanaan program pencegahan stunting dan wasting melalui pendekatan yang
komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dilakukan secara berjenjang
sesuai tugas dan kewenangannya, baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
kelurahan/desa dan puskesmas. Untuk itu diperlukan manajemen yang baik agar tercipta
kondisi yang bersifat koordinatif, integratif dan selaras serta kejelasan pelaksanaan
program agar tidak terjadi kerancuan dan duplikasi dalam pelaksanaan kegiatan.
Untuk itu RSUD dr. Abdul Rivai Berau menyediakan pelayanan pencegahan
stunting dan wasting pada pasien anak agar terciptanya optimalisasi perkembangan dan
pertumbuhan anak agar terciptanya sumber daya manusia usia sehat dan produktif.

21
22

Anda mungkin juga menyukai