Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Dalam kehidupan manusia baik individual maupun kolektif, ideologi memiliki


peranan yang sangat penting dalam menuntun mereka agar tidak kehilangan arah
serta menjaga sikap konsisten dalam berpikir dan bertindak. Ideologi
merupakan satu kesatuan sistem ide-ide yang menawarkan rasionalisasi
pandangan hidup (way of life) yang kemudian dijadikan pedoman tentang benar
dan salah serta dorongan untuk bertindak. Ideologi memberikan justifikasi
distribusi tentang ideologi (Pancasila), seharusnya kita mendudukkan diri
sebagai sesama warga, bangsa, saudara, dan putra ibu pertiwi Indonesia. Kita
harus punya satu tekad untuk menyusun kehidupan bersama dalam negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Buat kita sendiri dan buat anak
keturunan kita sampai akir zaman.

Ideologi pancasila lahir dari sebuah gagasan para tokoh yang terlibat
dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa. Dimana pancasila memiliki 5 asas
yang digunakan sebagai landasan bagi setiap rakyat Indonesia dalam bernegara
dan berbangsa, termasuk sebagai landasan dasar fundamental peraturan-peraturan
atau segala undang-undang Republik Indonesia. Dan untuk benar benar mewujudkan
pancasila sebagai dasar fundamental maka kita harus mengetahui apa saja makna
dalam setiap asas yang terdapat dalam pancasila. Untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana Pancasila sebagai dasar fundamental negara dan mengenal inti asas
Pancasila, maka akan kami lanjutkan dalam bab berikutnya.

BAB II

A. Pancasila Sebagai Dasar Fundamental Negara


Salah satu fungsi pancasila adalah sebagai landasan fundamental NKRI. Apa
itu fundamental? Fundamental dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti
dasar (pokok), arti lain fundamental adalah sebuah kebenaran umum atau dasar
realistis. Jadi Pancasila sebagai nilai dasar fundamental negara Indonesia
adalah Pancasila sebagai dasar acuan untuk membuat semua aturan atau undang
undang yang mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bermasyarakat bagi seluruh
warga Indonesia atau bisa dibilang semua undang undang dan aturan aturan atau
perilaku masyarakat Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilai nilai
pancasila.

Kedudukan Pancasila sebagai pokok atau kaidah negara yang mendasar atau
fundamental bersifat kuat, tetap, dan tidak dapat dirubah oleh siapapun
termasuk MPR-DPR. Merubah pancasila sama saja dengan membubarkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Dasar Hukum Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi Pembukaan UUD 1945
pada alinea keempat “........,maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Meskipun di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut tidak tercantum kata Pancasila, namun
bangsa Indonesia sudah bersepakat bahwa limat prinsip yang menjadi dasar negara Republik
Indonesia disebut Pancasila. Kesepakatan tersebut tercantum pula dalam berbagai Ketetapan
MPR-RI di antaranya adalah:

Ketetapan MPR-RI No. XVIII/MPR/1998, pasal 1 menyebutkan bahwa “Pasal sebagaimana


dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang harus dilaksakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara”.
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, diantaranya menyebutkan: sumber hukum dasar nasional
yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa;
kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Sejarah Pancasila Sebagai Dasar Fundamental Negara Republik Indonesia

1. Lahirnya Pancasila

Lahirnya pancasila bermula saat adanya sidang BPUPKI. Dimana syarat utama
untuk kemerdekaan Indonesia dimana Indonesia harus memiliki dasar negara. Maka
digelarlah pertemuan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945,
untuk membahas tentang dasar negara bagi Indonesia yang dipimpin oleh Dr.
Radjiman Wedyoningrat. Dalam rapat tersebut beliau meminta kepada setiap
peserta rapat untuk menyampaikan ide-ide mereka mengenai dasar Negara
Indonesia.

Salah satu peserta yang mengungkapkan idenya adalah Mohammad Yamin. Beliau
menyampaikan sebuah gagasan lima dasar negara yaitu, peri kebangsaan, peri
ketuhanan, peri kesejahteraan, peri kemanusian, dan peri kerakyatan. Lalu
pembicara terakhir yang mengungkapkan gagasannya adalah Soekarno, dimana
beliau juga menawarkan lima dasar negara yaitu kebangsaan Indonesia,
kemanusiaan atau internasionalisme, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan
sosial, dan ketuhanan yang maha esa.

Setelah melalui proses musyawarah pada tanggal 1 Juni 1945 akhirnya


disepakatilah satu nama yaitu Pancasila sebagai nama lima dasar negara
Indonesia yang memiliki arti yaitu panca adalah lima dan sila adalah prinsip
atau asas. Dan tanggal 1 Juni lah disepakati sebagai hari lahirnya Pancasila.
2. Kesepakatan isi Pancasila

Pada hari yang sama saat lahirnya Pancasila dibentuk juga sebuah panitia
kecil yang beranggotakan delapan orang yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
Sutardjo, A. Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Mr. Moh.
Yamin, dan A. A. Maramis. Tugas dari panitia delapan ini adalah untuk
menganalisa usulan-usulan isi dasar negara dari anggota BPUPKI. Setelah
melakukan analisa panitia delapan menemukan ada dua perbedaan pendapat tentang
usulan isi dasar negara dimana golongan tokoh Islam menginginkan syariat islam
sebagai landasan dasar negara sementara para tokoh nasionalis menolak hal
tersebut.

Untuk menangani perbedaan pendapat dari para anggota BPUPKI maka dibuatlah
kepanitian lagi yang beranggotakan sembilan orang yaitu: Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. A. A. Maramis, Ahmad Soebarjo, Abikusno
Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, A. Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim.
Panitia sembilan ini di ketuai oleh Ir. Soekarno.

Panitia sembian kemdian melakukan sidang pada tanggal 22 Juni 1945.


Panitia sembilan berhasil menyusun sebuah naskah yang sekarang dikenal dengan
sebutan Piagam Jakarta. Adapun isi dari rumusan Piagam Jakarta adalah sebagai
berikut :

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Kemanusian yang adil dan beradab.

Persatuan Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Pada tanggal 10-16 Juli 1945 BPUPKI mengadakan sidang kedua untuk membahas
lanjutan dari hasil sidang panitia sembilan. Dan pada sidang kedua BPUPKI
tersebut berhasil menghasilkan :

a.) Kesepakatan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila seperti yang


tertuang dalam Piagam Jakarta.

b.)Negara Indonesia menjadi negara Republik. Ini merupakan hasil kesepakatan


atas 55 suara dari 64 orang yang hadir.

c.)Kesepakatan mengenai wilayah Indonesia yang meliputi wilayah Hindia


Belanda, Timor Timur sampai Malaka (hasil kesepakatan 39 suara).

d.)Pembentukan tiga panitia kecil sebagai : Panitia Perancang UUD, Panitia


Ekonomi dan keuangan, dan Panitia Pembela Tanah Air.

3. Pengesahan Pancasila Sebagai Dasar Negara.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 BPUPKI yang sudah menyelesaikan tugasnya pun
akhirnya dibubarkan. Dan setelah itu dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) beranggotakan 21 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno
dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Tugas dari PPKI adalah untuk mempersiapakan
kemerdekaan Indonesia dengan tujuan utamanya ialah mengesahkan dasar negara
dan UUD 1945.

Pada tanggal 15 Agustus Jepang menyerah kepada sekutu dan kesempatan itu
dimanfaatkan oleh para golongan pemuda untuk meminta kepada Ir. Soekarno agar
segera mengumumkan kemerdekaan Republik Indonesia, tapi sayangnya para
golongan tua menolak karena menurut mereka proklamasi harus direncanakan
secara matang. Setelah itu terjadilah kesepakatan di Rengasdengklok dan pada
akhirnya Proklamasi dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh
Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta di kediaman Ir. Soekarno di Jakarta.
Tak lama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia ada seorang opsir dari
Jepang yang mewakili Indonesia bagian Timur menemui Drs. Moh. Hatta untuk
menyatakan keberatan terhadap isi sila Pancasila pertama yang sesuai dengan
rumusan Piagam Jakarta. Kemudian diadakanlah pertemuan dengan para tokoh-tokoh
islam yang akhirnya menghasilkan sebuah keputusan bahwa sila pertama diganti
menggunakan kata “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada tanggal 18 Agustus PPKI menggelar sidang pertama mereka dan


menghasilkan sebuah keputusan yaitu :

(a). Penetapan Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terdapat rumusan Pancasila
yang telah disepakati sebagai dasar negara Indonesia

(b). Penetapan presidan dan wakilnya yaitu Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh.
Hatta.

(c). KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) badan yang bertugas membantu
presiden dalam melaksanakan tugas-tugas negara.

Itulah sejarah bagaimana pancasila sebagai dasar fundamental negara Republik


Indonesia.Dimana setiap rakyat Indonesia diatur dalam satu UU yang berdasarkan
Pancasila sebagai landasan dasar utama.

C. Inti Isi Sila-sila Pancasila

Sebagai suatu dasar


filsafat negara maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem nilai, oleh
karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan
antara satu dengan lainnya nemuan kesemuaanya tidak lain merupakan kesatuan
yang sistematis. Oleh karena itu meskipun dalam uraian berikut ini menjelaskan
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun kesemuannya itu tidak
dapat dilepaskan keterkaitannya dengan sila-sila lainnya. Adapun nilai-nilai
yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini niali-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral
penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dengan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan diperlakukan
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban asasinya, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai kemanusian,
gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan.
Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa indonesia merasa dirinya sebagai bagian
dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja
sama dengan bangsa-bangsa lain.

Sila kedua ini menghendaki agar negara mengakui hak dan kewajiban yang sama pada setiap
warga negara indonesia, dan mengharuskan kepada negara untuk mempelakukan manusia
indonesia dan manusia lainnya secara adil dan tidak sewenang-wenang. Disamping itu negara
harus menjamin setiap warga negaranya untuk mendapatkan kedudukan hukum dan
pemerintahan yang sama, serta membebani kewajiban yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Negara wajib menciptakan suasana kehidupan masyarakat yang berbudi luhur
sesuai dengan harkat dan martabat manusia(Effendi,1995:39)
3. Persatuan Indonesia

Menurut notonagoro (1983:65) inti sila Persatuan Indonesia dapat dirumuskan,


kesadaran akan adanya perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat dan bangsa, menghidup-
hidupkan perbedaan yang mempunyai daya penarik ke arah kerja sama dan kesatuan, dan
mengusahakan peniadaan serta pengurangan perbedaan yang mungkin mengakibatkan suasana
dan kekuatan tolak-menolak ke arah perselisihan, pertikaian dan perpecahan atas dasar kesadaran
akan kebijaksanaan dan nilai-nilai hidup yang sewajarnya, lagi pula dengan kesediaan,
kecakapan dan usaha untuk sedapat-dapatnya melaksanakan petalian kesatuan kebangsaan,
mungkin menurut pedoman-pedoman majemuk tunggal bagi pengertian kebangsaan. Pedoman
penghayatan dan pengamalan pancasila, memberikan pedoman kepada bangsa indonesia untuk
mengamalkan sila Persatuan Indonesia sebagai berikut:

Mengembangkan Persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika

Mengembangkan rasa inta tanah air dan bangsa

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara apabila diperlukan

4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

Nilai kerakyatan Yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari
rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui
lembaga-lembaga perwakilan. Sistem demokrasi yang dibangun adalah semangat
mentradisikan musyawarah sebagai bentuk mekanisme kebersamaan, keterbukaan dan
akuntabilitas publik.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan sosial, berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
dalam segenap bidang kehidupan,baik material maupun spiritual. Seluruh rakyat
indonesia artinya setiap orang yang menjadi rakyat indonesia, baik yang
berdiam diwilayah RI sebagai warga NKRI maupun WNI yang berada di luar negeri.
Jadi ,setiap bangsa indonesia mendapat perlakuan yamg adil dan seimbang dalam
bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat di simpulkan


bahwa Pancasila merupakan dasar fundamental bagi Negara Republik Indonesia
yang dipergunakan untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia. Hal ini berarti bahwa semua peraturan yang berlaku di negara
Republik Indonesia harus bersumberkan kepada pancasila. Kehidupan NKRI
tergantung kepada seberapa besar penghargaan warga negara terhadap pancasila,
baik dari segi pemahaman dan pengkajian atau pun pengamalan pancasila itu
sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3.2 Saran

Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan seluruh warga Indonesia dapat


memahami dan mengamalkan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan ini, akan terbangun karakter dari masyarakat Indonesia yang bermoral,
bermartabat dan juga berintegrasi dalam melakukan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Anda mungkin juga menyukai