Anda di halaman 1dari 64

I.

PENGUJIAN AGREGAT

A. KADAR AIR AGREGAT (SNI 03-1971-1990)

1.1. Tujuan Praktik

Tujuan Instruksional umum

a. Mendapatkan nilai kadar air yang dikandung oleh agregat


b. Membandingkan kadar air dan penyerapan air pada agregat
c. Menghitung kelebihan dan kekurangan air untuk mencapai SSD

Tujuan Instruksional khusus


a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian kadar air
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan peralatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

1.2. Petunjuk Keselamatan Kerja

1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama


2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan harus
dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan yang
digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

1.3. Dasar Teori


Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam
persen.

Modul Lab.Bahan PPP 1


1.4. Bahan
Benda uji banyaknya tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai dengan
tabel 1.1. di bawah ini :

Tabel .1. Berat minimum benda uji

Ukuran butir maksimum Berat (W) agregat


Mm Inci minimum
(kg)
6,3 ¼ 0,5
9,5 3/8 1,5
12,7 ½ 2,0
19,1 ¾ 3,0
25,4 1 4,0
38,1 1½ 6,0
50,8 2 8,0
63,5 2½ 10,0
76,2 3 13,0
88,9 3½ 16,0
101,6 4 25
152,4 6 50

1.5. Alat yang digunakan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;


2. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) C;
3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji

1.6. Langkah kerja

1. Timbang dan catatlah berat talam (Wr);


2. Masukkan beda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2);
3. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 = W1);
4. Keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110 ± 5) C, sampai
beratnya tetap;
5. Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam (W4);
6. Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 = W1).

Modul Lab.Bahan PPP 2


1.7. Perhitungan
Kadar Air Agregat adalah

1.8. Lembar Isian


PEMERIKSAAN I II
No. cawan 1 2
Berat cawan ( W1 )
Berat cawan + benda uji ( W2 )
Berat benda uji ( W3 = W2 - W1 )
Berat cawan + benda uji kering
oven ( W4 )
Berat benda uji kering oven ( W5 = W4 - W1 )

1.9. Lembar Perhitungan

PEMERIKSAAN I II Rata-rata

Kadar air agregat =


(W3 - W5 ) ´ 100 %
W5

1.10. Gambar Alat

Gambar 1.1. Talam

Untuk wadah agregat

Modul Lab.Bahan PPP 3


Gambar 1.2. Oven

Untuk mengeringkan benda uji

Gambar 1.3. Timbangan

Untuk menimbang agregat

1.11. Evaluasi
1. Apa yang disebut dengan kadar air
2. Sebutknn tujuan dari pengujian kadar air agregat
3. Dalam membuat rancangan campuran beton , nilai kadar air agregat
digunakan untuk apa

Modul Lab.Bahan PPP 4


B. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
(SNI 03-1970-1990)

2.1.Tujuan Praktik
Tujuan Instruksional Umum
a. Mndapatkan nilai berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
b. Mengklasifikasikan jenis agregat

Tujuan Instruksional khusus


a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian berat jenia agregat
kasar
b. Mahasiswa dapat mengoprasikan peralatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

2.2.Petunjuk Keselamatan Kerja

1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama


2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan harus
dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan yang
digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan

2.3.Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry )

Modul Lab.Bahan PPP 5


a. Berat Jenis Kering (bulk spesific grafity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan SSD yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang beratnya sama dengan
berat agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori-pori terhadap
agregat kering . Besar penyerapan tergantung porositas yaitu berupa volume
pori-pori yang dapat menyerap air.

2.4.Bahan

Benda uji adalah agregat kasar yang diperoleh dengan menggunakan riffle
sample atau sistem perempat bagian (quartering), sebanyak ± 5000 gram.

2.5.Alat yang digunakan


1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh, kapasitas 5000 gram
2. Oven(pengering), dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)°C.
3. Talam atau cawan. Terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
4. Piknometer / gelas ukur, dengan kapasitas 1000 ml.
5. Alat pembagi contoh (riffle sample)
6. Thermometer
7. Kain penyerap
8. Desikator
9. Air suling

Modul Lab.Bahan PPP 6


2.6.Langkah Kerja

1. Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan agregat.
2. Benda uji direndam dalam air pada suhu kamar 24 ± 4 jam.
3. Benda uji dikeluarkan dari perendaman, dan dilap dengan kain penyerap sampai
selaput air pada permukaan agregat hilang ( agregat ini dinyatakan dalam
kondisi jenuh permukaan kering / SSD )
4. Berat benda uji ditimbang dalam keadaan jenuh permukaan kering / SSD (Bj)
sebanyak 500 gr
5. Benda uji dimasukkan kedalam piknometer / gelas ukur, tambahkan air suling
hingga benda uji terendam dan permukaan air sampai tanda batas ( =pada
piknometer / gelas ukur diberi tanda batas ), kemudian timbang beratnya (B1)
6. Benda uji dikeluarkan dan dikeringkan benda uji dengan talam / cawan didalam
oven dengan suhu ( 110 ± 5 ) °C, sampai beratnya tetap, kemudian dinginkan
dan timbang beratnya (B2)
7. Piknometer diisi dengan air suling sampai pada tanda batas,kemudian timbang
beratnya (B3)

2.7.Perhitungan
a. Berat jenis Bulk Spesiffic Gravity =

b. Berat jenis kering permukaan jenuh SSD =

c. Berat jenis semu Apparent Surface Dry =

d. Penyerapan = x100 %

Modul Lab.Bahan PPP 7


2.8.Lembar isian

PEMERIKSAAN I II

Berat benda uji jenuh permukaan kering ( Bj) (gram)

Berat benda uji kering oven (B2) (gram)

Berat bejana berisi air (B3) (gram)

Berat bejana + benda uji + air (B1) (gram)

2.9.Lembar Perhitungan

PEMERIKSAAN I II Rata-rata

B2
=
Berat jenis bulk/ov. B3 + Bj - B1

Berat jenis SSD Bj


=
B3 + Bj - B1
B2
Berat jenis app. =
B3 + B2 - B1

Bj - B2
= ´ 100 %
Penyerapan B2

Dimana : B1 = berat piknometer berisi benda uji dan air ( gram )


B2 = berat benda uji kering oven ( gram )
B3 = berat piknometer berisi air suling ( gram )
Bj = berat benda uji dalam keadaan JPK / SSD ( gram)

Modul Lab.Bahan PPP 8


2.10. Gambar Alat

Gambar 2.1. TIMBANGAN


Digunakan untuk menentukan berat agregat kasar yang akan diuji berat jenisnya.

Gambar 2.2. OVEN


Digunakan untuk mengeringkan benda uji yang akan diuji berat jenisnya.

Gambar 2.3. GELAS UKUR 1000 gr


Digunakan sebagai wadah agregat kasar/kerikil.

Modul Lab.Bahan PPP 9


2
Gambar 1.4. CAWAN
Digunakan sebagai wadah untuk menimbang benda uji.

Gambar 2.5. RIFFLE SAMPLE


Alat untuk memisahkan material menjadi 2 bagian yang sama besar.

2.10.Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan berat jenis SSD, berat jenis bulk dan penyerapan
agregat kasar
2. Bagaimana cara membuat agregat kasar menjadi SSD
3. Sebutkan langkah pengujian berat jenis dan peyerapan agregat kasar.
4. Data Berat jenis agregat kasar digunakan sebagai apa dalam perancangan campuran
beton

Modul Lab.Bahan PPP 10


C. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS
(SNI 03-1970-1990)

3.1. Tujuan Praktik

Tujuan Instruksional Umum

a. Mendapatkann nilai berat jenis dan penyerapan agregat halus


b. Mengklasifikasikan jenis agregat

Tujuan Instruksional Khusus


a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian berat jenis agregat
halus
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan peralata pengujian
c. Mhasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

3.2. Petunjuk Keselamatan Kerja

1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama


2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan harus
dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan yang
digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

3.3. Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah

Modul Lab.Bahan PPP 11


kemampuan agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai
dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry )

a. Berat Jenis Kering (bulk spesific grafity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
b. Berat jenis kering permukaan SSD yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang beratnya sama
dengan berat agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
c. Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori-pori
terhadap agregat kering . Besar penyerapan tergantung porositas yaitu
berupa volume pori-pori yang dapat menyerap air.

3.4. Bahan
a. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dari
alat pembagi contoh atau sistem perempat bagian (quartering) dan dibuat
dalam keadaan jenuh permukaan kering (SSD)
b. Berat benda uji sebanyak ± 1000 gram

3.5. Alat yang digunakan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.


2. Oven ( pengering ) yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)°C.
3. Talam atau cawan. Terbuat dari porselin atau logam tahan karat.
4. Piknometer / gelas ukur, dengan kapasitas 500 ml.
5. Kerucut terpancung (Cone) ubtuk menentukan berat JPK / SSD, dengan
diameter atas (40 ± 3) mm, diameter bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm
terbuat dari bahan logam dengan tebal minimum 0,8 mm.

Modul Lab.Bahan PPP 12


6. Penumbuk yang mempunyai penampang rata, berat (340 ± 15) gram, diameter
permukaan penumbuk (25 ± 3) mm
7. Saringan no.4 (4,75 mm)
8. Termometer
9. Hotplate
10. Desikator
11. Alat pembagi contoh (riffle sample)
12. Air suling

3.6. Langkah kerja

1. Penentuan agregat halus dalam kondisi jenuh permukaan kering atau SSD :
a. Memasukkan benda uji kedalam kerucut terpancung dalam 3 lapis,
dimana pada masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah
1 kali penumbukan untuk bagian atasnya (total penumbukan sebanyak 25
kali)
b. Cetakan kerucut terpancung diangkat secara perlahan-lahan.
c. Memeriksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung
diangkat, keadaan jenuh permukaan kering/SSD tercapai bila benda uji
runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
2. Penentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus
a. Menimbang agregat dalam keadaan SSD sebanyak 500 gram dan
masukkan kedalam piknometer/gelas ukur.
b. Memasukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, dan putar
sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya.
Proses untuk menghilangkan gelembung udara dalam piknometer dapat
dipercepat dengan menggunakan pompa hampa udara atau dengan cara
merebus piknometer.
c. Menambahkan air suling sampai mencapai tanda batas.
d. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji (B1).

Modul Lab.Bahan PPP 13


e. Mengeluarkan benda uji dan keringkan benda uji dengan talam/cawan
didalam oven dengan suhu (110 ± 5) °C, sampai beratnya tetap,
kemudian dinginkan
dan timbang beratnya (B2)
f. Piknometer diisi kembali dengan air suling sampai pada tanda batas,
kemudian timbang beranya (B3)

3.7. Perhitungan

a. Berat jenis Bulk Spesiffic Gravity =

b. Berat jenis kering permukaan jenuh SSD =

c. Berat jenis semu Apparent Surface Dry =

d. Penyerapan = x100 %

3.8. Lembar Isian

PEMERIKSAAN I II

Berat benda uji jenuh permukaan kering ( Bj) (gram)

Berat benda uji kering oven (B2) (gram)

Berat bejana berisi air (B3) (gram)

Berat bejana + benda uji + air (B1) (gram)

Modul Lab.Bahan PPP 14


3.9. Lembar Perhitungan

PEMERIKSAAN I II Rata-rata

B2
=
Berat jenis bulk/ov. B3 + Bj - B1

Berat jenis SSD Bj


=
B3 + Bj - B1
B2
Berat jenis app. =
B3 + B2 - B1

Bj - B2
= ´ 100 %
Penyerapan B2

Dimana : B1 = berat piknometer berisi benda uji dan air ( gram )


B2 = berat benda uji kering oven ( gram )
B3 = berat piknometer berisi air suling ( gram )
Bj = berat benda uji dalam keadaan JPK / SSD ( gram)

3.10. Gambar Alat

Gambar 3.1. PENUMBUK


Digunakan untuk memadatkan pasir dalam kerucut terpancung untuk menguji apakah pasir
sudah dalam keadaan SSD atau belum.

Modul Lab.Bahan PPP 15


Gambar 3.2. RIFFLE SAMPLE
Alat untuk memisahkan material menjadi 2 bagian yang sama besar

Gambar 3.3. Gelas ukur 500 ml


Digunakan sebagai wadah benda uji yang akan diuji berat jenisnya.

Modul Lab.Bahan PPP 16


Gambar 3.4. OVEN
Digunakan untuk mengeringkan benda uji yang akan diuji berat jenisnya.

Gambar 3.5.. CAWAN

Modul Lab.Bahan PPP 17


Gambar 3.6. KERUCUT TERPANCUNG
Digunakan sebagai cetakan untuk mengetahui apakah pasir sudah dalam keadaan SSD atau belum.

3.11. Evaluasi

1. Sebutkan langkah pengujian agregat halus menjadi SSD


2. Jelaskan perbedaan antara Berat jenis SSD, berat jenis Bulk
3. Apa kegunaan dari nilai berat jenis SSD,berat jenis bulk dan penyerapan dalam
rancangan campuran beton

Modul Lab.Bahan PPP 18


D. ANALISA AYAK AGREGAT (SNI 03-1968-1990)

4.1. Tujuan Praktik

Tujuan Instruksional Umum

a. Mendapatkan persen tertahan pada masing-masing saringan


b. Mendapatkan nilai persen lolos komulatif
c. Mendapatkan angka modulus kehalusan butir agregat
d. Mendapatkan diameter maksimum agregat

Tujuan Instruksional Khusus


a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian Analisa ayak
agregat kasat dan agregat halus
b. Mahasiswa dapat mengoprasikan perlatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menggambat grafik gradasi agregat
e. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

4.2. Petunjuk Keselamatan Kerja


1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama
2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan
harus dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan
yang digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

4.3. Dasar Teori

Yang dimaksud dengan Analisis ayak agregat ialah penentuan


persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan

Modul Lab.Bahan PPP 19


kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik
pembagian butir.
4.4. Bahan

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat
banyak: benda uji disiapkan berdasar standar yang berlaku dan terkait
kecuali apabila butiran yang melalui saringan No.200 tidak perlu
diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
1) Agregat halus terdiri dari :
1. ukuran maksimum 4,76 mm ; berat minimum 500 gram
2. ukuran maksimum 2,38 mm ; berat minimum 100 gram
2) Agregat kasar terdiri dari :
1. ukuran maks. 3,5” ; berat minimum 35,0 kg
2. ukuran maks. 3” ; berat minimum 30,0
3. ukuran maks. 2,5” ; berat minimum 25,0
4. ukuran maks. 2” ; berat minimum 20,0
5. ukuran maks. 1,5” ; berat minimum 15,0
6. ukuran maks. 1” ; berat minimum 10,0
7. ukuran maks. ¾” ; berat minimum 5,0
8. ukuran maks. ½” ; berat minimum 2,5
9. ukuran maks. 3/8” ; berat minimum 1,0

4.5. Alat yang digunakan

1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;
2. Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”); 37,5
mm (1 ½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5 mm
(3/8”); No.4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30
(0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075
mm);

Modul Lab.Bahan PPP 20


3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
0
(110 + 5) C ;
4. Alat pemisah contoh ;
5. Mesin pengguncang saringan ;
6. Talam-talam ;
7. Kuas terbuat dari bulu dan kawat tembaga

4.6. Langkah Kerja

4.6.1. Analisa Ayak Agregat Kasar


Urutan proses dalam penyajian ini adalah sebagai berikut :
0
1) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5) C, sampai berat
tetap.
2) Timbang benda uji seberat 0,4 x besar butir terbesar dijadikan kg
3) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling aatas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
Perhatikan
Jika yang tembus dari ayakan 4 empat) mm lebih dari atau sama dengan 500
gr, maka yang tembus harus diayak lagi menggunakan ayakan agregat halus
yaitu dari 4 (empat) mm ke bawah
4) Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan
5) Hitung prosentase berat benda yang tertahan diatas masing-masing lubang
ayakan terhadap berat total

4.6.2. Analisa Ayak Agregat Halus


1) Agregat halus dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)ᵠC, sampai
berat tetap.
2) Timbang agregat halus sebanyak 5000 gram
3) Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan susunan ayakan 4
(empat) keatas
4) Dari benda uji tembus ayakan 4 (empat) mm, timbang sebanyak 500 gram

Modul Lab.Bahan PPP 21


5) Ayak agregat yang banyak 500 gram tersebut dengan susunan ayakan lebih
kecil dari 4 (empat) mm yang berkelipatan dua, sedang ayakan paling besar
ditempatkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan
susunan ayakan pada mesin pengguncang dan agregat selama 15 menit.
6) Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengan kuas
cat yang lemas.
Perhatian
Penyikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan debu yang mungkin
masih melekat pada ayakan.
7) Timbang berat agregat yang tertahan diatas maing-maisng lubang ayakan
8) Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas maisng-masing ayakan
terhadap berat total
Perhatikan
 Prosentase berat benda uji yang terthan diatas ayakan 4 (empat) mm
keatas, dihitung berdasarkan berat 5000 gram
 Prosentase berat benda uji tertahan 4 (empat) mm ke bawah dihitung
berdasarkan berat 500 gram
4.7. Perhitungan
Prosentase berat benda uji tertahan diatas saringan
x 100 %
A = berat benda uji yang tertahan diatas saringan a mm
B = berat benda uji total
(contoh pemasukan data dari hasil analisa ayak dapat dilihat pada
data)
1. Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan datas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji
2. Hitung prosentase tertahan komulatif
3. Hitung angka Kehalusan
4. Hitung prosentase Lolos Komulatif
5. Gambarkan grafik gradasi agregat
Catatan : Angka kehalusan dalah jumlah tertahan komulatif dari suatu
set saringan yang disusun kelipatan dua mulai saringan 0,15 mm, dibagi
dngan 100

Modul Lab.Bahan PPP 22


4.8. Lembar Isian

ANALISA AYAK / SIEVE ANALYSIS UNTUK AGREGAT KASAR


PB - 0201 – 76

Jenis Material : Sumber :


Pekerjaan :
Berat Contoh : Gr

Berat Berat
DIAMETER Masing2 Tertahan Persen % KUMULATIF
AYAKAN Tertahan Kumulatif Tertahan Spesifikasi
Inch mm (gram) (gram) (%) Tertahan Lolos
3 76,20 0,00 0,00 0,00 100,00
50,80 0,00 0,00 0,00 100,00
1½ 38,00
1¼ 31,50
1 25,40
¾ 19,10
5/8 16,00
½ 12,70
3/8 9,50
No. 4 4,750
No. 8 2,360 0,00 100,00
No. 16 1,180 0,00 0,00 100,00
No. 30 0,600 0,00 0,00 100,00
No. 50 0,300 0,00 0,00 100,00
No. 100 0,150 0,00 0,00 100,00
No. 200 0,075 0,00 0,00 100,00
Pan 0
Jumlah

Modul Lab.Bahan PPP 23


ANALISA AYAK / SIEVE ANALYSIS AGREGAT HALUS
PB - 0201 – 76

Sumber
Jenis Material : :
Pekerjaan :
Berat Contoh : Gr

DIAMETER Berat Masing2 Berat Tertahan Persen


% KUMULATIF
AYAKAN Tertahan Kumulatif Tertahan Spesifikasi
Inch mm (gram) (gram) (%) Tertahan Lolos
3 76,20 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 50,80 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1½ 38,00 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1¼ 31,50 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 25,40 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
¾ 19,10 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5/8 16,00 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
½ 12,70 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3/8 9,50 0,00 0,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
No. 4 4,750
No. 8 2,360
No. 16 1,180
No. 30 0,600
No. 50 0,300
No. 100 0,150
No. 200 0,075
Pan 0

Jumlah

100

80
Persen Lolos (%)

60

40

20

0
0,010 0,100 1,000 10,000 100,000
Diameter Ayak (mm)

Modul Lab.Bahan PPP 24


4.9. Gambar Alat

Gambar 3.1. Satu set ayakan dan mesin penggetar

Digunakan untuk mengayak benda uji

Gambar 3.2. Sikat Kawat

Digunakan untuk membersihkan agregat yang tertinggal di ayakan

Modul Lab.Bahan PPP 25


Gambar 3.2. Talam

Digunakan untuk wadah agregat

4.10.Evaluasi

1. Sebutkan langkah pelaksanaan pengujian analisa ayak agregat halus


2. Berilah contoh bagaimana menghitung MHB (Modulus Halus Butir) Agregat
halus
3. Dalam perancangan campuran beton, data analisa ayak agregat halus maupun
analisa ayak agregat kasar digunakan untuk apa

Modul Lab.Bahan PPP 26


E. BERAT ISI AGREGAT (SNI-03-4804-1998)

5.1.Tujuan Praktik
Tujuan Instruksional Umum
a. Mendapatkan nilai berat isi dan voids pada agregat
b. Membandingkan hasil pengujian dengan spesifikasi

Tujuan instruksional Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian berat isi


b. Mahasiswa dapat mengopasikan peralatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian
5.2.Petunjuk Keselamatan Kerja
1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama
2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai,
peraatan harus dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya
sesuai dengan yang digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan
pengamanan.

5.3.Dasar Teori
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah rasio
antara berat agregat dan isi/volume. Berat isi agregat diperluan dalam
perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar
dengan ukuran volume.
5.4.Bahan
Benda uji adalah agregat ang telah dioven dengan suhu (110±5)C
sampai berat tetap

Modul Lab.Bahan PPP 27


5.5. Alat yang digunakan

a. Timbangan
b. Talam
c. Tongkat pemadat dengan diameter 15mm, panjang 60 cm dengan
ujung bulat, sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata
e. Sendok/ sekop
f. Wadah (mould) baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan
alat pemegang.

5.6.Langkah Kerja

5.6.1. Berat Isi Lepas


1. Menimbang dan catatlah beratnya wadah / mould baja. (W1)
2. Memasukkan benda uji dengan hati-hati dengan ketinggian maksimum
5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai
penuh.
3. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Menimbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji. (W2)
5. Menghitung berat benda uji.(W3=W2-W1)
6. Isi mould dengan air lalu d timbang W4
7. Hitung berat air (W5= W4-W1)

5.6.2. Berat Isi Padat


1. Menimbang dan mencatat berat wadah / mould (W1)
2. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
tusukan secara merata.
3. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji.(W2)

Modul Lab.Bahan PPP 28


5. Menghitung berat benda uji.(W3=W2-W1)
6. Isi mould dengan air lalu d timbang W4
7. Hitung berat air (V= W4-W1)

5.7.Perhitungan

Berat isi agregat lepas =

Berat isi agregat padat =

⌊( ) ⌋
Voids = ( )

Dimana :
W3 = berat benda uji dalam kondisi lepas (kg)
V = volume
S = Bulk Spesific Gravity (Berat jenis ) Agregat
M = Berat isi agregat (kg/m3)
W = Density (kerapatan) air 998 kg/m3

5.8.Lembar Isian
Padat Lepas
PEMERIKSAAN
I II I II
Berat Mould ( W1 )
Berat Mould +
benda uji ( W2 )
Berat benda uji ( W3 = W2 - W1 )
Berat Mould + air ( W4 )
Berat air / Isi Mould ( V = W4 - W1 )

Modul Lab.Bahan PPP 29


5.9.Lembar Perhitungan
PEMERIKSAAN

W3
= (kg/dm3 )
V
Berat Isi

Rata-rata
Rata-rata

5.10. Gambar Alat

Gambar 5.1. Tongkat penumbuk

DigunKn untuk memadatkan tiap tiap lapis agregat

Gambar 5.2 MOULD


Digunakan sebagai wadah benda uji.

Modul Lab.Bahan PPP 30


Gambr 5.3. Sendok
Digunakan untuk memasukan agregat
kedalam mould

Gambar 5.4. Timbangan


Untuk menentukan berat Mould dan
benda uji

5.11. Evaluasi
1. Sebutkan tujuan dari pengujian berat isi agregat
2. Apa perbedaan dari berat isi lepas dan berat isi padat
3. Digunakan untuk apa hasil pengujian berat isi dalam rancangan campuran
beton

Modul Lab.Bahan PPP 31


F. KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN ALAT LOS
ANGELES (SNI 2417:2008)

6.1. Tujuan Praktik


Tujuan Instruksional Umum
a. Mendapatkan nilai keausan pada agregat
b. Membandingkan dengan spesifikasi
Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian Keausan pada
gregat kasar dengan alat Los Angeles
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan peralatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian
6.2. Petunjuk Keselamatan Kerja

1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama


2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan
harus dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan
yang digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

6.3. Dasar Teori


Keausan adalah perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no
12 (1,18 mm) terhdap berat semula dalam persn. Untuk menguji
kekuatan agregat kasar dapat menggunakan bejana Rudolf ataupun
dengan alat uji Los Angeles test.
Mesin yang digunakan untuk pengujian keausan ini adalah mesin Los
Angeles. Mesin ini berbentuk silinder dengan diameter 170 cm yang
terbuat dari baja. Dalam pengujian ini menggunakan bola-bola baja
yang berukuran 4 – 6 cm sebagai nilai bantu untuk menghancurkan

Modul Lab.Bahan PPP 32


agregat. Jumlah bola yang digunakan tergantung dari tipe gradasi dan
agregat yang diuji.
6.4. Bahan
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
a. Berat dan gradasi benda uji sesuai dengan tabel 2
b. ersihkan bend auji dan keringkan dalam oven pada suhu (110
±5)C

Tabel 2. Berat gradasi benda uji

Ukuran Saringan Berat dan gradasi benda uji (gram)


Lewat Tertahan A B C D E F G
(mm) (mm)
76,20 63,50 2500
63,50 50,80 2500
50,80 38,10 5000 5000
38,10 25,40 1250 5000 5000
25,40 19,05 1250 5000
19,05 12,70 1250 2500
12,70 9,50 1250 2500
9,50 6,35 2500
6,35 4,75 2500
4,75 2,36 5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 11
Berat Bola (gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
± 25 ±25 ± 20 ± 15 ± 25 ± 25 ±25

6.5. Alat yang digunakan


a) mesin abrasi Los Angeles (Lampiran A);
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter dalam 711 mm (28 inci) panjang dalam 508 mm (20 inci);

Modul Lab.Bahan PPP 33


silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar
pada poros mendatar; silinder berlubang untuk memasukkan benda uji;
penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 89 mm (3,5 inci);
b) saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya;
c) timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5 gram;
d) bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci) dan berat
masing-masing antara 390 gram sampai dengan 445 gram;
e) oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi
sampai dengan 110°C ± 5°C;
f) alat bantu pan dan kuas.

6.6. Langkah Kerja

Persiapan benda uji


Persiapan benda uji terdiri atas:
a. cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat
tetap;
b. pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan dan lakukan penimbangan;
c. gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki;
d. catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.
Langkah Pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a. pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara dalam berikut:
Cara A : Gradasi A, bahan lolos 37,5 mm ,ampai tertahan ),5 mm
Jumlah bola 12 buah dengan 500 putaran

Cara B : Gradasi B, bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm.


Jumlah bola 11 buah dengan 500 putaran;

Modul Lab.Bahan PPP 34


Cara C : Gradasi C, bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm
(no.4), Jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran;
Cara D : Gradasi D, bahan lolos 4,75 mm (no.4) sampai tertahan
2,36 mm (no.8). Jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran;
Cara E : Gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran;
Cara F : Gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm.
Jumlah bola 12 dengan 1000 putaran;
Cara G : Gradasi G, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran

Apabila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan


gradasi disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil
dari material yang akan dipakai

b. Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Abrasi Los Angeles
c. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran
gradasi A, B, C, dan D 500 putaran dan untuk gradasi E, F, dan G 1000
putaran
d. Sesudah pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin lalu saring dengan
saringan no. 12 (1,7 mm). butiran yang tertahan disaringan dicuci bersih.
selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C sampai berat
tetap.

6.7. Perhitungan
Keausan

Dimana
A= Berat benda uji mula-mula
B = Berat bend auji tertahan diatas saringan No.12 (1,7 mm)

Modul Lab.Bahan PPP 35


6.8. Lembar Isian

Gradasi Pemeriksaan I II
Saringan
Lewat Tertahan Berat Berat Berat Berat
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
76,20 mm 63,50 mm
(3”) (2”)
63,50 mm 50,80 mm
(2”) (2”)
50,80 mm 37,50 mm
(2”) (1”)
37,50 mm 25,40 mm
(1”) (1”)
25,40 mm 19,0 mm
(1”) (3/4”)
19,0 mm 12,5 mm
(3/4”) (1/2”)
12,5 mm 9,50 mm
(1/2”) (3/8”)
9,50 mm 6,30 mm
(3/8”)
6,30 mm 4,75mm
(No.4)
4,75mm 2,36mm
(No.4) (No.8)
Jumlah berat sebelum (a) gram
Jumlah berat tertahan Saringan
No12 sesudah (b) gram

Modul Lab.Bahan PPP 36


6.9. Gambar Alat

4.1. Mesin LA

Alat yang digunakan untuk menguji keausan

6.10. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan keausan agregat kasar
2. Untuk digunakan sebagai apa niai uji abrasi dalam rancangan
campuran beton

Modul Lab.Bahan PPP 37


II. PERANCANGAN CAMPURAN BETON
A. MERANCANG CAMPURAN

Dalam buku Modul ini metode perancangan yang digunakan adalah Metode
American Conrrete Institute (ACI).

Adapun langkah-langkah perancangan sebagai berikut :


1. Hitung kuat tekan rata-rata beton berdasarkan kuat tekan rencana dan
margin, f’cr = m + f’c
a. M = 1,64 * sd , standar deviasi diambil berdasarkan data yang lalu,
jika tidak ada ambil dari Tabel berdasarkan mutu pelaksanaan
yang diinginkan.
b. Kuat tekan rencana (f’c) ditentukan berdasarkan rencana atau dari
hasil uji yang lalu
Tabel 3 Nilai standar deviasi
Mutu Pelaksanaan (Mpa)
Volume Pekerjaan Baik sekali Baik Cukup
Kecil (< 1000 m3) 4,5<sd≤5,5 5,5<sd≤6,5 6,5<sd≤8,5
Sedang (1000-3000 m3) 3,5<sd≤4,5 4,5<sd≤5,5 5,5<sd≤7,5
Besar (>3000 m3) 2,5<sd≤3,5 3,5<sd≤4,5 4,5<sd≤6,5

2. Tetapkan nilai slump dan butir maksimum agregat


a. Slump ditentukan .Jika tidak dapat diambil dari tabel 2.
b. Ukuran maksimumm agregat dihitung dari 1/3 tebal plate dan atu ¾
jarak bersih antar baja tulangan, tendon, bundle bar atau ducting dan
atu 1/5 jarak terkecil bidang bekisting ambil yang terkecil, jika tidak
ambil dari tabel 2

Modul Lab.Bahan PPP 38


Tabel 4...Slump yang disyaratkan untuk berbagai konstruksi menurut ACI
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum* Minimmum
Dinding penahan dan pondasi 76,2 25,4
Pondasi sederhana,sumuran dan didnidng substrutktur 76,2 25,4
Balok dan dinding beton 101,6 25,4
Kolom struktural 101,6 25,4
Perkerasan dan slab 76,2 25,4
Beton massal 50,8 25,4
 Dapat ditambahkan sebesar 25,4 mm untuk pekerjaan beton yang tidak menggunakan
birator, tetapi menggunakan metode konsolidasi

Tabel 5. Ukuran Maksimum Agregat


Dimensi minimum, mm Balok/kolom Plat
62,5 12,5 mm 20 mm
150 40 mm 40 mm
300 40 mm 80 mm
750 80 mm 80 mm

3. Tetapkan jumlah air yang dibutuhkan berdasarkan ukuran maksimum


agregat dan nilai slump dari tabel 2...
4. Tetapkan nilai Faktor Air Semen dari tabel 2... .Untuk nilai kuat tekan
dalam MPA yang berada diantara nilai yang diberikan dilakukan
interpolasi
Tabel 6.. Nilai Faktor Air Semen
Kekuatan Tekan FAS
28 hari
Beton Beton
*(Mpa)**
Air-entrained Non Air-entrained
41,4 0,41 -
34,5 0,48 0,4
27,6 0,57 0,48
20,7 0,68 0,59
13,8 0,62 0,74

Modul Lab.Bahan PPP 39


5. Hitung semen yang diperlukan dari langkah 3 dan langkah 4 yaitu jumlah
air dibagi dengan faktor air semen.
6. Tetapkan volume agregat kasar berdasarkan agregat maksimum dan
Modulus Halus Butir (MHB) agregat halusnya sehingga didapat persen
agregat halusnya sehingga didapat persen agregat kasar. Jika nilai
Modulus Halus Butirnya berada diantaranya, maka dilakukan
interpolasi.Volume agregat kasar – persen agregat kasar dikalikan
denganberat kering agregat kasar.
Tabel 7..Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Beton

Ukuran Volume Agregat Kasar kering *persatuan volume untuk berbagai


Agregat Maks modulusa butir
(mm) 2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
12,7 0,59 0,57 0,55 0,53
19,1 0,66 0,64 0,62 0,60
25,4 0,71 0,69 0,67 0,65
38,1 0,75 0,73 0,71 0,69
50,8 0,78 0,76 0,74 0,72
76,2 0,82 0,80 0,78 0,76
152,4 0,87 0,85 0,83 0,81

7. Estimasikan berat beton segar berdasarkan tabel 2,, kemudian hitung


agregat halus, yaitu berat beton segar – (berat air+berat semen+berat
agregat kasar)
Tabel 8...Estimasi Berat Awal Beton Segar *(kg/m3)
Beban Air- Beton Non Air-
Ukuran Agregat
enrained entrained
Maks (mm)

9,5 2,304 2,214


12,7 2,334 2,256
19,1 2,376 2,304
25,4 2,406 2,340
38,1 2,442 2,376
50,8 2,472 2,400
76,2 2,496 2,424
152,4 2,538 2,472

Modul Lab.Bahan PPP 40


8. Hitung proposi bahan, semen, air, agregat kasar dan agregat halus,
kemudian koreksi berdasarkan nilai daya serap air pada agregat
9. Koreksi Proporsi campurannya.

MIX DESAIN RANCANGAN CAMPURAN BETON

METODE ACI

PENETAPAN VARIABEL PERENCANGAN

1 Mutu rencana kg/m2

2 Rencana Slump cm

3 Kekuatan tekan rencana beton kg/cm2

4 Modulus kehalusan pasir

5 Ukuran maksimum agregat kasar mm

6 Specifific Gravity halus SSD t/m3

7 Specifific Gravity kasar SSD t/m3

8 Berat volume agregat kasar kg/m2

9 Specifific Gravity semen t/m3

10 Specifific Gravity air t/m3

11 Nilai Margin kg/cm2

12 Faktor Koreksi

PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON

13 Rencana air adukan /m3 beton kg/m3

14 Prersentase udura yang terperangkap %

15 W/C (Tabel)

16 W/C (Grafik)

17 W/C perencanaan (yang terkecil dari (15) dan (16))

18 Berat Semen = (13) / (17) kg

Modul Lab.Bahan PPP 41


19 Volume agregat kasar perlu/m3 beton %

20 Berat agregat kasar (19) x (8) kg


(18)
´ 0,001
21 Volume semen/m3 beton = (9) m3
(13)
´ 0,001
(10 )
22 Volume air/m3 beton = ( 20 ) m3
´ 0,001
(7 )
23 Volume agregat kasar beton = m3

24 Volume udara terperangkap/m3 beton = (14) m3

Volume perlu agregat halus/m3 beton


m3
25 = 1m3 - ((21) + (22) + (23) + (24))

KOMPOSISI BERAT UNSUR ADUKAN KONDISI SSD / m³ BETON

26 Semen = (18) kg
27 Air (13) kg
28 Agregat halus kondisi SSD = (25) x (6) x 1000 kg
29 Agregat kasar kondisi SSD = (20) kg

30 Jumlah semen = (26) / 50 Zak

Total kg

Modul Lab.Bahan PPP 42


B. PEMBUATAN BENDA UJI

8.1. Tujuan Praktik


Tujuan Instruksional umum
a. Menghitung kebutuhan bahan untuk pembuatan benda uji
b. Membuata benda uji berdasarkan hasil perhitungan rancangan
campuran
c. Menganalisa pembuaatan benda uji dibandingkan dengan
rencana

Tujuan instruksional khusus

a. Mahasiswa dapat membuat bend auji beton untuk pengujian beton


segar dan beton keras
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan peralatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian

8.2. Petunjuk Keselamatan Kerja

1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama


2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan
harus dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan
yang digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

8.3. Dasar Teori


Pengadukan bahan beton dapat dalam komposisi berat atau dalam
perbandinga , dengan cara mengkonversi satuan berat bahan tersebut
dengan nilai berat isinya. Banyak baha untuk pengandukan tergantung
dari volume sampel yang akan dibuat, serta banyaknya pengujian yang
akan dilakukan.

Modul Lab.Bahan PPP 43


8.4. Bahan
Dari hasil perhitungan rancangan campuran (mix design) didapat
komposisi bahan sebagai berikut :
Bahan Berat/m3 Berat isi Volume Perbandingan
Semen
Air
Agregat
kasar
Agregat
halus
Admixture

8.5. Alat yang digunakan


1. Alat atau mesin pengaduk beton
2. Timbangan kapasitas 100 kg dengan ketelitian 1000 gram
3. Ember besar atau tempat lainnya
4. Alat penakar bahan
5. Satu set alat Pengujian slump
6. Satu set alat pengujian berat isi
7. Cetakan kubus atau silinder
8.6. Langkah kerja
1. Timbang atau takar semua bahan yang diaduk
2. Siapkan mesin pengaduk beton dan perlatan yang akan digunakan
3. Sambil mesin pengaduk berjalan, masukan agregat kasar dan
agregat halus , lalu air untuk bahan campuran sebanyak
setengahnya dari keperluan pengadukan
4. Kemudian masukan semen seluruhnya, setelah itu masukan sisa air
untuk campuran. Pengadukan dilakukan tidka lebih dari 10 menit.
5. Segera setelah pengadukan , campuran beton terlebih dahulu diuji
workabilitynya, umumnya menggunakan alat slump Tes

Modul Lab.Bahan PPP 44


6. Segera setelah pengujian slump , serentak beton segar diuji berat
isi
7. Untuk pembuatan sampel Beton keras , masukan beto segar ke
dalam cetakan yang terlebih dahulu dilumasi bagian dalamnya
dengan bahan pelumas
8. Masukan sampel ke dalam cetakan dalam 3 lapis, setiap lapis
dipadatkan 25 kali
9. Ratakan permukaannya dengan mistar perata
10. Beri tanda permukaannya, supaya sampel tidak tertukar dengan
sampel lain
11. Rendam atau simpan di tempat perawatan atau di tempat teduh dan
lembaba. Jika udara panas tutup sampel dengan dengan karung
lembab.
8.7. Gambar Alat

Gambar 8.1. Cetakan Silender


Untuk membuat benda uji silender beton

Modul Lab.Bahan PPP 45


Gambar 8.2. Cetakan kubus
Untuk mencetak kubus beton

Gambar 8.3. Mesin Molen

Modul Lab.Bahan PPP 46


III. PENGUJIAN BETON SEGAR

A. PENGUJIAN SLUMP TES (SNI 1972-2008)

8.1. Tujuan Prakttk


Tujuan Innstruksional Umum
a. Mencari nilai slump pad abetn segar
b. Membandingkan nilai slump hasil pengujian dengan nilai slump
rencana
c. Melihat perbandingan antara nilai slup dengan kuat tekan beto
yang tercapai
d. Melakukan koreksi nilai slump

Tujuan instruksional khusus

a. Mahasisa dapat melakukan prosedur pengujian slump


b. Mahasiswa dapat mengoperasikan perlatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

8.2. Petunjuk Keselamatan Kerja


1. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama
2. Catat alat-alat yang dipergunakan .
3. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan
harus dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan
yang digunakan
4. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

Modul Lab.Bahan PPP 47


8.3. Dasar Teori

Slump beton ialah besaran kekentalan (viscocity)/plastisitas dan kohesif dari beton
segar. Hasil pengujian ini digunakan dalam pekerjaan :
1) perencanaan campuran beton;
2) pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.

8.4. Bahan
Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran
beton.
8.5. Alat yang digunakan
1) Cetakan dari logam minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancung (cone)
dengan diameter bagian bawah 203 mm; bagian bawah dan atas 102 mm,
dan tinggi 305 mm; bagian bawah dan atas cetakan terbuka;
2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung
dibulatkan dibuat
3) dari baja yang bersih dan bebas dari karat;
4) Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air;
5) Sendok cengkung menyerap air;
6) Mistar ukur.

8.6. Langkah Kerja

1) Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah;


2) Letakkan cetakan di ataspelat dengan kokoh;
3) Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis tiap lapis berisi
kira-kira 1/3 isi cetakan; setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat sebanyak
25 tusukan secara merata; tongkat harus masuk sampai lapisan bagian bawah
tiap-tiap lapisan; pada lapisan pertama penusukan bagian tepi tongkat
dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan;
4)

Modul Lab.Bahan PPP 48


5) Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat
dan semua sisa benda uji yang jatuh di sekitar cetakan harus disingkirkan;
kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas; seluruh
pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan diangkat harus selesai dalam
jangka waktu 2,5 menit;
6) Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji, ukurlah
slump yang
7) terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata
benda uji.

Pengukuran Slump
Pengukuran slump harus segera dilakukan dengan cara mengukur tegak lurus
antara tepi atas cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji; untuk mendapatkan hasil
yang lebih teliti dilakukan dua kali pemeriksaan dengan adukan yang sama dan
dilaporkan hasil rata-rata.

8.7. Lembar Isian


Pemeriksaan Slump (mm)
1
2
3
Rata-rata

Modul Lab.Bahan PPP 49


8.8.Gambar Alat

Gambar 9.1. Satu set alat uji slump tes

8.9.Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan uji slup tes
2. Sebutkan langkah kerja uji slump tes
3. Dalam perancangan campuran beton nilai slump tes digunakan untuk
apa

Modul Lab.Bahan PPP 50


B. BERAT VOLUME BETON SEGAR (ASTM C 138-92)

10.1. Tujuan Praktik

Tujuan Instruksional Umum

a. Mencari nilai berat isi volume segar


b. Mencari rongga dalam beton segar
c. Mencari nilai void dalam beton segar
d. Menentukan konversi dari satuan berat ke satuan volume

Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasisa dapat melakukan prosedur pengujian slump


b. Mahasiswa dapat mengoperasikan perlatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

10.2.Petunjuk Keselamatan Kerja


a. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama
b. Catat alat-alat yang dipergunakan .
c. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan harus
dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan yang
digunakan
d. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

10.3.Dasar Teori
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukan berat isi ( unit wight ) beton segar ( fresh concrete ) sertya
banyaknya semen per meter kubik beton.

Pengujian ini dilakukan terhadap contoh beton segar yng mewakili suatu
campuran beton; hasil pengujian dapat digunakan antara lain :

1) Banyak beton untuk campuran satu sak semen ( 40 kg );

2) untuk perencanaan campuran beton;

Modul Lab.Bahan PPP 51


3) Untuk pengendalian mutu beton pada pelaksanaan.

Berat isi adalah berat segar per satuan isi.

10.4. Bahan
Pengambilan benda uji harus dari contoh segar yang mewakili campuran
beton.
10.5. Alat yang dipergunakan
1) Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari beton;
2) Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm,panjang 600 mm,ujung
dibulatkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat;
3) Alat perata;
4) Takaran bentuk silinder dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut
:
Kapasitas 6 liter, ukuran maksimal agregat kasar 25 mm
Kapasitas 10 liter, ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm
Kapasitas 14 liter, ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
Kapasitas 28 liter, ukuran maksimum agregat kasar 75 mm.

10.6. Langkah Kerja

1) Isilah takaran dengan benda uji 3 lapis;


2) Tiap-tiap lapis dipadukan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada
pemadatan lapis pertama,tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran;pada
pemadatan lapisan kedua dan ketiga,tongkat boleh masuk sampai kira-kira
25,4 mm dibawah lapisan sebelumnya; untuk takaran 20 liter dilakukan
penusukan 50 kali secara merata pada tiap-tiap permukaan lapisan.
3) Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai
tidak tampak gelembung-gelembung udara pada permukaan serta rongga-
rongga bekas tusukan tertutup; kadar udara dari beton tidak ditentukan;
4) Ratakan permukaan benda uji dan tentukan beratnya.

Modul Lab.Bahan PPP 52


10.7. Perhitungan

Untuk mengetahui berat isi beton dan banyaknya semen per m 3 beton dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
1) Berat isi beton, D = .............................(1)

Keterangan :
W = berat benda uji ( kg )
V = isi takaran ( liter )
2) Banyaknya beton untuk campuran satu sak semen
Y= x 0,001 (m3 / sak ) .....................(2)

Keterangan :
Y : berat total bahan campuran beton per sak semen ( kg )
3) Banyaknya semen per m3 beton : 1/Y ( sak/m3 ).

10.8. Lembar Isian


Sampel Berat A (gram) Berat B (gram) Berat C (gram)
1
2
3
Rata-rata

Berat isi beton rata-rata =...........gram/liter


Atau =............kg/liter
Kadar udra rat-rata =............%
Yield rata-rata =............

Modul Lab.Bahan PPP 53


10.9. Gambar Alat

Gambar 10.1. Tongkat penumbuk

DigunKn untuk memadatkan tiap tiap lapis agregat

Gambar 10.2 MOULD


Digunakan sebagai wadah benda uji.

Modul Lab.Bahan PPP 54


Gambr 10.3. Sendok
Digunakan untuk memasukan agregat
kedalam mould

Gambar 10.4. Timbangan


Untuk menentukan berat Mould dan
benda uji

10.10. Evaluasi

1. Sebutkan tujuan dari pengujian berat isi beton

2. Jelaskan prosedur uji berat isi beton segar

Modul Lab.Bahan PPP 55


IV. PENGUJIAN BETON KERAS
A. UJI KUAT TEKAN BETON DESTRUKTIF (SNI 03-6805-2002)

11.1. Tujuan Praktik


Tujuan Instruksional Umum
a. Membandingkan nilai kuat tekan hasil pengujian dengan kuat
tekan rencana
b. Menarik kesimpulan hasil pengujian
c. Melakukan koreksi terhadap rancangan campuran

Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasisa dapat melakukan prosedur pengujian slump


b. Mahasiswa dapat mengoperasikan perlatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

11.2. Petunjuk Keselamatan Kerja


a. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama
b. Catat alat-alat yang dipergunakan .
c. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan
harus dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan
yang digunakan
d. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

11.3. Dasar Teori


Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima
gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton
mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula
mutu beton yang dihasilkan.

Modul Lab.Bahan PPP 56


11.4. Bahan

Untuk mendapatkan benda uji harus diikuti beberapa tahapan sebagai berikut :
Pembuatan dan pematangan benda uji
a. Benda uji dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton;
b. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata; pada saat melakukan
pemadatan lapisan pertama; tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar
cetakan; pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat
boleh masuk kira-kira 25,4 mm ke dalam lapisan dibawahnya;
c. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-lahan
sampai rongga bekas tusukan tertutup; ratakan permukaan beton dan
tutuplah segera dengan bahan yang kedap air serta tahan karat; kemudian
biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat
yang bebas dari getaran;
d. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji; untuk
perencanaan campuran beton, rendamlah benda uji dalam bak perendam
berisi air pada temperatur 25oC disebutkan untuk pematangan (curring),
selama waktu yang dikehendaki; untuk pengendalian mutu beton pada
pelaksanaan pembetonan, pematangan (curring) disesuaikan dengan
persyaratan.

11.5. Alat yang digunakan

Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton diperlukan peralatan sebagai


berikut :
1) Cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm;
2) Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan ujung dibulatkan,
dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat;
3) Mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air;
4) Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh;
5) Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan;
6) Satu set alat pelapis (capping);

Modul Lab.Bahan PPP 57


7) Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, sendok perata, dan talam;
8) Satu set alat pemeriksaan slump;
9) Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.

11.6. Langkah Kerja

Persiapan pengujian
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perendam/pematangan (curring), kemudian bersihkan dari kotoran yang
menempel dengan kain lembab;
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji;
c. Lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar
belerang dengan cara sebagai berikut : Lelehkan mortar belerang di dalam
pot peleleh (melting pot) yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan
gemuk; kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis
sampai mortar belerang cair menjadi keras; dengan cara yang sama
lakukan pelapisan pada permukaan lainnya;
d. Benda uji siap untuk diperiksa.

Cara Pengujian
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan
sebagai
berikut :
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;
b. Jalan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara
2 sampai 4 kg/cm2 per detik;
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;
d. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.

Modul Lab.Bahan PPP 58


11.7. Perhitungan

Kuat Tekan σb = kg/cm2 atau N/mm2



Kuat tekan rata-rata σbm
√( )
Standar deviasi sd =

Kuat tekan karekteristik = σbk = σbm – 1,64 sd

11.8. Lembar Isian

Beban Kuat
Tanggal Umur Ukuran Berat P Beban Tekan Angka Kuat Tekan (sb' - sbm') (sb' - sbm')2
x
Kode Pembuatan/ (15x15) Kalibrasi sb' Korelasi 28 hari
( hari
Pengecoran ) (cm2) ( kg ) ( KN ) ( kg ) ( kg/cm2 ) ( kg/cm2 ) ( kg/cm2 ) ( kg/cm2 )

∑ ∑

Modul Lab.Bahan PPP 59


11.9. Gambar Alat

Gambar 11.1. Alat Kuat Tekan


Untuk menguji kuat tekan beton

11.10. Evaluasi
1. Jelaskan prosedur pengujian kuat tekan beton
2. Digunakan untuk apa data hasil pengujian kuat tekan
beton

Modul Lab.Bahan PPP 60


B. PENGUJIAN NON DESTRUKTIF DENGAN ALAT HAMMER

12.1. Tujuan Praktik


Tujuan Instruksional Umum
a. Mencari nilai rebound number
b. Mendapatkan nilai kutruktif kuat tekan dari rebound number
c. Membandingkan nilai kuat tekan secara destruktif
Tujuan Instrksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pengujian dengan alat
Hammer
b. Mahasiswa dapat mengoprasikan peralatan pengujian
c. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengujian
d. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan hasil pengujian

12.2. Petunjuk Keselamatan Kerja


a. Perhatikan petunjuk keselamatan kerja dengan seksama
b. Catat alat-alat yang dipergunakan .
c. Peralatan dipergunakan secara mestinya. Setelah selesai, peraatan harus
dibersihkan dan dicocokan kembali jumlahnya sesuai dengan yang
digunakan
d. Hati-hati pada lokasi pengujian, pakailah perlatan pengamanan.

12.3. Alat dan Bahan


Satu set alat Hammer

12.4. Langkah Kerja


1. Bend auji adalah neton yng sudah keras, berumur lebih dari 28 hari
2. Tentukan letak titik yang akan diuji
3. Haluskan bagian titik yang akan diuji dengan gerinda yang disertakan
dalan alt Hammer
4. Reset alat Hammer, dengan cara menekan alat terebut pada bidang yang
keras, tetapi menekan tombolny, sehingga batang penean tidak terkunci,

Modul Lab.Bahan PPP 61


5. Tentukan sudut pengambilan
6. Lakukan pengujian dengan cara menekan alat tersebut tegak lurus pada
bidang yang diuji, sampai terdengar bunyi hentakan. Tekan tombol pada
alt sehingga terkunci.
7. Catat rebound pada alat , kemudian plot kedalam grafik yang seduai
dengan sudut pengambilan. Tarik garis kekuru untuk mendapatkan kuat
tekan, dan ke kanan untuk mendapatkan niai koreksi.
8. Lakukan pengujian pada titik lain, jarak antara satuu titik dengna titik
jangan kurang dari 3 cm

12.5. Lembr Isian


No Sudut Rebound Kuat tekan
Number (N/mm2)

Modul Lab.Bahan PPP 62


12.6. Gambar Alat

Gambar 12.1. Alat Hammer Tes

12.7. Evaluasi
1. Apa tutjuan dari pengujian Hammer Tes
2. Jelaskan prosedur dari pengujian Hammer Tes
3. Digunakan untuk apakah data Hammer Tes tersebut

Modul Lab.Bahan PPP 63


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1990.Metode Pengujian Berat Isi Beton (SNI 03-1973-1990),


Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Anonymous. 2002. Metode Pengujian Untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton
Pada Umur Awal Dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur Berikutnya (SNI
03-6805-2002), Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Anonymous. 2008. Cara Uji Slump Beton (SNI 1972:2008), Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

Anonymous, 2002, Metode Pengujian Waktu Ikat Awal Semen Portland dengan
Menggunakan Alat Vicat Untuk Teknik Sipil, SNI 03-6827-2002, Badan Standar
Nasional Indonesia, Jakarta

Anonymous, 2002, Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton, SNI 03-2491-
2002, Badan Standar Nasional, Jakarta
Anonymous, 2002, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, SNI 03-0691-1996,
Badan Standar Nasional, Jakarta

Modul Lab.Bahan PPP 64

Anda mungkin juga menyukai