Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

STUNTING
RSUD KOTA BAUBAU
2022

STUNTING

1. Pengertian Stunting merupakan perawakan pendek atau sangat pendek


(Definisi) berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang
dari -2 Standar Deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO,
disebabkan kekurangan gizi kronik yang berhubungan dengan
status sosioekonomi rendah, asupan nutrisi dan kesehatan ibu
yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian
makan pada bayi dan anak yang tidak tepat.
Kurva pertumbuhan yang digunakan untuk diagnosis stunting
adalah kurva WHO child growth standard tahun 2006.

2. Anamnesis  Anak lebih pendek dibandingkan anak lain seusianya.


 Identifikasi faktor risiko stunting :
- Faktor ibu (nutrisi buruk selama masa prekonsepsi,
kehamilan dan laktasi; ibu pendek; infeksi; kehamilan
remaja; kesehatan mental; kehamilan preterm dan PJT;
jarak antar kelahiran pendek; hipertensi; dll)
- Pemberian MP ASI tidak adekuat (kualitas makanan
rendah; praktik pemberian makan tidak adekuat;
keamanan pangan dan air)
- Praktik pemberian ASI tidak adekuat (inisiasi terlambat;
ASI tidak ekslusif; penghentian ASI terlalu dini)
- Infeksi klinis dan subklinis (infeksi enteral, infeksi saluran
napas; malaria; penurunan nafsu makan terkait infeksi;
demam; imunisasi tidak lengkap)
- Kebutuhan nutrisi meningkat (penyakit kronik seperti
PJB; alergi susu sapi; kelainan metabolisme bawaan;
infeksi kronik)
- Lingkungan rumah (stimulasi dan aktivitas anak tidak
adekuat; pola pengasuhan yang buruk; suplai air dan
sanitasi yang tidak adekuat; kerawanan pangan; alokasi
makanan dalam rumah tidak sesuai; tingkat pendidikan
pengasuh rendah; tingkat kemakmuran rumah tangga;
ayah pendek; merokok pada ayah dan ibu; tingkat hunian
tinggi).
- Faktor masyarakat dan sosial
3. Pemeriksaan Fisis  Pengukuran antropometrik terdiri dari Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB), Lingkar Kepala (LK) dan Indeks
Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
 Pemeriksaan lain yaitu pertambahan panjang badan (length

increment), pertambahan berat badan (weight increment),


perhitungan rasio segmen atas dan segmen bawah tubuh,
mid parental height dan potensi tinggi genetik.
 Pemeriksaan spesifik sistem organ tubuh dilakukan secara

menyeluruh termasuk pemeriksaan perkembangan untuk


mencari adanya red flags penyebab organik pada stunting
4. Kriteria Diagnosis Indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur dan
jenis kelamin (PB/U atau TB/U) <-2 SD berdasarkan kurva
WHO 2006 untuk anak 0-5 tahun.
5. Diagnosis Banding 1. Perawakan pendek patologis disproporsional (Ricketts;
displasia skeletal; hipotiroidisme)
2. Varian normal perawakan pendek familial
3. Varian normal constitusional growth delayed
6. Pemeriksaan  Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan jika terdapat red

Penunjang flags atau jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik


didapatkan hal-hal yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut
(sesuai indikasi)
 Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan sesuai dengan

indikasi adalah pencitraan yaitu pemeriksaan usia tulang,


toraks dan pencitraan otak.
7. Tata Laksana 1. Tata laksana medis sesuai kondisi yang mendasari.
2. Tata laksana nutrisi (diberikan menurut langkah-langkah
asuhan nutrisi pediatrik dengan memberikan komposisi
makanan yang seimbang, mengutamakan protein hewani
dengan PER 10-15% dan pemberian Pangan untuk
Keperluan Medis Khusus (PKMK) atas indikasi).
3. Tata laksana non-nutrisi (pemberian imunisasi, stimulasi
perkembangan dan hormon pertumbuhan jika terindikasi)
4. Perbaikan kualitas tidur dan aktivitas fisik.
8. Edukasi Evaluasi dan pemantauan dilakukan setiap dua minggu
meliputi akseptabilitas, toleransi dan efektifitas terapi.
9. Prognosis Dubia
10. Tingkat Evidens 1
11. Tingkat A
Rekomendasi
10. Penelaah Kritis - dr. H.Aminudin Aumane, Sp.A
- dr. H.Muliadi Mboe, Sp.A
- dr. Yuniaty Arief, Sp.A
11. Indikator Medis  Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi
stunting di Indonesia mencapai 37,2 %
 Berdasar SSGI 2021 mencapai 24,4 %

 Batasan WHO < 20%

12. Kepustakaan 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/1928/2022 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting
2. Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting, Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
2017

Baubau, Desember 2022


Ketua Komite Medik Dokter Spesialis Anak
RSUD Kota Baubau RSUD Kota Baubau

dr. Maria Adela Aty Sanga, M.Kes dr. Yuniaty Arief, Sp.A
NIP. 19670109 199803 2 002 NIP.

Mengetahui
Direktur RSUD Kota Baubau

dr. H. Sadly Salman, Sp.OG


Nip. 19770506 200312 1 003

Anda mungkin juga menyukai