Anda di halaman 1dari 106

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS RAWABOGO
Jl. Simpang Tiga RT 01/11 Desa Rawabogo Kec.Rawabogo Telp (022) 5928854
Kode Pos 40973 Kabupaten Bandung e-mail : pkmrawabogo_bandungkab@yahoo.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS RAWABOGO
NOMOR : 440/599/SK/ PKM-RWBG/IV/2023

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN UPAYA KESEHATAN


PERSEORANGAN DAN PENUNJANG (UKPP) DI PUSKESMAS RAWABOGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS RAWABOGO,

Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas dilaksanakan berdasarkan kebutuhan


pasien ;
b. bahwa untuk menjamin pelayanan kesehatan dilaksanakan sesuai kebutuhan
pasien, bermutu, dan memperhatikan keselamatan pasien ;
c. bahwa untuk memberikan acuan bagi puskesmas dalam menyusun Standar
Operasional Prosedur (SOP) perlu mengesahkan Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan danPenunjang (UKPP) ;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan
c perlu menetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Rawabogo tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas
Rawabogo

1. Undang–undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek Kedokteran;


Mengingat : 2. Undang – undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medis.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2015tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017tentang
Keselamatan Pasien;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2018
tentang Pelayanan Kegawatdaruratan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2019tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2020tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2021tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Pada Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Layanan Kontrasepsi dan
Pelayanan Seksual;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2022tentang
Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter
dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit,
Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2022tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit
Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Dokter
gigi;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1936/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
18. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor
Hk.02.02/D/4871/2023 Tentang Instrumen Survei Akreditasi Pusat Kesehatan
Masyarakat;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS RAWABOGO


TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN UPAYA
KESEHATAN
PERSEORANGAN DAN PENUNJANG (UKPP) DI PUSKESMAS RAWABOGO
KESATU : Menetapkan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Kesehatan Perseorangan
Dan Penunjang (UKPP) di Puskemas Rawabogo sebagaimana tercantum dalam
lampiran surat keputusan ini, lampiran dari keputusan ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
KEDUA : Lingkup kegiatan penyelenggaraan pelayanan Upaya Kesehatan
Perseorangan dan penunjang (UKPP) berdasarkan penetapan jenis
pelayanan di Puskesmas Rawabogo.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kekeloruan akan dilakukan perbaikan/ perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Rawabogo
Pada tanggal : 18 April 2023
KEPALA PUSKESMAS RAWABOGO,

DEDE CASMITA
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS RAWABOGO
NOMOR : 440/599/SK/ PKM-RWBG/IV/2023
TANGGAL : 18 April 2023
TENTANG : PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN UPAYA
KESEHATAN PERORANGAN (UKP)

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)


DI PUSKESMAS RAWABOGO

SISTEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas BAB
BAB IV TATA LAKSANA UKP
A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Tata Laksana Pelayanan
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
BABVII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN
MUTUBAB IX PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Dalam hal ini puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya kecamatan sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Dalam menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
maka perlu menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu yakni azas
pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarkat, keterpaduan dan rujukan. Maka
dalam rangka terselenggaranya pelayanan UKP yang optimal maka puskesmas dituntut
melaksanakan manajemen pengelolaan UKP yang terpadu dan akuntabel, untuk itu
diperlukan pedoman untuk menyelenggarakan pelayanan UKP yang sangat terkait dan
bersinambungan.

B. Tujuan
Tujuan disusunnya pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan di
Puskesmas RAWABOGO dalam menyelenggarakan kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan
Puskesmas RAWABOGO, sehingga penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

C. Sasaran
Sasaran pedoman penyelenggaran UKP Puskesmas RAWABOGO adalah petugas
pelaksana UKP dan Penunjang yang meliputi :
1. Pelaksana Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Pelaksana Pelayanan Pemeriksaan Umum
3. Pelaksana Pelayanan Screening
4. Pelaksana Pelayanan Tindakan dan Gawat Darurat
5. Pelaksana Pelayanan Lansia
6. Pelaksana Pelayanan KIA/KB, Imunisasi
7. Pelaksana Pelayanan MTBS
8. Pelaksana Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
9. Pelaksana Pelayanan Tuberkulosis
10. Pelaksana Pelayanan Kefarmasian
11. Pelaksana Pelayanan Laboratorium
12. Pelaksana Pelayanan Konseling Gizi
13. Pelaksana Pelayanan Konseling Sanitasi
14. Pelaksana Pelayanan Konseling PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas
RAWABOGO meliputi pelayanan di dalam gedung :
1. Pelaksana Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Pelaksana Pelayanan Pengobatan Umum
3. Pelaksana Pelayanan Infeksius
4. Pelaksana Pelayanan Tindakan
5. Pelaksana Pelayanan Lansia
6. Pelaksana Pelayanan KIA/KB, Imunisasi
7. Pelaksana Pelayanan MTBS
8. Pelaksana Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
9. Pelaksana Pelayanan Tuberkulosis
10. Pelaksana Pelayanan Kefarmasian
11. Pelaksana Pelayanan Laboratorium
12. Pelaksana Pelayanan Konseling Gizi
13. Pelaksana Pelayanan Konseling Sanitasi
14. Pelaksana Pelayanan Konseling PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
15. Pelaksana Pelayanan PONED

E. Batasan Operasional
Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama meliputi upaya kesehatan perorangan,
kefarmasian dan laboratorium. Pedoman ini hanya mengatur penyelenggaraan pelayanan
UKP pada Puskesmas RAWABOGO.
BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)

Yang dimaksud dengan kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi,
yaitu memiliki SIP dan STR , masa kerja minimal, pendidikan minimal, pengalaman
kerja, nilai performance (kinerjanya), dan standar kompetensi. Jenis dan jumlah
tenaga kesehatan dihitung berdasar analisa beban kerja, dengan mempertimbangkan
jumlah pelayanan yang diselenggarakan.
Standar Ketenagakerjaan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43
Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat:
Puskesmas Kawasan
No Jenis Tenaga Perkotaan
Non Rawat
Tenaga Kesehatan
1 Dokter dan atau dokter layanan primer 3
2 Dokter gigi 1
3 Perawat 5
4 Bidan 11
5 Tenaga Promosi kesehatan dan ilmu
1
perilaku
6 Tenaga Sanitasi lingkungan 1
7 Nutrisionis 2
8 Tenaga Apoteker dan/aatu tenaga teknis
1
kefarmasian
9 Ahli Teknologi Laboratorium Medik 1
10 Terapis Gigi dan Mulut 1
11 Perekam Medis dan Informasi 1
Tenaga Non Kesehatan
12 Tenaga administrasi umum 1
13 Tenaga administrasi keuangan 3
14 Tenaga Ketatausahaan 3
15 Keamanan 2
16 Kebersihan 2
17 Sopir 1
Jumlah 39

Kualifikasi Ketenagaan Pelaksana UKP dan Penunjang di Puskesmas


RAWABOGO :

NAMA UNIT KUALIFIKASI


No. PELAYANAN STATUS PENDIDIKAN PELATIHAN JUMLAH
D3 Rekam
Pelayanan Pendaftaran eRekamedik 1
Non ASN Medik
1
dan Rekam Medis SMA 1
Pelayanan Pengobatan S1 Kedokteran
Umum, Umum ACLS 3
2 Screening,IGD/Tindakan, ASN D3
Lansia Keperawatan BTCLS 3
S1 Kedokteran
Umum ACLS 1
Non ASN
S1
Keperawatan, BTCLS 1
NERS

S1 Kedokteran
gigi 1
Pelayanan Kesehatan
3 Gigi dan Mulut ASN
D3 Terapis
Gigi dan Mulut 1

ASN D3 Kebidanan 5
Pelayanan KIA/KB,
4 Non
Imunisasi dan MTBS D3 Kebidanan 2
ASN
D3
5 Pelayanan Tuberkulosis ASN 1
Keperawatan

ASN D3 ATLM 1
6 Pelayanan Laboratorium
Non
ASN D3 ATLM 1

D3
ASN 1
Kefarmasian
7 Pelayanan Kefarmasian
Non
Apoteker 1
ASN
Pelayanan Konseling
8 ASN D3 Nutrisionis 1
Gizi
Pelayanan Konseling
9 ASN D3 Sanitarian 2
Sanitasi
Pelayanan Konseling
10 ASN D3 Kebidanan PKPR 2
PKPR

Standar kompetensi Penanggung jawab UKP dan Penunjang Puskesmas


Rawabogo sebagai berikut :

NO JABATAN STANDAR KOMPETENSI

1 Penanggung Jawab UKP Dokter


2 Pendaftaran Minimal SMEA/SMA dan yang Sederajat
3 Pemeriksaan awal Perawat
4 Pelayanan Pengobatan Umum, 1) Dokter
Screening,IGD/Tindakan, Lansia Pelatihan ACL, tatalaksana penyakit menular
,tatalaksana penyakit tidak menular, program
TB, IMS, VCT,
2) Perawat DIII/S1
Pelatihan asuhan keperawatan,
PPGD/BLS/BCLS, konseling, perkesmas
5 Pelayanan KIA/KB, Imunisasi dan 1) Bidan
MTBS Bidan minimal DIII dengan pelatihan APN,
SDIDTK, MTBS/MTBM
2) Pemegang program KB Bidan minimal
DIII dengan pelatihan konseling standarisasi
KB, CTU, PPIA,
6 Pelayanan Kesehatan Gigi 1) Dokter gigi
dan Mulut Pelatihan penanganan kegawatdaruratan gigi
2) Perawat gigi
Asuhan keperawat gigi dan Mulut
7 Pelayanan konseling Gizi 1) Pendidikan: D3 Gizi.
2) Pelatihan-pelatihan:
a. Pemantauan Pertumbuhan dan
Perkembangan Balita
b. Tata Laksana Gizi Buruk
c. Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA)
d. Konselor MPASI
Konselor Menyusui
8 Pelayanan konseling Minimal DIII sanitarian
sanitasi
9 Farmasi Minimal DIII asisten apoteker
dengan pelatihan pelayanan kefarmasian di
puskesmas
10 Laboratorium Minimal DIII Analis Kesehatan
dengan Pelatihan Plebotomi, On the Job
Training Pemeriksaan TB, HIV/AIDS

B. Jadwal Pelayanan

JADWAL KEGIATAN UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN (UKP)


PUSKESMAS RAWABOGO TAHUN 2023

1. Pemeriksaan Umum Senin - Sabtu 08.00 –


• Pengobatan dan Konsultas 14.00 WIB
2. Pemeriksaan Lansia Senin - Sabtu 08.00 –
• Pengobatan dan Kosultasi 14.00 WIB
3. Pelayanan Gigi dan Mulut
• Penambalan
Senin - Sabtu 08.00 –
• Pencabutan
14.00 WIB
• Pembersihan Karang Gigi
• Pengobatan dan Konsultasi
4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
• Pemeriksaan Kehamilan
• Pelayanan KB
• USG
• Imunisasi
• Tumbuh Kembang Anak
5. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Senin - Sabtu 08.00 –
14.00 WIB
6. Farmasi Senin - Sabtu 08.00 – 14.00
WIB
7. Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
• Hematologi Rutin
• Hemoglobin
• Golongan Darah
• Gula Darah
• Kolesterol Total
• Triglyceride
Senin - Sabtu
• Asam Urat 08.00 – 14.00 WIB
• HbsAg
• HIV
• Syphilis
• Widal
b. Pemeriksaan Urine
• Protein Urine
• Reduksi Urine
• Test Kehamilan

c. Pemeriksaan Sputum/Dahak
• Bakteri Tahan Asam (BTA)
• Test Cepat Molekuler (TCM)

8. Pelayanan Tuberculosis (TBC) Senin - Sabtu 08.00 –


14.00 WIB
9. 1. Pelayanan Konsultasi
• Kesehatan Gigi Senin - Sabtu 08.00 – 10.00
• Kesehatan Lingkungan WIB
• Kesehatan Remaja Senin - Kamis 08.00 –
12.00 WIB
Senin - Kamis 08.00 –
12.00
WIB
10. Pelayanan Ruang Gedung 1x perbulan/RW
• Posyandu Selasa dan Jum’at, 08.00
• Usaha Kesehatan Sekolah –
• Polindes Ds. Panyocokan 12.00 WIB
• Poskesdes Ds. Panundaan Senin dan Jum’at, 08.00 –
• Puskesmas Keliling 12.00 WIB
1 Desa 1x Tiap Bulan

Syarat Pelayanan :
1. KTP/KK
2. BPJS (Bila Ada)
3. Kartu Berobat (Bila Ada)
4. Buku KIA warna pink (Khusus Pelayanan KIA)
BAB III STANDAR
FASILITAS

A. Denah Ruangan

Denah gedung dan denah ruang pelayanan Puskesmas RAWABOGO :

B. Standar Fasilitas

Standar fasilitas Puskesmas RAWABOGO sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, dengan uraian
sebagai berikut :
BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruangan KIA, KB & Imunisasi


Stetoskop/Stetoskop Dewasa 1 1 1
Pinset Anatomi Panjang 1 1 1
Alat pemecah selaput ketuban atau 1/2 kocher - 1 1
Bak Instrumen dengan tutup 1 1 1
Baki Logam tempat alat steril tertutup 1 1 1
Doppler 1 1 1
Gunting benang 1 1 1
Gunting Verband 1 1 1
Mangkok untuk larutan - 1 1
Korcher Tang 1 1 1
Meja Mayo / Meja instrumen / Intrumen table 1 1 1
Meja Periksa Ginekologi dan kursi pemeriksa 1 1 1
Reflex hammer/Palu pengukur reflex 1 1 1
Pinset Anatomi Pendek 1 3 3
Pinset Bedah/Operasi 1 1 1
Silinder Korentang Steril 1 1 1
Sonde Mulut - 1 1
Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Besar 3 4 4
Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Kecil 3 3 3
Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Sedang 3 9 9
Spekulum Sims 1 1 1
Tensimeter - 2 1
Stand lamp (untuk tindakan) 1 1 1
Stetoskop Janin/ Fetoscope 1 1 1
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 12 2 2 2
cm
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 16,5 2 2 2
cm
Tampon tang 1 1 1
Meja Periksa / Tempat tidur periksa / Examination
1 1 1
Table
Termometer Dewasa 1 1 1
Timbangan dewasa; 1 1 1
Torniket Karet - 1 1
Alat pengukur panjang bayi 1 3 3
Examination light / Examination lamp / Lampu periksa / 1 1 1
Hanging lamp
Pengukur lingkar kepala 1 1 1
Pengukur tinggi badan anak 1 1 1
Stetoskop Pediatric 1 1 1
Termometer Anak 1 2 1
Timbangan anak - 1 1
Timbangan bayi 1 2 2
Implant Kit 1 1 1
IUD Kit 1 1 1
Vaccine Carrier 1 1 1

Vaccine Refrigerator 1 1 1
Tensimeter Anaeroid 1 1 0

Tensimeter Digital / Sphygmomanometer Digital 1 1 1


dengan manset untuk bayi dan anak
Pita Pengukur Lila 2 2 2
Waskom Bengkok 1 1 1
Pen Light / Lampu Senter 1 1 1
Apgar timer 1 1 1
Pengukur Tinggi Badan (Microtoise) 1 1 1
Tromol Kasa / Kain Steril
1 1 1

Balon penghisap (bulb syringe)/bola karet penghisap 1 1 1


lendir
Timbangan kg 1 1 1
Tabung Oksigen 6 Meterkubik dan Regulator 1 1 1
Termometer kontrol (untuk cooler box) 1 1 1
Termometer digital - 1 1
Tensimeter Digital - 1 1
Ultrasonograph (USG)/Obstetric-gynecologic ultrasonic - 1 1
imager

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruangan Kesehatan Anak & Imunisasi

Alat pengukur panjang bayi - 1 1


Pengukur lingkar kepala - 1 1
Pengukur tinggi badan anak - 1 1
Tensimeter Anaeroid / Sphygmomanometer Aneroid - 1 1
Tensimeter Digital / Sphygmomanometer Digital - 1 1
dengan manset untuk bayi dan anak
Timbangan anak - 1 1
Stetoskop anak - 1 1
Termometer Anak - 1 1
Timbangan bayi - 1 1
Vaccine Carrier - 1 1
Vaccine Refrigerator - 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruangan Pemeriksaan Khusus/TB/HIV

Stetoskop/Stetoskop Dewasa 1 1 1
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 12 3 0 0
cm
Tempat Tidur Periksa dan Perlengkapannya 1 1 1
Termometer 1 2 1
Timbangan dewasa; 1 1 1
HEPA filter - 1 1
Tensimeter 1 1 1
Pulse Oxymeter / Oximeter / Pulse Oximeter / Oksigen - 1 1
Saturasi/SPO2
Tabung Oksigen - 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruangan Pemeriksaan Umum/BP Umum

Snellen Chart 2 jenis (E Chart + Alphabet Chart) 1 1 1


Handle kaca laring 1 0 0
Baki Logam tempat alat steril tertutup 1 2 2
Bingkai ujicoba trial lens (trial frame) 1 0 0
Buku Ishihara-kanehara 1 1 1
Spekulum telinga P.241 (Ukuran Kecil, Besar, Sedang) 1 1 0
Nierbekhen besar - 3 2
Handle kaca nasopharing - 0 0
Reflex hammer/Palu pengukur reflex 1 1 1
Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 0 0
Lampu kepala / head lamp 1 1 1
Kaca nasopharing ukuran 2,4,5,6 - 0 0
Lup/Kaca Pembesar - 0 0
Pen Light / Lampu Senter - 1 1
Lup Binokuler 3-5 dioptri 1 0 0
Opthalmoscope 1 0 0
Otoscope 1 1 1
Skinfold Calliper 1 0 0
Tensimeter - 1 1
Stetoskop/Stetoskop Dewasa 1 4 2
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 12
4 4 4
cm
Meja Periksa / Tempat tidur periksa / Examination 1 1 1
Table
Termometer Dewasa 1 2 2
Timbangan dewasa; - 2 2
Tonometer Schiotz
1 0 0

Metline(pengukur lingkar pinggang 1 1 1


Lensa uji coba untuk pemeriksaan refraksi 1 0 0
Tensimeter, Air Raksa - 2 2

Timbangan kg - 1 1
Stetoskop anak - 1 1
Tensimeter Digital / Sphygmomanometer Digital - 1 1
dengan manset untuk bayi dan anak
Lemari obat kaca - 1 1
Tensimeter Anaeroid 1 1 1
Tensimeter Digital - 5 5
Garputala 512 Hz, 1024 Hz, 2084 Hz 1 1 1
Spekulum hidung 1 1 1
Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Sedang 1 1 1
HEPA filter - 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruang Tindakan dan Gawat Darurat

Tissue Forceps 1 0 0
Baki Logam tempat alat steril tertutup 3 3 3
Neck Collar, Anak 1 1 1
Neck Collar, Dewasa 1 1 1
Spekulum telinga P.241 (Ukuran Kecil, Besar, Sedang) 1 1 1
Doppler 1 1 1
Dressing Forceps/korentang 1 1 1
ECG/EKG/Electrocardiograph 1 0 0
Forceps Aligator 3 3 3
Forceps Bayonet 3 3 3
Guedel Airway / Oropharyngeal airway 2 2 2
Gunting Bedah Standar, Lengkung 3 3 3
Gunting Bedah Standar, Lengkung, Ujung 3 3 1
Tajam/Tajam
Gunting Bedah Standar, Lengkung, Ujung 3 3 3
Tajam/Tumpul
Gunting Bedah Standar, Lurus, Ujung Tajam/Tajam 3 3 3
Gunting Bedah Standar, Lurus, Ujung Tumpul/Tumpul 3 3 3
Gunting Bedah Standar, Lurus, Ujung Tumpul/Tajam 3 3 3
Gunting Pembalut 1 2 0
Gunting Pembuka Jahitan Lurus 3 3 3
Handle kaca laring 1 0 0
Handle kaca nasopharing 1 0 0
Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 0 0
Kaca nasopharing ukuran 2,4,5,6 1 0 0
Klem arteri, 12 Cm, Lengkung Dengan Gigi 1 X 3 3 3
2(Halstead-Mosquito)
Klem Arteri, 12 Cm, Lengkung Tanpa Gigi (Halstead- 3 3 3
Mosquito)
Klem Arteri, 12 Cm, Lurus Dengan Gigi 1 X 3 3 3
2 (Halstead-Mosquito)
Klem Arteri, 12 Cm, Lurus Tanpa Gigi 1 X 2 (Halstead- 3 3 3
Mosquito)
Klem/pemegang jarum jahit 3 3 2

Kursi roda 1 1 1
Lampu kepala / head lamp 1 1 1
Magill forcep 3 0 0
Nebulizer 1 1 1
Otoscope 1 1 1
Reflex hammer/Palu pengukur reflex 1 1 1
Pinset Bedah, 14,5 cm 3 3 1
Pinset Bedah 18 cm 3 3 3
Pinset Epilasi 1 1 1
Pinset Untuk Insisi Hordeolum/Chalazion (Desmares) 1 1 1
Retraktor, Pembuka Kelopak Mata 1 0 0
Semprit, Gliserin 1 1 2
Silinder Korentang Steril 1 1 1
Skalpel Tangkai Pisau Operasi 3 3 3

Spalk 1 1 1
Spekulum hidung 1 1 1

Spekulum Mata 1 0 0

Tensimeter anak 1 0 0
Pinset telinga 1 1 1
Stand lamp (untuk tindakan) 1 1 1
Tensimeter Digital 1 1 1
Tiang infus 2 2 2
Stetoskop anak
1 1 1

Stetoskop/Stetoskop Dewasa 1 1 1
Stetoskop Janin/ Fetoscope - 1 1
Aspirator/Vacuum/Suction pump portable 1 0 0
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 12 4 4 4
cm
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 16,5 4 4 4
cm
Meja Periksa / Tempat tidur periksa / Examination 1 1 1
Table
Termometer Anak 1 1 1
Termometer Dewasa 1 1 1
Timbangan dewasa; 1 1 1
Timbangan anak 1 1 1
Torniket Karet 1 1 0
Stretcher/Brankar 1 1 1
Nierbekhen besar 2 2 2
Hooked probes 1 1 1
Kait dan kuret serumen 1 1 0
Kanula hidung anak 1 3 3
Kanula hidung dewasa 1 3 3
Klem Arteri, Lurus (Kelly/(Kocher) 3 3 3
Klem arteri 14 cm(kocher) 3 3 3
korentang, lengkung, penjepit alat steril, 23(Cheattle) 2 2 2
Laringoskop 1 1 1
Laringoskop neonatus bilah lurus 1 1 1
Laringoskop anak 1 0 0
Bengkok 3 3 3
Pinset Anatomis, 14,5 cm
3 3 3
Pinset Anatomis, 18 3 3 3
Resusitator Dewasa 1 1 1
Resusitator Anak 1 1 1
Resusitator bayi/neonatus 1 1 1
Sungkup kecil/bayi/neonatus 1 1 1
Sungkup sedang/anak
1 1 1
Sungkup besar/dewasa
1 1 1
Tabung Oksigen 1 Meterkubik dan Regulator 1 3 3
Gunting Bedah Standar, Lengkung, Ujung 3 3 3
Tumpul/Tumpul
Bed patient 1 1 1
Emergency Trolley / Resuscitation Crash Cart - 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruangan Kesehatan Ibu dan KB

Timbangan dewasa; - 1 1
Termometer Dewasa - 1 1
IUD Kit - 1 1
Bak Instrumen dengan tutup - 1 1
Gunting benang - 1 1
Gunting Verband - 1 1
Meja Mayo / Meja instrumen / Intrumen table - 1 1
Pinset Anatomi Panjang - 1 1
Gynecological Bed/Obstetric table and accessories - 1 1
Pinset Anatomi Pendek - 1 1
Pinset Bedah/Operasi - 1 1
Alat pemecah selaput ketuban atau 1/2 kocher - 1 1
Baki Logam tempat alat steril tertutup - 1 1
Doppler - 1 1
Reflex hammer/Palu pengukur reflex - 1 1
Silinder Korentang Steril - 1 1
Spekulum Vagina/Cocor bebek - 1 1
Tensimeter Anaeroid - 1 1
Tensimeter Digital - 1 1
Stand lamp (untuk tindakan) - 1 1
Stetoskop/Stetoskop Dewasa - 1 1
Stetoskop Janin/ Fetoscope - 3 3
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 12 - 2 2
cm
Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 16,5 - 2 2
cm
Tampon tang - 1 1

Meja Periksa / Tempat tidur periksa / Examination - 1 1


Table
Torniket Karet - 1 1
Implant Kit - 1 1

Korcher Tang - 1 1
Mangkok untuk larutan - 1 1
Pen Lancet - 1 1
Sonde Mulut - 1 1
BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruangan Sterilisasi

Silinder Korentang Steril - 3 3


Autoclave 1 1 1
korentang, lengkung, penjepit alat steril, 23(Cheattle) 3 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Ruang Kesehatan Gigi & Mulut

Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Distal) 1 1 1


Enamel Access Cutter 1 1 1
Spoon Excavator Small / Eksavator Berbentuk Sendok 1 1 1
Ukuran Kecil
Spoon Excavator Medium / Eksavator Berbentuk 1 1 1
Sendok Ukuran Sedang
Spoon Excavator Large / Eksavator Berbentuk Sendok 1 1 1
Ukuran Besar
Spatula Pengaduk Semen Gigi 1 1 0
Double Ended Applier and Carve 1 1 1
Bein lurus besar 1 2 2
Bein Lurus Kecil 1 2 2
Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand 1 1
Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure) 1
Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional 1 1 1
(Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)
Ekskavator Berujung Dua (Besar) 5 5 5
Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 5 5 5
Gunting Operasi Gusi ( Wagner ) (12 cm ) 1 1 1
Dental handpiece and accessories/Contra angle hand 1 1 1
piece
Handpiece Straight 1 1 1
Kaca Mulut Datar No.4 5 8 6
Klem/pemegang jarum jahit 1 1 1
Set Kursi Gigi Elektrik 1 1 1
Dental chair/kursi gigi 1 1 1
Cuspidor Unit 1 1 1
Meja Mayo / Meja instrumen / Intrumen table 1 1 1
Foot Controller untuk Handpiece 1 1 1
Compressor Oil less / Kompresor Oil less 1 1 1
Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 1 1 1

Polishing Bur 1 1 1
Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal) 1 1 1
Light Curing 1 1 1

Tang Molar Susu Rehang Atas Anak 1 1 1


Tang Sisa Akar Gigi Anterior Rahang Atas 1 1 1
Periodontal Probe 1 1 1
Tang Sisa Akar Rahang Bawah Anak 1 1 1
Tang Gigi Molar Kanan Rahang Atas 1 1 1
Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type 1 1 1
Chisel/Distal)
Tang Gigi Anterior dan Premolar Rahang Bawah 1 1 1
Penahan Lidah 1 1 1
Tang Gigi Anterior Rehang Bawah Anak 1 1 1
Tang Molar 3 Rahang Atas 1 1 1
Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type 1 1 1
Chisel/Mesial)
Tang Molar Rehang Atas Anak 1 1 1
Jarum K-File (45-80) 1 0 0
Pemegang Matriks (Matrix Holder) 1 1 1

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial) 1 1 1


Penumpat Plastis 1 0 0
Pinset gigi 5 5 5

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type 1 1 1


Chisel/Mesial)
Sonde Lurus 5 5 4
Spatula Pengaduk Semen Ionomer 1 1 1
Tang Gigi Anterior Rahang Atas Dewasa 1 1 1
Tang Gigi Premolar Rahang Atas 1 1 1
Tang Gigi Molar Kiri Rahang Atas
1 1 1

Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook) 1 1 1


Sonde Lengkung 5 3 3
Tang Sisa Akar Gigi Posterior Rahang Atas 1 1 1
Tang Gigi Molar Rahang Bawah Kanan / Kiri 1 1 1
Tang Gigi Molar 3 Rahang Bawah 1 1 1
Tang Gigi Anterior Rahang Atas Anak 1 1 1
Tang Sisa Akar Rahang Atas Anak 1 1 1
Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) 1 1 1
Tangkai kaca mulut 5 5 5
Penumpat Semen Berujung Dua 1 1 1
Skeler Ultrasonik 1 1 1
Spatula Plastik 1 1 1
Tang Molar Rehang Bawah Anak 1 1 1
Atraumatic Restorative Treatment (ART) 1 0 0
Hatchet 1 0 0
Jarum exterpasi 1 0 0
Jarum K-File (15-40) 1 0 0
Skalpel Tangkai Pisau Operasi 1 1 1
HEPA filter - 1 1
Tensimeter Digital - 1 1
Termometer digital - 1 1
Aerosol Particle Counter - 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI VALIDASI

Ruangan ASI / Laktasi

Breast pump 1 0 0
Lemari Es 1 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI VALIDASI

Ruangan Farmasi/Kamar Obat

Gelas Piala 100mL 1 1 1


Batang pengaduk / Strirring Rod 1 1 1
Corong 1 1 1
Cawan Penguap Porselen (d.5-15cm) 1 1 1
Gelas Pengukur 10 mL 1 1 1
Gelas Pengukur 100mL 1 1 1
Gelas Pengukur 250 mL 1 1 1
Gelas Piala 500 mL 1 1 1
Gelas Piala 1L 1 1 1
Pipetting and diluting system for clinical use/Perangkat 1 1 1
pipet
Sudip/penekan lidah/Tongue depressor 1 1 1
Micro balance 1 0 0
Shaker 1 1 1

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI
VALIDASI

Laboratorium

Rotator 1 1 1
Beaker Glass 3 3 0
Batang pengaduk / Strirring Rod 3 3 0
Botol pencuci 1 1 1
Corong Gelas (5 cm) 3 3 1
Discrete photometric chemistry analyzer for clinical 1 1 1
use/fotometer
Gelas Pengukur 100 mL 1 1 1
Gelas Ukur 500 cc 1 1 1
Automated hemoglobin system/hematology analizer 1 1 1
Hemositometer set 1 1 1
Lemari Es 1 1 1
Microscope binocular 1 1 1
Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500-1000 ul 1 1 1
Pipetting and diluting system for clinical use/Perangkat - 1 0
pipet
Pipet Berskala (Vol 1 cc) 3 3 1
Pot spesimen dahak mulut lebar - 1 1
Pot Spesimen Urine (mulut lebar) - 1 1
pipet Berskala (Vol 10 cc) 3 3 0
Centrifugal chemistry analyzer for clinical 1 1 1
use/centrifuge kimia klinik
Tip Pipet - 3 3
Wadah Aquades 1 1 1
Tabung Kapiler Mikrohematokrit - 1 1
Tabung Reaksi (12 mm) 1 1 1
Tabung Reaksi dengan tutup karet gabus 1 1 0
Tally Counter
1 1 1

Termometer digital 1 1 1
Westergren 3 3 2
Torniket / Torniquet 1 1 1
Blood Cell Counter 1 0 0
Urine analyzer 1 0 0
Sentrifuse Mikrohematokrit 1 0 0
Erlenmeyer flask 2 0 0
Urinometer 1 0 0
Tabung Sentrifus 6 6 6

BERFUNGSI
JENIS PERALATAN STANDAR REALISASI VALIDASI

Ruangan KIE/Promosi Kesehatan

Cetakan Jamban - 0 0
Alat Peraga Cara Menyusui yang Benar (Boneka dan 1 1 1
Pantom payudara)
Alat Permainan Edukatif (APE) 1 1 1
Biblioterapi 1 0 0
Boneka Bayi 1 0 0
Buletin Board / Papan Informasi - 1 1
Fantom Gigi Anak 2 0 0
Fantom Gigi Dewasa 2 0 0
Fantom Mata Ukuran Besar (Fiberglass) 1 0 0
Fantom Panggul Wanita 1 1 1
Flip Chart dan Stand 1 1 0
Food Model 1 1 1
Gambar Anatomi Gigi 1 1 1
Gambar Anatomi Mata 1 0 0
Gambar Anatomi Mata 60 x 90 1 0 0
Gambar Panggul Laki-Laki 1 0 0
Kamera Foto / Handy Camp - 0 0
Komputer dan Printer - 0 0
Fantom Mata Ukuran Asli 1 0 0
Laptop - 0 0
Layar Ukuran 1 x 1,5 M / Screen - 0 0
Leaflet-Leaflet - 0 0
Megaphone - 0 0
Papan Tulis Putih - 0 0
Poster-Poster - 0 0

Proyektor / LCD Proyektor - 0 0


Radio Kaset/ Tape Recorder - 0 0
Televisi dan Antena - 0 0

VCD/ DVD Player - 0 0


Wireless System / Amplifier & Wireless Microphone - 1 1
Pengukur Tinggi Badan (Microtoise) 1 1 1
Timbangan dewasa 1 1 1
BAB IV

TATA LAKSANA UKP

A. Lingkup Kegiatan
1. Pelaksana Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Pelaksana Pelayanan Pemeriksaan Umum
3. Pelaksana Pelayanan Screening
4. Pelaksana Pelayanan Tindakan dan Gawat Darurat
5. Pelaksana Pelayanan Lansia
6. Pelaksana Pelayanan KIA/KB, Imunisasi
7. Pelaksana Pelayanan MTBS
8. Pelaksana Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
9. Pelaksana Pelayanan Tuberkulosis
10. Pelaksana Pelayanan Kefarmasian
11. Pelaksana Pelayanan Laboratorium
12. Pelaksana Pelayanan Konseling Gizi
13. Pelaksana Pelayanan Konseling Sanitasi
14. Pelaksana Pelayanan Konseling PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
15. Pelaksana Pelayanan PONED

B. Metode
1. Identifikasi
2. Anamnesa
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Tindakan /Pengobatan
6. Konseling Informasi Edukasi

C. Tata Laksana Pelayanan

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS MULAI DARI PENERIMAAN


DILAKSANAKAN DENGAN EFEKTIF DAN EFISIEN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
PASIEN, SERTA MEMPERTIMBANGKAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DAN
KELUARGA
Penerimaan pasien meliputi: pendaftaran pasien rawat jalan. melibatkan pasien dalam
pengambilan keputusan dengan memberikan informed consent. lnformed consent dapat
diperoleh pada berbagai titik waktu dalam proses pelayanan.
Informed consent diperoleh ketika pasien sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu
yang berisiko. Informasi dan penjelasan tentang infomed consent di berikan oleh dokter yang
bertanggung jawab yang akan melakukan tindakan atau dokter lain apabila dokter yang
bersangkutan berhalangan namun tetap dengan sepengetahuan dokter yang
bertanggungjawab.

Puskesmas RAWABOGO Melayani berbagai populasi masyarakat termasuk diantaranya


pasien dengan kendala dan/atau berkebutuhan khusus seperti ; ibu hamil besar, disabilitas,
lanjut usia(LANSIA), kendala bahasa, budaya, atau kendala lain yang dapat berakibat terjadinya
hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen maupun pemberian asuhan klinis. Untuk itu
perlu dilakukan identifikasi pasien dengan risiko, kendala, kebutuhan khusus serta diupayakan
kebutuhannya.
Pada masa pandemi terjadi penyesuaian jadwal pelayanan sewaktu waktu dapat berubah.
Informasi perubahan jadwal akan di informasikan kepada masyarakat melalui media komunikasi
puskesmas.
Untuk tarif pendaftaran sesuai dengan Peraturan Bupati Bandung Nomor 95 Tahun 2020
Tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Pusat Kesehatan Masyarakat Dan Jaringannya Yang
Menerapkan Pola Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Setiap pasien yang mendaftar
pelayanan di Puskesmas RAWABOGO wajib membawa:
1. Foto kopi KTP atau Kartu Keluarga untuk anak yang belum mempunyai identitas.
2. Foto kopi KTP atau Katu keuarga, karena dalam mendaftarkan diperlukan NIK.
3. Kartu BPJS asli/fotokopi.
4. Kartu berobat untuk pasien lama.
Jika pasien tidak membawa persyaratan yang diminta maka pasien atau keluarganya diminta
untuk menulis identitas pasien sesuai KTP/Kartu Keluarga dan dikenakan tarif umum. Untuk
memperlancar proses pendaftaran di Puskesmas RAWABOGO dibuat standar prosedur alur
pendaftaran, sebagai berikut :
1. Petugas frontliner melakukan skrining visual dan mengukur suhu tubuh pasien.
2. Petugas memberi nomor antrian dan mengarahkan pasien yang datang dengan keluhan
demam, batuk, dan pilek untuk menuju ruang tunggu pelayanan infeskius/ILI/ISPA. Pasien
tanpa keluhan demam, batuk, dan pilek menuju ruang tunggu pasien. Pasien dengan
kegawatdaruratan diarahkan menuju ruang Tindakan
3. Petugas akan memanggil pasien sesuai nomor urut antrian
4. Petugas akan meminta kartu identitas pasien dan persyaratan untuk melakukan pendaftaran
(KTP, Kartu BPJS / KIS / Kartu Identitas lainnya)
5. Petugas melakukan identifikasi pasien dengan cara menanyakan nama dan tanggal lahir
yang berobat kemudian akan mencocokkan dengan Kartu Identitas
6. Petugas mendaftarkan pasien sesuai pelayanan yang dituju.
7. Petugas akan memasukan data pasien dalam simpus dan untuk pasien baru petugas akan
membuatkan kartu kunjungan rawat jalan. Bagi pasien lama diminta untuk menunjukkan
kartu berobat dan menginput data pasien dalam simpus dan PCare
8. Petugas menerima pembayaran retribusi bagi pasien umum dan gratis bagi pemegang kartu
jaminan kesahatan
9. Petugas mengarahkan pasien untuk menunggu di ruang tunggu

Prosedur alur pendaftaran ini harus dipahami oleh pasien maupun petugas. Oleh karena itu
proses pendaftaran ini perlu dilakukan sosialisasi kepada pasien maupun petugas. Untuk
mengetahui sejauh mana petugas patuh akan prosedur pendaftaran maka dilakukan evaluasi
secara periodik kepatuhan petugas atas prosedur pendaftaran. Sosialisasi prosedur pendaftaran
kepada pasien antara lain dilakukan dengan menyediakan media informasi di tempat
pendaftaran sehingga mudah diakses oleh pasien. Sosialisasi prosedur pendaftaran kepada
pasien di Puskesmas RAWABOGO dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Petugas pendaftaran
sebelum melakukan pelayanan melakukan pemberian informasi secara lisan kepada pasien.

Dalam pelaksanaan pendaftaran system pada Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS)


terkadang tidak berjalan dengan baik seperti mati lampu, server error, atau server mati maka
petugas akan mengeluarkan buku bantu pencatatan. Jika server sudah berjalan dengan baik
maka data pasien pada buku bantu tersebut akan dipindahkan kedalam SIMPUS.
Keselamatan pasien dan petugas sudah harus diperhatikan sejak pasien pertama kali kontak
dengan Puskesmas, oleh karena itu dalam prosedur pendaftaran sudah mencerminkan
penerapan upaya keselamatan pasien. Upaya keselamatan pasien di pendaftaran adalah tidak
tertukarnya identitas pasien pada saat mendaftar. Oleh karena itu petugas pendaftaran harus
melakukan identifikasi pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan menanyakan nama (terdiri
dari 2 suku kata atau menambahkan alamat dibelakang nama apabila hanya memiliki 1 suku
kata), tanggal lahir dan alamat.
Pasien membutuhkan informasi yang jelas di tempat pendaftaran. Petugas akan
menyampaikan informasi ini pada pasien baru. Informasi ini antara lain ; jam buka layanan, jenis
layanan, jadwal layanan, prosedur pendaftaran pasien lama dan baru, RS rujukan, hak dan
kewajiban pasien.Oleh karena itu di meja pendaftaran harus tersedia media informasi yang
mudah diakses dan dipahami. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan
proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran. Untuk mengetahui sejauh mana pasiendengan
mudah mendapatkan informasi dan paham maka perlu dilakukan evaluasi pemberian informasi
secara berkala.
Pasien yang berobat ke Puskesmas RAWABOGO harus mengetahui dan paham tentang hak
dan kewajibannya sebagai pasien. Hak dan kewajiban di Puskesmas RAWABOGO adalah
sebagai berikut
:
Hak pasien :
1. Berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Puskesmas;
2. Berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
5. Berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
6. Berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Berhak memilih dokter sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
Puskesmas;
8. Berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas;
9. Berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
10. Berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadaptindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya, termasuk menolak pengobatan
dan menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain;
12. Berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak menggangu pasien lainnya;
14. Berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Puskesmas;
15. Berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelakuan Puskesmas terhadap dirinya
melalui kotak saran atau Unit Pengaduan Puskesmas.

Kewajiban pasien:
1. Berkewajiban mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
2. Berkewajiban menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;
3. Berkewajiban menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan
serta petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
4. Berkewajiban memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Berkewajiban memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
6. Berkewajiban mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
di Puskesmas dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Berkewajiban menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Berkewajiban memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Pasien tidak dapat memilih dokter dikarenakan situasi dan kondisi di Puskesmas
RAWABOGO yang tidak memungkinkan. Hak dan kewajiban pasien ini harus tersosialisasikan
pada petugas pemberi layanan maupun pasien. Pemberi layanan di Puskesmas RAWABOGO
harus memperhatikan dan dan kewajiban pasien. Sosialisasi ini dapat dilakukan saat pertemuan
Kelompok Kerja (POKJA), lokakarya bulanan, atau dalam whatsapp grup puskesmas.

Untuk memudahkan dan memperlancar proses pendaftaran diperlukan komunikasi dan


koordinasi antara unit pendaftaran dan unit layanan lain. Komunikasi ini antara lain
menggunakan form seperti form bukti pembayaran tindakan dari ruang pelayanan atau dari
ruang pemeriksaan Laboratorium; form rujukan pasien umum atau form rujukan untuk merujuk
pasien BPJS dimana surat rujukan BPJS dibuat di bagian pendaftaran.Tahapan pelayanan klinis
di informasikan kepada pasien mulai dari proses kajian sampai pemulangan. Informasi ini
termasuk juga jika pasien membutuhkan rujukan ke fasilitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu
perlu dibuat alur pelayanan pasien mulai dari pendaftaran, pengkajian, pemulangan dan rujukan
ke fasilitas lain jika di butuhkan.

Alur pasien pelayanan dimulai dari pasien mengambil nomor antrian, kemudian mendaftar
kepada petugas pendaftaran dan menyebutkan unit layanan yang dituju. Petugas akan
mengarahkan pasien untuk menunggu didepan ruang pelayanan yang dituju. Untuk pasien
umum akan dilakukan kajian awal pada meja pemeriksaan perawat sebelum dilakukan kajian
oleh dokter. Setelah itu dokter akan mengkaji, jika membutuhkan pemeriksaan penunjang atau
konsultasi dengan bagian lain dokter akan mengeluarkan lembar permintaan pemeriksaan
laboratorium atau menuliskan pemeriksaan rujukan internal pada rekam medis. Setiap dokter
dan perawat yang bertugas diruang Tindakan dan gawat darurat wajib mengisi lembar
pengkajian Tindakan dan gawat darurat secara lengkap. Untuk pasien tindakan akan membawa
kertas kuitansi/nota sebagai alat bukti pembayaran untuk dibayarkan kepada petugas
pendaftaran. Jika puskesmas tidak mampu untuk menangani kasus penyakit tersebut pasien
akan dirujuk ke Rumah Sakit pemilihan Rumah Sakit dikomunikasikan dengan pasien. Terakhir
pasien akan menuju ruang pelayanan farmasi untuk menebus resep obat jika di berikan resep
oleh dokter atau lembar permintaan obat jika diberikan oleh tenaga kesehatan non dokter.
Pada masa pandemi ini mengalami perubahan alur pelayanan, dimana pasien yang
berisiko COVID-19 akan langsung menuju ruang pelayanan Screening dimana proses
pendaftaran tidak dilakukan di ruang pendaftaran.

TATALAKSANA PENGKAJIAN AWAL PASIEN

Sebelum melakukan pengkajian awal pasien perlu dilakukan identifikasi untuk keselamatan
pasien. Identifikasi pasien adalah suatu proses untuk memastikan pasien yang mendapatkan
pelayanan sesuai dengan identitas pasien yang tertera pada identitas pasien, rekam medis,
resep, maupun pada lembar permintaan pemeriksaan laboratorium. Petugas kesehatan harus
melakukan identifikasi secara lengkap, benar, jelas dan terperinci. Identifikasi pasien adalah
salah satu proses dalam patient safety. Mengidentifikasi pasien dengan cara menanyakan nama
lengkap pasien jika belum cukup kuat ditambahkan dengan menanyakan tanggal lahir dan
alamat. Hal ini dilakukan untuk menghindari dari kesalahan dan kekeliruan dalam proses
pemberian pelayanan, pengobatan, Tindakan.

Pengkajian Awal Pasien adalah proses kajian kepada setiap pasien baru yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta kajian sosial untuk
mengidenfikasi berbagai kebutuhan dan harapan pasien beserta keluarga. Proses pengkajian
awal ini harus dilakukan secara paripurna untuk mengetahui alasan pasien kenapa perlu
mendapat pelayanan klinis di Puskesmas RAWABOGO.
Tata Laksana Pengkajian yaitu: Ketika pasien baru diterima di puskesmas untuk
pelayanan/pengobatan rawat jalan harus dilakukan pengkajian awal yang lengkap. Pada tahap
ini petugas kesehatan membutuhkan informasi khusus dan prosedur untuk mendapatkan
informasi tentang kebutuhan pasien dan jenis pelayanan yang harus diberikan. Dokter/Dokter
Gigi/Perawat/Bidan akan menanyakan keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang dan
sebelumnya, hal-hal yang berkaitan dengan keluhan pasien seperti pola makan dan aktifitas
sehari-hari. Selain itu akan menanyakan riwayat alergi, mengukur vital sign, melakukan
penimbangan dan mengukur tinggi pasien. Pemeriksaan Fisik pasien meliputi Sistem
Pernapasan, Sistem Kardiovaskular, Sistem Persyarafan, Sistem Ekskresi, Sistem Pencernaan,
Sistem Muskuloskeletal, Sistem Reproduksi, Data Psikologis, Sosiologis dan spiritual dan
pemeriksaan penunjang dilakukan jika diperlukan. Dokter/Dokter Gigi/Perawat/Bidan menulis
hasil pemeriksaan pada rekam medis. Pengkajian kebutuhan pasien harus dijalankan secara
konsisten. Dalam melakukan pengkajian awal harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten memenuhi persyaratan kompetensi yang sesuai standar profesi masing-masing.
Untuk kompetensi tenaga kesehatan pemberi layanan terdapat pada bab II dari pedoman ini.
Dalam melakukan pemeriksaan setiap tenaga profesi harus sesuai dengan standar profesi dan
standar asuhan. Dalam melakukan pemeriksaan sesuai Panduan Pelayanan Klinis dan Standar
Operasional Prosedur yang sesuai dengan profesi masing-masing dan ditetapkan dengan
kebijakan. Pengkajian dapat dilakukan lebih dari 1 tenaga kesehatan baik dalam satu waktu
maupun waktu yang berbeda. Oleh karena itu walaupun dilakukan oleh tenaga profesi yang
berbeda tidak boleh dilakukan pengulangan pemeriksaan yang tidak perlu untuk menghindari
terjadinya pengulangan yang tidak perlu maka setiap tenaga profesi kesehatan harus mencatat
dalam rekam medik pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan urutan waktu.
Penulisan pengkajian pasien harus berdasarkan urutan tanggal supaya terjadi
kesinambungan pelayanan. Rekam medis ini harus mudah diakses oleh petugas yang
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan. Temuan pada pengkajian awal digunakkan
untuk menegakkan diagnose dan rencana perawatan yang akan dilakukan serta evaluasi dari
perawatan/tindakan yang sudah dilakukan guna mencapai keberhasilan perawatan. Oleh karena
itu pengkajian ini perlu didokumentasikan dengan baik dalam rekam medik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dalam identifikasi informasi yang dibutuhkan
dan harus di catat dalam rekam medik adalah:
1. General Concent
2. Identitas pasien (minimal dua keterangan nama dan tanggal lahir, atau alamat)
3. Tanggal pemeriksaan
4. Pengkajian awal bagi pasien baru
5. Anamnesa
6. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan Penunjang
7. Diagnosa
8. Rencana layanan/tindakan/pengobatan
9. Risiko rencana layanan klinis yang mungkin terjadi
10. Jika ada tindakan bedah harus tertulis SOAP tindakan bedah
11. Membuat laporan tindakan bedah
12. Informasi mengenai rujukan
13. Observasi klinis dan hasil pengobatan pasien
14. Resume klinis pasien jika merujuk pasien
15. Edukasi kesehatan yang diberikan kepada pasien
16. Mencatat obat-obatan yang diberikan melalui intravena (jika ada)
17. Informasi tentang efek samping obat
18. Informed consent
19. Untuk pasien gigi harus dibuat odontogram
Petugas yang bertanggung jawab akan memberikan tanda tangan dan nama jelas pada
rekam medik.
Semua petugas kesehatan yang bertanggung jawab dalam pengisian rekam medik harus
mengisi rekam medik secara lengkap, hal ini dilakukan supaya tidak terjadi pengulangan yang
tidak perlu seperti dokter menuliskan kembali isi kelengkapan rekam medis yang sebelumnya
sudah dituliskan oleh perawat. Jika terjadi pengulangan yang tidak perlu perawat atau tenaga
kesehatan lain wajib untuk mengingatkan dokter.

TATALAKSANA KOMUNIKASI KOORDINASI ANTAR TENAGA KESEHATAN DALAM


MELAKUKAN KAJIAN
Kajian awal ini dapat dilakukan secara individu (hanya dilakukan satu tenaga profesi) dapat juga
dilakukan oleh tim kesehatan antar profesi yang terdiri dari tenaga dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, dan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika diperlukan beberapa
tenaga profesi kesehatan maka perlu tersedia tim antar profesi. Untuk kegiatan dalam gedung
maka jika diperlukan tenaga profesi lain dalam melakukan kajian maka dilakukan konsultasi
internal ke ruang pemeriksaan lain. Prosedur dari konsultasi internal ini adalah tenaga profesi
petugas menuliskan keluhan pasien dan ruang pelayanan yang dituju pada rekam medis,
petugas yang menerima konsultasi akan menjawab rujukan dengan mencatat pada lembar
rekam medis dan form rujukan internal, kecuali rujukan ke laboratorium menggunakan form
rujukan laboratorium. Jika hasil pemeriksaan sudah keluar petugas mencatat hasil
pemeriksaan pada rekam medis tersebut. Hal ini dilakukan supaya terjamin perolehan dan
pemanfaatan informasi tersebut secara tepat waktu. Sehingga terjadi komunikasi koordinasi
antar petugas kesehatan. Rekam medik akan dikembalikan pada ruang pemeriksaan awal.
Rekam medik dibawa oleh petugas kesehatan.
Untuk pasien-pasien yang membutuhkan konseling gizi (pasien dengan masalah Gizi) atau
tenaga sanitasi maka dokter/perawat/bidan akan mengkonsultasikan ke ruang pelayanan
konseling. Hasil kajian dari pelayanan konseling harus tertuang dalam rekam medik, catatan ini
menunjukkan kerjasama antar profesi yang menangani dalam perencanaan.

Pelayanan Pemeriksaan Umum, Screening, Lansia


1. Anamnesa, tentang keluhan pasien.
2. Pemeriksaan Vital Sign
3. Pemeriksaan fisik meliputi: Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi dilakukan sesuai
dengan keluhan pasien.
4. Pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
5. Penentuan diagnosis ( assessment) tentang kondisi pasien
6. Peresepan obat jika bisa ditangani di Puskesmas
7. Melakukan intervensi atau tindakan yang diperlukan jika mampu dilakukan Puskesmas
8. Melakukan Asuhan Keperawatan Komplementer/ holistik
9. Kasus yang tidak dapat ditangani, dirujuk ke dokter spesialis atau Rumah Sakit.

Pelayanan KIA, KB, Imunisasi


1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Kebidanan dan Imunisasi
3. Assessment
4. Melakukan tindakan atau intervensi yang bisa dilakukan di Puskesmas
5. Memberikan Peresepan obat yang dibutuhkan
6. Kasus yang tidak dapat ditangani, dirujuk ke dokter spesialis atau Rumah Sakit

Pelayanan MTBS
1. Petugas melakukan pengisian identitas anak
2. Petugas melakukan penilaian dan klasifikasi balita sakit :
a. Memeriksa tanda bahaya umum
b. Memeriksa batuk atau kesukaran bernafas
c. Memeriksa Diare
d. Memeriksa Demam
e. Memeriksa masalah telinga
f. Memeriksa Status Gizi
g. Memeriksa Anemia
h. Memeriksa Status HIV pada Balita
i. Memeriksa Status Imunisasi
j. Memeriksa Pemberian Vitamin A
k. Menilai masalah atau keluhan lain pada balita
l. Penilaian Pemberian Makan
3. Petugas memberikan tindakan atau pengobatan balita sakit segera
4. Petugas Melakukan pelayanan tindak lanjut balita sakit.
5. Petugas melakukan pencegahan cedera pada anak.
6. Petugas melakukan pencatatan balita sakit.

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
3. Melakukan Assessment atau penilaian diagnosis dari keluhan pasien
4. Melakukan tindakan atau intervensi yang bisa dilakukan di Puskesmas
5. Memberikan Peresepan obat yang dibutuhkan
6. Kasus yang tidak dapat ditangani, dirujuk ke dokter spesialis atau Rumah Sakit.

Pelayanan Kefarmasian
1. Menerima resep dari bagian lain yang terkait
2. Memberikan obat sesuai resep yang tercantum
3. Menjelaskan etiket penggunaan obat kepada pasien
4. Melakukan konsultasi kepada pihak terkait bilamana didapatkan penulisan resep
yangrancu atau obat tidak tersedia.

Pelayanan Laboratorium
1. Menerima permintaan dari bagian terkait.
2. Melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium.
3. Mencatat hasil dan melaporkannya kepada pasien dan/atau bagian yang terkait

Pelayanan Konseling Kesehatan Lingkungan


1. Menerima rujukan internal Penyakit Berbasis Lingkungan (PBL) dari pelayanan
dalamGedung.
2. Melakukan anamnesa dengan wawancara dan observasi.

Pelayanan Konseling Gizi


1. Menerima pasien dari luar gedung dan rujukan internal pasien dengan masalah gizi
daripelayanan dalam gedung.
2. Melakukan assesmen gizi.
3. Melakukan diagnosis gizi.
4. Melakukan intevensi gizi.
5. Petugas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap intervensi yang sudah diberikan

PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PEMBERIAN ASUHAN DILAKSANAKAN


SECARA PARIPURNA .
Skrining dan proses kajian pasien dilakukan secara paripurna untuk mendukung rencana
dan pelaksanaan pelayanan oleh petugas kesehatan profesional dan/atau tim kesehatan antar
profesi yang digunakan untuk menyusun keputusan layanan klinis. Pelaksanaan asuhan dan
pendidikan pasien/keluarga dilaksanakan sesuai rencana yang disusun, dipandu oleh kebijakan
dan prosedur, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kajian awal dilakukan oleh tenaga
medis, keperawatan/kebidanan, dan disiplin yang lain meliputi: status fisis/neurologis/mental,
psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko
jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi,
dan rencana pemulangan. Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang untuk
melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu kepada perawat, bidan atau
tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain secara tertulis. Pelimpahan wewenang tersebut
hanya dapat dilakukan dalam keadaan tenaga medis tidak berada di tempat, dan/atau karena
keterbatasan ketersediaan tenaga medis.

LAYANAN KLINIS YANG MENJAMIN KESINAMBUNGAN LAYANAN

1. Kajian awal dilakukan secara paripurna oleh tenaga yang kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan, dan kajian lain
oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang tidak
perlu.
5. Informasi kajian medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan lain wajib
diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah standar operasional prosedur.
7. Pasien dengan kondisi gawat darurat dan beresiko tinggi harus diprioritaskan dalam
pelayanan.
8. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang
kompeten.
9. Jika dilakukan pelayanan secara tim, maka tim kesehatan antar profesi harus tersedia.
10. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian maupun keputusan layanan harus dilakukan
melalui proses pendelegeasian wewenang.
11. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang memenuhi
persyaratan.
12. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan peralatan dan
tempat yang memadai.
13. Peralatan dan tempat pelayanan wajib memperhatikan prinsip pencegahan pengendalian
infeksi (PPI) demi menjamin keamanan pasien dan petugas.
14. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur klinis yang dibakukan.
15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu dalam penatalaksanan pasien kasus tertentu,
maka kajian awal, rencana layanan dan pelaksanaan layanan disusun secara kolaboratif
dalam tim layanan yang terpadu.
16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien dan melibatkan pasien.
17. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
spiritual, dan memperlihatkan tata nilai budaya pasien.
18. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan memperhatikan
efisiensi sumber daya.
19. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus diidentifikasikan.
20. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus diinformasikan
kepada pasien.
21. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
22. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.

PELAYANAN ANASTESI LOKAL DAN TINDAKAN DI PUSKESMAS DILAKSANAKAN


SESUAI STANDAR
Tindakan- tindakan yang membutuhkan lokal anestesi. Pelaksanaan anestesi lokal tersebut
harus memenuhi standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kebijakan dan
prosedur yang berlaku di Puskesmas. Dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di
Puskesmas terutama pelayanan gawat darurat, pelayanan gigi, dan keluarga berencana
kadang-kadang memerlukan Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai
standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TATALAKSANA PEMBERIAN ANESTESI/SEDASI

Bebearapa tindakan memerlukan penggunaan anestesi terutama di ruang tindakan, selain


itu pencabutan di ruang pemeriksaan gigi, pemasangan dan pencabutan implant di ruang
KIA/KB. Oleh karena itu ditetapkan obat-obatan anestesi di Puskesmas RAWABOGO, yaitu :
1. Anestesi local
Dilakukan dalam tindakan bedah yang dapat dilakukan di Puskesmas RAWABOGO.
Preparatnyaadalah Lidocaine injeksi, Lidocaine compositum injeksi , Pehacaine injeksi
2. Anestesi topical
Anestesi yang dilakukan pada bagian permukaan mukosa/kulit. Biasanya digunakan pada
saat pencabutan gigi susu. Preparat yang digunakan adalah Chlor ethyl .

Tenaga Kesehatan yang yang mempunyai kewenangan untuk melakukan anestesi local
adalah :
1. Dokter/Dokter Gigi
2. Perawat/Bidan yang sudah terlatih atau mendapat pendelegasian wewenang dari Dokter.
Pemberian anestesi ini harus dilakukan monitoring fisiologis sebelum, selama, dan sesudah
pemberian anestesi. Petugas harus waspada kemungkinan terjadinya respon atau
komplikasi yang mungkin terjadi paska pemberian anestesi.
Pemberian anestesi ini harus dilakukan oleh tenaga yang kompeten dan harus
berdasarakan prosedur yang berlaku. Petugas kesehatan yang dapat melakukan tindakan
anestesi adalah dokter. Dokter gigi, perawat dan bidan terlatih. Prosedur pemberian anestesi
yaitu :
Anestesi suntik :
1. Petugas memposisikan luka/ daerah yang akan dilakukan anestesi terlihat kasat mata
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas menggunakan sarung tangan steril
4. Petugas mempersiapkan alat dan bahan
5. Petugas mengambil obat anestesi dengan menggunakan spuit
6. Petugas memberikan informasi kalau akan segera dilakukan tindakan anestesi
7. Petugas melakukan antiseptik pada area pembedahan.
8. Petugas menyuntikkan obat anestesi lokal langsung daerah pembedahan
9. Petugas menunggu 1-2 menit sampai obat anestesi bereaksi dan pasien sudah tidak
merasakan sakit pada luka dan sekitarnya
10. Petugas menanyakan pada pasien dengan memberikan rangsangan nyeri pada sekitar luka
apakah masih nyeri atau tidak dan sudah merasa baal/kesemutan pada kulit sekitar luka.
11. Petugas melakukan tindakan setelah pasien tidak meerasa nyeri
12. Petugas melihat dan memonitor status fisioligis pasien dan mencatat dalam laporan
tindakan bedah

Sebelum melakukan tindakan pemberian anestesi petugas harus melakukan pemeriksaan


tanda vital berupa tekanan darah. Tekanan darah pasien harus dalam batas normal yaitu ≤
140/80 mmHg.

TATALAKSANA TINDAKAN BEDAH


Tindakan Bedah yang dilakukan di Puskesmas RAWABOGO antara lain :
1. Tindakan Bedah Minor
2. Tindakan pencabutan gigi yang menggunakan anestesi infiltrasi dan blok mandibula
3. Tindakan pemasangan dan pencabutan implant

Setiap tindakan bedah ini sesuai dengan standar yang berlaku sesuai prosedur yang sudah
ditetapkan dalam Panduan Praktik Klinik. Sebelum melakukan tindakan bedah petugas harus
melakukan kajian (SOAP) sebelum tindakan pembedahan, petugas harus memberikan informasi
terkait tindakan yang akan dilakukan kepada pasien, dan pasien harus memberikan
persetujuan/penolakan tindakan pembedahan dengan menandatangani form informed consent.
Bukti kajian SOAP dan laporan tindakan bedah tertulis dalam laporan tindakan bedah dan masuk
ke dalam rekam medik pasien.
TATALAKSANA PENDELEGASIAN WEWENANG

Perawat dan Terapis Gigi Mulut sebagai salah satu tenaga paramedis yang bertugas
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang berkunjung ke puskesmas. Tugas utama
perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan atau memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya. Perawat dan Terapis Gigi Mulut
dalam memberikan pelayanan kesehatan terdapat beberapa peran. Pertama, perawat dan
terapis gigi mulut memiliki peran dalam mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Kedua,
perawat dan terapis gigi mulut memiliki tanggung jawab dalam memberikan penyuluhan kepada
pasien. Ketiga, perawat dan terapis gigi mulut memiliki peran dalam menjamin dan memantau
kualitas asuhan keperawatan. Perawat dan terapis gigi mulut adalah panjang tangan dari dokter
dan dokter gigi dalam praktek medis, perawat dan terapis gigi mulut melakukan tindakan
berdasarkan dari instruksi dokter dan dokter gigi. Sehingga pada prakteknya, perawat dan
terapis gigi mulut seringkali hanya menjalankan perintah dokter/dokter gigi dan tidak mempunyai
batas kewenangan yang jelas. Apabila dahulu perawat dan terapis gigi mulut menjalankan
perintah dokter dan dokter gigi, sekarang perawat dan terapis gigi mulut diberi wewenang
memutuskan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap pasien berdasarkan ilmu keperawatan
yang dimilikinya dan bekerjasama dengan dokter/dokter gigi untuk menetapkan yang terbaik
untuk pasien. Sehingga muncul paradigma bahwa perawat merupakan profesi yang mandiri,
profesional serta mempunyai kewenangan yang proporsional. Kewenangan perawat dan terapis
gigi mulut merupakan kewenangan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, sedangkan
kewenangan melaksanakan tindakan medis hanya diperoleh apabila ada pelimpahanwewenang
dari dokter/dokter gigi. Terutama dengan melihat kondisi di puskemas dimana jumlahpasien yang
banyak dan jumlah dokter yang terbatas Terkadang perawat dan terapis gigi mulutmenggantikan
posisi dokter /dokter gigi disaat dokter/dokter gigi mendapat surat tugas untuk melakukan dinas
luar atau berhalangan hadir karena sakit. Hal ini seringkali menyebabkan terjadinya tumpang
tindih tugas perawat dan terapis gigi mulut mengenai tugas asuhan keperawatan dan tugas yang
merupakan pelimpahan dari kewenangan dokter/dokter gigi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
512/Menkes/per/IV/2007 tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran Dokter Dan
Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi dapat memberikan pelimpahan suatu tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan tertentu lainnya secara tertulis
dalam melaksanakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi. Tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi tersebut harus sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki dan
dilaksanakan sesuai ketentuan. Pelimpahan wewenang kepada perawat, bidan atau tenaga
lainnya dalam keadaan tertentu dimana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan dan tidak
terdapat dokter dan dokter gigi di tempat tersebut. Perawat dalam menjalankan tugasnya
sebagai upaya kesehatan perorangan berwenang untuk melakukan :
1. Pengkajian keperawatan secara holistic
2. Menetapkan diagnosis keperawatan
3. Merencanakan tindakan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6. Melakukan rujukan
7. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
8. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi
9. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter.
10. Pengkajian keperawatan secara holistic
11. Menetapkan diagnosis keperawatan
12. Merencanakan tindakan keperawatan
13. Melaksanakan tindakan keperawatan
14. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
15. Melakukan rujukan
16. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
17. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi
18. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter.
19. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
20. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada pasien sesuai resep obat bebas dan obat
bebas terbatas.
Adapun Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan tugasnya sebagai upaya kesehatan
perorangan berwenang untuk melakukan :
1. Pengkajian asuhan keperawatan gigi secara holistic
2. Menetapkan diagnosis keperawatan gigi
3. Merencanakan tindakan keperawatan gigi
4. Melaksanakan tindakan keperawatan gigi
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan gigi
6. Melakukan rujukan
7. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan gigi
8. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi
9. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter gigi
10. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
11. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada pasien sesuai resep obat bebas dan
obat bebas terbatas.

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan
masyarakat, Perawat dan Terapis Gigi Mulut berwenang:
1. Melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan
kelompok masyarakat;
2. Menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
3. Membantu penemuan kasus penyakit;
4. Merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
5. Melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
6. Melakukan rujukan kasus;
7. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
8. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
9. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
10. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
11. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
12. Mengelola kasus; dan
13. Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif.
Perawat dalam menjalankan tugasnya dalam menerima wewenang sebagaimana yang
dimaksud dalam UU Keperawatan hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis
kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya. Wewenang yang diberikan terbagi menjadi dua yakni :

1. Tugas yang diberikan secara delegasi, pelimpahan wewenang secara delegatif


untuk melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh tanaga medis (dokter)
kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab. Tindakan hanya dapat
diberikan pada perawat profesi/vokasi terlatih sesuai kompetensi yang dibutuhkan. Hal ini
berarti tanggung jawab ada pada perawat yang melakukan tindakan medis. Tindakan
medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antra lain menyuntik, memasang infus,
dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah.
2. Tugas yang diberikan secara mandat, pelimpahan wewenang secara mandat diberikan
oleh tenaga medis (dokter) kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis
dibawah pengawasan. tanggung jawab berada pada pemberi mandat. Tindakan medis
yang dapat dilimpahkan secara mandat, antara lain adalah pemberian terapi parenteral,
penjahitan luka, ekstraksi kuku, ekstirpasi clavus dan tindakan medis lainnya sesuai
dengan kompetensi perawat. Pendelegasian wewenang di tetapkan melalui kebijakan
Kepala Puskesmas.

TATALAKSANA PENYULUHAN/PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KONSELING KEPADA


PASIEN/KELUARGA PASIEN
Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara petugas
kesehatan dan keluarga/pasien. Pasien/keluarga pasien perlu mendapatkan penyuluhan
kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien. Agar
penyuluhan dan Pendidikan pasien atau keluarga pasien dilaksanakan secara efektif maka
dilakukan dengan pendekatan komunikasi interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan,
menggunakan Bahasa yang mudah di pahami oleh pasien.
Penyuluhan/Pendidikan interpersonal kepada pasien tercatat dalam rekam medik. Dalam
ruang pemeriksaan petugas memiliki panduan penyuluhan, media penyuluhan sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pemberian edukasi ini dievaluasi setelah dilakukan konseling untuk melihat
efektivitas Pendidikan/penyuluhan kepada pasien.

PELAKSANAAN RUJUKAN DILAKUKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN KEBIJAKAN


DAN PROSEDUR YANG TELAH DITETAPKAN DAN MENGACU PADA KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN.
Selama proses rujukan pasien secara langsung, pemberi asuhan yang kompeten terus
memantau kondisi pasien, dan fasilitas kesehatan penerima rujukan diberi resume tertulis
mengenai kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan. Pada saat serah terima di
tempat rujukan, petugas yang mendampingi pasien memberikan informasi secara lengkap
(SBAR) tentang kondisi pasien kepada petugas penerima transfer pasien

TATALAKSANA RENCANA RUJUKAN

Pelayanan terpadu Puskesmas dilakukan dengan menggunakan sistem rujukan internal


dan Rujukan eksternal. Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas
RAWABOGO maka pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien baik. Untuk pasien BPJS sistem rujukan merujuk pada
prosedur BPJS. Untuk pasien umum yang akan di rujuk dibuatkan surat rujukan dari Puskesmas
RAWABOGO sesuai dengan diagnose dan rencana perawatan yang akan dilakukan. Untuk
pasien yang memerlukan
rujukan SKTM, rujukan dibuatkan setelah persyaratan SKTM terpenuhi oleh pasien. yang
membutuhkan Untuk pemilihan fasilitas kesehatan diserahkan kepada pasien.
Rujukan ini dapat berlaku vertical maupun horizontal. Rujukan horizontal disini maksudnya
apabila Puskesmas tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang bersifat sementara atau
menetap. Rujukan vertical maksudnya melakukan rujukan ke tingkatan pelayanan lebih tinggi.
Terdapat beberapa kriteria untuk dapat merujuk pasien. Kriteria merujuk pasien meliputi
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi;
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu
diatasi dan apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu;
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus
disertai pasien yang bersangkutan

Rujukan ini harus mendapat persetujuan dari pasien ataupun keluarganya. Persetujuan ini
diberikan setelah mendapat kejelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang. Penjelasan ini
meliputi:
1. Diagnosis dan terapi atau tindakan medis yang diperlukan
2. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan
3. Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan
4. Transportasi rujukan
5. Risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.

Persetujuan/penolakan rujukan dilakukan secara tertulis menggunakan form


persetujuan/penolakan rujukan.

Prosedur rujukan pasien tergantung jenis rujukan yang dibutuhkan kondisi pasien.
Prosedur Klinis :
1. Pada kasus non emergensi, maka proses rujukan mengikuti prosedur rutin yang ditetapkan.
Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang mampu
dilakukan di puskesmas untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding, disertai
kelengkapan kode diagnosis untuk fasyankes tingkat pertama.
2. Pada pasien dengan kondisi emergensi, dilakukan tindakan pra-rujukan atau stabilisasi
sesuai kasus dan kondisi pasien. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan. Untuk pasien
emergensi harus didampingi tenaga kesehatan yang kompeten dibidangnya, mengetahui
kondisi pasien dan selalu di monitoring selama perjalanan. Pasien diantar dengan
kendaraan ambulans dan diserah terimakan oleh petugas, agar petugas dan kendaraan
pengantar tetap menunggu sampai pasien di IGD mendapat kepastian pelayanan, dirujuk
kembali ke rumah sakit lain atau ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

Prosedur Administratif :
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.
2. Membuat rekam medis pasien.
3. Menjelaskan/memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Pasien diberi informasi tentang rujukan dan hak untuk memilih tempat rujukan
5. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama dikirim ke tempat rujukan
bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua untuk arsip, disimpan di rekam medis
yang bersangkutan
6. Menyiapkan sarana transportasi
7. Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan menggunakan sarana komunikasi dan
menjelaskan kondisi pasien.
8. Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan ke tempat rujukan yang dituju.
9. Surat rujukan meliputi: no rujukan, nama puskesmas, nama kabupaten/kota, identitas
pasien, jaminan kesehatan yang dimiliki, kondisi klinis, diagnosa, tatalaksana yang telah
dilakukan, dan tandatangan petugas
10. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan alternatif pelayanan.

Prosedur pengelolaan pasien di ambulance:


1. Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi
kegawatdaruratan.
2. Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving (sesuai kondisi pasien).
3. Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan rumah sakit perujuk.
4. Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
5. Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di dalam ambulance dicatat dalam
catatan perkembangan pasien/surat rujukan

Kriteria pasien rujukan berbeda di masing-masing ruang pemeriksaan. Kriteria pasien rujukan
ruang pemeriksaan gigi:
1. Pasien yang akan dilakukan tindakan pencabutan dan memiliki riwayat penyakit
sitemik, kelainan darah, mengkonsumsi obat pengencer darah
2. Pasien dengan rencana perawatan prosthodonti.
3. Pasien dengan rencana perawatan orhodonti.
4. Pasien dengan rencana perawatan konservasi lebih lanjut.
5. Pasien dengan diagnosa gigi impaksi.
6. Pasien dengan rencana pencabutan yang diperkirakan pencabutan dengan Komplikasi.
7. Pasien yang memerlukan pemeriksaan penunjang radiologi.
8. Pasien dengan rencana pencabutan dalam keadaan kehamilan trimester 1 dan 3

Kriteria pasien rujukan pemeriksaan MTBS / Anak :


1. Penyakit dengan infeksi bakteri berat.
2. Diare dengan dehidrasi
3. Ikterus berat
4. Pneumonia berat
5. Penyakit berat disertai demam
6. Campak dengan komplikasi berat
7. Demam Berdarah Dengue
8. Mastoiditis
9. Sangat kurus dan atau edema
10. Anemia berat
11. Kejang Demam

Kriteria pasien rujukan ruang pemeriksaan KIA-KB dan imunisasi :


1. Pasien dengan riwayat kehamilan sebelumnya :
a. Janin atau neonates mati
b. Keguguran ≥ 3 kali
c. Bayi dengan berat ≤ 2500 gr atau > 4000 gr
d. Hipertensi dalam kehamilan
e. Pembedahan pada obstetric dan ginekologi
2. Kondisi kehamilan saat ini :
a. Kehamilan gemeli
b. Indikasi CPD (Cephalopelvic Disproportion)
c. Terdapat massa pada pelvis
d. Riwayat ibu dengan penyakit sistemik, infeksi saluran kemih, penyakit
kelamin,gangguan jiwa atau penyakit lan yang beresiko
e. Suspek kehamilan ektopik
f. Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm
g. Tinggi badan < 145 cm
h. Kenaikan berat badan < 1 KG atau > 2kg perbulan aau tidak sesuai IMT
i. Tinggi Fundus Uteri (TFU)tidak sesuai dengan usia kehamilan
j. Pertumbuhan janin terhambat
k. Malposisi
l. Gambaran USG dopler abnormal
m. Perdarahan intrapartum yag tidak diketahui sebabnya
n. Anemi berat
o. HbsAG, Sifilis dan HIV (+)

Tindak Lanjut terhadap rujukan balik dari FKRTL

Untuk menjamin kesinambungan pelayanan ,pasien yang dirujuk balik dari FKRTL
dilaksanakan tindak lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan dicatat dalam relkam medis.
Jika puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjut atau fasilitas kesehatan lain, maka tindak lanjut dilakukan sesuai prosedur melalui proses
kajjian dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan. Prosedur menerima rujukan
balik/Umpan balik dari fasilitas rujukan :

Prosedur Klinis:
1. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit yang terakhir
merawat pasien tersebut.
2. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau kondisi klinis
pasien sampai sembuh.

Prosedur Administratif:
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan memberi
tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti

PEDOMAN TRIASE DI PUSKESMAS RAWABOGO

A. RUANG LINGKUP

Triase diberlakukan sistem prioritas, penentuan/ penyeleksian mana yang harus


didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
dengan seleksi pasien berdasarkan:
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal

Ruang lingkup Triase di Puskesmas di bagi menjadi 2 (dua) yaitu:


1. Triase sehari-hari
Semua pasien yang datang akan dilakukan Triase oleh dokter jaga UGD atau perawat yang
kompeten untuk mendapatkan kegawatdaruratannya.
2. Dalam keadaan bencana
Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun dari luar
Puskesmas.

B. PRINSIP TRIASE
Prinsip yang harus diterapkan dalam pelaksanaan triase:
1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu.
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam
kehidupan adalah hal yang terpenting dalam unit gawat darurat.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat.
Intinya ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses anamnesa.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat
informasi yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakuratan dan kondisi pasien.
Tanggung jawab utama dalam pelaksanaan triase adalah mengkaji secara akurat seorang
pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk
intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat
diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien.
Petugas kesehatan yang melakukan triase seharusnya memenuhi semua yang ada diatas
saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien dan menghindari keterlambatan
penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang
yang sakit dalam keadaan kritis serta memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarganya.

C. PENILAIAN TINGKAT KESADARAN PASIEN (GCS)


GCS (glasgow coma scale) adalah skala yang dipakai untuk mengetahui tingkat kesadaran.
Dulu, skala ini digunakan pada orang yang mengalami cedera kepala. Namun, saat ini, GCS juga
digunakan untuk menilai tingkat kesadaran seseorang saat memberikan pertolongan darurat medis.
Tingkat kesadaran seseorang umumnya dapat dinilai dari tiga aspek, yaitu mata (kemampuan
membuka mata), suara (kemampuan bicara), dan gerakan tubuh. Tiga aspek ini dinilai melalui
pengamatan, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan angka GCS.
Tabel 1. Penilaian GCS

D. SKALA/LABEL TRIASE

Kegawatan Pasien berdasarkan skala triase:


a. Segera-Immediate (Warna Merah)
b. Tunda - Delayed (Warna Kuning)
c. Minimal (Warna Hijau)
d. Expectant (Warna Hitam)

Label Merah, Segera - Immediate


Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong
segera. Pasien yang memerlukan resusitasi dan stabilisasi.
a. Gangguan jantung yang mengancam.
b. Gangguan pernafasan.
c. Syock oleh berbagai causa.
d. Trauma kepala dengan pupil anisokor.
e. Perdarahan eksternal massif.
f. Luka bakar > 50 % atau luka bakar didaerah thorak.
g. tension pneumothoraks.

Label Kuning, Tunda - Delayed

Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.
a. Pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda
sementara. Pasien dengan resiko syock (pasien dengan gangguan jantung , trauma
abdomenberat).
b. Fraktur multiple.
c. Fraktur femur / pelvis.
d. Luka bakar derajat II dan III.
e. Gangguan kesadaran / trauma kepala.
f. Pasien dengan status yang tidak jelas.

Label Hijau , Minimal


Pasien mendapat edera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan. Pasien yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat
ditunda
a. Fraktur minor.
b. Luka minor dan luka bakar minor.
c. Medical /non bedah.

Label Hitam, Expectant

Pasien yang telah meninggal dunia

E. TATA LAKSANA

Proses dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD Puskesmas RAWABOGO, perawat harus
mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian
serta pemeriksaan tanda-tanda vital, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subyektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit karena
pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat penanggung jawab pasien. Perawat dan dokter
bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat. Tanpa
memikirkan dimana pasien pertamakali ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus
dikaji ulang oleh perawat sedikitnya setiap 30 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 1 menit. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam
rekam medis. Informasi baru akan mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area
pengobatan.

Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda obyektif bahwa pasien mengalami
gangguan pada airway, breathing dan circulation, maka pasien ditangani dahulu. Pengkajian awal
hanya didasarkan atas data obyektif dan data subyektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah
keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subyektif yang
berasal langsung dari pasien.

ALUR PROSES TRIASE


a. Pasien datang diterima petugas UGD
b. Di ruang triase dilakukan anamnesis dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat dan mencatat waktu datang pasien.
c. Bila jumlah penderita/ korban melebihi kapasitas ruangan UGD, maka triase dapat dilakukan
di luar ruang triase (di depan UGD)
d. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dan mendapatkan prioritas pelayanan dengan
urutan warna merah, kuning, hijau, hitam. Setelah dilakukan triase, diberikan penanda bendera
sesuai triase.
e. Pasien kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan di ruang tindakan UGD.
Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien dapat dirujuk ke rumah sakit setelah
dilakukan stabilisasi.
f. Pasien kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan
ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien kategori triage merah selesai
ditangani.
g. Pasien kategori triage hijau dapat dilakukan pengobatan rawat jalan atau bila memungkinkan
dapat dipulangkan.
h. Pasien kategori triagehitam jika sudah dinyatakan meninggal dikembalikan keluarga
i. Apabila pasien perlu dirujuk ke Rumah Sakit dilakukan sesuai dengan prosedur rujukan.

PELAYANAN PENUNJANG REKAM MEDIS

STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya manusia untuk bagian loket pendaftaran/rekam medis sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.312 Tahun 2020 Tentang Standar
Profesi Perekem Medis dan Informasi Kesehatan, mempunyai persyaratan atau
kualifikasipendidikan, sebagaiberikut:
1. Diploma 3 (D3) Rekam Medis dan Informasi Kesehatan yang ditempuh Selama 6 (enam)
semester, dengan gelar Ahli madya.
2. Diploma 4 (D4) Manajemen Informasi Kesehatan yang ditempuh selama 8 (delapan)
semester, dengan gelar Sarjana Sains Terapan MIK.
3. Strata 1 (S1) Manajemen Informsasi Kesehatan yang ditempuh selama 8 (delapan)
semester, dengan gelar Sarjana Manajemen Informasi Kesehatan.
4. Strata 2 (S2) Manajemen Informasi Kesehatan yang ditempuh selama 4 (empat)
semester, dengan gelar Magister Manajemen Informasi Kesehatan.
Menurut Wursanto (1991), petugas rekam medis harus memiliki syarat- syarat
sebagai berikut:
1. Teliti, dalam hal ini ketelitian sangat diperlukan agar dapat membedakan perkataan,
nama atau angka yag sepintas lalu nampaknya bersamaan.
2. Cerdas, petugas rekam medis harus mampu menggunakan pikirannya dengan baik,
memiliki daya ingat yang tajam sehingga tidak mudah lupa.
3. Penuh minat dan perhatian terhadap tugas dan pekerjaan yang menjad itanggung
jawabnya.
4. Rapi, setiap petugas harus mampu menciptakan dan menjaga kerapihan dan kebersihan
dan ketertiban terhadap arsip yang disimpan.
5. Tekun dalam pelaksanaan tugas.
6. Mampu memegang/menyimpan rahasia.
7. Mampu mengadakan hubungan yang baik dengan semua pihak.
8. Memiliki keahlian dalam bidang kearsipan.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Puskesmas RAWABOGO terdapat 3 orang petugas untuk di bagian rekam medis dan
pendaftaran dengan perincian sebagai berikut:

1. 1 orang penanggung jawab pendaftaran dan rekam medis


2. 1 petugas pendaftaran
3. 1 orang petugas filling

Tugas Pokok Petugas Rekam Medis sesuai dengan tanggung jawabnya


1. Tugas pokok dan fungsi Urusan Pendaftaran Rawat Jalan yaitu:
a. Melakukan pendafataran pasien rawat jalan
b. Mencatat data dasar pasien kedalam dokumen RM
c. Memberi Nomor RM
d. Mendistribusikan dokumen RM ke poliklinik
e. Memberi informasi lainnya yang dibutuhkan oleh pasien atau pelanggan lainnya.

2. Tugas pokok, fungsi Dokumen dan Registrasi adalah:


a. Sebagai tempat pemeriksaan penunjang melakukan pemeriksaaan penunjang atas
perintah dokter.
b. Melakukan pencatatan dan perekaman atas hasil pemeriksaannya kedalam
dokumen RM
c. Membuat sensus harian pemeriksaan penunjang.
d. Sebagai tempat pengendali penggunaan dokumen dan nomor RM sebagai pintu
pertama penerima dokumen RM yang telah diisi oleh unit di luar RM.
e. Memeriksa kelengkapan dokumen RM dan menyerahkan dokumen yang tidak
lengkap ke petugas yang bersangkutan untuk dilengkapi.
f. Menulis nomor rekam medis pada formulir yang belum terisi nomornya.

3. Tugas pokok bagian distribusi adalah:


a. Mengambil rekam medis dari rak penyimpanan
b. Mengantarkan berkas rekam medis sesuai dengan tujuan pemeriksaan
c. Petugas mengembalikan rekam medis 1 x 24 jam setelah pasien mendapatkan
pelayanan.

4. Tugas pokok urusan Pengelolaan data dan laporan:


a. Memeriksa kelengkapan formulir dan kelengkapan pencatatan pada rekam medis.
b. Memeriksa penulisan kode penyakit berdasarkan ICD X di dokumen RM.
c. Membuat laporan bulanan untuk pelaporan.

5. Tugas pokok dan fungsi urusan Penyimpanan & Pengarsipan :


a. Urusan pelaporan dan analisis berfungsi sebagai pengumpulan penganalisis data
RM dan penyajian/data pelaporan informasi kegiatan puskesmas.
b. Sebagai penjaga keamanan dan kerahasiaan dokumen rekam medis.
c. Menyimpan dokumen yang sudah lengkap dengan metode angka akhir dan
diurutkan sesuai nomor urut.
d. Mengembalikan dokumen RM untuk keperluan pelayanan dan keperluan lainnya.
e. Melakukan retensi dokumen RM menjadi dokumen aktif dan non aktif.
f. Mengusulkan pemusnahan dokumen RM

C. JADWAL KEGIATAN

Pelayanan loket/pendaftaran rekam medis dimulai pukul:

NO WAKTU JADWAL KERJA

1 Pagi 07.00-14.00 WIB

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
Ruangan loket/pendaftaran rekam medis ada di dekat pintu masuk puskesmas.
Untuk ruangan loket/pendaftaran rekam medis di Puskesmas RAWABOGO di fasilitasi
dengan ruang tunggu, yang berada di luar sebelum pintu masuk puskesmas, dilengkapi
juga layer monitor untuk menampilkan nomor antrian. Petugas rekam medis/
pendaftaran merangkap jugasebagai petugas kasir.

Denah loket pendaftaran dan ruangan rekam medis:

Gambar denah loket pendaftaran & ruang rekam medis

B. Standar Fasilitas

Prasarana dan sarana yang harus dimiliki puskesmas untuk meningkatkan kualitas
pelayanan loket pendaftaran/rekam medis adalah sebagai berikut:
1. Meja tulis dan kursi untuk administrasi pendaftaran, kegunaannya untuk merapikan rekam
medis yang berobat.
2. Komputer dan printer untuk proses pendaftaran yang sudah terhubung dengan internet.
3. Server, Hub (jaringan dan UPS untuk database simpustronik dan jaringan internet di
seluruh ruangan puskesmas di semua lantai puskesmas.
4. Lemari rak penyimpanan status rekam medis, cukup untuk akses petugas mengambil dan
menyimpan berkas rekam medis.
5. Lemari untuk menyimpan ATK dan form form pemeriksaan dan lainnya.
6. Papan nama loket dan papan nama petugas
7. Mesin antrian, monitor penampil antrian dan pengeras suara.
8. Mesin print kartu berobat.

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENDAFTARAN
Menurut Depkes RI (1994) pengertian rekam medis sebagai suatu system
penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada
saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data medis
pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah sakit, dan
dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan
penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan atau peminjaman dari pasien atau untuk keperluan lainnya. Pelaksanaan
pendaftaran dilakukan seperti dibawah ini:
1. Mempersiapkan alat-alat pendaftaran seperti dibawah ini:
a. Server, Komputer, Printer yang sudah memiliki jaringan internet dan local
jaringan
b. Aplikasi software SIMPUS, P-care Eclaim
c. Alat tulis kantor
d. Power on komputer dan sudah log in aplikasi SIMPUS dan P-care Eclaim
e. Print tracer
f. Petugas yang terampil dan cekatan
2. Mesin nomor antrian yang sudah disiapkan
3. Membuka situs simpus5.bandungkab.go.id pada https://pcare.bpjs-
kesehatan.go.id untuk cek kepersertaan BPJS/ASKES.
4. Komputer dengan aplikasi SIMPUS dan internet yang harus sudah login
denganmemasukkan Username dan Password terlebih dahulu.
5. Persiapan peralatan ; kartu berobat dan alat tulis kantor.
6. Petugas memanggil nomor antrian secara urut.
7. Petugas menanyakan keluhan pasien dan meminta FC. KK, FC.
KTP,ASKES/BPJS/KJS

8. Petugas mengklik menu pendaftaran.


9. Bagi pasien baru petugas harus memeriksa terlebih dahulu nama pasien dan nama
KK dengan menginputnya terlebih dahulu secara bergantian, apabila tidak
ditemukan, klik pasien baru.
10. Bila pasien lama, petugas menginput nomor kartu berobat pasien sebanyak 5 digit
“contoh: 02036”, tanyakan Kembali nama kk, nama pasien yang berobat dan
alamat pasien untuk mencocokkan kesamaan data dan untuk yang berbeda alamat
maupun tanggal lahir langsung mengedit alamat dan tanggal lahir yang salah
penginputan
11. Untuk pasien baru : input nama pasien, nama pendek, tempat lahir, tanggal lahir
dan seterusnya, lalu klik next, input Kembali nama kepala keluarga, alamat
lengkap, nomor telepon, lalu next, input jenis pelayanan, tanyakan Kembali
keluhan dan kebutuhan pasien. Apabila keluhan dan kebutuhan pasien hanya
berobat, tanyakan umur pasien, untuk umur <5 th, di arahkan ke poli MTBS, lainnya
diarahkan ke poli umum/gigi/KIA/KB.

12. Untuk pasien lama, ketika menginput nomor kartu berobat dan nama pasien tidak
ada, maka klik pasien baru, dengan petunjuk penginputan sama seperti pasien
baru.
13. Untuk pasien lama, petugas menginput no. kartu berobat pasien sebanyak 5 digit
“contoh 02036”, tanyakan nama pasien, apabila tertera di monitor nama pasien,
tanyakan Kembali keluhan dan kebutuhan pasien klik poli tujuan, dan input no.
BPJS/ASKES, lalu save.
14. Petugas menulis di sampul buku rekam medis, nama pasien, tanggal lahir, nama
kepala keluarga, alamat.
15. Bagi pasien yang memiliki 2 kartu berobat, maka harus di pilih kartu yang terakhir
kunjungan, nomor kartu berobat lama pada SIMPUSTRONIK di edit, dan status
rekam medis lama di satukan ke status rekam medis nomor kartu kunjungan
terakhir, tanyakan umur pasien, untuk umur< 5 th, di arahkan ke poli MTBS lainnya
diarahkan ke poli umum/gigi/ KIA/ KB. Hal ini juga sama dengan mengklik poli
tujuan yang diarahkan pasien.
16. Petugas mengecek nomor BPJS/ASKES pada aplikasi P-Care, apabila ada
tunggakan, pasien diharuskan membayar tunggakan baru dapat berobat dengan
menggunakan kartu BPJS nya (pasien membayar). Apabila tidak ada tunggakan,
pasien dipersilahkan menunggu di nomor ruangan yang disebutkan petugas.
17. Apabila pasien sudah merasa membayar BPJS, petugas meminta bukti struk
pembayaran kartu BPJS, lalu di satukan dengan slip pembayaran dan pasien
dipersilahkan menunggu di nomor ruangan yang disebutkan petugas.
18. Jika dalam pengecetakan nomor BPJS/ASKES di P-Care, hasilnya tertera PPK
BPJS/ASKES bukan tertulis di RAWABOGO, pasien diberitahukan agar rujukan
diambilditempat yang tertulis di P-Care dan pasien dilayani sebagai pasien umum
(membayar).
19. Petugas mencetak tracer yang didalamnya terdapat informasi nomor rekam
medis, nama pasien, umur, jenis pembayaran, tujuan poli dan tanggal berobat

Prosedur penerimaan pasien

1. Penerimaan pasien rawat jalan

a. Pasien Baru

Setiap pasien baru diterima diloket pendaftaran, dan akan diwawancarai oleh
petugas guna mendapatkan informasi mengenai data identitas sosial pasien yang
harus diinput dalam SIMPUS. Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien
yang akan digunakan sebagai kartu berobat, yang harus dibawa pada setiap
kunjungan berikutnya ke puskesmas. Setelah selesai proses pendaftaran pasien baru,
pasien dipersilahkan menunggu di poli yang dituju, sementara petugas rekam medis
menyiapkan buku rekam medis.
Selanjutnya rekam medis akan didistribusikan ke poli yang dituju. Setelah
mendapatkan pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien, seperti:
1) Pasien boleh langsung pulang
2) Pasien diberikan pengantar ke laboratorium
3) Pasien dirujuk ke rumah sakit
4) Pasien harus ke ruang tindakan

Semua rekam medis yang telah selesai harus kembali ke ruang penyimpanan 1 x 24
jam setelah selesai jam pelayanan.

b. Pasien Lama
Pasien lama atau pasien yang pernah datang berobat ke puskesmas, maka
pasien mendatangi loket pendaftaran dengan menunjukkan kartu kunjungan berobat.
Data yang ada dikartu kunjungan akan diinput pada menu kunjungan dalam SIMPUS.
Setelah selesai proses pendaftaran pasien lama pasien dipersilahkan menunggu,
sementara petugas loket menyiapkan rekam medis. Selanjutnya kartu status akan
didistribusikan di poli yang dituju. Semua rekam medis yang telah selesai berobat
harus kembali ke ruang rekam medis sesudah jam pelayanan di hari yang sama.
catatan rekam medis ditulis di rekam medis dalam bentuk lembaran dan disetor ke
petugas rekam medis oleh petugas pemeriksa.

c. Pencatatan

Pencatatan berkas rekam medis adalah melengkapi berkas rekam medis yang
berobat ke puskesmas, mulai dari penulisan identitas diberkas medis, mengecap tanggal
kunjungan, poli tujuan dan pendistribusiannya ke poli yang dituju. Rincian kegiatan yang
dilakukan pada tahap pencatatan rekam medis adalah:
1) Petugas mengklik atau memmanggil nomor antrian sesuai urutan kedatangan pasien
2) Petugas menanyakan maksud kedatangan pasien.
3) Petugas menanyakan apakah pasien sudah pernah berobat atau belum
4) Jika pasien sudah pernah berobat petugas meminta kartu berobat, dan jika pasien
baru maka petugas meminta identitas pasien untuk keperlua administrasi pasien baru
dan memberi kartu berobat untuk keperluan berobat selanjutnya
5) Petugas mencari nomor rekam medis di rak penyimpanan.
6) Petugas mendistribusikan rekam medis kepada masing-masing poli.

d. Penyimpanan Rekam Medis


Penyimpanan rekam medis di Puskesmas RAWABOGO menerapkan system
sentralisasi merupakan system penyimpanan dimana rekam medis disimpan dalam satu
tempat. Kelebihan dari system ini adalah informasi hasil pelayanan dapat dilakukan
secara berkesinambungan. Sistem penjajaran atau yang dapat disebut pula sebagai
penataan, merupakan sistem yang diterapkan untuk mengelola cara penataan rekam
medis di dalam rak. Untuk system penjajaran yang digunakan yaitu penomoran langsung
dimana rekam medis disusun berdasarkan dari nomor rekam medis terkecil lalu ke rekam
medis dengan nomor yang lebih besar.
Pengambilan rekam medis pada rak penyimpanan rekam medis harus sesuai
dengan nomor rekam medis pasien berobat. Tahapan pencarian rekam medis pada rak
penyimpanan yaitu:
1) Petugas menerima bon peminjaman rekam medis dari petugas pendaftaran.
2) Petugas mencari berkas rekam medis sesuai nomor pada bon peminjaman rekam
medis.
3) Setelah berkas ditemukan, petugas mencocokan nama kepala keluarga pada rekam
medis dengan nama yang ada di bon peminjaman.
4) Lihat kembali nama pasien yang mau berobat.
5) Apabila kartu rekam medis pasien tidak ditemukan, ambil satu kartu rekam
medisuntuk contoh pembuatan kartu rekam medis pasien yang berobat.
6) Cap tanggal kunjungan dan poli yang dituju di buku rekam medis.
7) Susun dan taruh kartu rekam medis yang sudah ditemukan pada rak pemisah
politujuan.

Ketentuan dasar yang membantu memperlancar pekerjaan pengelolaan rekam medis


yaitu:
1) Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis.
2) Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus segera
diperbaiki untuk mencegah makin rusak/hilangnya lembaran- lembaran yang
diperlukan.
3) Petugas penyimpanan harus memelihara kerapihan dan keteraturan rak- rak
penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya.

e. Pendistribusian Rekam Medis


Pendistribusian kartu rekam medis dilakukan secara manual, dilakukan setelah
administrasi rekam medis selesai dilakukan, yaitu dengan memilah rekam medis
berdasarkan poli tujuan, lalu mengurutkan nomor antrian panggilan dari nomor terkecil
hingga nomor terbesar. Lalu didistribusikan ke poli tujuan. Rekam Medis setelah
pelayanan dikembalikan 1 x 24 Jam kebagian Penyimpanan RekamMedis.

f. Pelaporan
Pelaporan pada Puskesmas RAWABOGO terbagi dua yaitu, pelaporan internal
dan pelaporan eksternal. Pelaporan internal ada setiap hari dan bulanan di kerjakan,
untuk laporan harian rekapan jumlah pasien harian, untuk laporan bulanan internal
laporan jumlah kunjungan pasien perbulan yang dimasukkan dalam kinerja harian
karyawan.

g. Penyusutan dan Pemusnahan Rekam

Rekam medis di puskemas mempunyai ruangan penyimpanan rekam medis yang kecil,
sehingga timbul masalah mengenai kurangnya ruang penyimpanan. Perencanaan tentang
pengelolaan rekam medis yang tidak aktif harus ditetapkan sehingga selalu tersedia tempat
penyimpanan untuk rekam medis yang baru. Pada umumya rekam medis dinyatakan tidak aktif
apabila selama 2 tahun terakhir dihitung sejak tanggal terakhir berobat berkas rekam medis
tersebut juga tidak digunakan lagi. Lakukan pemilahan berkas rekam medis aktif dan tidak aktif.
Berkas rekam medis tidak aktif dimusnahkan. Tujuan penyusutan rekam medis adalah:
1) Mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin bertambah
2) Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat penyimpanan berkas
rekam medis yang baru.
3) Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan rekam medis
jika sewaktu-waktu diperlukan
4) Menyelamatkan rekam medis yang bernilai guna tinggi serta mengurangi yang tidak
bernilaiguna
Pemusnahan rekam medis adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik
arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran harus
dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau daur ulang
sehingga tidak dapat lagi dikenal isi maupun bentuknya.

A. ISI REKAM MEDIS DI PUSKESMAS RAWABOGO

1. Isi rekam medis mencakup:

a. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan.

Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang:


1) Identitas pasien.
2) Tanggal kunjungan dan poli tujuan.
3) Anamnesa (subjektif).
4) Pemeriksaan fisik (objektif).
5) Diagnosis/masalah (assesment).
6) Terapi dan tindakan (planning).
7) Tandatangan pemeriksa.
8) Untuk pasien kasus gigi di lengkapi dengan odontogram klinik.
9) Lembar MTBS untuk pasien MTBS
10) Lembar khusus ibu hamil
11) Persetujuan Tindakan bila diperlukan.

2. Pendelegasian Membuat Rekam Medis.

Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis, tenaga kesehatan lain yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat membuat/mengisi rekam medis atas
perintah/ pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik
kedokteran.

3. Kelengkapan isi rekam medis harus dievaluasi dan ditindak lanjuti.

B. DAFTAR PEMBAKUAN SINGKATAN YANG DIGUNAKAN DI


PUSKESMAS RAWABOGO
Tabel Daftar Pembakuan Singkatan yang digunakan di Puskesmas RAWABOGO

NO KATEGORI SINGKATAN KETERANGAN

A. Hasil KU Keadaan Umum


Pemeriksaan
BB Berat Badan

TB Tinggi Badan

TD Tekanan Darah

S Suhu

N Nadi

RR Respiratory Rate

DJJ Denyut Jantung Janin


CPD Cephalopelvic Disporpotion

Letsu Letaksungsang

NCBK Normal Cukup Bulan Kehamilan

Pos SC Pasca Seksio Caecar

PEB Pre Ekslamsi Berat

PER Pre Ekslamsi Ringan

TD Tetanus Difteri

MR Mealess Rubella

HBO Hepatitis 0-7 hari

IPV Inactivated Polio Vacine

ANC Ante Natal Care

PNC Post Natal Care

BBLR Berat Badan Lahir Rendah

KEK Kekurangan Energi Kalori

TN Tetanus Neonatorum

BCG Bacille Calmette Guerin

B. Diagnosis

1. BP UMUM DM Diabetes Mellitus

PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronik

DBD Demam Berdarah Dengue

CKD Chronic Kidney Failure

ISK Infeksisalurankemih

Go Gonorrhoe

GNA Gromerulonefritis Akut

GNK Gromerulonefritis kronik

TB Tuberculosis

OMSK Otitis Media Serosa Kronik

OMA Otitis Media Acut

DC Decompensasi Cordis

ISPA InfeksiSaluranpernapasanatas

BPH Beningn prostate Hyperplasi

AMI Akutmyocardinfark
OMP Otitis media perforate

CHF Chronic Heart Failure

SN SyndromNefrotik

CC Common cold

HT Hypertensi

BP BronchoPneumonia

SD Sindrom Dispepsia

CKR Cederakepalaringan

OBS Observasi

AP Angina Pectoris

2. Poli Gigi Pulp Pulpitis

GP Gangrenpulpa

GR Gangren radix

Perst Persistensi

Abs Abses

Pd Periodontitis

Pro exo Rencana Pencabutan

TS Tambalan Sementara

TT Tambalan Tetap

Exo Exodontia

infil infiltrasi

PSA Perawatan Saluran Akar

CS Pencabutan gigi Sulung

CT Pencabutan gigi Tetap

Blok Mandibular blok

OB Open Bur

Premed Permedikasi

Ce Chloretyl

Eug Eugenol oil

Chkm Chlorophenol camphor mentol

Calc Calkulus/karang gigi


3. Laboratorium Hb Haemoglobin

BTA Bakteri Tahan Asam

Goldar Golongan Darah

GDS Gula darah sewaktu

HCG test Human Chorionic Gonadotropin

Tg Trigliserid

HbsAg Hepatitis B antigen

TCM Test Cepat Molekuler

A.U Asam Urat

DR Darah Rutin

4. Farmasi

PCT paracetamol

GV Gentian Violet

TT Tetes Telinga

TM Tetes Mata

SM Salepmata

SK Salepkulit

PK Kalium Permanganat

Dexa Dexamethason

GG Glyseril Guaiacolate

AC AntecCunam(sebelummakan)

PC Post coenum (sesudahmakan)

Syr Syrup

Supp Supositoria

Vag tab Vaginal tablet

Gtt tetes

ISDN Isosorbiddinitrat

Bicnat BicarbonatNatrikus

THP Tri HexilPenidil

CTM Chlorpheniramine

BC B.Kompleks

B1 Thiamine Hcl

B6 Pyridoxine
B12 Sianokobalamin

Vit.C Asam Askorbat

Asmef Asam Mefenamate

Amox Amoxicilin

Ibu Ibupropen

Na.D Natrium Disklopenat

OMZ Omeprazole

Hct Hidroclortiazide

Cipro Cipoploxasin

Amlo Amlodipin

Fe/TTD Tablet Tambah Darah

LC/Kalk Kalsium Laktat

Diaz Diazepam

Kotrim Kotrimoxazole

SL Sub Lingual

C. AKSES TERHADAP REKAM MEDIS

Daftar petugas lain yang dapat mengakses rekam medis


Puskesmas RAWABOGO

N PETUGAS KETERANGAN
O
Koordinator
1 Perekam Medis
Rekam Medis dan Pelaksana Rekam Medis
2 Pengadministrasi Umum Petugas Pendaftaran
Peminjam untuk penelitian hanya boleh
3 PKL
dilakukan diruang rekam medis

D. STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSIS BERDASARKAN


INTERNASIONAL STATISTICAL CLASSIFICATION OF DISEASES AND HEALTH
PROBLEMS TENTH REVISION (ICD-10) DI PUSKESMAS RAWABOGO

DIAGNOSIS
PENYAKIT INFEKSI PADA USUS
1 A00 Kolera
2 A01 Demam typoid dan Paratipoid
3 A03 Shigellosis/Disentri

4 A06 Amoebasiossis
5 A08 Infeksi usus lain
6 A09 Dieare dan Gatroenteritis
PENYAKIT TUBERKULOSISS
1 A14 TB Anak (PKTB)
2 A15 TB Paru BTA +
3 A16 TB Paru Klinis (Rontgen +)
4 A18 TB selain Paru (Extra Pulmoner)
PENYAKIT AKIBAT BAKTERI
1 A30 Kusta
2 A33 Tetanus Neonatorum
3 A35 Tetanus
4 A36 Difteria
5 A37 Batuk Rejan (Batuk 100 hari)
6 A48 Penyakit akibat bakteri lain
INFEKSI AKIBAT HUBUNGAN SEKSUAL
1 A53 Siphilis
2 A54 Infeksi Gonokok (GO)
3 A59 Trichomoniasis
4 A63 Penyakit akibat seksual lain
PENYAKIT AKIBAT VIRUS
1 A80 Poliomielitid Akut
2 A90 DF (Demam Dengue)
3 A91 DHF (Demam Berdarah Dengue)
4 B00 Herpes Simplex
5 B01 Cacar Air (Varicella)
6 B02 Herpes Zoster
7 B05 Campak
8 B19 Hepatitis Virus
9 B20 HIV
10 B26 Parotitis
11 B33 Penyakit akibat virus lain
PENYAKIT AKIBAT JAMUR
1 B35 Dermatofitosis
2 B37 Kandidiasis
3 B49 Mikosis lain
PENYAKIT AKIBAT PROTOZOA
Malaria Tropika/ Mixed (P
1 B50 Falciparum)
2 B51 Malaria Tetriana (P Vivax)
Malaria tanpa pemeriks Lab (M
3 B53 Klinis)
PENYAKIT AKIBAT CACING
1 B77 Ascariasis
2 B79 Trichuriasis
3 B83 Penyakit akibat cacing lain
PEDIKULOSIS
1 B85 Pedikulosis
2 B86 Scabies
NEOPLASMA MALIGNA
2 C11 Ca. Nasopharink
3 C18 Ca.Colon
4 C20 Ca. Rectum
5 C22 Ca. Hepar
6 C34 Ca. Paru

7 C41 Ca. Tulang


8 C43 Ca. Kulit
9 C50 Ca. Payudara
10 C53 Ca. cervix Uteri
11 C61 Ca. Prostat
12 C71 Ca.Otak
13 C73 Ca. Kelenjar Tyroid
NEOPLASMA BENIGNA
1 D17 Lipoma
2 D22 Nevus pigmentosus
3 D34 Pembesaran kelenjar Tyroid
4 D36 Neoplasma benigna lain
ANEMIA
1 D50 Anemia Defisiensi Fe
2 D62 Anemia Postthamorragic akut
3 D64 Anemia Lainnya
4 D69
GG ENDOKRIN, NUTRISI & METHABOLIK
1 E10 Diabetes Militus (IDDM)
2 E11 Diabetes Militus (NIDDM)
3 E34 Gangguan Endokrin lain
4 E40 Kwashiorkor
5 E41 Marasmus
6 E42 Marasmus Kwashiorkor
7 E56 Defisiensi Vitamin
8 E66 Obesitas
9 E73 Intoleransi Laktosa
10 E88 Gangguan Metabolik lain
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU
1 F03 Dimensia
2 F05 Delirium
Gg mental & perilaku akb penggn
3 F19 zat psikoaktif
4 F20 Skhizophrenia
5 F23 Gg Psikotik akut
6 F29 Gg Psikotik nonorganik lain
7 F41 Gg Kecemasan
8 F45 Psikosomatis
9 F48 Gg Neurotik Lain
10 F51 Gg Tidur nonorganik
11 F60 Gg Kepribadian
12 F79 Retardasi mental
13 F93 Gg emosi pd anak
14 F94 Gg fungsi sosial bermula pd anak
15 F99 Gg jiwa lain
PENYAKIT SUSUNAN SYARAF
1 G03 Meningitis
2 G40 Epilepsi
3 G43 Migraine
4 G44 Sindrom nyeri kepala
5 G51 Gg Nervus Facial (Bell's Palsy)
6 G62 Polyneuropati
7 G80 Cerebral Palsy
8 G81 Hemiplegi
9 G82 Paraplegi, Teitaplegi

10 G91 Hidrocephalus
Penyakit lain pd susunan tulang
11 G92 belakang
PENYAKIT MATA DAN ADNEKSIA
1 H00 Hordeolum chalazion
2 H10 Konjungtivitis
3 H11 Pteregium
4 H16 Keratitis
5 H18 Gg lain pd Kornea
6 H25 Katarak
7 H40 Glaukoma
8 H50 Strabismus
9 H52 Gg Refraksi dan akomodasi
10 H54 Kebutaan dan penurunan Visus
11 H57 Penyakit mata dan Adneksia
PENYAKIT PADA TELINGA DAN MASTOID
1 H60 Otitis Eksterna
2 H61 Cerumen
3 H67 Otitis media
4 H70 Infeksi Mastoid (Mastoiditis)
5 H90 Ketulian dan pendengran menurun
6 H92 Otalgia
7 H93 Gg lain pd telinga
PENYAKIT PEMBULUH DARAH
1 I10 Hipertensi Primer
2 I15 Hipertensi Sekunder
3 I20 Angina Pectoris
4 I21 Infark Miokard Akut (IMA)
5 I50 Gagal Jantung
6 I64 Stroke
7 I67 Penyakit Cerebrovaskuler lain
8 I80 Phlebitis dan Thromboplebitis
9 I84 Hemoroid
10 I87 Varises
11 I95 Hipotensi
12 I99 Gg Pembuluh darah lain
PENYAKIT SISTEM PERNAFASAN
1 J00 Common Cold/Nasopharyngitis Akut
2 J01 Sinusitis
3 J02 Faringitis Akut
4 J03 Tonsilitis Akut
Infeksi akut lain pd sal
5 J06 pernafasan bgn atas
6 J18 Pnemonia
7 J20 Bronkhitis Akut
Infeksi akut lain pd sal
8 J22 pernafasan bgn bawah
9 J30 Rhinitis akut
10 J32 Sinusitis
11 J33 Nasal Polip
12 J36 Peritonsiler Abces
COPD (Chronic Obstruktive
13 J44 Pulmonal Disease)
14 J45 Asma
15 J46 Status Asmatikus
16 J98 Gg lain dr sistem pernapasan

PENYAKIT RONGGA MULUT, GLANDULA, SALIVARIUS & RAHANG


1 K00 Gg perkembangan & Erupsi Gigi
2 K01 Gigi terbenam & Impaksi
3 K02 Karies Gigi
4 K03 Penyakit jaringan kers lain
Penyakit pulpa dan jaringan
5 K04 Periapikal
6 K05 Ginggivitis & penyakit periodontal
Gg Gusi & Hub Alveolar tak
7 K06 bergigi lain
Anomali Dentofacial (termasuk
8 K07 Maloklusi)
9 K08 Gg Gigi & jaringan penyangga lain
10 K09 Kista di rongga mulut
11 K10 Penyakit rahang lain
12 K11 Penyakit kelenjar liur
13 K12 Stomatitis & lesi-lesi yg
berhubungan
Penyakit bibir & Mucosa mulut
14 K13 lainnya
15 K14 Penyakit Lidah
PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN
1 K27 Ulkus Peptikum
2 K29 Gastritis
3 K30 Dispepsia
4 K35 Apediksitis
5 K40 Hernia Inguinal
6 K45 Hernia Abdominal lain
7 K62 Penyakit pd anus & rectum
8 K65 Peritonitis
9 K73 Hepatitis Kronik
10 K76 Penyakit Hati lain
11 K80 Cholelitiasis
12 K81 Cholecystitis
13 K90 Mal Absorbsi
14 K92 Penyakit sistem pencernaan lain
PENYAKIT KULIT
1 L01 Impetigo
2 L02 Abces Furunnkel & Karbunkel
3 L03 Cellulitis
Infeksi Kulit & jaringan subkutan
4 L08 yang lain
5 L20 Dermatitis Atopik
6 L21 Dermatitis Seboroik
7 L23 Dermatitis Kontak Alergi
8 L24 Dermatitis Kontak Iritan
9 L29 Pruritus
10 L30 Dermatitis lainnya
11 L40 Psoriasis
12 L42 Ptiriasis rosea
13 L43 Lichen Planus
14 L50 Urtikaria
15 L53 Eritema
16 L60 Nail Disorder
17 L63 Alopesia Areata
18 L70 Acne/Jerawat
19 L80 Vitiligo
20 L88 Pyoderma

21 L93 Lipus Eritematosus


22 L98 Penyakit kulit lainnya
PENYAKIT OTOT DAN JARINGAN IKAT
1 M06 Rhematoid Arthritis
2 M10 Gout
3 M13 Arthritis lain
4 M15 Polyarthosis
5 M25 Gg Sendi
6 M30 Poliyarthritis Nodosa
7 M33 Dermatopolymyositis
8 M47 Spondylosis
9 M62 Gg lain pd jaringan otot
10 M86 Osteomyelitis
11 M89 Gg lain pd tulang
PENYAKIT SISTEM UROGENETAL
1 N02 Hematuri
2 N04 Sindroma nefrotik
3 N17 Gagal Ginjal akut
4 N18 Gangguan Ginjal Khronik
5 N20 Urolithiasis
6 N23 Kolik Renal
7 N28 Gg lain pd ginjal & Ureter
8 N30 Cystitis
9 N34 Urethritis
10 N39 Penyakit Sal Kencing lain
PENYAKIT ORGAN LAKI-LAKI
1 N40 BPH (Benigna Prostate
Hyperthropy)
2 N43 Hydrocele & Spermatocele
3 N44 Torsi Testis
4 N45 Orchitis & Epidemitis
5 N48 Gg lain pd Penis
PENYAKIT ORGAN WANITA
1 N60 Fibro Adenoma Mammae
2 N61 Gg Inflasi pd Mammae
3 N64 Gg Lain pd Mammae
4 N73 PID (Pelvic Inflamatory Diseases)
5 N80 Endometriosis
6 N81 Prolaps
7 N84 Polip Traktus Genital
8 N86 Erosi
9 N91 Amenorhea
10 N92 Menometrorargia
11 N94 Nyeri Organ Genetal & menstruasi
12 N95 Gg pd masa menopause
13 N97 Infertilitas
14 N99 Gg sistem Genitourinaria lain
SEBAB KELAINAN KEBIDANAN LANGSUNG
1 O00 Kehamilan Ektopik
2 O04 Abortus
3 O14 Preeklamsia
4 O15 Eklamsia
5 O20 Pendarahan pd Kehamilan
6 O21 Hyperemesis Gravidarum
7 O30 Kehamilan kembar

8 O40 Polyhidramnion
9 O42 Ketuban Pecah dini (KPD)
10 O44 Placenta Previa
11 O48 Kehamilan Serotinus
12 O60 Partus Prematurus
13 O63 Partus Lama
14 O70 Laserasi Perineum
15 O71 Trauma Obstetric Lain
16 O72 Pendarahan Post Partum
17 O80 Persalinan Tunggal Spontan
18 O83 Persalinan dg kesulitan
19 O84 Persalinan kembar
20 O92 Mastitis
21 O97 Kematian Ibu Akibat Obstetrik Lain
KEADAAN TERTENTU PADA MASA
PERINATAL
1 P07 BBLR
2 P15 Trauma Lahir
3 P21 Asfiksia
Kuning pd bayi baru lahir
4 P57 (Kernicterus)
5 P95 Lahir Mati
6 P96 Kondisi lain pd masa Perinatal
KELAINAN KONGENETAL
1 Q37 Bibir Sumbing
2 Q69 Polydactily
3 Q89 kelainan Konggenetal lain
SISTOMATOLOGI & TD PD SISTEM
SIRKULASI & RESPIRATORIUS
1 R00 Suara Jantung Abnormal
Pendarahan dr Sal Respirasi
2 R04 (Epistaxis)
3 R05 Batuk (Suspek TBC Paru)
4 R06 Pernafasan Abnormal
5 R07 Nyeri dada
Simton & tanda lain pd sistem
6 R09 Sirkulasi & Respirasi
SISTOMASTOLOGI & TD PD SISTEM
PENCERNAAN & ABD
1 R10 Nyeri Abdomen
2 R11 Nausea & Vomitus
3 R12 Nyeri Epigastrium
4 R13 Disfagia
5 R14 Meteorismus
6 R15 Faecal Incontinensia (Sembelit)
7 R16 Hepatomegali & Splenomegali
8 R18 Asites
Simtom & tanda lain pd sistem
9 R19 Pencernaan & Abdomen
SISTOMATOLOGI & TANDA PD SISTEM
URINARIUS
1 R30 Nyeri yg berhubungan dg Miksi
2 R32 Incontinensia Urine
3 R33 Retensia Urine
4 R34 Anuria & Oligouria
5 R35 Polyurina
6 R36 Urhetal Discharge
7 R39 Gejala Lain pd Sistem Urinarius

GEJALA & TANDA UMUM


1 R50 Demam yg tdk diketahui sebabnya
2 R51 Nyeri Kepala
3 R53 Malaise & Ftigue
4 R55 Syncope
5 R56 Kejang
6 R57 Syock
7 R60 Oedema
8 R61 Hiperhidrosis
9 R64 Cachexia
TRAUMA
1 S09 Trauma Kepala
2 S19 Trauma Leher
3 S29 Trauma dada
Trauma Perut, Punggung bwh &
4 S39 Pelvis
5 S49 Trauma Anggota Gerak Atas
6 S89 Trauma Gerak Bawah
LUKA AKIBAT KECELAKAAN
1 T00 Luka Lecet
2 T01 Luka Terbuka
3 T03 Fraktur
4 T04 Dislokasi
5 T07 Trauma multiple
6 T15 Benda Asing di mata
7 T16 Benda Asing di Telinga
8 T17 Benda Asing di Sal Pernapasan
9 T18 Benda asing di sal Makanan
Luka Bakar & korosi di kepala &
10 T20 leher
11 T22 Luka Bakar di anggota bgn atas
Luka Bakar di pergel tangan &
12 T23 tangan
Luka Bakar di angg badan bgn
13 T24 bawah
14 T25 Luka Bakar di prgelangan kaki &
kaki
Luka Bakar & korosi di sal
15 T27 pernafasan
16 T28 Luka Bakar & korosi di organ
Internal
17 T31 Luka Bakar & korosi lainnya
KERACUNAN
1 T50 Keracunan Obat
2 T60 Keracunan Pestisida
3 T62 Keracunan Makanan
4 T65 Keracunan Substansi lain
KESEHATAN LAIN
1 Z00 Pemeriksaan umum tanpa keluhan
Perlu imunisasi utk melawan
2 Z27 kombinasi2 penyakit infeksi
3 Z33 Status kehamilan, insidental
4 Z34 Pengawasan kehamilan normal
5 Z35 Pengawasan kehamilan resti
6 Z36 Skrining Antenatal

7 Z37 Hasil dari kelahiran


Bayi lahir hidup menurut tempat
8 Z38 kelahiran
Perawatan dan pemeriksaan pasca
9 Z39 melahirkan

LOGISTIK

Logistik rekam medis adalah proses mengenai perencanaan dan penentuan


kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta pengahapusan
alat-alat, sehingga mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan
ketersediaan bahan logistic setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan
efektif. Seperti perencanaan kebutuhan pengadaan barang formulir, alat tulis kantor untuk
kebutuhan puskesmas. Perencanaan perlu didiskusikan dengan pemakai (bagian
peyimpanan rekam medis) dan puskesmas kelurahan untuk diteruskan kebagian pengadaan
barang, kepala tata usaha dan kepala puskesmas.

PENGENDALIAN MUTU

Analisis mutu rekam medis menggunakan dua cara yaitu anilisa kualitas (mutu) dan
Analisa kuantitas (jumlah/kelengkapan)

A. Analisa Mutu
Mutu dalam pengisian memang menjadi tanggung jawab para tenaga kesehatan,
sebab merekalah yang melaksanakan perekeman medis. Sewaktu berkas rekammedis
tiba di unit rekam medis, maka petugas rekam medis yang menerimanya memeriksa
apakah berkas rekam medis tersebut menerima mutu perlengkapan berkas.
B. Analisa Kuantitas (Jumlah/Kelengkapan)
1. Pihak medis yang melaksanakan rekaman medis harus mengisi lembaran-
lembaran rekaman medis dengan benar, para perawat yang menyatukan
lembaran-lembaran formulir dan kronologis, jangan sampai ada lembaran yang
berceceran.
2. Petugas unit rekam medis berkewajiban menemukan hal-hal yang kurang dalam
perekaman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Indikator pelayanan rekam medis :
1. Pemberi pelayanan rekam medis
2. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan.
PELAYANAN PENUNJANG UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN PEDOMAN
PENYELENGGARAAN KEFARMASIAN PUSKESMAS RAWABOGO

STANDAR KETENAGAAN KEFARMASIAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Tenaga kefarmasian terdiri atas 1 orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab
dan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Tenaga Teknis
Kefarmasian yang dimaksud terdiri dari sarjana farmasi dan ahli madya farmasi.
2. Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat tanda
registrasi Apoteker (STRA) dan surat izin praktik kefarmasian.
3. Tenaga Teknis kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi (STRTKK) dan surat
izin praktek untuk melakukan pelayanan kefarmasian.
4. Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan kompetensinya.
Upaya peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian dapat dilakukan melalui
pengembangan profesional berkelanjutan.

B. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelayanan Farmasi sama dengan jadwal pelayanan di Puskesmas

STANDAR FASILITAS KEFARMASIAN

A. Denah Ruangan
1. Ruang Farmasi
2. Gudang Farmasi (Ruang Penyimpanan Obat dan BMHP)

B. Standar Fasilitas
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas
meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1(satu) set meja
dan kursi, Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan rak Obat sesuai kebutuhan dan meja
peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air
minum (air mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, etiket dan label Obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini
diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup dilengkapi dengan
pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, Ruang penyerahan
Obat dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

4. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas serta cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi
dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus,
pengukur suhu, dan formulir monitoring suhu.

Istilah “ruang” di sini tidak harus diartikan sebagai wujud “ruangan” secara fisik,
namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi tersebut
disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat digabungkan lebih dari 1
(satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang jelas antar fungsi.

TATALAKSANA PELAYANAN KEFARMASIAN

A. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan
dan evaluasi.
Tujuan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen,
dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Koordinator Ruang Farmasi di
Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjamin terlaksananya
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang baik.
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Perencanaan
merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang mendekati kebutuhan;
b. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional;
c. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses
seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode
sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses
seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini
harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi,
bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat
dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kota atau kabupaten akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan
Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
Tahapan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai adalah sebagai berikut:
a. Menyeleksi Sediaan Farmasi dengan mengacu kepada Formularium Obat
Puskesmas yang telah disesuaikan dengan Formularium Nasional untuk PPK 1
keluaran terbaru oleh Kementerian Kesehatan;
b. Melihat data menggunakan metode konsumsi Sediaan Farmasi periode
sebelumnya;
c. Membuat daftar Rencana Kebutuhan obat setiap akhir tahun untuk kebutuhan
obat di tahun berikutnya berdasarkan pola konsumsi rata rata setiap bulan;
d. Menganalisa data pemakaian obat dan bahan medis habis pakai bulan
sebelumnya;
e. Menghitung kebutuhan obat dengan memperhitungkan waktu kekosongan obat,
buffer stok sebanyak 10-20% serta menghindari stok berlebih
f. Menyesuaikan perkiraan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai bulan
berikutnya dengan sisa stok obat;
g. Menghitung dengan rumus rencana pengadaan puskesmas tahunan

2. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan.
Tahapan permintaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
adalah sebagai berikut:

a. Menginput resep dan mutasi ruangan ke dalam Sistem Informasi Puskesmas


(SIMPUS)
b. Menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang
telah disetujui oleh Kepala Puskesmas secara online
c. Mengajukan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai tambahan
kepada UPTD Perbekalan Farmasi apabila dibutuhkan di luar Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
d. Mengajukan permohonan pembelian kepada Kepala Puskesmas untuk kemudian
diteruskan kepada pejabat pengadaan barang Farmasi apabila terdapat sediaan
farmasi yang tidak disediakan oleh UPTD Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan.

3. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai
dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan
jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO,
ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila
tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan.
Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan
dengan periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satubulan.
Tahapan penerimaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengecekan terhadap sediaan barang farmasi dan Bahan Medis


Habis Pakai yang diterima baik dari Dinas Kesehatan ataupun dari Pedagang
Besar Farmasi, mencakup jumlah kemasan, jenis, jumlah obat, bentuk obat, dan
tanggal kedaluwarsa obat,
b. Melakukan pengecekan kedaluwarsa sediaan farmasi minimal disesuaikan
dengan periode pengelolaan dipuskesmas ditambah dengan satu bulan untuk
barang dari UPTD Perbekalan Farmasi dan minimal dua tahun untuk barang
dengan pembelian sendiri menggunakan dana BLUD
c. Dapat mengajukan keberatan apabila sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima tidak memenuhi persyaratan,
d. Menandatangani Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dari Dinas Kesehatan
ditandatangani oleh petugas pemberi dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
e. Menandatangani surat pengiriman barang dari Pedagang Besar Farmasi untuk
barang dengan pengadaan sendiri Bila tidak memenuhi syarat maka petugas
penerima dapat mengajukan retur.
4. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan


suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas
dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan;
b. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
d. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
f. Obat-obat emergensi harus tersedia untuk mengatasi jika terjadi kedaruratan
dalam pelayanan kesehatan serta harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan
segera diganti jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi

DAFTAR OBAT EMERGENSI DI UNIT PELAYANAN

Unit
Pelayanan
N Nama Obat Ruang Ruang
o KIA/KB Kesehatan
IGD Vaksinasi
dan Gigi dan
imunisasi Mulut
Dexametasone
1 √ √ √ √
injeksi
Difenhidramin
2 √ √ √ √
injeksi
3 Epinefrina HCl √ √ √ √
Natrium Klorida
4 √ √ √ √
Infus 0.9%
MgSO4 20 % 25
5 √
ml
MgSO4 40 % 25
6 √
ml
Penyimpanan, pelabelan dan penyiapan obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau
obat-obat dengan nama generik maupun merk dagang yang rupa atau nama (bunyi) hampir
sama dengan obat lain pada tempat yang terpisah dan tidak berdekatan, walaupun terletak
pada kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan minimal 1 atau 2 (satu atau dua)
obat dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya dan diberikan label yang jelas.

DAFTAR OBAT LASA PUSKESMAS RAWABOGO


N KEMASAN OBAT HAMPIR SAMA (LOOK ALIKE)
O
1 Amlodipine Besilate 10 Domperidone Maleat 10 mg
mg
2 Metformin 500 mg Ranitidine HCl 150 mg
3 Natrium Diklofenak 25 mg Hyoscine Butylbromide 10
mg
4 Parasetamol 500 mg Kalsium Laktat 500 mg

NO NAMA OBAT MIRIP UCAPAN (SOUND


ALIKE)
1 Amlodipine Nifedipine
2 Amlodipine 5 mg Amlodipine 10 mg
3 Amoksisilin 250 mg Amoksisilin 500 mg
4 Asiklovir 200 mg Asiklovir 400
5 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg
6 Glimepiride 1 mg Glimepiride 2 mg
7 Hidrokortison Betametason
8 Ibuprofen 200 mg Ibuprofen 400 mg
9 Klindamisin 150 mg Klindamisin 300 mg
10 Kotrimoxazole 480 mg Kotrimoxazole 960 mg
11 Mikonazole Ketokonazole
12 Natrium Diklofenak 25 Natrium Diklofenak 50
mg mg
Tahapan penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
sebagai berikut:
a. Memastikan tempat penyimpanan obat kering, tidak lembab, dan terhindar dari
cahaya matahari langsung.
b. Mengisi ceklis suhu berdasarkan suhu yang tertera pada termometer ruangan
dan hygrometer.
c. Mengklasifikasikan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima berdasarkan
nama, bentuk kemasan, dan bentuk sediaan.
d. Menyusun sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai didalam rak gudang
obat sesuai dengan bentuk kemasan dan sediaan.
e. Menyimpan obat psikotropika dan narkotika didalam lemari terkunci dua pintu.
f. Menyimpan sediaan farmasi yang kestabilan nya pada suhu 2-80C kedalam
lemari es.
g. Memisahkan sediaan farmasi yang mudah terbakar ditempat terpisah.

h. Mengatur penyimpanan obat berdasarkan secara alphabetis dan farmakologis


dengan system penataan First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO).
i. Pemberian tanda pada obat yang mendekati kadaluarsa, untuk obat yang kurang dari
12 bulan sebelum kadaluarsa (tahun berjalan) ditempel kertas post it warna merah dan
tanda untuk obat 12-24 bulan sebelum kadaluarsa ditempel kertas post it warna kuning
j. Mencatat obat dan perbekalan kesehatan yang telah disusun kedalam kartu stok
obat dengan mencantumkan jumlah, batch dan waktu kedaluwarsa obat pada
kartu stok.
k. Memastikan penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang dapat menyebabkan kontaminasi.
l. Mencocokkan kembali fisik obat dan alkes dengan kartu stok dan SBBK (Surat
Bukti Barang Keluar).

5. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai Pendistribusian


Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah
dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain Sub unit pelayanan
kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas dan Posyandu. Pendistribusian ke sub unit
(ruangan pelayanan, UGD, dan lain-lain) dan Posyandu dilakukan dengan cara
penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
Tahapan pendistribusian sediaan farmasi adalah sebagai berikut:
a. Menerima sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari UPTD Perbekalan
Farmasi maupun melalui pembelian sendiri menggunakan dana BLUD.
b. Mendistribusikan ke ruangan sesuai permintaan pada Lembar Permintaan dan
Laporan Pemakaian (LPLPO) Sub Unit atau permintaan yang sifatnya incidental.
c. Mencatat Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang didistribusikan ke
ruangan kedalam buku register berisi nama sediaan farmasi, jumlah, nomor batch
dan tanggal kedaluwarsa.
d. Meminta paraf penerima sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di buku
distribusi sub unit.

6. Pemusnahan dan penarikan


Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi yang tidak
memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang- undangan dilakukan oleh pemilik
izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. telah kadaluwarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri
dari:
a. Melakukan inventarisasi sediaan Farmasi dan Bahan Medis yang akan
dimusnahkan;
b. Memisahkan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak berdasarkan bentuk
sediaan;
c. Memisahkan obat kedaluwarsa atau rusak golongan narkotika/psikotropika;
d. Membuat berita acara khusus penyerahan obat narkotika dan psikotropika yang
sudah kedaluwarsa kepada Perbekalan

Farmasi Dinas Kesehatan untuk dapat dilakukan pemusnahan oleh Dinas


Kesehatan;
e. Menyiapkan administrasi berupa laporan Berita Acara Pemusnahan sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang bukan golongan
narkotika/psikotropika;
f. Melengkapi waktu dan tempat pemusnahan, nama dan jumlah sediaan farmasi,
nama Apoteker penanggung Jawab Ruang Farmasi, Nama saksi dalam
pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi pada Berita Acara Pemusnahan;
g. Menentukan jadwal pemusnahan dengan menghubungi pihak ketiga sebagai
pihak pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
h. Bersurat kepada Dinas Kesehatan untuk dapat menjadi saksi pada pemusnahan
untuk obat narkotika/ psikotropika;
i. Melakukan proses penyerahan kepada pihak ketiga untuk dapat dilakukan
pemusnahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

7. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan;
b. Pengendalian penggunaan; dan
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kedaluwarsa.

Tahapan pengendalian sediaan farmasi adalah sebagai berikut:


a. Menginput resep kedalam sistem informasi puskesmas (SIMPUS);
b. Mengambil data dari LPLPO untuk mendapatkan rekap penggunaan obat dan
Bahan Medis Habis Pakai setiap bulannya ;
c. Mengecek ketersediaan obat di UPTD Perbekalan Farmasi melalui sistem
informasi puskesmas (SIMPUS) untuk mengidentifikasi obat apa yang harus
diadakan sendiri menggunakan dana BLUD;
d. Membuat usulan pembelian obat dengan menggunakan dana BLUD apabila
terdapat sediaan Farmasi Atau Bahan Medis Habis Pakai yang tidak tersedia di
UPTD Perbekalan Farmasi dengan disetujui oleh kepala puskesmas dan Kepala
UPTD Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan.

8. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah
a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telahdilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

Tahapan pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi adalah sebagai berikut:


a. Menerima dan mencatat laporan kejadian Efek Samping Obat (ESO) dan
Kejadian Tidak diharapkan (KTD) beserta Langkah-langkah tindakan medis dan
non medis yang telah dilakukan;
b. Memberitahukan kepada pasien agar memantau efek samping yang terjadi
apakah mengalami perbaikan atau keadaannya menjadi lebih parah;
c. Memberitahukan kepada pasien jika efek samping menjadi lebih parah segera
kembali ke sarana pelayanan kesehatan, bila perlu dirujuk;
d. Merekap hasil pencatatan indikasi terjadinya ESO dan langkah medis yang telah
dilakukan;
e. Merekap data laporan Efek Samping Obat dan Kejadian Tidak Diharapkan setiap
bulannya;
f. Menyerahkan laporan Efek Samping Obat dan Kejadian Tidak Diharapkan
kepada Penanggung Jawab Upaya Perorangan.
9. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas
maupun pemerataan pelayanan;
b. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai; dan
c. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
d. Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur
Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan
di tempat yang mudah dilihat. Contoh standar prosedur operasional sebagaimana
terlampir.

10. Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium

Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium adalah kegiatan untuk proses


yang sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana ketersediaan obat terhadap
Formularium Puskesmas telah tercapai.
Tahapan evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium adalah sebagai
berikut:

a. Mengumpulkan data jenis dan jumlah obat di Puskesmas yang tersedia


selamasatu bulan
b. Menghitung data jenis dan jumlah obat di Puskesmas yang masuk
dalamformularium selama satu bulan (A);
c. Menghitung total jumlah obat puskesmas yang tercantum di formularium (B);
d. Menghitung prosentase antara jumlah obat di puskesmas yang sesuai
formularium dengan total obat yang tercantum di formularium (A/B * 100
%)= C%;

e. Menyampaikan hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium kepada


kepala puskesmas;
f. Menyampaikan kepada penulis resep apabila terdapat obat yang tidak
tersediabeserta saran obat pengganti;
g. Menindaklanjuti hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium apabila
hasil prosentase kecil kepada Kepala Puskesmas.

11. Evaluasi Kesesuaian Peresepan terhadap formularium

Evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium adalah kegiatan yang


sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana kesesuaian resep dengan
formularium Puskesmas telah tercapai yaitu daftar obat yang digunakan oleh
puskesmas yang berisi panduan terapi pasien, biasanya berisi nama obat generik
dikelompokkan dalam terapi penyakit disertai dengan beberapa alternative.
Tahapan evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium adalah sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan data tentang jenis obat yang tertulis diresep tetapi tidak tersedia
di Formularium Puskesmas setiap bulan;
b. Menghitung jumlah jenis obat yang masuk dalam Formularium Puskesmas
dikurangi dengan yang tidak masuk kedalam formularium (A);

c. Menghitung jumlah jenis obat di Puskesmas yang tercantum di Formularium (B);


d. Menghitung persentase kesesuaian peresepan obat dengan Formularium (C) =
A/B x 100%;
e. Melaporkan hasil evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium kepada
kepala Puskesmas;
f. Menindak lanjuti hasil evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium
apabila hasil prosentase kecil dengan melaksanakan pertemuan evaluasi
peresepan terhadap penulis resep.

B. Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang


langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan
efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai;
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yangterkait dalam Pelayanan Kefarmasian;
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:


1. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,


persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun
rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:


a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaa
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat).

Persyaratan klinis meliputi:


a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
d. Kontra indikasi.
e. Efek adiktif.

Pelayanan Resep termasuk kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian


Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi
dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian, dengan tujuan:

a. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk


memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO):


a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro
aktifdan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon,surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain- lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sumber informasi Obat.
b. Tempat
c. Tenaga
d. Perlengkapan.
Tahapan pemberian informasi penggunaan obat adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan informasi obat kepada pasien mengenai jumlah, jenis dan
kegunaan masing-masing obat;
b. Menyampaikan bagaimana cara memakai /menggunakan obat;
c. Menyampaikan waktu mengkonsumsi /menggunakan obat, sebelum dan
sesudah makan;
d. Menyampaikan dosis yang diberikan;
e. Menyampaikan frekuensi penggunaan obat untuk obat yang memerlukan
rentang jam penggunaan ;
f. Menyampaikan peringatan atau efek samping obat, untuk obat yang memiliki
efek samping dengan perhatian khusus;
g. Menyampaikan bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
untuk obat yang memiliki efek samping dengan perhatian khusus;
h. Menyampaikan tata cara penyimpanan obat terutama untuk obat yang harus
dengan penyimpanan khusus;
i. Memastikan pasien memahami informasi obat yang disampaikan petugas
farmasi;
j. Meminta paraf pasien atau keluarga pasien penerima obat dan informasi obat.

3. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah


pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan, serta keluarga
pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas,
cara penyimpanan dan penggunaan Obat.

Kegiatan Konseling:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya
apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa
efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:


a. Kriteria pasien:
1) Pasien rujukan dokter.
2) Pasien dengan penyakit kronis.
3) Pasien geriatrik.
b. Sarana dan prasarana:
1) Ruangan atau tempat khusus untuk pelaksanaan konseling.
2) Formulir catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat


risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial,
karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana
menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
4. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan


atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:

a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:

a. Menganalisis laporan efek samping Obat.

b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi


mengalami efek samping Obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:


a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

5. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan


dengan obat yang telah didapat pasien. RekonsiliasI dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan pelayanan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis dan interaksi obat.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah :
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasi instruksi dokter
c. Mengidentifikasi ketidaksesaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
d. Sebagai acuan memastikan informasi akurat tentang obat yang digunakan
pasien, mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter, serta mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya
instruksi dokter.

Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu :


a. Pengumpulan data mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan
akan digunakan pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai
diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan.
b. Komparasi, yaitu membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
d. Melakukan komunikasi dengan pasien dan atau keluarga pasien mengenai
perubahan terapi yang terjadi.

PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya


masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan
pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan program pengendalian mutu
pelayanan kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu sesuai standar.
2. Pelaksanaan, yaitu:
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
b. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.

3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:


a. melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
b. meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk memastikan


bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh
tenaga kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk
mengoptimalkan hasil pemantauan.
Beberapa monitoring pelayanan yang dipakai untuk menilai mutu pelayanan kefarmasian
antara lain:

1. Pemberi pelayanan obat

2. Ketersediaan fasilitas dan peralatan pelayanan obat sesuai standar Puskesmas

3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat

Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian, dilakukan evaluasi.
Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui metode berdasarkan
waktu, cara, dan teknik pengambilan.

PEDOMAN PENYELENGGARAAN LABORATORIUM

STANDAR KETENAGAAN LABORATORIUM

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Jenis/Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Pelaksana di Laboratorium Puskesmas
RAWABOGOadalah sebagai berikut:

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah


1 Penanggung Jawab Dokter Umum 1
2 Tenaga Teknis ATLM ( DIII ) 2
Ketentuan lainnya:
Uraian tugas
1. Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas
Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab:
a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium
b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi
kegiatanlaboratorium
d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu

2. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP, tata kerja dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh kepala puskesmas
b. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dengan melaksanakan upaya
pelayanan laboratorium dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian/standar
profesi dan kewenangannya
c. Membuat pencatatan dan pelaporan serta visualisasi data yang perlu secara baik,
lengkap, serta dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan informasi dan
pertanggungjawaban kepada kepala puskesmas
d. Melaksanakan evaluasi hasil kinerja kegiatan beserta kepala puskesmas
menyusun perencanaan upaya pelayanan laboratorium
e. Melaksanakan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3 laboratorium)
f. Menyiapkan bahan rujukan spesimen
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala puskesmas

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan pelaksanaan pelayanan / kegiatan sesuai dengan tupoksi


dan hasil kesepakatan bersama dengan penanggungjawab kepala puskesmas dan pemegang
program

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelayanan laboratorium :


1. Hari Senin s/d Sabtu : Pukul 08.00 s/d 14.00 WIB

2. Hari Minggu / cuti bersama / hari libur nasional : TUTUP


STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Persyaratan Ruangan Laboratorium Puskesmas

Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan
laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan Laboratorium Puskesmas.RAWABOGO

Persyaratan sarana/ruangan Laboratorium Puskesmas dan kondisi Laboratorium


Puskesmas RAWABOGO adalah sebagai berikut:
KONDISI KONDISI
NO MS TMS REKOMENDASI
STANDAR PUSKESMAS
1 Ukuran ruang √
minimal 3x4 m², ,
kebutuhan luas
ruang disesuaikan
dengan jenis
pemeriksaan yang
diselenggarakan
oleh Puskesmas
2 Langit-langit √
berwarna terang
dan mudah
dibersihkan.
3 Dinding berwarna √
terang,harus keras

tidak berpori,kedap air,


dan mudah
dibersihkan serta
tahan terhadap bahan
kimia (keramik).
4 Lantai harus terbuat √
dari bahan yang tidak
licin,tidak berpori,
warna terang,dan
mudah dibersihkan
serta tahan terhadap
bahan kimia (epoxi,
vinyl)
5 Pintu disarankan Hanya memiliki satu √
memiliki lebar bukaan daun pintu
minimal 100 cm yang
terdiri dari dua daun
pintu dengan ukuran
80 cm dan 20 cm.
Hanya terdiri dari 1
daun pintu
6 Disarankan disediakan √
akses langsung
(lubang/celah) bagi
pasien untuk
memberikan sampel
dahak.
7 Kamar kecil/WC √
pasien laboratorium
dapat bergabung
dengan WC
pasien Puskesmas.

Ket : MS : Memenuhi Syarat


TMS : Tidak Memenuhi Syarat

DENAH RUANGAN LABORATORIUM


B. Standar Fasilitas

Fasilitas laboratorium Puskesmas RAWABOGO

1. Fasilitas dan sarana

Laboratorium puskesmas RAWABOGO berlokasi di lantai bawah bangunan puskesmas


Induk, diarea layanan di dalam ruangan tersebut terdiri dari :

NO NAMA BARANG JUMLAH

1 Meja administrasi 1
2 Kursi 3
3 Kotak mikroskop 1
4 Lemari reagen 1
2. Peralatan

NO NAMA ALAT JUMLAH


1 Komputer 1 set
2 Printer 1
3 Mikroskop 1
4 Fotometer Mindray BA-88A 1
5 Orbital Shaker 1
6 Centrifuge 1
7 Alat GeneXpert 1 Set
8 Lemari Es 1
9 Hematology Analyzer 1
10 Alat Accu-Check 1
11 Alat Benecheck 1
12 Termometer ruangan 1
13 Termometer kulkas 1
14 Mikropipet 6
TATA LAKSANA PELAYANAN LABORATORIUM

1. JENIS JENIS PELAYANAN LABORATORIUM DI PUSKESMAS RAWABOGO


Menentukan jenis jenis pemeriksaan laboratorium yang dapat dilaksanakan di Puskesmas
RAWABOGO , sebagaimana terlampir

NO SPESIMEN JENIS PEMERIKSAAN

1 Darah Hematologi:

● Darah Rutin
● Golongan Darah

Kimia Darah :
● Gula Darah
● Cholesterol Total
● Trigliserida
● Asam Urat

Serologis:
● Widal

● HbsAg
● HIV
● Sifilis

2 Urine ● Protein Urine


● Reduksi Urine
● Test Kehamilan

3 Mikrobiologi ● BTA ( Bakteri Tahan Asam)


● TCM (GeneXpert)
2. PERMINTAAN PEMERIKSAAN, PENERIMAAN SPESIMEN, PENGAMBILAN
DAN PENYIMPANAN SPESIMEN

Permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan dan penyampaian


spesimen di Laboratorium Puskesmas RAWABOGO dilaksanakan dengan ketentuan:
Permintaan pemeriksaan dilakukan oleh dokter/bidan atau tenaga kesehatan lainnya
berdasarkan indikasi pemeriksaan klinis agar dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium.
● petugas melakukan pengambilan sampel sesuai dengan pemeriksaan
● petugas mengelola sampel sesuai dengan jenis sampel yang diambil

3. PELAYANAN DI LUAR JAM KERJA PUSKESMAS RAWABOGO


Memberlakukan standar operasional layanan di luar jam kerja sesuai dengan jadwal dan tenaga yang
diperlukan serta menyiapkan pemeriksaan yang diperlukan oleh pelaksana kegiatan

4. TENTANG PEMERIKSAAN LABORATORIUM BERESIKO TINGGI


Menentukan pemeriksaan laboratorium beresiko tinggi di Puskesmas RAWABOGO :

a. kebijakan umum :
● Pelayanan harus berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien
● petugas laboratorium harus bekerja sesuai dengan standar profesi, etika profesi, SOP
yang berlaku dan menghormati hak pasien
● petugas laboratorium wajib mematuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja atau
K3 dengan memakai alat pelindung diri secara lengkap
b. ketentuan khusus :
● Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, petugas harus menginformasikan
rencana tindakan kepada pasien atau keluarga
● setiap pasien berhak mengambil keputusan mengenai rencana tindakan yang akan
dilakukan
● dalam pelayanan harus mengutamakan dan menghormati hak pasien

5. WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


UNTUK PASIEN URGEN (CITO)

Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan jenis

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, khusus untuk pasien urgent atau cito waktu

penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium harus didahulukan dari pasien lainnya..

6. WAKTU PENYAMPAIAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DI PUSKESMAS


RAWABOGO
Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan Surat Keputusan
Standar Pelayanan bahwa penyerahan hasil laboratorium yaitu ≤1 jam, dan dilakukan
pengukuran waktu penyampaian hasil oleh tim Mutu didapatkan hasil waktu penyampaian
yaitu 25 menit.
7. TENTANG JENIS REAGENSIA ESENSIAL DAN BAHAN LAIN YANG HARUS
TERSEDIA DI LABORATORIUM PUSKESMAS RAWABOGO
Menentukan reagen esensial dan bahan lain yang harus tersedia sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini

JENIS REAGENSIA DAN BAHAN LAIN YANG HARUS ADA

HEMATOLOGI URINALISA

- Diluent - Strip Urine (Dilakukan


- Lyse penyimpanan sesuai dengan
- Cleaner suhu ruang 2- 30⁰C)
- Strip Hb

- Sel kontrol Hematologi


MIKROBIOLOGI
(Dilakukan penyimpanan sesuai
dengan suhu ruang 2-30⁰C - Cartridge

Untuk kontrol hematologi disimpan di (Dilakukan penyimpanan


suhu kulkas 2-8⁰C) sesuai dengan suhu ruang 2-
30⁰C)
- Buffer diluent TCM
(Dilakukan penyimpanan
sesuai dengan suhu ruang 2-
30⁰C)
- Reagen Ziehl Nielsen

(disimpan disuhu 15-25⁰C)

- Imersi Oil

(Dilakukan penyimpanan
sesuai dengan suhu ruang 2-
30⁰)

KIMIA KLINIK SEROLOGI

- Strip Gula Darah - Test Kehamilan


- Strip Cholesterol Total - WIDAL Test Dilakukan
- Reagen Trigliserida penyimpanan suhu kulkas 2 -
- Strip Asam Urat 8⁰C)

- Sifilis Rapid
- HBsAg Rapid
- Anti HIV Rapid
- Golongan Darah (Anti
A,B,AB,D )
BAHAN HABIS PAKAI :
1. Aquadest
2. Alkohol 70 %
3. Kertas lensa
4. Tip Kuning & Tip Biru
5. Object glass
6. Pot Dahak / sputum
7. Pot urine
8 Tabung reaksi
9. Tissue
10. Torniquet
11 Spuit 3 cc
12. Spuit 1 cc
13. Lancet & autoclick
14. Ok-plast
15. Tabung EDTA
16. Kapas
17. Alkohol swab
18.Tusuk Gigi
19. Tusuk Sate
20. Pipet Plastik
(Dilakukan penyimpanan sesuai dengan suhu ruang 2-30⁰C)
● Dilakukan pelabelan pada saat penerimaan reagen baru dari unit farmasi dengan
memberilabel warna :

: reagen dengan masa expired < 3 bulan

: reagen dengan masa expired > 4 bulan - 1 tahun

: reagen dengan masa expired > 1 tahun

8. PENENTUAN BATAS BUFFER STOCK UNTUK MELAKUKAN PEMESANAN


PADA LABORATORIUM PUSKESMAS RAWABOGO
Menentukan batas buffer stok reagensia dan bahan habis pakai sebagaimana terlampir
dalam keputusan ini
Buffer stok reagensia dan bahan habis pakai laboratorium ditentukan dengan cara
sebagai berikut :

JUMLAH KEBUTUHAN TAHUN


SEBELUMNYA + PENGULANGAN (10%)
➔ + QC (10%) + BUFFER STOCK (25%)

TOTAL KEBUTUHAN 2023

9. RENTANG NILAI YANG MENJADI RUJUKAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


NILAI
JENIS SATUAN NILAI NORMAL
KRITIS
PEMERIKSAAN
LAKI - LAKI PEREMPUAN

Hemoglobin g/dl 13.0 – 18.0 12.0 – 16.0 <5.0


> 20
< 2.500
Lekosit /mm3 3.200 – 10.000 >50.000

Hematokrit % 40 - 50 35 – 45
<20.000
Trombosit /mm3 170.000 – 380.000
>1.000.000
Juta
Eritrosit 4,4 – 5,6 3,8 – 5,0
/mm3
MCV Fl 80 –
100
MCH pg 28 – 34
MCHC % 32 - 36
Golongan Darah
Basofil % 0–2
Eosinofil % 0-6
Batang % 0 – 12
Segmen % 36 –73
Limfosit % 15– 45
Monosit % 0 – 11
JENIS
SATUAN NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
Widal
S.Typhi H NEGATIF
S.Paratyphi AH NEGATIF
S.Paratyphi BH NEGATIF
S.Paratyphi CH NEGATIF

S.Typhi O NEGATIF
S.Paratyphi AO NEGATIF
S.Paratyphi BO NEGATIF
S.Paratyphi CO NEGATIF

JENIS
SATUAN NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
HBsAg NON REAKTIF
Anti HIV NON REAKTIF
Sifilis Rapid NON REAKTIF

JENIS
SATUAN NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
LAKI - LAKI PEREMPUAN
Gula Darah Sewaktu mg/dl < 200
Gula Darah Puasa mg/dl < 70 - 100
Asam Urat mg/dl 3.4 – 7.0 2.4 – 5.7
Kolesterol Total mg/dl < 200
Trigliserida mg/dl < 150

JENIS
SATUAN NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
Warna Kuning Muda
Kekeruhan Jernih
Berat Jenis 1.016 – 1.030
Ph 4,6 –
8,5
Albumin Negatif
Protein Urine Negatif
Glukosa Urine Negatif
Keton Negatif
Bilirubin Negatif
Darah Samar Negatif
Nitrit Negatif
Urobilinogen Negatif
10. PENGENDALIAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH BERBAHAYA DI PUSKESMAS
RAWABOGO
Pengendalian dan pembuangan di Puskesmas RAWABOGO meliputi :
a. Tahap pemilahan :
- Limbah medis
- Limbah non-medis

b. Tahap pengumpulan
- Pengadaan dan penataan tempat penampungan di tiap ruangan
- Mobilisasi harian ke TPS
- Pengangkutan limbah non-medis dan limbah medis

c. Tahap pengelolaan limbah


- Limbah padat terdiri dari sampah umum, sampah khusus, limbah
Infeksius, limbah kimia, limbah B3 dan limbah plastik
Fasilitas pembuangan limbah padat :
1. Tempat Pengumpulan Sampah
2. Tempat Penampungan Sampah Sementara
3. Tempat Pembuangan Sampah Akhir

- Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair
infeksius dan limbah cair kimia
- Limbah infeksius, sampah B3 dikelola dengan bekerja sama dengan perusahaan
penyedia jasa yang khusus bergerak di limbah medis
- Sampah umum dibuang ke tempat pembuangan akhir.
- Limbah cair infeksius dikelola sesuai dengan ketentuan pembuangan air limbah
(IPAL)

11. PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM PUSKESMAS RAWABOGO


1) Memberlakukan pengendalian mutu laboratorium
2) Memberlakukan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemantapan Mutu
Internal (PMI)
3) Memberlakukan Standar Prosedur Operasional Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

12. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL DAN EKSTERNAL LABORATORIUM


PUSKESMAS RAWABOGO
1) Pengendalian mutu laboratorium menjadi tanggung jawab Kepala Puskesmas,
Penanggun jawab Laboratorium dan semua pelaksana di Puskesmas
2) pengendalian mutu laboratorium disusun berdasarkan jenis pemeriksaan
laboratorium dan ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan dan sesuai
dengan perundang undangan yang berlaku.
BAB V

LOGISTIK

Logistik dalam pelayanan klinis sebagai berikut :

1. Rekam medik pasien, sebagai catatan riwayat penyakit dan perjalanan pengobatan.
2. Bahan medis habis pakai, petugas kesehatan akan menulis pada blangko permintaan bahan
medis habis pakai yang dibutuhkan. Petugas obat akan menyediakan bahan medis habis
pakai yang diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan bahan medis habis pakai dalam setahun
pengelola obat akan membuat Rencana Kebutuhan Obat dimana didalamnya termasuk juga
kebutuhan bahan medis habis pakai.
3. Bahan obat-obatan, untuk prosedur sama dengan prosedur bahan medis habis pakai.
4. Form yang di butuhkan untuk memperlancar kegiatan pelayanan klinis :
● Form Surat Identitas Pasien
● Form Surat Persetujuan Umum (General Concent)
● Form Surat Hak dan Kewajiban Pasien
● Form Skrining Visual Pasien
● Form Kajian Awal Rawat Jalan
● Form Daftar Ringkasan Rawat Jalan
● Form Triase UGD
● Form Status Lokalis/Pemeriksaan Fisik
● Form Surat Rujukan
● Form Monitoring Pasien Selama Proses Rujukan
● Form Cek List Persiapan Pasien Rujukan
● Form Surgical Safety Checlist
● Form Lokal Pemantauan Anastesi
● Form Laporan Operasi Bedah Minor
● Form Penandaan Area Operasi (Site Marking)
● Form Informed Consent
● Form Laporan Tindakan
● Form Odontogram
● Form Kartu Bayi
● Form Kartu Ibu
● Form Pencatatan Bayi Muda Umur Kurang Dari 2 Bulan
● Form Pencatatan Balita Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun
● Form Hasil Laboratorium
● Form Pemeriksaan Laboratorium HBSAg
● Form Pemeriksaan Laboratorium IMS
● Form Pemeriksaan Laboratorium HIV
● Form Pemeriksaan PTM
● Form Skrining Gizi Awal
● Form Catatan Asuhan Gizi
● Form Monitoring Kepatuhan Kebersihan Tangan
Form yang digunakan oleh UKP adalah sebagai berikut :

Form Surat Identitas Pasien

LAMPIRAN FORM
SEBAGAI BERIKUT

Form Surat Persetujuan Umum (General Form Surat Hak dan Kewajiban Pasien
Concent)
Form Skrining Pasien Form Kajian Awal Rawat Jalan

Form Daftar Ringkasan Rawat Jalan Form Triase UGD


Form Status Lokalis/Pemeriksaan Fisik Form Surat Rujukan

Form Monitoring Pasien Selama Proses Form Cek List Persiapan Pasien
Rujukan Rujukan
Form Surgical Safety Checlist Form Lokal Pemantauan Anastesi

Form Laporan Operasi Bedah Minor Form Penandaan Area Operasi (Site
Marking)
Form Informed Consent Form Laporan Tindakan

Form Odontogram Form Kartu Bayi


Form Kartu Ibu
Form Pencatatan Bayi Muda Umur Kurang
Dari 2 Bulan

Form Pencatatan Balita Sakit Umur 2 Bulan


Sampai 5 Tahun
Form Hasil Laboratorium Form Pemeriksaan Laboratorium HBSAg

Form Pemeriksaan Laboratorium IMS


Form Pemeriksaan Laboratorium HIV

Form Pemeriksaan PTM


Form Skrining Gizi Awal Form Catatan Asuhan Gizi

Form Monitoring Kepatuhan Kebersihan


Tangan
STANDAR DAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS RAWABOGO

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Keselamatan
Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas


pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang
disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
menyelenggarakan Keselamatan Pasien. Penyelenggaraan Keselamatan Pasien sebagaimana
dimaksud pada fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan
yang menerapkan:

● standar keselamatan pasien


● sasaran keselamatan pasien dan
● tujuh langkah menuju keselamatan pasien

Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi:
1. asuhan pasien lebih aman, melalui upaya yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko pasien
2. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insiden
3. implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Standar Keselamatan Pasien menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien meliputi tujuh
pernyataan standar keselamatan pasien yaitu:
1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarganya
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Adapun sasaran keselamatan pasien adalah :

Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien

Proses Identifikasi pasien dilakukan dengan benar.


Salah Identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas Baik pada proses pelayanan sebagai
akibat dari kelalaian petugas, kondisi kesadaran , kondisi lain yang memyebabkan terjadinya salah
identitas.
Proserdur identitas pasien perlu disusun termasuk identifikasi pasien pada kondisi tertentu,
misalnya pasien tidak dapat menyebutkan identitas karena penurunan kesadaran,gangguan jiwa,
datang tanpa identitas yang jelas ,dua nama yang sama atau mirip.
Identitas dilakukan minimal dengan dua cara ,antara lain nama lengkap,alamat dan atau
tanggal lahir. Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari skrining,pada saat
pendaftaran, setiap melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan dan pemberian obat.

Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif

Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dalam pemberian asuhan ditetapkan dan
dilaksanakan.
Kesalahan pembuatan keputusan klinis dan pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi
yang tidak efektif dalam proses asuhan pasien. Komunikasi yang efektif ,tepat waktu akurat lengkap
jelas dan dapat di pahami penerima, mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan
keselamatan pasien.
Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan antara lain : terjadi pada saat pemberian perintah
secara verbal , pemberian perintah verbal melalui telpon , penyampaian hasil kritis pemeriksaan
penunjang diagnosis , salah terima antar shift ( operan antar shift ).
Komunikasi efektif perlu disusun dan diterapkan dalam penyampaian pesan verbal,pesan verbal
lewat telpon, penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis , serah terima pasien.
Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik SBAR ( Situation Background Assessment Recomendation )
Teknik SBAR dalam pelaksanaannya memperhatikan kesempatan untuk bertanya dan memberi
penjelasan menggunakan formulir baku dan berisi informasi yang harus disampaikan antara lain
tentang status kondisi pasien, pengobatan ,rencana asuhan
,tindak lanjut yang harus dilakukan.
Pelaksanaan komunikasi efektif verbal harus ditulis lengkap di baca ulang oleh petugas
penerima perintah dan di konfirmasi kepada pemberi perintah.
Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang angka normal secara mencolok
harus ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam
pelayanan penunjang kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Puskesmas.
Untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan komunikasi efektif maka perlu dilakukan
edukasi kepada karyawan dalam bentuk pelatihan, lokakarya , on the job training yang dianggap
efektif transfer skill dan pengetahuan terhadap peningkatan kompetensi karyawan dalam melakukan
komunikasi efektif.

Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)

Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya keselamatan
pasien.Kesalahan penggunaan obat-obatan yang perlu diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada
pasien.Obat yang perlu di waspadai (high alert ) adalah obat-obat yang dalam penggunaannya sering
menyebabkan kesalahan dan /atau kejadian sentinel, berisiko tinggi untuk penyalahgunaan, antara
lain; obat obatan psikoterapi, narkotika, dan obat- obatan dengan nama dan rupa mirip.

Kesalahan pemberian obat juga terjadi akibat adanya obat dengan nama dan rupa mirip
(look alike sound alike ). Prosedur obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama dan rupa mirip
meliputi: penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan, persiapan, penggunaan, psikotropika,
narkotika dan obat dengan nama atau rupa mirip.
Sasaran IV : Kepastian Tepat Pasien, Tepat prosedur, Tepat Lokasi pada pelaksanaan
tindakan medis

Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat diakibatkan oleh salah orang, salah
prosedur, salah lokasi atau sisi pada pemberian tindakan invasif atau tindakan pada pasien.
Puskesmas menetapkan tindakan operatif, tindakan invasif dan prosedurnya, yang meliputi semua
tindakan yang meliputi sayatan /insisi atau tusukan, pengambilan jaringan, pencabutan gigi
,pemasangan implan dan atau tindakan invasif yang lain yang menjadi kewenangan puskesmas
sebagai fasilitas pelayanan tingkat pertama.

Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan bertujuan untuk verifikasi benar orang ,benar
prosedur, benar lokasi / sisi, memastikan semua dokumen, persetujuan tindakan medis, rekam
medis, hasil pemeriksaan penunjang.

Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan prosedur melibatkan pasien

Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Cedera pada pasien dapat terjadi karena jatuh di fasilitas kesehatan. Risiko jatuh dapat terjadi pada
pasien dengan riwayat jatuh, penggunaan obat, minum minuman beralkohol, gangguan
keseimbangan, ganggguan visus, gangguan mental.

Penapisan dilakukan sesiuai dengan kebijakan dan prosedur yang disusun untuk
meminimalkan terjadinya risiko jatuh pada pasien rawat jalan. Penapisan Penilaian Risiko jatuh
pasien di Puskesmas RAWABOGO dilakukan pada saat pasien memasuki area Puskesmas oleh
Petugas Keamanan dan jika ada yang lolos di petugas keamanan petugas skrining akan kembali
memberikan penilaian risiko jatuh pasien dengan memberi kalung berwarna kuning kepada pasien
dengan risiko jatuh. Penilaian resiko jatuh di Puskesmas RAWABOGO menggunakan penilaian resiko
jatuh dengan GET UP AND GO TEST.

a. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan dududk dikursi , apakah pasien tampak tidak
seimbang (sempoyongan/limbung)

b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda


Keterangan :

Tidak beresiko : a dan b tidak ditemukan

Resiko Rendah : a atau b ditemukan

Resiko Tinggi : a & b ditemukan


BAB VI

KESELAMATAN KERJA

IDENTIFIKASI
N PENYEBAB UPAYA
RESIKO
O
1 Tertularnya Melalui Menetapkan standart SOP
infeksi dari pemeriksaan untuk APD.
sasaran fisikdan
tindakan klinis Melakukan koordinasi bersama
yang dilakukan pada saat sebelumkegiatan.

2 Benturan Fisik Penggunaan Menetapkan standart


selama sepatu atau pedoman untuk
kegiatan pakaian yang menjaminkenyamanan selama
tidaknyaman kegiatan,
3 Tertusuk Rasio sasaran Menetapkan standart APD
dan
Jarum petugas tidak untuk kegiatan.
seimbang
Melakukan kordinasi bersama
sehingga
untuk pembagianbeban kerja.
pembagian
beban kerja yang
tidak
sesuai.
4 Terpeleset atau luka Medan kerja Menetapkan standart pedoman
bendatajam yang untuk menjaminkenyamanan
licin dan selama kegiatan,
penggunaan
alatberat
5 Kecelakaan lalu Sasaran dengan Melibatkan ambulance untuk
lintas jarak jauh dan mempermudah aksesdan
berkordinasi
dengan

KESELAMATAN KERJA

A. Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan atau Keamanan Saran, Prasarana,

dan Peralatan Kesehatan

1. Peneraan atau kalibrasi peralatan kesehatan

2. Melengkapi perijinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan
3. Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
prasarana serta peralatan Kesehatan.
4. Melakukan Pembuatan SOP untuk pengoprasian, pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi
terhadap peralatan kesehatan
5. Sertifikasi personil petugas atau operator sarana dan prasarana kesehatan.
B. Pembinaan dan Pengawasan atau Penyesuaian Peralatan Kerja Terhadap Pekerja
1. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan pekerja
2. Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengendalian risiko ergonomi

C. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja


1. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang
memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
2. Pemantauan atau pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
secara rutin dan berkala
3. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki lingkungan kerja

D. Pembinaan dan Pengawasan Sanitair


Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasaran sanitair, yang
memenuhi syarat, meliputi:
1. Penyehatan makanan dan lingkungan
2. Penyehatan air
3. Penyehatan tempat pencucian
4. Penanganan sampah dan limbah
5. Pengendalian serangga dan tikus
6. Sterilisasi desinfeksi
7. Perlindungan radiasi
8. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan

E. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja


1. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
2. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
3. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
4. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD
F. Pelatihan atau Penyuluhan Keselamatan Kerja untuk Semua Pekerja
1. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh pekerja oleh petugas
yangtelah dilatih
2. Mengusulkan ke dinas kesehatan untuk mengadakan pelatihan kepada petugas K3 di
puskesmas.

G. Memberi Rokomendasi atau Masukan Mengenai Perencanaan, Pembuatan Tempat Kerja


dan Pemilihan Alat serta Pengadaannya terkait Keselamatan atau Keamanan
1. Melibatkan petugas K3 di dalam perencanaan, pembuatan, pemilihan serta pengadaan
sarana, prasana dan peralatan keselamatan kerja
2. Membuat evaluasi rekomendasi terhadap kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja

H. Membuat Sistem Pelaporan Kejadian dan Tindak Lanjutnya


1. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka
2. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka dan celaka

I. Pembinaan dan Pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran (MSPK)


1. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
2. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
3. Membuat SOP
4. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
5. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penaggulangan kebakaran

J. Membuat Evaluasi, Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan Keselamatan Kerja


yang Disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan Unit Teknis Terkait di Wilayah Kerja
Puskesmas
1. Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja
2. Data perijinan
3. Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja
4. Data pelatihan dan sertifikasi
5. Data petugas kesehatan puskesmas yang berpendidikan formal kesehatan kerja, sudah
dilatih kesehatan dan keselamatan kerja serta sudah dilatih tentang diaknosis Penyakit
Akibat Kerja (PAK)
6. Data kejadian nyaris celaka dan celaka
7. Data kegiatan pemantauan kegiatan lingkungan kerja
MONITORING, PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Monitoring
Monitoring pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di Puskesmas RAWABOGO
belumdapat dilakukan. Idealisnya dilakukan secara internal dan eksternal serta dipimpin langsung
oleh pimpinan puskesmas dan dilaksanakan setiap hari sementara itu monitoring eksternal
dilakukanDinas Kesehatan. Monitoring internal dapat diketahui melalui :
1. Tersedia lingkungan kerja yang aman, sehat, dan Produktif disemua bagian
2. Terhindarnya karyawan dari Penyakit Akibat Kerja
3. Tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diinginkan
4. Menurunnya KTD (Kejadian Tak Diinginkan) di Puskesmas
5. Tercipta dan meningkatnya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
6. Terciptanya dan terpenuhinya kepuasan pasien dan pengunjung

B. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan atau pendokumentasian dilakukan oleh masing- masing unit
di Puskesmas dan kegiatan secara keseluruhan dilakukan oleh penanggungjawab Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) dan dilaporkan pada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan.
Akan tetapi hal ini belum bisa dilakukan dikarenakan keterbatasan petugas yang memahami
K3.
BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

1. Penetapan area prioritas perbaikan pada pelayanan UKP


2. Pemantuan kinerja pada area prioritas dengan indicator yang ditetapkan
3. Penerapan manajemen risiko (FMEA) pada area priroitras
4. Monitoring dan penilaian kinerja pelayanan klinis pada masing-masing unit pelayanan, dan
tindaklanjutnya
5. Monitoring, penilaian kinerja dan perilaku sdm klinis, dan tindak lanjutnya
6. Upaya perbaikan mutu pelayanan klinis pada masing-masing unit kerja berdasarkan hasil
penilaian kinerja maupun umpan balik pelanggan
7. Pelaporan dan tindak lanjut insiden KeselamatanPasien
8. Penyusunan dan penerapan panduan praktik klinis
9. Monitoring dan tindak lanjut terhadap 6 Sasaran Keselamatan Pasien
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) sangat diperlukan untuk dapat
mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanan Puskesmas. Buku pedoman ini bersifat dinamis,
sehingga dapat dilakukan pengembangan dan penyesuaian berdasarkan kondisi dan kemampuan
puskesmas

KEPALA PUSKESMAS RAWABOGO,

DEDE CASMITA

Anda mungkin juga menyukai